Anda di halaman 1dari 46

PENATALAKSANAAN PASIEN

Dengan GANGGUAN JALAN NAFAS


Dan PERNAFASAN

Disampaikan pada:

PELATIHAN
BTCLS BAPELKES MATARAM 23-28 NOVEMBER 2020
PENDAHULUAN
• Pemenuhan oksigen dan darah tidak adekuat
merupakan pembunuh tercepat pasien (terutama
trauma)
• Upaya perlindungan, membuka jalan nafas dan ventilasi
merupakan upaya penting dalam mencegah hipoksia.
• Prioritas pada manajemen jalan nafas :
• Membuka jalan nafas,
• Memberikan oksigen,
• Support ventilasi
Tujuan
Pembelajaran

Peserta mampu melakukan


penatalaksanaan pasien dengan gangguan
UMUM
pernafasan dan jalan nafas (airway and
breathing).)
Peserta latih mampu:
1. Menjelaskan konsep jalan nafas dan
pernafasan.
KHUSUS 2. Melakukan pembebasan jalan nafas.
3. Melakukan penatalaksanaan
pernafasan.
Konsep Jalan
PENATALAKSANAAN
Nafas Dan GANGGUAN
Pernafasan PERNAFASAN
POKOK
BAHASAN
Pembebasan jalan
nafas:
 Teknik manual
 Menggunakan alat
bantu
Anatomy Fisiologi
Saluran nafas bagian atas :
• Rongga mulut
• Nasofaring (Belakang
Hidung)
• Orofaring (Bagian Tengah)
• Laringofaring (Bagian Akhir)
Saluran Nafas Bagian Bawah

• Laring
• Bonkus
• Trakea
• Bronkiolus
O2 masuk paru

O2
dalam
alveoli
Alveoli

O2 dalam
darah
cukup
Pembuluh darah Kapiler
Gangguan pada Jalan
Napas (Airway)
Tanda-tanda sumbatan
Yang perlu diperhatikan: pada jalan nafas yaitu:
1.Mendengarkan apakah ada Bagian atas :
suara nafas tambahan 1. Snoring
2. Apakah jalan nafas terbuka 2. Gurgling
3. Lindungi C-spin 3. Stridor

Bagian bawah:
1. Rales/ronchi
2. Wheezing
3. Stridor (penyempitan
jalan napas)
OBSTRUKSI JALAN NAPAS ATAS

Pada pasien tidak sadar:


“Talking Patient”
RESPON BAIK

AIRWAY
TERBUKA
 VENTILASI BAIK
 PERFUSI OTAK
(KESADARAN)
BAIK
Kematian karena
gangguan jalan nafas :

 Tidak mengenali adanya gangguan


 Terlambat mengambil tindakan
 Kesulitan dalam pertolongan
Pemeliharaan Jalan Napas
Chin lift-head tilt
 Jalan napas dasar Jaw Thrust
(Manual) Tripple airway manouvre

 Bantuan alat sederhana Oropharyngeal airway


Nasopharyngeal airway

 Bantuan alat lanjutan


Laryngeal mask airway
Combitube
ACLS Intubasi dg ETT
PENGKAJIAN AIRWAY & BREATHING

• AIRWAY
• Ada tidaknya sumbatan jalan napas
• Sumbatan oleh benda padat  Stridor
• Sumbatan oleh benda cair  Gurgling
• Kemungkinan fraktur servikal

• BREATHING
• TIDAK DI Lakukan LOOK, LISTEN & FEEL
• Hitung Frekwensi Pernafasan
• Monitor Pengembangan Dinding Dada
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. MASALAH AIRWAY
• BERSIHAN JALAN NAPAS TIDAK EFEKTIF b.d.
akumulasi sekret/darah, edema jalan napas

2. MASALAH BREATHING
• POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF b.d. Kelemahan otot
pernapasan, penurunan pengembangan paru, depresi
pusat pernapasan
• KERUSAKAN PERTUKARAN GAS b.d. penumpukan
cairan di alveolus, penurunan membran efektif
pertukaran gas
PENATALAKSANAAN

Prioritas Utama
1. Buka dan pertahankan jalan napas yang paten
2. Pertahankan pola napas
3. Pertahankan pertukaran gas adekuat

bila terjadi gagal napas pertimbangkan


pemakaian ventilasi mekanik
PENATALAKSANAAN AIRWAY (Lanjutan ..)

Sapuan Jari (Finger sweep)


Membebaskan jalan napas yang tersumbat akibat
benda asing dalam rongga mulut bagian belakang
(hipofaring)
PENATALAKSANAAN AIRWAY (Lanjutan ..)

Membuka jalan napas dengan teknik Triple Airway Manuveur


(Head Tilt, Chin-lift, Jaw Thrust)

Head-tilt (Dorong kepala) Chin-lift

Head-tilt & Chin-lift Jaw Thrust


PENATALAKSANAAN AIRWAY (Lanjutan ..)

Mengatasi Tersedak (Chocking) dengan Manual thrust


(Back Blow, Heimlick Manuveur)

Back blow

Heimlick Manuveur
Manuveur heimlich pada korban sadar dengan posisi
berdiri atau duduk

Heimlich manuveur – Abdominal


Thrust
• Rangkul korban dari belakang
• Dengan mempergunakan kepalan
kedua tangan, hentakkan
mendadak pada ulu hati
(abdominal thrust).
• Ulangi hingga jalan napas bebas
atau hentikan bila korban jatuh
tidak sadar, ulangi tindakan
tersebut dengan posisi korban
terlentang.
• Segera panggil bantuan
Manuveur heimlich pada korban yang
tergeletak (tidak sadar)
• Baringkan penderita terlentang
• Lakukan back blow / chest thrust atau heimlich
manuveur – abdominal thrust
PENATALAKSANAAN AIRWAY (Lanjutan ..)

Pengisapan Benda Cair (Suctioning)

• Sumbatan jalan napas karena benda cair  Gurgling 


suctioning
• Penghisapan bucal dan/atau penghisapan trakheal
• Penghisapan tidak boleh lebih dari 10 detik
• Perhatian! Pada cedera kepala hati-hati PTIK
Membersihkan benda asing padat dalam
jalan napas
• Dilakukan pada pasien tidak
sadar dengan sumbatan
benda padat di daerah
hipofaring

• Tidak mungkin dilakukan


dengan sapuan jari atau
secara Heimlich manuveur

 Magill forcep
Mempertahankan jalan napas dengan
oro- pharingial airway (OPA)
Tujuan
Menahan palatum tidak
menempel ke epiglotis yang
dapat menutup jalan napas
akibat pasien tidak sadar
Ukuran yang tidak tepat justru akan menyebabkan
Obstruksi jalan napas
Pipa Nasofaring

Pilih ukuran sesuai jarak Hidung - telinga


Diameter harus lebih kecil dari nares
Gunakan pelumas

Kontraindikasi:
• Fraktur basis kranii
• Kebocoran liquor cerebro spinalis
Tatalaksana Jalan Napas Lanjut
• Intubasi Endotrakea Tube (ETT)  definitif

• Laryngeal Mask Airway


• Combitube
alternatif

ACLS
Intubasi Endotrakea

 Untuk bantuan pemberian oksigen


Indikasi  Untuk mengurangi kebutuhan oksigen
 Untuk mengamankan jalan nafas
 Untuk membersihkan jalan nafas
 pemberian obatan obatan resusitasi

Trauma
Komplikasi Intubasi esofagus
Intubasi endotrakea
Refleks vagal

ACLS
Mempertahankan jalan napas dengan
Endotracheal Tube (ETT)

Persiapan alat
- Selang endotrakeal (ETT)
- Laringoskop (laryngoscope)
- Ambu bag
- Stetoskop
- Cuff inflator atau spuit 10 cc
- Mandrin / Stylet
- Jelly
- Sarung tangan
- Plester
ACLS
Teknik Intubasi ETT
Mempertahankan jalan napas dengan Endotracheal Tube (Lanjutan ...)
Prosedur :
• Preoksigenasi dengan oksigen 100%
memakai ambu bag
• Lumasi ETT dengan jeli
• Sambungkan blade dan handle
laringoskop
• Pegang laringoskop di tangan kiri dan ETT
di tangan kanan
• Masukkan blade dan angkat epiglottis
• Masukkan & dorong ETT masuk ke trakea
• Evaluasi ujung ETT dengan melakukan
ventilasi lewat ambu bag dan auskultasi 5
area (apek kiri & kanan, basal kiri &kanan,
epigastrium).
• Fiksasi ETT dengan mengembangkan
balon memakai spuit yg berisi 6-10 ml
udara ke ujung inflating tube
• Amankan ETT pipa pada sudut mulut dan
fiksasi luar dengan plester
Peran Perawat Saat Intubasi

1. Persiapan alat
2. Persiapan pasien; restrain, sedatif,
oksigenisasi yang adekuat  vital
3. Persiapan keluarga; penjelasan
4. Informed concent oral/tertulis
Perawatan Post Intubasi
1. Pemasangan balon/cuff  kaji ketepatan:
1. Auskultasi suara pernapasan kedua paru  suara
napas (+)
2. Cek pergerakan dada
2. Jaga keamanan  plester di wajah (ETT)
3. Cegah komplikasi:
1. Aspirasi  muntahan, sekret
2. Erosi/nekrosis laring atau trakhea  tekanan maksimal
20 – 25 mm Hg
3. Pemasangan lama  trakheostomi
4. Berikan oksigen adekuat  cegah keracunan
oksigen
Mempertahankan jalan napas dengan
Laringeal Mask Airway (LMA) & Combitube
Laryngeal Mask Airway &
Combitube
GANGGUAN AIRWAY
1. BERDASARKAN LOKASI
LOKASI PENYEBAB TINDAKAN

JALAN Eksogen : Heimlick manuveur,


NAPAS Makanan, mainan, abdominal thrust, back blow
gigi palsu (pada bayi)
ATAS

JALAN Endogen : - Atur posisi /miringkan


NAPAS - Lendir, sputum, - Sapuan jari, suction, magyl
muntah forceps, OPA
BAWAH - Bronkospasme - Bronkodilator
- Edema laring - Anti edema/Kortikosteroid
- Oksigen
- Intubasi, trakeostomi
2. BERDASARKAN DERAJAT SUMBATAN
Derajat Tanda dan Gejala Tindakan
PARSIAL • Kesulitan bernapas • Suruh pasien batuk
• Retraksi suprasternal • Teknik Heimlick Manuveur,
• Kesulitan bicara Abnominal thrust, back
• Masih terdengar suara blow
napas
• Gelisah
• Stridor

TOTAL • Tidak ada suara napas • Suction


• Retraksi interkostal • Pengambilan benda asing
• Kesulitan bernapas dengan magil forceps
• Tidak dapat bicara/batuk • Intubasi
• Wajah pucat dan
sianotik
• Trakeostomi
• Tangan memegang leher
DEVICE FLOW RATE DELIVERY O2
Nasal canula 1 L/min 21% - 24%
2 L/min 25% - 28%
3 L/min 29% - 32%
4 L/min 33% - 36%
5 L/min 37% - 40%
6 L/min 41% - 44%

ACLS
Simple oxygen face mask 6-10 L/min 35% - 60%
Face mask w/ O2 reservoir 6 L/min 60%
(nonrebreathing mask) 7 L/min 70%
8 L/min 80%
9 L/min 90%
10-15 L/min 95% - 100%
Ventury mask 4-8 L/min 24% - 35%
10-12 L/min 40% - 50%
Metode Pemberian Oksigen

Nasal cannula Simple mask

Rebreathing Mask Non Rebreathing Mask


Masker Venturi

 Sungkup venturi terdiri dari sungkup muka dan mixing jet.


 Oksigen yang diberikan dapat diatur berkisar 24 %,35% dan 40% dengan kecepatan
aliran 4-8 L per menit dan 45-50% dengan kecepatan 10-12 liter permenit
PEMBERIAN BANTUAN VENTILASI TEKANAN POSITIF

Indikasi :
1. Henti Napas
2. Napas spontan tidak adekuat
3. Menurunkan kerja pernapasan
dengan Hipoksemia akibat
ventilasi spontan yang tidak
adekuat
Teknik merapatkan masker dengan 2 tangan
dan teknik alternatif
Pemantauan dan Suplementasi Oksigen

Pulse oximetry
Interpretation Intervention
reading

Desired range
O2 4 l/min – nasal canule
95% - 100%

Mild-moderate
Face mask
90% - <95% hypoxia

Face mask w/ O2 reservoir


85% - <90% Moderate-severe
 assisted ventilation
hypoxia

<85% Severe to life-


Assisted
ACLS ventilation
threatening hypoxia
VENTILASI MEKANIK

• Tidak mengatasi penyebab  hanya support untuk


ventilasi dan oksigenisasi yang adekuat
• Komplikasi tinggi  mempercepat pasien keluar dari
mesin napas  weaning sejak awal
MODE VENTILATOR MEKANIK
1. CMV (controlled mandatory ventilation)
2. Assist/Control Mode
3. SIMV (Synchronized Intermittent Mandatory
Ventilation)

Tambahan:
• PEEP (Positive End Expiratory Pressure)
• Pressure/Volume Support
Komplikasi Ventilasi Mekanik
1. Pasien dapat menarik (self ekstubasi)
2. Jalan napas : sinusitis, stenosis laring, spasme,
edema laring saat ekstubasi, kelemahan pita suara
3. Aspirasi
4. Barotrauma/volutrauma  Terputusnya hubungan
pasien – ventilator  copot, mati listrik
5. Peningkatan sekret  fisioterapi dada, suction
6. Infeksi  ketiadaan pertahanan tubuh normal,
gangguan nutrisi, dehidrasi, aspirasi
7. Penurunan cardiac output
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai