BLEFARITIS
Disusun Oleh:
JURUSAN KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“BLEFARITIS”, yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, segala kritikan dan saran yang membangun akan kami terima dengan lapang dada
sebagai wujud koreksi atas diri tim penyusun yang masih belajar. Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi 3
B. Etiologi 4
C. Klasifikasi 4
D. Patofisiologi 9
E. Manifestasi klinik 11
F. Pemeriksaan Diagnostik 12
G. Penatalaksanaan 12
H. Komplikasi 13
A. Pengkajian 14
B. Diagnose keperawatan 15
C. Intervensi keperawatan 15
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 20
DAFTAR PUSTAKA 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada
tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang
merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit. Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan
kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia,
iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman streptococcus alfa
atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Di kenal bentuk blefaritis skuamosa,
blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang
ada pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit
penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat
terjadi pada semua umur. pada usia 11-87 tahun, dan rata-rata orang yang menderita
skleritia adalah usia 52 tahun.
Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat
lengket dan epiforia. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis.
Biasanya blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan
kemudian diberikan antibiotik yang sesuia. Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah
konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Blefaritis?
2. Apa etiologi dari Blefaritis?
3. Bagaimana klasifikasi Blefaritis?
4. Bagaimana patofisiologi Blefaritis?
5. Bagaimana manifestasi klinik dari Blefaritis?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic terhadap Blefaritis?
7. Bagaimana penatalaksanaan terhadap Blefaritis?
8. Apa komplikasi dari Blefaritis?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan terhadap Blefaritis?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahuai definisi dari Blefaritis
2. Untuk mengetahuai etiologi dari Blefaritis
3. Untuk mengetahuai klasifikasi Blefaritis
4. Untuk mengetahuai patofisiologi Blefaritis
5. Untuk mengetahuai manifestasi klinik dari Blefaritis
6. Untuk mengetahuai pemeriksaan diagnostic terhadap Blefaritis
7. Untuk mengetahuai penatalaksanaan terhadap Blefaritis
8. Untuk mengetahuai komplikasi dari Blefaritis
9. Untuk mengetahuai konsep asuhan keperawatan terhadap Blefaritis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata.
Kata "blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak
mata," dan akhiran itis Yunani, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan
peradangan dalam bahasa Inggris. Peradangan adalah istilah umum yang
digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel-sel darah putih dan zat
kimia yang diproduksi dalam tubuh melindungi kita dari zat-zat asing, cedera,
atau infeksi. Respon tubuh normal dalam peradangan melibatkan berbagai
derajat pembengkakan, kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi.
Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum
terjadi. Kadang dikaitkan dengan infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini
menyebabkan debris skuamosa, inflamsi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel
bulu mata (blefaritis anterior). Kelenjar Meibom dapat terkena secara
tersendiri (blefaritis posterior).
Blefaritis atau radang kelopak merupakan radang berat pada kelopak
yang biasanya terutama pada tepi kelopak dan pangkal bulu mata yang dapat
bersifat mudah menular dan tidak mudah menular. Blefaritis dapat disebakan
karena infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronik atau
menahun. (Sidarta Ilyas, 2014)
Blefaritis adalah inflamasi batas kelopak mata dan margo palpebra
yang umum, biasanya disebabkan oleh infeksi maupun alergi
kosmetik. Radang kelopak ini dapat menjadi radang yang bertukak pada tepi
kelopak bisanya juga melibatkan folikel dan kelenjar rambut (Anas Tamsuri
2010).
Blefaritis adalah peradangan bilateral subakut atau menahun pada tepi
kelopak mata (margo palpebra). Ciri khasnya bersifat remisi dan eksaserbasi.
Biasanya, blefaritis terjadi ketika kelenjar minyak di tempat tumbuhnya bulu
mata mengalami gangguan. Ketika kelenjar minyak ini terganggu, akan terjadi
3
pertumbuhan bakteri yang melebihi biasanya, menyebabkan peradangan
kelopak mata (Istiqomah 2014).
Blefaritis merupakan peradangan bilateral subakut atau menahun pada
kelopak mata yang biasanya ditepi kelopak dan pangkal bulu mata yang
disebabkan oleh infeksi, alergi, jamur, maupun virus dan dapat menjadi radang
yang bertukak.
B. Etiologi
Blefaritis pada dasarnya disebabkan oleh 4 (empat) hal yaitu bakteri,
virus, jamur dan alergi. Bakteri yang biasa menginfeksi adalah streptococcus.
Virus penyebab blefaritis adalah herpes zoster dan herpes simpleks. Untuk
blefaritis jamur disebabkan oleh infeksi superfisial atau sistemik. Dan
blefaritis karena alergi dapat disebabkan oleh debu, asap, bahan kimia iritatif,
atau bahan kosmetik. (Sidarta Ilyas, 2014)
C. Klasifikasi Blefaritis
Blefaritis dapat dibagi menurut penyebabnya ada 4 jenis yaitu blefaritis
bakterial, blefaritis virus, blefaritis jamur, dan blefaritis alergi.
1. Blefaritis bakterial
Penyebab blefaritis bakterial adalah bakteri streptococcus. Ada beberapa
blefaritis yang disebabkan oleh bakteri ini:
a. Blefaritis superficial
Blefaritis superfisial merupakan radang tepi mata yang berada
lebih keatas permukaan.
b. Blefaritis seboroik
Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun) dengan
keluhan mata kotor, panas dan rasa klilipan. Gejalanya secret yang keluar
dari kelenjar meibon, air mata berbusa pada kantus leteral, hyperemia
dan hipertrofi papil pada konjungtiva. Blefaritis sebore merupakan
peradangan menahun yang sukar penanganannya.
4
c. Blefaritis skuamosa
5
d. Blefaritis Ulseratif
6
e. Blefaritis angularis
7
b. Herpes simpleks
8
4. Blefaritis alergi
Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif,
dan bahan kosmetik. Blefaritis infeksi disebabkan oleh bakteri streptococcus
alfa dan beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Demodex folliculorum
selain dapat merupakan penyebab dapat pula merupakan perantara untuk
terjadinya stapilococcus.
a. Dermatitis kontak
Penyebabnya adalah bahan yang berkontak pada kelopak. Dapat
sembuh sendiri. Untuk pengobatan dilakukan pembersihan kelopak dari
bahan penyebab, cuci dengan larutan fisiologik diberi salep mengandung
steroid sampai gejala berkurang.
b. Blefaritis urtikaria
Terjadi akibat masuknya obat atau makanan pada pasien yang
rentan. Pengobatan di berikan steroitopikal ataupun sistemik dan di
cegah pemakaian steroid lama. Serta obat anti histamine dapat
mengurangi gejala alergi. (Sidarta Ilyas, 2014)
D. Patofisiologi
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata
karena adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat
kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam
keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri
secara langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan
kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi
toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat
diperberat dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar
meibom.
Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan
mungkin disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap
hasil dari respon mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus
yang mungkin juga bertanggung jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea
9
perifer yang ditemukan pada beberapa pasien. Blefaritis seboroik sering
dikaitkan dengan dermatitis seboroik umum yang mungkin melibatkan kulit
kepala, lipatan nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan erat
antara kelopak dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan
perubahan inflamasi dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea.
Sedangkan blefaritis posterior disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibomian
dan perubahan sekresi kelenjar meibomian. Lipase bakteri dapat mengakibatkan
pembentukan asam lemak bebas. Hal ini meningkatkan titik leleh dari meibum
yang menghambat ekspresi dari kelenjar, sehingga berkontribusi terhadap iritasi
permukaan mata dan mungkin memungkinkan pertumbuhan S. Aureus.
Hilangnya fosfolipid dari tear film yang bertindak sebagai surfaktan
mengakibatkan meningkatnya penguapan air mata dan osmolaritas, juga
ketidakstabilan tear film.
Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan
disfungsi sekresi dari kelenjar meibomian. Kelenjar Meibomian mengeluarkan
meibum, lapisan lipid eksternal dari tear film, yang bertanggung jawab untuk
mengurangi penguapan tear film dan mencegah kontaminasi. Pada perubahan
struktural contoh kegagalan kelenjar di blepharitis posterior telah ditunjukkan
dengan meibography, selain itu, kelenjar epitel dari hewan model penyakit
kelenjar meibomian menunjukkan hiperkeratinisasi yang dapat menghalangi
kelenjar atau menyebabkan deskuamasi sel epitel ke dalam lumen, duktus
kelenjar sehingga menyebabkan konstriksi kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat
mengubah diferensiasi sel asinar dan karenanya mengganggu fungsi kelenjar.
Disfungsi sekretorik contohnya dalam blepharitis posterior, terjadi perubahan
komposisi meibum di mana perubahan rasio asam lemak bebas untuk ester
kolesterol telah terbukti. Hasil sekresi yang berubah ini bisa memiliki titik
leleh yang lebih tinggi dari pada yang tampak di kelopak mata sehingga
menyebabkan menutupnya muara kelenjar. (Sidarta Ilyas, 2015)
10
E. Manifestasi Klinik
Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, mata gatal, rasa
kelilipan, mata bengkak, mata berair, keropeng ditepi kelopak, bulu mata rontok,
penglihatan kadang-kadang terganggu, nyeri, eksudat lengket, dan epiforia. Pada
laki-laki lanjut usia biasanya terjadi bleparitis seboroik dengan keluhan mata
kotor, panas, eksudat berminyak, dan rasa kelilipan.
1. Blefaritis stafilokokus
a. sisik keras dan pengerasan kulit terutama berlokasi di antara dasar bulu
mata.
b. hiperemia konjungtiva ringan dan umumnya terjadi konjungtivitis papiler
kronis.
c. Kasus lama dapat berkembang menjadi jaringan parut dan bentukan
(tylosis) dari tepi kelopak mata. Madarosis, trichiasis dan poliosis.
d. Perubahan sekunder termasuk pembentukan tembel, keratitis tepi
kelopak mata dan sesekali terjadi phlyctenulosis.
e. Berhubungan dengan ketidakstabilan tearfilm dan sindrom mata kering
yang umumnya terjadi.
2. Blefaritis seboroik
a. Hiperaemik tepi kelopak mata anterior dan tampak berminyak dengan
menempel bersama-sama pada bulu mata
b. Sisik yang lembut dan terletak di mana saja pada tepi kelopak mata dan
bulu mata.
3. Blefaritis posterior
a. Sekresi berlebihan dan tidak normal kelenjar meibomian sebagai
menyumbat lubang kelenjar meibomian dengan tetesan minyak
b. Berkerut, resesi, atau penyumbatan lubang kelenjar meibomian
c. Hiperemi dan telangiectasis dari tepi kelopak posterior.
d. Tekanan pada tepi kelopak mengakibatkan cairan meibomian keruh atau
seperti pasta gigi.
e. Transiluminasi kelopak dapat menunjukkan hilangnya kelenjar dan
dilatasi kistik duktus meibomian.
11
f. Tear film berminyak dan berbusa, buih dapat menumpuk di tei kelopak
atau dalam kantus.
g. perubahan sekunder termasuk konjungtivitis papiler dan erosi kornea
epitel inferior. (Istiqomah, 2014)
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya:
a. Uji Laboratorium
b. Radiografi
1) Fluorescein Angiografi
2) Computed Tomografi
3) Pemeriksaan dengan slit lamp
2. Uji Endrofonium (pemeriksaan fungsi kelopak) untuk mengetahui adanya
miastenia gravis.
3. Pemeriksaan tajam penglihatan
4. Palpasi : odema kelopak mata, kejang kelopak mata. (Anas Tamsuri, 2010)
G. Penatalaksanaan
Biasanya blefaritis sebelum diobati dibersihkannya dengan garam
fisiologik hangat, dan diberi anti biotic yang sesuai. Bleparitis dapat
menimbulkan konjungtifitis, keratitis, hordeolum, kalazoin dan madarosis.
Untuk penatalaksanaan keperawatannya dapat dilakukan:
1. Perbaiki kesehatan atau hygiene
2. Bersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi
3. Kompres hangat
4. Beri air mata buatan
Cara membersihkan kelopak mata dengan shampoo dan air hangat:
1. Bersihkan tangan dengan baik
2. Basahkan saputangan dengan air hangat
3. Tutup mata dan letakan sampai panas pada kelopak selama 5 menit
4. Ulangi beberapa kali dalam sehari (Istiqomah, 2014)
12
H. Komplikasi
Trikiasis, hordeolum, kalazion, keratitis, madarosis, dan konjungtivitis.
(Anas Tamsuri, 2010)
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Aktivitas / kebiasaan sehari-hari
Gejala: Klien mengatakan suka menggosok matanya jika gatal
Tanda: Klien nampak menggosok matanya
b. Sirkulasi
Tanda: Obstuksi dan sumbatan duktus meibom, sekresi meibom keruh,
nampak kemerakan pada mata, abnormalitas film air mata, bisa
juga terbentuk sisik dan luka terbuka yang dangkal pada kelopak
mata, bisa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi
kelompak mata, jika keropeng dilepaskan bisa terjadi perdarahan,
selama tidur sekresi mata mongering, pembengkakan pada
kelopak mata
c. Keluhan utama: Biasanya klien mengeluh tentang kondisi mata dan kelopak
mata yang terasa gatal, rontok pada bulu mata serta kemerahan pada mata.
d. Neurosensori
Gejala: Klien mengatakan mata peka terhadap rangsang cahaya terang,
klien mengatakan ketika bangun kelopak mata sukar dibuka
Tanda: Jumlah bulu mata berkurang, skuama pada tepi kelopak
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: Klien mengeluh matanya kemerahan dan penebalan kelopak
mata, klien mengatakan merasa ada sesuatu di matanya, klien
mengatakan mata dan kelopak mata terasa gatal, panas klien
mengatakan terjadi pembengkakan kelopak mata, klien
mengatakan mata menjadi merah dan berair.
Tanda: Infeksi pada tepi kelopak mata, nampak kemerahan pada mata.
f. Integritas Ego
Gejala: Klien mengeluh akan kondisi matanya, klien mengatakan
beberapa helai bulu mata rontok
14
Tanda: Nampak bingung bila ditanya tentang kondisi matanya
g. Pemeriksaan penunjang: histopatologi untuk menentukan diagnosis
B. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh:
perubahan anatomis ocular, perubahan penampilan
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit: infeksi/inflamasi pada
kelopak mata
e. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan
sumber informasi, keterbatasan kognitif
C. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan
Intervensi:
Observasi
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
15
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyaki
Intervensi:
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidak mampuan berkonsentrasi,
atau gelaja lain yang mengganggu kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesedia, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
4. Perikasa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan teknik relaksasi
5. Monitor respon terhadap relaksasi
Terapeutik
16
3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
4. Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
Terapeutik
17
e. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Intervensi:
Observasi
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
18
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan
sumber informasi, keterbatasan kognitif
Intervensi:
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan pmenerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik
19
BAB IV
PENUTUP
20
PENYIMPANGAN KDM BLEFARITIS
21
DAFTAR PUSTAKA
Istiqomah, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Mata. EGC;
Jakarta.
Iiyas, Sidarta. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta; FKUI.
Ilyas, Sidarta. 2015. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta; FKUI.
Tamsuri, Anas. 2010. Klien Gangguan Mata dan Pengelihatan Keperawatan Medikal-
Bedah. Jakarta; EGC.
PPNI. (2018). Setandar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikato
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Setandar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Mansjoer, Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta; FKUI.
Wilkinson M. Judith. 2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta; EGC.
Lowery, R Schott, MD et all. Adult Blepharitis:
http://emedicine.medscape.com/article/1211763overview#a0104
Weinstock, Frank J. MD, FACH and Melissa Conred Stoppler MD. Eyelid Inflamation
(Blepharitis):<http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/.h
tm>
22