oleh
Ilya Farida, S.Kep
NIM 192311101058
TIM PEMBIMBING
Gambar 1.1 Bagan sebelah kiri menunjukkan sel-sel yang berasal dari sel-sel mesenkimal
yang tidak berdifferensiasi. Sel-sel tersebut dibentuk dan menetap di dalam jaringan ikat
dan disebut sebagai sel-sel yang menetap. Bagan sebelah kanan menunjukkan sel-sel yang
berasal dari sel-sel stem hematopoeitik. Sel-sel tersebut berdifferensiasi di dalam sumsum
tulang, dan kemudian bermigrasi melalui sirkulasi ke jaringan ikat di mana melakukan
fungsinya. Sel-sel tersebut disebut sebagai sel-sel yang tidak menetap
Gambar 1.2 Fibroblas dan Fibrosit. A. Fibroblas menunjukkan inti aktif yang besar dan
sitoplasma eosinofilik yang meruncing pada kedua ujung, morfologinya sering disebut
“spindle shape”. B. Fibroblas aktif dan diam, fibroblas aktif merupakan sel yang besar
dengan inti eukromatik yang besar, dan sitoplasma yang basofilik, sementara fibroblas
yang tidak aktif atau fibrosit memiliki inti yang lebih kecil, tidak menonjol dan
heterokromatik. Sel-sel bulat basofilik pada B merupakan leukosit; C. Inti fibroblas yang
memanjang, ketika inaktif sel-sel ini memiliki sedikit sitoplasma. Fibroblas dibentuk dan
bermukim di dalam jaringan ikat sehingga disebut sebagai “fixed cells”.
1.6 Patofisiologi
Fibrosarkoma dapat terjadi akibat pengaruh paparan radiasi dari lingkungan
yang mengakibatkan terjadinya translokasi kromosom pada sekitar 90% kasus. x-
radiation dan gamma radiation paling berpotensi menyebabkan kerusakan
jaringan. Ionisasi radiasi menyebabkan terjadinya perubahan genetik yang meliputi
mutasi gen, mutasi mini-satellit (perubahan jumlah DNA sequences), formasi
mikronukleus (tanda kehilangan atau kerusakan kromosom), aberasi kromosomal
(struktur dan jumlahnya), perubahan ploidi (jumlah dan susunan kromosom), DNA
stand breaks dan instabilitas kromosom. Ionisasi radiasi mempengaruhi semua fase
dalam siklus sel, namun fase G2 merupakan yang paling sensitif. Sepanjang hidup
sel pada sumsum tulang, mukosa usus, epitelium testikular seminuferus, folikel
ovarium rentan mengalami trauma dan sebagai akibatnya akan selalu mengalami
proses mitosis. Radiasi selama proses mitosis mengakibatkan aberasi kromosomal.
Tingkat kerusakan bergantung pada intensitas, durasi, dan kumulatif dari radiasi.
DNA dapat mengalami kerusakan secara langsung maupun tidak langsung
melalui interaksi dengan reactive products yang berupa radikal bebas. Pengamatan
terhadap kerusakan DNA diduga sebagai hasil perbaikan DNA atau sebagai akibat
dari replikasi yang salah. Perubahan ekspresi gen memicu timbulnya suatu tumor.
Sebagai akibat paparan x-radiation dan gamma radiation sangat kuat berkorelasi
terhadap timbulnya keganasan atau kanker. Kerusakan DNA yang dimanifestasikan
dalam bentuk translokasi kromosom gene COL1A1 pada kromosom 17 dan gen
platelet-derived growth factor B pada kromosom 22 mengakibatkan terjadinya
keganasan pada jaringan fibrous. Perubahan fibrosarkoma dicirikan dengan
pertumbuhan pola herringbone yang nampak pada klasik fibrosarkoma (Cance,
2010)
1.10 Penatalaksanaan
Surgical resection adalah penatalaksanaan yang bisa dilakukan pada
fibrosarkoma low grade, meskipun kekambuhan lokal dapat terjadi pada 11%
pasien. Sedangkan pada fibrosarkoma high grade sering membutuhkan preoperatif
atau anjuvant chemotherapi setelah operasi untuk memenuhi kelangsungan hidup.
1.10 Pathway
Paparan radiasi
Ionisasi radiasi
Fibroblast immatur
FIBROSARCOMA
(Sendi, otot, tendon, jaringan ikat)
Risiko
Ketidakseimbangan Nyeri Infeksi
nutrisi kurang dari Akut
kebutuhan tubuh
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
alamat, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan sangat tergantung dari dimana tumor tersebut tumbuh. Keluhan
utama pasien fibrosarkoma daerah ekstremitas tersering adalah benjolan
yang umumnya tidak nyeri dan sering dikeluhkan muncul setelah terjadi
trauma didaerah tersebut.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Perlu ditanyakan kapan terjadi dan bagaimana sifat pertumbuhannya,
keluhan yang berhubungan dengan infiltrasi dan penekanan terhadap
jaringan sekitar, dan keluhan yang berhubungan dengan metastasis jauh.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Ditanyakan riwayat kesehatan klien, tertama untuk penyakit-penyakit
yang dapat memperberat kondisinya saat ini, misalnya memiliki DM.
Dapatkan juga informasi sejak mulai kapan dan bagaimana riwayat
pengobatannya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Ditanyakan apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama
ataupun menderita tumor atau kanker jenis yang lain. Ditanyakan juga
penyakit-penyakit menular dan menurun yang diderita oleh keluarga
yang lain seperti hipertensi, DM, Gangguan Jantung, Astma, TBC, dll.
3. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi kesehatan – pemeliharaan kesehatan
Pada pasien fibrosarcoma terjadi perubahan persepsi dan tata laksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak sehingga
menimbulkan presepsi yang negatif terhadap dirinya.
b. Pola metabolisme nutrisi
Akibat sarcoma timbul pada daerah leher maka terdapat adanya
pembekakan sehingga menimbulkan keluahan nyeri pada leher, susah
menelan, berat badan menurun dan lemas. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang
dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
c. Pola eliminasi
Tidak terdapat gangguan pada pola eliminasi
d. Pola aktivitas
Penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal, penderita mudah mengalami lemah dan letih. Pasien
biasanya bekerja diluar rumah, tapi saat ini pasien hanya beristirahat di
Rumah Sakit.
e. Pola istirahat – tidur
Adanya benjolan pada jaringan lunak membuat pasien mengalami
perubahan pada pola tidur, misalnya pasien mengeluh nyeri, ansietas.
f. Pola kognitif – persepsi
Pasien mampu menerima pengetahuan, ide persepsi, dan bahasa. Pasien
mampu melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa dengan
baik.
g. Pola persepsi diri – konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan
pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga.
h. Pola hubungan – peran
Penyakit pasien yang sukar sembuh menyebabkan penderita malu dan
manarik diri dari pergaulan.
i. Pola seksual – reproduksi
Selama dirawat di rumah sakit pasien tidak dapat melakukan hubungan
seksual seperti biasanya.
j. Pola penanganan masalah
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang
negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, kehilangan
kontrol, dan menarik diri dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang konstruktif/adaptif.
k. Pola keyakinan – nilai-nilai
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh tidak
menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pada ibadah penderita.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan atau keadaan umum
Secara keseluruhan keadaan tidak baik, BB menurun
b. Tingkat kesadaran
Kesadaran pasien komposmentis, respon mata, verbal, dan motor.
c. Tanda-Tanda Vital
Suhu Tubuh
Tekanan Darah
Nadi
RR
d. Pemeriksaan Head to Toe
a. Pemeriksaan Kepala
- Tulang tengkorak : Inspeksi (bentuk mesocepal, bulat sempurna, tidak
ada deformitas, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kepala)
Palpasi (tidak ada nyeri tekan)
- Kulit kepala : Inspeksi (kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak ada
skuama, tidak ada kemerahan)
- Wajah : Inspeksi (keadaan simetris, tidak ada edema, dan tidak ada
massa) Palpasi : (tidak ada kelainan sinus)
- Rambut : Inspeksi (rambut kotor, ada ketombe, ada uban) Palpasi
(rambut rontok)
b. Mata
- Inspeksi (bulat besar, bersih tidak cowong, simestris, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, diameter 3 mm, reflek cahaya
positif, gerakan mata tidak normal, fungsi penglihatan tidak terlalu
baik)
- Palpasi (bola mata normal, tidak ada nyeri tekan)
c. Hidung
- Inspeksi (tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung, mukosa
lembab, tidak ada benda asing)
- Palpasi (tidak ada nyeri tekan)
d. Telinga
- Inpeksi (Simetris, bersih, fungsi pendengaran kurang baik, tidak ada
serumen, tidak terdapat kelainan bentuk)
- Palpasi (normal tidak ada lipatan, ada nyeri)
e. Mulut
- Inspeksi (tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab, lidah simetris,
faring ada pembekakan apabila fibrosarkoma pada sekitar leher)
- Palpasi (tidak ada nyeri tekan)
f. Leher
- Inspeksi (apabila fibrosarcoma pada sekitar leher maka terjadi
pembengkakan dan benjolan)
- Palpasi (terdapat nyeri tekan)
g. Paru-paru
- Inspeksi : apabila metastase tidak sampai paru-paru maka pergerakan
dinding dada normal, frekuensi nafas 16-24 x/menit.
- Palpasi : Suara fremitus kanan-kiri, tidak ada nyeri tekan, .
- Perkusi : Sonor pada saluran lapang paru.
- Auskultasi : Suara dasar paru vesikuler, tidak ada weezing.
h. Jantung
- Inspeksi : Normal (Iktus kordis tidak tampak).
- Palpasi : Normal (Iktus kordis teraba pada ICS 5)
- Perkusi : Normal (Pekak)
- Auskultasi : Normal (BJ I-II Murni, tidak ada gallop, tidak ada murmur)
i. Pemeriksaan Payudara
- Inspeksi : Bersih, tidak ada pembekakan, bentuk simetris
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
j. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : Perut datar, tidak ada bekas postoperasi
- Auskultasi : Bising usus 10x/menit
- Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan, kulit normal, tidak ada
ascites, tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : Timpani, tidak ada cairan atau udara
k. Pemeriksaan Anus dan Genitalia
- Anus
Inspeksi : tidak ada bengkak atau inflamasi
Palpasi : tidak ada darah, tidak ada pus
- Genitalia Laki-Laki
Inspeksi : Ada rambut pubis, kulit penis normal, lubang penis ditengah,
kulit skrotum halus, tidak ada pembekakan, posisi testis norma
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada batang penis dan skrotum
l. Pemeriksaan Ekstremitas
- Inspeksi : Jari tangan lengkap, kuku bersih, bentuk simetris, tidak ada
sianosis di lengan kanan atas, tidak ada edema.
- Palpasi : Denyut nadi 94 x/menit, kuku normal, kekuatan otot, tidak ada
nyeri tekan
m. Kulit
- Inspeksi : Kulit bersih, kulit kering, ada lesi bagian fibrosarcoma
- Palpasi : Tekstur tidak normal pada bagian fibrosarcoma
1.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d metastase sel tumor atau proses insisi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh intake makanan yang
kurang
3. Kerusakan integritas kulit b.d ulkus atau nekrosis jaringan tumor
4. Risiko infeksi
2.3 Nursing Care Plan
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri Akut Setelah diberikan tindakan keperawatan selama Pemberian analgesik (2210)
3x24 jam, nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
Tingkat nyeri (2102) dan keparahan nyeri
Tujuan 2. Cek perintah pengobatan meliputi obat,
No Indikator Awal
1 2 3 4 5 dosis, dan frekuensi obat analgesik yang
1. Ekspresi diresepkan
nyeri 3. Cek adanya riwayat alergi obat
2. Panjang 4. Dokumentasi respon terhadap analgesik
episode nyeri dan adanya efek samping
3. Tanda-tanda
vital
Keterangan:
1. Sangat Berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak Ada
2. Ketidakseimbangan Setelah diberikan tindakan keperawatan selama Monitor Nutrisi (1160)
Nutrisi Kurang 3x24 jam, status nutrisi meningkat dengan kriteria
1. Lakukan pengukuran antropometrik
dari Kebutuhan hasil:
pada komposisi tubuh (misalnya: IMT)
Tubuh Status Nutrisi: Asupan Makanan dan Cairan
2. Monitor turgor kulit
(1008)
3. Identifikasi adanya abnormalitas
Tujuan
No Indikator Awal rambut (misalnya kering, mudah patah,
1 2 3 4 5
tipis, kasar)
4. Monitor adanya mual dan muntah
5. Monitor diet dan asupan kalori
1. Asupan 6. Monitor adanya pucat pada konjungtiva
makanan 7. Lakukan evaluasi menelan (misalnya
secara oral fungsi motorik wajah, mulut, otot otot
2. Asupan lidah, reflek menelan)
cairan secara
oral
Keterangan:
1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Sebagian besar adekuat
5. Sepenuhnya adekuat
3. Kerusakan Setelah diberikan tindakan keperawatan selama Perawatan Luka (3660)
Integritas Jaringan 3x24 integritas jaringan kulit meningkat dengan
1. Angkat balutan dan plaster perekat
kriteri hasil:
2. Monitor karakteristik luka, termasuk
Integritas Jaringan: Kulit (1101)
drainase, warna, ukuran, bau
Tujuan 3. Ukur luas luka
No Indikator Awal
1 2 3 4 5 4. Bersihkan dengan normal saline atau
1. Lesi pembersih yang tidak beracun
2. Jaringan 5. Oleskan salep yang sesuai dengan
parut kulit/lesi
3. Eritema 6. Berikan balutan yang sesuai dengan
4. Nekrosis jenis luka
Keterangan: 7. Pertahankan teknik balutan steril ketika
1. Berat melakukan perawatan luka
2. Cukup berat 8. Bandingkan dan catat setiap perubahan
3. Sedang luka
4. Ringan
5. Tidak ada 9. Anjurkan pasien atau anggota
keluarrga pada prosedur perawatan
luka
Perawatan Area Sayatan (3440)
1. Periksa daerah sayatan terhadap
kemerahan, bengkak, atau tanda-tanda
dehiscence atau eviserasi
2. Catat karakteristik drainase
3. Bersihkan daerah sekitar sayatan
dengan pembersih yang tepat
4. Bersihkan mulai area yang bersih ke
area yang kurang bersih
5. Monitor sayatan untuk tanda dan gejala
infeksi
6. Gunakan kapas steril untuk
pembersihan jahitan benang luka, luka
dalam dan sempit, atau luka
berkantong
7. Berikan salep antiseptik
8. Berikan plaster untuk penutup
9. Arahkan pasien dan keluarga cara
merawat luka insisi termasuk tanda-
tanda dan gejala infeksi
4. Risiko Infeksi Setelah diberikan tindakan keperawatan selama Perlindungan infeksi (6550)
3x24 jam, risiko infeksi berkurang dengan kriteria
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
hasil:
2. Monitor nilai WBC
Keparahan Infeksi (0703)
No Indikator Awal Tujuan
1 2 3 4 5 3. Periksa kulit dan selaput lendir untuk
1. Drainase adanya kemerahan atau drainase
purulen 4. Periksa kondisi setiap sayatan bedah
2. Kolonisasi atau luka
pada alat 5. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
bantu (mis. 6. Anjurkan asupan cairan
Akses
7. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
vaskular)
3. Peningkatan
tanda dan gejala infeksi
jumlah sel 8. Kolaborasi pemberian antibiotik yang
darah putih diresepkan
4. Demam
Keterangan:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada