Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS DI RUMAH

SAKIT UMUM DR. HARYOTO LUMAJANG

LAPORAN PENDAHULUAN

oleh

Pungki Wahyuningtyas

NIM. 152310101195

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Review Anatomi Fisiologi Pankreas

Pankreas merupakan suatu organ retroperitoneal berupa kelenjar dengan panjang sekitar
15-20 cm pada manusia. Berat pankreas sekitar 75-100 g pada dewasa, dan 80-90% terdiri dari
jaringan asinar eksokrin. Pankreas terbentang dari atas sampai ke lengkungan besar dari perut
dan biasanya dihubungkan oleh dua saluran ke duodenum terletak pada dinding posterior
abdomen di belakang peritoneum sehingga termasuk organ retroperitonial kecuali bagian kecil
kaudanya yang terletak dalam ligamentum lienorenalis. Strukturnya lunak dan berlobulus
(Williams, 2013)

Pankreas dibagi menjadi 2 bagian yaitu bagian eksokrin dan bagian endokrin. Komponen
eksokrin membentuk sebagian besar pankreas dan terdiri dari asini serosa dan sel zimogenik yang
tersusun rapat dan membentuk banyak lobulus kecil. Komponen endokrin pankreas tersebar di seluruh
organ berupa pulau sel endokrin yang disebut insula pancreatica (pulau Langerhans). Sel-sel pulau
Langerhans terdiri dari empat macam (Eroschenko, 2008) yaitu sel alfa sebagai penghasil hormon
glukagon yang berfungsi meningkatkan kadar glukosa darah dengan mempercepat perubahan
glikogen, asam amino, dan asam lemak di hepatosit menjadi glukosa; Sel beta sebagai penghasil
hormon insulin yang berfungsi menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan transpor
membran glukosa ke dalam hepatosit, otot, dan sel adiposa; Sel Delta yang mensekresikan hormon
somatostatin untuk menurunkan dan menghambat aktivitas sekretorik sel alfa dan sel beta melalui
pengaruh lokal di dalam insula pancreatica; dan Sel F Mensekresi polipeptida pankreas yang
menghambat pembentukan enzim pankreas dan sekresi alkali.
Dua hormon penting yang dihasilkan oleh pancreas adalah insulin dan glukagon (Natan, T., 2018).
1). Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk manusia. Insulin terdiri dari dua
rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide. Sekresi insulin diatur oleh
glukosa darah dan asam amino yang memegang peranan penting. Perangsang sekresi insulin
adalah glukosa darah. Kadar glukosa darah adalah 80 – 90 mg/ml.

Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi yaitu :

a.) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah yaitu meningkatkan konsentrasinya setelah
makan, sekresi insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang di absorbsi dari usus dan
kemudian disimpan dalam hati dengan bentuk glikogen.

b.) Sebagai sistem umpan balik maka mempertahankan glukosa darah normal.

c.) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa darah yang rendah terhadap hypothalamus adalah
merangsang simpatis. Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenalin masih
menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap
hypoglikemia berat.

Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat, yaitu :

a.) Menambah kecepatan metabolisme glukosa

b.) Mengurangi konsentrasi gula darah

c.) Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.

2). Glukagon

Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerhans
mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah :
meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon merupakan protein kecil mempunyai
berat molekul 3842 dan terdiri dari 29 rantai asam amino.

B. Definisi Diabetes Melitus

Menurut WHO (2018) Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
kekurangan produksi insulin yang didapat dalam produksi insulin oleh pankreas, atau oleh
ketidakefektifan insulin yang dihasilkan. Kekurangan tersebut menyebabkan peningkatan
konsentrasi glukosa dalam darah yang dapat merusak banyak sistem tubuh, khususnya pembuluh
darah dan saraf.

Ada dua jenis diabetes:

1. Diabetes tipe 1 (ketergantungan insulin): pankreas gagal menghasilkan insulin untuk


bertahan hidup. Bentuk ini berkembang paling sering pada anak-anak dan remaja, namun
biasanya baru diketahui dalam jangka waktu yang lama.
2. Diabetes tipe 2 (non-insulin-dependent) : ketidakmampuan tubuh untuk merespon terhadap
kerja insulin yang diproduksi oleh pankreas. Diabetes tipe 2 jauh lebih umum dan
menyumbang sekitar 90% dari semua kasus diabetes di seluruh dunia. Hal ini terjadi paling
sering pada orang dewasa, namun dapat terjadi pada remaja juga.
3. Diabetes pada kehamilan (gestasional) dapat menyebabkan beberapa hasil buruk, termasuk
malformasi kongenital, peningkatan berat lahir dan peningkatan risiko kematian perinatal.
Kontrol metabolik yang ketat dapat mengurangi risiko ini ke tingkat ibu hamil non-diabetes.
C. Epidemiologi

Data yang baru-baru ini ditemukan, menunjukkan bahwa sekitar 150 juta orang menderita
diabetes mellitus di seluruh dunia, dan jumlah ini mungkin dua kali lipat pada tahun 2025.
Sebagian besar kenaikan ini akan terjadi di negara-negara berkembang dan akan disebabkan oleh
pertumbuhan populasi, penuaan, diet tidak sehat, obesitas dan gaya hidup yang kurang baik.
Sementara pada tahun 2025, kebanyakan penderita diabetes di negara maju berusia 65 tahun atau
lebih, di negara-negara berkembang kebanyakan berada di kelompok usia 45-64 tahun dan
dipengaruhi pada usia produktif mereka (WHO, 2018).

D. Etiologi

Penyebab diabetes melitus dibagi berdasarkan jenisnya yaitu sebagai berikut (NIDDK, 2016).

1. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 terjadi ketika sistem kekebalan tubuh dan sistem tubuh untuk melawan
infeksi, menyerang dan menghancurkan sel beta pankreas yang memproduksi insulin.
Ilmuwan berpendapat bahwa diabetes tipe 1 disebabkan oleh gen dan faktor lingkungan,
seperti virus, yang bisa memicu penyakit.
2. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 merupakan diabetes yang paling umum terjadi. DM tipe 2 disebabkan oleh
beberapa faktor, yaitu faktor gaya hidup dan gen, Berikut ini adalah penyebab dari DM tipe
2 yaitu:
a. kelebihan berat badan, obesitas, dan ketidakaktifan fisik.
Seseorang lebih mungkin terkena diabetes tipe 2 jika tidak aktif secara fisik dan
kelebihan berat badan atau obesitas. Berat badan berlebih terkadang menyebabkan
resistensi insulin dan umum pada orang dengan diabetes tipe 2. Lokasi lemak tubuh juga
membuat perbedaan. Lemak perut berlebihan dikaitkan dengan resistensi insulin,
diabetes tipe 2, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
b. Resistensi insulin
Diabetes tipe 2 biasanya dimulai dengan resistensi insulin, suatu kondisi dimana sel otot,
hati, dan lemak tidak menggunakan insulin dengan baik. Akibatnya, tubuh membutuhkan
lebih banyak insulin untuk membantu glukosa masuk ke dalam sel. Pada awalnya,
pankreas membuat lebih banyak insulin. Namun, pankreas tidak dapat membuat insulin
yang cukup sehingga kadar glukosa darah meningkat.
c. Gen dan riwayat keluarga
Seperti pada diabetes tipe 1, gen tertentu mungkin dapat menjadi penyebab diabetes tipe
2. Penyakit ini cenderung berjalan dalam keluarga dan lebih sering terjadi pada
kelompok ras / etnis orang Amerika keturunan Afrika, Penduduk asli Alaska, Orang
Indian Amerika, Orang Amerika asia, Hispanik/ Latin, Hawaii, dan Kepulauan Pasifik.
Gen juga dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 dengan meningkatkan
kecenderungan seseorang untuk menjadi kelebihan berat badan atau obesitas.

E. Klasifikasi

Menurut Azzahra (2015), diabetes melitus diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:


1. Diabetes melitus tipe 1 : adalah akibat dari kegagalan tubuh dalam memproduksi insulin,
sering disebut sebagai diabetes melitus ketergantungan insulin karena membutuhkan suntikan
insulin tambahan untuk kelangsungan hidup.
2. Diabetes melitus tipe 2 : merupakan hasil dari resistensi terhadap insulin.
3. Gestational diabetes : ini terjadi pada wanita hamil yang belum memiliki riwayat diabetes,
tapi mengalami kadar glukosa darah tinggi selama kehamilan, biasanya berlanjut dengan
risiko penyakit diabetes melitus tipe 2.
4. Diabetes tipe 2 usia muda (Mody): merupakan bentuk diabetes langka dengan cacat
monogenetik fungsi sel beta pankreas (gangguan sekresi insulin), biasanya diwariskan secara
dominan autosomal

F. Patofisiologi

Patofisiologi diabetes melitus adalah sebagai berikut (Azzahra, 2012).

1. Patofisiologi diabetes tipe 1


Diabetes tipe 1 terjadi akibat gangguan autoimun yang menyebabkan kerusakan bertahap dari
sel beta pankreas menyebabkan kekurangan insulin absolut. Dalam kondisi ini serangan sistem
kekebalan tubuh dan menghancurkan sel yang memproduksi insulin beta pankreas. Kondisi
autoimun pada patofisiologi diabetes tipe 1 terjadi dimana tubuh menyerang sel pankreas yang
sehat menyebabkan infiltrasi limfositik dan kehancuran pulau langerhans pankreas. Kehancuran
pankreas memakan waktu dan bertahap, tetapi timbulnya penyakit ini lebih cepat dan dapat
terjadi selama beberapa hari sampai minggu. Ada kondisi autoimun lain terkait dengan
patofisiologi termasuk vitiligo dan hipotiroidisme. Diabetes tipe 1 selalu membutuhkan terapi
insulin melalui suntikan, dan tubuh tidak akan merespon obat oral insulin.
2. Patofisiologi diabetes tipe 2
Kondisi akibat kekurangan relatif insulin namun tidak mutlak mendasari patofisiologi diabetes
tipe 2. Kondisi ini memberitahu bahwa tubuh tidak lagi mampu untuk memproduksi insulin
yang memadai untuk memenuhi kebutuhan metabolisme glukosa tubuh. Adanya kekurangan sel
beta pankreas yang memasok insulin, dikombinasi dengan resistensi insulin perifer. Resistensi
insulin perifer artinya bahwa meskipun kadar insulin cukup memadai namun tidak ada
hipoglikemia atau gula darah rendah. Hal ini mungkin karena terjadi perubahan reseptor insulin
yang memengaruhi akitifitas insulin.
G. Pathway

Faktor Pencetus

Sel beta pankreas rusak/terganggu

Produksi insulin menurun

Katabolisme protein Glukosa meningkat


meningkat
Hiperglikemi
Merangsang hipotalamus
Glikosuri sel kurang nutrisi
Pusat lapar dan haus
Diuresis osmotic hilang protein tubuh produksi Energi
Polidipsi & polifagi metabolisme
Dehidrasi respon peredaran darah
Nutrisi: kurang lambat Keletihan
Kurang dari kebutuhan tubuh Kekurangan volume cairan
Resiko Infeksi
H. Manifestasi klinis

Menurut Global Diabetes Community (2018), Gejala yang sering terjadi pada Diabetes Melitus
adalah sebagai berikut:

Pada tahap awal sering ditemukan :

a. Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai melampaui daya serap
ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan
dan elektrolit sehingga penderita mengeluh banyak kencing.

b. Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri,
sehingga untuk mengimbangi penderita lebih banyak minum.

c. Polipagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami starvasi (lapar).

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan kehabisan
glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari
bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein.

e. Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol fruktasi) yang disebabkan
karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga
menyebabkan pembentukan katarak.

I. Pemeriksaan penunjang
Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium untuk Diabetes Melitus adalah sebagai berikut :

1. Gula darah puasa


Pada pemeriksaan ini pasien harus berpuasa 8-10 jam sebelum pemeriksaan dilakukan.
Spesimen darah yang digunakan dapat berupa serum atau plasma vena atau juga darah kapiler.
Pemeriksaan gula darah puasa dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaringan, memastikan
diagnostik atau memantau pengendalian DM. Nilai normal 70-110 mg/dl.
2. Gula darah sewaktu
Spesimen darah dapat berupa serum atau plasma yang berasal dari darah vena. Pemeriksaan
gula darah sewaktu plasma vena dapat digunakan untuk pemeriksaan penyaringan dan
memastikan diagnosa Diabetes Melitus. Nilai normal <200 mg/dl.
3. Gula darah 2 jam PP (Post Prandial)
Pemeriksaan ini sukar di standarisasi, karena makanan yang dimakan baik jenis maupun
jumlah yang sukar disamakan dan juga sukar diawasi pasien selama 2 jam untuk tidak makan
dan minum lagi, juga selama menunggu pasien perlu duduk, istirahat yang tenang, dan tidak
melakukan kegiatan jasmani yang berat serta tidak merokok. Untuk pasien yang sama,
pemeriksaan ini bermanfaat untuk memantau DM. Nilai normal <140 mg/dl.
4. Glukosa jam ke-2 Tes Toleransi Glukosa Oral
TTGO tidak diperlukan lagi bagi pasien yang menunjukan gejala klinis khas DM dengan
kadar gula darah atau glukosa sewaktu yang tinggi melampaui nilai batas sehingga sudah
memenuhi kriteria diagnosa DM.
Nilai normal :
- Puasa : 70 – 110 mg/dl
- ½ jam : 110 – 170 mg/dl
- 1 jam : 120 – 170 mg/dl
- 1½ jam : 100 – 140 mg/dl
- 2 jam : 70 – 120 mg/dl
5. Pemeriksaan HbA1c
HbA1c atau A1c merupakan senyawa yang terbentuk dari ikatan antar glukosa dan
hemoglobin (glycohemoglobin). Jumlah HbA1c yang terbentuk, tergantung pada kadar gula
darah. Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai dengan usai sel darah
merah), kadar HbA1c mencerminkan kadar gula darah rata-rata 1 sampai 3 bulan. Uji
digunakan terutama sebagai alat ukur keefektifan terapi diabetik. Kadar gula darah puasa
mencerminkan kadar gula darah saat pertama puasa, sedangkan glikohemoglobin atau HbA1c
merupakan indikator yang lebih baik untuk pengendalian Diabetes Melitus. Nilai normal
HbA1c adalah 4-6 %. Berdasarkan nilai normal kadar HbA1c, pengendalian Diabetes Melitus
dapat dikelompokan menjadi 3 kriteria yaitu :
a. DM terkontrol baik / kriteria baik : <6,5%
b. DM cukup terkontrol / kriteria sedang :6,5 % - 8,0 %
c. DM tidak terkontrol / kriteria buruk : > 8,0 %

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada diabetes melitus meliputi:


1. Penatalaksaan keperawatan

a. Rencana diet, pada penderita diabetes dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan
karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari. Jumlah kalori yang disarakan bervariasi, bergantung
pada kebutuhan untuk mempertahankan, menurunkan atau meningkatkan berat tubuh.
b. Latihan fisik dan pengaturan aktivitas fisik mempermudah transpor glukosa ke dalam sel-sel
dan meningkatkan kepekaan terhadap insulin. Pada individu sehat pelepasan insulin menurun
selama latihan fisik sehingga hipoglikemi dapat dihindarkan.
c. Pengetahuan tentang diabetes mellitus dan perawatan diri, pasien diabetes mellitus relative
dapat hidup normal asalkan mereka mengetahui dengan baik keadaan dan penatalaksana
penyakit yang dideritanya.
2. Penatalaksanaan Medis
Obat hipoglikemik oral (OHO)
1) Golongan sulfonilures bekerja dengan cara:

- Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan

- Menurunkan ambang sekresi insulin

- Meningkatkna sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa

2) Biguanid
Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai bawah normal. Preparat yang ada dan
aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien dengan kegemukan.

3) Inhibitor alfa glukosidase

Secara kompettitf menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam saluran cerna
sehingga menrunkan hiperglikemia pasca pransial

4) Insulin sensitizing agent

Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai sfek farmakologi


meningkatkan sensitivitas insulin sehingga bisa mengatasi nasalah resistensi insulin dan
berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia.

ASUHAN KEPERAWATAN

A.Pengkajian

Identitas

Nama, usia (DM Tipe 1 Usia> 30 tahun. DM tipe 2 usia >30 tahun, cenderung meningkat pada usia
>65 tahun), kelompok etnik di Amerika Serikat golongan hispanik serta penduduk asli Amerika
tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar, jenis kelamin, status, agama, alamat, tanggal MRS,
diagnosa masuk. Pendidikan dan pekerjaan, orang dengan pendapatan tinggi cenderung mempunyai
pola hidup dan pola makan yang salah, cenderung untuk mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung gula dan lemak yang berlebihan. Penyakit ini biasanya banyak dialami oleh orang yang
pekerjaannya dengan aktivitas fisik yang sedikit.

a. Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus dating kerumah sakit dengan keluhan utama yang berbeda-beda. Pada
umumnya seseorang datang kerumah sakit dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria,
polidipsia, lemas, dan berat badan turun.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM, penyebab terjadinya DM
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada kaitannya dengan defisiensi
insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan
oleh pasien.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini berhubungan dengan proses
genetic dimana orang tua dengan diabetes mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit
tersebut kepada anaknya.
e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita sehubungan
dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita

1. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda – tanda
vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda,
diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan shu kulit
di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini berhubungan erat dengan adanya komplikasi
kronis pada makrovaskuler.
f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan,
peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri,
adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi.

3. Pengkajian Pola Gordon:

1. Pola persepsi
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki diabetuk sehingga
menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya
penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.

2. Pola nutrisi dan metabolisme


Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah
tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan,
banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat
mengakibatkan terjadinya

gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.

3. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien
sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi
alvi relatif tidak ada gangguan.

4. Pola tidur dan istirahat


Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan situasi rumah sakit yang ramai akan
mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur
penderita mengalami perubahan.

4. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam
post prandial > 200 mg/dl.

b. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).

c. Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis
kuman.

B. Diagnosa keperawatan

a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.

b. Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

c. Risiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

d. Risiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan


glukosa/insulin dan atau elektrolit.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat


diobati, ketergantungan pada orang lain.

g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan


dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi informasi.

C. Intervensi keperawatan

Diagnosa 1: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.

Definisi: Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan /atau intraseluler. Ini mengacu pada
dehidrasi, kehilangan cairan saja tanpa perubahan kadar natrium.

NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama......... x 24 jam diharapkan pasien


membaik dengan indikator:
0601 Keseimbangan Cairan

060101 tekanan darah

060122 Denyut nadi radial

060107 Keseimbangan intake&output dalam 24 jam

060116 Turgor kulit

0602 Hidrasi

060205 Haus

060219 Warna urin keruh

060227 Peningkatan suhu tubuh

NIC:

4100 Monitor Cairan

1. Monitor membran mukosa, turgor kulit dan respon haus

2. Monitor warna, kuantitas, dan berat jenis urin

3. Berikan cairan dengan tepat

4. Konsultasikan ke dokter jika pengeluaran urin kurang dari 0,5 ml/kg/jam atau asupan
cairan orang dewasa

2000 Manajemen Elektrolit

1. Berikan diet sesuai dengan kondisi ketidakseimbangan elektrolit pasien

2. Berikan lingkungan yang aman kepada pasien yang memiliki masalah neurologis dan
neuromuskular sebagai manifestasi dari ketidakseimbangan elektrolit

3. Konsultasikan dengan dokter jika tanda-tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan dan
atau elektrolit menetap atau memburuk

 2080 Manajemen Elektrolit/Cairan


1. Pantau adanya tanda dan gejala dehidrasi
2. Pertahankan kepatenan akses IV
3. Tingkatkan intake cairan per oral pasien yang sesuai
4. Monitor intake dan output pasien secara akurat
5. Monitor TTV pasien
6. Monitor manifestasi dari adanya ketidakseimbangan elektrolit
7. Pastikan bahwa larutan intravena yang mengandung elektrolit diberikan dengan aliran
konstan dan sesuai

Diagnosa 2: Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik


NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama......... x 24 jam diharapkan pasien
membaik dengan indikator:

1004 Status nutrisi


100401 Asupan gizi

100402 Asupan makanan

100405 Rasio berat badan/ tinggi badan

100411 Hidrasi

NIC:

0180 Manajemen Nutrisi


1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien.

3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

5. Berikan substansi gula

6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

10. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

11. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan

1160 Monitor Nutrisi


1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan

3. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

4. Monitor lingkungan selama makan

5. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan


6. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

7. Monitor turgor kulit

8. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah

9. Monitor mual dan muntah

10. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

11. Monitor makanan kesukaan

12. Monitor pertumbuhan dan perkembangan

Diagnosa 3: Risiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia

Definisi: rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat
mengganggu kesehatan

NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama......... x 24 jam diharapkan pasien


membaik dengan indikator:

0703 Keparahan infeksi

070301 kemerahan

070302 vesikel yang tidak mengeras permukaannya

070309 gejala-gejala gastrointestinal

070332 hilang nafsu makan

NIC:

6540 Kontrol Infeksi

1. Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang benar


2. Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan
ruang pasien

3. Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-masing pasien

4. Pertahankan tehnik isolasi, bila diperlukan

5. Terapkan kewaspadaan universal

6. Batasi jumlah pengunjung, bila diperlukan


5246 Konseling nutrisi

1. Bina hubungan saling percaya


2. Tentukan lama konseling

3. Kaji asupan makanan dan kebiasaan

4. Fasilitasi untuk mengidentifikasi perilaku makan yang harus dirubah


Diagnosa 4. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

Definisi: rasa letih luar biasadan penurunan kapasitas kerja fisik dan jiwa pada tingkat yang
biasanya secara terus- menerus.

NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama......... x 24 jam diharapkan pasien


membaik dengan indikator:

0008 Kelelahan: Efek yang mengganggu

000803 Penurunan energi

000804 Gangguan pada aktivitas sehari- hari

000806 gangguan pada rutinitas

000810 gangguan pada aktivitas fisik

0007 Tingkat kelelahan

000701 kelelahan

000702 kelesuan

000706 gangguan konsentrasi

000707 penurunan motivasi

0180 Manajemen energi

1. Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai dengan konteksusia
dan perkembangan

2. Konsulkan dengan ahli gizi mengenai cara peningkatan ampul dan ini makan

3. Anjurkan pasien untuk memilih aktivitas- aktivitas yang membangun ketahanan.

4. Batasi stimuli lingkungan

5. Anjurkan tidur siang jika dibutuh

0200 Peningkatan latihan

1. Hargai keyakinan individu terkait latihan fisik


2. Gali pengalaman individu sebelumnya mengenai latihan

3. Dukung individu untuk memulai atau melanjutkan

4. Lakukan latiha bersama individu jika diperlukan


DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J. M., & Wagner, C.M. 2013. Nursing Intervention
Classification (NIC). Indonesia: Elsevier.

Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M.L., & Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes Classification
(NOC). Indonesia: Elsevier.

Hadi Abdul. 2015. Pengertian, Fungsi, dan Struktur Pankreas. Diakses dari
http://www.softilmu.com/2015/06/Pengertian-Struktur-Bagian-Bagian-fungsi-Pankreas-
adalah.html pada tanggal 13 Januari 2018 pukul 17.08 WIB
Natan, Tebai. 2018. Laporan_Pendahuluan_Diabetes_Melitus. Diakses dari
https://www.academia.edu/8201048/LAPORAN_PENDAHULUAN_DIABETES_MELITU
S pada tanggal 14 Januari 2018 pukul 17.49 WIB.
WHO. 2018. Diabetes Mellitus. Diakses dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs138/en/
pada tanggal 14 Januari 2018 pukul 16.43 WIB.
NIDDK. November 2016. Symptoms & Causes of Diabetes What Are the Symptoms Of Diabetes.
Diakses dari https://www.niddk.nih.gov/health-information/diabetes/overview/symptoms-
causes pada tanggal 14 Januari 2018 pukul 19.13 WIB.
Azzahra, Nasha. 2012. Apa Sih Penyakit Diabetes Melitus Itu. Diakses dari
https://diabetics1.com/2012/03/apa-sih-penyakit-diabetes-melitus-itu.html pada tanggal 14
Januari 2018 pukul 21.40 WIB.
The Global Diabetes Community. 2018. Diabetes Symptomps. Diakses dari
https://www.diabetes.co.uk/diabetes-symptoms.html pada tanggal 14 Januari 2018 pukul
21.35 WIB.

Anda mungkin juga menyukai