Oleh
Ilya Farida, S.Kep
NIM 192311101058
1.4 Etiologi
Melena dapat disebabkan oleh lesi dari esofagus sampai kolon (lesi saluran
cerna atas dapat menyebabkan perdarahan per rektal nyata) (Grace dan Borley,
2007). Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas yang sering dilaporkan
ialah pecahnya varises esofagus (tersering di Indonesia, lebih kurang 70-75%),
penyebab yang lain ialah (Sutjahjo, 2015) :
1. Perdarahan tukak peptik
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu hati dan
mengalami hematemesis.
2. Gastritis erosiva
Gastritis timbul setelah penderita minum obat-obatan yang menyebabkan
iritasi lambung.
3. Esofagitis
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermitten atau
kronis, sehingga lebih timbul melena.
4. Tumor/ karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan pada penderita melena.
Penderita mengeluh disfagia, badan mengurus, anemis, dan sesekali penderita
muntah darah.
5. Ruptur mukosa SMBA yang akut
.
Clinical Pathway
Pembuluh darah
Erosi dan ulserasi Perdarahan Pembentukan Asam lambung
pecah
kolateral
Varises
PD ruptur
MELENA
2.1 Pengkajian
1. Data/identitas klien
Klien dengan melena dikaji mengenai nama, umur, dan pekerjaan pasien.
2. Keluhan Utama
Keluhan utama meliputi BAB darah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengeluhkan badan lemah, buang air besar disertai darah.
4. Riwayat Penyakit Dahulu.
Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu atau penyakit utama
pasien karena biasanya melena merupakan komplikasi dari penyakit
sebelumnya.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pada klien dengan serangan melena perlu dikaji tentang riwayat penyakit atau
alergi yang lain pada anggota keluarga.
6. Riwayat Psikososial
Bagaimana respon pasien dalam menanggapi penyakit pasien tersebut. Dalam
hal ini jika koping pasien tidak efektif maka akan memperparah penyakit
pasien.
7. Pemeriksaan Fisik.
1) Keadaan Umum : lemah
2) TTV:
Tekanan Darah : tinggi atau diatas 120/80 (Normal : 120/80mmHg)
Pernafasan (RR) : abnormal >24 x / menit (Normal : 16-24x/menit)
Denyut nadi (HR): takikardi >100 x/menit (Normal : 60-100x/menit)
Suhu tubuh : kadang normal atau tinggi (Normal: 36 ˚C)
3) Kesadaran : Composmentis GCS 456, bisa juga terjadi syok
4) B1 sampai B6 :
a. B1 (Breathing)
1. Inspeksi
Pada klien bronkiektasis terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernafasan, sehingga pasien terlihat sesak.
2. Palpasi
Pada palpasi biasanya kesimetrisan normal
3. Perkusi
Perkusi didapatkan suara pekak pada jantung, sonor pada paru-
paru
4. Auskultasi
Tidak terdapat suara nafas tambahan
b. B2 (Blood)
Pada umumnya klien melena mengalami Peningkatan leukosit dan
LED, BGA menunjukkan derajat hipoksemia (penurunan kadar
oksigen dalam darah), terkadang kadar Hb dalam darah menurun,
denyut nadi meningkat (takikardi), dan sianosis.
c. B3 (Brain)
Pada saat inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji, di samping itu,
diperlukan pemeriksaan GCS untuk menentukan tingkat kesadaran
klien apakah composmentis, somnolen, atau koma.
d. B4 (Bladder)
Perawat perlu memonitor ada tidaknya oliguri karena hal tersebut
merupakan tanda awal dari syok.
e. B5 (Bowel)
Pengkajian tentang status nutrisi klien meliputi jumlah, frekuensi, dan
kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Pada klien
dengan melena, pasien berpotensi mengalami penurunan berat badan.
f. B5 (Bone)
Pada umumnya tidak ada kelainan, namun pasien dapat kesulitan
untuk beraktifitas dikarenakan dapat terjadi penurunan kesadaran.
5) Pemeriksaan Head to Toe
6) Kepala
- Inspeksi : pada saat dilakukan inspeksi, kulit kepala bersih, rambut
hitam dan mesosepal.
- Palpasi : tidak ada benjolan atau massa
7) Mata
- Inspeksi : dilihat apakah konjungtiva dan sklera ikterik, anemis
- Palpasi : tidak ada benjolan atau massa
8) Telinga
- Inspeksi : pada saat dilakukan inspeksi, telinga berbentuk simetris
dan tidak ditemukan adanya serumen
- Palpasi : periksa apakah ada massa disekitar telinga.
9) Hidung
- Inspeksi : pada saat dilakukan inspeksi apakah tampak adanya
pernapasan cuping hidung, terdapat secret, tidak mengalami epiktaksis
dan tidak terpasang NGT.
- Palpasi : periksa apakah ada massa disekitar hidung
10) Mulut
- Inspeksi : pada saat dilakukan inspeksi bibir terlihat pucat dan
kebiruan (sianosis).
- Palpasi : periksa apakah ada massa disekitar telinga.
11) Leher
- Inspeksi : tidak ada peningkatan vena jugularis dan pembesaran
kelenjar tiroid.
- Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, jika ada luka dalam
maka akan terdapat nyeri tekan
12) Thoraks
- Inspeksi : pada saat dilakukan inspeksi dinding torak tampak
mengembang, namun agak cepat.
- Palpasi : periksa apakah ada massa, vokal fremitus sama atau tidak
- Perkusi : saat dilakukan perkusi terdengar sonor
- Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan
13) Kardiovaskuler
- Inspeksi : tampak adanya ictus cordis
- Palpasi : dilihat apakah ada pembesaran (batas jantung)
- Perkusi : pada umumnya pekak
- Auskultasi : tidak ada suara tambahan
14) Abdomen
- Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen
- Palpasi : tidak ada massa, biasanya terdapat nyeri tekan pada
abdomen
- Perkusi :-
- Auskultasi : bising usus abnormal.
15) Ekstremitas
- Inspeksi : tidak terjadi edema
- Palpasi : kulit teraba dingin
8. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Penyakit melena terjadi karena komplikasi dari penyakit sebelumnya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pasien dengan melena pola makannya tidak terganggu, namun tergantung
dari keadaan pasien sendiri.
c. Pola eliminasi
Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kandung kemih, dan kulit sehingga
perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna bentuk,
kosentrasi, frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam melaksanakannya.
Dalam hal ini, pasien dengan melena biasanya BAB disertai dengan darah.
d. Pola aktivitas/bermain (termasuk kebersihan diri)
Aktivitas dari pasien atelektasis terganggu karena pasien merasa sesak dan
akan sangat terganggu pada pasien yang mengalami kelelahan.
g. Pola istirahat dan tidur
Adanya sesak nafas dan batuk dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat
pasien.
h. Pola kognitif dan persepsi sensori
Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi konsep diri
pasien dan akhirnya dapat mempengaruhi jumlah stressor yang dialami
sehingga kemungkinan penyembuhan penyakit akan terhambat.
i. Pola konsep diri
Pasien dengan melena akan merasa bahwa penyakitnya sulit disembuhkan
sehingga membuat pasien cemas.
j. Pola hubungan-peran
Pasien perlu menyesuaikan kondisinya yang disebabkan perubahan peran
yang terjadi setelah pasien mengalami melena.
k. Pola seksual-seksualitas:
Pada pasien yang mengalami melena biasanya tidak ditemukan kelainan.
l. Pola mekanisme koping
Pasien dengan melena biasanya akan merasa cemas dengan penyakitnya
karena merupakan komplikasi dari penyakit sebelumnya.
m. Pola nilai dan kepercayaan
Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakini dapat meningkatkan
kekuatan jiwa pasien.
3. Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, Pengurangan Kecemasan (5820)
berhubungan ansietas pasien dapat teratasi dengan kriteria hasil :
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan
dengan perubahan Tingkat Kecemasan (1211)
meyakinkan
status kesehatan Tujuan
No Indikator Awal 2. Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan
1 2 3 4 5 3. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi, dan
1 Perasaan gelisah ketakutan
4. Berikan informasi faktual tergait diagnosis
2 Rasa takut dan dan perawatan
cemas disampaikan 5. Dukung penggunaan mekanisme koping yang
secara lisan sesuai
3 Peningkatan 6. Dorong keluarga untuk mendampingi pasien
tekanan darah,
frekuensi nadi,
frekuensi
pernapasan
Keterangan:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
4. Resiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, perfusi Pengurangan Perdarahan Gastrointestinal
ketidakefektifan jaringan gastrointestinal pasien efektif dengan kriteria (4022)
perfusi jaringan hasil: 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan yang
gastrointestinal Perfusi Jaringan: Organ Abdominal (0404) terus menerus
Tujuan 2. Monitor status cairan intake dan output
No Indikator Awal 3. Berikan cairan intravena
1 2 3 4 5
1 Sakit perut 4. Monitor pemeriksaan darah lengkap
abnormal 5. Tes semua sekresi terhadap adanya darah dan
2 Distensi abdomen perhatikan adanya darah dalam feses,
muntahan, drainase NGT, jika diperlukan
3 Gastritis kronis 6. Hindari pH lambung yang terlalu ekstrim
4 Varises dengan memberikan medikasi yang sesuai
gastrointestinal (misalnya antisida atau agen penghambat
Keterangan: histamin 2), jika diperlukan
1.Berat 7. Berikan pengobatan (misalnya: laktulosa atau
2.Cukup berat vasopressin) jika diperlukan
3.Sedang 8. Instruksikan pasien dan atau keluarga
4.Ringan mengenai kebutuhan pengganti darah, jika
5.Tidak ada memang diperlukan.
2.4 Discharge Planning
Sutjahjo, A. 2015. Dasar - Dasar Ilmu Penyakit Dalam (1st ed.). Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=usOCDwAAQBAJ&pg=PA113&dq=he
matemesis+adalah&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjvx4Wt9YXlAhUDQH0K
He5gDCMQ6AEIMzAB#v=onepage&q=hematemesis adalah&f=false.
Willy, T. 2018. Pendarahan Saluran Pencernaan. Retrieved December 29 2019,
from website: https://www.alodokter.com/perdarahan-saluran-pencernaan.