Anda di halaman 1dari 144

LAPORAN TUGAS AKHIR

METODE STUDI LITERATUR

PENERAPAN REFLEKSI KAKI UNTUK PENCEGAHAN


RISIKO PERFUSI PERIFER TIDAK EFEKTIF
PADA PENDERITA HIPERTENSI
TAHUN 2020

PUTRI KARTIKA CHANDRA


PO.71.20.3.17.051

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2020
LAPORAN TUGAS AKHIR
METODE STUDI LITERATUR

PENERAPAN REFLEKSI KAKI UNTUK PENCEGAHAN


RISIKO PERFUSI PERIFER TIDAK EFEKTIF
PADA PENDERITA HIPERTENSI
TAHUN 2020

Disusun untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)


Pada Program Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang

PUTRI KARTIKA CHANDRA


PO.71.20.3.17.051

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2020
PERNYATAAN PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR
STUDI LITERATUR

Judul LTA : Penerapan Refleksi Kaki Untuk Pencegahan Risiko


Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Penderita Hipertensi
Tahun 2020.
Nama Mahasiswa : Putri Kartika Chandra

Nim : PO.71.20.3.17.051

Pembimbing : 1. Nadi Aprilyadi. S. Sos., M.Kes

2. H.Jhon Feri, S.Kep., Ns., M.Kes

Laporan Tugas Akhir ini telah diterima dan disetujui untuk diajukan dan
diseminarkan dalam ujian siding LTA Studi Literatur secara daring oleh Program
Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang Tahun
Akademik 2019/2020.
Lubuklinggau, 14 Mei 20120

Pembimbing I Pembimbing II

Nadi Aprilyadi, S. Sos., M.Kes H.Jhon Feri, S.Kep., Ns., M.Kes


NIP. 19770422 1995031 001 NIP. 19760509 1995021 001

iii
PANITIA SIDANG LTA STUDI LITERATUR
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG

Lubuklinggau, 14 Mei 2020


Tim Penguji
Ketua

Nadi Aprilyadi, S.Sos., M.Kes.


NIP. 19770422 1995031 001

Penguji I

Ridwan, S.Pd., SKM., M.Kes


NIP. 196305301994031001

Penguji II

Ns. Rumentalia, S.Kep,. M.Kep


NIP. 197707142002122004

iv
HALAMAN PENGESAHAN

LTA Studi Literatur ini diajukan oleh :


Nama Mahasiswa : Putri Kartika Chandra
NIM : PO.71.20.3.17.051
Jurusan : Prodi Keperawatan Lubuklinggau
Judul :Penerapan Refleksi Kaki Untuk Pencegahan
Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada
Penderita Hipertensi Tahun 2020.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan (Amd.Kep) pada Program Studi Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang. Pada tanggal 14 Mei 2020, dan dinyatakan
Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Nadi Aprilyadi, S.Sos., M.Kes. ( )

Pembimbing II : H. Jhon Feri, S.Kep., Ns., M.Kes. ( )

Penguji I : Ridwan, S.Pd., SKM., M.Kes. ( )

Penguji II : Ns. Rumentalia, S.Kep,. M.Kep. ( )

Ditetapkan : Lubuklinggau
Pada tanggal : 14 Mei 2020

v
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya menyatakan sesungguhnya bahwa LTA Studi Literatur dengan judul :

“PENERAPAN REFLEKSI KAKI UNTUK PENCEGAHAN


RISIKO PERFUSI PERIFER TIDAK EFEKTIF
PADA PENDERITA HIPERTENSI
TAHUN 2020”

Yang dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ahli Madya


Keperawatan pada Program Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes
Kemenkes Palembang, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau
duplikasi dari LTA yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk
mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan di lingkungan Prodi D-3
Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang maupun di
Perguruan Tinggi atau Instansi manapun. Apabila ternyata dikemudian hari
penulisan LTA ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang
lain, maka saya bersedia mempertanggunng jawabkan sekaligus bersedia
menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Prodi D-3 Keperawatan
Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang.

Lubuklinggau, 14 Mei 2020


Yang menyatakan

Putri Kartika Chandra


PO.71.20.3.17.051

vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
LAPORAN TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Poltekkes Kemenkes Palembang, saya yang bertanda


tangan dibawah ini :

Nama : Putri Kartika Chandra


NIM : PO.71.20.3.17.051
Program Studi : Keperawatan Lubuklinggau
Jurusan : D3 Keperawatan Lubuklinggau

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Poltekkes Kemenkes Palembang Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-
Exclusive Royalti Free Right) atas Laporan Tugas Akhir saya yang berjudul :

“PENERAPAN REFLEKSI KAKI UNTUK PENCEGAHAN RISIKO


PERFUSI PERIFER TIDAK EFEKTIF PADA PENDERITA HIPERTENSI
TAHUN 2020”

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Nonekslusif ini Poltekkes Kemenkes Palembang berhak menyimpan, mengalih
media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat,
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Lubuklinggau
Pada : 14 Mei 2020
Yang menyatakan

(Putri Kartika Chandra)


NIM.PO.71.20.3.17.051

vii
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

STUDI LITERATUR, 14 MEI 2020

Putri Kartika Chandra

Penerapan Refleksi Kaki Untuk Pencegahan Risiko Perfusi Perifer Tidak


Efektif Pada Penderita Hipertensi Tahun 2020

xix + 111 Halaman, 3 tabel, 3 bagan, 3 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang : Hipertensi merupakan gangguan sistem pembuluh darah yang


menyebabkan kenaikan tekanan darah dalam arteri di atas normal. Hipertensi yang
tidak terkontrol dapat menimbulkan risiko penurunan sirkulasi darah pada level
kapiler yang mengganggu metabolisme tubuh. Gejala tanda mayor maupun minor
diantaranya pengisian kapiler > 3 detik, nadi perifer menurun, akral teraba dingin,
warna kulit pucat, turgor kulit menurun, parastesia (kesemutan), dan edema. Salah
satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko perfusi
perifer tidak efektif yaitu dengan melakukan pijat refleksi kaki. Rangsangan pijat
refleksi kaki untuk memancarkan gelombang-gelombang relaksasi ke seluruh
tubuh. Sehingga meminimalkan penurunan tekanan darah dan mencegah
terjadinya risiko perfusi perifer tidak efektif akibat hipertensi. Tujuan : diberikan
pijat refleksi kaki merupakan intervensi yang diharapkan membantu penderita
hipertensi untuk mencegah terjadinya risiko perfusi perifer tidak efektif. Metode :
menggunakan studi literatur berdasarkan referensi yang relevan dari judul terkait.
Sumber datanya berdasarkan jurnal ter update yang dibatasi penerbitan jurnalnya
dari tahun 2015-2020. Hasil : berdasarkan 5 jurnal yang telah di review
pemberian pijat refleksi kaki untuk mencegah terjadinya risiko perfusi perifer
tidak efektif dengan ditandai turunnya tekanan darah maka risiko tersebut tidak
akan terjadi.
Kata Kunci : Hipertensi, Pijat Refleksi kaki, Risiko perfusi perifer tidak efektif
Daftar Pustaka : 25 (2011-2020)

viii
MINISTRY OF HEALTH, REPUBLIC OF INDONESIA
POLYTECHNIC OF HEALTH, MINISTRY OF HEALTH, PALEMBANG
LUBUKLINGGAU NURSING STUDY PROGRAM

LITERATURE STUDY, 14 MAY 2020

Putri Kartika Chandra

Application of Foot Reflection for the Prevention of Risk of Peripheral


Perfusion Not Effective in Hypertension Patients in 2020

xix + 111 Pages, 3 Tables, 3 Charts, 3 Attachments

ABSTRACT

Background : Hypertension is a disorder of the blood vessel system that causes


an increase in blood pressure in the arteries above normal. Uncontrolled
hypertension can pose a risk of decreasing blood circulation at capillary levels
which disturbs the body's metabolism. Symptoms of major and minor signs
include capillary filling> 3 seconds, decreased peripheral pulse, acral palpable
cold, pale skin color, decreased skin turgor, paresthesias (tingling), and edema.
One nursing action that can be did to overcame the risk of ineffective peripheral
perfusion was by performing foot reflexology massage. Stimulation of foot
reflexology to emit waves of relaxation throughout the body. Thus minimizing the
decrease in blood pressure and preventing the risk of peripheral perfusion not
being effective due to hypertension. Purpose : given reflexology foot massage is
an intervention expected to helped sufferers of hypertension to prevent the risk of
ineffective peripheral perfusion. Method : use literature riview study based on
relevant references from related titles. The data source was based on an updated
journal which is restricted from publishing journals from 2015-2020. Results :
Based on 5 journals that have been reviewed for giving foot reflexology to prevent
the risk of peripheral perfusion didnt effective with a marked decrease in blood
pressure, this risk will didnt occur.
Keywords : Hypertension, Foot Reflexology, Risk of ineffective peripheral
perfusion.
Reference : 25 (2011-2020)

ix
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

 “Senyum ku adalah obat mu”


 “Hidup ini singkat jadi buatlah semanis mungkin”

PERSEMBAHAN :

Dengan Mengucapkan Syukur Alhamdulilah LTA ini Ku Persembahkan

KEPADA :

 ALLAH SWT yang senantiasa mencurahkan rahmatnya kepada hamba


sehingga studi literature ini dapat diselesaikan.
 Bapak (Darmin) dan Mamak (Rojanah) yang selalu mendoakan disetiap
sholatnya yang memberikan dukungan disaat susah maupun senang serta
memberikan kasih saying tanpa henti-hentinya dalam proses penyelesaian
studi literatur ini.
 Terima kasih untuk kedua kakak ku, Frida Nurmala & Bintoro Nugroho ikut
berjuang baik moril dan material serta penyemangat dalam proses
penyelesaian studi literatur ini.
 Dosen pembimbing LTA Bapak Nadi Aprilyadi, S .Sos., M.Kes dan Bapak
H. Jhon Feri, S.Kep., Ns., M.Kes terima kasih telah senantiasa memberikan
kritik maupun saran dalam proses penyelesaian studi literatur ini.
 Dosen penguji LTA Bapak Ns. Sapondra Wijaya M.Kep dan Ibu Ns. Indah
Dewi Ridawati M.Kep terima kasih telah bersabar dalam memberikan ilmu
dan pelajaran serta jasa yang telah diberikan, semoga dibalas oleh ALLAH
SWT.
 Dosen pembimbing akademik Ibu Ns.Eva Oktaviani, M.Kep., Sp., Kep.An
terima kasih banyak telah membimbing selama 3 tahun ini.
 Terima kasih teman sekamarku (Pipit Room) : Annisa Dhea Octaviana,
Devva Alen Febria, Etik Supartini, Fitriani, Juliyanti Fransiska, Meta
Fransiska, Putri Kartika Chandra, Putri Wulansari, Rismawati, Sinta Ananda
yang menemaniku disaat susah maupun senang.

x
 Terima kasih sahabat ciwiku : Julita Indah Sari, Sukma Yuli Ariyanti, Meiliza
Eka Putri, Lian Oktarina, dan Riska Aryani yang memberikan semangat
disaat mulai lelah.
 Terima kasih teman seperjuanganku : Isnaeni, Etik Supartini, dan Shinta
Oktaviani yang menemaniku disaat susah maupun senang.
 Terima kasih teman hidupku : M. Alief Annanta yang senantiasa ada disaat
susah maupun senang dan selalu memberikan semanagat tiada akhir.
 Terima kasih kakak tingkatku : Eka yuliani & Shinta Yuli Astuti
 Terima kasih adik-adik tingkatku : Feno Suci Wulandari, Nabila Putri Soleha,
dan Wanda Permatasari.

xi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri :
Nama : Putri Kartika Chandra
Tempat Tanggal Lahir : Cirebon, 11 Maret 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Dusun III Desa Ngadirejo, Kecamatan Tugumulyo
Kabupaten Musi Rawas

Keluarga :
Ayah : Darmin
Ibu : Rojanah
Saudara : 1. Frida Nurmala
2. Bintoro Nugroho

Riwayat Pendidikan :
Tahun 2004 – 2005 : TK Xaverius Mataram
Tahun 2005 – 2011 : SD Negeri Ngadirejo
Tahun 2011 – 2014 : SMP Negeri L.Sidoharjo
Tahun 2014 – 2017 : SMA Negeri Tugumulyo
Tahun 2017 – 2020 : Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan
LubukLinggau

xii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr, Wb.

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tuags Akhir

(LTA) ini. Penulisan LTA ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi Keperawatan

Lubuklinggau Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Palembang. Laporan

Tugas Akhir terwujud atas bimbingan dan pengarahan dari Bapak Nadi Aprilyadi,

S. Sos., M.Kes selaku pembimbing utama dan Bapak H. Jhon Feri, S.Kep., Ns.,

M.Kes selalu pembimbing pendamping serta bantuan dari berbagai pihak yang

tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis pada kesempatan ini

menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Muhamad Taswin, S. Si Apt., MM., M.Kes selaku Direktur Poltekkes

Kemenkes Palembang.

2. Ibu Devi Mediarti, S. Pd., S.Kep., M.Kes selalu Ketua Jurusan Keperawatan

Palembang.

3. Bapak H. Jhon Feri, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Lubuklinggau yang telah memberikan dukungan dan bimbingan

selama mengikuti pendidikan di Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi

Keperawatan Lubuklinggau.

4. Ibu Ns. Eva Oktaviani, M.Kep., Sp., Kep.An selaku Dosen Pembimbing

Akademik terima kasih banyak atas bimbingan selama 3 tahun ini.

5. Bapak/Ibu Dosen dan staf Prodi Keperawatan Lubuklinggau yang telah

memberikan bimbingan, serta pengarahan dengan penuh perhatian dan

kesabaran berhubungan dengan proses perkuliahannya.

xiii
6. Kedua orangtua saya yang tiada henti nya selalu mendoakan saya dan selalu

member semangat sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir Studi

Literatur.

7. Bapak Ns.Sapondra Wijaya, M.Kep selaku Penguji I terima kasih telah

memberikan arahan dan bimbingan selama menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir Studi Literatur.

8. Ibu Ns.Indah Dewi Ridawati, M.Kep selaku Penguji II terima kasih telah

memberikan masukan dan arahan selama menyelesaikan Laporan Tugas Akhir

Studi Literatur.

xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.…………………………………………………………...i
HALAMAN JUDUL………………………………………………………...........ii
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN ………………………………………..…....iii
LEMBAR PANITIA SIDANG …………………………………………………..iv
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………v
HALAMAN KEASLIAN PENULISAN ………………………………………...vi
HALAMAN PUBLIKASI ………………………………………………………vii
ABSTRAK…...………………………………………………………….………viii
ABSTRACTS……………………………………………………………………..ix
MOTO DAN PERSEMBAHAN………………………………………………......x
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………………..xii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..xiii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvii
DAFTAR BAGAN…………………………………………………………….xviii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….xix
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................ 5
2.1 Konsep Hipertensi ........................................................................................ 5
2.1.1 Definisi Hipertensi ............................................................................ 5
2.1.2 Etiologi .............................................................................................. 5
2.1.3 Manifestasi Klinis ............................................................................. 6
2.1.4 Klasifikasi ......................................................................................... 7
2.1.5 Patofisiologi ...................................................................................... 7
2.1.6 WOC ................................................................................................ 10
2.1.7 Komplikasi ...................................................................................... 11
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 12
2.1.9 Penatalaksanaan .............................................................................. 12
2.2 Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif ....................................................... 16
2.2.1 Definisi............................................................................................. 16
2.2.2 Etiologi ............................................................................................ 16
2.2.3 Faktor Resiko .................................................................................. 17
2.2.4 Kondisi Klinis Terkait ..................................................................... 17
2.3. Konsep Refleksi Kaki ............................................................................. 17

xv
2.3.1 Definisi Refleksi Kaki ..................................................................... 17
2.3.2 Manfaat Terapi Pijat Refleksi Kaki ................................................. 18
2.3.3 Prosedure Refleksi Kaki .................................................................. 19
2.3.4 Prinsip Dasar Refleksi Kaki ............................................................. 21
2.3.5 Gambar Titik-titik Refleksi .............................................................. 22
2.4 Kerangka Konsep .................................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 25
3.1 Rancangan Penelitian ............................................................................. 25
3.2 Variable Penelitian ................................................................................. 25
3.3 Kriteria Literatur Yang Digunakan ........................................................ 25
3.4 Sumber Artikel ....................................................................................... 26
3.5 Langkah Studi Literature ........................................................................ 26
3.6. Analisa Data dan Penyajian Hasil Penelitian ......................................... 27
3.7 Etika Penelitian ...................................................................................... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 29
4.1 Hasil Penelitian.......................................................................................... 29
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 41
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 41
5.2 Saran ............................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xvi
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Klasifikasi Hipertensi…………………………………..……………...11

Tabel 3.1 Analisa Data Dan Penyajian Hasil Penelitian………….……………...29

Tabel 4.1 Review Literatur……………………..………………………………..36

xvii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Web of coution (WOC)………………………………………………11


Bagan 2.2 Kerangka Konsep……………………………………………………..25
Bagan 3.1 Variabel Penelitian……………………………………………………26

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi Studi Literatur


Lampiran 2 Lembar Jadwal Kegiatan
Lampiran 3 Artikel Full Teks

xix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau yang dikenal dengan nama penyakit darah tinggi

adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diatas

ambang batas normal yaitu 120/80 mmHg. Menurut WHO (Word Health

Organization) batas tekanan darah yang dianggap normal adalah 140/90

mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan

hipertensi (WHO 2018).

Hipertensi disebabkan oleh faktor genetik, usia, jenis kelamin, dan

pola hidup yang tidak sehat. Lansia dengan hipertensi memiliki risiko

besar terhadap penyakit kardiovaskuler bahkan risiko kematian. Masalah

yang sering muncul pada hipertensi antara lain nyeri, gangguan pola tidur,

intoleransi aktivitas, kecemasan, risiko perfusi jaringan miokard tidak

efektif , dan risiko penurunan curah jantung.

Hipertensi dapat berakibat jangka panjang terhadap kesehatan pada

lansia. Dampak dari penyakit hipertensi adalah kerusakan ginjal, serangan

jantung, stroke, glaukoma, disfungsi ereksi, dan demensia. Dampak dari

hipertensi apabila tidak dikontrol dengan baik, dapat menimbulkan

kerusakan organ tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Kerusakan organ yang paling umum ditemui yaitu jantung, yang bisa

menyebabkan stroke, angina atau infark miokard, dan penyakit ginjal

kronis.

1
2

Masalah keperawatan yang dapat muncul pada pasien hipertensi

yaitu risiko perfusi perifer tidak efektif. Risiko perfusi perifer tidak efektif

adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko

mengalami suatu penurunan sirkulasi darah ke perifer yang dapat

mengganggu kesehatan (Herdman, T.H dan Kamitsuru, 2018).

Menurut SDKI 2016 tanda dan gejala mayor maupun minor dari

risiko perfusi perifer tidak efektif antara lain pengisian kapiler > 3 detik,

nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, warna kulit

pucat, turgor kulit menurun, parastesia, dan edema (SDKI,2016).

Berdasarkan analisa diatas masalah dalam penelitian ini yaitu

meningkatnya angka kejadian hipertensi setiap tahunnya di Indonesia yang

menyebabkan penderita mengalami risiko perfusi perifer tidak efektif.

Penatalaksanaan nonfarmakologis adalah dengan pijat refleksi kaki. Dari

penjelasan tersebut penulis tertarik untu memberikan gambaran

implementasi keperawatan pada penderita hipertensi dengan menggunakan

refleksi kaki. Implementasi ini bertujuan untuk mengatasi risiko perfusi

perifer tidak efektif.

1.2 Rumusan Masalah

”Bagaimana gambaran hasil penerapan refleksi kaki untuk

mencegah terjadinya risiko perfusi perifer tidak efektif pada penderita

hipertensi.”
3

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh gambaran hasil imlementasi penerapan refleksi

kaki untuk mencegah terjadinya risiko perfusi perifer tidak efektif pada

penderita hipertensi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi penelitian dari penerapan refleksi kaki

untuk mencegah terjadinya risiko perfusi perifer tidak efektif.

b. Untuk menganalisis hasil penelitian terdahulu dari penerapan

refleksi kaki untuk mencegah terjadinya risiko perfusi perifer tidak

efektif.

c. Untuk merumuskan rekomendasi hasil penelitian terdahulu tentang

penerapan refleksi kaki untuk mencegah terjadinya risiko perfusi

perifer tidak efektif.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan pengetahuan

masyarakat tentang tanda dan gejala penyakit hipertensi dan

manfaat dari pemberian penerapan refleksi kaki untuk mencegah

terjadinya risiko perfusi perifer tidak efektif.

b. Sebagai evidence base nursing dari implementasi penerapan

refleksi kaki untuk mencegah terjadinya risiko perfusi perifer

tidak efektif.
4

c. Sebagai data dasar bagi pengembangan studi atau penelitian yang

mengembangkan metode komplementer penerapan refleksi kaki

untuk mencegah terjadinya risiko perfusi perifer tidak efektif.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipertensi

Tekanan darah yaitu tekanan dari darah yang dipompa oleh

jantung terhadap dinding arteri. Tekanan darah merupakan kekuatan

pendorong bagi darah agar dapat diedarkan keseluruh tubuh untuk

memberikan darah yang mengandung oksigen dan nutrisi ke organ-

organ tubuh lainnya ( Manembu, 2015 ).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan

tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali

pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan oleh beberapa faktor

risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam

mempertahankan tekanan darah secara normal. Hipertensi juga

berkaitan dengan kenaikan tekanan sistolik atau tekanan diastolik atau

tekanan keduanya. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan

darah tinggi dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan

tekanan diastolic diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi

didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan

diastolik 90 mmHg (Wijaya & Putri, 2013).

2.1.2 Etiologi

Penyebab hipertensi tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi

hipertensi ini disebabkan oleh faktor primer yang diketahui yaitu

seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stres akut, dan

5
6

kerusakan vaskuler. Risiko relatif hipertensi tergantung pada

jumlah dan keparahan dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan

yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor-faktor yang tidak dapat

dimodifikasi yaitu faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis.

Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi melipusi stres, obesitas dan

nutrisi (Anggraini, 2017).

2.1.3 Manifestasi Klinis

Pada pemeriksaan fisik, individu yang menderita hipertensi

kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Tetapi dapat

juga ditemukan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan

cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema

pupil (edema pada diskus optikus). Gejala lainnya menujukan adanya

kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai organ yang

divaskularisasi oleh pembuluh darah yang bersangkutan. Perubahan

patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia

(peningkatan urinasi pada malam har).

Crowin (2017) mwnyebutkan bahwa sebagian besar gejala

klinis timbul sebagai berikut:

1. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan

muntah, akibat peningkatan darah intrakranial.

2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.

3. Ayunan langkah yang tidak menetap karena kerusakan susunan

saraf pusat.
7

4. Nokturia karena disebabkan peningkatan aliran darah ke ginjal

dan filtrasi glomerulus.

5. Edema atau pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

2.1.4 Klasifikasi

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Tekanan Darah pada Orang Dewasa


Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik Distolik
Normal < 120 mmHg < 80 mmHg
Pre Hipertensi 120 – 139 mmHg 80 – 89 mmHg
Stadium I 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium II > 160 mmHg > 100 mmHg
Sumber : Yekti & Ari,w.2016

Pada hipertensi stadium I, tekanan sistolik mencapai 140

mmHg atau lebih tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan

tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering

ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia,

hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah. Tekanan

sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik

terus meningkat sampai usia 55 – 60 tahun kemudian berkurang secara

perlahan atau bahkan menurun drastis (Yekti & Ari,w.2016).

2.1.5 Patofisiologi

Menurut Smeltzer & Bare, 2016. Penyebab mekanisme yang

mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak pada

pusat vasomotor di medulla otak. Dari pusat vasomotor ini bermula

jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan


8

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan

abdomen. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis

merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar

adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas

vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang

mengakibatkan vasokonstriksi. Korteks 16 adrenal mensekresi kortisol

dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor

pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan

aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin

merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah

menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada

gilirannya merangsang 16 sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,

menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. Sebagai pertimbangan

gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional pada

sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan

darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan

relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya

dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung


9

menyebabkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan

perifer.
10

2.1.6 WOC

Faktor presdiposisi : Jenis kelamin, usia,


merokok, setres, kurang olahraga, Hipertensi Perubahan situasi Informasi yang
genetik, alkohol, kopi, tembakau, minim
obat-obatan.
Kerusakan vaskuler
pembuluh darah MK : Defisit
Sistemik Pembuluh darah Pengetahuan

Perubahan struktur Vasokontraksi pembuluh


Vasokontriksi Ginjal
Iskemik miokard darah ginjal

Penyumbatan
Afterlood Blood flow menurun
Nyeri dada pembuluh darah
meningkat Mk : kelebihan
volume cairan Respon RAA
Fatigue Vasokontraksi
MK : Resiko
Edema Rangsangan
Penurunan
Aldostetron MK : Gangguan sirkulasi Aldostetron
curah jantung
Intoleransi
Aktivitas
Sumber : Smeltzer & Bare. Suplai O2 ke Resistensi pembuluh
Otak MK : Nyeri
2016 otak darah otak meningkat Akut
Retina
MK :Risiko Perfusi
MK : Gangguan
Perifer Tidak Spasme anterior
Efektif. Pola Tidur

MK : Resiko Cidera
11

2.1.7 Komplikasi

Menurut Palmer & Williams (2016) komplikasi akibat

hipertensi antara lain:

a. Gagal Jantung

Gagal jantung adalah istilah untuk suatu keadaan dimana

secara progresif jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh

tubuh secara efisien.

b. Angina

Angina adalah rasa tidak nyaman atau nyeri di dada.

c. Serangan Jantung

Serangan jantung atau disebut infark miokard karena terjadi

saat sebagian otot jantung mengalami infark atau mati.

d. Stroke

Tekanan darah tinggi akan menyebabkan dua jenis stroke,

yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.

e. Gagal Ginjal

Gagal ginjal kronik biasanya berakhir pada gagal ginjal

terminal. Keadaan ini bersifat fatal kecuali jika penderitanya

menjalani dialisis atau transplatasi ginjal.

f. Gangguan Sirkulasi

Gangguan sirkulasi akan merusak atau menyerang bagian

tungkai dan mata. Pada tungkai akan menyebabkan nyeri tungkai

dan kaki sehingga akan mejadikan sulit untuk berjalan. Sedangkan

pada mata dapat menyebabkan kebutaan atau retinopati.


12

Penyakit hipertensi dapat mengakibatkan penyempitan

arteri yang membawa darah dan oksigen ke otak, hal ini disebabkan

karena jaringan otak kekurangan oksigen ke otak, akibat

penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak dan

mengakibatkan kematian pada bagian otak yang kemudian dapat

menimbulkan stroke. Komplikasi lainnya pada penyakit hipertensi

yaitu rasa sakit ketika berjalan, kerusakan pada ginjal dan

kerusakan pada organ mata yang dapat mengakibatkan kebutaan

(Beevers, 2014).

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.

2. Pemeriksaan retina.

3. Pemeriksaan laboratorium.

Untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung.

4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

5. Urinalisa untuk mengetahui protenin dalam urin, darah, dan

glukosa.

6. Pemeriksaan :

Renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan

fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

7. Pemeriksaan Radiologi : Foto dada dan CT scan (Padila, 2013).

2.1.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah

morbilitas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang


13

berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah

dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi

meliputi :

1. Penatalaksanaan Farmakologi :

Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter

Ahli Hipertensi yaitu sebagai berikut :

a. Diuretik

Untuk mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume

ditubuh berkurang dan mengakibatkan daya pompa jantung

lebih ringan.

b. Metildopa, Klonidin dan Reserpin

Digunakan untuk menghambat aktivitas saraf simpatis.

c. Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)

Digunakan untuk menurunkan daya pompa jantung,

tidak dianjurkan pada gangguan pernapasan, pada penderita DM

obat ini dapat menutupi hipoglikemia.

d. Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)

Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi

otot polos pembuluh darah.

e. ACE Inhibilator (Captopril)

Menghambat pembentukan zat Angiotensin II dengan

efek samping batuk kering, pusing, sakit kepala, dan lemas.


14

f. Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)

Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptor

sehingga memperingan daya pompa jantung.

g. Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil)

Menghambat kontraksi jantung (Kontraktilitas).

2. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk

hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi

sedang dan berat. Terapi tanpa meliputi :

a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk menderita hipertensi adalah :

1). Restriksi atau mengurangi garam secara moderat dari 10

gr/hr menjadi 5 gr/hr

2). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.

3). Penurunan berat badan

4). Penurunan asupan etanol

5). Menghentikan merokok

6). Diet tinggi kalium

b. Latihan Fisik

Latihan fisik ataupun olahraga secara teratur dan terarah

yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang

mempunyai empat prinsip yaitu :

1) Macam-macam olahraga yaitu isotonis dan dinamis seperti

lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.


15

2) Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas

aerobic atau 72-87% dari denyut nadai maksimal dapat di

tentukan dengan rumus 200 – umur.

3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada pada

zona latihan.

4) Frekuensi latihan olahraga sebaiknya 3 x perminggu dan

paling baik 5 x perminggu.

c. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi

meliputi :

1) Teknik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk

menunjukan pada subjek tanda – tanda mengenai keadaan

tubuh yang secara sadar subjek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback digunakan untuk mengatasi gangguan

somatic seperti nyeri kepala dan migrain, dan juga untuk

gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

2) Teknik Relaksasi

Relaksasi merupakan suatu teknik atau respon prosedur

yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau

kecemasan dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar

membuat otot – otot dalam tubuh menjadi rileks.


16

3) Terapi Masase (Pijat)

Pada prinsipnya pijat yang dilakukan pada penderita

hipertensi untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh

sehingga gangguan hipertensi dan komplikasinya dapat

diminimalisir, ketika semua jalur energi terbuka dan aliran

energi tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot. (Wijaya &

Putri 2013).

2.2 Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif

2.2.1 Definisi

Pengurangan penurunan dalam sirkulasi darah ke perifer yang

bisa menyebabkan gangguan kesehatan/membahayakan kesehatan.

Secara umum perfusi perifer tidak efektif merupakan penurunan

sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat menggangu metabolisme

tubuh. (PPNI 2017).

2.2.2 Etiologi

1. Pengisian kapiler > 3 detik

2. Nadi perifer tidak menurun atau teraba

3. Akral teraba dingin

4. Warna kulit pucat

5. Turgor kulit menurun

6. Parastesia

7. Nyeri ekstremitas

8. Penyembuhan luka lambat


17

2.2.3 Faktor Risiko

1. Hiperglikemia.

2. Gaya hidup kurang gerak.

3. Hipertensi.

4. Merokok.

5. Prosedur endovaskuler.

6. Trauma.

7. Kurang terpapar informasi tentang fokus pemberat (mis : merokok,

gaya hidup kurang, obesitas, mobilitas).

2.2.4 Kondisi Klinis Terkait

1. Arterosklerosis.

2. Raynauds disease.

3. Thrombosis arteri.

4. Atritis rheumatoid.

5. Leriches syndrome.

6. Diabetes Mellitus.

7. Aneurisma.

2.3. Konsep Refleksi Kaki

2.3.1 Definisi Refleksi Kaki

Pijat refleksi adalah suatu praktik memijat titik-titik tertentu

pada tangan dan kaki. Manfaat pijat refleksi untuk kesehatan sudah

tidak perlu diragukan lagi. Salah satu khasiatnya yang paling popular

yaitu untuk mengurangi rasa sakit pada tubuh. Manfaat lainnya adalah

mencegah berbagai penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh,


18

membantu mengatasi stres, meringankan gejala migrain atau nyeri

kepala, membantu penyembuhan penyakit kronis, dan mengurangi

ketergantungan terhadap obat-obatan (Wahyuni, 2017).

Refleksi kaki merupakan pemberian energi yang dimasukkan

ke dalam tubuh melalui pemijatan untuk memperlancar peredaran

darah, melenturkan otot-otot, meningkatkan daya tahan tubuh,

relaksasi, meningkatkan kekuatan pikiran dan tubuh, menstabilkan

emosi, meningkatkan kualitas tidur, restrukturisasi tulang, otot, dan

organ, menyembuhkan cedera baru dan lama, meningkatkan

konsentrasi dan ingatan, meningkatkan rasa percaya diri dan harmoni

serta menurunkan rasa nyeri kepala akibat tekanan darah tinggi

(Pamungkas, 2016).

Pijat refleksi kaki adalah suatu teknik pemijatan di kedua kaki

pada berbagai titik refleksi di kaki, membelai lembut secara teratur

untuk meningkatkan relaksasi (Chalif & Khoiriah, 2016).

2.3.2 Manfaat Terapi Pijat Refleksi Kaki

Manfaat pijat refleksi kaki tidak perlu dikhawatirkan lagi.

Salah satu khasiatnya yang paling popular adalah untuk mengurangi

rasa sakit pada tubuh. Manfaat lainnya adalah mencegah berbagai

penyakit, meningkatkan stres, meringankan gejala migran, membantu

penyembuhan penyakit kronis, dan mengurangi ketergantungan obat-

obatan. (Wahyuni, 2017).


19

2.3.4 Prosedur Refleksi Kaki

Menurut Aslani 2016, pemijatan dilakukan dengan persiapan

terlebih dahulu yaitu sebagai berikut :

a. Menyediakan Tempat yang Nyaman

Pemijatan harus memperhatikan suhu ruangan yang tidak

terlalu panas dan tidak terlalu dinigin, penenrangan yang cukup,

dan lingkungan yang nyaman membuat rileks bagi tubuh.

b. Pelaksanaan

1. Fase Orientasi :

1) Mengucapkan Salam.

2) Memperkenalkan diri.

3) Kontrak Waktu.

4) Menjelaskan tujuan.

5) Menanyakan kesiapan pasien.

2. Fase Kerja

1) Mencuci tangan.

2) Oleskan minyak zaitun di telapak tangan.

3) Lakukan pemanasan terlebih dahulu.

4) Posisikan klien senyaman mungkin.

5) Ambil minyak zaitun secukupnya dan usapkan pada seluruh

telapak kaki.

6) Tekan titik atau zona refleksi kaki dengan jempol dari bawah

ke atas, ini merupakan titik daerah jantung.


20

7) Tekan titik atau zona terapi refleksi kaki dengan ujung

kepalan tangan.

8) Pada titik refleksi jari kaki bagian dalam tekan 3 titik bagian

jari jempol menggunakan ibu jari dan telunjuk, ini meupakan

titik daerah otak dan bagian leher.

9) Tekan titik bagian jari telunjuk kaki dengan menggunakan

ibu jari dan telunjuk, ini merupakan titik daerah sinus, telinga

bagian dalam dan mata.

10) Tekan titik bagian jari kelingkilg dengan menggunakan ibu

jari dan telunjuk, ini merupakan titik daerah bagian sinus dan

telinga bagian luar.

11) Pada titik refleksi jari bagian luar, pemijatan bisa dilakukan

dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk.

3. Fase Terminasi

1) Melakukan Evaluasi tindakan.

2) Membereskan Alat-alat.

3) Mencuci tangan.

4) Mendokumentasikan kegiatan.

c. Indikasi dan Kontra indikasi

Biasanya prosedur refleksi kaki dilakukan selama 20 -30

menit, dengan frekuensi 3-6 hari sekali untuk mencegah penyakit,

dan 2-3 hari sekali untuk mengatasi gangguan penyakit. Dan

kondisi telapak kaki pasien tidak dalam keadaan luka. Dalam

melakukan pemijatan, agar kulit tidak lecet pergunakanlah minyak.


21

Apabila orang yang dipijat tak kuat menahan rasa sakit, leih baik

jangan dipaksakan (Widyanigrum,H, 2017).

2.3.5 Prinsip Dasar Refleksi Kaki

1) Menekan

Kunci keberhasilan dari teknik ini adalah berkosentrasi dan

membayangkan seluruh kekuatan tertuju pada tubuh penderita

dengan pucuk jari di atas.

2) Memenyet

Teknik ini dilakaukan dengan cara memenyet titik refleksi

yang ada benjolannya agar sirkulasi aliran darah kembali lancar.

3) Mengusap

Mulai dengan menempatkan telapak tangan anda secara

merata di titik yang akan dipijat. Kemudian gunakan ibu jari dan

telunjuk untuk memulai memijat. Tetapi jangan menekannya

terlalu kuat, metode ini dapat memperlancar aliran darah dan

seluruh limpa.

4) Menggetarkan

Caranya mudah yaitu dengan memijat sambil menggetarkan

tangan di bagian yang dipijat tersebut. Metode ini dapat mengobati

kebal rasa, dan juga bisa memulihkan kerja otot saraf.

5) Pijat Memutar

Gerakan dalam pemijatan jenis ini dipusatkan dari

pergelangan tangan secara rileks dengan gerakan memutar. Dan


22

apabila anda merasakan sakit pada waktu pemijatan berlangsung,

segera hentikan pemijatan tersebut.

6) Meremas-remas

Teknik ini menggunakan semua jari tangan dan pijatlah otot

yang menyeberangi sendi. Pijat jenis ini dapat meringankan gejala

sakit sendi dan dapat melemaskan otot-otot yang kaku.

7) Memukul-mukul

Gunakanlah telapak tangan, sisi tangan, pucuk-pucuk jari,

dan bagian teratas setinggi jari kelingking caranya dengan

memukul-mukul dibagian yang sakit secara ringan dan ritmis.

Teknik ini dapat merelakskan otot saraf.(Widyanigrum,H, 2017).

2.3.6 Gambar Titik-titik Refleksi

Sumber :
Widyaningrum,H, 2017

Keterangan Gambar titik refleksi untuk mencegah perfusi perifer tidak

efektif :

1. Titik pada bagian jempol kaki :


23

Titik ini merupakan titik daerah bagian otak dan leher,

sekaligus berfungsi untuk mengatasi nyeri kepala.

2. Titik jari telunjuk kaki :

Titik ini merupakan titik bagian sinus, telinga bagian dalam

dan mata.

3. Titik jari keligking :

Titik ini merupakan titik bagian sinus, dan telinga bagian

luar.

4. Titik bagian telapak kaki :

Titik ini merupakan titik pada bagian daerah jantung.


24

2.4 Kerangka Konsep

Hipertensi

Masalah keperawatan yang sering Risiko perfusi


muncul : perifer tidak efektif.
1. Nyeri Akut.
2. Gangguan pola tidur.
3. Intoleransi aktivitas. Intervensi keperawatan:
4. Defisit pengetahuan. Non farmakologi :
5. Risiko penurunan curah 1. Hypnosis,
jantung. 2. Akupresur
6. Risiko perfusi perifer tidak 3. Terapi musik
efektif. 4. Biofeedback
5. Terapi refleksi
kaki
6. Aromaterapi
7. Teknik imajinasi
terbimbing
8. Kompres
hangat/dingin

Risiko perfusi perifer tidak


efektif tidak terjadi.

Bagan 2.2 Kerangka Konsep


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian

Studi literatur ini merupakan desain penelitian dengan menggunakan

sumber literatur yang berbentuk jurnal dan artikel ilmiah khususnya yang

terpublikasi yang merupakan hasil penelitian atau karya ilmiah sebelumnya.

Penelitian ini merupakan penelitian naratif studi literatur yang

menggambarkan implementasi penerapan refleksi kaki untuk mencegah

terjadinya risiko perfusi perifer tidak efektif pada hipertensi.

3.2 Variabel Penelitian

Penelitian ini akan mengeksplorasi variabel implementasi penerapan

refleksi kaki untuk mencegah terjadinya risiko perfusi perifer tidak efektif

pada hipertensi serta hubungan atau pengaruh kedua variabel melalui

eksplorasi penelitian.

Untuk mencegah risiko


Penerapan Refleksi Kaki
terjadinya resiko perfusi
perifer tidak efektif.

Bagan 3.1 Variabel Penelitian

3.3 Kriteria Literatur Yang Digunakan

Kriteria artikel atau hasil penelitian yang digunakan dalam penelitian

ini terdiri dari lima hasil penelitian yang dipublikasikan secara online antara

tahun 2015-2019. Artikel atau hasil penelitian tersebut telah tersedia secara

full teks untuk digunakan peneliti sebagai acuan untuk dianalisis artikel atau

hasil penelitian terlampir pada penelitian ini.

25
26

3.4 Sumber Artikel

Artikel atau hasil penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

diperoleh peneliti melalui eksplorasi pada sumber google scholar berjumlah

tiga artikel, Perpusnas satu artikel dan Researchget satu artikel.

3.5 Langkah Studi Literatur

Penentuan lima artikel yang digunakan peneliti dalam studi literatur

ini dilakukan peneliti melalui langkah sebagai berikut :

a. Peneliti menetapkan topik atau masalah penelitian yaitu penerapan

refleksi kaki untuk mencegah terjadinya risiko perfusi perifer tidak efekif

pada penderita hipertensi.

b. Menetapkan kata kunci yaitu refleksi kaki, risiko perfusi perifer tidak

efektif dan hipertensi.

c. Dengan kata kunci tersebut peneliti melakukan pencarian artikel

menggunakan data base dari Google Scholar, Researchget, Perpusnas,

Pubmed, NCBI, ProQuest, Ebsco Host dan diperoleh tujuh artikel

penelitian.

d. Selanjutnya dari tujuh artikel penelitian tersebut dilakukan penelaahan

dan terpilih lima artikel prioritas yang memiliki relevansi yang baik

dengan topik atau masalah riset penelitian.

e. Dari lima artikel yang digunakan sebagai artikel penelitian selanjutnya

dianalisis untuk menjawab tujuan penelitian yang dikembangkan peneliti.

lima artikel penelitian tersebut meliputi artikel publikasi Hartutik et al

(2017), Arianto et al (2018), Putri et al (2020), Rezky et al (2015),

Goesalosna et al (2019).
27

3.6 . Analisa Data dan Penyajian Hasil Penelitian

Analisa data penelitian ini dilakukan peneliti dengan menyajikan

lima artikel penelitian yang memiliki relevasi dengan topik atau masalah

penelitian, selanjutnya peneliti menuangkan rangkuman hasil penelitian dari

lima artikel dalam table review seperti berikut :

No. Sumber Peneliti & Tujuan Design Sampling Hasil Simpulan


Artikel Judul Peneliti Penelitian dan
Penelitian Saran

Langkah selanjutnya penulis melakukan analisis atas artikel dengan

mengintegrasikan hasil-hasil penelitian, menghubungkan topik yang berhubungan,

mengidentifikasi sentral issue/hasil penelitian yang relevan dengan kajian

penelitian.
28

3.7 Etika Penelitian

Penelitian studi literatur ini mengimplementasi aspek etik berupa

penghargaan atas karya orang lain. Berdasarkan hal tersebut peneliti

melakukan pencantuman sumber atas setiap kuitipan baik langsung maupun

tidak langsung yang dilakukan peneliti. Penghindaran atas plagiarisme

peneliti akan melakukan uji plagiarisme setelah laporan penelitian dibuat

dan sebelum kegiatan ujian akhir penelitian dilaksanakan. Implementasi

aspek kejujuran dilakukan peneliti dengan menyampaikan hasil studi dari

sejumlah artikel secara objektif, jujur, dan tanpa kebohongan serta peneliti

akan melampirkan artikel yang digunakan sebagai data hasil studi kasus.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian studi literatur ini disajikan secara naratif untuk

menggambarkan hasil penelitian dari lima artikel atau hasil penelitian yang

relevan dengan topik atau masalah implementasi penerapan refleksi kaki

untuk upaya pencegahan perfusi perifer tidak efektif pada penderita

hipertensi.

Artikel penelitian 1 oleh Hartutik, et al (2017), dengan judul

“Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki terhadap Tekanan Darah pada

Penderita Hipertensi Primer” yang dilakasanakan di Panti Werdha Pajang

Surakarta pada tanggal 20 Januari 2017.

Artikel penelitian 2 oleh Arianto, et al (2016), dengan judul

“Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Telapak Kaki terhadap Perubahan Tekanan

Darah pada Penderita Hipertensi” yang dilaksanakan di RT 07, RW 06,

Kelurahan Tlogomas, Kota Malang pada bulan Juli 2016.

Artikel penelitian 3 oleh Putri, et al (2019), dengan judul “Pengaruh

Terapi Refleksi Alat Pijat Kayu (Apiyu) dengan Minyak Zaitun terhadap

Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi” yang dilaksanakan di Wilayah

Kerja Puskesmas Payung Sekakai Kota Pekan Baru, Kelurahan Labuh Baru

Timur, pada bulan April sampai Mei 2019.

Artikel penelitian 4 oleh Rezky, et al (2015), dengan judul “Pengaruh

Terapi Pijat Refleksi Kaki terhadap Tekanan Darah pada Penderita

Hipertensi Primer” yang dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Lima

Puluh Pekan Baru, pada 12 Januari 2015.

29
30

Artikel penelitian 5 oleh Goesalosna, et al (2019) dengan judul“

Upaya Pencegahan Risiko Penurunan Perfusi Jaringan Perifer melalui Pijat

Refleksi Kaki Pada Asuhan Keperawatan Hipertensi yang dilaksanakan di

bangsal BBA RSU PKU Muhammadiyah Delanggu, pada bulan April 2019.

Selanjutnya review artikel/hasil penelitian yang digunakan sebagai

data dalam studi literature ini digambarkan dalam tabel 4.1 review literatur

sebagai berikut :
31

Tabel 4.1
Review Literatur Penerapan Refleksi Kaki Untuk Pencegahan Risiko Perfusi Perifer Tidak Efektif Pada Penderita Hipertensi
No. Sumber Peneliti & Tujuan Peneliti Design Sampling Hasil Penelitian Simpulan dan Saran
Artikel Judul
Penelitian
1. Google Hartutik S, et Mengidentifikasi Quasi Dua puluh Hasil analisa Ada pengaruh
Scholar al (2017) pengaruh terapi Eksperimen dua memperoleh TD pemberian terapi
dengan judul“ pijat refleksi responden sebelum diberikan pijat refleksi kaki
http://.www. Pengaruh kaki terhadap pada pasien terapi yaitu 154/94 terhadap tekanan
Jurnal.stikes Terapi Pijat penurunan lansia mmHg sesudah darah pada
Aisyiyah.ac Refleksi Kaki tekanan darah Hipertensi diberikan berubah penderita hipertensi
Id/index.php terhadap pada penderita menjadi 128/80 mmHg. primer.
/gaster/article Tekanan Darah hipertensi Artinya ada perbedaan Saran :
/view/199 pada Penderita tekanan darah (diastole) Terapi pijat refleksi
Hipertensi pada kelompok kaki dapat
Primer” perlakuan dan dijadikan sebagai
kelompok kontrol salah satu terapi
sesudah diberikan komplementer pada
terapi. hipertensi
32

No. Sumber Peneliti & Tujuan Peneliti Design Sampling Hasil Penelitian Simpulan dan Saran
Artikel Judul
Penelitian
2. Google Arianto A, et Mengidentifikasi Quasi Tiga puluh Hasil analisa Ada pengaruh
Scholar al (2018) pengaruh Terapi Eksperimen empat memperoleh nilai TD terapi pijat refleksi
dengan judul Pijat Refleksi responden sebelum 151/93 mmHg kaki terhadap
https://publi “Pengaruh Telapak Kaki pada pasien sesudah diberikan Perubahan Tekanan
kasi.unitri. Terapi Pijat terhadap hipertensi berubah menjadi 143/88 Darah pada
ac.id/index. Refleksi Perubahan mmHg. penderita Hipertensi
php/fikes/ Telapak Kaki Tekanan Darah Artinya terapi pijat di Malang
article/ terhadap pada penderita refleksi telapak kaki Saran :
view/830. Perubahan Hipertensi di RT berpengaruh terhadap Diperlukan
Tekanan 07 RW 06 perubahan tekanan penelitian lebih
Darah pada Kelurahan darah pada penderita lanjut tentang terapi
penderita Tlogomas hipertensi di RT 06, pijat refleksi kaki
Hipertensi” Kecamatan RW 07, Kelurahan untuk pencegahan
Lowokwaru Tlogomas Kecamatan risiko perfusi
Malang Lowokwaru, perifer tidak efektif.
Malang
33

No. Sumber Penelitian & Tujuan Peneliti Design Sampling Hasil Penelitian Simpulan dan Saran
Artikel Judul
Penelitian
3. Researchget Putri E , et al. Mengidentifikasi Quasi Tiga puluh Analisa data Ada pengaruh
(2020) pengaruh terapi Eksperimen empat memperoleh TD terapi
https://jni. Dengan judul refleksi alat pijat responden sebelum 159/94 mmHg refleksi APIYU
ejournal.unri. “Pengaruh kayu (Apiyu) pada pasien dan Sesudah diberikan dengan minyak
ac.id/index. Terapi dengan minyak hipertensi berubah menjadi 157/93 zaitun
Php/JNI/article Refleksi Alat zaitun terhadap mmHg hal ini berarti terhadap tekanan
/view/7939 Pijat Kayu tekanan darah ada perbedaan yang darah pada
(Apiyu) pada penderita signifikan antara mean penderita
dengan hipertensi, di tekanan darah sistol hipertensi.
Minyak Zaitun wilayah kerja dan diastol pada Saran :
terhadap Puskesmas kelompok eksperimen Dapat dijadikan
Tekanan Payung Sekaki, sebelum dan sesudah pengobatan non
Darah Kota Pekanbaru diberikan terapi refleksi farmakologis terapi
pada penderita di Kelurahan APIYU dengan minyak pijat refleksi bagi
Hipertensi” Labuh Baru zaitun. penderita
Timur. hipertensi.
34

No. Sumber Peneliti & Tujuan Peneliti Design Sampling Hasil Penelitian Simpulan dan Saran
Artikel Judul
Penelitian
4. Perpusnas Rezky A R, et Mengidentifikasi Quasi Tiga puluh Analisa hasil data Ada pengaruh
al (2015) pengaruh terapi Eksperimen responden memperoleh TD terapi pijat refleksi
https://www. dengan judul pijat refleksi pada pasien sebelum diberikan kaki terhadap
neliti.com/ “Pengaruh kaki terhadap hipertensi terapi yaitu 159/94 tekanan darah pada
publications/ Terapi Pijat tekanan darah mmHg sesudah penderita
186872/ Refleksi Kaki pada penderita diberikan berubah Hipertensi primer.
pengaruh- terhadap Hipertensi menjadi 157/93 mmHg. Saran :
terapi pijat- Tekanan primer Artinya ada pengaruh Dapat dijadikan
kaki terhadap- Darah pada terapi pijat refleksi evidence based
tekanan- Penderita terhadap tekanan darah untuk menurun
darah pada- Hipertensi pada penderita kan kadar gula
hipertensi- Primer” hipertensi primer. darah, mengatasi
nyeri, gangguan
pola tidur, dan
risiko perfusi
perifer.
35

No. Sumber Peneliti & Tujuan Peneliti Design Sampling Hasil Penelitian Simpulan dan Saran
Artikel Judul
Penelitian
5. Google Goesalosna D, Mengidentifikasi Studi Kasus Tiga Analisa data studi kasus Adanya pengaruh
scholar et al (2019) upaya responden selama 3 hari pijat refleksi kaki
dengan judul “ pencegahan memperoleh masalah terhadap risiko
http://reposi Upaya risiko terjadinya ketidakefektifan perfusi perfusi perifer tidak
tory.itspku. Pencegahan perfusi perifer jaringan perifer klien efektif pada pasien
ac.id/104/ Risiko tidak efektif teratasi yang ditandai hipertensi.
Penurunan pada hipertensi dengan ketiga pasien Saran :
Perfusi melalui terapi mengungkapkan rasa Untuk
Jaringan refleksi kaki nyaman di kaki, mengembangkan
Perifer pegal-pegal berkurang, ilmu dan
Melalui Pijat kesemutan tidak ada. wawasan tentang
Refleksi Kaki Artinya ada pengaruh cara mengatasi
Pada Asuhan pijat refleksi kaki risiko perfusi
Keperawatan terhadap pencegahan perifer tidak efektif
Hipertensi” risiko perfusi perifer dengan melakukan
tidak efektif. pijat refleksi kaki.
36

4.2 Pembahasan

Menurut Goesalosna (2019) masalah keperawatan pada pasien

hipertensi yaitu risiko perfusi perifer tidak efektif. Risiko perfusi perifer

tidak efektif merupakan keadaan dimana seseorang beresiko atau mengalami

suatu penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat menggangu

kesehatan dan metabolisme tubuh.

Intervensi yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya risiko

perfusi perifer tidak efektif yaitu dengan menerapkan refleksi kaki karena

refleksi kaki dapat memberikan manfaat yaitu untuk mengurangi rasa sakit

pada tubuh, meningkatkan daya tahan tubuh, meringankan gejala migrain.

Dengan menggunakan teknik dasar yaitu seperti teknik merambatkan ibu

jari, memutar tangan dan kaki, serta teknik menekan dan menahan.

Berdasarkan empat jurnal yaitu penelitian Hartutik et al, Putri et al,

Rezky et al, dan Goesalosna et al, bahwa refleksi kaki ini dilakukan pada

sore hari dengan rentang waktu pukul 15:00 -17:00 WIB selama 30 menit,

setiap pemberian 3 kali dalam satu minggu. Tetapi pada penelitian yang

dilakukan oleh Arianto et al menemukan bahwa adanya penurunan tekanan

darah yang bermakna baik pada sesi pagi maupun pada sesi sore, artinya

tidak ada perbedaan hasil setelah di berikan refleksi kaki baik di sore

maupun di pagi hari.

Pada refleksi kaki ini menggunakan pengukuran tekanan darah dengan

melihat perbedaan hasil tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan

intervesi. Kemudian memantau ada tidaknya tanda-tanda risiko perfusi


37

perifer tidak efektif seperti tidak adanya kesemutan ekstremitas, pegal-pegal

berkurang dan pengisian kapiler > 1 detik.

Refleksi kaki ini harus dilakukan pada tenaga kesehatan yang telah

ahli dalam bidangnya hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Hartutik et al, Putri et al, Rezky et al, dan Goesalosna et al. Akan

tetapi menurut penelitian yang dilakukan oleh Arianto et al jika ingin

melakukan secara mandiri harus dengan pengawasan tenaga kesehatan yang

telah ahli.

Berdasarkan hasil seluruh jurnal terdapat banyak persamaan yaitu

penderita hipertensi dengan derajat 1 yaiu 140/90 – 159/99 mmHg, dengan

rentang umur 45-70 tahun, dengan bertambahnya usia maka akan

mengalami perubahan fisiologis misalnya penurunan elastisitas arteri dan

juga kekakuan pembuluh darah yang bisa menyebabkan terjadinya

hipertensi dengan bertambahnya umur, dan mayoritas berjenis kelamin

perempuan, biasaya perempuan akan mengalami proses menopause yang

menyebabkan kontrol aliran darah menjadi tidak stabil yang mengakibatkan

penurunan HDL dan menyebabkan peningkatan LDL sehingga perempuan

lebih rentan terkena hipertensi.

Faktor penyebab lainnya yaitu responden memiliki gaya hidup yang

tidak sehat seperti merokok, tidak bekerja hanya berdiam diri di rumah,

kurang berolahraga. Dan memiliki berat badan yang berlebih atau obesitas,

karena pada penderita obesitas banyak terjadi resistensi insulin, akibatnya

produksi insulin yang dihasilkan sel beta menjadi berlebih, hal tersebut

dapat terjadi karena pengeluaran natrium oleh ginjal dan meningkatkan


38

kadar plasma norepinephrin sehingga mengakibatkan tekanan darah

meningkat (Arianto, 2018).

Banyak penelitian yang telah membuktikan keberhasilan intervensi

refleksi kaki untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah risiko perfusi

perifer tidak efektif diantaranya penelitian Hartutik et al, Arianto et al, Putri

et al, Rezky et al, yang menggunakan dua kelompok yaitu kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen merupakan

kelompok yang diberikan intervensi refleksi kaki dan meminum obat

amlodipine, sedangkan kelompok kontrol yaitu kelompok yang tidak

diberikan intervensi tetapi tetap meminum obat amlodipine. Setelah

dilakukan penelitian ternyata kelompok eksperimen mengalami perubahan

tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Sedangkan pada

kelompok kontrol tidak ada pengaruh pada nilai tekanan darah.

Berdasarkan seluruh jurnal penelitian refleksi kaki mampu

menurunkan tekanan darah dalam rentang nilai 159/94 mmHg menjadi

130/80 mmHg. Hal tersebut terjadi karena refleksi kaki memijat daerah

yang akan memberikan rangsangan pada organ yang dituju melalui saraf

sensorik dan langsung disampaikan oleh saraf motorik. Ketika memijat di

salah satu titik maka reaksi tubuh akan melepaskan zat serotonin, histamine,

bradikinin, slow reacting substance serta zat lainnya. Zat – zat tersebut akan

menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteri serta mengakibatkan

timbulnya efek relaksasi otot-otot yang kaku akibat vasodilatasi pembuluh

darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah secara stabil. Rangsangan

yang ditimbulkan terhadap saraf akan mengakibatkan pembuluh darah


39

menjadi melebar sehingga sirkulasi penyaluran nutrisi dan oksigen ke

seluruh tubuh menjadi lancar. Sirkulasi yang lancar akan memberikan efek

relaksasi dan kenyamanan pada tubuh sehingga dengan pemberian refleksi

kaki dapat menurunkan tekanan darah dan mencegah terjadinya resiko

perfusi perifer tidak efektif pada penderita hipertensi.

Pijat refleksi merupakan suatu praktik memijat titik-titik tertentu pada

tangan dan kaki. Selain itu berbagai macam manfaat yang bisa didapatkan

dari pijat refleksi kaki yang efektif salah satunya yaitu untuk mengurangi

rasa sakit pada tubuh. Manfaat lainnya dapat mencegah penyakit,

meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stress maupun

kecemasan, meringankan gejala migrain atau sakit kepala, membantu

penyembuhan penyakit kronis, dan mengurangi ketergantungan terhadap

obat – obatan (Wahyuni 2014). Menurut penelitian Arianto et al manfaat

manfaat lain dari terapi pijat refleksi kaki ini yaitu untuk menurunkan kadar

gula darah, mengatasi nyeri, dan gangguan tidur. Sedangkan menurut

penelitian Putri et al menemukan bahwa manfaat refleksi kaki dapat

menurunkan kadar hormon stress cortisol, yang dapat menurunkan sumber

depresi dan kecemasan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Goesalosna et al menemukan

bahwa adanya pengaruh pijat refleksi kaki dalam upaya pencegahan risiko

perfusi jaringan tidak efektif pada hipertensi. Hal tersebut terbukti secara

studi kasus dengan menggunakan metode observasi partisipatif, metode

wawancara, metode pengukuran dan metode dokumentasi. Dengan

menggunakan 3 pasein yang dirawat di bangsal BBA RSU PKU


40

Muhammadiyah Delanggu Klaten. Kemudian dilakukan pengkajian pasien

selama 3 hari dengan keluhan awal yaitu kepala pusing, telapak kaki terasa

pegal-pegal, muntah-muntah, TD:160/100 mmHg, kemudian diberikan

intervensi pijat refleksi kaki dengan hasil evaluasi tekanan darah klien

menurun, tidak adanya kesemutan, pegal-pegal berkurang dan pengisian

kapiler refil > 1 detik.

Maka dapat disimpulkan dari seluruh artikel penelitian didapatkan

satu jurnal yang menjelaskan tentang upaya pencegahan risiko perfusi

perifer tidak efektif bagi penderita hipertensi dengan menggunakan pijat

refleksi kaki. Meskipun hanya terdapat satu jurnal yang menjalaskan tentang

pijat refleksi kaki dalam upaya pencegahan risiko perfusi perifer tidak

efektif tetapi keempat jurnal lainnya sangat efektif untuk menurunkan

tekanan darah sehingga tidak muncul masalah keperawatan risiko perfusi

perifer tidak efektif berhubungan dengan hipertensi.

Refleksi kaki ini dapat dijadikan pengobatan komplementer atau

pendamping obat farmakologis bagi penderita hipertensi.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

5.1.1 Terdapat lima artikel penelitian yang memiliki relevansi dengan

penerapan refleksi kaki untuk mengatasi penurunan tekanan darah

pada penderita hipertensi.

5.1.2 Dari lima artikel penelitian hanya satu artikel yang mampu untuk

upaya pencegahan risiko perfusi perifer tidak efektif akibat

hipertensi dengan menerapkan refleksi kaki.

5.1.3 Dari lima artikel penelitian yang telah diimplementasikan metode

yang digunakan dalam penelitian menerapkan pre test dan post test

untuk mengukur tekanan darah..

5.1.4 Dari seluruh artikel penelitian terdapat satu penelitian yang

menggunakan metode observasi partisipatif, metode wawancara,

metode pengukuran dan metode dokumentasi untuk mencegah

terjadinya risiko perfusi perifer tidak efektif akibat hipertensi.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Rumah sakit maupun fasilitas kesehatan lainnya dapat

mempertimbangkan pemberian intervensi keperawatan berupa terapi

komplementer untuk menurunkan tekanan darah serta mengatasi efek

yang ditimbulkan akibat hipertensi seperti risiko perfusi perifer tidak

efektif agar profesi keperawatan bisa lebih maju dengan

mengembangkan pemanfaatan hasil penelitian.

41
42

5.2.2 Bagi Pengembangan Keilmuan

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan yang

bermanfaat dalam pengembangan terapi non farmakologis berupa

terapi refleksi kaki untuk mengatasi penurunan tekanan darah

penderita hipertensi.

5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai referensi kepada peneliti selanjutnya untuk

mengembangkan terapi komplementer yang kaitannya untuk

mengatasi nyeri dan gangguan pola tidur akibat tekanan darah tinggi.

5.2.4 Bagi Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan dapat mempertimbangkan untuk

menggunakan hasil penelitian ini sebagai informasi yang melengkapi

informasi pengetahuan tentang intervensi untuk mengatasi penurunan

tekanan darah serta pencegahan terjadinya risiko perfusi perifer tidak

efektif pada penderita hipertensi.


43

DAFTAR PUSTAKA

Anggaraini, D.A.W.A. (2017). Faktor – faktor Yang Berhubungan Dengan


Kejadian Hipertensi Pada Pasien yang Berobat di Poliklinik dewasa
Puskesmas Bangkinang. Prodi Riau : Universitas Riau.

Arianto.A. (2018).Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Telapak Kaki Terhadap


Perubahan Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi : Nursing
News Volume 3, Nomor 1, 2018.

Beevers, D.G. (2014). Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Pada Tekanan Darah.
Jakarta : Dian Rakyat .

Brunner & Suddarth. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2.
Jakarta : Nuha Medika.

Chanif & Khoiriyah. (2016). Efektifitas terapi refleksi kaki terhadap tekanan
darah pada pasien hipertensi. Jakarta : Nuha Medika.

Crowin, Elizabeth. (2017). Patofisiologi : Buku Saku Edisi 3. Jakarta : EGC.

Goesalosna D, Yuli W, & M.Hafiddudin. (2019). Upaya Pencegahan Resiko


Penurunan Perfusi Jaringan Perifer Melalui Pijat Refleksi Kaki Pada
Asuhan Keperawatan Hipertensi. Media Publikasi Penelitian : 2019
Vol.15.01. Website.ejournal.stikes.ac.id.

Hartutik S, & Kanthi S. (2017). Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki Terhadap
Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer. GASTER Vol.
XV No. 2 Agustus 2017.

Herdman, T. H & Kamitsuru, S. (2018). Diangnosis Keperawatan Definisi &


Klasifikasi Edisi 11. Jakarta : EGC.

Manembu M, Rumampuk J, & Danes VR. (2015). Pengaruh Posisi Duduk Dan
Berdiri Terhadap Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Pada
Pegawai Negeri Sipil Kabupaten Minahas Utara. Jurnal e-Biomedik,
3 (3): 814-20.
44

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Palmer, A. & Williams, B. (2016). Simpel Guides Tekanan Darah Tinggi. Jakarta
: EGC

Pamungkas. (2016). Dahsyatnya Jari Refleksi. Yogyakarta : Pinang Merah.

Potter, P. A. & Perry, A. G. (2015). Fundamental keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi Dan Indikator


Diangnostik Ed. I. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi Tindakan


Keperawatan. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi Dan Kriteria


Hasil Keperawatan. Edisi I. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Putri E, W. & Wasisto, U. & Gamya T, U. (2020). Pengaruh Terapi Refleksi Alat
Pijat Kayu (Apiyu) Dengan Minyak Zaitun Terhadap Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Ners Indonesia, Vol.10 No.2,
Maret 2020.

Rezky, A, R, & Yes, O & Oswati H. (2015). Pengaruh Terapi Pijat Refleksi Kaki
Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Primer. JOM
Vol. 2 No. 2, Oktober 2015.

Smeltzer, S.C & Bare B.G. (2017). Buku Ajar KEperawatan Medikal Bedah
Volume 1 Edisi 8. Jakarta : EGC

Wahyuni. S. (2014). Pijat refleksi untuk kesehatan. Jakarta Timur: Dunia Sehat.
45

Word Health Organization. (2013). High Blood Pressure: Global and Regional
Overview (Internet). 2013 (cited 2018 Nov 16). Available from:
http://www.searo.who.int/entity/word_health_day//leaflet_burden_hbp
_whd2013.pdf?ua=1.

Widyaningrum,H. (2017). Pijat Refleksi & 6 Terapi Alternatif Lainnya.


Yogyakarta : Media Pressindo.

Wijaya, A. S & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal bedah Jilid 1.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Yekti, S. (2011). Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Yogyakarta : Andi Offset.


46

LAMPIRAN
47

Bukti Konsul Daring dengan pembimbing I dan II

Bukti Seminar ujian LTA


48
49
50
51
52
53

PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI KAKI TERHADAP TEKANAN


DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI PRIMER

STIKES Aisyiyah Surakarta Sri Hartutik, Kanthi Suratih


Ners_Tutty@yahoo.com

ABSTRAK

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan


pada pembuluh darah yang mengakibatkan penurunan suplai oksigen dan
nutrisi.Penyakit ini menjadi salah satu masalah utama dalam dunia kesehatan
masyarakat di Indonesia maupun dunia. Menurut catatan Badan Kesehatan
Dunia WHO 2011 ada 1 milyar orang didunia menderita hipertensi dan 2/3 di
antaranya berada dinegara berkembang. Diperkirakan sekitar 80% kenaikan
kasus hipertensi terutama terjadi di negara berkembang pada tahun 2025 dari
Jumlah total 639 juta di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat
menjadi 1,15 miliar kasus ditahun 2025.Penelitian ini menggunakan metode
Quasy Eskperiment dengan desain penelitian yang digunakan adalah pre-
postest control one group designPopulasi pada penelitian ini adalah lansia
yang tinggal di Panti Wredha Pajang Surakarta sebanyak 74 orang. Sampel
dalam penelitian ini sejumlah 11 orang untuk masing-masing kelompok
intervensi dan kelompok kontrol, sehingga jumlah keseluruhan sampel adalah
22 responden.

Hasil penelitian menunjukkanuji Mann Whitney untuk pengaruh terapi pijat


refleksi kaki terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi primer sesudah
diberikan perlakuan (post test) p value (0,000 < 0,05) ada perbedaan tekanan
darah pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sesudah diberikan
perlakuan terapi pijat refleksi kaki.

Terapi pijat refleksi sebagai salah satu terapi komplementer diharapkan mampu
untukdiaplikasikan perawat dalam menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi.

Kata kunci: pijat refleksi kaki, hipertensi


54

ABSTRACT

Hypertension or high blood pressure disease is a disorder of the blood vessels


resulting in decreased oxygen supply and nutrients. This disease becomes one
of the main problems in the world of public health in Indonesia and the world.
According to World Health Organization WHO 2011 records there are 1 billion
people in the world suffering from hypertension and 2/3 are in developing
countries. An estimated 80% rise in hypertension cases occurs mainly in
developing countries by 2025 from a total of 639 million in 2000. This number
is estimated to increase to

1.15 billion cases by 2025. This study uses the Quasy Eskperiment method with
pre- -postest control one group design The population in this study is elderly
living in Panti Wredha Pajang Surakarta as many as 74 people. The sample in
this study is 11 people for each intervention group and control group, so the
total sample is 22 respondents.

The results showed that Mann Whitney test for the influence of foot reflexology
therapy on blood pressure in patients with primary hypertension after
treatment (post test) p value (0,000 <0,05) there was difference of blood
pressure in treatment group and control group after treatment of foot
reflection therapy.

Reflexology therapy as one of the complementary therapies is expected to be


applied by nurses in lowering blood pressure in hypertensive patients.

Keywords: foot reflexology massage, hypertension


55

A. PENDAHULUAN sepertiga dari populasi orang dewasa


di Asia Tenggara termasuk Indonesia
Hipertensi adalah dimana
memiliki tekanan darah tinggi.
tekanan darah yang bersifat abnormal
Hipertensi penyebab kematian
dan diukur paling tidak pada tiga
nomor 3 setelah stroke dan
kesempatan yang berbeda. Apabila
tuberkulosis, yakni mencapai
seseorang dianggap mengalami
6,7% dari populasi kematian pada
hipertensi dimana tekanan darahnya
semua umur di Indonesia. Prevalensi
lebih dari 140/90 mmhg
hipertensi di Indonesia mencapai
(Ardiansyah,2012).
31,7 % dari populasi usia 18 tahun
Hipertensi atau penyakit tekanan
keatas. Dari jumlah itu, 60%
darah tinggi merupakan suatu
penderita hipertensi mengalami
gangguan pada pembuluh darah
komplikasi stroke. Sedang sisanya
yang mengakibatkan penurunan
mengalami penyakit ginjal, gagal
suplai oksigen dan nutrisi (Pudiastuti,
ginjal, dan kebutaan (Triyanto,2014).
2013). Penyakit ini menjadi salah satu
Menurut Riskesdas (2013),
masalah utama dalam dunia
prevalensi hipertensi di Indonesia
kesehatan masyarakat di Indonesia
adalah sebesar 25,8%. Berdasarkan
maupun dunia. Menurut catatan
data dinas kesehatan provinsi jawa
Badan Kesehatan Dunia WHO 2011
tengah (2015) prevalensi hipertensi
ada 1 milyar orang di dunia
disurakarta adalah sebesar 18,47 %.
menderita hipertensi dan 2/3
Untuk jumlah hipertensi ensensial
dianataranya berada dinegara
disurakarta tahun 2014 adalah 62.252
berkembang. Diperkirakan sekitar
kasus (provil kesehatan provinsi jawa
80% kenaikan kasus hipertensi
tengah tahun, 2015).
terutama terjadi di negara
Hipertensi dapat dibedakan
berkembang pada tahun 2025 dari
menjadi dua kelompok, yaitu
Jumlah total 639 juta di tahun 2000.
hipertensi primer dan sekunder. 90%
Jumlah ini diperkirakan meningkat
dari semua kasus hipertensi
menjadi 1,15 miliar kasus ditahun
adalah primer. Tidak ada penyebab
2025 (Ardiansyah ,2012).
yang jelastentang hipertensi primer,
Dalam penelitian yang
namun ada beberapa teori yang
dilakukan oleh Anwar R (2014)
56

menunjukkan bahwa faktor farmakologis merupakan


genetik dan perubahan hormon bisa pengobatan dengan
menjadi fakor pendukung. menggunakan obat- obatan yang
Hipertensi sekunder merupakan dapat membantu menurunkan serta
hipertensi yang diakibatkan oleh menstabilkan tekanan darah.
penyakit tertentu (Baradero,Dayrit & Pengobatan farmakologis memiliki
Siswadi, 2008). efek samping yaitu dapat
Komplikasi hipertensi memperburuk keadaan penyakit atau
meningkat setiap tahunnya. WHO efek fatal lainnya. Hal ini
pada tahun 2013, menyebutkan bahwa dikarenakan respon terhadap suatu
di dunia terdapat 17.000 orang per jenis obat pada setiap orang berbeda.
tahun meninggal akibat penyakit Efek samping yang mungkin timbul
kardiovaskuler dimana 9.400 orang adalah sakit kepala, pusing, lemas
diantaranya disebabkan oleh dan mual (Susilo & Wulandari,
komplikasi dari hipertensi. 2011).
Prevalensi hipertensi dunia Dalam penelitian (Finansari
mencapai 29.2% pada laki- laki dan dkk,2014) hipertensi dan
24.8% pada perempuan (WHO, 2013). komplikasinya dapat
Prevalensi hipertensi ini akan terus diminimalkan dengan
meningkat dan diprediksi pada tahun penatalaksanaan menggunakan
2025 sebanyak 29% orang dewasa di farmakologi yaitu dengan minum
seluruh dunia menderita hipertensi obat secara teratur atau
(Kemenkes RI, 2013). Di Indonesia menggunakan non-farmaklogi yaitu
sendiri, survey Kesehatan Rumah kepatuhan menjalankan diet,
Tangga Departemen Kesehatan RI menurunkan berat badan, rajin
2013 menyebutkan sekitar 16-31% berolahraga, mengurangi konsumsi
dari populasi masyaraka Indonesia di garam, diet rendah lemak, rendah
berbagai provinsi menderita kolestrol.
hipertensi (Riskesdas RI, 2013). Pendekatan nonfarmakologis
Pengobatan hipertensi dapat yang dapat mengurangi hipertensi
dilakukan secara farmakologis dan adalah akupresur, ramuan cina,
non farmakologis. Pengobatan terapi herbal, relaksasi nafas dalam,
57

aroma terapi, terapi music klasik, Panti Wredha Pajang Surakarta.


meditasi dan pijat (Andri & Jumlah lansia yang tinggal di Panti
Sulistyarini,2015) Pengobatan non sebanyak 74 lansia, dengan jumlah
farmakologis dapat digunakan penderita hipertensi sebanyak 27
sebagai pelengkap untuk mendapatkan lansia dengan tekanan darah rata-rata
efek pengobatan pada saat obat anti diatas 140/90 mmHg. Melalui
hipertensi diberikan (Dalimartha, wawancara terhadap 15 orang
Purnama, Sutarina, Mahendra & penderita hipertensi mengatakan
Darmawan, 2008). mengalami pusing. Hasil wawancara
Pijat refleksi adalah suatu menunjukkan bahwa 8 orang
praktik memijat titik-titik tertentu penderita hipertensi belum
pada tangan dan kaki. Manfaat pijat mengetahui pijat refleksi dapat
refleksi untuk kesehatan sudah tidak menurunkan tekanan darah, dan
perlu diragukan lagi. Salah satu sisanya pernah melakukan pijat
khasiatnya yang paling populer refleksi lalu kemudian berhenti.
adalah untuk mengurangi rasa sakit Berdasarkan penjelasan di atas,
pada tubuh. Manfaat lainnya adalah peneliti ingin mengetahui apakah
mencegah berbagai penyakit, pijat refleksi dapat menurunkan
meningkatkan daya tahan tubuh, tekanan darah pada penderita
membantu mengatasi stress, hipertensi. Peneliti sangat tertarik
meringankan gejala migrain, untuk meneliti “Pengaruh terapi pijat
membantu penyembuhan penyakit refleksi kaki terhadap tekanan darah
kronis, dan mengurangi pada penderita hipertensi primer”.
ketergantungan terhadap
B. METODE DAN BAHAN
obatobatan (Wahyuni, 2014). Hasil
penelitian ini diperkuat oleh Nugroho Jenis penelitian ini

(2012), menunjukkan bahwa pijat adalah Quasy Eskperiment dengan

refleksi kaki lebih efektif desain penelitian yang digunakan

dibanding hipnoterapi dalam adalah pre-postestcontrol one

menurunkan tekanan darah. group design. Desain ini digunakan

Studi Pendahuluan dilakukan untuk membandingkan hasil intervensi

pada tanggal 20 Januari 2017 di dua kelompok yaitu kelompok


58

intervensi dan kelompok kontrol, terapi pijat refleksi kaki terhadap


tetapi pemilihan kedua kelompok tekanan darah pada penderita
ini tidak menggunakan teknik acak. hipertensiprimerpada kelompok
Populasi pada penelitian ini adalah perlakuan dan kelompok kontrol
lansia yang tinggal di Panti Wredha sebelum dansesudah diberikan
Pajang Surakarta sebanyak 74 perlakuanmenggunakanuji Mann
orang. Sampel yang dipilih pada Whitney.
penelitian ini adalah yang C. HASIL PENELITIAN
memenuhi kriteria inklusi yang 1. Distribusi tekanan darah
telah ditetapkan sebagai subjek sebelum dilakukan terapi
penelitian. Sampel dalam pijat refleksi kaki pada
penelitian ini sejumlah 11 orang kelompok perlakuan dan
untuk masing-masing kelompok kelompok control

intervensi dan kelompok kontrol, Tabel Distribusi frekuensi


sehingga jumlah keseluruhan tekanan darah sebelum
diberikan perlakuan (pre
sampel adalah 22 responden. test)
Variable bebas dalam penelitian Ukuran Kelompok Kelompok
tekanan control perlakuan
No Klasifikasi
ini adalah terapi pijat refleksi kaki darah
F % f %
(mmHg)
sedangkan variabel terikatnya 1 < 120 dan <80 Normal 0 0 0 0
2 120-139 dan Pre 0 0 0 0
adalah hipertensi.Analisa dalam 80-89 Hipertensi
3 140-159 dan Hipertensi 11 100 11 100
penelitian ini adalah untuk 90-99 derajat I
4 > 190dan Hipertensi 0 0 0 0
menganalisis hubungan dua
> 100 derajat II
variabel dengan menggunakan Total 11 100 11 100

Kolmogorov Smirnov.Analisa Berdasarkan tabel menunjukkan


bivariat data terhadap hasil pre test sebelum diberi diberikan
dan post test kelompok perlakuan perlakuan (terapi pijat refleksi
maupun kelompok kontrol kaki), kedua kelompok rata-
menggunakan uji Wilcoxon.Untuk rata dengan hipertensi derajat I.
menganalisa perbedaan pengaruh Rata-rata tekanan darah untuk
59

kelompok perlakuan 154,5/94,1 akhir semua hipertensi derajat I.


mmHg dan rata-rata tekanan Rata-rata tekanan darah untuk

darah untuk kelompok kontrol kelompok perlakuan 128/80,0


mmGh dan rata-rata tekanan
153,6/94,5 mmHg.
darah untuk kelompok control
2. Distribusi tekanan darah
152,3/92,3 mmHg.
setelah dilakukan terapi pijat
3. Analisa perbedaan perubahan
refleksi kaki pada kelompok
tekanan darah pada kelompok
perlakuan dan kelompok
eksperimen dan kelompok
kontrol
control.
Tabel Distribusi frekuensi a. Uji Wilcoxon
berdasarkan tekanan 1). Perbedaan Post test Untuk
darah sesudah diberikan Kelompok control
perlakuan (post test) Uji Wilcoxon digunakan
Ukuran Kelompok Kelompok untuk mengetahui perbedaan
tekanan control perlakuan
No Klasifikasi
darah tekanan darah sebelum dan
F % f %
(mmHg)
1 < 120 dan <80 Normal 0 0 2 18,2
sesudah diberikan perlakukan
2 120-139 dan Pre untuk masing kelompok,
0 0 6 54,5
80-89 Hipertensi
3 140-159 dan Hipertensi adapun hasil uji sebagai
11 100 3 27,3
90-99 derajat I
4 > 190dan Hipertensi
berikut :
0 0 0 0
> 100 derajat II
11 11 100 100
Tabel Hasil Uji Wilcoxon
Total
Kelompok Kontrol
Sesudah diberikan terapi pijat Sistole
rerata zhitung p-value Keterangan
refleksi kaki pada kelompok
Pre Test 153,6 1,342 0,180 Ho
perlakukan 2 responden (18,2%) diterima
Post Test 152,3
dengan tekanan darah kategori
normal dan 6 responden (54,5%)
Diastole
tekanan darahh kategori pre rerata zhitung p-value Keterangan
hipertensi dan 3 responden Pre Test 94,5 1,663 0,102 Ho
diterima
(27,3%) tekanan darah kategori Post Test 92,3

hipertensi derajat I. sedangkan


Hasil perhitungan Wilcoxon
untuk kelompok control hasil test
untuk pengaruh terapi pijat refleksi
60

kaki terhadap tekanan darah pada dan sesudah diberikan


penderita hipertensi primer untuk masing – masing
kelompok control diperoleh nilai kelompok, adapun hasil
zhitung sebesar 1,342, sedangkan uji sebagai berikut :
ztabel sebesar 1,96 dap p (0,180 > Tabel Hasil Uji
Wilcoxon Kelompok
0,05), karena zhitung (1,342) < Perlakuan
ztabel (1,96) maka Ho diterima dan Sistole
Ha ditolak, artinya tidak ada rerata zhitung p-value Keterangan

perbedaan tekanan darah (Sistole) Pre Test 154,6 2,947 0,003 Ho ditolak
Post Test 128,6
sebelum dan sesudah pada kelompok
Diastole
kontrol.
rerata zhitun p-value Keterangan
Hasil perhitungan wilcoxon g
Pre Test 94,1 2,274 0,006 Ho ditolak
untuk pengaruh terapi pijat re-
Post Test 80,0
fleksi kaki terhadap tekanan darah
pada penderita hipertensi primer
Hasil perhitungan
kelompok kontrol diperoleh nilai
wilcoxon untuk pengaruh
zhitung sebesar 1,663, sedangkan
terapi pijat refleksi kaki
ztabel sebesar 1,96 dap p terhadap tekanan darah pada
(0,102>0,05), karena zhitung penderita hipertensi primer
(1,663) < ztabel sebesar (1,96) kelompok perlakukan
maka Ho diterima dan Ha ditolak, diperoleh nilai zhitung
artinya tidak ada perbedaan sebesar 2,947, sedangkan
tekanan darah (diastole) sebelum ztabel sebesar 1,96 dap p
dan sesudah pada kelompok (0,003 < 0,05) karena
kontrol. zhitung (2,947) > ztabel
2) Pre dan Post test Untuk (1,96) maka Ho ditolak dan
Kelompok Perlakuan Ha diterima, artinya ada
perbedaan tekanan darah
Uji wilcoxon digunakan
(sistole) sebelum dan
untuk mengetahui perbedaan
sesudah pada kelompok
tekanan darah sebelum
perlakuan.
61

Hasil perhitungan primer sebelum diberikan


wilcoxon untuk pengaruh perlakuan (test awal) diperoleh
terapi pijat refleksi kaki nilai zhitung sebesar 0,424,
terhadap tekanan darah pada sedangkan zhitung sebesar 1,96
penderita hipertensi primer dan p value (0,672 > 0,05),
kelompok control diperoleh
karena zhitung (0,424) < ztabel
nilai zhitung sebesar 2,274, (1,96) maka Ho diterima dan Ha
sedangkan ztabel sebesar ditolak, artinya tidak ada
1,96 dap p (0,0006 < 0,05), perbedaan tekanan darah (sistole)
karena zhitung (2,274) > pada kelompok perlakukan dan
ztabel (1,96) maka Ho kelompok kontrol sebelum
diterima dan Ha ditolak diberikan perlakukan. Hasil ini
artinya ada perbedaan menunjukkan kondisi awal tekanan
tekanan darah (diastole) darah sebelum perlakuan pada
sebelum dan sesudah pada kedua kelompok sama artinya
kelompok perlakuan. kedua kelompok sebelum
3. Uji Mann Whitney perlakuan dengan kondisi awal
Tabel Hasil Uji Mann Whiney setara atau asas kesetaraan
Sebelum dan sesudah terpenuhi.
Perlakuan (Sistole)
Hasil perhitungan Mann

Kelompo rerata
Pre Test
Keterangan
Whitney untuk pengaruh terapi
k
zhitung p- pijat refleksi kaki terhadap
value
tekanan darah pada penderita
Pre Test 153,6 0,424 0,672 Ho diterima
Post Test 154,5 hipertensi primer sesudah
rerata Post Test Keterangan diberikan perlakukan (post test)
zhitung p-
value diperoleh nilai zhitung sebesar
Pre Test 153,2 4,101 0,000 Ho ditolak
Post Test 128,6 4.101, sedangkan zhitung sebesar
1,96 serta p value (0,000 < 0,05),
Hasil perhitungan uji Main
karena zhitung (4.101) > zhitung
Whitney untuk pengaruh terapi
(1,96) maka Ho ditolak Ha
pijat refleksi kaki terhadap tekanan
diterima, artinya ada perbedaan
darah pada penderita hipertensi
62

tekanan darah (diastole) pada


Hasil ini menunjukan kondisi
kelompok perlakukan dan
awal tekanan darah sebelum
kelompok control sudah
perlakuan pada kedua kelompok
diberikan terapi pijat refleksi
kaki. sama artinya kedua kelompok
sebelum perlakuan dengan kondisi
Tabel Hasil Uji Mann Whiney
Sebelum dan sesudah awal setara atau asas kesetaraan
Perlakuan (Diastole)
terpenuhi.
Pre Test
Kelompo rerata Keteranga Hasil perhitungsn uji Mann
k n
Zhitung p-
value Whitney untuk pengaruh terapi
Kontrol 94,5 0,228 0,820 Ho pijat refleksi kaki terhadap
diterima
Perlakuan 94,1 tekanan darah pada penderita
Post Test hipertensi primer sesudah
rerata Keteranga
Zhitung p- n
value
diberikan perlakuan (post test)
Kontrol 92,3 3,443 0,001 Ho ditolak
diperoleh nilai zhitung sebesar
Perlakuan 80,0
3,443, sedangkan ztabel sebesar
Hasil perhitungan uji Mann 1,96 serta p value (0,001<0,05),
Whitney untuk pengaruh terapi pijat
karena zhitung (3,443) > ztabel
refleksi kaki terhadap tekanan darah (1,96) maka Ho ditolak Ha
pada penderita hipertensi primer diterima, artinya ada perbedaan
sebelum diberikan perlakuan (test tekanan darah (diastole) pada
awal) diperoleh nilai Zhitung kelompok perlakuan dan kelompok

sebesar 0,228, sedangkan zhitung control sesudah diberikan perlakuan

sebsar 1,96 dan p value terapi pijat refleksi kaki.

zhitung D. PEMBAHASAN
(0,228>0,05), karena
1. Tekanan Darah Sebelum
(0,424) < ztabel (1,96) maka Ho
dilakukan terapi pijat refleksi
diterima dan Ha ditolak, artinya
kaki pada kelompok perlakuan
tidak ada perbedaan tekanan dan kelompok control
(diastole) pada kelompok Hasil penelitian menunjukkan
perlakuan dan kelompok control sebelum diberikan perlakuan (senam
sebelum diberikan perlakuan. hipertensi), rata-rata dengan
63

hipertensi derajat I. Rata-rata juga mengalami perubahan


tekanan darah untuk kelompok fisiologis, misalnya penurunan
perlakuan 154,5/94,1 mmHg dan rata- elastisitas arteri dan juga adanya
rata tekanan darah untuk kelompok kekakuan pembuluh darah, hal ini
kontrol 153,6/94,5 mmHg. yang menyebabkan risiko hipertensi
Hipertensi pada lansia mudah akan naik dengan bertambahnya
terjadi seiring bertambahnya umur. Adanya banyak hal yang
usia. Menurut Kemenkes RI bisa dilakukan untuk
(2013) bertambahnya umur, menurunkan risiko hipertensi
risiko terkena hipertensi menjadi pada lansia. Lansia harus
lebihbesar sehingga prevalensi diperhatikan asupan makanan
hipertensi dikalangan usia lanjut serta aktivitas fisiknya.
cukup tinggi,yaitu sekitar 40%, 2. Tekanan Darah Sesudah
dengan kematian sekitar diatas dilakukan terapi pijat refleksi
usia 65 tahun (Kemenkes 2013). kaki pada kelompok perlakuan
Nugroho (2012) menyebutkan dan kelompok control
bahwa individu berumur 55 tahun Tekanan darah sesudah
memiliki 90% resiko untuk perlakuan, yaitu dengan
mengalami hipertensi. Menurut menggunakan terapi pijat refleksi
Pudiastuti (2013) memaparkan kaki pada kelompok perlakuan
bahwa tekanan darah sistolik mengalami penurunan tekanan darah
terus meningkat sampai usia 80 yang signifikan. Pada kondisi awal
tahun dan tekanan diastolik terus dengan rata- rata 154,6/94,1 mmHg
meningkat sampai usia 55-60 menurun menjadi 128,6/80,0
tahun, kemudian berkurang mmHg. Sedangkan pada kelompok
secara perlahan atau bahkan kontrol 153,6/94,5 mmHg hanya turun
menurun drastis. sedikit menjadi menjadi 152,3/92,3
Pada lansia kejadian mmHg. Hal ini menggambarkan
hipertensi merupakan hal yang pada kelompok yang diberikan
wajar meningkat bertambahnya terapi pijat refleksi kaki
usia. Rindang (2015) menjelaskan mengalami penurunan yang cukup
seseorang bertambah tua maka ia tajam dibandingkan dengan
64

kelompok kontrol. energi di dalam tubuh serta


Pada kelompok yang diberikan mengendurkan keteganganotot.
terapi pijat refleksi kaki mengalami Meskipun teknik pemijatan
penurunan yang lebih tajam tidakakan berdampak banyak pada
dibandingkan dengan kelompok penderitahipertensi berat, tetapi
yang tidak diberikan terapi. Setelah beberapa penelitiantelah
diberikan terapi pijat kaki dari membuktikan bahwa massase
hipertensi tingkat 1 rata-rata turun dapatmenurunkan tekanan darah pada
menjadi pre hipertensi dan ada 2 penderitahipertensi ringan dan
responden yang normal. sedang. Sedangkan penelitian oleh
Sedangkan pada kelompok Zunaidi, et al (2014) terdapat
kontrol dari hipertensi tingkat perbedaan antara terapi pijat refleksi
satu setelah pengukuran akhir tetap dan massage kaki terhadap penurunan
hipertensi tingkat I. tekanan dan pada penelitian ini
Hasil penelitian tersebut memberikan rekomendasi terapi pijat
menunjukkan efektivitas penurunan refleksi sebagai salah satu terapi
tekanan darah yang cukup signifikan komplementer mampu di
akibat diberikan diberikan terapi pijat aplikasikan perawat dalam
kaki. Hal ini seperti yang dijelaskan menurunkantekanan darah pada
oleh (Wahyuni, 2014) terapi pijat kaki penderita hipertensi.
melancarkan sirkulasi darah di dalam Penelitian Chanif (2016)
seluruh tubuh, menjaga kesehatan menyebutkan bahwa terdapat
agar tetap prima, membantu perbedaan yang signifikan Tekanan
mengurangi rasa sakit dan kelelahan, darah sistolik, diastolik dan MAP
melancarkan produksi hormon sebelum dan setelah perlakuan
endorfin yang berfungsi untuk terapi pijat refleksi kaki. Sedangkan
rileksasi tubuh sehingga tekanan penelitian Rindang (2015)
darah menurun. Hal tersebut juga menyebutkan bahwa terdapat
dijelaskan oleh Dalimartha (2008) perbedaan antara tekanan darah
teknik pemijatan berdampak kelompok eksperimen dan
terhadaplancarnya sirkulasi aliran kelompok kontrol.
darah,menyeimbangkan aliran 3. Pengaruh Terapi Pijat
65

Refleksi Kaki Terhadap Tekanan kaki yang dipijat.


Darah pada Penderita Hipertensi Pijat melancarkan peredaran
Primerdi Panti Wreda Pajang darah dan aliran getah bening.
Surakarta. Efek langsung yang bersifat
Hasil penelitian menunjukkan mekanis dari tekanan secara
terapi pijat refleksi kaki efektif berirama dan gerakan-gerakan
menurunkan tekanan darah pada yang digunakan dalam pijat
lansia. Hasil penelitian setelah secara dramatis meningkatkan
dilakukan refleksi kaki tekanan tingkat aliran darah. Rangsangan
darah lansia mengalami penurunan yang ditimbulkan terhadap
yang tajam.Aktivitas fisik sangat reseptor saraf juga mengakibatkan
penting untuk meningkat kesehatan pembuluh darah meleba rsecara
lansia, salah satunya adalah terapi refleks sehingga melancarkan
refleksi kaki. Refleksi kaki tidak aliran darah yang sangat
hanya dengan pijat tetapi juga dapat berpengaruh bagi kesehatan.
dilakukan dengan Olah raga rutin
Hasil uji statistik baik sistole
berjalan telanjang kaki. Menurut
maupun diastole menunjukkan
Nugroho (2012) olah raga rutin
adanya pengaruh signifikan terapi
berjalan telanjang kaki, secara
pijat refleksi kaki terhadap penuruna
otomatis titik refleksi pada kaki
tekanan darah pada lansia. Pada
mendapat tekanan (pijatan). Hal itu
kelompok perlakuan sebelum dan
sangat baik untuk kesehatan seluruh
sesudah terdapat perbedaan yang
tubuh. Lebih baik lagi jika
signifikan (p < 0,005) sedangkan
dilakukan di sarana refleksi kaki
pada kelompok kontrol tidak ada
yang disediakan. Rindang (2015)
perbedaan yang signifikan (p>
mengemukakan bahwa refleksi
0,05). Perbandingan keduanya
pijat kaki cukup efektif
dapat dilihat dari nilai rata-rata
memberikan rangsangan relaksasi
hasil akhir dari kelompok
yangmampu memperlancar
perlakuan (terapi pijat refleksi
aliran darah dancairan tubuh pada
kaki) yaitu sebesar 128,6/80,0
bagian- bagian tubuh yang
mmHg, sedangkan kelompok
berhubungan dengan titik syaraf
kontrol rata-rata hasil test akhir
66

152,3/92,3 mmHg. Hal ini kelompok kontrol.


membuktikan terapi pijat refleksi E. SIMPULAN DAN SARAN
kaki signifikan berpengaruh Pada kelompok kontrol
positif terhadap penurunan sebelum dilakukan perlakuan,
tekanan darah pada lansia. sebagian besar dengan hipertensi
derajat I) dan setelah dilakukan
Efektivitas penurunan tekanan
perlakuansebagian besar dengan
darah sebagai dampak dari
hipertensi derajat I. Rata-rata
pemberian terapi pijat refleksi juga
sebelum sebesar 153,6/94,5 mmHg
didukung oleh penelitian yang
turun menjadi 152,3/92,3 mmHg.
dilakukan oleh Zunaidi, et al
Pada kelompok perlakuan
(2014) yang melakukan
sebelum dilakukan perlakuan,
penelitian pengaruh pijat
sebagian besar dengan hipertensi
refleksi terhadap tekanan darah
derajat Idan setelah dilakukan
pada penderita hipertensi di Klinik
perlakuan sebagian besar dengan
Sehat Hasta Therapetika
hipertensi tingkat ringan (derajat I)
Tugurejo Semarang dengan hasil
dan setelah diberi perlakuan terapi
terdapat perbedaan antara terapi
pijat refleksi kaki sebagian besar
pijat refleksi dan massage kaki
turun menjadi pre hipertensi. Rata-
terhadap penurunan tekanandarah
rata sebelum rata-rata 154,5/94,1
pada responden dengan nilai
mmHg menurun menjadi 128,6/80,0
tekanan darah sistole p value
mmHg.
0.033 dan diastol p value 0.017.
Ada perbedaan signifikan
sedangkan penelitian lain yang
tekanan darah sebelum dan sesudah
mendukung adalah penelitian
perlakuan pada kelompok terapi
Rindang, et al (2015) terdapat
pijat refleksi kaki. Tidak ada
pengaruh terapi pijatrefleksi
perbedaan signifikan tekanan darah
kakiterhadap tekanan darah pada
sebelum dan sesudah perlakuan
penderita hipertensi. Hasil
pada kelompok kontrol. Ada
penelitian ini juga membuktikan
pengaruh signifikan pemberian
adanya perbedaan antara mean
terapi pijat refleksi kakiterhadap
post test antara tekanan darah
tekanan darah pada penderita
kelompok eksperimen dan
67

hipertensi primer. Masih diperlukan


penelitian lebih lanjut tentang
terapi pijat refleksi kaki sebagai
salah satu terapi komplementer pada
penderita hipertensi. Terapi pijat
refleksi sebagai salah satu terapi
komplementer diharapkan mampu
untuk diaplikasikan perawat dalam
menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi.
68

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, R. (2014). Konsumsi Buah Dan Sayur Serta Konsumsi Susu Sebagai
Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi DI Puskesmas S. Parman Kota
Banjarmasin. Jurnal Skala Kesehatan Volume 5 No 1 tahun 2014

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta : DIVA


PressBaradero,

M. Dayrit, M.W. & Siswadi, Y. Klien gangguan kardiovaskuler seri asuhan


keperawatan. Jakarta : EGC. 2008

Chanif, Khoiriyah, 2016. Penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi


berbasis Terapi pijat refleksi kaki.

Dalimartha, S.Purnama, B.T Sutarina, N. Mahendra, B. & darmawan,, R. Care your


self hipertensi.

Depok : Penebar Plus. 2008

Finansari, T. Y., Setyawan, D.,Meikawati, W.,(2014). Perebedaan terapi musik


klasik dan Musik yang disukai terhadap tekanan darah pada pasien
Hipertensi Di RSUD DR. H.soewondo Kendal

Hasneli, Y. Oktaviah, D, Darmilis. TEMPURA (Coconut Shells) as a foot


eercise therapy on blood circulation and sensitivity foot for
diabetic patients. RIAU International Nursing Conference (hal 58).
Pekanbaru : School of Nursing University of Riau.

Herlambang.(2013). Menaklukan hipertensi dan diabetes.Jagakarsa : PT. suka


buku.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta., Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Kowalski, RE. Terapi hipertensi : program 8 minggu menurunkan tekanan


darah tinggi dan mengurangi resiko serangan jantung dan stroke
secara alami. Bandung : Penerbit Qanita. 2010.
69

Kumar, V. Pijat refleksi. Jakarta : BIP Kelompok Gramedia. 2009

Nugroho,, I. A. Asrin, & Sarwono. 2012. Efektivitas pijat refleksi kaki dan
hipnoterapi terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Jurnal Ilmiah kesehatan Keperawatan, 8(2). Diperoleh tanggal 27 Januari
2017 dari http:/www.academia.edu/373947Jstikesmuhgo-gdl-irmawand-
13652-hal 57-3

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.

Provil Kesehatan Jawa Tengah.(2015). Profil kesehatan jawa tengah tahun 2015.
(online),(http:// www.dinkesjatengprov,go.id/). Diakes tanggal 12 maret
2017

Pudiastuti, R.D. Penyakit-penyakit mematikan. Yogyakarta : Nuha Medika.2013.

Rindang Azhari Rezky, R.A,dkk. 2015. Pengaruh terapi pijat refleksi kaki
Terhadap tekanan darah pada Penderita hipertensi primer. JOM Vol. 2
No. 2, Oktober 2015

Riskesdas, Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian


kesehatan RI tahun 2013. Diperoleh tanggal 10 Januari 2017 dari
http:www.riskesdas.litbang.depkes.go.id/download/laporan
riskesdas.2011.pdf

Sulistyarini, T. (2015). Musik Klasik Lebih Efektif Dibandingkan Relaksasi


Nafas Dalam Terhadap Penurunan Tekanan Darah. Jurnal Penelitian
Keperawatan. volume 1. No 1 Januari 2015

Susilo, Y & Wulandari, A. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Andi : Yogyakarta.


2011

Tarigan. Sehat dengan terapi pijat. Diperoleh pada tanggal 27 Januari 2017 dari
http://www. mediaindonesia.com

Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan bagi Penderita Hipertensi secara


Terpadu.Yogyakarta : Graha Ilmu.
70

Wahyuni, S. Pengaruh massage ekstremitas dengan aroma terapi lavender


terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di Kalurahan Grendeng
Purwokerto. Universitas jendral Soedirman : Purwokerto. 2014.
Diperoleh pada tanggal 27 Januari 2017 dari http://
keperawatan.unsoed.ac.idsitesdefault/files/INDAH/%20SETYA%WAH
YUNI.pdf

Wahyuni, S. Pijat refleksi untuk kesehatan. Jakarta Timur : Dunia Sehat. 2014

WHO, A Global Brief Hypertension : Silent Killer, Global Public Health


Disease, Switerland WHO Press. 2013

Wijaya, A.S. & Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta :
Nuha Medika

Zunaidi, Ahmad, dkk. 2014. Pengaruh Pijat Refleksi Terhadap Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi Di Klinik Sehat Hasta Therapetika Tugurejo
Semarang.Prosiding Konferensi Nasional II Ppni Jawa Tengah 2014.
71

PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI TELAPAK KAKI


TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH
PADA PENDERITA HIPERTENSI

Agus Arianto1), Swito Prastiwi2), Ani


Sutriningsih3)

1)
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
2)
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang
3)
Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
E-mail : ngahagus@gmail.com

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang berkaitan


dengan penurunan angka harapan hidup penderita, peningkatan penyakit
jantung dan risiko terjadinya stroke. Banyak pengobatan non farmakologi
yang telah ditemukan untuk membantu menurunkan tekanan, seperti terapi
pijat refleksi telapak kaki yang dapat menurunkan tekanan darah. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi pijat refleksi
telapak kaki terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Desain penelitian mengunakan Quasi Experimental dengan pendekatan
nonrandomized pretest and posttest with control group design. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 34 responden, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 17
orang sebagai kelompok eksperimen dan 17 orang sebagai kelompok kontrol.
Metode analisa data dengan paired t test untuk menilai tekanan darah sistolik
pre-post test dan untuk menguji tekanan darah diastolik mengunakan uji
Wilcoxon. Hasil penelitian dengan uji paired t test untuk tekanan darah
sistolik dan uji Wilcoxon untuk tekanan darah diastolik diperoleh nilai
signifikansi 0,00 (sig<0,05), artinya pijat refleksi telapak kaki berpengaruh
terhadap perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi. Terapi pijat
refleksi telapak kaki dapat menurunkan tekanan darah dan sebaiknya
dilakukan di sore hari agar efektifitasnya dalam menurunkan tekanan darah
lebih maksimal.

Kata Kunci : Hipertensi, tekanan darah, terapi pijat refleksi telapak kaki.
72

INFLUENCE OF FOOT REFLEXOLOGY THERAPY AGAINST BLOOD


PRESSURE CHANGES IN PATIENTS WITH HYPERTENSION

ABSTRACT

Hypertension is one of non-communicable diseases associated with a


decrease in patient life expectancy, increasing the risk of heart disease and
stroke. Many non- pharmacological treatments that have been found to help
reduce the pressure, such as reflexology foot massage therapy that can lower
blood pressure. The purpose of this study to determine the effect of
reflexology foot massage therapy to changes in blood pressure in patients
with hypertension. The study design using Quasi-Experimental approaches
nonrandomized pretest and posttest with control group design. The sample
in this study amounted to 34 respondents, divided into 2 groups: 17 people as
an experimental group and 17 as control group. Methods of data analysis by
paired t test to assess the systolic blood pressure and pre-post test to test the
diastolic blood pressure using the Wilcoxon test. The results of the study with
paired t test for systolic blood pressure and Wilcoxon test for diastolic blood
pressure of 0.00 significance value (sig <0.05). This means that reflexology
foot massage effect on the change in blood pressure in patients with
hypertension. Reflexology foot massage therapy can lower blood pressure
and should be done in the afternoon so that its effectiveness in lowering
blood pressure over the maximum.

Keywords : Hypertension, high blood pressure, reflexology foot massage therapy


73

dan stroke, komplikasi hipertensi


PENDAHULUAN
termasuk gagal jantung, penyakit
Penyakit hipertensi
pembuluh darah perifer, gangguan
merupakan penyakit yang tidak
ginjal, perdarahan retina dan
menular yang menjadi masalah
gangguan penglihatan (WHO, 2014).
serius karena prevenlensi penyakit
Prevalensi keseluruhan tekanan
ini terus meningkat. Hipertensi
darah tinggi pada orang dewasa
sering tidak menunjukkan tanda
berusia ≥25 tahun sekitar 40% pada
dan gejala sehingga menjadi
tahun 2008. Prevalensi hipertensi
pembunuh diam-diam (the silent
tertinggi berada di Afrika yaitu
killer of death) dan menjadi
sebesar 46% pada pria dan wanita
pencetus utama timbulnya
(WHO, 2014). Di Inggris, 34% pria
penyakit jantung, stroke dan ginjal
dan 30% wanita menderita hipertensi
(Sutanto,2010).
(diatas 140/90 mmHg) atau sedang
Berdasarkan data WHO
mendapatkan pengobatan hipertensi.
pada tahun 2014 didapatkan
Prevalensi hipertensi di dunia hampir
bahwa penyakit kardiovaskuler
satu miliar orang dan diperkirakan
merupakan pembunuh nomor 1 di
pada tahun 2025, jumlahnya mencapai
dunia untuk usia diatas 45 tahun
1,6 miliar orang (Palmer dan William,
dan diperkirakan 12 juta orang
2007).
meninggal tiap tahunnya. Secara
Hasil dari Riskesdas (2013)
global, hipertensi diperkirakan
Prevalensi hipertensi di Indonesia
menjadi penyebab 7,5 juta
yang di dapat melalui pengukuran
kematian, sekitar 12,8% dari total
pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8%,
seluruh kematian. Tekanan darah
tertinggi di Bangka Belitung
tinggi merupakan faktor risiko
(30,09%), diikuti Kalimantan Selatan
utama pada penyakit jantung
(29,6%), dan Jawa Barat (29,4%).
koroner dan stroke iskemik serta
Untuk prevalensi provinsi Sulawesi
hemoragik. Tingkat tekanan darah
Utara berada di posisi ke 7 dari 33
telah terbukti positif dan terus
provinsi yang ada di Indonesia yaitu
berhubungan dengan risiko stroke
sebesar 27,1%. Berdasarkan Hasil
dan penyakit jantung koroner.
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013,
Selain penyakit jantung koroner
74

kecenderungan prevalensi tubuh ini akan menyebabkan kadar


hipertensi berdasarkan wawancara norepinefrin dalam darah menurun
pada usia ≥ 18 tahun menurut (Mills, 2012). Berkenaan dengan
provinsi di Indonesia tahun 2013, penatalaksanaan hipertensi di atas,
Jawa Timur berada pada urutan terapi konservatif dengan terapi
ke-6 (Depkes RI, 2013). komplementer merupakan pilihan
Morbiditas dan mortalitas yang bisa dipertimbangkan untuk
yang terjadi pada pasien hipertensi meminimalkan efek samping yang
dapat dicegah dengan intervensi ditimbulkan dari terapi farmakologis.
yang mempertahankan tekanan Dalam Peraturan Menteri Kesehatan
darah di bawah 140/90 mmHg. Republik Indonesia No. 1109 tahun
Intervesi yang dilakukan salah 2007 menyebutkan pengobatan
satunya dengan tehnik komplementer merupakan pengobatan
nonfarmakologis. meliputi promotif, preventif, kuratif,
Tehnik nonfarmakologis dan rehabilitatif yang dilakukan oleh
yaitu intervensi dengan selain tenaga kesehatan dengan keamanan
obat-obatan, dimana salah satunya dan efektifitas tinggi salah satu terapi
yaitu dengan teknik kompelementer tersebut adalah terapi
relaksasi.Teknik relaksasi dapat pijat refleksi.
menurunkan denyut jantung dan Pijat refleksi merupakan suatu
TPR dengan cara menghambat metode memijat titik-titik tertentu
respons stres saraf simpatis pada tangan dan kaki. Manfaat pijat
(Corwin, 2009). refleksi untuk kesehatan sudah tidak
Teknik relaksasi memiliki perlu diragukan lagi. Salah satu
pengaruh yang sama dengan obat khasiatnya yang paling populer adalah
antihipertensi dalam menurunkan untuk mengurangi rasa sakit pada
tekanan darah. Prosesnya yaitu tubuh. Manfaat lainnya adalah
dimulai dengan membuat otot-otot mencegah berbagai penyakit,
polos pembuluh darah arteri dan meningkatkan daya tahan tubuh,
vena menjadi rileks bersama membantu mengatasi stress,
dengan otot-otot lain dalam tubuh. meringankan gejala migrain,
Efek dari relaksasi otot-otot dalam membantu penyembuhan penyakit
75

kronis, dan mengurangi menggunakanalat sphygmomanometer


ketergantungan terhadap obat digital. Penelitian dilakukan pada jam
obatan. Teknik-teknik dasar yang yang sama, dimana peneliti telah
sering dipakai dalam pijat refleksi menentukan rentang waktu
diantaranya: teknik merambatkan pengambilan data untuk setiap
ibu jari, memutar tangan dan kaki responden yaitu dari jam 15.00 –
pada satu titik, serta teknik 17.00 WIB menunjukan pijat refleksi
menekan dan menahan. dapat menurunkan tekanan darah,
Rangsangan rangsangan berupa namun reponden masih dalam
tekanan pada tangan dan kaki kategori hipertensi.
dapat memancarkan gelombang Studi Pendahuluan dilakukan
gelombang relaksasi ke seluruh pada tanggal 25 April 2016 di RT 06
tubuh (Wahyuni, 2014) RW 07 Kelurahan Tlogomas melalui
Berdasarkan penelitian yang wawancara terhadap 7 orang penderita
dilakukan oleh Wahyuni (2014), hipertensi. Hasil wawancara
massage ekstremitas dengan menunjukkan bahwa 5 orang
aroma terapi lavender berpengaruh penderita hipertensi belum
terhadap penurunan tekanan darah mengetahui pijat refleksi dapat
pada lansia dengan hipertensi. menurunkan tekanan darah, dan
Hasil penelitian ini diperkuat oleh sisanya pernah melakukan pijat
Nugroho (2012), menunjukkan refleksi lalu kemudian berhenti.
bahwa pijat refleksi kaki lebih Selanjutnya mereka mengatakan jika
efektif dibanding hipnoterapi mereka merasakan pusing, sakit
dalam menurunkan tekanan darah. kepala, penglihatan kabur dan seperti
Penelitian lain yang dilakukan melayang-layang yang sering terjadi
oleh Rezki, Hasneli, dan Hasanah saat cuaca panas dan saat mereka
(2015) tentang pengaruh terapi kelelahan yang merupakan gejala
pijat refleksi kaki terhadap tekanan hipertensi ringan mereka lebih
darah pada penderita hipertensi memilih untuk istirahat seperti duduk,
primer yang dilakukan Pada kedua berbaring, minum air putih dan tidur
kelompok tekanan darah sistolik yang dapat mengurangi gejala
dan diastolik dihitung dengan tersebut. Tujuan dari penelitian ini
76

untuk mengetahui pengaruh Terapi independent perubahan tekanan darah.


Pijat Refleksi Telapak Kaki Teknik pengumpulan data mengunakan
Terhadap Perubahan Tekanan alat bantu pijat refleksi telapak kaki
Darah Pada Penderita Hipertensi yang terbuat dari kayu. Penelitian di
di RT 07 RW 06 Kelurahan lakukan pada bulan juli 2016. Metode
Tlogomas Kecamatan Lowokwaru analisa data yang digunakan yaitu uji
Malang. paired t test untuk tekanan darah
sistolik dan uji wilxocon untuk tekanan
METODE PENELITIAN darah diastolik dengan mengunakan
SPSS 23.
Desain penelitian mengunakan
Quasi Experimental dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
pendekatan nonrandomized pretest
and posttest with control group
design. Sampel dalam penelitian
ini berjumlah 34 responden, dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu 17 orang
sebagai kelompok eksperimen dan
17 orang sebagai kelompok kontrol
di RT 07 RW 06 Kelurahan
Tlogomas Kota Malang yang
diambil dengan teknik purposive
Gambar 1. Tekanan darah sebelum
sampling dimana pengambilan terapi pijat refleksi telapak kaki
sampel penelitian sesuai dengan
Berdasarkan Gambar 1 rata-rata
kriteria inklusi bersedian menjadi
tekanan darah penderita hipertensi
responden, pria dan wanita diatas
pada kelompok eksperimen sebelum
50 tahun, memiliki riwayat
dilakukan pijat refleksi telapak kaki
hipertensi dan tidak sedang
untuk sesi pagi diperoleh tekanan
mengikuti program terapi meditasi
darah sistolik sebesar 156,5 mmHg
atau program relaksasi lainya.
dan diastolik sebesar 98,05 mmHg
variabel dependent pada penelitian
sedangkan untuk sesi sore diperoleh
ini adalah terapi pijat refleksi
tekanan darah sistolik sebesar 151,5
telapak kaki dan variabel
77

mmHg dan tekanan darah diastolik mmHg, sedangkan untuk sesi sore
sebesar 93,3 mmHg. Pada diperoleh tekanan darah sistolik
kelompok kontrol rata-rata tekanan sebesar 143,5 mmHg dan tekanan
darah pengukuran awal penderita darah diastolik sebesar 88,8 mmHg.
hipertensi untuk sesi pagi Pada kelompok kontrol rata-
diperoleh tekanan darah awal rata tekanan darah pengukuran akhir
sistolik sebesar 150,85 mmHg dan penderita hipertensi untuk sesi pagi
tekanan darah awal diastolik diperoleh tekanan darah akhir sistolik
sebesar 95,94 mmHg sedangkan sebesar 149,1 mmHg dan tekanan
untuk sesi sore diperoleh tekanan darah akhir diastolik sebesar 94,6
darah awal sistolik sebesar 146,11 mmHg sedangkan untuk sesi sore
mmHg dan tekanan darah diastolik diperoleh tekanan darah akhir sistolik
awal sebesar 91,91 mmHg. sebesar 143,9 mmHg dan tekanan
darah diastolik akhir sebesar 90,3
mmHg.
Pengaruh Terapi Pijat Refleksi
Telapak Kaki
Pada penelitian ini untuk
menguji pengaruh terapi pijat refleksi
telapak kaki terhadap perubahan
tekanan darah sistolik dengan uji
paired t test didapatkan hasil pada sesi
pagi dan sore masing-masing memiliki
Gambar 2. Tekanan darah setelah nilai p value = (0,00<0,050) yang
terapi pijat refleksi telapak kaki artinya “terapi pijat refleksi telapak
Berdasarkan Gambar 2 di kaki berpengaruh terhadap perubahan
atas rata-rata tekanan darah tekanan darah sistolik pada penderita
penderita hipertensi kelompok hipertensi”. Sedangkan didapatkan nilai
eksperimen setelah dilakukan pijat r value = 0,879 untuk sesi pagi dan r
refleksi telapak kaki untuk sesi value = 0,913 untuk sesi sore yang
pagi diperoleh tekanan darah artinya sesi sore memiliki pengaruh
sistolik sebesar 151,9 yang tinggi dibandingkan sesi pagi
mmHg dan diastolik sebesar 95,5
78

untuk terapi pijat refleksi telapak kelompok eksperimen dan kontrol


kaki terhadap perubahan pada untuk sesi pagi dan sore menunjukkan
tekanan darah. nilai p value 0,000, berdasarkan data
Selanjutnya untuk menguji di atas berarti nilai p value < α (0,05)
pengaruh terapi pijat refleksi telapak Artinya terdapat perbedaan bermakna
kaki terhadap perubahan tekanan tekanan darah diastolik antrara
darah diastolik didapatkan hasil uji kelompok ekperimen dan kontrol.
wilcoxon pada sesi pagi dan sore Tekanan Darah Sebelum Terapi
masing-masing memiliki nilai p Pijat Refleksi Telapak Kaki
value = (0,00<0,050) yang artinya Hasil penelitian pada Gambar 1

“terapi pijat refleksi telapak kaki didapatkan rata-rata tekanan darah

berpengaruh terhadap perubahan sistolik untuk sesi pagi kelompok

tekanan darah diastolik pada eksperimen 156,5 mmHg dan

penderita hipertensi”. kelompok kontrol 150,85 mmHg

Hasil uji Independent T Test sedangkan untuk sesi sore tekanan

selisih rata-rata tekanan darah awal darah sistolik kelompok eksperimen

dan akhir sistolik pada kelompok 151,5 mmHg dan kelompok kontrol

eksperimen dan kontrol untuk sesi 146,11 mmHg. Selanjutnya rata- rata

pagi menunjukkan nilai p value tekanan darah diastolik untuk sesi pagi

0,000, dan untuk sesi pagi selisih kelompok eksperimen 98,05 mmHg

rata-rata tekanan darah sistolik awal dan kelompok kontrol 95,94 mmHg

dan akhir pada kelompok sedangkan untuk sesi sore tekanan

eksperimen dan kontrol darah diastolik pada kelompok

menunjukkan p value 0,007, berarti eksperimen 93,29 mmHg dan pada

nilai p value < α (0,05), Artinya kelompok kontrol 91,91 mmHg.

terdapat perbedaan bermakna pada Berdasarkan angka kejadianya

tekanan darah sistolik antrara faktor usia menjadi salah satu

kelompok ekperimen dan juga pada penyebab seseorang terkena hipertensi.

kelompok kontrol. Dapat diketahui bahwa semangkin

Hasil uji Mann-Whitney bertambahnya usia terjadi penurunan

Test selisih rata-rata tekanan darah fungsi organ sehingga mempengahui

awal dan akhir diastolik pada fungsi saraf simpatik yang menahan
natrium, meningkatnya sekresi renin
79

sehingga meningkatkan produksi resistensi insulin, akibatnya terjadi


angiotensin II dan aldosteron serta produksi insulin berlebihan oleh sel
dapat mempengahui tahapan beta pankreas sehingga insulin di
pembuluh darah, termasuk dalam darah menjadi berlebihan. Hal
gangguan pembuluh darah kecil di ini akan meningkatkan tekanan darah
ginjal (Muttaqin, 2009). dengan cara menahan pengeluaran
Hipertensi juga dapat di natrium oleh ginjal dan
pengaruhi oleh faktor jenis kelamin meningkatkan kadar plasma
yang mana dikatakan bahwa pada norepinephrin. (Kapojos, 2001).
wanita lebih rentan terkena Tekanan Darah Setelah Terapi Pijat
hipertensi dibanding pada laki laki. Refleksi Telapak Kaki
Penyakit hipertensi cenderung lebih Hasil penelitian pada Gambar 2
rendah pada jenis kelamin didapatkan bahwa tekanan darah
perempuan dibandingkan dengan responden hipertensi setelah diberi
laki- laki. Namun demikian, terapi pijat refleksi telapak kaki
perempuan yang mengalami masa mengalami penurunan. Terdapat
premenopause cenderung memiliki perbedaan rata-rata tekanan darah
tekanan darah lebih tinggi daripada sistolik dan diastolik pada kelompok
laki-laki. Hal tersebut disebabkan eksperimen sesudah intervensi.
oleh hormon estrogen, yang dapat Pada sesi pagi kelompok
melindungi wanita dari penyakit ekperimen terjadi penurunan tekanan
kardiovaskuler. darah sistolik yaitu dari 156.50 mmHg
Hormon estrogen ini menjadi 151,91 dengan selisih sebesar
kadarnya akan semakin menurun 4,59 mmHg selanjutnya untuk tekanan
setelah menopause (Armilawati darah diastoliknya juga mengalami
2007). Selain karna faktor umur penurunan dari 98.05 mmHg menjadi
dan jenis kelamin, berat badan atau 95.50 mmHg dengan dengan selisih
bisa dihitung dengan indek masa sebesar 2,55 mmHg.
tubuh juga berperan penting Selanjutnya pada sesi sore terjadi
dalam pernyebab terjadinya penurunan tekanan darah sistolik yaitu
hipertensi. Pada penderita obesitas dari 151.50 mmHg menjadi 143,50
banyak diketahui terjadi dengan selisih sebesar 8 mmHg dan
80

untuk tekanan darah diastoliknya tubuh mengalami kondisi seimbang


juga mengalami penurunan dari (Wijayakusuma, 2006).
93,29 mmHg menjadi 88,82 mmHg Faktor lain yang mempengaruhi
dengan dengan selisih 4,47 mmHg. perubahan tekanan darah adalah
Perubahan tekanan darah yang variasi diurnal. Banyak penelitian
terjadi disebabkan karna faktor yang menyatakan bahwa saat tekanan
pemberian terapi pijat refleksi darah mencapai puncak tertinggi pada
telapak kaki. pagi hari (mid morning), puncak
Pijat sebagai tindakan yang kedua pada sore hari, menurun malam
memberikan relaksasi dikarenakan hari, paling rendah pada waktu tidur
sistem saraf simpatis mengalami sampai jam tiga sampai jam empat
penurunan aktivitas sehingga pagi, kemudian tekanan darah naik
mengakibatkan penurunan tekanan perlahan sampai bangun pagi dimana
darah serta pijat merupakan suatu tekanan darah naik secara cepat.
bentuk latihan pasif yang mampu Tekanan darah dapat bervariasi
meningkatkan sirkulasi darah pada sampai 40 mmHg dalam 24 jam
tubuh (Safitri, 2009). Rangsangan (Majid, 2005).
yang ditimbulkan terhadap reseptor Pengaruh Terapi Pijat Refleksi
saraf juga mengakibatkan pembuluh Telapak Kaki
darah melebar secara refleks Berdasarkan analisa data
sehingga melancarkan aliran darah dengan menggunakan uji paired t test
(Hadibroto, 2006). Dengan untuk tekanan darah sistolik dan uji
rangsangan yang diberikan mampu Wilcoxon untuk tekanan darah
memperlancar aliran darah dan diastolik pada sesi pagi dan sore
cairan tubuh. Hasilnya, sirkulasi menunjukan bahwa masing-masing
penyaluran nutrisi dan oksigen ke memiliki nilai p value = (0,00 <
sel-sel tubuh menjadi lancar tanpa 0,050) sehingga sehingga H1 diterima
ada hambatan. Sirkulasi darah yang yang artinya terapi pijat refleksi
lancar akan memberikan efek telapak kaki berpengaruh terhadap
relaksasi dan kesegaran pada perubahan tekanan darah pada
seluruh anggota tubuh sehingga penderita hipertensi di RT 06 RW 07
Kelurahan Tlogomas Kecamatan
81

Lowokwaru Malang. tubuh semakin membaik.


Sedangkan didapatkan nilai Hal ini sejalan dengan
r value = 0,879 untuk sesi pagi dan Penelitian Zunaidi (2014) didapatkan
r value = 0,913 untuk sesi sore hasil bahwa pijat refleksi mampu
yang artinya sesi sore memiliki menurunkan tekanan darah sistol
pengaruh yang tinggi sebesar 13,8 mmHg dan diastol 13,3
dibandingkan sesi pagi untuk mmHg. Setelah dilakukan terapi pijat
terapi pijat refleksi telapak kaki refleksi kaki didapatkan beberapa
terhadap perubahan tekanan darah. orang responden mengatakan badan
Hal ini sesuai dengan teori lebih ringan dan sakit kepala
yakni Pijat secara luas diakui berkurang.
sebagai tindakan yang Pendapat ini didukung oleh
memberikan relaksasi yang dalam Wijayakusuma (2006) yang
dikarenakan sistem saraf simpatis menyatakan bahwa pijat refleksi kaki
yang mengalami penurunan dapat memberikan rangsangan
aktivitas sehingga mengakibatkan relaksasi yang mampu memperlancar
penurunan tekanan darah serta aliran darah dan cairan tubuh pada
pijat merupakan suatu bentuk bagian-bagian dalam tubuh yang
latihan pasif yang mampu berhubungan dengan titik syaraf kaki
meningkatkan sirkulasi darah pada yang dipijat. Sirkulasi darah yang
tubuh (Safitri, 2009). Salah satu lancar akan memberikan efek
cara terbaik untuk menurunkan relaksasi sehingga tubuh mengalami
tekanan darah adalah dengan kondisi yang seimbang. Dengan
terapi pijat. Sejumlah studi telah adanya penurunan tekanan darah yang
menunjukkan bahwa terapi pijat bermakna baik pada sesi pagi maupun
yang dilakukan secara teratur bisa pada sesi sore, maka dapat
menurunkan tekanan darah sistolik disimpulkan bahwa pemberian terapi
dan diastolik, menurunkan kadar pijat refleksi telapak kaki dapat
hormone stress cortisol, menurunkan tekanan darah pada
menurunkan sumber depresi dan penderita hipertensi.
kecemasan, sehingga tekanan
darah akan terus turun dan fungsi
82

KESIMPULAN stress yang tidak dapat dikendalikan,


1) Tekanan darah sebelum terapi selanjutnya peneliti juga harus dapat
pijat refleksi telapak kaki membuat homogenitas sampel (jenis
kelompok eksperimen pada kelamin) agar hasil dari penelitian
penderita hipertensi hampir lebih baik.
seluruhnya (94,11%) DAFTAR PUSTAKA
tergolong dalam kategori Armilawati. 2007, Hipertensi dan
hipertensi stadium 1 faktor risikonya dalam kajian
sedangkan sebagian kecil epidemiologi Makassar:
(5,89%) tergolong dalam Bagian Epidemiologi FKM
kategori hipertensi stadium 2. UNHAS.
2) Tekanan darah setelah terapi
Corwin, Elizabeth J.2009.
pijat refleksi telapak kaki Patofisiologi: buku saku Edisi
kelompok eksperimen pada 3. Jakarta: EGC.

penderita hipertensi Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan


seluruhnya (100%) Dasar. Jakarta: Badan
Penelitian dan pengembangan
mengalami penurunan
Kesehatan Kementrian
tekanan darah tetapi masih Kesehatan RI.
tergolong dalam hipertensi Hadibroto, Yasmine. 2006. Seluk-
stadium 1. Beluk Pengobatan Alternatif
dan Komplementer. Jakarta :
3) Terdapat pengaruh terapi pijat
PT Bhuana Ilmu Populer
refleksi telapak kaki terhadap
Kapojos, S. 2001. Ilmu Penyakit
perubahan tekanan darah
Dalam Jilid II. Jakarta : FK
kelompok eksperimen pada UI
penderita hipertensi dengan
Majid. 2005 .Fisiologi
value P = 0,00 < α 0,05 untuk Kardiovaskular .Edisi 2.
sesi pagi dan sore. Bagian Fisiologi Fakultas
Kedokteran Universitas
SARAN Sumatera Utara, Medan
Bagi peneliti selanjutnya Mills, Catherine J .2012. A
diharapkan untuk memasukan ComparisionofRelaxation
Techniques on Blood
variabel perancu seperti pola
Pressure Reactivity and
makan responden, aktifitas, dan Recovery Assessing The
83

Moderating Effect of Palmer A and William, B. 2007.


Anger Coping Style. Simple Guide Tekanan
Dissertation.Old
Darah Tinggi. Alih bahasa dr
DominionUniversity;
Elizabeth Yasmine. Editor Rina
http://search.proquest.com/docvi Astikawati ,Amalia Safitri. Jakarta :
ew/1139209468/13E8331 Erlangga
5C1A265CE1ED/1?acco
Safitri, Putri. 2009. Efektivitas
untid=133190 Diakses
Massage Kaki dengan
tanggal 7 Maret 2016
Minyak Essensial
Muttaqin, Arif. (2009). Buku Ajar Lavender terhadap
Asuhan Keperawatan Penurunan Tekanan
Klien dengan Gangguan Darah. Medan: PSIK
sistem Kardiovaskular Fkep USU.
dan Hematodologi.
Wahyuni, S. 2014. Pijat refleksi
Jakarta : Salemba Medika
untuk kesehatan. Jakarta
Nugroho, I. A., Asrin, & Timur: Dunia Sehat.
Sarwono. 2012.
Wijayakusuma, H. 2006. Atasi
Efektivitas pijat refleksi
Asam Urat dan Reumatik
kaki dan hipnoterapi
ala Hembing. Jakarta:
terhadap penurunan
Puspa Swara
Kesehatan
Keperawatan, Zunaidi, Nurhayati, Prihatin. 2014.
http://www.academia.edu Pengaruh Pijat Refleksi
/83739 47/Jstikesmuhgo- Terhadap Tekanan Darah
gdl-irmawand-1365-2- Pada Penderita Hipertensi
hal_57-3 Diakses Di Klinik Sehat Hasta
tanggal 13 April 2016 TherapetikaTugurejo
Semarang
84

PENGARUH TERAPI REFLEKSI ALAT PIJAT KAYU


(APIYU) DENGAN MINYAK ZAITUN TERHADAP
TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI

Windy Enola Putri1, Wasisto Utomo2, Gamya Tri Utami3


1,2,3
Fakultas Keperawatan Universitas Riau

Fakultas Keperawatan Universitas


Riau Jalan Pattimura No 9 Gedung
G Pekanbaru Riau Kode Pos 28131
Indonesia Email:
windyenola38@gmail.com

Abstrak

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika tekanan darah di pembuluh darah meningkat
secara kronis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi refleksi alat
pijat kayu (APIYU) dengan minyak zaitun terhadap tekanan darah pada pasien dengan
hipertensi. Metode yang digunakan pada penelitian adalah quasy experiment dengan
pendekatan non-equivalent control group. Pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling dengan jumlah 34 responden adalah kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan terapi refleksi Alat Pijat
Kayu (APIYU) dengan minyak zaitun selama 30 menit dalam waktu 6 hari. Pada
kelompok kontrol tidak diberikan intervensi. Kedua kelompok tetap mengkonsumsi
obat hipertensi. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan setelah diberikan
terapi. Alat ukur yang digunakan lembar observasi dan sphygmomanometer digital.
Analisis yang digunakan adalah dependent t test dan independent t test. Hasil
penelitian menunjukkan terjadi penurunan, rata-rata tekanan darah sistolik pada
kelompok eksperimen pre test yaitu 149,26 mmHg dan post test yaitu 145,44 mmHg.
Rata-rata tekanan darah diastolik pre test 92,55 mmHg dan post test 91,30 mmHg.
Hasil uji statistik menunjukkan penurunan tekanan darah secara signifikan pada
kelompok eksperimen dengan p value 0,000 (p < 0,05). Hasil uji statistik mean
tekanan darah sistol sesudah intervensi pada kelompok eksperimen dan kontrol
diperoleh p value 0,000 (p < 0,05) dan mean tekanan darah diastol sesudah intervensi
pada kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh p value 0,014 (p < 0,05). Penelitian
ini menyimpulkan bahwa terapi refleksi Alat Pijat Kayu (APIYU) dengan minyak zaitun
dapat menurunkan tekanan darah.

Kata Kunci: Hipertensi, Minyak Zaitun, Pijat Refleksi, Tekanan darah.


85

Abstract

Hypertension is a condition when blood pressure in blood vessels increases


chronically. The purpose of this study was to determine the effect of reflection
therapy on wooden massage devices (APIYU) with olive oil for blood pressure in
patients with hypertension. The method of the research was quasy experiment with
non- equivalent control group approach. Sampling uses purposive sampling with a
total of 34 respondents, there are the experimental group and the control group. In
the experimental group were given a reflection therapy of wooden massage
equipment (APIYU) with olive oil for 30 minutes within 6 days. The control groups
were not given any intervention. Both groups continued to take hypertension
medication. Blood pressure measurement is carried out before and after therapy. The
measuring instrument used was the observation sheet and sphygmomanometer
digital. The analysis used was dependent t test and independent t test. The results
showed a decrease, mean in pre test systolic blood pressure in the experimental group
of 149.26 mmHg and mean post test of 145.44 mmHg. Mean blood pressure diastolic
pre test 92.55 mmHg and post test 91.30 mmHg. The statistical test results showed a
significant decrease in blood pressure in the experimental group with p value 0.000 (p
< 0.05). The result of the mean statistical test for systolic blood pressure after
intervention in the experimental and control group with p value 0.000 (p < 0.05) and
mean diastolic blood pressure after intervention in the experimental and control
group with p value 0.014 (p < 0.05). The conclusion: the results showed that the
reflection therapy of wooden massage devices (APIYU) with olive oil can reduce blood
pressure.

Keywords: Blood Pressure, Hypertension, Olive Oil, Reflexology.


86

PENDAHULUAN penyakit yang menjadi perhatian


dunia adalah hipertensi. Persentase
Hipertensi adalah suatu
hipertensi di Provinsi Riau yaitu
keadaan ketika tekanan darah di
sebanyak 20,9%. Prevalensi
pembuluh darah meningkat secara
hipertensi tertinggi yaitu berada di
kronis. Hal tersebut dapat terjadi
daerah Kampar, Pekanbaru, dan
karena jantung bekerja lebih keras
Dumai (Riskesdas, 2013).
memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Data dari Dinas Kesehatan
Penyakit ini biasa mengganggu Kota Pekanbaru (2017) didapatkan
organ-organ lain, seperti jantung dan data hipertensi tertinggi, yaitu
ginjal (Riskesdas Nasional, 2013). terdapat di dua Puskesmas yang
Hipertensi adalah suatu kondisi berada di Kota Pekanbaru.
kronis ketika tekanan darah pada Puskesmas tertinggi pertama yaitu
dinding arteri atau pembuluh darah Puskesmas Payung Sekaki sebanyak
mengalami peningkatan (Anies, 3.708 orang yang memiliki penyakit
2018). hipertensi dan tertinggi kedua yaitu
Puskesmas Lima Puluh Kota
Hipertensi dikelompokkan
sebanyak 3.196 orang. Data
menjadi dua bagian yaitu hipertensi
sekunder didapatkan dari Puskesmas
primer dan sekunder. Hipertensi
Payung Sekaki Kota Pekanbaru
primer terjadi pada 90% kasus.
(2018) bahwa kasus hipertensi
Faktor risiko yang dapat
tertinggi terdapat pada Kelurahan
menyebabkan seseorang terkena
Labuh Baru Timur (Wilayah Kerja
hipertensi terdiri dari faktor yang
Puskesmas Kecamatan Payung
dapat dikontrol dan faktor yang tidak
Sekaki) sebanyak 636 orang.
dapat dikontrol (Rawasiah, 2014).
Pengobatan hipertensi dapat
Prevalensi hipertensi di
dilakukan secara farmakologis dan
Indonesia berdasarkan data Hasil
non farmakologis. Pengobatan
Riset Kesehatan Dasar pada tahun
farmakologis adalah pengobatan
2013 terdapat 20,8% di wilayah
yang dilakukan dengan
Sumatera. Penelitian dari Alikin
menggunakan obat- obatan.
(2014) menyatakan bahwa salah satu
Pengobatan farmakologis memiliki
87

efek samping yang dapat Pengobatan komplementer


memperburuk penyakit atau efek adalah pengobatan yang meliputi
fatal lainnya. Salah satu alternatif promotif, preventif, kuratif dan
yang tepat dalam menurunkan rehabilitatif yang dilakukan oleh
tekanan darah tanpa ketergantungan tenaga kesehatan dengan keamanan
obat, efek sampingnya yaitu dengan dan efektivitas tinggi salah satunya
menggunakan terapi non adalah terapi pijat refleksi (Mills,
farmakologis (Wirakusumah, 2012). 2012).

Pengobatan non farmakologis Terapi pijat refleksi


dapat menurukan tekanan darah pada merupakan salah satu pengobatan
penderita hipertensi bisa dilakukan terapi komplementer non
dengan berbagai cara yaitu dengan farmakologis (Putra, 2014). Pijat
teknik mengurangi stres, atau memijat artinya melakukan
mengurangi konsumsi alkohol dan penekanan pada bagian tubuh
rokok, olahraga atau aktivitas fisik, tertentu dengan menggunakan jari
akupresur dan teknik relaksasi. atau alat bantu sehingga peredaran
Teknik relaksasi dapat menurunkan darah menjadi lancar dan
denyut jantung dengan cara yaitu mengurangi tekanan. Pemijatan yang
menghambat respons stres saraf dilakukan dapat membuat asupan
simpatif (Corwin, 2009). oksigen ke otak menjadi lancar
(Hayuaji, 2016). Manfaat dari pijat
Teknik relaksasi mempunyai
refleksi ini adalah untuk mengurangi
pengaruh yang sama dengan obat
rasa sakit pada tubuh, meningkatkan
antihipertensi dalam menurunkan
daya tahan tubuh, meringankan
tekanan darah seseorang. Terapi
gejala migrain. Teknik dasar yang
konservatif dan terapi
sering dipakai dalam pijat refleksi
komplementer merupakan pilihan
adalah dengan cara teknik
yang bisa dipertimbangkan untuk
merambatkan ibu jari, memutar
meminimalisirkan efek samping
tangan dan kaki, serta teknik
yang ditimbulkan dari pengobatan
menekan dan menahan (Wahyuni,
farmakologis.
2014).
88

Hasil penelitian yang (Kurniawan, 2013).


dilakukan oleh Rezky, Hasneli, dan Minyak zaitun mengandung
Hasanah (2015) tentang pengaruh tinggi polifenol. Polifenol adalah
terapi pijat refleksi kaki terhadap suatu senyawa kimia alami sebagai
tekanan darah pada penderita antioksidan yang memberikan
hipertensi primer yang dilakukan perlindungan kepada sel-sel dari
kedua kelompok tekanan darah radikal bebas dan mencegah resiko
sistolik dan diastolik sangat efektif. penyakit jantung (Setiadi, 2013).
Hasil penelitian yang diperkuat oleh Polifenol memberikan efek
Nugroho (2012), menunjukkan vasodilatasi dalam pembuluh darah
bahwa pijat refleksi kaki lebih melalui peningkatan Nitric Oxide
efektif dibandingkan hipnoterapi Syntase (NOS). Kandungan
dalam menurunkan tekanan darah. polifenol dan lemak tak jenuh
Penelitian ini juga diperkuat oleh dalam minyak zaitun extra virgin
Zunaidi (2014) menunjukkan bahwa dapat membantu memperlancar
pijat refleksi terhadap tekanan darah aliran darah. Hal ini dapat menjadi
pada penderita hipertensi sangat alternatif pengobatan hipertensi
berpengaruh. sebagai terapi komplementer
Pengobatan hipertensi dengan pendamping pengobatan secara
minyak zaitun dapat farmakologis. Kandungan minyak
menyembuhkan berbagai penyakit zaitun mampu menembus kulit ke
diantaranya kolesterol, jantung, lapisan epidermis, karena memiliki
stroke, kanker payudara, kanker efek analgesik dan relaksan
rahim, luka lambung dan radang sehingga dapat mudah menyebar ke
persendian (Bagaskoro, 2012). tubuh yang lain (Supriadi, 2013).
Minyak zaitun dapat menurunkan Hasil penelitian oleh
Low Density Lipoprotein (LDL) Wijayanto (2016) bahwa pengaruh
dalam darah dan meningkatkan terapi massage dengan minyak
High Density Lipoprotein (HDL) aromaterapi terhadap tekanan darah
yang berfungsi untuk memperlancar pasien hipertensi primer sangat
sirkulasi darah serta untuk efektif menurunkan tekanan darah
menurunkan tekanan darah sistolik dibandingkan dengan terapi
89

masase menggunakan minyak melakukan pijat refleksi.


VCO. Penelitian yang dilakukan METODE PENELITIAN
oleh Kamal, Widada dan
Penelitian ini dilaksanakan di
Kurniawan (2013) menunjukkan
wilayah kerja Puskesmas Payung
terapi komplementer bekam dan
Sekaki Kota Pekanbaru di Kelurahan
minyak zaitun berpengaruh
Labuh Baru Timur yang dimulai dari
terhadap penurunan tekanan darah
bulan April sampai Mei 2019.
pada penderita hipertensi sangat
Penelitian ini merupakan penelitian
efektif.
kuantitatif dengan metode Quasi
Studi pendahuluan yang
Experiment dengan rancangan Non-
dilakukan oleh peneliti pada tanggal
Equivalent Control Group with Pre-
29 oktober 2018 di Puskesmas
test and Post-test.
Payung Sekaki dengan
Populasi dari penelitian ini
mewawancarai 10 orang pasien
adalah penderita hipertensi yang
hipertensi. 6 dari 10 penderita
berada di Kelurahan Labuh Baru
mengatakan tidak mengetahui
Timur (Wilayah Kerja Puskesmas
tentang pijat refleksi dengan
Payung Sekaki Kota Pekanbaru)
menggunakan minyak zaitun yang
dengan kriteria inklusi: penderita
memiliki manfaat terhadap tekanan
yang menderita hipertensi primer
darah. Penderita tersebut
atau esensial dengan derajat 1 yaitu
mengatakan bahwa ia
tekanan darah 140/90 mmHg –
mengkonsumsi obat antihipertensi
159/90 mmHg dengan rentang usia
yang diberikan dokter dan
yaitu 45-59 tahun. Sampel penelitian
mengkonsumsi beberapa obat
berjumlah 34 orang dibagi menjadi 2
tradisional seperti jus timun, dan
kelompok yaitu 17 kelompok
bawang putih untuk menurunkan
eksperimen dan 17 kelompok
tekanan darah, tetapi pengobatan
kontrol.
tersebut kurang efektif.
Tujuan penelitian ini dapat Alat ukur yang digunakan
memberikan informasi bagi adalah Sphygmomanometer digital
masyarakat dan dijadikan intervensi sedangkan pijat refleksi adalah Alat
bagi penderita hipertensi untuk Pijat Kayu (APIYU II) yang dibuat
90

oleh Hasneli (2015). Analisis Perempuan 28 82,4 13 76,5 28 82,4


Laki-laki 6 17,6 4 23,5 6 17,6 0,656
univariat yang digunakan untuk IMT :
Kurus 1 2,9 - - 1 2,9
mendapatkan gambaran tentang Normal 32 94,1 16 94,1 32 94,1 1,000
Gemuk 1 2,9 1 5,9 1 2,9
distribusi karakteristik responden Pendidiksn
Tidak -
Sekolah - - - - -
berupa data kategorik disajikan SD 4 11,8 - - 4 11,8
SMP 7 20,6 4 23,5 7 20,8 0,734
dalam distribusi frekuensi dan SMA 19 55,9 12 70,6 19 55,9
PT 4 11,8 1 5,9 4 11,8
persentase dari variabel usia, jenis
Suku:
kelamin, IMT, tingkat pendidikan, Minang 9 52,9 7 41,2 16 47,1
Jawa 2 11,8 7 41,2 9 26,5 0,954
Melayu 5 29,4 2 11,8 7 20,6
suku, status pekerjaan, nama obat Batak 1 5,9 1 5,9 2 5,9
Pekerjaan
dan waktu konsumsi. Analisis Bekerja 3 17,6 3 17,6 6 17,6
Tidak 14 82,4 14 82,4 28 82,4 1,000
bivariat yang digunakan yaitu uji t Bekerja
Merokok
dependent dan uji t independent. Iya - - - - -
-
1,000
Tidak 17 100 17 100 34 100
Penelitian ini menggunakan uji Obat: 14,7
Captopril 4 23,5 1 5,9 5 0,103
normalitas menggunakan rasio Amlodipin 13 76,5 16 94,1 29 85,3
Waktu:
8,8
Skewness. Pagi 3 17,6 - - 3 0,103
Malam 14 82,4 17 100 31 91,2

HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Responden Tabel 1 menunjukkan bahwa

Analisis univariat digunakan sebagian besar penderita hipertensi

untuk mendapatkan data dalam penelitian ini berada pada

karakteristik responden dan mean rentang usia 46-55 tahun sebanyak

tekanan darah sistolik dan diastolik 55,9%, mayoritas berjenis kelamin

pre test dan post-test pada kelompok perempuan sebanyak 84,9%, tingkat

eksperimen dan kelompok kontrol. pendidikan mayoritas responden

Tabel 1 adalah tamatan SMA sebanyak


Distribusi karakteristik responden 55,9%, suku responden adalah
Jum P value
Karak Kelompok Kelo
lah Uji Minang yaitu sebanyak 47,1%,
teristi Eksperime mpok Homoge
k n (n=17) Kont nitas kategori pekerjaan mayoritas
rol
(n=17
responden tidak bekerja sebanyak
) 82,4%, kategori merokok aalah tidak
merokok sebanyak 100%, mayoritas
n % n % n %
Usia (th):
36-45 1 5,9 1 5,9 2 5,9
obat yang dikonsumsi adalah
46-55 8 47,1 11 64,7 19 55,9 0,954
56-65 8 47,1 5 29,4 13 38,2 amlodipine sebanyak 85,3%, dan
Jenis Kelamin
91

mayoritas waktu konsumsi obat diastolik kelompok eksperimen


yaitu malam hari sebanyak 91,2% sebelum intervensi adalah 149,26
Uji homogenitas didapatkan hasil mmHg dan 92,55 mmHg dan
semua karakteristik responden yang kelompok kontrol 150,83 mmHg dan
terdiri dari usia, jenis kelamin, IMT, 92,71 mmHg. Rata- rata tekanan
tingkat pendidikan, suku, status darah sistolik dan diastolik pada
pekerjaan, kebiasaan merokok, nama kelompok eksperimen sesudah
obat dan waktu konsumsi pada intervensi adalah 145,44 mmHg dan
kelompok eksperimen dan kontrol 91,30 mmHg dan kelompok kontrol
adalah homogen dengan p value > α 150,60 mmHg dan 90,20 mmHg.
(0,05). B. Tekanan Darah Kelompok
Eksperimen dan Kontrol
Tabel 2
Distribusi rata-rata tekanan Analisis bivariat digunakan
darah sistolik dan diastolik sebelum melihat perbedaan tekanan darah
dan sesudah intervensi pada sistolik dan diastolik pada kelompok
kelompok eksperimen dan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
kontrol serta melihat pengaruh terapi pijat
Variabel N Mean SD Min Max refleksi kaki terhadap tekanan darah.
Pre Eksperimen
test sistol 17 149,26 3,64 145,0 155,1 Tabel 3
diastol
17 92,55 1,60 90,33 95,17 Rata-rata tekanan darah sistolik
Kontrol dan diastolik sebelum intervensi
sistol 17 150,83 2,86 145,3 155,8 pada kelompok eksperimen dan
3 3 kelompok control
17 92,71 1,53 90,67 96,67
diastol
Variabel Mean SD N p value
Pos Eksperimen
Sistolik
t sistol 17 145,44 3,60 141,0 151,1 17
Eksperimen 149,26 3,64 0,135
test 0 7 Kontrol 150,83 2,86 17
17 91,30 1,90 88,84 96,67 Diastolik
diastol
Eksperimen 92,55 1,60 17 0,768
Kontrol Kontrol 92,71 1,53 17
sistol 17 150,60 2,69 145,6 55,67

7
Tabel 4 menunjukkan uji
17 90,20 1,43 90,17 95,33
diastol
homogenitas rata-rata tekanan darah
sistolik dan diastolik pre test pada
Tabel 2 menunjukkan bahwa
kelompok eksperimen dan kelompok
rata-rata tekanan darah sistolik dan
92

kontrol. Hasil uji homogenitas sebelum dan sesudah intervensi


dengan menggunakan uji Levene test pada kelompok kontrol

didapatkan bahwa rata-rata tekanan Tekanan SD SE p


Mean N
Darah value
darah sistolik kelompok eksperimen
a. Sistolik
dan kelompok kontrol adalah Pre test 150,83 2,86 0,69 17 0,246
homogen dengan p value 0,135 (p > Post test 150,60 2,69 0,65 17
α), sedangkan rata-rata tekanan
17
darah diastolik pada kelompok Pre test 92,71 1,53 0,37 0,681

eksperimen dan kontrol diketahui Post test 92,80 1,43 0,34 17

homogen dengan p value 0,768 (p > Uji dependent pada


α). kelompok kontrol diperoleh p value

Tabel 4 sistol 0,246 (p > α). Kesimpulannya


Perbedaan rata-rata tekanan adalah bahwa tidak ada perbedaan
darah sistolik dan diastolik
yang signifikan antara mean
sebelum dan sesudah intervensi
tekanan darah sistolik pre test dan
pada kelompok eksperimen
post test pada kelompok kontrol.
Tekanan P
Mean SD SE N Sedangkan untuk p value diastolik
Darah value
a. Sistolik
Pre test 149,26 3,64 0,88 17 adalah
0,000 0,681 (p > α). Ini berarti
Post test 145,44 3,60 0,87 17
tidak ada perbedaan yang signifikan
b. Diastolik atara mean tekanan darah diastolik
Pre test 92,55 1,60 0,38 17 0,000
Post test 91,30 1,90 0,46 17 pre test dan post test pada
kelompok kontrol.
Uji dependent pada
kelompok pada kelompok Tabel 6
Perbedaan rata-rata tekanan
eksperimen diperoleh p value 0,000 darah sistolik dan diastolic
(p < α), hasl ini berarti bahwa ada intervensi pada kelompok
eksperimen dan kelompok control
perbedaan yang signifikan antara
mean tekanan darah sistolik dan
diastolik sebelum dan sesudah
intervensi.
Tabel 5
Perbedaan rata-rata tekanan
darah sistolik dan diastolik
93

Variabel Mean SD SE N p value paling banyak berada pada rentang


Sistol
Eksperimen 145,44 3,60 0,87 17 usia >45 tahun yaitu usia 40-50
0,000
Kontrol 150,60 2,69 0,65 17 tahun sebanyak 5 dan usia 51-59
Diastol tahun sebanyak 50%. Tekanan
Eksperimen 91,30 1,90 0,46 17
0,014
darah seseorang akan meningkat
Kontrol 92,80 1,43 0,34 17
bersamaan dengan bertambahnya
Uji statistik pada mean
umur, dikarenakan semakin
tekanan darah sistol diperoleh p
berkurangnya distensibilitas
value 0,000 (p < α) dan mean
dinding pembuluh darah. Hal ini
tekanan darah diastol diperoleh p
mengakibatkan peningkatan
value 0,014 (p < α). Hal ini
tekanan sistolik dan diastolik
menunjukkan bahwa ada pengaruh
(Syafrudin, 2011).
terapi refleksi APIYU terhadap
tekanan darah pada penderita Jenis kelamin responden

hipertensi. dalam penelitian ini mayoritas

PEMBAHASAN perempuan yaitu sebanyak 84,9%.


Hasil penelitian oleh Marisna
Pengaruh terapi refleksi Alat
(2017) menyatakan hal yang sama
Pijat Kayu (APIYU) dengan
bahwa mayoritas jenis kelamin pada
minyak zaitun terhadap tekanan
pasien dengan hipertensi sering
darah pada pasien dengan
terjadi pada perempuan yaitu
hipertensi
sebanyak 80% (12 responden).
Hasil penelitian dilakukan Hasil penelitian ini diperkuat oleh
pada 34 responden yang dibagi Rindang (2015) menyatakan bahwa
menjadi 2 kelompok, yaitu lebih banyak responden yang
kelompok eksperimen dan berjenis kelamin perempuan
kelompok kontrol menemukan sebanyak kelamin sebanyak 83,3%.
bahwa sebagian besar responden Hipertensi lebih banyak menyerang
berada pada rentang usia 46-55 wanita setelah berumur 55 tahun,
tahun sebanyak 55,9%. Hasil ini sekitar 60% penderita hipertensi
didukung oleh penelitian Yumni adalah wanita. Hal ini disebabkan
(2018) menunjukkan hal yang sama oleh perubahan hormone setelah
bahwa pasien dengan hipertensi menopause. Wanita pre menopause
94

yang dilindungi oleh hormon sebanyak 47,1% (16 responden).


estrogen yang berperan dalam Peneliti tidak menemukan
meningkatkan kadar HDL (Cleese, penelitian tentang hubungan antara
2010). suku dengan kejadian hipertensi.
Mayoritas Indeks Masa Sebagian besar responden dalam
Tubuh (IMT) responden dalam penelitian adalah masyarakat
penelitian ini adalah normal yaitu bersuku.
sebanyak 94,1%. IMT berkorelasi Mayoritas status pekerjaan
dengan tekanan darah, terutama pada 34 responden menunjukkan
tekanan darah sistolik. IMT dapat bahwa sebanyak 82,4% tidak
digunakan untuk menentukan bekerja sedangkan responden yang
seberapa besar seseorang tekena bekerja sebanyak 17,6%. Penelitian
resiko penyakit tertentu yang ini sejalan dengan penelitian oleh
disebabkan karena berat badannya Anggara dan Prayitno (2013) bahwa
(Syafrudin, 2011). Hasil penelitian ada hubungan antara tekanan darah
Amalia (2018) menyatakan bahwa dengan status pekerjaan dengan
mayoritas IMT responden hasil p value 0,000 (p < α). Orang
hipertensi dalam penelitiannya yang tidak bekerja diasumsikan
adalah berat badan normal yaitu memiliki aktifitas fisik yang kurang
sebanyak 61,5%. aktif dibandingkan dengan orang
Sebagian besar tingkat yang bekerja. Aktifitas fisik sangat
pendidikan responden dalam bermanfaat bagi kesehatan tubuh
penelitian ini adalah SMA yaitu seseorang khususnya kesehatan
sebanyak 55,9%. Hasil penelitian untuk jantung (Prasetyaningrum,
ini diperkuat oleh Chanif dan 2014).
Khoiriyah (2016) menyatakan Mayoritas responden dalam
bahwa mayoritas tingkat pendidikan penelitian ini adalah tidak merokok
dalam penelitian ini adalah SMA sebanyak 100%. Peneliti berasumsi
sebanyak 45,4%. bahwa orang yang tidak merokok
Sebagian besar suku lebih baik dibanding yang merokok.
responden dalam penelitian ini Merokok menyebabkan peninggian
adalah mayoritas suku Minang tekanan darah. Rokok sangat
95

berpengaruh yang dapat perbedaan yang signifikan antara


membahayakan jantung (Elsanti, mean tekanan darah sistol dan
2009). diastol pada kelompok eksperimen
Mayoritas obat yang banyak sebelum dan sesudah diberikan
dikonsumsi oleh responden dalam terapi refleksi APIYU dengan
penelitian ini adalah obat minyak zaitun.
amlodipine sebanyak 85,3%. Hasil penelitian ini sejalan
Peneliti tidak menemukan dengan penelitian oleh Rezky,
penelitian terkait yang membahas Hasneli dan Hasanah (2015) bahwa
tentang hubungan obat yang ada perbedaan yang signifikan
dikonsumsi dengan kejadian antara mean tekanan darah sistolik
hipertensi. dan diastolik sebelum dan
Waktu konsumsi obat pada sesudah intervensi dengan p value
34 responden dengan hipertensi 0,000 (p < 0,05), penelitian ini
dalam penelitian ini adalah waktu dilakukan pada jam yang sama,
konsumsi pada malam hari yaitu dimana peneliti telah menentukan
sebanyak 91,2%. Sedangkan yang waktu pengambilan data dari setiap
mengkonsumsi obat pada pagi hari responden yaitu jam 15.00 - 17.00
yaitu sebanyak 8,8%. Peneliti tidak WIB yang menunjukkan bahwa
menemukan penelitian terkait pijat refleksi dapat menurunkan
tentang hubungan antara waktu tekanan darah dan responden
konsumsi obat dan durasi obat pada termasuk kategori hipertensi.
pasien hipertensi. Dalam penelitian Penelitian ini juga sejalan dengan
ini waktu konsumsi obat yang penelitian oleh Marisna (2017)
sering dilakukan oleh pasien menyatakan bahwa terdapat
hipertensi yaitu pada malam hari perubahan tekanan darah sebelum
sebelum tidur. dan sesudah dilakukan intervensi
Hasil uji dependent pijat refleksi kaki dengan p value
didapatkan p value tekanan darah 0,000 (p < 0,05).
sistol dan diastol pre test dan post Hasil analisis menggunakan
test pada kelompok eksperimen independent t test mean tekanan
0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti ada darah sistol dan diastol post test
96

pada kelompok eksperimen dan rangsangan reseptor yang terletak di


konrol yang tidak diberikan daerah tersebut. Kemudian impuls
intervensi dapat disimpulkan bahwa tersebut dihantarkan oleh saraf
ada pengaruh terapi refleksi APIYU aferen menuju susunan saraf pusat
dengan minyak zaitun terhadap dan kemudian susunan saraf pusat
tekanan darah pada penderita akan memberikan umpan balik
hipertensi. Hasil penelitian ini dengan melepaskan asetilkolin dan
sejalan dengan penelitian oleh histamine melalui impuls saraf
Rezky, Hasneli dan Hasanah (2015) eferen untuk merangsang tubuh
didapatkan hasil hasil uji statistik bereaksi melalui mekanisme refleks
mean tekanan darah post test pada vasodilatasi pembuluh darah yaitu
kelompok eksperimen yang dapat mengurangi aktivitas saraf
diberikan terapi pijat refleksi kaki simpatis dan meningktkan aktivitas
didapatkan hasil bahwa ada saraf parasimpatis. Peningkatan dari
pengaruh terapi pijat refleksi saraf tersebut akan menimbulkan
terhadap tekanan darah pada penurunan denyut jantung (heart
penderita hipertensi primer. rate) dan denyut nadi (pulse rate)
Terapi pijat refleksi adalah sehinga menimbulkan respon
salah satu pengobatan terapi relaksasi. Sedangkan pada
komplementer non farmakologis penurunan saraf simpatis
untuk menurunkan tekanan darah. meningkatkan vasodilatasi arteriole
Pengobatan hipertensi secara non dan vena yang mengakibatkan
farmakologi salah satunya adalah resistensi vascular perifer menurun,
dengan melakukan terapi pijat kemudian terjadinya penurunan
refleksi pada kaki. Pemijatan dapat pada tekanan darah (Marley, 2010;
dilakukan dengan penekanan pada Sherwood, 2012).
bagian tertentu dengan Memijat daerah refleksi
menggunakan jari atau alat bantu memberikan rangsangan yang
sehingga peredaran darah menjadi diterima oleh saraf sensorik dan
lancar (Hayuaji, 2016). langsung disampaikan oleh saraf
Pijatan pada kulit dan motorik kepada organ yang akan
jaringan otot dapat menimbulkan dikehendaki. Jika pijat refleksi di
97

salah satu titik, maka tubuh akan SIMPULAN


melepaskan beberapa zat yaitu Penelitian tentang terapi refleksi
serotonin, histamine, bradikinin, APIYU dengan minyak zaitun
Slow Reacting Substance (SRS) terhadap tekanan darah penderita
serta zat lain. Zat ini akan hipertensi telah dilakukan dan
menyebabkan terjadinya dilatasi menunjukkan hasil bahwa sebagian
kapiler dan arteri serta dapat besar usia yang menderita hipertensi
mengakibatkan terjadinya berada pada rentang usia 45-55
perbaikan mikrosirkulasi pembuluh tahun sebanyak 55,9%, mayoritas
darah, sehingga mengakibatkan berjenis kelamin perempuan
timbulnya efek relaksasi atau sebanyak 84,9%, mayoritas tingkat
pelemasan otot-otot yang kaku serta pendidikan adalah tamatan SMA
akibat vasodilatasi umum dapat sebanyak 55,9%, sebagian besar
menurunkan tekanan darah secara suku responden adalah suku Minang
stabil (Eni, 2012). Rangsangan yang sebanyak 47,1%, mayoritas status
ditimbulkan terhadap reseptor saraf pekerjaan responden adalah tidak
juga dapat mengakibatkan bekerja sebanyak 82,4%, mayoritas
pembuluh darah menjadi melebar obat yang digunkan yaitu
sehingga melancarkan aliran darah. amlodipine sebanyak 85,3%, dan
Rangsangan yang diberikan dapat mayoritas waktu pemberian obat
memperlancar aliran darah dan yaitu malam hari sebanyak 91,2%.
cairan dalam tubuh. Kemudian Hasil uji statistik kelompok
sirkulasi penyaluran nutrisi dan eksperimen dengan menggunakan
oksigen ke seluruh sel- sel tubuh uji t dependent didapatkan p value
menjadi lancar. Sirkulasi darah sistol 0,000 dan p value diastol
yang lancar akan memberikan suatu 0,000 (p < 0,05). Hal ini
efek relaksasi dan kenyamanan menunjukkan ada pengaruh terapi
pada seluruh anggota tubuh, refleksi APIYU dengan minyak
sehingga tubuh akan mengalami zaitun terhadap tekanan darah pada
kondisi yang seimbang (Aspiana, penderita hipertensi. Hasil uji
2014). statistik pada kelompok kontrol
dengan menggunakan uji t
98

dependent diperoleh p value sistol Bagi Masyarakat hasil


0,246 (p > α) dan p value diastol penelitian ini dapat dijadikan
0,681 (p > α). Hal ini menunjukkan sumber informasi bagi masyarakat
tidak ada perbedaan yang signifikan khususnya penderita hipertensi
antara mean tekanan darah sistolik mengenai pengobatan non
pre test dan post test pada kelompok farmakologis terapi pijat refleksi
kontrol. dengan menggunakan terapi
Hasil uji statistik uji komplementer dan diharapkan
independent diperoleh p value mean dapat dimanfaatkan secara aktif
tekanan darah sistol post test pada bagi penderita hipertensi.\
kelompok eksperimen dan kontrol Bagi Peneliti Lain hasil
yang tidak diintervensi yaitu p value penelitian ini dapat dijadikan
0,000 (p<0,05) dan mean tekanan sebagai data, sumber data/informasi
darah diastol sesudah intervensi dasar, dan evidence based untuk
yaitu p value 0,014 berarti p value < melaksanakan penelitian lebih
α (0,05) artinya H0 ditolak. Dapat lanjut tentang hipertensi APIYU.
disimpulkan bahwa ada pengaruh DAFTAR PUSTAKA
terapi refleksi APIYU dengan Alikin, A., Nuraeni, A., &
minyak zaitun terhadap tekanan Supriyono, M. (2014).
Pengaruh back message
darah pada penderita hipertensi. dengan aromaterapi lavender
terhadap penurunan tekanan
SARAN
darah pada lansia hipertensi
Bagi Institusi Pendidikan di Desa Kedungsari
Kecamatan Ringinarum.
Fakultas Keperawatan Hasil Jurnal Ilmu Keperawatan
penelitian ini diharapkan dapat dan Kebidanan.
menjadi sumber informasi dalam Amalia, R. N. (2018). Efektifitas
pijat refleksi kaki terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan
penurunan tekanan darah
terutama tentang terapi non lansia hipertensi di PSTW
budi luhur Yogyakarta.
farmakologis yaitu terapi pijat
refleksi APIYU dengan minyak Anies. (2018). Penyakit
degeneratif: Mencegah &
zaitun terhadap tekanan darah pada mengatasi penyakit
penderita hipertensi untuk masa degeneratif dengan perilaku
& gaya hidup modern dan
yang akan datang.
99

sehat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Edisi 3. Jakarta: EGC


Media. Depkes RI. (2013). Riset
kesehatan dasar. Jakarta:
Aspiana, N., & Syaifudin. (2014). Badan Penelitian dan
Pengaruh pijat refleksi kaki pengembangan Kesehatan
terhadap tekanan darah pada Kementrian Kesehatan RI.
lansia hipertensi di PSTW
Yogyakarta Unit Budi Luhur. Eni, K. (2012). Pijat refleksi
STIKES „Aisyiyah sebagai terapi
Yogyakarta. komplementer keperawatan.
Yogyakarta: Popup Design.
Bagaskoro, S. (2012). Buku saku
pijat untuk kesehatan, Mills, C. J. (2012). A comparision
refleksi, akupressur, of relaxation techniques on
akupuntur.Yogyakarta: blood pressure reactivity
Pinang Merah.
and recovery assessing the
Chanif, C., & Khoiriyah, K. moderating effect of anger
(2016). Penurunan tekanan coping style. Dissertation.
darah pada pasien hipertensi Old Dominion University:
berbasis Terapi pijat refleksi
http://search.proquest.com.
kaki. In Seminar Nasional
Hasil Penelitian dan
Nugroho, I. A., Asrin, & Sarwono.
Pengabdian Masyarakat
UNIMUS 2017. 2012. Efektivitas pijat
Muhammadiyah University refleksi kaki dan hipnoterapi
Semarang. terhadap penurunan
kesehatan keperawatan,
Cleese, J. (2010). Tekanan darah
http://www.academia.edu.
tinggi. Klaten: Marshall.
Corwin, E. J. (2009). Prasetyaningrum, Y. I. (2014).
Patofisiologi: buku saku Hipertensi bukan untuk
Edisi 3. Jakarta: EGC ditakuti. Jakarta: FMedia.

Depkes RI. (2013). Riset


kesehatan dasar. Jakarta:
Badan Penelitian dan
pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI.

Eni, K. (2012). Pijat refleksi


sebagaiterapi komplementer
keperawatan. Yogyakarta:
Popup Design.
Cleese, J. (2010). Tekanan darah
tinggi. Klaten: Marshall.
Corwin, E. J. (2009).
Patofisiologi: buku saku
97

PENGARUH TERAPI PIJAT REFLEKSI KAKI


TERHADAP TEKANAN DARAH PADA
PENDERITA HIPERTENSI PRIMER
Rindang Azhari Rezky1, Yesi Hasneli 2,
Oswati Hasanah 3
Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Riau
Email : rangbatusangka@gmail.com

Abstract

The objective of this study was to identify the effect of foot reflexology theraphy on the blood
pressure in patients with primary hypertension. This study used quasy experiment design with
non-equivalent control group approach. This study was conducted at Puskesmas Lima Puluh
with 30 people as the sample which was divided into 15 people experiment group and 15
people control group. The experiment group was given foot reflexology massage theraphy of
15 minutes a day for three days consecutively. A digital sphygmomanometer and observation
sheet were used as the measurement instruments. The analyses used were univariate analysis
to observe the frequency and bivariate analysis with Dependent T-test and Independent T-test.
The result of the study showed a decrease of 6,29 mmHg on the experiment group patients
systolic blood pressure and a decrease of 3,44 mmHg on the diastolic blood pressure. The
result of statistical test indicated a significant decrease on the experiment group with p value
0,000 (p<0,05). The result of this study indicates that foot reflexology massage theraphy can
lower patients blood pressure even though the patients are still under hypertension category.
98

PENDAHULUAN oleh komplikasi dari hipertensi.


Hipertensi atau penyakit Prevalensi hipertensi dunia
tekanan darah tinggi merupakan mencapai 29.2% pada laki-laki dan
suatu gangguan pada pembuluh 24.8% pada perempuan (WHO,
darah yang mengakibatkan 2013). Prevalensi hipertensi ini akan
penurunan suplai oksigen dan nutrisi terus meningkat dan diprediksi pada
(Pudiastuti, 2013). Hipertensi juga tahun 2025 sebanyak 29 % orang
sering diartikan sebagai suatu dewasa di seluruh dunia menderita
keadaan dimana tekanan darah hipertensi (Kemenkes RI, 2013). Di
sistolik lebih dari 120 mmHg dan Indonesia sendiri, survey Kesehatan
tekanan darah diastolik lebih dari 80 Rumah Tangga Departemen
mmHg (Muttaqin, 2009). Kesehatan RI 2013 menyebutkan
Hipetensi dapat dibedakan sekitar 16-31% dari populasi
menjadi dua kelompok, yaitu masyarakat Indonesia di berbagai
hipertensi primer dan sekunder. 90% provinsi menderita hipertensi
dari semua kasus hipertensi adalah (Riskesdas RI, 2013).
primer. Tidak ada penyebab yang Berdasarkan data Dinas
jelas tentang hipertensi primer, Kesehatan Kota Pekanbaru (2014)
namun ada beberapa teori yang hipertensi primer (esensial) termasuk
menunjukkan bahwa faktor genetik sepuluh besar kasus penyakit
dan perubahan hormon bisa menjadi terbanyak di Pekanbaru yaitu
fakor pendukung. Hipertensi menduduki urutan ke dua terbesar
sekunder merupakan hipertensi yang setelah Infeksi Saluran Nafas bagian
diakibatkan oleh penyakit tertentu Atas Akut lainnya (ISPA). Jumlah
(Baradero, Dayrit & Siswadi, 2008). kasus pada tahun 2013 adalah
Komplikasi hipertensi 20.005 kasus dengan angka kejadian
meningkat setiap tahunnya. WHO pada perempuan lebih tinggi dari
pada tahun 2013, menyebutkan pada laki-laki. Jumlah ini terus
bahwa di dunia terdapat 17.000 meningkat setiap tahun. Pada tahun
orang per tahun meninggal akibat 2011 tercatat sebanyak 19.229 kasus
penyakit kardiovaskuler dimana dan pada tahun 2012 19.878 kasus.
9.400 orang diantaranya disebabkan Tingginya angka prevalensi
99

hipertensi setiap tahun menunjukkan Pengobatan non farmakologis yang


bahwa hipertensi memerlukan dapat dilakukan pada penderita
penatalaksanaan yang benar. hipertensi meliputi: teknik
Menurut Wirakusumah (2012), mengurangi stres, penurunan berat
pengobatan hipertensi dapat badan, pembatasan alkohol, natrium
dilakukan secara farmakologis dan dan tembakau, olahraga atau latihan,
non farmakologis. Pengobatan relaksasi, dan akupresur merupakan
farmakologis merupakan pengobatan intervensi yang bisa dilakukan pada
dengan menggunakan obat-obatan terapi hipertensi (Muttaqin, 2009).
yang dapat membantu menurunkan Intervensi lain yang dapat dilakukan
serta menstabilkan tekanan darah. untuk menurunkan hipertensi adalah
Pengobatan farmakologis memiliki pijat refleksi (Kumar, 2009).
efek samping yaitu dapat Pijat refleksi adalah suatu
memperburuk keadaan penyakit atau praktik memijat titik-titik tertentu
efek fatal lainnya. Hal ini pada tangan dan kaki. Manfaat pijat
dikarenakan respon terhadap suatu refleksi untuk kesehatan sudah tidak
jenis obat pada setiap orang berbeda. perlu diragukan lagi. Salah satu
Efek samping yang mungkin timbul khasiatnya yang paling populer
adalah sakit kepala, pusing, lemas adalah untuk mengurangi rasa sakit
dan mual (Susilo & Wulandari, pada tubuh. Manfaat lainnya adalah
2011). Salah satu alternatif yang mencegah berbagai penyakit,
tepat untuk menurunkan tekanan meningkatkan daya tahan tubuh,
darah tanpa ketergantungan obat dan membantu mengatasi stress,
efek samping adalah dengan meringankan gejala migrain,
menggunakan non farmakologis membantu penyembuhan penyakit
(Kowalski, 2010). Pengobatan non kronis, dan mengurangi
farmakologis dapat digunakan ketergantungan terhadap obat-
sebagai pelengkap untuk obatan (Wahyuni, 2014). Teknik-
mendapatkan efek pengobatan pada teknik dasar yang sering dipakai
saat obat anti hipertensi diberikan dalam pijat refleksi diantaranya:
(Dalimartha, Purnama, Sutarina, teknik merambatkan ibu jari,
Mahendra & Darmawan, 2008). memutar tangan dan kaki pada satu
100

titik, serta teknik menekan dan penderita hipertensi. Hasil


menahan. Rangsangan- rangsangan wawancara menunjukkan bahwa 5
berupa tekanan pada tangan dan kaki orang penderita hipertensi belum
dapat memancarkan gelombang- mengetahui pijat refleksi dapat
gelombang relaksasi ke seluruh menurunkan tekanan darah, dan
tubuh (Wahyuni, 2014). sisanya pernah melakukan pijat
Berdasarkan penelitian yang refleksi lalu kemudian berhenti.
dilakukan oleh Wahyuni (2014), Berdasarkan penjelasan di atas,
massage ekstremitas dengan aroma peneliti ingin mengetahui apakah
terapi lavender berpengaruh pijat refleksi dapat menurunkan
terhadap penurunan tekanan darah tekanan darah pada penderita
pada lansia dengan hipertensi. Hasil hipertensi. Peneliti sangat tertarik
penelitian ini diperkuat oleh untuk meneliti “Pengaruh terapi pijat
Nugroho (2012), menunjukkan refleksi kaki terhadap tekanan darah
bahwa pijat refleksi kaki lebih pada penderita hipertensi primer”.
efektif dibanding hipnoterapi dalam TUJUAN PENELITIAN
menurunkan tekanan darah. Tujuan penelitian ini
Penelitian lain yang dilakukan oleh adalah mengetahui pengaruh terapi
Natalia (2013), senam kaki diabetik pijat refleksi kaki terhadap tekanan
dengan tempurung kelapa dapat darah pada penderita hipertensi
meningkatkan sensitivitas kaki pada primer.
pasien DM tipe 2. Hasil penelitian
MANFAAT PENELITIAN
ini juga diperkuat oleh Hasneli,
Hasil penelitian ini
Oktaviah, dan Darmilis (2014),
diharapkan menjadi sumber
senam kaki “TEMPURA” efektif
informasi dalam pengembangan
dalam meningkatkan sirkulasi darah
ilmu pengetahuan khususnya
dan sensitivitas kaki pada pasien
tentang penerapan terapi pijat
diabetes.
refleksi kaki dalam bidang
Studi Pendahuluan dilakukan
kesehatan yaitu sebagau salah satu
pada tanggal 12 Januari 2015 di
alternative terapi komplementer
Puskesmas Lima Puluh melalui
untuk menurunkan tekanan darah
wawancara terhadap 7 orang
pada penderita hipertensi primer.
101

METODELOGI PENELITIAN frekuensi dan analisa bivariat


Penelitian ini menggunakan menggunakan uji Dependent T Test
desain penelitian quasy eksperiment dan uji Independent T Test untuk
dengan pendekatan non-equivalent melihat pengaruh dari terapi
control grup yang melibatkan dua terhadap penurunan tekanan darah.
kelompok, yaitu kelompok
HASIL PENELITIAN
eksperimen dan kelompok kontol.
Hasil penelitian yang telah
Penelitian dilakukan di wilayah
dilakukan pada tanggal 31 Maret
Kerja Puskesmas Lima Puluh
2015 sampai 25 Mei 2015 dengan
Pekanbaru dengan jumlah sampel
melibatkan 30 responden yang
sebanyak 30 responden.
terdiri dari 15 orang sebagai
Pengambilan sampel menggunakan
kelompok eksperimen dan 15 orang
purposive sampling sesuai dengan
sebagai kelompok kontrol adalah
kriteria inklusi, yaitu pasien yang
sebagai berikut:
menderita hipertensi primer, berusia
30-65 tahun, mempunyai tekanan 1. Analisa Univariat
Tabel 1
darah ≥ 140/90 mmHg, Distribusi Karakteristik Responden
mengonsumsi obat hipertensi, tidak Karak Eksperi Kontol Jumlah
Teristik Men (n-15)
memiliki luka pada telapak kaki
(n-15)
misalnya luka bakar, luka gangren, N % N % N %
Usia
dan tumor.
Dewasa -
Tekanan darah sistolik dan
Akhir
diastolik yang digunakan merupakan 36-45 4 26,7 _ _ 4 13,3

hasil pengukuran tekanan darah Lansia


Awal
sebanyak satu kali setiap hari selama
46-55 4 26,7 10 66,7 4 46,7
tiga hari. Rata-rata akhir tekanan
darah sistolik dan diastolik
diperoleh dari hasil tekanan darah
sistolik dan diastolik hari pertama
hingga hari ketiga dibagi tiga.
Analisa data yang digunakan yaitu
analisa univariat menggunakan
102

Lansia Akhir 46,6 5 33,3 12 40,0


7
Tabel 2 menunjukkan rata-
Jenis
Kelamin: rata tekanan darah sistolik dan
Laki-laki 3 20,0 2 13,3 5 16,7
Perempuan 12 80,0 13 86,7 25 83,3 diastolik pada kelompok eksperimen
Pendidikan:
a.Tidak sebelum intervensi adalah 158,66
Sekolah - - 1 6,7 1 3,3
b.SD 1 6,7 3 20,0 4 13,3
mmHg dan 94,17 mmHg dengan
c.SMP 5 33,3 6 40,0 11 36,7 standar deviasi 4,40 dan 2,09.
d.SMA 5 33,3 4 26,7 9 30,0
e.PT 4 26,7 1 6,7 5 16,7 Sedangkan pada kelompok kontrol
Status rata-rata tekanan darah sistolik dan
Peker
jaan: diastoliknya adalah 159,51 mmHg
Bekerja 7 46,7 4 26,7 11 36,7
dan 94,62 mmHg dengan standar
Tidak 8 53,3 11 73,3 19 63,3
Bekerja deviasi 2,50 dan 2,94.. Hasil uji
Suku:
Minang 5 33,3 2 13,3 7 23,3 homogenitas menggunakan uji t
Jawa 3 20,0 2 13,3 5 16,7
Melayu 3 20,0 6 40,0 9 30,0 independent terhadap tekanan darah
Batak 4 26,7 5 33,3 9 30,0
Total 15 100, 15 100, 30 100,
sistolik dan diastolik sebelum
0 0 0 intervensi pada kedua kelompok
Tabel 1 menunjukkan bahwa
didapatkan nilai p value 0,523 dan
mayoritas penderita hipertensi
0,478 (p>0,05).
primer dalam penelitian ini berada
2. Analisa Bivariat
pada rentang usia 46-55 tahun
Tabel 3
yaitu sebanyak 46,7% (14 Perbedaan Rata-Rata Tekanan
orang), perempuan 83,3% (25 Darah Sistolik dan Diastolik
sesudah Intervensi pada Kelompok
orang), sebagian besar
Eksperimen dan Kelompok Kontrol
berpendidikan SMP 36,7% (11
orang), tidak bekerja 63,3% (19 Tabel 3 menunjukkan bahwa

orang), dan merupakan Suku hasil uji statistik Independent T Test

Melayu dan Batak 60% (18 orang). didapatkan mean tekanan darah
sistolik post test kelompok
Tabel 2
Distribusi Rata-Rata eksperimen adalah 152,37 mmHg
Tekanan Darah Sistolik dan sedangkan mean post test pada
Diastolik sebelum dan sesudah kelompok kontrol lebih tinggi yaitu
Intervensi pada Kelompok 157,08 mmHg. Tabel 8 juga
Eksperimen dan Kelompok Kontrol menunjukkan mean tekanan darah
diastolic post test pada kelompok
103

eksperimen yaitu 90,73 mmHg perbedaan yang signifikan antara


sedangkan post test kelompok mean tekanan darah sistolik dan
kontrol adalah 93,82 mmHg. Hasil diastolik sebelum dan sesudah
uji statistic pada mean tekanan darah intervensi.
sistol diperoleh p value 0,009 (p<α) Tabel 5
Perbedaan Rata-rata Tekanan Darah
dan mean tekanan darah diastol
Sistolik dan Diastolik sebelum dan
diperoleh p value 0,012 (p<α). Hal
sesudah Intervensi pada Kelompok
ini menunjukkan bahwa ada
Kontrol
pengaruh terapi pijat refleksi
Berdasarkan tabel 5,
terhadap tekanan darah pada
terdapat perbedaan antara mean
penderita hipertensi primer.
Tabel 4 tekanan darah sistolik pada
Perbedaan Rata-rata Tekanan Darah kelompok kontrol. Pada kelompok
Sistolik dan Diastolik sebelum dan kontrol terjadi penurunan mean
sesudah Intervensi pada Kelompok tekanan darah sistolik yaitu dari
Eksperimen 159,57 mmHg menjadi 157,08

Berdasarkan tabel 4, mmHg dengan selisih sebesar 2,42

terdapat perbedaan antara mean mmHg. Tekanan darah diastolik

tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok kontrol naik sebesar

pada kelompok eksperimen. Pada 0,97 mmHg dari 94,62 mmHg

kelompok eksperimen terjadi menjadi 93,82 mmHg. Berdasarkan

penurunan mean tekanan darah uji Dependent T Test pada

sistolik yaitu dari 158,66 mmHg kelompok kontrol diperoleh p value

menjadi 152,37 mmHg dengan sistol 0,031 (p<α). Dapat

selisih sebesar 6,29 mmHg. disimpulkan bahwa ada perbedaan

Tekanan darah diastolik pada yang signifikan antara mean

kelompok eksperimen juga tekanan darah sistolik pre test dan

mengalami penurunan yaitu sebesar post test pada kelompok kontrol.

3,44 mmHg. Berdasarkan uji Sedangkan untuk p value diastol

Dependent T Test pada kelompok adalah 0,263 (p>α ). Ini berarti tidak

eksperimen diperoleh p value 0,000 ada perbedaan yang signifikan


antara mean tekanan darah diastol
(p<α), hasil ini berarti bahwa ada
pre test dan post test pada
104

kelompok kontrol. perempuan yaitu sebanyak 25 orang

PEMBAHASAN (83,3%). Hasil penelitian ini


didukung oleh Almi (2014)
1. Karakteristik Penderita Hipertensi
yang menyatakan bahwa hipertensi
Hasil penelitian yang telah
dominan terjadi pada perempuan
dilakukan pada penderita hipertensi
yaitu sebesar 71,1%. Perempuan
di Puskesmas Lima Puluh didapatkan
lebih cenderung menderita hipertensi
bahwa sebagian besar penderita
salah satu pencetusnya adalah proses
hipertensi berdasarkan usia berada
menopouse yang merupakan
pada kategori lansia awal (46-55
pengaruh dari hormon estrogen.
tahun) sebanyak 46,7%. Hasil
Menurut Sherwood (2011) pada
penelitian Anggraini, Waren,
masa menopouse menyebabkan
Situmorang, Asputra, dan Siahaan
kontrol aliran darah menjadi tidak
(2009) juga menyatakan hal yang
stabil yang mengakibatkan
sama bahwa penderita hipertensi
penurunan HDL dan peningkatan
paling banyak berada pada rentang
LDL. Namun hal ini bertentangan
umur >45 tahun yaitu sebanyak
dengan teori Dalimartha et all (2008)
89,1%. Umur >45 tahun beresiko
yang menyatakan bahwa hipertensi
17,726 kali lebih besar menderita
lebih mudah menyerang laki-laki.
hipertensi dibandingkan umur <45
Sebagian besar pendidikan
tahun (Irza, 2009). Penambahan usia
responden dalam penelitian ini
menyebabkan terjadinya perubahan
adalah SMP yaitu sebesar 36,7%.
hormonal dan perubahan pada
Hal ini sejalan dengan hasil
vaskular. Elastisitas pembuluh darah
Riskesdas (2007) yang menyatakan
arteri juga semakin berkurang dan
bahwa hipertensi cenderung tinggi
menjadi kaku. Keadaan ini dapat
pada pendidikan rendah dan
menyebabkan arteri tidak dapat
menurun sesuai dengan peningkatan
mengembang saat jantung memompa
pendidikan. Penelitian lain yang
darah sehingga darah yang mengalir
dilakukan Rahajeng dan Tuminah
menjadi tidak lancar (Widharto,
(2009) di Pusat Penelitian Biomedis
2007).
dan Farmasi Badan Penelitian
Mayoritas jenis kelamin
Kesehatan Depkes RI yang
respondendalam penelitian ini adalah
105

menyatakan bahwa penyakit hipertensi (Dalimartha et all., 2008).


hipertensi lebih tinggi pada Kurangnya aktivitas fisik
responden yang berpendidikan meningkatkan risiko kelebihan berat
tamatan SD (28,7%) dengan OR badan. Orang yang tidak aktif juga
sebesar 1,33. cenderung mempunyai frekuensi
Tingkat pendidikan seseorang denyut jantung yang lebih tinggi
mempengaruhi kemampuan sehingga otot jantungnya harus
seseorang dalam menerima informasi bekerja lebih keras pada setiap
dan mengolahnya sebelum menjadi kontraksi (Mannan.H, Wahidudin,
perilaku yang baik maupun buruk Rismayanti, 2012).
sehingga berdampak terhadap status Mayoritas suku responden
kesehatannya (Notoatmodjo, 2010). dalam penelitian ini adalah suku
Penelitian terhadap 30 orang Melayu dan suku Batak masing-
penderita hipertensi menunjukkan masing sebesar 30%. Peneliti tidak
bahwa mayoritas responden tidak menemukan penelitian terkait yang
bekerja (IRT) dan memasuki masa membahas hubungan antara suku
pensiun yaitu sebanyak 19 orang dengan kejadian hipertensi. Dalam
(63,3%) sedangkan responden yang penelitian ini mayoritas responden
bekerja sebanyak 11 orang (36,7%). adalah masyarakat dengan suku
Hasil penelitian ini sejalan dengan Melayu dan suku Batak karena di
penelitian Anggara dan Prayitno lokasi penelitian dua suku ini
(2013) yang menyatakan bahwa ada merupakan mayoritas terbesar
hubungan antara pekerjaan dengan setelah suku Jawa dan Minang.
tekanan darah (p=0,000) dengan 2. Pengaruh Pijat Refleksi
jumlah responden yang tidak bekerja Kaki Terhadap Tekanan
dan menderita hipertensi sebesar Darah Pada Penderita
62,5%. Hipertensi Primer
Pekerjaan berpengaruh Penelitian ini dilakukan pada
kepada aktivitas fisik seseorang. 30 responden yang dibagi kedalam 2
Berdasarkan penelitian epidemiologi kelompok, yaitu kelompok
terbukti bahwa ada keterkaitan eksperimen dan kelompok kontrol.
antara aktivitas kurang aktif dan Kelompok eksperimen diberikan
106

terapi pijat refleksi kaki 3 hari disimpulkan bahwa ada pengaruh


berturut-turut selama 15 menit terapi pijat refleksi kaki terhadap
sedangkan kelompok kontrol tidak tekanan darah pada penderita
diberikan perlakuan. Peneliti hipertensi primer. Menurut asumsi
menggunakan alat pijat refleksi peneliti, hal ini mungkin
APIYU II yang dirancang oleh disebabkan oleh penderita
Hasneli (2015). Pemijatan dilakukan hipertensi yang menjadi responden
pada titik-titik refleksi di telapak kooperatif selama diberikan
kaki untuk menurunkan tekanan intervensi serta didukung oleh
darah. lingkungan dan suasanan yang
Pada kedua kelompok nyaman sehingga penelitian ini
tekanan darah sistolik dan diastolik dapat berjalan sesuai dengan yang
dihitung dengan menggunakan alat diinginkan.
sphygmomanometer digital. Berdasarkan hasil dari uji
Penelitian dilakukan pada jam Dependent T Test pada kelompok
yang sama, dimana peneliti telah eksperimen diperoleh mean
menentukan rentang waktu tekanan darah sistol sebelum
pengambilan data untuk setiap diberikan terapi pijat refleksi kaki
responden yaitu dari jam 15.00 – pada kelompok eksperimen 158,66
17.00 WIB. mmHg dengan standar deviasi 4,40
Hasil uji Independent T dan sesudah diberikan terapi pijat
Test mean tekanan darah sistol refleksi kaki mean tekanan darah
sesudah intervensi pada kelompok sistol mengalami penurunan
eksperimen dan kontrol yang tidak sebesar 6,29 mmHg menjadi
diintervensi menunjukkan nilai p 152,37 mmHg dengan standar
value 0,009, dan mean tekanan deviasi 5,07. Hasil lain diperoleh
darah diastol sesudah intervensi mean tekanan darah diastol
pada kelompok eksperimen dan sebelum diberikan terapi pijat
kontrol yang tidak diintervensi refleksi adalah 94,17 mmHg
menunjukkan p value 0,012, dengan standar deviasi 2,09 dan
berarti nilai p value < α (0,05), sesudah diberikan pijat refleksi
artinya H0 ditolak. Dapat kaki, mean tekanan darah diastol
107

juga mengalami penurunan sebesar Wijayakusuma (2006) yang


3,44 mmHg menjadi 90.73 mmHg menyatakan bahwa pijat refleksi
Hasil uji Dependent T Test kaki dapat memberikan
diperoleh p value tekanan darah rangsangan relaksasi yang mampu
sistol dan diastol 0,000 (p<0,05). memperlancar aliran darah dan
Hal ini berarti ada pengaruh yang cairan tubuh pada bagian-bagian
signifikan antara mean tekanan tubuh yang berhubungan dengan
darah sistol dan diastol pada titik syaraf kaki yang dipijat.
kelompok eksperimen sebelum dan Sirkulasi darah yang lancar akan
sesudah diberikan pijat refleksi memberikan efek relaksasi
kaki. sehingga tubuh mengalami kondisi
Penelitian yang dilakukan seimbang.
Nugroho (2012) dengan judul Menurut Tarigan (2009),
“Pengaruh Pijat Refleksi Kaki dan salah satu cara terbaik untuk
Hipnoterapi Terhadap Tekanan menurunkan tekanan darah adalah
Darah Pada Pasien Hipertensi” dengan terapi pijat. Sejumlah studi
didapatkan hasil bahwa pijat telah menunjukkan bahwa terapi
refleksi mampu menurunkan pijat yang dilakukan secara teratur
tekanan darah sistol sebesar 23,5 bisa menurunkan tekanan darah
mmHg dan diastol sebesar 8,42 sistolik dan diastolik, menurunkan
mmHg. Penelitian lain oleh kadar hormon stress cortisol,
Zunaidi, Nurhayati, dan Prihatin menurunkan sumber depresi dan
(2014) didapatkan hasil bahwa kecemasan, sehingga tekanan
pijat refleksi mampu menurunkan darah akan terus turun dan fungsi
tekanan darah sistol sebesar 13,8 tubuh semakin membaik. Hal ini
mmHg dan diastol 13,3 mmHg. terbukti melalui penelitian yang
Setelah dilakukan terapi dilakukan Nugroho (2012)
pijat refleksi kaki didapatkan menyimpulkan bahwa pijat refleksi
beberapa orang responden kaki bisa menurunkan tekanan
mengatakan badan lebih ringan darah sistolik dan diastolik pada
dan sakit kepala berkurang. pasien dengan hipertensi.
Pendapat ini didukung oleh Sementara itu, hasil uji
108

Dependent T Test pada kelompok mengontrolnya.


kontrol yang tidak diberikan
PENUTUP
intervensi diperoleh mean tekanan
Kesimpulan
darah sistol pre test 159,51 mmHg
dengan standar deviasi 2,50 dan Setelah dilakukan penelitian
nilai post test 157,08 mmHg tentang pengaruh terapi pijat
dengan standar deviasi 4,07. Hasil refleksi kaki terhadap tekanan
p value diperoleh 0,031 (p<0,05). darah pada penderita hipertensi
Sedangkan pada tekanan darah primer didapatkan hasil yang
diastol diperoleh mean tekanan menunjukkan bahwa sebagian
darah pre test adalah 94,62 mmHg besar umur yang menderita
dengan standar deviasi 2,99 dan hipertensi berada rentang 46-55
nilai post test 93,82 mmHg dengan tahun (46,7%), mayoritas berjenis
standar deviasi 3,23. Hasil p value kelamin perempuan (83,3%),
diperoleh 0.263 (p>0.05), ini paling banyak berpendidikan SMP
berarti tidak ada pengaruh yang (36,7%) , sebagian besar tidak
signifikan antara mean tekanan bekerja (63,3%) dan mayoritas
darah diastol pada kelompok merupakan Suku Melayu (30%)
kontrol sebelum dan sesudah dan Suku Batak (30%).
diberikan pijat refleksi kaki. Hasil uji statistik pada
Sesuai dengan penelitian kelompok eksperimen dengan
Moeini, Givi, Ghasempour, dan menggunakan uji Dependent T
Sadeghi (2011) yang menemukan Test diperoleh p value sistol 0,000
bahwa tidak terdapat perbedaan dan p value diastol 0,000
yang signifikan antara tekanan (p<0,05). Hal ini berarti terdapat
sistolik dan diastolik sebelum dan pengaruh terapi pijat refleksi kaki
sesudah diberikan intervensi pada terhadap tekanan darah pada
kelompok kontrol. Hal ini penderita hipertensi. Peneliti
dikarenakan pada hipertensi primer kemudian membandingkan hasil
biasanya terjadi peningkatan post test antara kelompok
tekanan darah yang konstan eksperimen dan kelompok kontrol
sehingga diperlukan usaha untuk dengan menggunakan uji
109

Independent T Test diperoleh hasil Bagi masyarakat terutama


nilai p value sistol 0,009 dan responden sebaiknya menggunakan
diastol 0,012 (p<0,05). Hasil ini terapi ini sebagai terapi non
membuktikan terdapat perbedaan farmakologis untuk menurunkan
antara mean post test antara tekanan darah secara efisien dan
tekanan darah kelompok efektif. Selain itu, masyarakat
eksperimen dan kelompok kontrol. diharapkan mencoba pengobatan
Pada penelitian ini pijat refleksi alami sebagai pilihan pengobatan
dapat menurunkan tekanan darah, atau komplementer dalam mengatasi
namun reponden masih dalam hipertensi sebelum menggunakan
kategori hipertensi. obat-obat medis.\
Saran Bagi Penelitian Selanjutnya
Bagi perkembangan ilmu diharapkan penelitian ini dapat
keperawatan terapi pijat refleksi kaki dijadikan sebagai evidence based
dapat memberikan informasi bagi dan tambahan judul untuk
pendidikan keperawatan dan mengembangkan penelitian lebih
dijadikan sebagai bahan lanjut tentang manfaat lain dari
pembelajaran dan bahan praktek terapi pijat refleksi kaki seperti pijat
laboratorium serta menjadi salah refleksi untuk menurunkan kadar
satu terapi alternatif atau gula darah, mengatasi nyeri, dan
komplementer di komunitas dalam gangguan tidur.
penatalaksanaan hipertensi. UCAPAN TERIMAKASIH
Bagi Puskesmas hasil Terimakasih kepada Universitas
penelitian diharapkan memberikan Riau melalui Lembaga Penelitian
kontribusi dan masukan bagi Universitas Riau serta Program
Puskesmas untuk dapat Studi Ilmu Keperawatan yang
menggunakan hasil penelitian ini telah memberikan kesempatan
sebagai salah satu terapi alternatif untuk dapat mempublikasikan
dalam pengobatan hipertensi, serta skripsi ini.
dapat memperhatikan kembali cara 1
Rindang Azhari Rezky:
penanganan hipertensi. Mahasiswa Program Studi Ilmu
110

Keperawatan Universitas Riau, Puskesmas Bangkinang


Indonesia periode Januari - Juni
2008. Diperoleh tanggal
2
Yesi Hasneli N, S.Kp, MNS: 13 Mei 2015 dari
http://yayanakhar.wordpr
Dosen Bidang Keilmuan
ess.com.
Keperawatan Medikal Bedah
Baradero, M., Dayrit, M. W., &
Program Studi Ilmu Keperawatan
Siswadi, Y. (2008). Klien
Universitas Riau, Indonesia gangguan kardiovaskuler:
seri asuhan keperawatan.
3
Oswati Hasanah, M.Kep., Jakarta: EGC.
Sp.Kep.An: Dosen Bidang
Keilmuan Keperawatan Anak Dalimartha, S., Purnama, B. T.,
Program Studi Ilmu Sutarina, N., Mahendra,
Keperawatan Universitas
B., & Darmawan, R.
Riau, Indonesia (2008). Care your self
hipertensi. Depok: Penebar
Plus.
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, F. H. D., & Prayitno, Dinkes Kota Pekanbaru. (2014).
N. (2013). Faktor-faktor Rekapan sepuluh penyakit
yang berhubungan terbanyak Kota Pekanbaru.
dengan tekanan darah di
Puskesmas Telaga Murni, Hasneli, Y., Oktaviah, D., &
Cikarang Barat tahun Darmilis. (2014).
2012. Jurnal Ilmiah TEMPURA (Coconut
Kesehatan, 5 (2), Shells) as a foot exercise
20-25. Diperoleh dari therapy on blood
tanggal 26 April circulation and sensitivity
2015 dari foot for diabetic patients.
http://lp3m.thamrin.ac.id RIAU International
/upload/artike Nursing Conference (hal.
l%204.%20vol%205%2 58).
0no%201_feb y.pdf Pekanbaru: School of
Nursing University of Riau.
Anggraini, A. D., Waren, A., Hasneli, Y (2015).
Situmorang, E., Asputra, Wawancara
H., & Siahaan, S. S. personal tentang alat pijat
(2009). Faktor-faktor kayu (APIYU II).
yang berhubungan
Irza, S. (2009). Analisis faktor
dengan kejadian
resiko hipertensi pada
hipertensi pada pasien
masyarakat Nagori Bungo
yang berobat di
Tanjung Sumatra Barat.
poliklinik dewasa
Skripsi: Universitas Sumatra
111

Utara. Diperoleh tanggal 14 Efektivitas pijat refleksi


Mei 2015 dari kaki dan hipnoterapi
http:repository.usu.ac.id/bitsre terhadap penurunan
am/123 tekanan darah pada
456789/14464/1/09E02696.pd pasien hipertensi. Jurnal
f Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, 8(2).
Kowalski, R. E. (2010). Terapi Diperoleh tanggal 13
hipertensi:program 8 Desember 2014 dari
minggu menurunkan http://www.academia.edu
/8373947/Jst ikesmuhgo-
tekanan darah tinggi dan
gdl-irmawand-1365-2-
mengurangi risiko hal_57-3
serangan jantung dan
stroke secara alami. Pudiastuti, R. D. (2013).
Bandung: Penerbit Qanita. Penyakit-penyakit
mematikan.
Kumar, V. (2009). Pijat refleksi. Yogyakarta: Nuha
Jakarta: BIP Kelompok Medika.
Gramedia.
Riskesdas. (2013). Badan
Moeini M., Givi, M., Ghasempour, penelitian dan
Z., Sadeghi M. (2011). The pengembangan kesehatan
effect of massage therapy kementrian kesehatan RI
on blood pressure of tahun 2013. Diperoleh
women with pre- tanggal 10 November 2014
hypertension. Iranian dari
Journal of Nursing and http://www.riskesdas.litban
Midwifery Research g.depkes.g
(IJNMR), 16 (1), 61-70. o.id/download/Laporan
Diperoleh tanggal 27
November 2014 dari _riskesdas_2011.pdf.
http://en.journals.sid.ir/ViewP Sherwood, L. (2011). Fisiologi
aper.asp x?ID=206539. manusia sel ke sistem.
Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S. (2010).
Metodologi penelitian Tarigan. (2009). Sehat dengan
kesehatan. Jakarta: Rineka terapi pijat. Diperoleh
Cipta. pada tanggal 24 April
2015 dari
. (2010). Promosi kesehatan http://www.mediaindonesi
dan ilmu perilaku. Jakarta: a.com
Rineka Cipta.
Wahyuni, I. S. (2014).
Nugroho, I. A., Asrin, &
Skripsi:Pengaruh
Sarwono. (2012, Juni).
massage ekstrimitas
112

dengan aroma terapi


lavender terhadap
penurunan tekanan
darah pada lansia di
Kelurahan Grendeng
Purwokerto. Purwokerto:
Universitas Jenderal
Sudirman. Diperoleh
pada tanggal 20
November 2014 dari
http://keperawatan.unsoe
d.ac.idsites/d
efault/files/INDAH/

%20SETYA%20WAHYUN
I.pdf
Wahyuni, S. (2014). Pijat
refleksi untuk
kesehatan. Jakarta
Timur: Dunia
Sehat.

Widharto. (2007). Bahaya


hipertensi. Jakarta
Selatan: Sunda Kelapa
Pustaka

WHO. (2013). A Global Brief


Hypertension: Silent Killer,
Global Public Health
Disease. Switzerland:
WHO Press.
113

UPAYA PENCEGAHAN RESIKO PENURUNAN PERFUSI


JARINGAN PERIFER MELALUI PIJAT REFLEKSI KAKI
PADA ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI

Dela Goesalosna¹, Yuli


Widyastuti², M. Hafiddudin³
1
Mahasiwa DIII Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan
2
PKU Muhammadiyah Surakarta Dosen DIII Keperawatan Institut
3
Teknologi Sains dan Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta Dosen
DIII Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU
Muhammadiyah Surakarta JL.Tulang Bawang Selatan No.26 Tegalsari
RT 02 RW 32, Kadipiro, Surakarta

*Email:
goesalosnadela@gmail.com

Kata Abstrak
Kunci Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dimana tekanan
Hiperte sistoliknya di atas 10 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.
nsi, Pada hipertensi terjadi vasokontriksi dan gangguan sirkulasi kemudian
Perfusi masuk dalam otak dan di dalam otak terjadi peningkatan pembuluh
Jaringa darah. Peningkatan resistensi perifer dan volume darah merupakan dua
n penyebab utama terjadinya hipertensi. Hal ini terjadi akibat penurunan
Perifer, elastisitas pembuluh darah yang kemudian berdampak pada perfusi atau
Pijat suplai darah ke jaringan atau organ tubuh. Salah satu tindakan
Refleksi keperawatan yang dilakukan untuik mengatasi ketidakefektifan perfusi
Kaki jaringan perifer yaitu dengan melatih pijat refleksi kaki yang bertujuan
untuk melancarkan sirkulasi darah didalam tubuh, mengurangi rasa sakit
dan kelelahan, dan mencegah berbagai penyakit. Rangsangan pijat
refleksi pada kaki akan memancarkan gelombang-gelombang relaksasi
ke seluruh tubuh. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh penulis di
RS PKU Muhammadiyah Delanggu pada bulan April 2019 didapatkan
pasien hipertensi. Mendeskripsikan asuhan keperawatan pada Ny I, Ny S,
dan Tn T dengan tindakan pijat refleksi kaki untuk mengatasi
ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Rencana studi kasus yang
digunakan adalah penelitian deskriptif observasional dengan proses
asuhan keperawatan. Setelah dilakukan implementasi selama 3 hari
masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer klien teratasi yang
ditandai dengan ketiga pasien mampu mengungkapkan rasa nyaman di
kaki, pegal-pegal berkurang, kesemutan tidak ada. Instrumen yang
digunakan dalam pengambilan kasus ini antara lain: Alat tulis, Format
asuhan keperawatan, Buku panduan asuhan keperawatan NANDA NIC-
NOC, Alat cek
kadar gula darah, Lembar observasi pemijatan refleksi kaki, Jadwal
studi kasus, Nursing kit, Media : Leaflet, Lembar balik, SOP cara pijat
refleksi kaki.
114

RISK PREVENTION EFFORTS DECLINE IN PERIPHERAL


TISSUE PERFUSION THROUGH REFLEXOLOGY FOOT ON
NURSING CARE OF HYPERTENSION
Keywords Abstract
Hyperten Hypertension is blood pressure of persistent sistoliknya pressure in
sion, which the above 10 mmHg and diastoliknya pressure above 90
Peripher mmHg. On hypertension and circulatory disorders vasokontriksi
al Tissue occurs then enters the brain and in an increase in brain blood
Perfusion vessels. Increased peripheral resistance and blood volume are the
, two main causes of the occurrence of hypertension. This happens
Massage due to the elasticity of the blood vessels which then impact on
Foot perfusion or blood supply to tissue or organ of the body. One of the
Reflexolo actions that are done nursing untuik address the ineffectiveness of
gy peripheral tissue perfusion by practicing reflexology foot aimed at
waging a blood circulation in the body, reduce pain and fatigue,
and prevent a variety of diseases. On the feet reflexology
stimulation will emit waves of relaxation to the whole body. Based
on the results of studies conducted by the author at the PKU
Muhammadiyah Delanggu in april 2019 obtained a patient's
hypertension. Describe the care nursing in Ny I, Ny S, and Mr. T
with a foot reflexology massage action to address ineffectiveness of
peripheral tissue perfusion. Plan case studies used was descriptive
observational research with nursing care process. After 3 days of
implementation problems peripheral tissue perfusion ineffectiveness
client is resolved with a third patient was able to reveal a sense of
comfort in the legs, Achy, tingling does not exist. Reflexology feet
effectively overcome the
ineffectiveness of the peripheral tissue perfusion.
115

1. PENDAHULUAN hipertensi, angka ini


Hipertensi merupakan suatu kemungkinan akan meningkat
keadaan dimana seseorang menjadi 29,2% ditahun 2025.
mengalami peningkatan tekanan Dari 972 pengidap hipertensi,
darah di atas normal yang 333 juta berada di negara maju
mengakibatkan peningkatan dan 639 sisanya berada di negara
angka kesakitan dan angka berkembang, termasuk Indonesia
kematian. Tekanan darah 140/90 (Zaennurohmah dan
mmHg didasarkan pada dua fase Rachmayanti, 2017).
dalam setiap denyut jantung yaitu Prevalensi penyakit
fase sistolik 140 menunjukkan hipertensi di Jawa Tengah
fase darah yang sedang dipompa meningkat dari 7,6 permil pada
oleh jantung dan fase 90 diastolik tahun 2007 menjadi 9,5 permil
menunjukkan fase darah kembali tahun 2013. Hal ini berarti dari
ke jantung (Triyanto, 2014). seribu penduduk perkiraanya ada
Menurut WHO (World 9orang lebih yang menderita
Health Organization) (2015), penyakit ini. Sementara itu
hipertensi adalah salah satu berdasarkan data dari Dinas
penyebab utama kematian dini Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
deseluruh dunia. Di tahun 2020 2017, dari 11 jenis penyakit tidak
sekitr 1,56 miliar orang dewasa menular, hipertensi merupakan
akan hidup dengan hipertensi. penyakit terbanyak yang diderita
Hipertensi membunuh hampir 8 masyarakat jawa Tengah dengan
miliar orang setiap tahunnya di proporsi sebesar 55%
kawasan Asia Timur-Selatan. (RISKESDAS, 2017).
Sekitar sepertiga orang dewasa di Menurut data Dinas
Asia Timur- Selatan menderita Kesehatan Kota Surakarta
hipertensi. dilaporkan bahwa prevalensi
Menurut data WHO, di pendeita hipertensi pada tahun
seluruh dunia sekitar 972 juta 2014 adalah 22,54%. Pada
orang atau 26,4% orang di beberapa kecamatan yang
seluruh dunia mengidap penyakit terdapat di wilayah Kota
116

Surakarta dilaporkan bahwa Kamitsuru, S 2018). Perfusi


prevalensi penderita hipertensi jaringan perifer adalah keadaan di
terbanyak adalah di Kecamatan mana seorang individu
Laweyan, yaitu 23,85%. mengalami atau beresiko
Prevalensi pada Kecamatan mengalami suatu penurunan
Laweyan ini diambil dari 3 sirkulasi darah ke perifer yang
puskesmas yang ada di dapat mengganggu kesehatan
kecamatan tersebut. Prevalensi (Herdman, T.H dan Kamitsuru,
hipertensi kedua terbanyak 2018).
adalah di Kecamatan Jebres yaitu Rencana tindaka
sebanyak 22.54%. Prevalensi ini keperawatan dari diagnosa
diambil dari 4 puskesmas di tersebut diharapkan pasien
wilayah tersebut. Prevalensi mampu mempertahankan fungsi
kasus hipertensi terbanyak adalah jaringan dengan kriteria hasil:
di Puskesmas Ngoresan, pengisian kapiler kaki (5),
Kecamatan Jebres, yaitu 34,88% pengisian kapiler jari kaki (5)
(DINKES Surakarta, 2015). suhu kulit kaki dan tangan (5),
Gejala yang utama pada tekanan darah sistolik dan
penderita hipertensi secara umum diastolik normal (5), nyeri di
yang sering terjadi yaitu sakit ujung kaki dan tangan yang
kepala, pendarahan dari hidung, terlokalisasi tidak ada (5)
pusing, wajah kemerahan, (Bulechek, dkk, 2013). Intervensi
kelelahan, mual, muntah, sesak keperawatan yang dilakukan
nafas, gelisah, dan pandangan adalah: peningkatan latihan,
menjadi kabur karena kerusakan dengan aktivitas- aktivitas:
pada otak, mata, jantung, dan instruksikan individu terkait
ginjal (Wijayakusuma,2009). dengan tipe aktivitas fisik yang
Masalah keperawatan yang dapat sesuai dengan derajat
muncul pada pasien hipertensi kesehatanya, kolaborasikan
salah satunya adalah dengan dokter dan atau ahli
ketidakefektifan perfusi jaringan terapi fisik, instruksikan individu
perifer (Herdman, T.H dan terkait frekuensi, durasi, dan
117

intensitas program latihan yang penyembuhan penyakit kronis,


diinginkan, monitor kepatuhan dan mengurangi ketergantungan
individu terhadap program terhadap obat- obatan. Pijat
latihan, instruksikan individu refleksi kaki menggunakan alat
mengenai kondisi yang pijat kayu (APIYU) berbentuk
mengharuskan berhenti atau segitiga dengan ukuran 8,5 cm
mengubah program latihan, berwarna coklat kayu. Bentuk
instruksikan individu terkit teknik ujung-ujungnya berfungsi
yangdigunakan untuk sebagai pengganti jari dalam
menghindari cedera selama melakukan pijatan.
latihan, monitor respon individu Alat pijat kayu memiliki
terhadap program latihan, manfaat melancarkan sirkulasi
informasikan individu mengenai darah, mendorong relaksasi,
manfaat kesehatan dn efek mengurangi rasa sakit dan
fisiologis latihan (Bulechek, ketegangan otot, meredakan
dkk, 2013). kelelahan, dan menenangkan
Penanganan hipertensi dapat tubuh serta pikiran. Pijat refleksi
dilakukan dengan cara ini ada teknik-teknik dasar yang
farmakologi yaitu dengan obat- sering dipakai, yaitu: teknik
obatan anti hipertensi atau dengan merambat ibu jari, memutar kaki
cara non farmakologi yaitu pada satu titik, serta melakukan
peningkatan latihan. Salah satu teknik menekan dan menahan.
tehnik yang dapat dijadikan terapi Rangsangan-rangsangan yang
alternaltif untuk hipertensi adalah diberikan berupa tekanan pada
pijat refleksi kaki. Pijat refleksi kaki ini dapat memancarkan
kaki memberikan manfaat yaitu gelombang-gelombang relaksasi
mengurangi rasa sakit pada tubuh, keseluruh tubuh (Marisna, 2017).
bisa juga mencegah berbagai Pemijatan dapat dilakukan
macam penyakit, meningkatkan dengan menggunakan minyak
daya tahan tubuh, membantu esensial oil lavender sebagai salah
mengatasi stres, meringankan satu bentuk terapi alternatif untuk
gejala migrain, membantu menurunkan tekanan darah pada
118

penderita hipertensi (Widyastuti dokumentasi. Identitas umum Ny.


dan Enikmawat, 2014). I, berumur 70 tahun, jenis
Berdasarkan jurnal Marisna kelamin perempuan, beragama
(2017) “Pengaruh Pijat Refleksi islam, pekerjaan ibu rumah
Terhadap Perubahan Tekanan tangga, beralamat di Ngawonggo,
Darah pada Penderita Hipertensi Ceper, Klaten, diagnosa medis
Wilayah Kerja Puskesmas Hipertensi. Dilakukan pengkajian
Kampung Dalam” penulis tertarik dengan keluhan utama kepala
untuk mengetahui lebih dalam pusing, telapak kaki terasa pegal-
tentang pengaruh pijat refleksi pegal. Riwayat penyakit
kaki dengan memberikan asuhan sekarang: pada tanggal 7 April
keperawatan “Upaya Pencegahan 2019 pasien datang ke IGD
Resiko Penurunan Perfusi dengan keluhan pusing dan
Jaringan Perifer melalui Pijat muntah-muntah, pemeriksaan
Refleksi Kaki pada Asuhan fisik meliputi, tekanan darah
Keperawatan Hipertensi”. 160/100 mmHg, Nadi 80x/menit,
suhu 36,5°C, respirasi 20 x/menit
2. HASIL DAN PEMBAHASAN
kemudian pasien dirawat di
Berdasarkan pengkajian
bangsal BBA saat dikaji Keadaan
asuhan keperawatan yang telah
umum: lemah, kesadaran:
dilakukan pada ketiga pasien,
composmentis, pemeriksaan
pengkajian Ny. I dilakukan pada
tanda-tanda vital: tekanan darah
tanggal 8 April 2019, dan Ny. S
160/90 mmHg, nadi 80 x/menit,
dilakukan pada tanggal 12 April
suhu 36,5°C, respirasi 20
2019, dan Tn. T dilakukan pada
x/menit, turgor kulit lambat >2
tanggal 16 April 2019 di bangsal
detik, warna kulit pucat.
BBA RSU PKU Muhammadiyah
Pada hipertensi terjadi
Delanggu.
vasokontriksi dan gangguan
Pengkajian pasien 1 pada
sirkulasi kemudian masuk dalam
Ny. I didapatkan data dengan
otak dan di dalam otak terjadi
metode observasi partisipatif,
peningkatan pembuluh darah.
metode wawancara, metode
Peningkatan resistensi perifer dan
pengukuran, dan metode
119

volume darah merupakan dua selama 3 hari. Pemberian latihan


penyebab utama terjadinya pijat refleksi kaki ini bertujuan
hipertensi. Hal ini terjadi akibat untuk melancarkan sirkulasi
penurunan elastisitas pembuluh darah didalam tubuh, mengurangi
darah yang kemudian berdampak rasa sakit dan kelelahan, dan
pada perfusi atau suplai darah ke mencegah berbagai penyakit
jaringan atau organ tubuh. sehingga diberikan latihan pijat
Stimulasi simpatis juga refleksi kaki. Teknik pijat refleksi
menyebabkan vasokontriksi kaki yaitu dengan cara: teknik
perifer yang bertujuan mencegah merambat ibu jari mulai dari
penurunan tekanan darah lebih pergelangan kaki sampai jari-jari
lanjut. Disisi lain, penurunan kaki dan punggung kaki 1x,
curah jantung menyebabkan kemudian memutar pada satu titik
penurunan perfusi jaringan organ dengan memutar bagian
tubuh lainnya. pergelangan kaki, selanjutnya
Masalah keperawatan yang melakukan teknik menekan dan
mucul pada hipertensi salah menahan mulai dari telapak kaki
satunya adalah ketidakefektifan secara merata hingga kejari-jari
perfusi jaringan perifer. perfusi kaki selama 10x dan bergantian
jaringan perifer adalah keadaan kaki satunya. Rangsangan pijat
dimana seseorang mengalami refleksi pada kaki akan
atau beresiko mengalami suatu memancarkan gelombang-
penurunan sirkulasi darah ke gelombang relaksasi ke seluruh
perifer. tubuh. Sebelum dilakukan pijat
Tindakan keperawatan refleksi kaki dilakukan
yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik tanda-tanda
memberikan latihan pijat refleksi vital untuk mengetahui tekanan
kaki dengan metode refleksologi darah sebelum dilakukan pijat
yaitu dilakukan menggunakan refleksi kaki. Kemudian langsung
alat berupa kayu, pijat refleksi dilakukan pijat rerfleksi kaki.
kaki dilakukan 1x1 dalam sehari Setelah pijat refleksi kaki
di siang hari dan dilakukan dilakukan langkah selanjutnya
120

yaitu memonitor respon pasien perifer. Ketidakefektifan perfusi


terkait pijat yang telah dilakukan. jaringan perifer teratasi sebagian
Setelah latiahan pijat refleksi kaki dalam asuhan keperawatan 3x24
selama 3 hari, dua hari pasien jam.
mampu mempertahankan fungsi
3. KETERBATASAN STUDI
jaringan dengan tekanan sistolik
KASUS
dan distolik menurun, suhu kulit
Pada studi kasus ini
kaki baik, pengisian kapiler kaki
mengalami keterbatasan yaitu
>1 detik dan tidak ada nyeri
adanya pengaruh obat-obatan
teralokasi.
yang bertujuan sama untuk
Pijat refleksi kaki
menurunkan dan menstabilkan
memberikan manfaat yaitu
tekanan darah.
mengurangi rasa sakit pada
4. SIMPULAN
tubuh, bisa juga mencegah
Resume studi kasus upaya
berbagai macam penyakit. Selain
pijat refleksi untuk mencegah
itu meningkatkan daya tahan
resiko penurunan perfusi jaringan
tubuh, membantu mengatasi
perifer pada penderita Hipertensi
stres, meringankan gejala
yang dilakukan pada Ny I, Ny, S
migrain, membantu
dan Tn, T dengan keluhan kepala
penyembuhan penyakit kronis,
pusing, telapak kaki tersa pegal-
dan mengurangi ketergantungan
pegal, mata buram, kesemutan,
terhadap obat- obatan (Marisna,
dan kebas. Tujuan dan kriteria
dkk, 2017).
hasil Ny I, Ny S, dan Tn T adalah
Berdasarkan hasil asuhan
setelah dilakukan tindakan
keperawatan pada pasien
keperawatan selama 3x24 jam
hipertensi dengan
diharapkan mampu
ketidakefektifan perfusi jaringan
mempertahankan fungsi jaringan
perifer yang telah dilakukan
dengan kriteria hasil: pengisian
tindakan keperawatan dengan
kapiler kaki (5), pengisian kapiler
dilakukan pijat refleksi kaki yang
jari kaki (5), suhu kulit kaki dan
hasilnya terbukti efektif untuk
tangan (5), tekanan darah sistolik
menangani perfusi jaringan
dan diastolik normal (5), nyeri di
121

ujung kaki dan tangan yang menerapkan dan melakukan


terlokalisasi tidak ada (5). pijat refleksi kaki secara
Intervensi sudah dibuat sesuai mandiri untuk mengurangi rasa
NIC keperawatan, implementasi sakit dan kelelahan, mencegah
yang dilakukan adalah berbagai penyakit salah
memonitor tingkat satunya hipertensi, dan
ketidaknyamanan saat istirahat, mencegah penurunan perfusi
kolaborasikan dengan dokter atau jaringan perifer.
ahli fisik terkait pijat refleksi b. Bagi perawat
kaki, melatih pijat refleksi kaki, Diharapkan perawat
dan memonitor respon individu mampu melakukan modifikasi
terhadap program latihan (pijat kolaborasi dengan ahli fisik
refleksi kaki). Evaluasi setelah terkait pijat refleksi kaki untuk
dilakukan pijat refleksi kaki mencegah penurunan perfusi
selama 3 hari yaitu masalah jaringan perifer pada pasien
ketidakefektifan perfusi jaringan hipertensi.
perifer teratasi ketiga pasien c. Bagi rumah sakit
mampu mengungkapkan rasa Diharapkan sebagai bahan
nyaman di kaki, pegal-pegal masukan agar pendidikan
berkurang, kesemutan tidak ada. kesehatan pijat refleksi kaki
Pijat refleksi kaki dapat diaplikasikan oleh
bermanfaat melancarkan sirkulasi perawat rumah sakit kepada
darah didalam tubuh, mengurangi semua penderita hipertensi
rasa sakit dan kelelahan, dan sebagai tindakan kolaborasi dan
mencegah berbagai penyakit mandiri keperawatan.
salah satunya hipertensi, serta d. Bagi peneliti lain
mampu menjadi tindakan Diharapkan untuk
kolaborasi keperawatan yang melakukan penelitian lanjut
efektif. untuk mengembangkan ilmu
2. SARAN dan wawasan tentang cara
a. Bagi pasien dan keluarga mengatasi hipertensi yang
Diharapkan pasien dapat mengalami resiko penurunan
122

perfusi jaringan perifer dengan


pijat refleksi kaki.
5. REFERENSI
Bulechek, G.M, Howard, K.B,
Joanne, M.D, Cheryl,
M.W. 2013. Nursing
Outcomes Classification.
Edisi ke-6: Elseiver
Bulechek, G.M, Howard, K.B,
Joanne, M.D, Cheryl,
M.W. 2013. Nursing
Intervension
Classification. Edisi ke-6:
Elseiver.
Marisna, Desi. 2017. Pengaruh
Terapi Pijat Refleksi
Kaki Terhadap
Perubahan Tekanan
Darah pada Penderita
Hipertensi Wilayah
Kerja Puskesmas
KampungDalam.Jurnal
Kesehatan. Hal 3

Riset Kesehatan Dasar. 2017.


Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar
DepartemenKesehatan.
Jateng.www.dinkesjate
ng prov.go.id.Diakses
tanggal 6 Desember
2018.

Anda mungkin juga menyukai