Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

BLEFARITIS

Disusun Oleh:

Hesti Wulandari : 70300117014

Mia Maulydia : 70300117022

Indriyanti Arimurti Putri : 70300117029

Indah Lestari : 70300117032

JURUSAN KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“BLEFARITIS”, yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.

Tujuan suatu pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,


membentuk sumber daya manusia yang handal dan berdaya saing, membentuk watak
dan jiwa sosial, berbudaya, berakhlak dan berbudi luhur, serta berwawasan pengetahuan
yang luas dan menguasai teknologi. Makalah ini dibuat oleh penyusun untuk membantu
memahami materi tersebut. Mudah-mudahan makalah ini memberikan manfaat dalam
segala bentuk kegiatan belajar, sehingga dapat memperlancar dan mempermudah proses
pencapaian yang telah direncanakan.

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena
itu, segala kritikan dan saran yang membangun akan kami terima dengan lapang dada
sebagai wujud koreksi atas diri tim penyusun yang masih belajar. Akhir kata, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi 3
B. Etiologi 4
C. Klasifikasi 4
D. Patofisiologi 9
E. Manifestasi klinik 11
F. Pemeriksaan Diagnostik 12
G. Penatalaksanaan 12
H. Komplikasi 13

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian 14
B. Diagnose keperawatan 15
C. Intervensi keperawatan 15

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan 20

DAFTAR PUSTAKA 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Blefaritis adalah radang pada kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada
tepi kelopak bisanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang
merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal
ditemukan di kulit. Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi yang biasanya berjalan
kronis atau menahun. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia,
iritatif, dan bahan kosmetik. Infeksi kelopak dapat disebabkan kuman streptococcus alfa
atau beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Di kenal bentuk blefaritis skuamosa,
blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang
ada pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit
penyerta pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat
terjadi pada semua umur. pada usia 11-87 tahun, dan rata-rata orang yang menderita
skleritia adalah usia 52 tahun.
Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, bengkak, sakit, eksudat
lengket dan epiforia. Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis.
Biasanya blefaritis sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan
kemudian diberikan antibiotik yang sesuia. Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah
konjungtivitis, keratitis, hordeolum, kalazoin, dan madarosis.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Blefaritis?
2. Apa etiologi dari Blefaritis?
3. Bagaimana klasifikasi Blefaritis?
4. Bagaimana patofisiologi Blefaritis?
5. Bagaimana manifestasi klinik dari Blefaritis?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostic terhadap Blefaritis?
7. Bagaimana penatalaksanaan terhadap Blefaritis?
8. Apa komplikasi dari Blefaritis?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan terhadap Blefaritis?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahuai definisi dari Blefaritis
2. Untuk mengetahuai etiologi dari Blefaritis
3. Untuk mengetahuai klasifikasi Blefaritis
4. Untuk mengetahuai patofisiologi Blefaritis
5. Untuk mengetahuai manifestasi klinik dari Blefaritis
6. Untuk mengetahuai pemeriksaan diagnostic terhadap Blefaritis
7. Untuk mengetahuai penatalaksanaan terhadap Blefaritis
8. Untuk mengetahuai komplikasi dari Blefaritis
9. Untuk mengetahuai konsep asuhan keperawatan terhadap Blefaritis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada kelopak mata.
Kata "blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak
mata," dan akhiran itis Yunani, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan
peradangan dalam bahasa Inggris. Peradangan adalah istilah umum yang
digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel-sel darah putih dan zat
kimia yang diproduksi dalam tubuh melindungi kita dari zat-zat asing, cedera,
atau infeksi. Respon tubuh normal dalam peradangan melibatkan berbagai
derajat pembengkakan, kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi.
Blefaritis merupakan inflamasi kronis kelopak mata yang umum
terjadi. Kadang dikaitkan dengan infeksi stafilokokus kronis. Kondisi ini
menyebabkan debris skuamosa, inflamsi tepi kelopak mata, kulit, dan folikel
bulu mata (blefaritis anterior). Kelenjar Meibom dapat terkena secara
tersendiri (blefaritis posterior).
Blefaritis atau radang kelopak merupakan radang berat pada kelopak
yang biasanya terutama pada tepi kelopak dan pangkal bulu mata yang dapat
bersifat mudah menular dan tidak mudah menular. Blefaritis dapat disebakan
karena infeksi dan alergi yang biasanya berjalan kronik atau
menahun. (Sidarta Ilyas, 2014)
Blefaritis adalah inflamasi batas kelopak mata dan margo palpebra
yang umum, biasanya disebabkan oleh infeksi maupun alergi
kosmetik. Radang kelopak ini dapat menjadi radang yang bertukak pada tepi
kelopak bisanya juga melibatkan folikel dan kelenjar rambut (Anas Tamsuri
2010).
Blefaritis adalah peradangan bilateral subakut atau menahun pada tepi
kelopak mata (margo palpebra). Ciri khasnya bersifat remisi dan eksaserbasi.
Biasanya, blefaritis terjadi ketika kelenjar minyak di tempat tumbuhnya bulu
mata mengalami gangguan. Ketika kelenjar minyak ini terganggu, akan terjadi

3
pertumbuhan bakteri yang melebihi biasanya, menyebabkan peradangan
kelopak mata (Istiqomah 2014).
Blefaritis merupakan peradangan bilateral subakut atau menahun pada
kelopak mata yang biasanya ditepi kelopak dan pangkal bulu mata yang
disebabkan oleh infeksi, alergi, jamur, maupun virus dan dapat menjadi radang
yang bertukak.

B. Etiologi
Blefaritis pada dasarnya disebabkan oleh 4 (empat) hal yaitu bakteri,
virus, jamur dan alergi. Bakteri yang biasa menginfeksi adalah streptococcus.
Virus penyebab blefaritis adalah herpes zoster dan herpes simpleks. Untuk
blefaritis jamur disebabkan oleh infeksi superfisial atau sistemik. Dan
blefaritis karena alergi dapat disebabkan oleh debu, asap, bahan kimia iritatif,
atau bahan kosmetik. (Sidarta Ilyas, 2014)

C. Klasifikasi Blefaritis
Blefaritis dapat dibagi menurut penyebabnya ada 4 jenis yaitu blefaritis
bakterial, blefaritis virus, blefaritis jamur, dan blefaritis alergi.
1. Blefaritis bakterial
Penyebab blefaritis bakterial adalah bakteri streptococcus. Ada beberapa
blefaritis yang disebabkan oleh bakteri ini:
a. Blefaritis superficial
Blefaritis superfisial merupakan radang tepi mata yang berada
lebih keatas permukaan.
b. Blefaritis seboroik
Biasanya terjadi pada laki-laki usia lanjut (50 tahun) dengan
keluhan mata kotor, panas dan rasa klilipan. Gejalanya secret yang keluar
dari kelenjar meibon, air mata berbusa pada kantus leteral, hyperemia
dan hipertrofi papil pada konjungtiva. Blefaritis sebore merupakan
peradangan menahun yang sukar penanganannya.

4
c. Blefaritis skuamosa

Gambar 1.1 Blefaritis squamosa


(Sumber: Sidarta, Ilmu Penyakit Mata)
Blefaritis yang disertai adanya skuama atau krusta pada pangkal
bulu mata yang bila dikupas tidak mengakibatkan terjadinya luka kulit.
Merupakan peradangan tepi kelopak terutama yang mengenai kulit di
daerah akar bulu mata dan sering terdapat pada orang yang berambut
minyak. Blefaritis ini berjalan bersama dermatitik seboroik. Penyebab
blefaritis skuamosa adalah kelainan metabolik ataupun oleh jamur.
Pasien dengan blefaritis skuamosa akan terasa panas dan gatal.
Pada blefaritis skuamosa terdapat sisik berwarna halus-halus dan
penebalan margo palpebra disertai madarosis. Sisik ini mudah dikupas
dari dasarnya mengakibatkan perdarahan. Pengobatan blefaritis
skuamosa ialah dengan membersihkan tepi kelopak dengan shampoo
bayi, salep mata, dan steroid setempat disertai dengan memperbaiki
metabolisme pasien. Penyulit yang dapat terjadi pada blefaritis skuamosa
adalah keratitis, konjungtivitis.

5
d. Blefaritis Ulseratif

Gambar 1.2 Blefaritis Ulseratif


(Sumber: http://obatherbalalternatif.info/2014/01/penyakit-mata-
blepharitis-ulseratif.html)
Merupakan peradangan tepi kelopak atau blefaritis dengan tukak
akibat infeksi staphylococcus. Pada blefaritis ulseratif terdapat keropeng
berwarna kekuning-kuningan yang bila diangkat akan terlihat ulkus yang
kecil dan mengeluarkan darah di sekitar bulu mata. Pada blefaritis
ulseratif skuama yang terbentuk bersifat kering dan keras, yang bila
diangkat akan luka dengan disertai perdarahan. Penyakit bersifat sangat
infeksius. Ulserasi berjalan lebih lanjut dan lebih dalam dan merusak
folikel rambut sehingga mengakibatkan rontok (madarosis).
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan
pada blefaritis ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau
basitrasin. Biasanya disebabkan stafilokok maka diberi obat
staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus ditambah
antibiotik sistemik dan diberi roboransia. Penyulit adalah madarosis
akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel rambut, trikiasis,
keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila
ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang
juga dapat berakibat trikiasis

6
e. Blefaritis angularis

Gambar 1.3 Blefaritis angularis


(Sumber : (Sumber: Sidarta, Ilmu Penyakit Mata)
Merupakan infeksi staphylococcus pada tepi kelopak di sudut
kelopak atau kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak
mata (kantus eksternus dan internus) sehingga dapat mengakibatkan
gangguan pada fungsi puntum lakrimal. Blefariris angularis disebabkan
Staphylococcus aureus. Biasanya kelainan ini bersifat rekuren. Blefaritis
angularis diobati dengan sulfa, tetrasiklin dan Sengsulfat. Penyulit pada
pungtum lakrimal bagian medial sudut mata yang akan menyumbat
duktus lakrimal.
2. Blefaritis virus
a. Herpes zoster
Virus ini menginfeksi ganglion gaseri saraf trigeminus. Biasanya
terjadi atau menyerang pada usia lanjut. Bila yang terkena ganglion
cabang oftalmik maka akan terjadi gejala-gejala herper zoster pada mata
dan kelopak mata. Gejalanya nyeri pada daerah yang terkena dan badan
terasa demam. Pada kelopak mata terlihat fesikel dan infiltrat pada
kornea bila mata terkena. Lesi fesikel pada cabang oftalmik saraf
trigeminus super fisial merupakan gejala yang khusus pada infeksi
herpes zoster. Pengobatan herpes zoster tidak merupakan obat spesifik
tapi hanya sistematik. Infeksi herpes zoster diberi analgesic mengurangi
rasa sakit.

7
b. Herpes simpleks

Gambar 1.4 Herpes simpleks di mata


(Sumber: https.//medium.com/@herpes1n/herpes-pada-kelopak-mata-
5e746eb229ae)
Vesikel kecil di kelilingi eritema yang dapat disertai dengan
keadaan yang sama pada bibir merupakan tanda herpes simpleks
kelopak. Di sebut juga blefaritis kompleks, merupakan radang tepi
kelopak ringan dengan terbentuknya krusta kuning, basah pada tepi bulu
mata yang mengakibatkan kedua kelopak lengket.
3. Blefaritis jamur
a. Blefaritis pedikulosis
Akibat dari hygiene yang buruk akan dapat kuman atau kutu pada
pangkal silia di daerah margo palpebra. Pengobatan dengan salep
merupakan ammoniate 3%.
b. Infeksi superfisial
Biasanya di obati dengan griseofulfin, terutama efektif untuk
epidermonikosis di berikan 0,5-1gram sehari dengan dosis tunggal atau
dibagi rata. Pengobatan di teruskan 1-2 minggu setelah terlihat gejala
menurun.
c. Infeksi jamur dalam
Pengobatan infeksi jamur dalam adalah secara sistemik. Efektif di
obati dengan sulfonamit, penisilin atau anti biotic spectrum luas.

8
4. Blefaritis alergi
Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif,
dan bahan kosmetik. Blefaritis infeksi disebabkan oleh bakteri streptococcus
alfa dan beta, pneumococcus, dan pseudomonas. Demodex folliculorum
selain dapat merupakan penyebab dapat pula merupakan perantara untuk
terjadinya stapilococcus.
a. Dermatitis kontak
Penyebabnya adalah bahan yang berkontak pada kelopak. Dapat
sembuh sendiri. Untuk pengobatan dilakukan pembersihan kelopak dari
bahan penyebab, cuci dengan larutan fisiologik diberi salep mengandung
steroid sampai gejala berkurang.
b. Blefaritis urtikaria
Terjadi akibat masuknya obat atau makanan pada pasien yang
rentan. Pengobatan di berikan steroitopikal ataupun sistemik dan di
cegah pemakaian steroid lama. Serta obat anti histamine dapat
mengurangi gejala alergi. (Sidarta Ilyas, 2014)

D. Patofisiologi
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata
karena adanya pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat
kelopak mata yang merupakan lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam
keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini mengakibatkan invasi mikrobakteri
secara langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan
kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi
toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat
diperberat dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar
meibom.
Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan
mungkin disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap
hasil dari respon mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus
yang mungkin juga bertanggung jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea

9
perifer yang ditemukan pada beberapa pasien. Blefaritis seboroik sering
dikaitkan dengan dermatitis seboroik umum yang mungkin melibatkan kulit
kepala, lipatan nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan erat
antara kelopak dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan
perubahan inflamasi dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea.
Sedangkan blefaritis posterior disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibomian
dan perubahan sekresi kelenjar meibomian. Lipase bakteri dapat mengakibatkan
pembentukan asam lemak bebas. Hal ini meningkatkan titik leleh dari meibum
yang menghambat ekspresi dari kelenjar, sehingga berkontribusi terhadap iritasi
permukaan mata dan mungkin memungkinkan pertumbuhan S. Aureus.
Hilangnya fosfolipid dari tear film yang bertindak sebagai surfaktan
mengakibatkan meningkatnya penguapan air mata dan osmolaritas, juga
ketidakstabilan tear film.
Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan
disfungsi sekresi dari kelenjar meibomian. Kelenjar Meibomian mengeluarkan
meibum, lapisan lipid eksternal dari tear film, yang bertanggung jawab untuk
mengurangi penguapan tear film dan mencegah kontaminasi. Pada perubahan
struktural contoh kegagalan kelenjar di blepharitis posterior telah ditunjukkan
dengan meibography, selain itu, kelenjar epitel dari hewan model penyakit
kelenjar meibomian menunjukkan hiperkeratinisasi yang dapat menghalangi
kelenjar atau menyebabkan deskuamasi sel epitel ke dalam lumen, duktus
kelenjar sehingga menyebabkan konstriksi kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat
mengubah diferensiasi sel asinar dan karenanya mengganggu fungsi kelenjar.
Disfungsi sekretorik contohnya dalam blepharitis posterior, terjadi perubahan
komposisi meibum di mana perubahan rasio asam lemak bebas untuk ester
kolesterol telah terbukti. Hasil sekresi yang berubah ini bisa memiliki titik
leleh yang lebih tinggi dari pada yang tampak di kelopak mata sehingga
menyebabkan menutupnya muara kelenjar. (Sidarta Ilyas, 2015)

10
E. Manifestasi Klinik
Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, mata gatal, rasa
kelilipan, mata bengkak, mata berair, keropeng ditepi kelopak, bulu mata rontok,
penglihatan kadang-kadang terganggu, nyeri, eksudat lengket, dan epiforia. Pada
laki-laki lanjut usia biasanya terjadi bleparitis seboroik dengan keluhan mata
kotor, panas, eksudat berminyak, dan rasa kelilipan.
1. Blefaritis stafilokokus
a. sisik keras dan pengerasan kulit terutama berlokasi di antara dasar bulu
mata.
b. hiperemia konjungtiva ringan dan umumnya terjadi konjungtivitis papiler
kronis.
c. Kasus lama dapat berkembang menjadi jaringan parut dan bentukan
(tylosis) dari tepi kelopak mata. Madarosis, trichiasis dan poliosis.
d. Perubahan sekunder termasuk pembentukan tembel, keratitis tepi
kelopak mata dan sesekali terjadi phlyctenulosis.
e. Berhubungan dengan ketidakstabilan tearfilm dan sindrom mata kering
yang umumnya terjadi.
2. Blefaritis seboroik
a. Hiperaemik tepi kelopak mata anterior dan tampak berminyak dengan
menempel bersama-sama pada bulu mata
b. Sisik yang lembut dan terletak di mana saja pada tepi kelopak mata dan
bulu mata.
3. Blefaritis posterior
a. Sekresi berlebihan dan tidak normal kelenjar meibomian sebagai
menyumbat lubang kelenjar meibomian dengan tetesan minyak
b. Berkerut, resesi, atau penyumbatan lubang kelenjar meibomian
c. Hiperemi dan telangiectasis dari tepi kelopak posterior.
d. Tekanan pada tepi kelopak mengakibatkan cairan meibomian keruh atau
seperti pasta gigi.
e. Transiluminasi kelopak dapat menunjukkan hilangnya kelenjar dan
dilatasi kistik duktus meibomian.

11
f. Tear film berminyak dan berbusa, buih dapat menumpuk di tei kelopak
atau dalam kantus.
g. perubahan sekunder termasuk konjungtivitis papiler dan erosi kornea
epitel inferior. (Istiqomah, 2014)

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan mikrobiologi untuk mengetahui penyebabnya:
a. Uji Laboratorium
b. Radiografi
1) Fluorescein Angiografi
2) Computed Tomografi
3) Pemeriksaan dengan slit lamp
2. Uji Endrofonium (pemeriksaan fungsi kelopak) untuk mengetahui adanya
miastenia gravis.
3. Pemeriksaan tajam penglihatan
4. Palpasi : odema kelopak mata, kejang kelopak mata. (Anas Tamsuri, 2010)

G. Penatalaksanaan
Biasanya blefaritis sebelum diobati dibersihkannya dengan garam
fisiologik hangat, dan diberi anti biotic yang sesuai. Bleparitis dapat
menimbulkan konjungtifitis, keratitis, hordeolum, kalazoin dan madarosis.
Untuk penatalaksanaan keperawatannya dapat dilakukan:
1. Perbaiki kesehatan atau hygiene
2. Bersihkan tepi kelopak dengan shampoo bayi
3. Kompres hangat
4. Beri air mata buatan
Cara membersihkan kelopak mata dengan shampoo dan air hangat:
1. Bersihkan tangan dengan baik
2. Basahkan saputangan dengan air hangat
3. Tutup mata dan letakan sampai panas pada kelopak selama 5 menit
4. Ulangi beberapa kali dalam sehari (Istiqomah, 2014)

12
H. Komplikasi
Trikiasis, hordeolum, kalazion, keratitis, madarosis, dan konjungtivitis.
(Anas Tamsuri, 2010)

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Aktivitas / kebiasaan sehari-hari
Gejala: Klien mengatakan suka menggosok matanya jika gatal
Tanda: Klien nampak menggosok matanya
b. Sirkulasi
Tanda: Obstuksi dan sumbatan duktus meibom, sekresi meibom keruh,
nampak kemerakan pada mata, abnormalitas film air mata, bisa
juga terbentuk sisik dan luka terbuka yang dangkal pada kelopak
mata, bisa terbentuk keropeng yang melekat erat pada tepi
kelompak mata, jika keropeng dilepaskan bisa terjadi perdarahan,
selama tidur sekresi mata mongering, pembengkakan pada
kelopak mata
c. Keluhan utama: Biasanya klien mengeluh tentang kondisi mata dan kelopak
mata yang terasa gatal, rontok pada bulu mata serta kemerahan pada mata.
d. Neurosensori
Gejala: Klien mengatakan mata peka terhadap rangsang cahaya terang,
klien mengatakan ketika bangun kelopak mata sukar dibuka
Tanda: Jumlah bulu mata berkurang, skuama pada tepi kelopak
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: Klien mengeluh matanya kemerahan dan penebalan kelopak
mata, klien mengatakan merasa ada sesuatu di matanya, klien
mengatakan mata dan kelopak mata terasa gatal, panas klien
mengatakan terjadi pembengkakan kelopak mata, klien
mengatakan mata menjadi merah dan berair.
Tanda: Infeksi pada tepi kelopak mata, nampak kemerahan pada mata.
f. Integritas Ego
Gejala: Klien mengeluh akan kondisi matanya, klien mengatakan
beberapa helai bulu mata rontok

14
Tanda: Nampak bingung bila ditanya tentang kondisi matanya
g. Pemeriksaan penunjang: histopatologi untuk menentukan diagnosis
B. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh:
perubahan anatomis ocular, perubahan penampilan
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit: infeksi/inflamasi pada
kelopak mata
e. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan
sumber informasi, keterbatasan kognitif
C. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan
Intervensi:
Observasi
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik

1. Gunakan produk berbahan petrolim atau minyak pada kulit kering


2. Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik pada kulit
sensitive
3. Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering
Edukasi

1. Anjurkan minum air yang cukup


2. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
3. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
4. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim
5. Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya

15
b. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyaki
Intervensi:
Observasi
1. Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidak mampuan berkonsentrasi,
atau gelaja lain yang mengganggu kemampuan kognitif
2. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
3. Identifikasi kesedia, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
4. Perikasa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan teknik relaksasi
5. Monitor respon terhadap relaksasi
Terapeutik

1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencehayaan


dan suhu ruang nyaman
2. Berikan informasi tertulis temtamg persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
3. Gonakan pakaian longgar
4. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain
Edukasi

1. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksai yang tersedia


2. Jelaskan secara rinci intervensi yang dipilih
3. Anjurkan mengambil posisi nyaman
4. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
5. Anjurkan sering mengulangi dan melatih teknik relaksasi yang dipilih
6. Demosntrasikan dan latih teknik relaksasi
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur tubuh:
perubahan anatomis ocular, perubahan penampilan
Intervensi:
Observasi
1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
2. Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh

16
3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
4. Monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
Terapeutik

1. Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya


2. Dikusikan perubahan penampilan fisik terhadap harga diri
3. Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhu citra tubuh
4. Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
5. Diskusikan persepsi pasien dan keliuarga tentang perubahan citra tubuh
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit: infeksi/inflamasi pada
kelopak mata
Intervensi:
Observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urine
5. Monitor komplikasi aktibat hipertermia
Terapeutik

1. Sediakan lingkungan yang dingin


2. Longgarkan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Lakukan pendinginan eksternal
6. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
7. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi

1. Anjurkan tirah baring


Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena

17
e. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
Intervensi:
Observasi
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3. Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik

1. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan


2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Dengarkan dengan penuh perhatian
5. Gunakan pendekatan yang tenangdan meyakinkan
6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
7. Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
8. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi

1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami


2. Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif
5. Anjurkan menggunakan perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
7. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas

18
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan
sumber informasi, keterbatasan kognitif
Intervensi:
Observasi
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan pmenerima informasi
2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik

1. Sedikan materi dan media pendidikan kesehatan


2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi

1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan


2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

19
BAB IV

PENUTUP

1. Bleparitis merupakan peradangan bilateral subakut atau menahun pada


kelopak mata yang biasanya ditepi kelopak dan pangkal bulu mata yang
disebabkan oleh infeksi, alergi, jamur, maupun virus dan dapat menjadi
radang yang bertukak.
2. Bleparitis pada dasarnya disebabkan oleh 4 (empat) hal yaitu bakteri, virus,
jamur dan alergi.
3. Bleparitis dapat dibagi menurut penyebabnya ada 4 jenis yaitu bleparitis
bakterial, bleparitis virus, bleparitis jamur, dan bleparitis alergi.
4. Patofisiolodinya akibat dari kolonisasi bakteri terjadi invasi mikrobakteri
secara langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata, mengakibatkan
kerusakan sistem imun Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat
dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.
Adapun blefaritis anterior dianggap hasil dari respon mediasi sel abnormal
pada komponen dinding sel S. Aureus yang mungkin juga bertanggung
jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea perifer yang ditemukan pada
beberapa pasien.
5. Gejala umum pada blefaritis adalah kelopak mata merah, mata gatal, rasa
kelilipan, mata bengkak, mata berair, keropeng ditepi kelopak, bulu mata
rontok, penglihatan kadang-kadang terganggu, nyeri, eksudat lengket, dan
epiforia. Pada laki-laki lanjut usia biasanya terjadi bleparitis seboroik dengan
keluhan mata kotor, panas, eksudat berminyak, dan rasa kelilipan.
6. Dilakukan pemeriksaan histopatologi untuk menentukan diagnosis
7. Blefaritis sebelum diobati dibersihkan terlebih dahulu dengan garam
fisiologik hangat, dan diberi anti biotik yang sesuai.
8. Komplikasi yang dapat terjadi akibat Blefaritis yaitu Trikiasis, hordeolum,
kalazion, keratitis, madarosis, dan konjungtivitis.
9. Konsep asuhan keperawatan terhadap Blefaritis: pengkajian, menentukan
diagnosa dan intervensi keperawatan

20
PENYIMPANGAN KDM BLEFARITIS

21
DAFTAR PUSTAKA

Istiqomah, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Mata. EGC;
Jakarta.
Iiyas, Sidarta. 2014. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta; FKUI.
Ilyas, Sidarta. 2015. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta; FKUI.
Tamsuri, Anas. 2010. Klien Gangguan Mata dan Pengelihatan Keperawatan Medikal-
Bedah. Jakarta; EGC.
PPNI. (2018). Setandar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikato
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Setandar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Mansjoer, Arif. 2010. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta; FKUI.
Wilkinson M. Judith. 2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta; EGC.
Lowery, R Schott, MD et all. Adult Blepharitis:
http://emedicine.medscape.com/article/1211763overview#a0104
Weinstock, Frank J. MD, FACH and Melissa Conred Stoppler MD. Eyelid Inflamation
(Blepharitis):<http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/.h
tm>

22

Anda mungkin juga menyukai