Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN VERTIGO

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Pembimbing :

Arum.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 03 / SEMESTER 5 - 3B

UMI HAJAR (201701067)

BERLIANA ARIMA KITTY ALGARINI (201701068)

ZULFANA RAHMAWARI PUTRI (201701069)

ARIKA SALSABILA IZDIHAR (201701070)

RANI SETYAWATI (201701071)

RIRIN RAHMAWATI (201701072)

YASMIN INAS AZIZAH (201701073)

GALUH PUTRI BAHARI (201701074)

TRI WAHYU VIVA INDRIYANI (201701076)

IMA AMITA SANTI (201701077)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO

TAHUN AKADEMI 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN VERTIGO” dengan tepat
waktu. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada :

Arum.,M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan


Medikal Bedah III

Teman-teman yang membantu penyelesaian makalah ini secara


langsung maupun tidak langsung. yang telah membantu kami dalam
penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.


Baik dalam penyajian materi, teknik penulisan, dan lain sebagainya. Maka dari
itu kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini, serta kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Mojokerto, 14 Oktober 2019

Kelompok 3

II
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................ i

Kata Pengantar ...............................................................................................................ii

Daftar Isi ...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 5

BAB II KONSEP TEORI

2.1 Pengertian ......................................................................................................... 6

2.2 Etiologi ............................................................................................................. 7

2.3 Patofisiologi ..................................................................................................... 7

2.4 Phatway ............................................................................................................ 9

2.5 Manifestasi Klinik .......................................................................................... 10

2.6 Pemeriksaan Penunjang.................................................................................. 11

2.7 Komplikasi ..................................................................................................... 14

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian ...................................................................................................... 15

3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................... 16

3.3 Intervensi Keperawatan .................................................................................. 17

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan..................................................................................................... 20

Daftar Pustaka

III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vertigo merupakan salah satu gangguan yang paling sering dialami
dan menjadi masalah bagi sebagian besar manusia. Umumnya keluhan
vertigo menyerang sebentar saja; hari ini terjadi, besok hilang, namun ada
kalanya vertigo yang kambuh lagi setelah beberapa bulan atau beberapa
tahun. Penyebab vertigo umumnya terjadi disebabkan oleh stress, mata lelah,
dan makan atau minum tertentu. Selain itu, vertigo bisa bersifat fungsional
dan tidak ada hubunganya dengan perubahan - perubahan organ di dalam
otak. Otak sendiri sebenarnya tidak peka terhadap nyeri. Pada umumnya
vertigo tidak disebabkan kerusakan di dalam otak. Namun, dapat
menyebabkan ketegangan atau tekanan pada selaput otak atau pembuluh
darah besar, dan di dalam kepala dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat
dan ketika seorang yang mengidap vertigo tidak berada pada tempat yang
aman ketika gejalanya timbul maka dapat mengakibatkan terjadinya cedera

Vertigo diangap bukan merupakan suatu penyakit, melainkan gejala


dari penyakit penyebabnya. Salah satu gejala vertigo ialah ilusi bergerak,
penderita merasakan atau melihat lingkungannya bergerak, padahal
lingkungannya diam, atau penderita merasakan dirinya bergerak, padahal
tidak. Penyebab gangguan keseimbangan dapat merupakan suatu kondisi
anatomis atau suatu reaksi fisiologis sederhana yang dapat menganggu
kehidupan seorang penderita vertigo.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari vertigo?
2. Apa etiologi dari fraktur vertigo ?
3. Bagaimanakah manifestasi klinis vertigo ?
4. Bagaimanakah patofisiologi dari vertigo?
5. Bagaimanakah penatalaksanaan dari vertigo?
6. Apa saja komplikasi dari vertigo?

4
7. Bagaimanakah konsep asuhan keperawatan pada klien dengan vertigo ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari vertigo.
2. Untuk mengetahui etiologi vertigo.
3. Mampu memahami tanda dan gejala pada vertigo.
4. Mampu memahami patofisiologi dari vertigo.
5. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan vertigo.
6. Untuk mengetahui komplikasi dari vertigo.
7. Mampu memahami konsep asuhan keperawatan pada klien dengan
vertigo.

5
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 Pengertian
Vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar.
Pengertian vertigo adalah : sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan
otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh . Vertigo dapat
digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan atau gangguan
orientasi di ruangan. Banyak sistem atau organ tubuh yang ikut terlibat dalam
mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan
diataur oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, sistem
visual dan sistem somato sensorik (propioseptik). Untuk mempertahankan
keseimbangan diruangan, maka sedikitnya 2 dari 3 sistem, system tersebut
diatas harus difungsikan dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau
melihat lingkungannya bergerak atau dirinya bergerak terhadap
lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang
berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertical.
Pada penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus.
Nistagmus yaitu gerakan ritmik yang involunter dari pada bola mata. (Lumban
Tobing. S.M, 2003).

Vertigo adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga


bagian dalam sehingga menyebabkan penderita merasa pusing dalam artian
keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa berputar ataupun
melayang. Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular.
Hal ini dapat terjadi akibat hilangnya masukan perifer yang disebabkan oleh
kerusakan pada labirin dan saraf vestibular atau juga dapat disebabkan oleh
kerusakan unilateral dari sel inti vestibular atau aktivitas vestibulocerebellar.
(www.wikipedia.com).

Vertigo adalah sensasi berputar atau pusing yang merupakan suatu gejala,
penderita merasakan benda-benda disekitarnya bergerak gerak memuat atau

6
bergerak naik turun karena gangguan pada sistem keseimbangan. (Arsyad
Soepardi efiaty dan Nurbaiti, 2002).

2.2 Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui
organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki
saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan
oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga
dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan
dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara
tibatiba. Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008)

1. Keadaan lingkungan; Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)


2. Obat-obatan; Alkohol, Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi; Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak
sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak)
pada arteri vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga; Endapan kalsium pada salah satu kanalis
semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign
paroxysmal positional vertigo), Infeksi telinga bagian dalam karena
bakteri, Herpes zoster, Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga),
Peradangan saraf vestibuler, Penyakit Meniere.
5. Kelainan neurologis, Sklerosis multiple, Patah tulang tengkorak yang
disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya, Tumor otak,
Tumor yang menekan saraf vestibularis.

2.3 Patofisiologi
Vertigo disebabkan dari berbagai hal antara lain dari otology seperti
Meniere, parese N VIII, otitis media. Dari berbagai jenis penyakit yang terjadi
pada telinga tersebut menimbulkan gangguan keseimbangan pada saraf ke
VIII, dapat terjadi karena penyebaran bakteri maupun virus (otitis media).

7
Selain dari segi otologi, vertigo juga disebabkan karena neurologic.
Seperti gangguan visus, multiple sclerosis, gangguan serebelum, dan penyakit
neurologic lainnya. Selain saraf ke VIII yang terganggua, vertigo juga
diakibatkan oleh terganggunya saraf III, IV, dan Vi yang menyebabkan
terganggunya penglihatan sehingga mata menjadi kabur dan menyebabkan
sempoyongan jika berjalan dan merespon saraf ke VIII dalam mempertahankan
keseimbangan.

Hipertensi dan tekanan darah yang tidak stabil (tekanan darah naik
turun). Tekanan yang tinggi diteruskan hingga ke pembuluh darah di telinga,
akibatnya fungsi telinga akan keseimbangan terganggu dan menimbulkan
vertigo. Begitupula dengan tekanan darah yang rendah dapat mengurangi
pasokan darah ke pembuluh darah di telinga sehingga dapat menyebabkan
parese N VIII.

Psikiatrik meliputi depresi, fobia, ansietas, psikosomatis yang dapat


mempengaruhi tekanan darah naik turun dan dapat menimbulkan vertigo
dengan perjalanannya seperti diatas. Selain itu faktor fisiologi juga dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan. Karena persepsi seseorang berbeda-
beda.

8
2.4 Phatway

Trauma Ukuran lensa mata Aliran darah ke Infeksi pada telinga dalam
tidak sama otak (vestibuler)
cerebellum

VERTIGO

Penurunan fungsi Tekanan intracranial Tekanan pada otot


Stress meningkat
kognitif meningkat leher

Cemas Nyeri Koping individu Gangguan pola


tidak efektif tidur

9
2.5 Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu perasaan berputar
yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan sengak reak dan lembab yaitu
mual, munta, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan
selaput putih lengket, nadi lemah, puyeng (dezzincess), nyeri kepala,
penglihatan kabur, tinnitus, mulut patih mata merah, mudah tersinggung,
gelisa, lidah merah dengan selaput tipis.

Pasien vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu
keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya
berputar jika akan ke tempat tidur, berguling ke satu sisi ke sisi lainnya, bangkit
dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala
digerakkan ke belakang biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik.
Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya
dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo
tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa
ekstensi, pada hamper sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan
akhirnya berhenti secra spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan,
tetapi kadang-kadang dapat juga sampai beberapa tahun.

Pada anamnesis, psien mengeluh kepala terasa pusing berputar pada


perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secra klinis vertigo terjadi pada
perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara
spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak
didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kaliri tidak ada peresisi kanal. Uji
posisi dapat membantu mengdiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan
melakukan mnuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada
kedua sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok
ke satu sisi. Pada tes ini akan didapatkan nistagmus posisi dengan gejala :

1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik


dirinya sendiri atau lingkungan
2. Merasakan mual muntah yang luar biasa

10
3. Sering muntah sebagai akibat dari rasa mual
4. Gerakan mata yang abnormal
5. Tiba-tiba muncul keringat dingin
6. Telinga sering terasa berdenging
7. Mengalami kesulitan bicara
8. Mengalami kesulitan berjalan karena merassakan sensasi gerakan
berputar
9. Pada keadaan tertentu penderita juga bisa mengalami gangguan
penglihatan.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Menurut (Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004; 48) Meliputi uji
tes keberadaan bakteri melalui laboratorium , sedangkan untuk pemeriksaan
dagnostik yang penting untuk dilakukan pada klien dengan kasus vertigo antar
lain :

1. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan mata
Pemeriksaan mata untuk menilai nistagmus. Nistagmus
menunjukkan gangguan telinga bagian dalam, otak, dan otot okuler.
Evaluasi nistagmus yang optimal memerlukan kacamata Frenzel,
dimana kacamata ini dipakai oleh pasien dan mngaburkan
penglihatan pasien, namun memeperjelas munculan nistagmus
b) Pemeriksaan neurologic
a. Tes menulis vertikal :
Pasien duduk di depan meja, tubuh tidak menyentuh meja dan
tangan yang satu berada diatas lutut, penderita disuruh menulis
selajur huruf dari atas ke bawah, mula-mula dengan mata
terbuka lalu tertutup. Pada kelainan labirin satu sisi akan terjadi
deviasi dari tulisan dari atas kebawah sebesar 10 derajad atau
lebih. Sedangkan Penderita kelainan serebelum maka tulisannya

11
menjadi semakin besar (macrographia) atau tulisan menjadi
kacau.
b. Tes Romberg
Pasien berdiri tegak kedua kaki sejajar bersentuhan dan mata
lalu dipejamkan. Apabila gangguan vestibuler pasien tidak
dapat mempertahankan posisinya, ia akan bergoyang menjauhi
garis tengah dan akan kembali ke posisi duduk dan berdiri
seketika, jika ada lesi pasien akan jatuh ke sisi lesi.Test
Romberg sangat berguna. Kemampuan normal minimal dengan
mata tertutup selama sekitar 6 detik. Dewasa muda seharusnya
dapat melakukannya sekitar 30 detik, dan kemampuan menurun
seiring usia. Pasien dengan gangguan vestibuler bilateral secara
moderat mengalami ataksia menjadi sangat tergantung
terhadappenglihatan dan merasa tidak seimbang apabila mata
tertutup. Tidak ada pasien dengan gangguan bilateral yang dapat
berdiri dengan mata tertutup pada test Romberg selama 6 detik.
c. Tes Tandem Gait
Pasien kaki saling menyilang dan tangan menyilang didada.
Pasien di suruh berjalan lurus, pada saat melangkah tumit kaki
kiri djiletakkan pada ujung jari kaki kanan dan seterusnya.
Adanya gangguan vestibuler akan menyebabkan arah
jalanannya menyimpang.
d. Stepping test
Berjalan di tempat dengan mata terbuka dan lalu tertutup
sebanyak 50 langkah. Test dianggap abnormal ada kelainan
vestibuler jika pasien berjalan beranjak miring sejauh 1 meter
atau badan berputar lebih 30 derajat. Jika penderita stabil test
diulang dengan tangan terentang. Juga berjalan diatas kasur.
Penderita dengan kelainan vestibular bilateral yang di sebabkan
intoksikasi obat – obatan dapat berjalan dengan mata terbuka
akan tetapi sulit dengan mata tertutup

12
e. Past pointing test
Dengan mata terbuka pasien di minta untuk mengangkat
lengannya lurus keatas dengan telunjuk ekstensi. Kemudian
lengan tersebut di turunkan sampai menyentuh telunjuk
pemeriksa. Selanjutnya dengan mata tertutup pasien di minta
untuk mengulang gerakan tersebut. Adanya gangguan vestibuler
menyebabkan penyimpangan tangan pasien sebhingga
telunjuknya tidak dapat menyentuh telunjuk pemeriksa.
f. Pemeriksaan Quik :
Pasien berdiri di depan pemeriksa. Kedua lengan direntangkan
ke depan setinggi bahu, dan kedua jari telunjuk menunjukkan ke
telunjuk pemeriksa. Selanjutnya pasien disuruh menutup mata.
Perhatikan timbulnya penyimpangan arah pada kedua tangan
pasien.
g. Finger to finger test :
Bila kelainan labirin satu / dua sisi maka kelainan test ini selalu
pada kedua jari kiri dan kanan, bila sumber kelainannya dari
serebelum satu sisi maka jari yang menunjukkan kelainan hanya
pada sisi maka jari yang menunjukkan kelainan hanya pada sisi
yang sesuai dengan sisi kelainan serebelum.
c) Pemeriksaan fisik umum
Ukur tekanan darah dan nadi dengan posisi pasien berdiri. Apabila
tekanan darah saat berdiri rendah, periksa tekanan darah dengan
posisi berbaring dan duduk. Auskultasi arteri karotis dan subklavia
Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi
jantung, hipertensi, hipotensi, gagal jantung kongestif, anemi,
hipoglikemi, infeksi dan trauma kepala.
2. Pemeriksaan khusus
a) ENG
b) Audiometri dan BAEP
c) Psikiatrik

13
3. Pemeriksaan tambahan
a. Radiologik dan Imaging
b. EEG, EMG
2.7 Komplikasi
1. Cidera fisik
Pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimangan akibat
terganggunya saraf VIII (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu
mempertahankan diri untuk tetap nerdiri dan berjalan.
2. Kelemahan otot
Pasien yang mengalami vertigo sering kali tidak melakukan aktivitas.
Mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring
yang terlalu lama dan gerak yang terbatas dapat menyebabkan kelemahan
otot.

14
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dlakukan pengkajian
2. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit. Pada
pasien vertigo ternyakan adakah pengaruh sikap atau perubahan sikap
terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang dapat memicu vertigo.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
4. Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamsi dan penyakit
turmor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik missal antibiotic,
aminoglikosid, antikonvulsan.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat yang sama diderita oleh anggota keluarga lain atau
riwayat penyakit lain.
6. Aktivitas / Istirahat
 Letih, lemah, malaise
 Keterbatasan gerak
 Ketegangan mata, kesulitan membaca
 Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
 Sakit kepala yang hebat saat perubahan posisi tubuh, aktivitas (kerja)
atau karena perubahan cuaca.
7. Sirkulasi
 Riwayat hypertensi
 Denyutan vaskuler, missal daerah temporal
 Pucat, wajah tampak kemerahan
8. Maknan dan Cairan

15
 Maknan yang tinggi vaorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang,
keju, alcohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus,
hotdog, MSG (pada migrain)
 Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
 Penurunan berat badan
9. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan persistem
a) Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi
bahwa benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
b) Sistem persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual
maupun dengan alat.
c) Sistem pernafasan
Adakah gangguan pernafasan
d) Sistem kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko jatuh b.d kerusakan (N. VIII)
2. Intoleransi aktivitas b.d tirah baring
3. Resiko kurang nutrisi b.d tidak adekuatnya input makanan

16
3.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Resiko jatuh b.d Tujuan : 1. Pantau tingkat energi 1. Energy yang besar dapat
kerusakan (N. VIII) Masalah resiko jatuh dapat yang dimiliki klien memberikan keseimbangan pada
teratasi 2. Berikan terapi ringan tubuh saat istirahat
Kriteria hasil : untuk 2. Salah satu terapi ringan adalah
1. Klien dapat mempertahankan menggerakan bola mata, jika sudah
mempertahankan keseimbangan terbiasa dilakukan, pusing akan
keseimbangan tubuh 3. Ajarkan penggunaan berkurang
2. Klien dapat alat-alat alternative 3. Mengantisipasi dan
mengantisipasi resiko dan atau alat-alat meminimalkan resiko jatuh
terjadinya jatuh bantu untuk aktivitas 4. Nyeri yang berkurang dapat
klien meminimalisasi terjadinya jatuh
4. Berikan helth
education tentang
penyebab nyeri yang
dialami pasien

17
2. Intoleransi aktivitas b.d Tujuan : 1. Pantau respon emosi, 1. Respon emosi, sosial, dan spiritual
tirah baring Masalah intoleransi aktivitas sosial, dan spiritual mempengaruhi kehendak klien
dapat teratasi terhadap aktivitas dalam melakukan aktivitas
Kriteria hasil : 2. Berikan motivasi 2. Klien dapat bersemangat untuk
1. Menyadari keterbatasan kepada klien untuk melaukan aktivitasnya
energy melakukan kativitas 3. Energy yang tidak stabil dapat
2. Klien dapat termotivasi 3. Ajarkan pengetahuan menghambat dalam melakukan
dalam melakukan aktivitas aktivitas dan teknik aktivitas, sehingga perlu dilakukan
3. Menyeimbangkan aktivitas manajemen waktu manjemen waktu
dan istirahat untuk mencegah 4. Terapi okupasi dapat menentukan
4. Tingkat daya tahan adekuat kelelahan tindakan alternative dalam
untuk beraktivitas 4. Kolaborasi dengan melakukan aktivitas
ahli terapi okupasi.
3. Resiko kurang nutrisi Tujuan : 1. Tanyakan kebiasaan 1. Kebiasaan makan yang disukai
b.d tidak adekuatnya Masalah kurang nutrisi dapat makan yang disukai dapat meningkatkan nafsu makan
input makanan sedikit teratasi klien 2. Untuk memantau status nutrisi
Kriteria hasil : 2. Pantau input dan pada klien
1. Klien tidak merasa mula, output pada klien
muntah

18
2. Nafsu makan meningkat 3. Ajarkan makan sedikit 3. Mempertahankan status nutrisi
3. BB stabil atau bertahan tapi sering pada klien agar dapat
4. Kolaborasi dengan meningkatkan atau stabil
ahli gizi 4. Ahli gizi dapat menentukan
makanan yang tepat untuk
meningkatkan kebutuhan nutrisi
pada klien

19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Vertigo berasal dari bahasa Yunani vertere yang artinya memutar.
Pengertian vertigo Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan
keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak sistem atau organ tubuh
yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh
kita.Vertigo diangap bukan merupakan suatu penyakit, melainkan gejala dari
penyakit penyebabnya. Salah satu gejala vertigo ialah ilusi bergerak, penderita
merasakan atau melihat lingkungannya bergerak, padahal lingkungannya diam,
atau penderita merasakan dirinya bergerak, padahal tidak. Penyebab gangguan
keseimbangan dapat merupakan suatu kondisi anatomis atau suatu reaksi fisiologis
sederhana yang dapat menganggu kehidupan seorang penderita vertigo

20
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad soepardi, efiaty dan Nurbaiti.(2002). Buku ajar ilmu kesehatan telingahidung
tenggorokan kepala leher edisi ke lima. Jakarta : Gaya Baru

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling. Jakarta : FK UI


Rahayu,Nira.(2011).Neuronotis Vesibular. diakses pada 17 Juli 2012.Pukul 23:50 WIB

Santoso, Budi,(2005). Pnduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Alih bahasa,


Jakarta : Prima Medika

Wilkinson, Judith M.(2017). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan
Kriteria Hasil NOC.Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai