Disusun oleh:
WAHYUNI SEPTIANA
1710206011
Disusun oleh:
WAHYUNI SEPTIANA
1710206011
Disusun oleh:
WAHYUNI SEPTIANA
1710206011
Disusun oleh:
Wahyuni Septiana
1710206011
Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Syarat Untuk
Mendapatkan Gelar Profesi Ners
pada Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Pada Tanggal
3 Januari 2018
Dewan Penguji:
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini penyusun menyatakan bahwa dalam laporan kasus ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk laporan kasus lain atau untuk
memperoleh gelar ners pada perguruan tinggi lain, dan sepanjang pengetahuan
penulis juga tidak terdapat karya orang lain atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
disebutkan dalam daftar pustaka.
Wahyuni Septiana
iv
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini jauh dari
sempurna mengingat keterbatasan ilmu pengetahuan, pengalaman, serta waktu, sehingga
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk lebih
menyempurnakan karya ilmiah ini.
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ........................................................................................ i
HALAMAN DEPAN ........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN .................................. iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix
INTISARI .......................................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................................ 3
D. Manfaat .......................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ................................................................................................ 5
B. Tinjauan Islam ............................................................................................... 18
C. Kerangka Teori (Pathways) .......................................................................... 19
D. Metodologi Penelitian ................................................................................... 19
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ..................................................................................................... 22
B. Keluhan Utama .............................................................................................. 22
C. Riwayat Kesehatan dan Kelahiran .............................................................. 22
D. Riwayat Kesehatan Masa Lalu .................................................................... 22
E. Riwayat Sosial ............................................................................................... 23
F. Kebutuhan Dasar ........................................................................................... 23
G. Keadaan Kesehatan Saat Ini ......................................................................... 24
H. Hasil Laboratorium ....................................................................................... 24
I. Hasil Pemeriksaan Penunjang ..................................................................... 25
J. Pemeriksaan Fisik ......................................................................................... 25
K. Informasi Lain ............................................................................................... 26
L. Farmakologi ................................................................................................... 26
M. Analisis Data ................................................................................................. 28
N. Prioritas Masalah .......................................................................................... 30
O. Rencana Intervensi ....................................................................................... 31
P. Implementasi dan Evaluasi ......................................................................... 35
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pofil Lahan Praktik........................................................................................ 77
B. Analisis Pengkajian ....................................................................................... 77
C. Analisis Diagnosis Keperawatan ................................................................ 80
D. Analisis Intervensi dan Implementasi Keperawatan ................................ 82
E. Analisis Evaluasi .......................................................................................... 85
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................................................... 87
B. Saran ................................................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 89
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
LAPORAN KASUS ANAK DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN
BERSIHAN JALAN NAFAS PADA BRONKOPNEUMONIA
DI BANGSAL AL-IKHLAS PKU MUHAMMADIYAH
BANTUL1
INTISARI
1
Judul Karya Ilmiah Akhir Ners
2
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners Univesitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
3
Dosen Program Studi Profesi Ners Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mewujudkan tujuan
nasional. Berbagai upaya dan strategi dilakukan untuk mewujudkan pembangunan
kesehatan masyarakat secara optimal. Tujuan jangka panjang bidang kesehatan 2005-
2025 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud. Adapun indikator keberhasilan dari pembangunan kesehatan adalah terciptanya
masyarakat yang mempunyai perilaku dan lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik
Indonesia (Depkes RI,2009). Salah satu yang dapat menurunkan derajat kesehatan adalah
penyakit saluran pernapasan.
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan
kematian paling banyak pada anak, hal ini terjadi karena saluran napas pada anak masih
sempit dan daya tubuhnya pun masih rendah (Ngastiyah, 2014). Salah satu penyakit
saluran pernapasan pada anak yaitu bronkopneumonia. Bronkopneumonia adalah salah
satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu
atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya (Nurarif,2015).
Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia kurang lebih 2 juta
anak usia dibawah lima tahun meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar
terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Insiden pneumonia di negara berkembang yaitu 30-
45% per 1000 anak di bawah usia 5 tahun, 16- 22% per 1000 anak pada usia 5-9 tahun,
dan 7-16% per 1000 anak pada yang lebih tua. Kejadian bronkopneumonia di Indonesia
yang terjadi pada balita adalah 6 per 1000 balita yang berarti setiap 1000 balita ada
sekitar 6 orang yang menderita bronkopneumonia setiap tahunnya (Maryunani, 2010).
Penyakit infeksi saluran nafas merupakan satu dari dua penyakit infeksi yang masuk
sebagai penyebab kematian terbanyak di Yogyakarta. Dalam catatan medis jenis
penyebab terbanyak adalah Bronchitis dan pneumonia. Kasus pneumonia yang ditemukan
pada tahun 2012 terdapat 2.936 kasus (Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta,
2013).
1
2
oksigen adalah untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ atau sel(Potter, P., & Pery.A. 2006).
Apabila masalah bersihan jalan nafas tidak ditangani secara cepat maka bisa
menimbulkan kematian akibat kurangnya oksigen yang masuk kedalam
tubuh.Penatalaksanaan keperawatan pada masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas
dapat melalui tindakan kolaboratif perawat dengan tim kesehatan lain diantaranya dengan
fisioterapi dada, pemberian nebulizer, pemberian kebutuhan oksigen, mengukur tanda-
tanda vital, memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan batuk efektif, pemberian input
cairan baik melalui minuman maupun cairan infus, suctioning pada klien yang tidak
sadar.
Pada buku register pasien di ruang Al-Ikhlas RSU PKU Muhammadiyah Bantul
pada bulan Agustus sampai November 2017 terdapat 99anak yang menderita
bronkopneumonia dan semua kasus tersebut ditegakkan diagnosis keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Tingginya diagnosis ketidakefektifan bersihan jalan
nafas perlu mendapatkan perhatian, khususnya bagi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan secara komprehensif dan optimal. Dari data yang diperoleh tersebut, penulis
tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas pada bronkopneumonia di RS PKU Muhammadiyah Bantul.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut : “ Bagaimana Asuhan Keperawatan pada An. R
dan An. Z dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas pada Anak dengan
Bronkopneumonia di Ruang Al-Ikhlas RS PKU Muhammadiyah Bantul?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penulisan Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah untuk membandingkan asuhan
keperawatan pada dua kasus anak Bronkopneumonia dengan diagnosis keperawatan
ketidakefektifan bersihan jalan napas di ruang Al-Ikhlas RS PKU Muhammadiyah
Bantul.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis pengkajian pada 2 pasien anak bronkopneumonia dengan diagnosis
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
b. Menganalisis masalah pada 2 pasien anak bronkopneumonia dengan diagnosis
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
4
5
6
a. Bayi Baru Lahir: pneumonia seringkali terjadi karena aspirasi, infeksi virus
Varicella-zoster dan infeksi berbagai bakteri gram negatif seperti bakteri coli,
TORCH, Streptokokus dan pneumokokus.
b. Bayi: pneumonia biasanya disebabkan oleh berbagai virus, yaitu Adenovirus,
Coxsackie, Parainfluenza, Influenza A or B, Respiratory Syncytial Virus (RSV),
dan bakteri yaitu B. streptococci, E. coli, P. aeruginosa, Klebsiella, S.
pneumoniae, S. aureus, Chlamydia
c. Batita dan Anak Pra-sekolah: Pneumonia biasanya disebabkan oleh virus, yaitu
Adeno, Parainfluenza, Influenza A atau B, dan berbagai bakteri seperti S.
pneumoniae, Hemophilus influenzae, Streptococci A, Staphylococcus aureus,
Chlamydia.
d. Anak usia sekolah dan usia remaja: Pneumonia disebabkan oleh virus yaitu
Adeno, Parainfluenza, Influenza A or B, dan berbagai bakteri, seperti S.
pneumoniae, Streptococcus A dan Mycoplasma.
4. Patofisiologi
Kuman penyebab bronkopneumonia masuk ke dalam jaringan paru-paru
melalui saluran pernapasan atas untuk mencapai bronkiolus kemudian alveolus
sekitarnya. Bronkopneumonia dapat terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada
di udara, aspirasi organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen dari fokus
infeksi yang jauh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran napas masuk ke
bronkioli dan alveoli, menimbulkan reaksi peradangan yang hebat dan menghasilkan
cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan intertitial. Kuman
pneumococus dapat meluas ke seluruh segmen atau lobus. Eritrosit mengalami
perembesan dan beberapa leukosit dari kapiler paru-paru. Alveoli menjadi penuh
dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta relatif sedikit leukosit
sehingga kapiler alveoli menjadi melebar. Paru menjadi tidak berisi udara lagi,
kenyal dan berwarna merah (Riyadi, S & Sukarmin, 2009).
Pada tingkat lanjut aliran darah menurun, alveoli penuh dengan leukosit dan
relatif eritrosit. Kuman pneumococus di fagositosis oleh leukosit dan sewaktu
resolusi berlangsung, makrofag masuk kedalam alveoli dan menelan leukosit
bersama kuman pneumococus di dalamnya. Paru masuk dalam tahap hepatisasi abu-
abu tampak berwarna abu-abu kekuningan. Secara perlahan-lahan sel darah merah
yang mati dan eksudat fibrin dibuang dari alveoli. Terjadi resolusi sempurna, paru
menjadi normal kembali tanpa kehillangan kemampuan dalam pertukaran gas. Tetapi
apabila proses konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan baik maka setelah edema
7
dan terdapatnya eksudat pada elveolus membran dari alveolus akan mengalami
kerusakan yang dapat mengakibatkan gangguan proses difusi osmosis oksigen pada
alveolus. Perubahan tersebut akan berdampak pada penurunan jumlah oksigen yang
dibawa oleh darah. Penurunan itu yang secara klinis penderita mengalami pucat
sampai sianosis. Terdapatnya cairan purulent pada alveolus juga dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan pada paru, selain dapat berakibat penurunan
kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya
kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut
menggunakan otot-otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang dapat menimbulkan
peningkatan retraksi dada (Riyadi, & Sukarmin, 2009).
Secara hematogen maupun langsung (lewat penyebaran sel) mikroorganisme
yang terdapat di dalam paru dapat menyebar ke bronkus. Setelah terjadi fase
peradangan lumen bronkus berserbukan sel radang akut, terisi eksudat (nanah) dan
sel epitel rusak. Bronkus dan sekitarnya penuh dengan netrofil (bagian leukosit yang
banyak pada saat awal peradangan dan bersifat fagositosis) dan sedikit eksudat
fibrinosa. Bronkus rusak akan mengalami fibrosis dan pelebaran akibat tumpukan
nanah sehingga dapat timbul bronkiektasis. Selain itu eksudat dapat terjadi karena
absorpsi yang lambat. Eksudat pada infeksi ini mula-mula encer dan keruh,
mengandung banyak kuman penyebab (streptokokus, virus dan lain-lain).
Selanjutnya eksudat berubah menjadi purulen, dan menyebabkan sumbatan pada
lumen bronkus. Sumbatan tersebut dapat mengurangi asupan oksigen dari luar
sehingga penderita mengalami sesak napas. Apabila kuman terbawa di saluran
pencernaan maka akan menginfeksi saluran pencernaan dan teradi peningkatan flora
normal dalam usus. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan peristaltik
usus dan malabsorbsi sehingga penderita mengalami diare dan menyebabkan
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (Riyadi& Sukarmin, 2009).
5. Manifestasi Bronkopneumonia
Secara umum gambaran klinis pneumonia diklasifikasikan menjadi 2
kelompok yaitu gejala umum dan gejala respiratorik. Gejala umum meliputi demam,
sakit kepala, malaise, nafsu makan menurun, gejala gastrointestinal (mual, muntah,
dan diare), sedangkan gejala respiratorik meliputi batuk, napas cepat (takipnea),
napas sesak (retraksi dinding dada/chest indrawing), napas cuping hidung, dan
sianosis (said,2010).
Tanda dan gejala pada bayi dan anak kecil meliputi demam, anak rewel, kejang
yang disebabkan oleh demam tinggi, sakit kepala, nyeri dan pegal pada punggung
8
dan leher, anoreksia, muntah, diare, nyeri abdomen, hidung tersumbat, produksi
sekret, stridor, merintih,wheezing, crackles, dan batuk (Hockenberry & Wilson,
2012).
Pemeriksaan fisik pada bronkopneumonia tergantung dari pada luas daerah
yang terkena. Pada perkusi toraks sering ditemukan kelainan. Pada auskultasi
mungkin terdengar ronchi basah nyaring halus, sampai sedang. Bila sarang
bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar
keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium
resolusi, ronchi terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya penyembuhan dapat
terjadi sesudah 2-3 minggu (Riyadi, S dkk 2009).
6. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis antara lain
(Nelson, 2009; Price & Wilson, 2006)
a. Sinar X (rongent thorax) untuk mengidentifikasi distribusi struktural seperti lobar
dan bronchial, dapat juga untuk mengidentifikasi adanya abses paru.
b. Pemeriksaan kultur sputum dan darah untuk mengidentifikasi jenis organisme
penyebab pneumonia.
c. Pemeriksaan serologi membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
d. Pemeriksaan fungsi paru untuk menetapkan luas berat penyakit dan membantu
diagnosis.
e. Biopsi paru berfungsi untuk menetapkan diagnosis lebih spesifik.
f. Spirometri statik untuk mengkaji jumlah/volume udara yang diaspirasi.
g. Oksimetri nadi berfungsi untuk mengetahui saturasi oksigen dan bertujuan untuk
mengetahui status oksigen pada jaringan perifer
h. Bronkoskopi untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
7. Pencegahan Bronkopneumonia pada anak
Upaya pencegahan merupakan komponen strategis pemberantasan pneumonia
pada anak terdiri dari pencegahan melalui imunisasi dan non-imunisasi. Imunisasi
terhadap patogen yang bertanggung jawab terhadap pneumonia merupakan strategi
pencegahan spesifik. Pencegahan non-imunisasi merupakan pencegahan non-
spesifik.
a. Pencegahan Spesifik
Vaksinasi yang tersedia untuk mencegah secara langsung pneumonia adalah
vaksin pertussis (ada dalam DTP), campak, Hib (Haemophilus influenzae type b)
9
dan Pneumococcus (PCV). Dua vaksin diantaranya, yaitu pertussis dan campak
telah masuk ke dalam program vaksinasi nasional di berbagai negara, termasuk
Indonesia. Sedangkan Hib dan pneumokokus sudah dianjurkan oleh WHO dan
menurut laporan, kedua vaksin ini dapat mencegah kematian 1.075.000 anak
setahun. Namun, karena harganya mahal belum banyak negara yang
memasukkan kedua vaksin tersebut ke dalam program nasional imunisasi.
b. Pencegahan non spesifik
Banyak kegiatan yang dapat dilakukan misalnya pendidikan kesehatan kepada
berbagai komponen masyarakat, terutama pada ibu anak-balita tentang besarnya
masalah pneumonia dan pengaruhnya terhadap kematian anak, perilaku preventif
sederhana misalnya kebiasaan mencuci tangan dan hidup bersih, perbaikan gizi
dengan pola maka nan sehat; penurunan faktor risiko-lain seperti men cegah
berat-badan lahir rendah, menerapkan ASI eksklusif, men cegah polusi udara
dalam-ruang yang berasal dari bahan bakar rumah tangga dan perokok pasif di
lingkungan rumah dan pencegahan serta tatalaksana infeksi HIV.
(Kemenkes, 2010)
8. Kriteria Diagnosis
Diagnosis ditegakkan bila ditemukan tiga dari lima gejala berikut:
a. Sesak napas disertai dengan pernapasan cuping hidung dan tarikan dinding dada
b. Demam
c. Ronchi basah halus-sedang nyaring (crackles)
d. Foto thorax menunjukan gambaran adanya plak
e. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit
pedominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm3 neutrofil yang pedominan
(Widagdo, 2012) .
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan bronkopneumonia
menurut Riyadi, S& Sukarmin (2009) adalah:
a. Pemberian obat antibiotik penisilin 50.000 Unit/kg BB/hari, ditambah dengan
kloramfenicol 50-70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai
spektrum luas seperti ampicilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam
4-5 hari. Pemberian obat kombinasi bertujuan untuk menghilangkan penyebab
infeksi yang kemungkinan lebih dari satu jenis juga untuk menghindari resistensi
antibiotik.
10
b. Koreksi gangguan asam basa dengan pemberian oksigen dan cairan intravena,
biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan Nacl 0,9% dalam perbandingan 3
: 1 ditambah larutan Kcl 10 mEq/500 ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat kurang
makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis
sesuai gas darah arteri.
d. Pemberian makan enteral bertahap melalui selang nasogastrik pada penderita
yang sudah mengalami perbaikan sesak napasnya.
e. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan
beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier seperti pemberian terapi
nebulizer dengan flexotid dan ventolin. Selain bertujuan mempermudah
mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen bronkus.
Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada anak dengan
pneumonia (Wong, 2008) adalah:
a. Bila terdapat obstruksi jalan napas dan lendir, kolaborasi pemberian
broncodilator.
b. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat.
c. Kolaborasi pemberian obat antibiotik yang sesuai dengan penyebab pneumonia.
Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang
mempunyai spektrum sempit.
d. Menjaga kelancaran pernapasan, dengan memposisikan klien dengan posisi semi
fowler dan pemberian oksigen sesuai indikasi.
e. Kebutuhan istirahat, karena pada pasien bronkopneummonia mengalami susah
tidur karena sesak napas.
f. Kebutuhan nutrisi dan cairan, kegunaannya untuk mencegah dehidrasi dan
kekurangan kalori.
g. Mengontrol suhu tubuh.
h. Berikan penyuluhan berupa pendidikan kesehatan pada anak dan keluarga.
10. Konsep Asuhan Keperawatan Dengan Bronkopneumonia
Sama seperti kasus penyakit pada umumnya, proses keperawatan yang
diberikan kepada pasien bronkopneumonia adalah dengan tahap-tahap, yaitu tahap
pengkajian, diagnosis, perencanaan tindakan keperawatan, implementasi atau
pelaksanaan tindakan, dan evaluasi serta diakhiri dengan tahap pendokumentasian.
a. Pengkajian
11
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistimatis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Menurut
Susilaningrum, Nursalam & Utami (2013)Proses pengkajian pada
bronkopneumonia terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
1) Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, pekerjaan orang tua.
2) Keluhan utama
Alasan atau keluhan utama yang menonjol pada pasien bronkopneumonia
untuk datang kerumah sakit adalah batuk, sesak napas dan demam.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan batuk, sesak napas disertai demam. Demam
mencapai 38-40oC, sementara itu pasien juga batuk berdahak dan dahak sulit
keluar disertai dengan sesak napas. Kadang-kadang disertai keluhan pilek,
muntah, dan nafsu makan menurun.
4) Riwayat penyakit yang pernah diderita
Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi.
5) Riwayat Imunisasi
Bila anak mempunyai kekebalan yang baik, kemungkinan timbul komplikasi
dapat dihindarkan.
6) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi dari
ujung rambut sampai ujung kaki:
a) Demam, takipneu, sianosis, pernapasan cuping hidung.
b) Auskultasi paru ronchi basah
c) Rontgen dada abnormal (bercak, konsolidasi yang tersebar pada kedua
paru).
Pemeriksaan fisik dengan pendekatan persistem dimulai darikepala
sampai ujung kaki dapat lebih mudah. Dalam melakukan pemeriksaan fisik
perlu dibekali kemampuan dalam melakukan pemeriksaan fisik secara
sistematis dan rasional. Teknik pemeriksaan fisik perlu modalitas dasar
yang digunakan meliputi: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi
(Mutaqqin, 2010).
12
b) Kesadaran
Status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu kualitatif dan
kuantitatif, secara kualitatif dapat dinilai antara lain yaitu compos
mentis mempunyai arti mengalami kesadaran penuh dengan
memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang diberikan,
apatis yaitu mengalami acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya,
samnolen yaitu mengalami kesadaran yang lebih rendah dengan
ditandai sangat mudah mengantuk dan tidur terus menerus, sopor
mempunyai arti bahwa klien memberikan respon dengan rangsangan
yang kuat dan refleks pupil terhadap cahaya tidak ada. Sedangkan
penilaian kesadaran terhadap kuantitatif dapat diukur melalui penilaian
(GCS) Glasgow Coma Scale dengan aspek membuka mata yaitu, 4
respon verbal yaitu 5 dan respon motorik yaitu nilai 6 (Mutaqqin,
2010).
c) Tanda-tanda vital
Tanda tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang rutin dilakukan
dalam berbagai kondisi klien. Pengukuran yang paling sering dilakukan
adalah pengukuran suhu, dan frekuensi pernafasan (Mutaqqin, 2010).
d) System neurologi
Pada sistem neurologi kaji tingkat kesadaran dan refleks (Mutaqqin,
2010).
e) System pendengaran
Pada sistem pendengaran kaji tingkat ketajaman klien dalam
mendengarkan kata kata, palpasi bentuk telinga, adanya cairan atau
tidak, adanya tekan ataupun lesi kulit (Mutaqqin 2010).
f) System pernafasan
Pada sistem pernafasan kaji bentuk dada, gerakan pernafasan, adanya
nyeri tekan atau tidak, adanya penumpukan cairan atu tidak dan bunyi
khas nafas serta bunyi paru-paru (Mutaqqin 2010).
g) System kardiovaskuler
13
Pada sistem kariovaskular kaji adanya sianosis atau tidak, oedema pada
ektremitas, adanya peningkatan JVP atau tidak , bunyi jantung
(Mutaqqin, 2010).
h) System gastrointestinal
Sistem gastrointesnital kaji bentuk abdomen, frekuensi bising usus,
adanya nyeri tekan atau tidak, adanya masa benjolan atau tidak, bunyi
yang dihasilkan saat melakuka perkusi (Mutaqqin, 2010).
i) System perkemihan
Pada sistem perkemihan kaji adanya nyeri atau tidak adanya keluhan
saat miksi, adanya oedema atau tidak, adanya masa atau tidak pada
ginjal (Mutaqqin, 2010).
j) System integumen
Pada sistem integumen dilakukan secara anamnesis pada klien untuk
menemukan permasalahan yang dikeluhkan oleh klien meliputi : warna
kulit, tekstur kulit, turgor kulit, suhu tubuh, apakah ada oedema atau
adanya trauma kulit (Mutaqqin, 2010).
b. Diagnosis
Diagnosis keperawatan adalah proses menganalisis data subyektif dan
data obyektif yang telah diperoleh pada tahap pegkajian untuk menegakkan
diagnosis keperawatan. Diagnosis keperawatan melibatkan proses berfikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari pasien, keluarga, rekam medik
dan pemberian pelayanan kesehatan yang lain (Deswani, 2009).
Diagnosis keperawatan yang lazim muncul pada klien dengan
bronkopneumonia menurut Hidayat (2009) yaitu:
1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas
2) Gangguan pertukaran gas
3) Hipertermi
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5) Kekurangan volume cairan
6) Nyeri akut
14
1) Lingkungan
a) Perokok pasif
b) Menghirup asap rokok
c) Merokok
2) Obstruksi jalan nafas
a) Spasme jalan nafas
b) Produksi mukus berlebih
c) Adanya eksudat di alveolus
d) Adanya benda asing di jalan nafas
e) Adanya jalan nafas buatan
f) Sekresi bertahan
g) Sekresi dalam bronkus
3) Fisiologis
a) Alergi jalan nafas
b) Asma
c) Penyakit paru obstruksi kronis
d) Hiperplasia dinding bronkus
e) Infeksi
f) Disfungsi neuromuskular
Tabel 2.1 Perbedaan diagnosis ketidakefektifan bersihan jalan nafas,
ketidakefektifan pola nafas dan gangguan pertukaran gas
Pemeriksaan Ketidakefektifan Ketidakefektifan Gangguan
bersihan jalan pola nafas pertukaran gas
nafas
Batuk + - -
Sputum + + +
15
Saturasi + + +
Oksigen
AGD - - +
Pola Nafas + + +
HB - - +
Hipoksia - + +
Dispnea + + +
c. Intervensi (perencanaan).
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam
diagnosis keperawatan (Rohmah & Walid, 2016). Perencanaan terdiri dari tujuan
dan intervensi keperawatan.
Tujuan dan kriteria hasil berdasarkan NOC (Nursing Outcome
Clasification). Penulis menyusun kriteria yang berpedoman pada SMART yaitu
S (specific) dimana tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda, M
(measurable) dimana tujuan keperawatan harus diukur, khususnya tentang
perilaku pasien dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan dibau.
A(achievable) dimana harus dapat dicapai, R (reasonable) dimana tujuan harus
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, T (time) mempunyai batasan
waktu yang jelas (Nursalam, 2008).
NOC Ketidakefektifan bersihan jalan nafas memiliki 3 kriteria tujuan
yaitu:
1) Outcome Untuk Mengukur Penyelesaian dari Diagnosis
Status Pernafasan: Kepatenan Jalan Nafas
2) Outcome Tambahan untuk Mengukur Batasan Karakteristik
a) Tingkat Agitasi
b) Tingkat Kecemasan
c) Pencegahan Aspirasi
d) Respon Ventilasi Mekanik: Dewasa
e) Status Pernafasan
f) Status Pernafasan: Pertukaran Gas
g) Status Pernafasan: Ventilasi
h) Kontrol Gejala
i) Tanda-Tanda Vital
16
Artinya : “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat untuk suatu
penyakit, penyakit itu akan sembuh dengan seizin Allah” (HR. Muslim).
manusia hanya bisa berusaha dan selebihnya Allah yang menentukan, semua ujian
yang diberikan-Nya semata-mata agar hamba-Nya menjadi lebih baik di
hadapanNya.
D. Metodologi Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian studi kasus observasional dengan desain pendekatan
cross sectional.
2. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pasien bronkopneumonia dengan diagnosis
ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Sampel dalam penelitian ini adalah 2 pasien
bronkopneumonia dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas
3. Teknik Pengumpulan data
a. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengambilan data, dimana peneliti akan
terjun langsung ke lapangan dan mengamati dengan seksama (melihat dan
mendengarkan) gejala-gejala dari objek yang diteliti dan mencari data yang tidak
bisa didapatkan melalui proses wawancara (Sugiyono, 2014). Dengan adanya
observasi peneliti dapat melihat langsung untuk mengetahui keadaan fisik pasien
seperti keadaan umum pasien, status respirasi pasien dan keadaan fisik lainnya.
b. Wawancara
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti akan
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan peneliti ingin mengetahui hal-hal dari respon yang lebih mendalam
dan jumlah respondennya sedikit/ kecil (Sugiyono,2014). Wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
terstruktur. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada pasien
bronkopneumonia. Metode wawancara yang digunakan untuk memperkuat dan
memperjelas data yang diperoleh melalui rekam medis pasien. Data yang diambil
dari wawancara tersebut adalah data-data demografi dan data subjektif pasien.
4. Teknik analisis data
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan proses pelacakan dan
pengaturan secara sistematis transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan penemuannya terhadap bahan-bahan
tersebut agar diinterpretasikan temuannya terhadap orang lain.
Tahapan penelitian yang dilakukan oleh peneliti meliputi:
a. Pengumpulan data
21
B. Keluhan Utama
Kasus 1 Kasus 2
Orang tua pasien mengatakan anaknya Pasien dibawa ke rumah sakit dengan keluhan
batuk,pilek, panas naik turun, sudah 10 hari yang batuk, pilek sejak 2 hari yang lalu (18/11/2017)
lalu (10/11/2017). Ibu mengatakan demam timbul tapi tidak demam namun ahad pagi (19/11/2017)
saat malam hari pada siang dan pagi hari demam mulai demam dan diperiksakan ke klinik dan
turun. Ibu mengatakan jika panas hanya diberikan obat tapi anak masih demam naik
mengompres pakai air hangat. Ibu pasien turun, batuk dan pilek, kemudian dibawa ke
mengatakan anaknya sudah sempat dibawa ke UGD RS PKU Muhammadiyah Bantul dan di
praktek bidan dan diberi obat parasetamol namun anjurkan untuk opname.
anak tidak kunjung sembuh dan kemudian
periksa ke poli RS PKU Muhammadiyah Bantul
dan dianjurkan untuk opname di RS.
dirumah sakit.
Obat-obatan yang Ibu mengatakan saat berobat ke Ibu mengatakan saat berobat ke
digunakan bidan diberi obat parasetamol. klinik diberikan obat penurun
panas dan obat batuk, pilek.
Tindakan operasi Ibu mengatakan An. R tidak pernah Ibu mengatakan An. Z tidak
dilakukan tindakan operasi. pernah dilakukan tindakan
operasi.
Alergi Ibu mengatakan An. R tidak ada Ibu mengatakan An. Z tidak ada
alergi obat namun alergi makan alergi obat dan makanan.
telur.
Kecelakaan Ibu mengatakan An. R tidak pernah Ibu mengatakan An. Z tidak
mengalami kecelakaan. pernah mengalami kecelakaan.
Imunisasi Ibu mengatakan imunisasi rutin Ibu mengatakan imunisasi rutin
sesuai jadwal dan kurang imunisasi sesuai jadwal dan kurang
campak. imunisasi campak.
E. Riwayat Sosial
Kriteria Kasus 1 Kasus 2
Yang mengasuh Ibu mengatakan An. R diasuh oleh Ibu mengatakan An. Z diasuh
Ibu dan Ayahnya oleh kedua orang tua dan
neneknya di rumah
Pembawaan secara umum Saat dilakukan pengkajian anak Anak tampak lemas, tidak takut
diam dan tidak rewel saat di dekati oleh perawat. Ibu
mengatakan anak jarang menangis
walaupun sedang sakit.
Kemungkinan Transmisi Ibu mengatakan An. R sering di Ibu mengatakan sering di ajak
ajak bermain dengan tetangganya, oleh pak dhe’nya dan ibu
dan ibu mengatakan tetangga mengatakan pak dhe sedang batuk
sedang batuk dan pilek. dan pilek
Riwayat Merokok pada Ibu mengatakan Ayah An. R Ibu mengatakan Ayah dan pak
Anggota Keluarga merokok dhe An. Z merokok
F. Kebutuhan Dasar
Kriteria Kasus 1 Kasus 2
Makanan yang disukai Ibu mengatakan anak masih netek Ibu mengatakan anak masih
1. Selera makan dan sudah diberikan makanan netek dan diberikan makanan
(frekuensi, porsi tambahan mulai usia 5 bulan. tambahan.
makan dan pola Sebelum sakit Sebelum sakit
makan) - Frekuensi: 3 kali /hari - Fekuensi: 2 kali/ hari,
2. Alat makan yang - Porsi makan: ASI + bubur kadang 3x kali/ hari.
digunakan biskuit 3 butir kadang bubur - Porsi: ASI + bubur nasi
kentang dan wortel dan bubur tim, biskuit 4 butir, (6-
nasi tim (3-6sdm) 8sdm), ibu mengatakan
- Pola makan: 3 kali sehari anak suka makan alpukat
pagi, siang dan sore. dan anggur.
- Pola makan : di suapin - Pola makan: di suapin
Sesudah sakit Sesudah sakit
- Frekuensi : 3 kali/ hari Ibu mengatakan An. Z nafsu
- Porsi makan: ASI + bubur makan berkurang sebelum dan
biskuit 3 butir kadang bubur sesudah sakit.
kentang dan wortel dan bubur - Frekuensi: 2 kali/ hari,
tim ( kurang lebih 3-6sdm). kadang 3 kali/ hari.
- Pola makan : 3 kali sehari - Porsi: ASI + bubur nasi
pagi, siang, sore. tim, biskuit, (4-5sdm).
- Pola makan: disuapin Sesudah dirumah sakit
Ibu mengatakan An. R tidak ada anak makan hanya 4 sdm.
perubahan netek sebelum dan - Pola makan: di suapin
sesudah sakit.
Alat makan yang digunakan:
24
menggunakan sendok
Alat makan yang digunakan:
Menggunakan sendok
Pola tidur Kurang lebih 1-2 jam Kurang lebih 2 jam
Siang
Malam Pukul 20.00 terkadang sudah tidur Ibu mengatakan terkadang jam
sampai pagi namun sering bangun 17.00 sudah tidur sampai pagi.
netek. (kurang lebih 9 jam). Namun malam kadang
terbangun menangis minta
Tidak ada ritual sebelum tidur. Ibu netek.
Kebiasaan sebelum tidur hanya memberikan ASI saat
sebelum anak tidur. Tidak ada ritual sebelum tidur
Mandi Ibu mengatakan An. R mandi 2 kali Ibu mengatakn An. Z sebelum
dalam sehari yaitu pagi dan sore dan selama sakit mandi 2x
hari. Jika sedang sakit ibu sehari. Namun saat An.Z
mengatakan memandikan An. R Demam memandikan dengan
dengan cara di sibin cara hanya di sibin
Eliminasi Sebelum sakit Sebelum sakit
- BAK : sehari 3-5 kali - BAK: 5-6 kali/ hari
- BAB: sehari 2 kali - BAB 1-2 kali/ hari
Setelah sakit Setelah sakit
- BAK : sehari 3-5 kali - BAK: 5-6 kali/ hari
- BAB : 2 kali - BAB 1-2 kali/ hari dan
terdapat lendir
- Di rumah sakit
menggunakan pempes.
H. Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Kasus 1 Interpretasi Kasus Interpretasi
Jenis Nilai
2
Pemeriksaan Normal
Tanggal 20-11-17 20-11-17
HB 11 - 17 10.30 Rendah 12,6 Normal
Leukosit 4-11 4.56 Normal 12,6 Tinggi
Eosinofil 0-3 2.0 Normal 0,4 Normal
Basofil 0-1 0 Normal 0,4 Normal
Lab Darah
Segmen 40-70 25.0 Rendah 49,2 Normal
Limfosit 20-40 48.0 Tinggi 40,0 Normal
Monosit 2-8 25.0 Tinggi 10,0 Tinggi
Hematokrit 32-52 31.9 Rendah 38,2 Normal
25
J. Pemeriksaan Fisik
Jenis Pemeriksaan Kasus 1 Kasus 2
Keadaan umum Compos metis, KU sedang, menangis Compos metis, KU sedang
BB/TB BB/PB: 6,9 Kg, 63cm BB/PB: 8,5 Kg, 73 cm
Tanda Vital
- Nadi 120x/menit 110x/menit
- Respirasi 52x/menit 55x/ menit
- Suhu 37,9oC 38,5oC
- SpO2 97% 98%
Mata Simetris, Konjungtiva tidak anemis, Simetris, konjutiva tidak anemis, reflek
tidak ikterik cahaya ada, tidak ikterik dan sclera putih
Hidung pernafasan cuping hidung, terdapat pernafasan cuping hidung, ada secret di
sekret. dalamnya, nampak kotor
Mulut Mukosa bibir lembab, tidak ada Mukosa bibir lembab, tidak terdapat
stomatitis stomatitis
Telinga Tidak ada cairan yang keluar Tidak ada cairan yang keluar dari dalam
telinga
Dada - Inspeksi: Simetris, retraksi - Inspeksi: Simetris, ada retraksi
dada halus, tidak ada bekas dinding dada, tidak terdapat
luka bekas luka
- Palpasi: pengembangan dada - Palpasi: pengembangan dada
terasa, gerakan pernafasan terasa, gerakan pernafasan
cepat cepat.
- Perkusi: terdengar sonor - Perkusi : terdengar sonor
- Auskultasi :ronkhi +/+ - Auskultasi: Ronkhi +/+
Abdomen - Inspeksi: Tidak ada bekas - Inspeksi : tidak nampak adanya
luka/ lesi distensi, tidak ada lesi/jejas
- Auskultasi : bising usus (+) - Auskultasi : Bising usus (+)
12x/menit. 10x/menit
- Palpasi : tidak ada massa - Palpasi : tidak teraba massa
- Perkusi: timpani - Perkusi : terdengar timpani
Ekstremitas Akral hangat, CRT< 2 detik, tidak Akral hangat, CRT < 2 detik, tidak
ada jejas, tidak ada fraktur, tidak ada terdapat fraktur, tidak terdapat edema,
edema, kulit teraba hangat, elastis kulit elastis dan tidak terdapat
tidak terdapat kemerahan kemerahan, kulit teraba hangat.
K. Informasi Lain
Kasus 1 Kasus 2
26
L. Farmakologi
Farmakologi Fungsi/Kegunaan Kontraindikasi Efek samping
Kasus 1
Injeksi Obat untuk berbagai macam Hipersensitif terhadap Mual, muntah, kram
Cefotaxim infeksi salah satunya untuk sefalosporin perut, diare, ruam kulit,
3x225mg infeksi saluran pernapasan, pruritus, sakit kepala.,
terutama untuk pneumonia. trombositopenia,
eosinofilia, leukopenia,
anemia hemolitik.
Palpitasi, takikardia,
Ataroc 6 mcg Pengurangan dispnea atau Hipersensitivitas tremor, sakit kepala,
3x1 gejala lain yang di sebabkan Mual, muntah, ruam
oleh gangguan pernafasan kulit.
obstruktif.
antepartum, atau
toksemia gravidarum
Ventolin 2,5 mg/8 Mengobati penyakit pada Abortus yang Sering Tremor, sakit
jam saluran pernapasan seperti mengancam selama kepala, takikardi.
asma dan penyakit paru kehamilan trimester 1 &
obstruktif kronik. 2. Penanganan persalinan
Penanganan rutin prematur misalnya
bronkospasme kronik yang plsenta previa,
tidak memberi respon perdarahan antepartum
terhadap terapi atau toksemia
konvensional; asma berat gravidarum.
akut.
Parasetamol Meredakan rasa sakit ringan Alergi obat anti Pusing, ruam atau
0,9 ml / 6 jam hingga menengah serta inflamasi non steroid pembengkakan,
28
M. Analisis Data
Kasus Analisis Data Penyebab Masalah
Data Subjektif: Jamur, virus, bakteri, Ketidakefektifan
- Ibu mengatakan An. R protozoa bersihan jalan nafas
batuk dan pilek sejak 10
hari yang lalu
Data Objektif Masuk Alveoli
- K/U sedang, anak
menangis
- Pernapasan cuping Infeksi saluran
hidung pernafasan bawah
- Terdapat suara tambahan
ronkhi
- Retraksi dada halus Akumulasi sekret di
bronkiolus
- Tampak terlihat ada
sekret di hidung
- N: 120x/menit Bersihan jalan nafas
- RR: 52x/menit
- S: 37,9oC
- SpO2 :97%
- Hasil rongent:
pemeriksaan Thorak:
Bronkopneumonia, besar
cor normal.
Data Subjektif Jamur, virus, bakteri, Hipertermia
- Ibu mengatakan anak protozoa
demam naik turun sejak
10 hari yang lalu.
Kasus 1 Masuk Alveoli
- Ibu mengatakan demam
timbul saat malam hari
pada siang dan pagi hari
demam turun. Infeksi saluran
Data Objektif pernafasan bawah
- Suhu: 37,9oC
- N: 120x/menit
- RR: 52x/menit Merangsang
hipotalamus
- Kulit teraba hangat
- Akral hangat
Hipertermi
DS: Kurang Informasi Defisiensi Pengetahuan
- Ibu mengatakan
bronkpneumonia
adalah penyakit batuk
pilek yang dapat
menular dan
merupakan penyakit
yang wajar terjadi
pada anak-anak.
DO:
- Ibu tampak bingung
saat ditanya tentang
29
bronkopneumonia.
DO:
- N: 110x/menit Masuk Alveoli
- RR: 55x/ menit
- S: 39,3oC
- SpO2: 98% Infeksi saluran
- Akral hangat pernafasan bawah
- Kulit teraba hangat
Merangsang
hipotalamus
Hipertermi
DS: Kurangnya Informasi Defisiensi Pengetahuan
- Ibu mengatakan tidak
mengerti yang
dimaksud dengan
bronkopneumonia.
DO:
- Ibu tampak bingung
saat ditanya tentang
30
bronkopneumonia.
DS: Ketidakseimbangan
- Ibu mengatakan An. Z Mucus di bronkiolus Nutrisi Kurang Dari
nafsu makan berkurang Kebutuhan Tubuh
saat sakit. Bau mulut tak sedap
- Ibu mengatakan anak
makan paling 4 suap Anoreksia
DO:
- Anak tampak lemas Intake menurun
- U.Keton : positif
DS: Risiko Infeksi
- Ibu mengatakan anak
demam sejak 2 hari yang
lalu disertai batuk dan
pilek.
- Ibu mengatakan selama
di rumah sakit anak
menggunakan pempers
DO:
- Hasil lab :
Leukosit : 26
Monosit : 10
Urin leukosit ekstrase: +3
U. Epitel : 1-3
U. Bakteri coccus : ada
U. Leukosit +2
- Hasil rongent:
pemeriksaan Thorak:
Bronkopneumonia, besar
cor normal.
N. Prioritas Masalah
Kasus Diagnosis Keperawatan
Kasus 1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Hipertermi
Defisiensi Pengetahuan
Risiko Infeksi
Kasus 2 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Hipertermi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Defisiensi pengetahuan
Risiko Infeksi
31
O. Rencana Intervensi
Diagnosis Tujuan Intervensi Rasionalisasi
Kasus 1
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Airway Management: 1. Membantu pengembangan paru dan mengurangi
bersihan jalan nafas keperawatan selama 5x24 jam pasien 1. Posisikan pasien untuk tekanan dari abdomen pada diafragma, sehingga
akan menunjukan Respiratory status: memaksimalkan ventilasi, kepala dapat mengurangi ataupun mencegah sesak nafas.
Airway patency dengan kriteria hasil: lebih tinggi (semi fowler) 2. Mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot
1. Tidak batuk (3-4) 2. Berkolaborasi untuk melakukan pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari
2. Frekuensi pernafasan pada fisioterapi dada bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret,
rentang normal (4-5) 3. Auskultasi suara nafas. memperbaiki pergerakan dan aliran sekret.
3. Tidak ada pernafasan cuping 4. Kelola pemberian bronkodilator 3. Untuk mengetahui dan memonitor bunyi nafas yang
hidung (3 ke 5) (nebulizer), sebagaimana abnormal.
4. Tidak ada retraksi dada (3-5) mestinya. 4. Untuk melebarkan otot-otot pernafasan dan untuk
5. Tidak ada suara tambahan ronkhi 5. Monitor status pernafasan dan mengencerkan dahak .
(3-5) tanda vital lainnya. 5. Untuk mengetahui status pernafasan. Pernafasan
6. Tidak ada akumulasi sputum (3- cepat dan dangkal terjadi karena adanya obstruksi
5) jalan nafas, peningkatan produksi sputum
Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment 1. Evaluasi kefektifan intervensi penurunan demam dan
keperawatan selama 5x24 jam pasien 1. Monitor suhu minimal tiap 4 mencegah terjadinya komplikasi.
akan menunjukan Thermoregulation jam sekali dan monitor tanda- 2. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
dengan kriteria hasil: tanda vital lainnya tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan
1. Suhu tubuh dalam batas 2. Dorong konsumsi cairan yang asupan cairan yang cukup.
normal (36oC-37,5oC) (4-5) cukup 3. Pemberian cairan melalui intravena sangat efektif
2. Frekuensi pernafasan pada 3. Kolaborasi dengan dokter dan cepat untuk menggantikan cairan yang hilang
rentang normal (4-5) untuk pemberian cairan karena penguapan tubuh akibat demam.
intravena 4. Sirkulasi udara yang sejuk dan tidak panas akan
4. Tingkatkan sirkulasi udara membantu dalam menurunkan demam.
5. Kolaborasi dengan dokter 5. Pemberian antipiretik untuk mengurangi demam
pemberian obat antipiretik 6. Pada lipatan paha dan aksila terbukti lebih cepat
6. Kompres pasien pada lipatan dalam merespon perubahan suhu.
paha dan aksila.
Defisiensi Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Teaching : Disease Process 1. Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran
keperawatan selama 5x24 jam pasien 1. Berikan penilaian tentang tingkat pada keluarga tentang penyakit bronkopneumonia
akan menunjukanKnowledge: Disease pengetauan keluarga tentang meliputi definisi, tanda, gejala, proses penyakit dan
Process dengan kriteria hasil: proses penyakit. cara penangananya.
1. Keluarga menyatakan 2. Gambarkan tanda dan gejala yang 2. Memberikan gambaran dan gejala yang biasa muncul
32
pemahaman tentang penyakit, biasa muncul pada penyakit untuk memberikan informasi agar keluarga tidak
tanda dan gejala dan 3. Gambarkan proses penyakit khawatir.
penyebabnya (2-5) 4. Sediakan bagi keluarga informasi 3. Keluarga mengetahui proses penyakit keluarga akan
2. Keluarga mengerti bahaya atau tentang kemajuan pasien melakukan penanganan yang tepat
efek penyakit (2-5) 4. Menyediakan informasi yang sesuai kepada keluarga
3. Keluargamampu menjelaskan tentang kemajuan kondisi pasien.
kembali apa yang dijelaskan
perawat.
Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection Control 1. Menurunkan risiko infeksi
keperawatan selama 5x24 jam pasien 1. Pertahankan lingkungan aseptic 2. Menghindari transmisi kuman
akan menunjukan Risk Controldengan 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah 3. Obat antibiotik untuk membunuh dan menghambat
kriteria hasil: kontak dengan klien pertumbuhan dan perkembangan bakteri.
1. Bebas tanda dan gejala infeksi 3. Kolaborasi untuk pemberian 4. Untuk mengurangi dan mencegah keparahan dari
(3-5) antibiotik yang sesuai infeksi
2. Menunjukkan kemampuan 4. Ajarkan kepada ibu untuk 5. Membersihkan genitalia dari depan ke belakang
untuk mencegah timbulnya mengganti pempers tiap 3-4 jam adalah cara yang di ajarkan agar mencegah bakteri
infeksi (3-5) sekali masuk ke dalam saluran urogenital.
5. Ajarkan ibu cara membersihkan 6. Mencuci tangan salah satu cara untuk mencegah
bagian genital anak penularan bakteri.
6. Ajarkan ibu cara mencuci tangan 7. Untuk mmengetahui ada atau tidak tanda-tanda
yang benar untuk pencegahan infeksi.
transmisi kuman
7. Monitor tanda-tanda infeksi
Kasus 2
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Airway Management: 1. Membantu pengembangan paru dan mengurangi
bersihan jalan nafas keperawatan selama 6x24 jam pasien 1. Posisikan pasien untuk tekanan dari abdomen pada diafragma, sehingga
akan menunjukanRespiratory status: memaksimalkan ventilasi, dapat mengurangi ataupun mencegah sesak nafas.
Airway patency dengan kriteria hasil: kepala lebih tinggi (semi 2. Untuk mengetahui dan memonitor bunyi nafas yang
1. Tidak batuk (3-4) fowler) abnormal.
2. Frekuensi pernafasan pada 2. Auskultasi suara nafas. 3. Untuk melebarkan otot-otot pernafasan dan untuk
rentang normal (30-49) (4-5) 3. Kelola pemberian mengencerkan dahak .
3. Tidak ada pernafasan cuping bronkodilator (nebulizer), 4. Untuk mengetahui status pernafasan. Pernafasan
hidung (3 ke 5) sebagaimana mestinya. cepat dan dangkal terjadi karena adanya obstruksi
4. Tidak ada suara tambahan 4. Monitor status pernafasan. jalan nafas, peningkatan produksi sputum
ronkhi (3-5) 5. Berkolaborasi untuk 5. Mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot
5. Tidak ada akumulasi sputum melakukan fisioterapi dada pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari
(3-5) bronkus dan untuk mencegah penumpukan sekret,
6. Tidak ada retraksi dada (3-5) memperbaiki pergerakan dan aliran sekret.
33
Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Fever Treatment 1. Evaluasi kefektifan intervensi penurunan demam dan
keperawatan selama 3x24 jam pasien 1. Monitor suhu minimal tiap 4 jam mencegah terjadinya komplikasi.
akan menunjukan Thermoregulation sekali dan monitor tanda-tanda 2. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
dengan kriteria hasil: vital lainnya tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan
1. Suhu tubuh dalam batas 2. Dorong konsumsi cairan yang asupan cairan yang cukup.
normal (36oC-37,5oC) (3-5) cukup 3. Pemberian cairan melalui intravena sangat efektif
2. Frekuensi pernafasan pada 3. Kolaborasi dengan dokter untuk dan cepat untuk menggantikan cairan yang hilang
rentang normal (30-49) (4-5) pemberian cairan intravena karena penguapan tubuh akibat demam.
4. Tingkatkan sirkulasi udara 4. Sirkulasi udara yang sejuk dan tidak panas akan
5. Kolaborasi dengan dokter membantu dalam menurunkan demam.
pemberian obat antipiretik 5. Pemberian antipiretik untuk mengurangi demam
6. Kompres pasien pada lipatan 6. Pada lipatan paha dan aksila terbukti lebih cepat
paha dan aksila. dalam merespon perubahan suhu.
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Nutrition Management 1. Untuk menghindari pemberian makan yang
nutrisi kurang dari keperawatan selama 6x24 jam pasien 1. Kaji adanya alergi makanan menyebabkan alergi.
kebutuhan tubuh akan menunjukan Nutritional status: 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk 2. Untuk memenuhi nutrisi anak secara maksimal
food and fluid intake dengan kriteria: menentukan jumlah kalori dan sesuai dengan kebutuhan
1. Nafsu makan meningkat (3-5) nutrisi yang dibutuhkan pasien 3. Untuk memaksimalkan nutrisi masuk ke tubuh untuk
2. Tidak ada keton dalam urin (3-5) 3. Anjurkan ibu untuk memberi kebutuhan metabolisme dalam sel.
makan sedikit tapi sering 4. Vitamin untuk menambah nafsu makan
4. Kolaborasi untuk pemberian 5. Nutrisi penting untuk kebutuhan metabolisme sel
obat/vitamin untuk menambah 6. Untuk memonitor perkembangan asupan nutrisi
nafsu makan. 7. Memonitor berat badan anak untuk mengetahui
5. Memberikan informasi tentang kenaikan atau penurunan berat badan pada anak
kebutuhan nutrisi dan pentingnya selama sakit
nutrisi bagi tubuh
6. Observasi dan catat asupan
nutrisi yang masuk
7. Menimbang berat badan
Defisiensi Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Teaching : Disease Process 1. Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran
keperawatan selama 6x24 jam pasien 1. Berikan penilaian tentang tingkat pada keluarga tentang penyakit bronkopneumonia
akan menunjukanKnowledge: Disease pengetahuan keluarga tentang meliputi definisi, tanda, gejala, proses penyakit dan
Process dengan kriteria hasil: proses penyakit. cara penangananya.
1. Keluarga menyatakan 2. Gambarkan tanda dan gejala yang 2. Memberikan gambaran dan gejala yang biasa muncul
pemahaman tentang penyakit, biasa muncul pada penyakit untuk memberikan informasi agar keluarga tidak
tanda dan gejala dan 3. Gambarkan proses penyakit khawatir.
penyebabnya (2-5) 4. Sediakan bagi keluarga informasi 3. Keluarga mengetahui proses penyakit keluarga akan
2. Keluarga mengerti bahaya atau tentang kemajuan pasien melakukan penanganan yang tepat
efek penyakit (2-5) 4. Menyediakan informasi yang sesuai kepada keluarga
34
Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Infection Control 1. Menurunkan risiko infeksi
keperawatan selama 6x24 jam pasien 1. Pertahankan lingkungan aseptic 2. Menghindari transmisi kuman
akan menunjukaInfection Severity 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah 3. Obat antibiotik untuk membunuh dan menghambat
dan Risk Control dengan kriteria kontak dengan klien pertumbuhan dan perkembangan bakteri.
hasil: 3. Kolaborasi untuk pemberian 4. Untuk mengurangi dan mencegah keparahan dari
Infection Severity antibiotik yang sesuai infeksi
1. Leukosit dalam rentan normal ( 4. Ajarkan kepada ibu untuk 5. Membersihkan genitalia dari depan ke belakang
4-11 RB/MMK) (4-5) mengganti pempers tiap 3-4 jam adalah cara yang di ajarkan agar mencegah bakteri
2. Monosit dalam rentan normal (2- sekali masuk ke dalam saluran urogenital.
8 %) (3-5) 5. Ajarkan ibu cara membersihkan 6. Mencuci tangan salah satu cara untuk mencegah
3. Urin leukosit ekstrase tidak ada bagian genital anak penularan bakteri.
(2-5) 6. Ajarkan ibu cara mencuci tangan 7. Untuk mengetahui ada atau tidaknya infeksi
4. Epitel dalam urin tidak ada (2-5) yang benar untuk pencegahan
5. Bakteri coccus dalam urin tidak transmisi kuman
ada (1-5) 7. Monitor tanda-tanda infeksi
6. U. Leukosit negatif ( 3-5)
Risk Control
1. Bebas tanda dan gejala infeksi (
3 ke 5)
2. Menunjukkan kemampuan untuk
mencegah timbulnya infeksi (3-
5)
35
- Tidak sianosis
Mengauskultasi bunyi nafas dan - Nadi: 110x/menit (kuat)
memantau frekuensi dan - RR: 40x/menit
kedalaman pernafasan dan - S: 36,8oC
tanda-tanda vital lainnya A:
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas belum
teratasi
P:
- Monitor K/U dan TTV
- Monitor Status Respirasi
- Kelola Nebulzer Velutin 2,5 mg pukul 17.00
dan ataroc 6mcg, trilac 0,7 mg, trifet 1/10 tb
dan cetirizine ¼ tb pukul 13.00 WIB
- Kolaborasi untuk melakukan Fisioterapi
dada
(Lia)
2 Hipertermi 20 November 2017 20 November 2017
Shift Siang Shift Siang
Jam 21.00
- Anak tenang
Jam 06.00 - Membran mukosa lembab
Memonitor suhu pasien dan - S: 36,8oC
tanda-tanda vital lainnya - N: 110x/menit
- RR: 40x/menit
- Kulit tidak teraba panas
A:
- Hipertermi belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi dengan memonitor tanda-
tanda vital pasien.
- Menganjurkan ibu untuk mengompres apabila
anak teraba panas.
- Menganjurkan ibu untuk lebih banyak menyusui
bayi.
- Memonitor cairan intravena futrolit 12 tpm.
(Lia)
3 Defisiensi 20 November 2017 20 November 2017
Pengetahuan Shift Siang Jam 19.00
Jam 15.00 S:
Melakukan penilaian tentang - Ibu mengatakan mengerti tentang
pengetahuan bronkopneumonia bronkopneumonia tanda dan gejala serta
kepada keluarga pasien perjalanan penyakit bronkopneumonia.
O:
Memberikan gambaran tentang - Ibu tampak memperhatikan saat dijelaskan
proses perjalanan penyakit - Ibu dapat menjelaskan kembali tentang apa yang
bronkopneumonia kepada dimaksud dengan bronkopneumonia, tanda dan
keluarga. gejala serta perjalanan penyakit
bronkopneumonia.
Memberikan informasi tentang A:
tanda dan gejala penyakit - Masalah defisiensi pengetahuan belum teratasi
bronkopneumonia kepada P:
keluarga pasien Lanjutkan intervensi
- Berikan penjelasan kondisi pasien
- Berikan informasi tentang tanda, gejala dan
penatalaksanaan bronkopneumonia
.
(Wahyuni Septiana )
4 Risiko Infeksi 20 November 2017 20 November 2017
Shift Siang Shift Siang
Jam 16.00 Jam 16.00
Memberikan obat cefotaxim 225 S:
mg - Ibu mengatakan mengerti dan mau melakukan
cara membersihkan urogenital anak dan
Menganjurkan kepada ibu untuk mengganti pempers tiap 3-4 jam sekali
mengganti pempers tiap 3-4 jam O:
sekali - S: 37oC
- Tidak terdapat plebitis pada area infus
Mengajarkan ibu cara - Cefotaxim 225 mg telah diberikan pukul 16.00
membersihkan bagian genital A:
anak - Masalah risiko infeksi belum teratasi
38
P:
Mencuci tangan sebelum dan Lanjutkan intervensi
sesudah kontak dengan pasien - Kolaborasi pemberian cefotaxim 225mg
pukul 24.00 WIB
Jam 19.00 - Memonitor tanda-tanda infeksi
Memeriksa tanda-tanda infeksi - Mengajarkan ibu cara mencuci tangan
Shift Malam
Jam 24.00
Memberikan obat cefotaxim 225
mg
(Wahyuni septiana)
Memeriksa tanda-tanda infeksi
21 November 2017
Jam 05.00 Shift Malam
Memeriksa tanda-tanda infeksi Jam 06.00
S: Ibu mengatakan sudah ganti pempers 2 kali
Jam 07.00 O:
Memberikan obat cefotaxim 225 - S: 36,8oC
mg - Tidak terdapat plebitis pada area infus
- Cefotaxim 225 mg telah diberikan pukul 24.00
A:
- Masalah risiko infeksi belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Kolaborasi pemberian cefotaxim 225 mg
pukul 07.00 WIB
- Memonitor tanda-tanda infeksi
- Mengajarkan ibu cara mencuci tangan
(Lia)
Kasus 1
Implementasi dan Evaluasi Hari Ke-2
No Diagnosis Implementasi Evaluasi
1 Ketidakefektifan 21 November 2017 21 November 2017
Bersihan Jalan Shift Pagi Shift Pagi
Nafas Jam 08.30 Jam 13.00
Menanyakan keluhan pasien S: Ibu mengatakan batuk anak sudah berkurang
kepada ibu dan memonitor O:
keadaan umum pasien - Keadaan umum composmetis
- Anak masih batuk
Jam 10.00 - Retraksi dada (-)
Berkolaborasi melakukan - Suara ronchi +/+
fisioterapi dada - Cuping hidung (-)
- Tidak sianosis
Jam 13.00
Memberikan obat ataroc 6mcg, - Anak aktif
trilac 0,7 mg, trifet 1/10 tb dan - Anak tampak tidak sesak napas
cetirizine¼ tb - Nadi: 100x/menit
- RR: 37x/menit
Memonitor tanda-tanda vital - S: 36,8oC
anak A:
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas belum
39
Jam 17.00
Mengatur posisi semifowler (Binti)
Mengobservasi kedalaman
pernafasan
(Wayuni Septiana)
22 November 2017
Shift Malam
Jam 07.00
S: Ibu mengatakan batuk anak sudah berkurang
O:
- Keadaan umum composmetis
- Anak masih batuk
- Retraksi dada (-)
40
(Ekino)
2 Hipertermi 21 November 2017 21 November 2017
Shift Pagi Shift Pagi
Jam 08.30 Jam 13.00
Menanyakan keadaan pasien S:
kepada ibu - Ibu mengatakan anak masih anget badannya.
Memonitor suhu dan tanda- O:
tanda vital lainnya - Anak aktif
- Membran mukosa lembab.
Memonitor cairan intravena - S: 36,8oC
futrolit (500ml) 12tpm - N: 100x/menit
- RR: 37x/menit
Jam 13.00
Memonitor suhu dan tanda- - Kulit tidak teraba panas
tanda vital lainnya
A:
Menganjurkan ibu untuk - Hipertermi belum teratasi
mengompres bayi pada lipatan P:
paha dan aksila apabila badan Lanjutkan intervensi
anak terasa panas. - Memonitor suhu pasien
- Menganjurkan ibu untuk mengompres apabila
anak teraba panas.
Shift Siang - Memonitor cairan intravena futrolit 12 tpm.
Jam 15.00
Menanyakan keadaan pasien
kepada ibu
Jam 23.00
Memonitor suhu pasien dan
tanda-tanda vital lainnya
A:
- Hipertermi belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Memonitor suhu pasien
- Menganjurkan ibu untuk mengompres apabila
anak teraba panas.
- Memonitor cairan intravena futrolit 12 tpm.
(Ekino)
3 Defisiensi 21 November 2017 21 November 2017
Pengetahuan Shift Siang Shift Siang
Jam 15.00 S:
Memberikan penjelasan tentang - Ibu mengatakan mengerti tentang
kondisi pasien kepada keluarga penatalaksanaan bronkopneumonia.
pasien. - Ibu senang mendengar kondisi anaknya yang
membaik
Memberikan informasi tentang O:
42
A:
- Masalah defisiensi pengetahuan belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Mereview kembali semua materi yang telah
dijelaskan
(Wahyuni Septiana)
4 Risiko Infeksi 21 November 2017 22 November 2017
Shift Pagi Shift Malam
Jam 08.30 Jam 07.00
Memeriksa adanya tanda-tanda S:
infeksi seperti terdapat plebitis - Ibu mengatakan sudah ganti pempers setiap 4
atau tidak jam sekali
O:
Shift Siang - S: 36,5oC
Jam 15.00 - Tidak terdapat plebitis pada area infus
Memberikan obat cefotaxim 225 A:
mg - Masalah risiko infeksi belum teratasi
P:
Mengajarkan kepada ibu Lanjutkan intervensi
bagaimana cara mencuci tangan - Kolaborasi pemberian cefotaxim 225 mg
yang benar dan menganjurkan pukul 22.00 WIB
untuk mencuci tangan sebelum - Memonitor tanda-tanda infeksi
dan sesudah membersihkan
bagian urogenital anak
Jam 19.00
Memeriksa tanda-tanda infeksi
Shift Malam
Jam 22.00
(Ekino)
Memberikan obat cefotaxim 225
mg
Jam 06.00
Memonitor tanda-tanda infeksi
Kasus 1
Implementasi dan Evaluasi Hari Ke-3
No Diagnosis Implementasi Evaluasi
1 Ketidakefektifan 22 November 2017 22 November 2017
Bersihan Jalan Shift Pagi Shift Pagi
Nafas Jam 09.00 Jam 07.00
Memonitor keadaan umum S:
- Ibu mengatakan anak batuk dan pileknya
Mengobservasi kedalaman berkurang
pernafasan O:
- Keadaan umum composmetis
43
Jam 17.00
Memposisikan semi fowler
Mengobservasi kedalaman
pernafasan
23 November 2017
Shift Malam
Jam 07.00
S:
- Ibu mengatakan anaknya masih batuk dan pilek.
O:
- Keadaan umum composmetis
- Tidak sianosis
- Retraksi (-)
- Ronchi -/-
- Cuping hidung (-)
- Batuk (+)
- Anak aktif
- RR: 37x/menit
- S: 36,7oC
- Nadi 105x/menit (kuat)
A:
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas belum
teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
- Periksa K/U, tanda-tanda vital.
- Observasi frekuensi dan kedalaman penapasan
- Kolaborasi untuk fisioterapi dada
- Kolaborasi pemberian obat ataroc 6mcg, trilac
0,7 mg, trifet 1/10 tb dan cetirizine¼ tb pukul
13.00 WIB.
(Lia)
2 Hipertermi 22 November 2017 22 November 2017
Shift Pagi Shift Pagi
Jam 08.30 S:
Menanyakan keadaan pasien - Ibu mengatakan anak sudah tidak demam
kepada ibu O:
Memonitor suhu dan tanda- - Anak aktif
tanda vital lainnya - Membran mukosa lembab.
- S: 36,6oC
Memonitor cairan intravena - N: 105x/menit
futrolit (500ml) 12tpm
- RR: 38x/menit
Jam 13.00 - Kulit tidak teraba panas
Memonitor suhu dan tanda-
tanda vital lainnya A:
- Masalah Hipertermi sudah teratasi
Menganjurkan ibu untuk P:
mengompres bayi pada lipatan - Hentikan Intervensi
paha dan aksila apabila badan
anak terasa panas.
45
(Wahyuni Septiana)
3 Defisiensi 22 November 2017 22 November 2017
Pengetahuan Shift Pagi Shift pagi
Jam10.00 Jam 13.00
Mereview kembali tentang S:
materi yang telah diberikan - Ibu mengatakan masih ingat dan kemudian
kepada keluarga pasien menjelaskan.
O:
- Ibu dapat menjelaskan kembali tentang
pengertian bronkopneumonia, tanda dan gejala
dan perjalanan penyakit bronkopneumonia.
A:
- Masalah defisiensi pengetahuan teratasi
P: Intervensi di hentikan
(Wahyuni Septiana)
4 Risiko Infeksi 22 November 2017 23 November 2017
Shift Pagi Shift Malam
Jam 10.00 Jam 07.00
Memeriksa tanda-tanda infeksi S:
- Ibu mengatakan tidak ada kemerahan atau
bentol-bentol pada area urogenital anak.
Jam 14.00 O:
Memberikan obat cefotaxim 225 - Tidak terdapat plebitis pada area infus
mg - Terpasang infus futrolit (500ml) 12tpm
sejak tanggal 20 November 2017
Mengganti sprei dan selimut - S: 36,7oC
yang kotor dengan yang bersih A:
- Masalah risiko infeksi belum teratasi
Shift Siang P:
Memeriksa adanya tanda-tanda Lanjutkan intervensi
infeksi adanya plebitis atau - Kolaborasi pemberian cefotaxim 225
tidak mg pukul 14.00 WIB.
- Memonitor tanda-tanda infeksi
Menanyakan kepada ibu adanya - Pertahankan lingkungan aseptic
tanda-tanda infeksi pada
urogenital pada anak
Shift Malam
Jam 22
Memberikan obat cefotaxim 225 (Lia)
mg
Jam 07.00
Memberikan obat cefotaxim 225
mg
Kasus 1
46
Jam 16.00
Berkolaborasi melakukan (Ekino)
fisioterapi dada
22 November 2017
Jam 17.00 Shift Siang
Mengatur posisi semifowler Jam 20.00
S:
Mengauskultasi suara nafas - Ibu mengatakan anak batuk dan pileknya
berkurang
Mengelola Nebulizer Vellutin O:
2,5mg. - Keadaan umum composmetis
- Tidak sianosis
Jam 19.00 - Retraksi (-)
Memonitor tanda-tanda vital - Ronchi -/-
anak - Cuping hidung (-)
- Batuk (+)
Mengauskultasi suara nafas - Anak aktif
- RR: 36x/menit
Mengobservasi kedalaman - S: 36,7oC
pernafasan
- Nadi 120x/menit (kuat)
A:
Jam 20.00
Memberikan obat ataroc 6mcg,
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas belum
teratasi
47
(Wahyuni Septiana)
Jam 07.00
Memberikan obat cefotaxim 225 (Wahyuni septiana)
mg
Kasus 1
Implementasi dan Evaluasi Hari Ke-5
Diagnosis Implementasi Evaluasi
1 Ketidakefektifan 24 November 2017 24 November 2017
Bersihan Jalan Jam 09.00 Shift pagi
Nafas Menanyakan keluhan pasien S:
kepada ibu dan memonitor - Ibu mengatakan anak sudah tidak batuk dan
keadaan umum pasien pilek
O:
Jam 13.00 - Keadaan umum composmetis
Memberikan obat ataroc 6mcg, - Tidak sianosis
trilac 0,7 mg, trifet 1/10 tb dan - Retraksi (-)
cetirizine¼ tb - Ronchi -/-
- Cuping hidung (-)
Memonitor tanda-tanda vital
anak
- Batuk (-)
- Anak aktif
Mengauskultasi suara nafas - RR: 36x/menit
- S: 36,5oC
Mengobservasi kedalaman - Nadi 100x/menit (kuat)
pernafasan A:
- Ketidakefektifan bersihan jalan napas sudah
teratasi
P:
Hentikan Intervensi
- BLPL
(Wahyuni Septiana)
2 Risiko Infeksi 25 November 2017 25 November 2017
Shift Pagi Shift Pagi
Jam 10.00 Jam 13.00
Memeriksa tanda-tanda infeksi S:
- Ibu mengatakan tidak ada kemerahan atau
Jam 14.00 bentol-bentol pada area urogenital anak. .
Memberikan obat cefotaxim 225 - Ibu mengatakan ganti pempers 3 kali
mg - Ibu mengatakan anak tidak demam
- Ibu mengatakan membersihkan urogenital
pada anak sudah dilakukan seperti yang
dianjurkan.
O:
49
(Wahyuni Septiana)
Kasus 2
Implementasi dan Evaluasi Hari 1
No Diagnosis Implementasi Evaluasi
1 Ketidakefektifan 20 November 2017 21 November 2017
bersihan jalan Shift Malam Shift Malam
nafas Jam 07.00
Jam 21.00 S:
Memeriksa keadaan umum - Ibu mengatakan anaknya batuk sejak 2 hari
pasien yang lalu
O:
Mengauskultasi suara nafas - Keadaan umum composmetis
- RR: x/ menit
Memeriksa tanda-tanda vital - SPO2: 96%
dan memriksa frekuensi dan - N: 108x/menit
kedalam respirasi
- S: 38,9oC
- RR: 59x/menit
Jam 05.00 - Jam 06.00 : S= 36,9oC
Memposisikan semi fowler - Batuk masih grok-grok
- Cuping hidung (+)
Mengelola Nebulizer ventolin - Suara ronkhi (+/+)
2,5mg - Retraksi dada(+)
- Masih tampak sesak nafas
Jam 06.00 - Tidak sianosis
Memeriksa tanda-tanda vital A:
dan memriksa frekuensi dan - Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
kedalam respirasi belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Memonitor status pernafasan
- Terapi nebulizer ventolin 2,5mg pukul 13.00
WIB
(Lia)
2 Hipertermi 20 November 2017 21 November 2017
Shift Malam Jam 07.00
Jam 21.30 S:
Memonitor suhu pasien dan - Ibu mengatakan anak badannya masih panas
tanda-tanda vital lainnya O:
- Jam 23.45 : S= 39,3oC
Memberikan obat parasetamol
50
(Lia)
3 Ketidakseimban 20 November 2017 21 November 2017
gan Nutrisi Shift Malam Shift Malam
Kurang dari Jam 23.00 Jam 07.00
Kebutuhan Mengkaji alergi pada anak S:
Tubuh - Ibu mengatakan anak selama sakit tidak
Mengkaji nafsu makan anak nafsu makan.
selama sakit O:
- Bubur tidak habis sesuai porsi yang telah
Menganjurkan ibu untuk disediakan
memberi makan sedikit tapi - Anak mau minum ASI
sering A:
- Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan ibu untuk memberi makan
sedikit tapi sering
- Memberikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi dan pentingnya nutrisi bagi tubuh
- Mengkaji dan mencatat asupan nutrisi yang
masuk
- Berkolaborasi dengan untuk pemberian
sanbe plex 1x 0,5 ml pukul 10.00 WIB
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
(Lia)
4 Risiko Infeksi 20 November 2017 21 November 2017
Shift Malam Shift Malam
Jam 21.30 Jam 07.00
Mencuci tangan sebelum dan S:
sesudah kontak dengan pasien - Ibu mengatakan anak badannya demam
O:
Memeriksa tanda-tanda infeksi - Obat ampicilin 4x 250 mg sudah diberikan
yaitu dengan memeriksa suhu pukul 00.00
51
(Lia)
Kasus 2
Implementasi dan Evaluasi Hari 2
No Diagnosis Implementasi Evaluasi
1 Ketidakefektifan 21 November 2017 21 November 2017
Bersihan Jalan Shift Pagi Shift Pagi
Nafas Jam 09.00 Jam 13.30
Memeriksa keadaan umum S:
pasien - Ibu mengatakan anaknya masih batuk grok-grok
O:
Mengauskultasi suara nafas - Keadaan umum composmetis
- RR: 56x/ menit
Memposisikan pasien untuk - N: 100x/menit
memaksimalkan ventilasi ( semi - S: 36,7oC
fowler)
- Batuk masih grok-grok
Jam 10.00 - Cuping hidung (+)
Berkolaborasi melakukan - Suara ronkhi (+/+)
fisioterapi dada - Retraksi dada(+)
- Masih tampak sesak nafas
Jam 13.00 - Tidak sianosis
Memeriksa tanda-tanda vital A:
dan memriksa frekuensi dan - Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
kedalam respirasi belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Shift Siang - Memonitor status pernafasan
Jam 13. 00 - Terapi nebulizer ventolin 2,5 mg
Memberikan terapi nebulizer
ventolin 2,5 mg
Jam 14.00
Memeriksa keadaan umum
pasien
(Binti)
Mengauskultasi suara nafas
Shift Siang
Jam 19.00
Memposisikan pasien untuk
S:
memaksimalkan ventilasi ( semi
fowler) - Ibu mengatakan anaknya masih batuk grok-grok
(Ekino)
2 Hipertermi 21 November 2017 21 November 2017
Shift Pagi Shift Pagi
Jam 09.00 Jam 13.00
Menanyakan keadaan pasien S:
kepada ibu - Ibu mengatakan anak agak anget badannya
- Ibu mengatakan anak menetek kuat meskipun
Memonitor suhu pasien dan sedang sakit
tanda-tanda vital lainnya - Ibu mengatakan anak menetek kira 3 jam sekali
53
(Ekino)
3 Ketidakseimban 21 November 2017 21 November 2017
gan Nutrisi Shift Pagi Shift Pagi
Kurang dari Jam 09.00 Jam 13.00
Kebutuhan Menimbang berat badan anak S:
Tubuh - Ibu mengatakan anak tidak mau makan
Memeriksa turgor kulit dan hanya makan 2 suap
konjungtiva O:
- Bubur tidak habis sesuai porsi yang telah
Jam 10.00 disediakan
Memberikan sanbe plex 1x 0,5 - Anak mau minum ASI
ml - Berat Badan 6,9 Kg
- U. Keton : positif
Jam 13.00 - Konjungtiva tidak anemis
Mengkaji dan mencatat asupan A:
nutrisi yang masuk - Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi
Shift Siang P:
Jam 14.30 Lanjutkan intervensi
Memeriksa turgor kulit dan - Menganjurkan ibu untuk memberi makan
konjungtiva sedikit tapi sering
- Mengkaji dan mencatat asupan nutrisi yang
Jam 18.30 masuk
Mengkaji dan mencatat asupan - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
nutrisi yang masuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
Menganjurkan ibu untuk
memberi makan sedikit tapi
sering
Shift Malam
Jam 07.00 (Binti)
Mengkaji dan mencatat asupan
nutrisi yang masuk Shift Siang
Jam 19.00
S:
- Ibu mengatakan anak tidak nafsu makan
hanya makan 3 suap
O:
- Bubur tidak habis sesuai porsi yang telah
disediakan
- Netek Kuat
A:
- Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P:
55
Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan ibu untuk memberi makan
sedikit tapi sering
- Mengkaji dan mencatat asupan nutrisi yang
masuk
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
(Wahyuni Septiana)
22 November 2017
Shift Malam
Jam 19.00
S:
- Ibu mengatakan anak tidak nafsu makan
hanya makan 3 suap
O:
- Bubur tidak habis sesuai porsi yang telah
disediakan
- Anak mau minum ASI
A:
- Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan ibu untuk memberi makan
sedikit tapi sering
- Memberikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi dan pentingnya nutrisi bagi tubuh
- Mengkaji dan mencatat asupan nutrisi yang
masuk
- Berkolaborasi dengan untuk pemberian
sanbe plex 1x 0,5 ml pukul 10.00 WIB
- Menimbang berat badan
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
(Ekino)
4 Defisiensi 21 November 2017 21 November 2017
Pengetahuan Shift Siang Shift Siang
Jam 16.00 Jam 19.00
Melakukan penilaian tentang S:
pengetahuan bronkopneumonia - Ibu mengatakan hanya sedikit tau tentang
kepada keluarga pasien bronkopneumonia
- Setelah dijelaskan ibu mengatakan sudah
17.00 mengerti tentang bronkopneumonia, proses
Memberikan gambaran tentang penyakit, tanda dan gejala.
proses perjalanan penyakit O:
bronkopneumonia kepada - Ibu tampak bingung saat ditanyai tentang
56
keluarga. bronkopneumonia
- Saat dijelaskan ibu tampak memperhatikan dan
Memberikan informasi tentang dapat menjelaskan kembali
tanda dan gejala penyakit A:
bronkopneumonia kepada - Masalah defisiensi pengetahuan belum teratasi
keluarga pasien P:
Lanjutkan intervensi
- Berikan penjelasan tentang kondisi pasien
- Berikan penjelasan tentang penatalaksanaan
bronkopneumonia
(Wahyuni Septiana)
5 Risiko Infeksi 21 November 2017 21 November 2017
Shift Pagi Shift Pagi
Jam 12.00 Jam 13.00
Memberikan obat Ampisilin S:
250mg - Ibu mengatakan anak badannya demam
O:
Jam 18.00 - Obat ampicilin 250 mg sudah diberikan
Memonitor tanda-tanda infeksi pukul 12.00
yaitu dengan mengukur suhu - Jam 09.30 : S= 38oC
tubuh anak dan memonitor - Jam 12.30 : S: 36,7oC
adanya plebitis - Hasil lab :
Leukosit : 12,6
Shift Siang Monosit : 10
Jam 15.00 Urin leukosit ekstrase: +3
Mencuci tangan sebelum dan U. Epitel : 1-3
sesudah kontak dengan pasien U. Bakteri coccus : ada
- Hasil rongent pemeriksaan Thorak:
Memberikan obat gentamicin 25 Bronkopneumonia, besar cor normal.
mg A:
- Masalah risiko infeksi belum teratasi
Menganjurkan kepada ibu untuk P:
mengganti pempers tiap 3-4 jam Lanjutkan Intevensi
sekali - Berkolaborasi pemberian antibiotik
ampicilin 250 mg pukul 18.00 WIB
Mengajarkan ibu cara - Berkolaborasi pemberian antibiotik
membersihkan bagian genital Gentamicin 25 mg pukul 15.00 WIB.
anak - Monitor tanda-tanda infeksi
Jam 18.00
Memberikan Ampisilin 250mg
Memonitor tanda-tanda infeksi
(Wahyuni Septiana)
22 November 2017
Shift Malam
S:
- Ibu mengatakan anak masih panas badannya
O:
- Ampisilin 250mg sudah diberikan jam 00.00
- Jam 23.00 : S= 36,7oC
- Jam 06.00 : S= 36,5oC
A:
- Masalah Risiko Infeksi belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
- Berkolaborasi pemberian antibiotik
ampicilin 250 mg pukul 11.00 WIB
- Berkolaborasi pemberian antibiotik
Gentamicin 25 mg pukul 12.00 WIB
(Ekino)
Kasus 2
Implementasi dan Evaluasi Hari 3
No Diagnosis Implementasi Evaluasi
1 Ketidakefektifan 22 November 2017 22 November 2017
Bersihan Jalan Shift Pagi Shift Pagi
Nafas Jam 10.00 Jam 13.30 WIB
Memposisikan pasien semi S:
fowler - Ibu mengatakan anaknya masih batuk tapi sudah
berkurang.
Mengauskultasi suara nafas O:
- Keadaan umum composmetis
Memeriksa frekuensi - RR: 38x/menit
pernafasan, memeriksa - SPO2: 96%
kedalaman pernafasan - N: 108x/menit (kuat)
- S: 36,5oC
Jam 10.00
Memberikan terapi nebulizer - Cuping hidung (-)
ventolin 2,5 mg - Suara ronkhi (+/+)
58
Jam 05.00
Memberikan terapi nebulizer
ventolin 2,5mg (Rizal)
(Lia)
2 Hipertermi 22 November 2017 22 November 2017
Shift Pagi Shift Pagi
Jam 08.30 Jam 13.00
Menanyakan keadaan pasien S:
kepada ibu dan memeriksa suhu - Ibu mengatakan anak masih terasa hangat
badan dan tanda-tanda vital badannya
lainnya O:
- Jam 09.30 : S= 36,6oC
Memonitor pemberian cairan - Jam 13.00 : S= 36,5oC
intravena KaEn 3B 500ml 16 - RR: 38x/menit
Tpm - N: 108x/menit (kuat)
- Akral hangat
Menganjurkan pada ibu untuk
mengompes apabila suhu tubuh
- Membran mukosa lembab
meningkat - Kulit tidak kemerahan
A:
Menganjurkan ibu untuk - Masalah hipertermi belum teratasi
memberikan minum dan P:
menyusui bayi lebih banyak - Lanjutkan intervensi dengan monitor suhu
tubuh anak
Jam 13.00
Mengukur suhu dan tanda-tanda
vital lainnya.
Shift Siang
Jam 13.00
Menanyakan keadaan pasien (Wahyuni Septiana)
kepada ibu dan memeriksa suhu
badan dan tanda-tanda vital Shift Siang
lainnya Jam 19.00
S:
memberikan cairan intravena - Ibu mengatakan anak masih agak anget
KaEn 3B 500ml 16 Tpm badannya
O:
Jam 15.00 - Jam 14.30 : S= 36,7oC
Mengukur suhu dan tanda-tanda - Jam 19.00 : S= 36,6oC
vital lainnya. - RR: 40x/menit
- N: 100x/menit (kuat)
Shift Malam - Akral hangat
Jam 23.00 - Membran mukosa lembab
Menanyakan keadaan pasien
- Kulit tidak kemerahan
kepada ibu dan memeriksa suhu
A:
badan dan tanda-tanda vital
60
Jam 06.00
Mengukur suhu dan tanda-tanda
vital lainnya. (Rizal)
23 November 2017
Shift Malam
Jam 07.00
S:
- Ibu mengatakan badan masih agak anget
O:
- Jam 23.00 : S= 36,8oC
- Jam 06.00 : S= 36,5oC
- RR: 37x/menit
- N: 120x/menit (kuat)
- Akral hangat
- Membran mukosa lembab
- Kulit tidak kemerahan
A:
- Masalah hipertermi belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi dengan monitor suhu
tubuh anak dan menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI yang lebih banyak
(Lia)
3 Ketidakseimban 22 November 2017 22 November 2017
gan Nutrisi Shift Pagi Shift Pagi
Kurang dari Jam 09.00 Jam 13.30
Kebutuhan Menganjurkan ibu untuk S:
Tubuh memberi makan sedikit tapi - Ibu mengatakan anak masih tidak nafsu
sering makan hanya makan 4 suap
O:
Memberikan informasi tentang - Bubur tidak habis sesuai porsi yang telah
kebutuhan nutrisi dan disediakan
pentingnya nutrisi bagi tubuh - Anak mau minum ASI
- BB anak: 6,9 Kg
Jam 10.00 - Konjungtiva tidak anemis
Memberian sanbe plex 1x 0,5 A:
ml - Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi
Menimbang BB anak P:
Lanjutkan intervensi
Jam 13.00 - Menganjurkan ibu untuk memberi makan
Mengkaji dan mencatat asupan sedikit tapi sering
nutrisi yang masuk - Mengkaji dan mencatat asupan nutrisi yang
masuk
Shift Siang - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Jam 14.30 menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
Memeriksa turgor kulit dan dibutuhkan pasien
61
konjungtiva
Jam 18.30
Mengkaji dan mencatat asupan
nutrisi yang masuk
(Rizal)
23 November 2017
Shift Malam
Pukul 07.00 WIB
S:
- Ibu mengatakan anak masih tidak nafsu
makan hanya makan 3 suap
O:
- Bubur tidak habis sesuai porsi yang telah
disediakan
- Anak minum ASI kuat
A:
- Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Menganjurkan ibu untuk memberi makan
sedikit tapi sering
- Mengkaji dan mencatat asupan nutrisi yang
masuk
- Berkolaborasi dengan untuk pemberian
sanbe plex 1x 0,5 ml pukul 10.00 WIB
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
62
(Lia)
4 Defisiensi 22 November 2017 22 November 2017
Pengetahuan Shift Pagi Shift Pagi
Jam 10.00 Jam 13.00
Memberikan penjelasan tentang S:
kondisi pasien kepada keluarga - Ibu mengatakan mengerti dengan materi yang
pasien. sudah dijelaskan
- Ibu mengatakan masih kawatir dengan kondisi
Memberikan informasi tentang anaknya
penatalaksanaan pada pasien O:
bronkopneumonia - Ibu tampak memperhatikan saat dijelaskan.
A:
- Masalah defisiensi pengetahuan belum teratasi
P:
- Lanjutkan intervensi
Mereview materi yang sudah dijelaskan
(Wahyuni Septiana)
5 Risiko Infeksi 22 November 2017 22 November 2017
Shift Pagi Shift Pagi
Jam 11.00 Jam 13.00
Memberikan Ampisilin 250mg S:
- Ibu mengatakan mau melakukan anjuran
Jam 12.00 yang sudah dijelaskan untuk mencuci tangan
Memberikan obat gentamicin 25 sebelum dan sesudah membersihkan
mg urogenital anak
- Ibu mengatakan tidak ada kemerahan atau
Mengajarkan kepada ibu bentol-bentol pada area urogenital anak.
bagaimana cara mencuci tangan - Ibu mengatakan sudah ganti pempers 3 kali.
yang benar dan menganjurkan O:
untuk mencuci tangan sebelum - Ampisilin 250mg sudah diberikan jam 11.00
dan sesudah membersihkan - Gentamicin 25 mg sudah diberikan jam
bagian urogenital anak 12.00
- Jam 09.30 : S= 36,6oC
Memonitor tanda-tanda infeksi - Jam 13.00 : S= 36,5oC
- Terpasang infus KaEn 3B 500ml 16 Tpm
Shift Siang sejak tanggal 20 November 2017
Jam 15.00 - Tidak plebitis di area infus
Memonitor tanda-tanda infeksi A:
- Masalah risiko infeksi belum teratasi
Jam 17.00
Memberikan Ampisilin 250mg P:
Lanjutkan intervensi
Jam 18.00 - Berkolaborasi pemberian antibiotik
Memonitor tanda-tanda infeksi ampicilin 250 mg pukul 23.00 WIB
yaitu dengan mengukur suhu - Berkolaborasi pemberian antibiotik
tubuh anak dan memonitor Gentamicin 25 mg 00.00 WIB.
adanya plebitis - Berkolaborasi untuk cek urin dan darah
- Mengganti sprei dan selimut
Shift Malam
Jam 23.00
Memberikan obat
Ampisilin250mg
63
(Rizal)
23 November 2017
Shift Malam
Jam 07.00 WIB
S:
- Ibu mengatakan anak masih agak anget
badannya
- Ibu mengtakan sudah ganti pempers 2x
O:
- Ampisilin 250mg sudah diberikan jam 23.00
- Gentamicin 25 mg sudah diberikan jam
00.00
- Ge
- Jam 23.00 : S= 36,8oC
- Jam 06.00 : S= 36,5oC
- Tidak ada plebitis
A:
- Masalah Risiko Infeksi belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
- Berkolaborasi pemberian antibiotik
ampicilin 250 mg pukul 11.00 WIB
- Berkolaborasi pemberian antibiotik
Gentamicin 25 mg pukul 12.00
(Lia)
Kasus 2
Implementasi dan Evaluasi Hari Ke-4
64
Shift Siang
Jam 15.00
Memposisikan pasien semi
fowler
(Ekino)
Mengauskultasi suara nafas Shift Siang
Pukul 20.00
Memeriksa frekuensi S:
pernafasan, memeriksa - Ibu mengatakan anaknya masih batuk tapi sudah
kedalaman pernafasan berkurang.
O:
Jam 16.00
- Keadaan umum composmetis
Berkolaborasi melakukan
fisioterapi dada - RR: 35x/menit
- N: 110x/menit (kuat)
Jam 18.30 - S: 36,5oC
- Cuping hidung (-)
Memeriksa tanda- tanda vital - Suara ronkhi (+/+)
dan mengauskultasi suara nafas - Retraksi dada (-)
- Tampak tidak sesak nafas
Memeriksa frekuensi - Tidak sianosis
pernafasan, kedalaman - Batuk (+)
pernafasan. A:
- Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Shift Malam belum teratasi
Jam 21.00 P:
Memposisikan pasien semi Lanjutkan intervensi
fowler - Memonitor status pernafasan
- Terapi nebulizer ventolin 2,5mg pukul 05.00
Memeriksa keadaan umum
pasien, Mengauskultasi suara
nafas
65
Jam 05.00
(Binti)
Memberikan terapi nebulizer 24 November 2017
ventolin 2,5 mg Shift Malam
Jam 07.00
Memeriksa tanda-tanda vital, S:
mengauskultasi suara nafas, dan
- Ibu mengatakan anaknya sudah berkurang
menanyakan keluhan bayi
batuknya
kepada ibu
O:
- Keadaan umum composmetis, anak aktif
- RR: 40x/menit
- SPO2: 97%
- N: 110x/menit (kuat)
- S: 36,7 oC
- Cuping hidung (-)
- Suara ronkhi (+/+)
- Retraksi (-)
- Tampak tidak sesak nafas
- Batuk (+)
- Tidak sianosis
P: Lanjutkan intervensi
- Memonitor status pernafasan
- Terapi nebulizer ventolin 2,5 mg pukul 13.00
WIB
(Wahyuni Septiana)
2 Hipertermi 23 November 2017 23 November 2017
Shift Pagi Shift Pagi
Jam 09.00 Jam 13.00
Menanyakan keadaan pasien S:
pada ibu dan memeriksa suhu - Ibu mengatakan anak demam
dan tanda-tanda vital lainnya O:
- Jam 09.30 : S= 38,0 oC
Memberikan obat parasetamol - Jam 09.30 : S=36,6oC
0,9 ml - RR: 38x/menit
- N: 120x/menit (kuat)
Mengompes pada lipatan paha
- Akral hangat
dan aksila
- Membran mukosa lembab
Memonitor pemberian cairan - Kulit tidak kemerahan
intravena KaEn 3B 500ml 16 A:
Tpm - Masalah hipertermi belum teratasi
P:
Menganjurkan ibu untuk - Lanjutkan intervensi dengan monitor suhu
memberikan minum dan tubuh anak dan menganjurkan ibu untuk
menyusui lebih banyak memberikan ASI yang lebih banyak.
Jam 09.30
Mengukur suhu tubuh anak dan
tanda-tanda vital lainnya
Jam 12.30
66
(Wahyuni Septiana)
3 Ketidakseimban 23 November 2017 23 November 2017
gan Nutrisi Shift Pagi Shift Pagi
Kurang dari Jam 09.00 Jam 13.00
Kebutuhan Menganjurkan ibu untuk S:
tubuh memberi makan sedikit tapi - Ibu mengatakan anak belum mau makan.
sering - Ibu mengatakan anak makan 5 suap
67
Shift Malam
Jam 20.00 (Ekino)
Memeriksa turgor kulit dan Shift Siang
konjungtiva Jam 13.00
S:
Menganjurkan ibu untuk - Ibu mengatakan anak sudah mau makan.
memberi makan sedikit tapi - Ibu mengatakan anak makan 7 suap
sering O:
- Bubur tidak habis sesuai porsi yang telah
Jam 06.00 disediakan
Memberikan sanbe plex 1x 0,5 - Anak mau minum ASI
ml - Keton dalam urin positif
A:
Mengkaji dan mencatat asupan - Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang
nutrisi yang masuk dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Mengkaji dan mencatat asupan nutrisi yang
masuk
(Binti)
23 November 2017
Shift Malam
Jam 07.00
S:
- Ibu mengatakan anak sudah mau makan,
nafsu makan bertambah.
- Ibu mengatakan anak makan 7 suap
O:
- Bubur tidak habis sesuai porsi yang telah
disediakan
- Anak mau minum ASI
A:
- Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
68
(Wahyuni Septiana)
4 Defisiensi 23 November 2017 23 November 2017
Pengetahuan Shift Malam Shift Malam
Jam 06.00 Jam 06.30
Mereview kembali tentang S:
materi yang telah diberikan - Ibu mengatakan masih mengingatnya dan dapat
kepada keluarga pasien menjelaskan kembali.
O:
- Ibu dapat mengulang kembali materi yang
sudah dijelaskan yaitu tentang pengertian,
proses perjalanan penyakit, tanda dan gejala
bronkopneumonia.
A:
- Masalah defisiensi pengetahuan teratasi
P:
- Hentikan intervensi
(Wahyuni Septiana)
5 Risiko Infeksi 23 November 2017 23 November 2017
Shift Pagi Shift Pagi
Jam 11.00 Pukul 13.00
Memberikan Ampisilin 250mg S:
- Ibu mengatakan anak demam
Jam 12.00 - Ibu mengatakan tidak ada kemerahan atau
Memberikan obat gentamicin 25 bentol-bentol pada area urogenital anak
mg O:
- Ampicilin 250 mg sudah diberikan pukul
Memonitor tanda-tanda infeksi 11.00
- Jam 09.30 : S= 38,0 oC
Shift Siang - Jam 09.30 : S=36,6oC
- Terpasang infus KaEn 3B 500ml 16 Tpm
Jam 15. 00 sejak tanggal 20 November 2017
Mencuci tangan sebelum dan - Tidak plebitis di area infus
sesudah kontak dengan pasien - Hasil lab :
Leukosit : 4,22
Jam 17.00 Monosit : 10,06
Memberikan Ampisilin 250mg Limfosit : 43,55
Urin leukosit ekstrase: negatif
Memonitor tanda-tanda infeksi U. Epitel : 0-1
U. Bakteri coccus : ada
U. Leukosit: 4-8
Shift Malam A:
Jam 20.30 - Masalah risiko infeksi belum teratasi
Mencuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien P:
Lanjutkan intervensi
69
Jam 00.00
Memberikan obat gentamicin 25
mg
(Binti)
Shift Malam
Jam 07.00
S:
- Ibu mengatakan sudah melakukan cuci
tangan dan melakukan yang dianjurkan yaitu
cara membersihkan urogenital anak dengan
benar.
- Ibu mengatakan tidak ada kemerahan atau
bentol-bentol pada area urogenital anak.
- Ibu mengatakan ganti pempers 2 kali saat
akan tidur sampai jam 7 pagi.
O:
- Tidak terdapat plebitis pada area infus
- Terpasang infus KaEn 3B 500ml 16 Tpm
sejak tanggal 20 November 2017
- Ampicilin 250 mg sudah diberikan pukul
23.00
- Gentamicin 25 mg sudah diberikan jam
00.00
70
A:
- Masalah risiko infeksi belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Berkolaborasi pemberian antibiotik
ampicilin 250 mg pukul 11.00 WIB
- Berkolaborasi pemberian antibiotik
Gentamicin 2x 25 mg pukul 12.00 WIB
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
(Wahyuni Septiana)
Kasus 2
Implementasi dan Evaluasi Hari Ke-5
No Diagnosis Implementasi Evaluasi
1 Ketidakefektifan 24 November 2017 24 November 2017
Bersihan Jalan Shift Pagi Shift Pagi
Nafas Jam 10.00 Pukul 13.30
Memeriksa frekuensi S:
pernafasan, memeriksa - Ibu mengatakan anaknya sudah berkurang
kedalaman pernafasan batuknya.
O:
Memposisikan pasien semi - Keadaan umum composmetis
fowler - RR: 28x/ menit
- N: 108x/menit
Mengauskultasi suara nafas - S: 36,8oC
- Batuk masih grok-grok
Jam 10.00
Memberikan terapi nebulizer - Cuping hidung (-)
ventolin 2,5mg - Suara ronkhi (-/-)
- Retraksi dada(-)
Jam 13.30 - Tidak sianosis
Memeriksa tanda- tanda vital - Tidak sesak nafas
dan mengauskultasi suara nafas A:
- Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Memeriksa frekuensi belum teratasi
pernafasan, kedalaman P:
pernafasan Lanjutkan intervensi
- Memonitor status pernafasan
Shift Siang
Jam 15.00
Memposisikan pasien semi
fowler
Jam 05.00
(Binti)
2 Hipertermi 24 November 2017 24 November 2017
Shift Pagi Shift Pagi
Jam 08.30 Jam 13.00
Menanyakan keadaan pasien S:
kepada ibu dan memeriksa suhu - Ibu mengatakan anak masih terasa hangat
badan dan tanda-tanda vital badannya
72
lainnya O:
- Jam 09.30 : S= 36,6oC
Memonitor pemberian cairan - Jam 13.00 : S= 36,8oC
intravena KaEn 3B 500ml 16 - RR: 28x/menit
Tpm - N: 108x/menit (kuat)
- Akral hangat
Menganjurkan pada ibu untuk
- Membran mukosa lembab
mengompes apabila suhu tubuh
meningkat - Kulit tidak kemerahan
A:
Menganjurkan ibu untuk - Masalah hipertermi belum teratasi
memberikan minum dan P:
menyusui bayi lebih banyak - Lanjutkan intervensi dengan monitor suhu
tubuh anak
Jam 13.00
Mengukur suhu dan tanda-tanda
vital lainnya.
Shift Siang
Jam 13.00 (Rizal)
Menanyakan keadaan pasien
kepada ibu dan memeriksa suhu Shift Siang
badan dan tanda-tanda vital Jam 19.00
lainnya S:
- Ibu mengatakan anak masih agak anget
memberikan cairan intravena badannya
KaEn 3B 500ml 16 Tpm O:
- Jam 14.30 : S= 36,5oC
Jam 15.00 - Jam 19.00 : S= 37oC
Mengukur suhu dan tanda-tanda - RR: 39x/menit
vital lainnya. - N: 105x/menit (kuat)
- Akral hangat
Shift Malam - Membran mukosa lembab
Jam 23.00 - Kulit tidak kemerahan
Menanyakan keadaan pasien A:
kepada ibu dan memeriksa suhu
- Masalah hipertermi belum teratasi
badan dan tanda-tanda vital
P:
lainnya
- Lanjutkan intervensi dengan monitor suhu
tubuh anak
Memberikan cairan intravena
KaEn 3B 500ml 16 Tpm
P:
- Lanjutkan intervensi dengan monitor suhu
tubuh anak dan menganjurkan ibu untuk
memberikan ASI yang lebih banyak
(Binti)
3 Ketidakseimban 23 November 2017 Shift Pagi
gan Nutrisi Shift Pagi Jam 03.00
Kurang dari Jam 10.00 S:
Kebutuhan Memberikan sanbe plex 1x 0,5 - Ibu mengatakan anak sudah makan banyak,
Tubuh ml nafsu makan bertambah.
- Ibu mengatakan anak makan 9 suap
Jam 13.00 O:
Mengkaji dan mencatat asupan - Bubur tidak habis dan sisa sedikit
nutrisi yang masuk - Anak mau minum ASI banyak
A:
- Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh sudah teratasi
P:
- Hentikan intervensi
(Rizal)
4 Risiko Infeksi 24 November 2017 24 November 2017
Shift Pagi Shift Pagi
Jam 11.00 Pukul 13.30
Memberikan Ampisilin 250mg S:
- Ibu mengatakan tidak ada kemerahan atau
Jam 12.00 bentol-bentol pada area urogenital anak.
Memberikan obat gentamicin 25 - Ibu mengatakan ganti pempers 4 kali
mg - Ibu mengatakan anak masih terasa hangat
badannya
Memonitor tanda-tanda infeksi O:
- Tidak terdapat plebitis pada area infus
Shift Siang - Terpasang infus KaEn 3B 500ml 16 Tpm
sejak tanggal 20 November 2017
Jam 15. 00 - Ampicilin 250 mg sudah diberikan pukul
Mencuci tangan sebelum dan 11.00
sesudah kontak dengan pasien - Gentamicin 25 mg sudah diberikan pukul
12.00
Jam 17.00 - Jam 09.30 : S= 36,6oC
Memberikan Ampisilin 250mg - Jam 13.00 : S= 36,8oC
A:
Memonitor tanda-tanda infeksi - Masalah risiko infeksi belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
Shift Malam - Berkolaborasi pemberian antibiotik
Jam 20.30 ampicilin 250 mg pukul 17.00 WIB
Mencuci tangan sebelum dan - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
sesudah kontak dengan pasien dengan pasien
Jam 23.00
Memberikan Ampisilin 250mg (Rizal)
Jam 00.00
Memberikan obat gentamicin 25 Shift Siang
mg Pukul 20.00
S:
Jam 07.00 - Ibu mengatakan tidak ada kemerahan atau
Memonitor tanda-tanda infeksi bentol-bentol pada area urogenital anak.
- Ibu mengatakan ganti pempers 3 kali
- Ibu mengatakan anak masih terasa hangat
badannya
O:
- Tidak terdapat plebitis pada area infus
- Terpasang infus KaEn 3B 500ml 16 Tpm
sejak tanggal 20 November 2017
- Ampicilin 250 mg sudah diberikan pukul
17.00
- Jam 14.30 : S= 36,5oC
- Jam 19.00 : S= 37oC
A:
- Masalah risiko infeksi belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Berkolaborasi pemberian antibiotik
ampicilin 250 mg pukul 23.00 WIB
- Berkolaborasi pemberian antibiotik
Gentamicin 25 mg pukul 00.00 WIB.
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
(Wahyuni Septiana)
25 November 2017
Shift Malam
Pukul 07.00 WIB
S:
- Ibu mengatakan tidak ada kemerahan atau
bentol-bentol pada area urogenital anak.
- Ibu mengatakan ganti pempers 2 kali
- Ibu mengatakan anak masih terasa hangat
badannya
O:
- Tidak terdapat plebitis pada area infus
- Terpasang infus KaEn 3B 500ml 16 Tpm
sejak tanggal 20 November 2017
- Ampicilin 250 mg sudah diberikan pukul
23.00
- Jam 23.00 : S= 36,5oC
A:
- Masalah risiko infeksi belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi
- Berkolaborasi pemberian antibiotik
ampicilin 250 mg pukul 05.00 WIB
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien
75
(Binti)
Kasus 2
Implementasi dan Evaluasi Hari Ke-6
No Diagnosis Implementasi Evaluasi
1 Ketidakefektifan 25 November 2017 25 November 2017
Bersihan Jalan Shift Pagi Shift pagi
Nafas Jam 10.00 S:
Memeriksa frekuensi - Ibu mengatakan anak sudah tidak batuk.
pernafasan, memeriksa O:
kedalaman pernafasan - Keadaan umum composmetis
- RR: 30x/ menit
Memposisikan pasien semi - N: 100x/menit
fowler - S: 37oC
- Tidak batuk
Memberikan terapi nebulizer
ventolin 2,5mg - Cuping hidung (-)
- Suara ronkhi (-/-)
Mengauskultasi suara nafas - Retraksi dada(-)
- Tidak sianosis
Jam 13.30 - Tidak sesak nafas
Memeriksa tanda- tanda vital A:
dan mengauskultasi suara nafas - Masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas
belum teratasi
Memeriksa frekuensi P:
pernafasan, kedalaman Hentikan Intervemsi
pernafasan - BLPL
(Wahyuni Septiana)
2 Hipertermi 25 November 2017 25 November 2017
Shift Pagi Shift Pagi
Jam 08.30 Jam 13.00
Menanyakan keadaan pasien S:
kepada ibu dan memeriksa suhu - Ibu mengatakan anak sudah tidak demam
badan dan tanda-tanda vital O:
lainnya - Jam 09.30 : S= 36,3oC
- Jam 13.00 : S= 37,0oC
Memonitor pemberian cairan - RR: 30x/menit
intravena KaEn 3B 500ml 16 - N: 100x/menit (kuat)
Tpm
- Akral hangat
- Membran mukosa lembab
Jam 13.00 - Kulit tidak kemerahan
Mengukur suhu dan tanda-tanda A:
vital lainnya. - Masalah hipertermi sudah teratasi
P:
- Hentikan Intervensi
76
(Wahyuni Septiana)
(Wahyuni Septiana)
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Profil Lahan Praktik
Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul terletak di Jl. Jenderal Sudirman
124. RS PKU Muhammadiyah Bantul adalah rumah sakit swasta kelas C. Rumah sakit ini
mampu memberikan pelayanan kedokeran spesialis terbatas. Rumah sakit ini juga
menampung pelayanan rujukan dari puskesmas. Tempat ini tersedia 113 tempat tidur
inap, lebih banyak dibanding setiap rumah sakit di Yogyakarta yang tersedia rata-rata 50
tempat tidur inap.
Bangsal rawat inap di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul terdiri dari
beberapa bangsal antara lain Al-A’rof, Al-Ikhlas, Al-Insan, Al-Ikhlas merupakan bangsal
anak-anak yang terletak di lantai II bagian selatan yang terdiri dari 21 tempat tidur
dengan pembagian 2 tempat tidur kelas VIP, 1 tempat tidur kelas utama, 2 tempat tidur
kelas I, 8 tempat tidur kelas II, 6 tempat tidur kelas III dan 2 tempat tidur rawat inap
sementara.
B. Analisis Pengkajian
1. Identitas
Berdasarkan hasil pengkajian pada 2 kasus kelolaan dengan Bronkopneumonia
didapatkan pada karakteristik umur kedua kasus dalam kategori Infant An. R (kasus
1) dan An. Z (kasus 2). Bayi dan anak kecil lebih rentan terhadap penyakit karena
respon imunitas mereka masih belum berkembang dengan baik. (Price & Wilson,
2006).
Infant adalah bayi masih berusia dibawah 12 bulan.Pada anak usia infant akan
mengalami tahap perkembangan Trust vs Mistrust (kepercayaan vs kecurigaan).
Tahap ini berlangsung pada masa oral, pada umur 0-1 tahun atau 1,5 tahun (infancy).
Bayi pada usia 0-1 tahun sepenuhnya bergantung pada orang lain, perkembangan
rasa percaya yang dibentuk oleh bayi tersebut berdasarkan kesungguhan dan kualitas
penjaga (yang merawat) bayi tersebut. Apabila bayi telah berhasil membangun rasa
percaya terhadap si penjaga, dia akan merasa nyaman dan terlindungi di dalam
kehidupannya, akan tetapi jika penjaganya tidak stabil dan emosi terganggu dapat
menyebabkan bayi tersebut merasa tidak nyaman dan tidak percaya pada lingkungan
sekitar. Kegagalan mengembangkan rasa percaya menyebabkan bayi akan
merasatakut dan yakin bahwa lingkungan tidak akan memberikan kenyamanan bagi
bayi tersebut, sehingga bayi tersebut akan selalu curiga pada orang lain (Susanto,
2011).
2. Keluhan Utama
77
78
peningkatan yaitu 12,6 %. Secara teori peningkatan leukosit lebih dari 15.0 103/ul
terjadi karena adanya infeksi (Muttaqin, 2010).
Pada kasus 1 An.R hasil laboratorium hemoglobin: 10,30gr/dl, hematokrit:
31,9%. Secara teori penurunan hemoglobin dan hematokrit terjadi karena Pemeriksaan
hematokrit menggambarkan perbandingan persentase antara sel darah merah, sel darah
putih dan trombosit terhadap volume seluruh darah atau konsentrasi (%) eritrosit
dalam 100mL/dL keseluruhan darah. Hematokrit rendah (< 30 %) dapat ditemukan
pada anemia, sirosis hati, gagal jantung, perlemakan hati, hemolisis, pneumonia, dan
overhidrasi (Muttaqin, 2010).
Perbedaan lainnya dari kasus 2 yaitu menunjukan adanya leukosit esterase
pada urin, adanya bakteri coccus pada urin. leukosit esterase digunakan sebagai
petunjuk adanya sel leukosit didalam urin meskipun pada pemeriksaan mikroskopik
sering kali tidak ditemukan sel leukosit. Aktivitas esterase dapat digunakan sebagai
penanda keberadaan leukosit neutrofil dimana peningkatan jumlah sel leukosit
neutrofil dalam urin dapat menjadi petunjuk adanya proses inflamasi. Leukosit
esterase terbukti memiliki spesifitas dan sensitivitas tinggi untuk mendeteksi bakteri
dalam urin (Agung, 2011).
C. Analisis Diagnosis Keperawatan
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada klien dengan bronkopneumonia
menurut Suriadi (2006) antara lain, ketidakefektifan besihan jalan nafas, hipertermi,
ketidakefektifan pola nafas, gangguan pertukaran gas, kekurangan volume cairan,
nyeri, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kurang pengetahuan.
Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data subjektif dan data objektif pada
masing-masing kasus kelolaan utama sehingga ditegakkan diagnosis keperawatan.
Pada kasus 1 An. R terdapat 4 diagnosis keperawatan yang diangkat antara lain
ketidakefektifan bersihan jalan nafas, hipertermi, defisiensi pengetahuan dan risiko
infeksi. Sedangkan pada kasus 2 An. Z terdapat 5 diagnosis keperawatan yang
diangkat yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas, hipertemi, ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, defisiensi pengetahuan, dan risiko infeksi.
Berdasarkan diagnosis keperawatan pada kedua kasus kelolaan dibuat
berdasarkan acuan dari diagnosis bagi penderita Bronkopneumonia sesuai dengan
literatur, namun tidak semua diagnosis pada literatur diangkat karena disesuaikan
dengan kondisi klien saat pengkajian. Pada kedua kasus tersebut sama-sama
mengangkat diagnosis ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Berdasarkan pengkajian
yang telah dilakukan penulis, dapat ditegakkan diagnosis keperawatan utama yaitu
81
ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Diagnosa lain yang muncul tidak dibahas secara
detail karena merupakan bukan diagnosis prioritas.
Pada kedua kasus juga terdapat diagnosis keperawatan hipertermia. Hipertermi
adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami kenaikan suhu tubuh secara
terus-menerus lebih tinggi dari 37,8oC per oral atau 38,8 oC per rectal karena faktor
eksternal. Peningkatan suhu tubuh pada anak sangat berpengaruh terhadap fisiologis
organ tubuhnya (Carpenito 2007). Hipertermi juga dialami pada penderita
bronkopneumonia, manifestasi yang timbul akibat bronkopneumonia adalah
peningkatan suhu tubuh (demam), anak gelisah, frekuensi nafas cepat dan dangkal,
disertai pernafasan cuping hidung, sianosis disekitar mulut dan hidung. Batuk yang
pada awalnya kering kemudian menjadi produktif dan suara paru terdengan ronkhi
(Ngastiyah,2014).
Masalah lain yang sama muncul pada kedua kasus adalah defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi. Menurut Carpenito (2007),
kurangnya pengetahuan tentang kondisi dimana individu atau kelompok mengalami
kekurangan pengetahuan atau ketrampilan psikomotor mengenai suatu keadaan dan
rencana tindakan pengobatan.Masalah yang terakhir yang sama muncul pada kedua
kasus adalah risiko infeksi. Risiko infeksi adalah rentang mengalami invasi dan
multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan.
D. Analisis Intervensi dan Implementasi Keperawatan
Berdasarkan asuhan keperawatan pada kedua kasus kelolaan sesuai dengan 4
diagnosis keperawatan yang sama dan satu diagnosis berbeda. Diagnosis pertama
sesuai prioritas masalah adalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Berdasarkan
diagnosis tersebut penulis membuat tujuan keperawatan yang sama pada kedua kasus
yaituNOC : Respiratory status: Airway Patency, adalah terbuka,bagian
trakeobronchial untuk pertukaran udara. Setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 5 x 24 jam pada kasus 1 dan 6 x 24 jam pada kasus 2 diharapkan memenuhi
Airway patency dengan kriteria hasil : Frekuensi nafas dalam rentang normal 18
x/menit - 30 x/menit, Tidak ada pernafasan dyspnea, tidak ada suara nafas tambahan,
tidak ada retraksi dada, Batuk dan sputum tidak ada. Alasan penulis memilih label
NOC Respiratory status: Airway Patencykarena meskipun banyak label NOC untuk
diagnosis keperawatan ketidakefektifan bersihanjalan nafasnamun indikator pada
NOC yang sesuai dengan tanda dan gejala yang muncul pada kasus 1 dan 2 adalah
Respiratory status: Airway Patency.
83
Ibu mengatakan anak sudah tidak batuk dan pilek, data objektif: keadaan umum
composmetis, tidak ada sianosis, tidak ada retraksi dada, tidak ada suara tambahan
ronkhi, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak batuk, anak aktif, tanda tanda
vital pernafasan: 28x/menit suhu: 36,5oC Nadi: 100x/menit (kuat).
Sedangkan pada kasus 2 masalah teratasi setelah tindakan keperawatan selama
6 hari dengan data subjektif: ibu mengatakan anak sudah tidak batuk dan pilek, tidak
batuk keadaan umum composmetis, tidak ada sianosis, tidak ada retraksi dada, tidak
ada suara tambahan ronkhi, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, anak aktif, tanda
tanda vital pernafasan: 30x/menit suhu: 37oC Nadi: 100x/menit (kuat).
Perbedaan lamanya perawatan dan teratasi masalah yang terjadi pada kedua
kasus kelolaan disebabkan karena kondisi kedua kasus berbeda. Kasus 2 lebih
kompleks dibandingkan dengan kasus 1 yang ditandai dengan pemeriksaan
laboratorium leukosit, monosit dan leukosit dalam urin tinggi serta adanya bakteri
coccus dalam urin. Kasus 2 mengalami demam naik turun pada hari ke 2 dan hari ke
4. Maka dari itu perlu pengawasan dan perawatan yang lebih lama.
Diagnosis keperawatan kedua yang sama pada kedua kasus kelolaan adalah
hipertermi. Berdasarkan diagnosis tersebut, kriteria hasil dengan NOC:
Thermoregulation dan rencana keperawatan dengan NIC: Fever Treatment yaitu
meliputi monitor suhu minimal tiap 4 jam sekali dan monitor tanda-tanda vital
lainnya, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian cairan intravena yaitu pada kasus
1 infus futrolit 500ml dengan kecepatan 12 tpm, dan pada kasus 2 diberikan KaEn 3B
500ml dengan kecepatan 16 tpm.
Implementasi yang lainnya adalah meningkatkan sirkulasi udara, berkolaborasi
dengan dokter pemberian obat antipiretik pada kasus 1 diberikan parasetamol
75mg/4jam dan pada kasus 2 diberikan parasetamol 0,9ml/6jam, mengompres pasien
pada lipatan paha dan aksila yang bertujuan merangsang hipotalamus untuk
menurunkan suhu tubuh, mendorong konsumsi cairan yang cukup karena peningkatan
suhu tubuh menyebabkan peningkatan IWL (Insensible water loss) sehingga banyak
cairan tubuh yang keluar dan harus diimbangi dengan pemasukan cairan (NIC, 2013)
Diagnosis keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh hanya muncul pada kasus 2. Berdasarkan diagnosis tersebut dibuatlah kriteria
hasil dengan NOC: Nutritional status: food and fluid intake dan rencana keperawatan
dengan NIC: Nutrition Management yaitu kaji adanya alergi makanan, kolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien,
anjurkan ibu untuk memberi makan sedikit tapi sering, kolaborasi untuk pemberian
85
A. Simpulan
1. Hasil pengkajian pada kedua kasus kelolaan didapatkan data anak dalam kategori
infantdengan keluhan utama demam, batuk, pilek. Sedangkan berdasarkan hasil
pemeriksaan fisik didapatkan data kedua klien terdapat tarikan dinding dada,
pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung dan terdapat suara ronkhi pada kedua
paru.
2. Diagnosis yang samapada kedua kasus yaitu: ketidakefektifan bersihan jalan nafas,
hipertermi, defisiensi pengetahuan dan resiko infeksi. Hanya terdapat perbedaan pada
kasus 2 yang mucul diagnosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
3. Perencanaan pada kedua kasus adalah sama yaitu dirumuskan berdasarkan NOC:
Respiratory status:airway patency dan NIC: Airway Management.Perbedaan pada
kedua kasus yaitu waktu perencanaan yang dirumuskan. Pada kasus 1 dirumuskan
selama 5x24 jam diharapkan tujuan dapat tercapai dan pada kasus 2 di rumuskan 6x24
jam diharapkan tujuan dapat tercapai.
4. Implementasi yang dilakukan pada kedua kasus sama berdasarkan NIC: Airway
Management diantaranya: memposisikan semi fowlerberkolaborasi untuk melakukan
fisioterapi dada, auskultasi suara nafas, memberikan terapi bronkodilator, monitor
status pernafasan dan memonitor tanda-tanda vital lainnya. Perbedaan implementasi
pada kedua kasus hanya terletak pada pemberian obat pada masing-masing kasus.
Kasus 1 diberikan obat ataroc, trilac, trifet, cetirizine dan bronkodilator velutin
sedangkan pada kasus 2 diberikan bronkodilator ventolin. Antibiotik pada kasus 1
diberikan cefotaxim dan pada kasus 2 diberikan ampisilin dan gentamycin
5. Evaluasi Pencapaian yang diharapkan pada kedua kasus kelolaan semua diagnosis
keperawatan teratasi dengan perbedaan lama waktu perawatan yaitu pada kasus 1
selama 5 hari dan kasus 2 selama 6 hari.
B. Saran
1. Mahasiswa
Karya Ilmiah Akhir Ners ini diharapkan menjadi sumber bacaan dan referensi
mahasiswa dalam peningkatan ilmu keperawatan, sehingga bisa meningkatkan
keterampilan mahasiswa dalam melaksanakan asuhan keperawatan ketidakefektifan
bersihan jalan nafas pada kasus bronkopneumonia.
88
89
Agung, A.M. (2011). Pedoman Teknik Dasar untuk Laboratorium Kesehatan Ed. 2. Jakarta:
EGC
Bradley JS, Byington CL, Shah SS, Alverson B, Carter ER, Harrison C. (2011). Executive
summary: The management of community-acquired pneumonia in infants and children
older than 3 months of age: Clinical practice guidelines by the Pediatric Infectious
Diseases Society and the Infectious Diseases Society of America. Clin Inf Dis.
53(7):617-630.
Departemen Kesehatan RI, (2009). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kesehatan 2005-
2025. Dalam http://www.kmpk.ugm.ac.id/images/Semester_2/Blok%201%20-
%20Sistem%20Kesehatan/Referensi%20Sesi_3_Blok_I_Rencana_RPJPK_2005-
2025.pdf
Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.
Dinas Kesehatan DIY, (2013). Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013.
Dinas Kesehatan D.I. Yogyakarta, Yogyakarta. Dalam
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/1
4_Profil_Kes.Prov.DIYogyakarta_2012.pdf diakses pada tanggal 30 November 2017.
Hay, W.W.,Levin, M,Sondheimer, J., Deterding R (2009). Current pediatric diagnosis and
treatment. (19th ed). New York: McGraw-Hill.
Hockenberry, M., & Wilson, D. (2011). Wong Essentials of Pediatric Nursing. 9th Ed. St
Louis: Mosby Elsevier.
Kemenkes RI. (2010). Buletin Jendela Epidemiologi Volume 3, September 2010. ISSN 2087-
1546 Pneumonia Balita.
90
91
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Pneumonia balita. Buletin Jendela Epidemiologi. Dalam
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-
pneumonia.pdfdiakses pada tanggal 5 Desember 2017.
Kyle, T., Carman, S. (2013). Buku Ajar Keperawatan Pediatri: Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Maryunani, A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.
Miles, B. Mathew dan Michael, H. (1992) Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang
Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.
Muscari &Mary E. (2005). Keperawatan Pediatrik Edisi 3.Alih bahasa Alfrina. Jakarta :
EGC
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Muttaqin, A. (2010). Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada praktik Klinik Jakarta : Salemba
Medika
NANDA (The North American Nursing Diagnosis Association) 2015. Nursing Diagnosis
Definition and Clasification. 2015 - 2017.Phladelphia USA.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction.
Nurjannah H.R. , Alam HA, Haskas Y. (2012), Demam Tifoid di Ruang Rawat Inap RSUD
Pangkep, STIKES Nani Hasanuddin, Makasar
92
Nursalam, Susilaningrum dan Sri, U.(2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta :
Salemba Medika.
Potter, P., &Perry, A. (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1 Ed. 7. Jakarta: Salemba
Medika.
Potter. P., & Perry, A (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Edisi 4. Volume 1. Alih Bahasa. Jakarta: ECG
Price, A S. & Wilson, L.M (2006) Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. (edisi
6). Alih bahasa dr Brahm U, dr Huriawati Hartanto, dr Pita Wulansari, dr Dewi
AsihMaharani. Jakarta: EGC.
Pusponegoro, A. D. (2012). Basic Trauma & Basic Cardiac Life Suport (Ed.5). Jakarta : Yayasan
Ambulans Gawat Darurat.
Riyadi, S. & Sukarmin, (2009), Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 1, Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Rohmah, N., Walid, S. (2016). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Said, M. (2010). Pengendalian Pneumonia Anak Balita dalam Rangka Pencapaian MDGs 4.
Buletin Jendela Epidemiologi. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Saryono. (2010). Kebutuhan Dasar manusia Oksigenasi dalam Suatu Asuhan Keperawatan.
Yogyakarta: Bahtera Buku
Suriadi & Yuliani, R.(2010). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2. Jakarta : CV. Sagung
Seto.
Suriadi,. (2006). Asuhan Keperawatan Anak, Edisi 2 Fajar Interpratama. Jakarta: CV. Sagung
Seto
93
Susanto. A. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini. Edisi 1. Jakarta: Prenada Media Group.
Tarwoto dan Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan . Edisi :4
.Jakarta
Widagdo. (2012). Masalah Dan Tatalaksana Penyakit Anak Dengan Demam, Sagung Seto :
Jakarta.
Wong, D L, Marylin, L. Winkelstein, David W, Marilyn H, Patricia S., (2008). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik Wong. Alih bahasa : Agus Sutarna, Neti. Juniarti, H.Y.
Kuncoro. Editor edisi bahasa Indonesia : Egi Komara Yudha et.al., Edisi 6. Jakarta :
EGC