Anda di halaman 1dari 6

Pendahuluan

HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien rentan


terhadap serangan infeksi oportunistik. Antiretroviral (ARV) bisa diberikan pada pasien
untuk menghentikan aktivitas virus, memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya
infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup dan menurunkan kecacatan. ARV tidak
menyembuhkan pasien HIV namun bisa memperbaiki kualitas hidup dan
memperpanjang usia harapan hidup penderita HIV/AIDS. Obat ARV terdiri atas
beberapa golongan seperti nukleosida reverse tranciptase inhibitor, non-nucleoside
reverse transcriptase inhibitor, dan inhibitor protease.

Untuk memulai anti retroviral therapy (ART), ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh penderita. Adapun syarat ini harus dipenuhi untuk mencegah putus obat
dan menjamin efektifitas pengo

batan antara lain adalah infeksi HIV telah dikonfirmasi dengan hasil tes (positif)
yang tercatat, memiliki indikasi medis, dan tidak memulai ART jika tidak memenuhi
indikasi klinis, mengulangi pemeriksaan CD4 dalam 4 bulan jika memungkinkan, pasien
yang memenuhi kriteria dapat memulai dipelayanan kesehatan, jika infeksi oportunistik
telah diobati dan sudah stabil, maka pasien telah siap untuk pengobatan ART, adanya tim
medis AIDS yang mampu memberikan perawatan kronis dan menjamin persediaan obat
yang cukup.

Definisi

ARV merupakan obat yg digunakan pasien dgn tes HIV positif . Terapi
antiretroviral (ART) berarti mengobati infeksi HIV dengan beberapa obat. Karena HIV
adalah retrovirus, obat ini biasa disebut sebagai obat antiretroviral (ARV). ARV tidak
membunuh virus itu. Namun, ART dapat melambatkan pertumbuhan virus. Waktu
pertumbuhan virus dilambatkan, begitu juga penyakit HIV.

Tujuan Pengobatan ARV :

1. Mengurangi morbiditas dan mortalitas terkait HIV/AIDS.

2. Memperbaiki mutu hidup.


3. Memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan.

4. Mencegah penularan HIV dari ibu ke anak.

5. Menurunkan biaya perawatan dan Menurunkan kemiskinan.

6. Menghentikan replikasi HIV

7. Memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadinya infeksi opoturnistik.

8. Memperbaiki kualitas hidup

9. Menurunkan morbiditas dan moralitas karena infeksi HIV.

Manfaat ARV

1. Menekan replikasi virus sedini mungkin dalam waktu lama.

2. Perbaikan fungsi immun.

3. Hidup bebas dari penyakit untuk waktu lama.

4. Resiko resistensi obat rendah dgn penekan virus sempurna.

5. Menurunnya kemungkinan resiko transmisi virus.

CARA KERJA ARV

Obat-obatan ARV yang beredar saat ini sebagian besar bekerja berdasarkan siklus
replikasi HIV, sementara obat-obat baru lainnya masih dalam penelitian. Jenis obat-obat
ARV mempunyai target yang berbeda pada siklus replikasi HIV yaitu:

 Entry (saat masuk). HIV harus masuk kedalam sel T untuk dapat memulai
kerjanya yang merusak. HIV mula-mula melekatkan diri pada sel, kemudian
menyatukan memembran luarnya dengan membran luar sel. Enzim reverse
transcriptase dapat dihalangi oleh obat AZT, ddC, 3TC, dan D4T, enzim
intregrase mungkin dihalangi oleh obat yang sekarang sedang dikembangkan,
enzim protease mungkin dapat dihalangi oleh obat Saquinavir, Ritonivir, dan
Indinivir.
 Early replication. Sifat HIV adalah mengambil alih mesin genetik sel T. Setelah
bergabung dengan sebuah sel, HIV menaburkan bahan-bahan genetiknya kedalam
sel. Disini HIV mengalami masalah dengan kode genetiknya yang tertulis dalam
bentuk yang disebut RNA, sedangkan pada manusia kode genetik tertulis dalam
DNA. Untuk mengatasi masalah ini HIV membuat enzim reverse transcriptase
(RT) yang menyalin RNA-nya kedalam DNA. Obat Nucleose RT inhibitors
(Nukes)menyebabkan terbentuknya enzim reverse transcriptase yang cacat.
Golongan non-nucleoside RT inhibitors memiliki kemampuan untuk mengikat
enzim reverse transcriptase sehingga membuat enzim tersebut menjadi tidak
berfungsi.
 Late replication. HIV harus menggunting sel DNA untuk kemudian memasukkan
DNAnya sendiri kedalam guntingan tersebut dan menyambung kembali helaian
DNA tersebut. Alat penyambung itu adalah enzim intregrase maka obat integrase
inhibitors diperlukan untuk menghalangi penyambungan ini.
 Assembly (perakitan atau penyatuan). Begitu HIV mengambil alih bahan-bahan
genetik sel, maka sel akan diatur untuk membuat berbagai potongan sebagai
bahan untuk membuat virus baru. Potongan ini harus dipotong dalam ukuran yang
benar yang dilakukan enzim protease HIV, maka pada fase ini, obat jenis
Protease inhibitors diperlukan untuk menghalangi terjadinya penyambungan ini.

Pasien harus memahami tujuan pemberian ARV, antara lain:

 ARV tidak menyembuhkan


 Selama pengobatan ARV, virus masih dapat ditularkan atau didapat sehingga
perlu diterapkan safe sex dan safe injection.
 Pengobatan seumur hidup

Jangan memulai ARV jika:

 Pasien tidak memiliki motivasi


 Tahap konseling intensif
 Pengobatan tidak dapat dilanjutkan
 Asimtomatik dan tidak ada informasi tentang hitung CD4
 Tidak dapat memonitor secara biologis
 Tidak ada akses terhadap diagnosis dan pengobatan IO (Infeksi Oportunistik).
Jenis – jenis Obat - obatan ARV

Obat ARV terdiri atas beberapa golongan antara lain nucleoside reverse
transcriptase inhibitors, non – nucleoside reverse transcriptase inhibitors, protease
inhibitor dan fussion inhibitor.
1. Nucleoside atau nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
Obat ini dikenal sebagai analog nukleosida yang menghambat proses perubahan
RNA virus menjadi DNA ( proses ini dilakukan oleh virus HIV agar bisa
bereplikasi).
Contoh dari obat ARV yang termasuk dalam golongan ini:
Nama Generik : Zidovudine
Nama Dagang : Retrovir
Nama lain : AZT ,ZCV
2. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NtRTI).Yang termasuk golongan ini
adalah Tenofovir (TDF)
3. Nonnucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI).Golongan ini juga berkeja
dengan menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA dengan cara mengikat
reverse transcriptase sehingga tidak berfungsi. Yang termasuk golongan NNRTI
adalah :
Nama generik : nevirapin
Nama dagang : viramune
Nama lain : NVP BI-RG-587
4. Protease inhibitor (PI,menghalangi kerja enzim protease yang berfungsi
memotong DNA yang dibentuk oleh virus dengan ukuran yang benar untuk
memproduksi virus baru, contoh obat golongan ini adalah indinavir (IDV),
ritonavir (RTV) dan amprenavir (APV).
5. Fusion inhibitor. Yang termasuk golongan ini adalah enfuvirtide (T-20)

Cara memilih obat


1. Pertimbangan dalam memilih obat adalah hasil pemeriksaan CD4, viral load dan
kemampuan pasien mengingat penggunaan obatnya. Pertimbangan yang baik adalah
memilih obat berdasarkan jadwal kerja dan pola hidup.
2. Kebanyakan orang lebih mudah mengingat obat yang diminum sewaktu makan

Efek samping obat


1. Efek samping jangka pendek adalah: mual, muntah, diare, sakit kepala, lesu dan susah
tidur. Efek samping ini berbeda-beda pada setiap orang, jarang pasien mengalami
semua efek samping tersebut. Efek samping jangka pendek terjadi segera setelah
minum obat dan berkurang setelah beberap minggu. Selama beberapa minggu
penggunaan ARV, diperbolehkan minum obat lain untuk mengurangi efek samping.
2. Efek samping jangka panjang ARV belum banyak diketahui
3. Efek samping pada wanita: efek samping pada wanita lebih berat dari pada pada laki-
laki, salah satu cara mengatasinya adalah dengan menggunakan dosis yang lebih
kecil. Beberapa wanita melaporkan menstruasinya lebih berat dan sakit, atau lebih
panjang dari biasanya,namun ada juga wanita yang berhenti sama sekali
menstruasinya. Mekanisme ini belum diketahui secara jelas.

Peran Perawat dalam Pemberian ARV


Penggunaan obat ARV Kombinasi
1. Manfaat penggunaan obat dalam bentuk kombinasi adalah:
a. Memperoleh khasiat yang lebih lama untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya resistensi
b. Meningkatkan efektifitas dan lebih menekan aktivitas virus. Bila timbul efek
samping, bisa diganti obat lainnya dan bila virus mulai resisten terhadap obat yang
sedang digunakan, bisa memakai kombinasi lain.

2. Efektivitas obat ARV kombinasi:


a. ARV kombinasi lebih efektif karena mempunyai khasiat ARV yang lebih tinggi
dan menurunkan viral load lebih tinggi dibanding penggunaan satu jenis obat saja.
b. Kemungkinan terjadinya resistensi virus kecil, akan tetapi bila pasien lupa
minum obat dapat menimbulkan terjadinya resistensi.
c. Kombinasi menyebabkan dosis masing-masing obat lebih kecil, sehingga
kemungkinan efek samping lebih kecil.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.


Jakarta : Salemba Medika

Arif Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapiuus.

http://ners.unair.ac.id/materikuliah/BUKU-AIDS-2007.pdf

http://www.scribd.com/archive/plans?doc=54784592

Anda mungkin juga menyukai