Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN DENGAN FIBROSARCOMA DI RUANG 20
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
dr. SAIFUL ANWAR MALANG

oleh
Ilya Farida, S.Kep
NIM 192311101058

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan berikut disusun oleh:


Nama : Ilya Farida, S.Kep
NIM : 192311101058
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Fibrosarcoma di Ruang 20 Rumah Sakit Umum Daerah dr. Saiful
Anwar Malang
telah diperiksan dan disahkan oleh pembimbing pada:
Hari, Tanggal :
Tempat :

Malang, Januari 2020

TIM PEMBIMBING

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


Stase Keperawatan Bedah Ruang 20
FKep Universitas Jember RSUD Dr. Saiful Anwar

Ns. Baskoro Setioputro, M.Kep Wenidar Pawestri, S.Kep.,Ns


NIP 19830505 200812 1 004 NBI 302271219921020168498
BAB 1. KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Anatomi Fisiologi

Fibroblas berasal sel mesenkim yang tidak berdifferensiasi dan


menghabiskan hidupnya dalam jaringan ikat. Fibroblas mensintesa kolagen, elastin,
glikosaminoglikan, proteoglikan dan glikoprotein multiadhesif. Fibroblas adalah
sel paling banyak dijumpai dalam jaringan ikat dan bertanggungjawab atas sintesa
komponen matriks ekstraseluler. Dua tahap aktivitas, yakni aktif dan diam sering
diamati dalam sel-sel ini. Sebagian ahli histologi mencanangkan istilah fibroblas
untuk menyatakan sel aktif dan fibrosit untuk menyatakan sel diam.

Gambar 1.1 Bagan sebelah kiri menunjukkan sel-sel yang berasal dari sel-sel mesenkimal
yang tidak berdifferensiasi. Sel-sel tersebut dibentuk dan menetap di dalam jaringan ikat
dan disebut sebagai sel-sel yang menetap. Bagan sebelah kanan menunjukkan sel-sel yang
berasal dari sel-sel stem hematopoeitik. Sel-sel tersebut berdifferensiasi di dalam sumsum
tulang, dan kemudian bermigrasi melalui sirkulasi ke jaringan ikat di mana melakukan
fungsinya. Sel-sel tersebut disebut sebagai sel-sel yang tidak menetap

Gambar 1.2 Fibroblas dan Fibrosit. A. Fibroblas menunjukkan inti aktif yang besar dan
sitoplasma eosinofilik yang meruncing pada kedua ujung, morfologinya sering disebut
“spindle shape”. B. Fibroblas aktif dan diam, fibroblas aktif merupakan sel yang besar
dengan inti eukromatik yang besar, dan sitoplasma yang basofilik, sementara fibroblas
yang tidak aktif atau fibrosit memiliki inti yang lebih kecil, tidak menonjol dan
heterokromatik. Sel-sel bulat basofilik pada B merupakan leukosit; C. Inti fibroblas yang
memanjang, ketika inaktif sel-sel ini memiliki sedikit sitoplasma. Fibroblas dibentuk dan
bermukim di dalam jaringan ikat sehingga disebut sebagai “fixed cells”.

Fibroblas mensintesa sebagian besar komponen ekstraseluler matriks jaringan


ikat, yang meliputi protein (kolagen dan elastin) yang begitu disekresikan
membentuk kolagen, serat retikuler dan elastis, glikosaminoglikan, proteoglikan
dan glikoprotein substansi dasar. Fibroblas merupakan target dari berbagai faktor
pertumbuhan yang mempengaruhi pertumbuhan dan differensiasi sel. Pada orang
dewasa, fibroblas dalam jaringan ikat jarang mengalami pembelahan; mitosis bisa
kembali terjadi bila organ membutuhkan fibroblas tambahan seperti pada
penyembuhan luka. Bila aktivitas sintesis fibroblas berkurang, maka struktur selnya
akan berubah. Sitoplasma menjadi basofil lemah dan mengandung sedikit retikulum
endoplasma granuler, tetapi ribosom bebas banyak, juga inti menjadi lebih padat
dan gepeng; sel ini dinamakan fibrosit atau fibroblas inaktif (Wangko dan
Kerundeng, 2014).

1.2 Definisi Fibrosarcoma


Fibrosarkoma atau fibroblastic sarcoma atau malignant mesenchymal tumor
merupakan sel-sel fibroblas ganas dengan latar belakang kolagen, ditandai dengan
fibroblas immatur yang proliferatif atau sel spindel anaplastik yang tidak
berdifferensiasi. Tumor ini berasal dari jaringan ikat fibrosa dan dapat terjadi
sebagai massa jaringan lunak atau sebagai tumor tulang primer atau sekunder
(Shrivastava et al., 2016). Fibrosarkoma merupakan tumor yang terdiri dari
fibroblas berbentuk spindel dan serabut jaringan ikat yang membungkus seluruh sel
membentuk long wires. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2002 mendefinisikan
fibrosarcoma sebagai tumor ganas, terdiri dari fibroblas dengan kolagen yang lebih
banyak ditemukan di daerah sekitar tulang atau di jaringan lunak (Gajdhar et al.,
2019).
1.3 Epidemiologi Fibrosarcoma
Fibrosarcoma merupakan jenis sarcoma pada jaringan lunak yang paling
banyak ditemui pada tahun 2008 (Surveilance Epidemiology and End Result, 2014).
Terhitung ada 7,1% kasus fibrosarcoma dari seluruh diagnosa sarcoma. National
Center for Health Statistics (NCHS) menyebutkan bahwa pada tahun 2010 ada
10.520 kasus sarcoma dan 3.920 diantaranya mengalami kematian. Meskipun
sarcoma jarag ditemui namun sarcoma cukup mematikan terutama sarcoma
jaringan lunak (Surveilance Epidemiology and End Result, 2014).
Kasus fibrosarkoma di Indonesia masih sangat minim. Cahyani melaporkan
kasus fibrosarkoma di RSUD dr. Saiful Anwar Malang merupakan tumor ganas
jaringan lunak terbanyak pada tahun 2008 – 2010, yakni sebanyak 22 kasus dari
711 kasus tumor jaringan lunak (23,91%). Dari semua fibrosarkoma yang terjadi
pada manusia, hanya 0,05% terjadi di daerah kepala dan leher dan hampir 23%
terlihat di rongga mulut. Fibrosarkoma muncul sebagai massa yang tumbuh lambat,
tidak nyeri, dan tidak berbatas tegas (Gajdhar et al., 2019).

1.4 Etiologi Fibrosarcoma


Fibrosarkoma, seperti sarkoma jaringan lunak lainnya, tidak memiliki
penyebab yang pasti. Kebanyakan sarkoma berhubungan dengan mutasi genetik,
dimana defek yang paling sering terjadi adalah kehilangan alel, mutasi, dan
translokasi kromosom. Paparan radiasi dianggap sebagai faktor etiologis yang
paling penting diikuti oleh trauma, dan kondisi yang mendasari penyakit (Gajdhar
et al., 2019). Sindroma herediter yang berhubungan dengan fibrosarkoma, misalnya
multiple neurofibroma yang 10% berisiko menjadi fibrosarkoma dan
neurosarkoma. Sedangkan lesi pendahulu yang diduga dapat berkembang menjadi
fibrosarkoma, misalnya fibrous dysplasia, chronic osteomyelitis, paget disease,
bone infarct, giant cell tumor, dermatofibrosarcoma, solitary fibrous tumor dan
well differentiared liposarcoma. Faktor resiko lainnya, seperti bahan kimia (vynil
chloride, arsenic), imunodefisiensi, limfedema, dan sindroma kanker genetik
seperti hereditary retinoblastoma (Shrivastava et al., 2016).
1.5 Manifestasi Klinis
Fibrosarkoma tidak menimbulkan gejala-gejala yang khas. Sebagian besar
pasien datang berobat dengan mengalami massa soliter yang bisa dipalpasi
berukuran 3 sampai 8 cm pada dimensi terbesarnya. Tumor ini tumbuh secara
perlahan-lahan dan biasanya tanpa nyeri . Kulit yang berada di sekitar tumor
umumnya utuh, walaupun neoplasma yang berlokasi lebih superfisial yang tumbuh
dengan cepat atau mengalami traumatisasi bisa menimbulkan ulserasi kulit. Tumor
tersebut apabila diabaikan secara klinik dapat membentuk massa besar yang
mengalami ulserasi dan nekrosis di daerah-daerah ulserasi. Durasi gejala-gejala
praoperatif sangat bervariasi, mulai dari beberapa minggu hingga selama 20 tahun,
walaupun durasi praoperatif rata-rata adalah 3 tahun. Sebagian besar pasien tidak
mengalami manifestasi sistemik kecuali penurunan berat badan pada pasien
penderita tumor berukuran besar dan berdurasi lama dan dalam kasus di mana
tumor telah bermetastasis secara luas (Regezi, 2016).

1.6 Patofisiologi
Fibrosarkoma dapat terjadi akibat pengaruh paparan radiasi dari lingkungan
yang mengakibatkan terjadinya translokasi kromosom pada sekitar 90% kasus. x-
radiation dan gamma radiation paling berpotensi menyebabkan kerusakan
jaringan. Ionisasi radiasi menyebabkan terjadinya perubahan genetik yang meliputi
mutasi gen, mutasi mini-satellit (perubahan jumlah DNA sequences), formasi
mikronukleus (tanda kehilangan atau kerusakan kromosom), aberasi kromosomal
(struktur dan jumlahnya), perubahan ploidi (jumlah dan susunan kromosom), DNA
stand breaks dan instabilitas kromosom. Ionisasi radiasi mempengaruhi semua fase
dalam siklus sel, namun fase G2 merupakan yang paling sensitif. Sepanjang hidup
sel pada sumsum tulang, mukosa usus, epitelium testikular seminuferus, folikel
ovarium rentan mengalami trauma dan sebagai akibatnya akan selalu mengalami
proses mitosis. Radiasi selama proses mitosis mengakibatkan aberasi kromosomal.
Tingkat kerusakan bergantung pada intensitas, durasi, dan kumulatif dari radiasi.
DNA dapat mengalami kerusakan secara langsung maupun tidak langsung
melalui interaksi dengan reactive products yang berupa radikal bebas. Pengamatan
terhadap kerusakan DNA diduga sebagai hasil perbaikan DNA atau sebagai akibat
dari replikasi yang salah. Perubahan ekspresi gen memicu timbulnya suatu tumor.
Sebagai akibat paparan x-radiation dan gamma radiation sangat kuat berkorelasi
terhadap timbulnya keganasan atau kanker. Kerusakan DNA yang dimanifestasikan
dalam bentuk translokasi kromosom gene COL1A1 pada kromosom 17 dan gen
platelet-derived growth factor B pada kromosom 22 mengakibatkan terjadinya
keganasan pada jaringan fibrous. Perubahan fibrosarkoma dicirikan dengan
pertumbuhan pola herringbone yang nampak pada klasik fibrosarkoma (Cance,
2010)

1.7 Klasifikasi Fibrosarcoma


Berdasarkan klasifikasi WHO, fibrosarkoma diklasifikasikan menjadi
fibrosarkoma infantil (Infantile Fibrosarcoma) dan fibrosarkoma dewasa (Adult
Fibrosarcoma). Fibrosarkoma dewasa terdiri dari beberapa tipe lagi, seperti tipe
Myxofibrosarcoma, Low Grade Fibromyxoid Sarcoma/Hyalinizing Spindel Cell
Tumor with Giant Rossets, dan Sclerosing Epitheloid.
a. Fibrosarkoma Infantil (Infantile Fibrosarcoma)
Fibrosarkoma infantil atau sering juga disebut dengan fibrosarkoma
kongenital adalah tumor yang terjadi pada bayi-bayi baru lahir dan anak- anak usia
di bawah 10 tahun. Tumor ini muncul sebagai massa yang besar, tanpa nyeri, soliter,
tumbuh dengan cepat pada anggota gerak distal (kaki, pergelangan kaki, tungkai
bawah, lengan bawah, pergelangan tangan, tangan) yang melibatkan jaringan
superfisial dan jaringan lunak dalam.
b. Fibrosarkoma Dewasa (Adult Fibrosarcoma)
Fibrosarkoma tipe dewasa adalah suatu tumor ganas yang terdiri dari sel-sel
fibroblas dengan produksi kolagen yang bervariasi. Terjadi pada anak dan remaja
(usia antara 10-15 tahun) serta usia dewasa terutama 40-55 tahun. Fibrosarkoma
tipe ini melibatkan jaringan lunak dalam (deep soft tissue) dari anggota gerak bawah
terutama paha dan lutut bagian posterior, diikuti dengan anggota gerak atas, bahu,
kepala dan leher, yang meliputi rongga nasal, sinus paranasal dan nasofaring.
1. Myxofibrosarcoma
Myxofibrosarcoma adalah sarkoma yang relatif umum pada pasien usia 50
sampai 70 tahun. Sebagian besar ditemukan pada dermis dan lemak subkutan
dari anggota gerak, bahu dan berkembang pada fasia dan otot skeletal. Tumor
ini merupakan tumor yang tumbuh lambat dan sering tanpa nyeri.
Myxofibrosarcoma biasanya tumbuh di sepanjang septa fibrosa dan membentuk
lebih banyak atau lebih sedikit nodul. Tumor yang besar letaknya lebih dalam
dan mengalami nekrosis dan atau perdarahan secara parsial.
2. Low Grade Fibromyxoid Sarcoma
Sarkoma ini biasanya muncul sebagai suatu massa tanpa nyeri yang bertahan
lama, lebih sering terjadi pada jaringan lunak dalam anggota gerak paha, bahu
pasien usia 35 tahun. Low Grade Fibromyxoid Sarcoma mempunyai batas yang
jelas dan kadang-kadang berlobus. Pada pembedahan tampak massa fibrosa atau
fibromiksoid, keputih-putihan, berkilau, yang mirip dengan leiomioma rahim.
Low Grade Fibromyxoid Sarcoma terdiri dari sel-sel tumor berbentuk-spindel
yang membentuk fasikel-fasikel atau kumparan-kumparan pada latar belakang
kolagen dan miksoid.
3. Sclerosing Epitheloid
Sarkoma ini menimbulkan nyeri dari semua fibrosarkoma yang terjadi pada
orang dewasa rata-rata usia 43 tahun. Tumor pada dasarnya berkembang pada
anggota gerak terutama anggota gerak bawah dan bahu dan letaknya dalam.
Sclerosing Epitheloid Fibrosarcoma adalah tumor berlobus dengan batas yang
jelas yang bisa mengalami kalsifikasi, perubahan kista atau perubahan miksoid.
1.8 Staging Fibrosarcoma
Sistem staging yang digunakan pada soft tissue sarcoma yaitu UICC
(International Union against Cancer) dan AJCC (American Joint Committee on
Cancer). Sistem ini digabungkan dengan grading histologi, baik ukuran dan
kedalaman tumor, keterlibatan nodus limfatik regional dan metastasis jauh.
1.9 Pemeriksaan

Beberapa pemeriksaan radiologi yang lazim digunakan untuk lesi – lesi


jaringan lunak dan tulang adalah :
1) Magnetic Resonance Imaging (MRI), merupakan modalitas pilihan yang
berguna untuk mendeteksi, menentukan sifat tumor, dan staging dari berbagai
tumor-tumor jaringan lunak melalui kemampuannya dalam membedakan
tumor jaringan dari otot dan lemak di sekitarnya. Modalitas ini juga dapat
membantu dalam pelaksanaan biopsi dan perencaan pembedahan.
2) Spiral CT, lebih sering digunakan dalam pemeriksaan sarkoma pada daerah
dada dan abdomen. Modalitas ini penting dalam mendeteksi kemungkinan
metastasis sarkoma ke paru-paru, terutama untuk tumor-tumor yang berukuran
> 5 cm sehingga staging dapat ditegakkan secara akurat.
3) Positron Emission Tomography (PET), memiliki potensial klinis dalam
menentukan aktivitas biologis dari massa jaringan lunak. Teknik ini mampu
membedakan tumor jinak dengan high grade sarcoma.
4) Biopsi, prosedur ini dapat membantu dalam menentukan keganasan suatu
jaringan, grading histologi, dan tipe histologi yang spesifik dari suatu sarkoma.

1.10 Penatalaksanaan
Surgical resection adalah penatalaksanaan yang bisa dilakukan pada
fibrosarkoma low grade, meskipun kekambuhan lokal dapat terjadi pada 11%
pasien. Sedangkan pada fibrosarkoma high grade sering membutuhkan preoperatif
atau anjuvant chemotherapi setelah operasi untuk memenuhi kelangsungan hidup.
1.10 Pathway

Paparan radiasi

Ionisasi radiasi

Mempengaruhi fase siklus sel (G2 paling sensitif)

Mutasi gen, abrasi kromosom, perubahan jumlah DNA


(translokasi kromosom gen COL 1A1 pada kromosom 17 dan platelet drived
growth factor β pada kromosom 12)

Fibroblast immatur

Massa jaringan lunak

FIBROSARCOMA
(Sendi, otot, tendon, jaringan ikat)

Pre Operasi Post Operasi

Benjolan Melanoma Perawatan


Pertumbuhan sel Jaringan Adanya
menekan ujung- kanker terputus luka bekas luka tidak
ujung syaraf menyerap energi operasi adekuat
sekitar Kerusakan
Integritas
Jaringan Merangsa
Intake berkurang Kerusakan Invasi
ng area
Nyeri Akut Integritas bakteri
sensorik
patogen
motorik Jaringan
Kaheksia

Risiko
Ketidakseimbangan Nyeri Infeksi
nutrisi kurang dari Akut
kebutuhan tubuh
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
alamat, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan sangat tergantung dari dimana tumor tersebut tumbuh. Keluhan
utama pasien fibrosarkoma daerah ekstremitas tersering adalah benjolan
yang umumnya tidak nyeri dan sering dikeluhkan muncul setelah terjadi
trauma didaerah tersebut.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Perlu ditanyakan kapan terjadi dan bagaimana sifat pertumbuhannya,
keluhan yang berhubungan dengan infiltrasi dan penekanan terhadap
jaringan sekitar, dan keluhan yang berhubungan dengan metastasis jauh.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Ditanyakan riwayat kesehatan klien, tertama untuk penyakit-penyakit
yang dapat memperberat kondisinya saat ini, misalnya memiliki DM.
Dapatkan juga informasi sejak mulai kapan dan bagaimana riwayat
pengobatannya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Ditanyakan apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama
ataupun menderita tumor atau kanker jenis yang lain. Ditanyakan juga
penyakit-penyakit menular dan menurun yang diderita oleh keluarga
yang lain seperti hipertensi, DM, Gangguan Jantung, Astma, TBC, dll.
3. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola persepsi kesehatan – pemeliharaan kesehatan
Pada pasien fibrosarcoma terjadi perubahan persepsi dan tata laksana
hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang dampak sehingga
menimbulkan presepsi yang negatif terhadap dirinya.
b. Pola metabolisme nutrisi
Akibat sarcoma timbul pada daerah leher maka terdapat adanya
pembekakan sehingga menimbulkan keluahan nyeri pada leher, susah
menelan, berat badan menurun dan lemas. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang
dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
c. Pola eliminasi
Tidak terdapat gangguan pada pola eliminasi
d. Pola aktivitas
Penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara
maksimal, penderita mudah mengalami lemah dan letih. Pasien
biasanya bekerja diluar rumah, tapi saat ini pasien hanya beristirahat di
Rumah Sakit.
e. Pola istirahat – tidur
Adanya benjolan pada jaringan lunak membuat pasien mengalami
perubahan pada pola tidur, misalnya pasien mengeluh nyeri, ansietas.
f. Pola kognitif – persepsi
Pasien mampu menerima pengetahuan, ide persepsi, dan bahasa. Pasien
mampu melihat, mendengar, mencium, meraba, dan merasa dengan
baik.
g. Pola persepsi diri – konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan
pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga.
h. Pola hubungan – peran
Penyakit pasien yang sukar sembuh menyebabkan penderita malu dan
manarik diri dari pergaulan.
i. Pola seksual – reproduksi
Selama dirawat di rumah sakit pasien tidak dapat melakukan hubungan
seksual seperti biasanya.
j. Pola penanganan masalah
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang
negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung, kehilangan
kontrol, dan menarik diri dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang konstruktif/adaptif.
k. Pola keyakinan – nilai-nilai
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh tidak
menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengaruhi pada ibadah penderita.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Penampilan atau keadaan umum
Secara keseluruhan keadaan tidak baik, BB menurun
b. Tingkat kesadaran
Kesadaran pasien komposmentis, respon mata, verbal, dan motor.
c. Tanda-Tanda Vital
Suhu Tubuh
Tekanan Darah
Nadi
RR
d. Pemeriksaan Head to Toe
a. Pemeriksaan Kepala
- Tulang tengkorak : Inspeksi (bentuk mesocepal, bulat sempurna, tidak
ada deformitas, tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran kepala)
Palpasi (tidak ada nyeri tekan)
- Kulit kepala : Inspeksi (kulit kepala bersih, tidak ada lesi, tidak ada
skuama, tidak ada kemerahan)
- Wajah : Inspeksi (keadaan simetris, tidak ada edema, dan tidak ada
massa) Palpasi : (tidak ada kelainan sinus)
- Rambut : Inspeksi (rambut kotor, ada ketombe, ada uban) Palpasi
(rambut rontok)
b. Mata
- Inspeksi (bulat besar, bersih tidak cowong, simestris, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, diameter 3 mm, reflek cahaya
positif, gerakan mata tidak normal, fungsi penglihatan tidak terlalu
baik)
- Palpasi (bola mata normal, tidak ada nyeri tekan)
c. Hidung
- Inspeksi (tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung, mukosa
lembab, tidak ada benda asing)
- Palpasi (tidak ada nyeri tekan)
d. Telinga
- Inpeksi (Simetris, bersih, fungsi pendengaran kurang baik, tidak ada
serumen, tidak terdapat kelainan bentuk)
- Palpasi (normal tidak ada lipatan, ada nyeri)
e. Mulut
- Inspeksi (tidak ada stomatitis, mukosa bibir lembab, lidah simetris,
faring ada pembekakan apabila fibrosarkoma pada sekitar leher)
- Palpasi (tidak ada nyeri tekan)
f. Leher
- Inspeksi (apabila fibrosarcoma pada sekitar leher maka terjadi
pembengkakan dan benjolan)
- Palpasi (terdapat nyeri tekan)
g. Paru-paru
- Inspeksi : apabila metastase tidak sampai paru-paru maka pergerakan
dinding dada normal, frekuensi nafas 16-24 x/menit.
- Palpasi : Suara fremitus kanan-kiri, tidak ada nyeri tekan, .
- Perkusi : Sonor pada saluran lapang paru.
- Auskultasi : Suara dasar paru vesikuler, tidak ada weezing.
h. Jantung
- Inspeksi : Normal (Iktus kordis tidak tampak).
- Palpasi : Normal (Iktus kordis teraba pada ICS 5)
- Perkusi : Normal (Pekak)
- Auskultasi : Normal (BJ I-II Murni, tidak ada gallop, tidak ada murmur)
i. Pemeriksaan Payudara
- Inspeksi : Bersih, tidak ada pembekakan, bentuk simetris
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
j. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : Perut datar, tidak ada bekas postoperasi
- Auskultasi : Bising usus 10x/menit
- Palpasi : Tidak ada nyeri, tidak ada benjolan, kulit normal, tidak ada
ascites, tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : Timpani, tidak ada cairan atau udara
k. Pemeriksaan Anus dan Genitalia
- Anus
Inspeksi : tidak ada bengkak atau inflamasi
Palpasi : tidak ada darah, tidak ada pus
- Genitalia Laki-Laki
Inspeksi : Ada rambut pubis, kulit penis normal, lubang penis ditengah,
kulit skrotum halus, tidak ada pembekakan, posisi testis norma
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada batang penis dan skrotum
l. Pemeriksaan Ekstremitas
- Inspeksi : Jari tangan lengkap, kuku bersih, bentuk simetris, tidak ada
sianosis di lengan kanan atas, tidak ada edema.
- Palpasi : Denyut nadi 94 x/menit, kuku normal, kekuatan otot, tidak ada
nyeri tekan
m. Kulit
- Inspeksi : Kulit bersih, kulit kering, ada lesi bagian fibrosarcoma
- Palpasi : Tekstur tidak normal pada bagian fibrosarcoma
1.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d metastase sel tumor atau proses insisi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh intake makanan yang
kurang
3. Kerusakan integritas kulit b.d ulkus atau nekrosis jaringan tumor
4. Risiko infeksi
2.3 Nursing Care Plan
No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri Akut Setelah diberikan tindakan keperawatan selama Pemberian analgesik (2210)
3x24 jam, nyeri dapat teratasi dengan kriteria hasil: 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
Tingkat nyeri (2102) dan keparahan nyeri
Tujuan 2. Cek perintah pengobatan meliputi obat,
No Indikator Awal
1 2 3 4 5 dosis, dan frekuensi obat analgesik yang
1. Ekspresi diresepkan
nyeri 3. Cek adanya riwayat alergi obat
2. Panjang 4. Dokumentasi respon terhadap analgesik
episode nyeri dan adanya efek samping
3. Tanda-tanda
vital
Keterangan:
1. Sangat Berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak Ada
2. Ketidakseimbangan Setelah diberikan tindakan keperawatan selama Monitor Nutrisi (1160)
Nutrisi Kurang 3x24 jam, status nutrisi meningkat dengan kriteria
1. Lakukan pengukuran antropometrik
dari Kebutuhan hasil:
pada komposisi tubuh (misalnya: IMT)
Tubuh Status Nutrisi: Asupan Makanan dan Cairan
2. Monitor turgor kulit
(1008)
3. Identifikasi adanya abnormalitas
Tujuan
No Indikator Awal rambut (misalnya kering, mudah patah,
1 2 3 4 5
tipis, kasar)
4. Monitor adanya mual dan muntah
5. Monitor diet dan asupan kalori
1. Asupan 6. Monitor adanya pucat pada konjungtiva
makanan 7. Lakukan evaluasi menelan (misalnya
secara oral fungsi motorik wajah, mulut, otot otot
2. Asupan lidah, reflek menelan)
cairan secara
oral
Keterangan:
1. Tidak adekuat
2. Sedikit adekuat
3. Cukup adekuat
4. Sebagian besar adekuat
5. Sepenuhnya adekuat
3. Kerusakan Setelah diberikan tindakan keperawatan selama Perawatan Luka (3660)
Integritas Jaringan 3x24 integritas jaringan kulit meningkat dengan
1. Angkat balutan dan plaster perekat
kriteri hasil:
2. Monitor karakteristik luka, termasuk
Integritas Jaringan: Kulit (1101)
drainase, warna, ukuran, bau
Tujuan 3. Ukur luas luka
No Indikator Awal
1 2 3 4 5 4. Bersihkan dengan normal saline atau
1. Lesi pembersih yang tidak beracun
2. Jaringan 5. Oleskan salep yang sesuai dengan
parut kulit/lesi
3. Eritema 6. Berikan balutan yang sesuai dengan
4. Nekrosis jenis luka
Keterangan: 7. Pertahankan teknik balutan steril ketika
1. Berat melakukan perawatan luka
2. Cukup berat 8. Bandingkan dan catat setiap perubahan
3. Sedang luka
4. Ringan
5. Tidak ada 9. Anjurkan pasien atau anggota
keluarrga pada prosedur perawatan
luka
Perawatan Area Sayatan (3440)
1. Periksa daerah sayatan terhadap
kemerahan, bengkak, atau tanda-tanda
dehiscence atau eviserasi
2. Catat karakteristik drainase
3. Bersihkan daerah sekitar sayatan
dengan pembersih yang tepat
4. Bersihkan mulai area yang bersih ke
area yang kurang bersih
5. Monitor sayatan untuk tanda dan gejala
infeksi
6. Gunakan kapas steril untuk
pembersihan jahitan benang luka, luka
dalam dan sempit, atau luka
berkantong
7. Berikan salep antiseptik
8. Berikan plaster untuk penutup
9. Arahkan pasien dan keluarga cara
merawat luka insisi termasuk tanda-
tanda dan gejala infeksi
4. Risiko Infeksi Setelah diberikan tindakan keperawatan selama Perlindungan infeksi (6550)
3x24 jam, risiko infeksi berkurang dengan kriteria
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
hasil:
2. Monitor nilai WBC
Keparahan Infeksi (0703)
No Indikator Awal Tujuan
1 2 3 4 5 3. Periksa kulit dan selaput lendir untuk
1. Drainase adanya kemerahan atau drainase
purulen 4. Periksa kondisi setiap sayatan bedah
2. Kolonisasi atau luka
pada alat 5. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
bantu (mis. 6. Anjurkan asupan cairan
Akses
7. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
vaskular)
3. Peningkatan
tanda dan gejala infeksi
jumlah sel 8. Kolaborasi pemberian antibiotik yang
darah putih diresepkan
4. Demam
Keterangan:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

Anda mungkin juga menyukai