Anda di halaman 1dari 169

PEMERIKSAAN FISIK

Ns. Nila Marwiyah, S.Kep. M.kep


KONSEP PEMERIKSAAN FISIK
• Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari
ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap
tubuh yang memberikan informasi objektif
tentang klien dan memungkinkan perawat
untuk membuat penilaian klinis

(Potter, P.A., Perry, A.G.P. (2005).


Tujuan Pemeriksaan fisik
1. Untuk mengumpulkan data dasar tentaang kesehatan
klien
2. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal
dan yang diperoleh dalam riwayat keperawatan
3. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa
keperawatan
4. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan
status kesehatan klien dan penatalaksanaan
5. Untuk mengevaluasi hasil dari perawatan

Potter, P.A., Perry, G.A.,Stockert, P.A., Hall, A.M (2017).


METODA PEMERIKSAAN FISIK
• INSPEKSI
• PALPASI
• PERKUSI
• AUSKULTASI
INSPEKSI
Inspeksi adalah pemeriksaan secaara visual yaitu
pengkajian menggunakan indra penglihatan.
Perawat menginspeksi dengan mata telanjang dan
dengan alat pencahayaan. Penggunaan indera
pendengaran dan penciuman dapat juga di anggap
bagian dari inspeksi.
Inspeksi harus sitematis, sehingga tidak ada yang
terlewatkan.

Berman, Snyder, Kozier dan Erb, (2009).


Prinsip melakukan inspeksi
1. Pastikan tersedianya pencahayaan yang baik
2. Posisi dan pajankan bagian tubuh sedemikian
rupa sehingga semua permukaan sapat dilihat
3. Inspeksi setiap area untuk ukuran bentuk warna
kesimetrisan posisi dan abdnormalitas
4. Gunakan lampu tambahan untuk menginspeksi
rongga tubuh
5. Jangan buru-buru ketika melakukan inspeksi

Potter, P.A., Perry, A.G.P. (2005).


PALPASI
• Palpasi adalah pemeriksaan tubuh menggunakan indera peraba.
• Bantalan jari di gunakan karena konsentrasi ujung syaraf membuat
bagian ini sangat sensitif terhadap perbedaan taktil
• Palpasi digunakan untuk menentukan
1. Tekstur (mis rambut)
2. Suhu (mis area kulit)
3. Vibrasi
4. Posisi, ukuran, konsistensi dan mobilitas organ dan massa
5. Distensi
6. Adanya dan frekuensi denyut nadi perifer
7. Nyeri

Berman, Snyder, Kozier dan Erb, (2009).


Tipe Palpasi
Palpasi Ringan Palpasi Dalam
• Palpasi ringan (superfisial) • Palpasi dalam dilakukan dengan
dua tangan (secara bimanual) atau
harus selalu mendahului satu tangan
palpasi dalam, karena tekanan • Tehniknya perawat mengulurkan
berat pada ujung jari dapat tangan dominan seperti pada
palpasi ringan, kemudian
menumpulkan indera peraba. meletakan ujung jari tangan
nondominan pada permukaaan
• Tehniknya perawat dorsal sendi interfalangeal distal di
mengulurkan jari tangan tiga jari tengah tangan dominan
dominan sejajar permukaan • Palpasi dalam dengan satu tangan,
bantalan jari tangan yang dominan
kulit dan menekan perlahan ke menekan area yang dipalpasi.
bawah sambil menggerakan Sering kali tangan lain di gunakan
untuk menyangga masa atau organ
tangan dengan cara sirkular di bawah
Palpasi ringan Paplasi dalam
PERKUSI
• Pada perkusi permukaan tubuh di ketuk untuk
menimbulkan suara yang dapat di dengar atau
vibrasi yang dapat di rasakan (Berman, Snyder,
Kozier dan Erb, 2009).
• Perkusi melibatkan pengetukan tubuh dengan
ujung-ujung jari guna mengevaluasi ukuran,
batasan dan konsistensi organ-organ tubuh dan
menemukan adanya cairan di dalam rongga
tubuh. (Potter, & Perry, 2005).
• Ada dua tipe perkusi langsung dan tidak langsung
TIPE PERKUSI
Perkusi Langsung Perkusi tidak langsung
• Perawat mengetuk area • Mengetuk suatu objek di
yang akan di perkusi secara letakan di area permukaan
tubuh yang di periksa
langsung dengan dua, tiga
• Tehniknya jari tengah non
atau empat bantalan jari dominan disebut pleksimeter
atau dengan bantalan jari di letakan dengan mantap di
tengah atas kulit klien, dengan
menggunakan ujung jari
tengah yang di fleksikan pada
tangan non dominan yang di
sebut Pleksor perawat
mengetuk pleksimeter
Perkusi langsung Perkusi Tidak langsung
SUARA YANG DIJUMPAI PADA PERKUSI
• Sonor
Suara perkusi jaringan yang normal
• Redup
Suara perkusi jaringan yang lebih padat,misal di
daerah paru – paru pada pneumonia
• Pekak
Suara perkusi jaringan yang padat seperti pada
perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar
• Hipersonor
Suara perkusi pada daerah yang lebih berongga
kosong, mis : daerah caverna paru, klien asma
kronik
AUSKULTASI
• Proses mendengarkan suara yang berasal dari
dalam tubuh dengan menggunakan stetoskop
yang memperjelas suara dan menyalurkannya
ke telinga perawat.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada napas
adalah sbb :

• Rales
Suara yang dihasilkan dari eksudat lengket pada
saluran – saluran halus pernapasan
mengembang pada inspirasi ( rales halus,
sedang, kasar )
Mis : Klien pneumonia dan TBC
• Ronchi
Nada rendah dan sangat kasar terdengar, baik
saat inspirasi maupun ekspirasi
Lanjutan suara tidak normal paru

• Wheezing
Bunyi yang terdengar “ ngii..k”. Bisa dijumpai
pada fase inspirasi maupun ekspirasi
Mis : Bronkitis akut dan asma
• Pleura Frction Rub
Bunyi yang terdengar “ kering “ seperti suara
gosokan amplas pada kayu
Mis : peradangan pleura
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
• PENGENDALIAN INFEKSI
• LINGKUNGAN
• PERALATAN
• KLIEN
PERALATAN PEMERIKSAAN FISIK
MISTAR /
PENGGARIS 2 • ALAT UNTUK MENGUKUR TEKANAN VENA
JUGULARIS
BUAH

• ALAT SEPERTI PENGGARIS DENGAN SEBUAH


GONIOMETER BUSUR DALAM SATU RANGKAIAN UNTUK
MENGUKUR RENTANG GERAK

METERAN • UNTUK MENGUKUR LINGKAR KEPALA,


LINGKAR LENGAN DAN LINGKAR PERUT
LANJUTAN PERALATAN

PEN • MELIHAT REAKSI DAN UKURAN PUPIL, MELIHAT


LIANG TELINGA
LIGHT/SENTER

SNELLEN • LEMBARAN YANG BERISIKAN JAJARAN HURUF


DENGAN UKURAN BESAR SAMPAI KECIL
CHART DIGUNAKAN UNTUK MENILAI KETAJAMAN MATA

PALU / • ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGUKUR


REFLEK FISIOLOGIS
HAMMER
• UNTUK MENGUJISENSITIVITAS YANG
SABUT/LIDI TERKAIT DENGAN FUNGSI SENSORI SARAF
CRANIALIS
KAPAS/TISU • MEMBERSIAHKAN LIANG TELINGA ATAU
HIDUNG APABILA BANYAK SERUMEN

• ALAT GETAR YANG DIGUNAKAN


GARPU TALA UNTUK MENILAI FUNGSI
PENDENGARAN

• ALAT UNTUK MENDENGARKAN BUNYI


STETOSKOP DETAK ATAU GETARAN DALAM TUBUH
• ALAT BANTU UNTUK MEMBUKA
SPEKULUM LUBANG HIDUNG KETIKA AKAN
DILAKUKAN PEMERIKSAAN

TERMOMETER • MENGUHUR SUHU BADAN

TENSIMETER • MENGUKUR TEKANAN DARAH


TIMBANGAN • MENGUKUR BERAT BADAN

• ALAT UNTUK MEMBANTU MEMBUKA


SPATEL LIDAH MULUT DAN MENEKAN LIDAH KETIKA
MELAKUKAN PEMERIKSAAN MULUT

BAJU • BAJU KHUSUS AGAR MUDAH MEMBUKA


PEMERIKSAAN DAN MENJAGA PRIVACY
PENLIGHT
GONIOMETER

LIDI KAPAS

GARPU TALA
PALU HAMMER
SPEKULUM HIDUNG
SPEKULUM VAGINA

SPATEL LIDAH
Snelen chart
LANGKAH –LANGKAH TINDAKAN PEMERIKSAAN FISIK

1. WAWANCARA / ANAMNESA RIWAYAT


KESEHATAN
 Untuk menjalin hubungan saling percaya
 Menggali informasi yang terkait dengan riwayat
kesehatan klien
 Diperoleh informasi atau permasalahan dan keluhan
klien yang dapat ditindaklanjuti dengan tindakan
pemeriksaan fisik
 Untuk memperoleh data / informasi akurat 
diperlukan kemampuan perawat baik tehnik
wawancara, ketrampilan interpersonal, pengetahuan
tentang kesehatan atau masalah kesehatan.
Lanjutan
2. MENCUCI TANGAN
3. TIMBANG BERAT BADAN DAN UKUR TINGGI
BADAN
 Menimbang dan mengukur TB dilakukan pada awal
pengkajian
 Untuk menghitung Indeks Masa Tubuh ( BMI )
 Untuk menetukan kategori kurus, normal atau
kegemukan
 Rumus :
Berat Badan ( Kg )
Tinggi Badan ( m2 )
 Hasil :
 Bila lebih 25  waspada BB berlebih
 Bila dibawah 17 adalah Kurus
Lanjutan
4. Lakukan pemeriksaan tanda – tanda vital
(Tekanan darah, Nadi, Pernapasan dan suhu tubuh )
5. Lanjutkan pemeriksaan secara skematik, mulai dari
kepala hingga ujung kaki dengan menggunakan
tehnik pemeriksaan fisik.
HAL – HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA SAAT
MELAKUKAN PEMERIKSAAN FISIK

SIKAP • HARUS HORMAT DAN SOPAN

• KOMUNIKASI HARUS BERJALAN 2 ARAH


KOMUNIKASI • JELASKAN DAN KATAKAN PADA KLIEN, SEBELUM, SELAMA
DAN SESUDAH MELAKUKAN PEMERIKSAAN

• LINDUNGI BAGAIAN TUBUH KLIEN DENGAN KAIN ATAU


BAJU KHUSUS
PRIVACY • JANGAN TELANJANGI KLIEN DARI AWAL HINGGA AKHIR
PEMERIKSAAN
• JAGA LINGKUNGAN TETAP AMAN
LINGKUNGAN • RESTRAIN

• DISIAPKAN SELENGKAP MUNGKIN AGAR


PERALATAN MEMPEROLEH DATA YANG AKURAT
SERTA EFISIEN WAKTU DAN TENAGA

• KUKU HARUS PENDEK AGAR TIDAK


KUKU MELUKAI KLIEN DAN DIRI SENDIRI
PEMERIKSAAN FISIK KEPALA DAN
LEHER
A. PEMERIKSAAN KEPALA
1. RAMBUT
a. Mengetahui adanya kuantitas ( tipis atau tebal ),
distribusi ( Alopesia sebagain atau total ) dan
tekstur ( kasar atau halus ).
Cara : Inspeksi dan palpasi
b. Palpasi
Mengetahu kasar atau halusnya rambut, mudah
patah atau tidak, berminyak atau kering.
GANGGUAN MENTAL DI
MANA PENDERITANYA
MEMILIKI TIDAK
TERTAHANKAN UNTUK
MENCABUTI RAMBUT
2. KULIT KEPALA
• Mengetahu adanya kelainan atau gangguan
yang terjadi pada kulit kepala.
• Inspeksi
– Ada tidaknya lesi, ketombe, kutu, bekas luka atau
jahitan, kmk adanya shunt dan tumor
• Palpasi
– Adanya tumor, fraktur tulang kepala, dan tekstur
kulit kepala
3. MATA
• DENGAN TEHNIK INSPEKSI DAN PALPASI
• INSPEKSI :
– Kelopak Mata : Terhadap ada tidaknya edema, ada tidaknya
lingkaran hitam di sekitar mata, dapat menutup dengan rapat
atau tidak.
– Bulu mata : Inspeksi terhadap ada tidaknya bulu mata,
pertumbuhannya, bentuknya
– Conjunctiva : Inspeksi terhadap warna, ada tidaknya
perdarahan, kiste perlukaan
– Sclera mata : Inspeksi terhadap warna, ada tidaknya
perdarahan
– Pupil : Inspeksi terhadap respon cahaya, ukuran
– Iris/lensa mata/kornea : Inspeksi terhadap warna atau
kekeruhan
• Palpasi : Mengetahui Kekenyalan bola mata dengan
menggunakan kedua jari telunjuk dalam keadaan mata
tertutup
4. Hidung
Inspeksi
• Mengetahui adanya kelainan
• Dilakukan dengan alat bantu spekulum, untuk
membantu membuka rongga hidung agar terlihat
dengan jelas.
• Temuan : Letak konka, peradangan, lesi, polip, rambut
dan sekret
• Untuk mengetahui fungsi sensori hidung dilakukan px
tes bau – bauan
• Amati terlebih dahulu bentuk hidung, simetris atau
tidak, ada tidaknya kelianan yang tampak, seperti
fraktur hidung.
5. MULUT
INSPEKSI
 Untuk mengetahui ada tidaknya luka atau
peradangan gusi, bibir, lidah dan pharink,
keadaan gigi geligi, kedaan tonsil, keadaan lidah
dan bau mulut.
 Tehnik px rongga mulut
Apabila klien tidak bisa membuka mulut secara
sempurna, gunakan alat spatel lidah agar rongga
mulut bagian belakang terlihat jelas oleh
pemeriksa
Inspeksi Lidah
Cotoh gambar abnormalitas lidah
INSPEKSI TONSIL
PEMERIKSAAN TELINGA
• INSPEKSI
• Untuk mengetahui saluran telinga, dan ada
tidaknya timpani pada penyinaran . Uji
pendengaran dengan garpu tala tau gesekan
jari. Bila kurang jelas dengan alat bantu
OTOSKOP
TEST GARPU TALA
1. TES WEBER (lateralisasi suara)
2. TES RINNE (perbandingan konduksi udara dan
tulang)
TES WEBER
• Pegang garpu tala di bagian dasarnya dan
ketukan secara perlahan di tumit telapak
tangan
• Tempatkan bagian dasar garpu tala yang
sedang bergetar di verteks garis tengah kepala
klien atau garis tengah dahi
• Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar
sama di kedua telingan atau lebih baik di salah
satu telinga
TES WEBER
TES RINNE
• Letakan batang garpu tala yang sedang bergetar di
prosesus mastoideus klien
• Mulai menghitung interval dengan jam tangan anda
• Minta klien untuk memberi tahu anda jika bunyi tidak
lagi terdengar. Letakan dengan cepat garpu yang masih
bergetar 1 sampai 2 cm dari kanal telinga dan minta
klien untuk memberi tahu anda jika bunyi tidak
terdengar
• Teruskan menghitung waktu saat bunyi terdengar
karena konduksi udara
• Bandingkan jumlah detik bunyi terdengar karena
konduksi udara dan konduksi tulang.
TES RINNE
SINUS
• Pemeriksaan dilakukan dengan cara palpasi.
• Lokasi yang diperiksa adalah : sinus maksilaris,
sinus frontalis dan sinus etmoidalis.
• Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui ada tidaknya peradangan pada
sinus yang ditunjukkan dengan adanya respon
nyeri pada saat dipalpasi
PEMERIKSAAN LEHER
1. Tiroid
• Dengan cara inspeksi dan palpasi
• Inspeksi : Bentuk dan besarnya apabila ada
pembesaran yang nyata, tampak simetris atau tidak
• Palpasi : Dengan satu tangan dari samping
atau dua tangan dari arah belakang.
• Jari-jari meraba permukaan kelenjar dan klien diminta
untuk menelan.
• Palpasi tiroid untuk mengetahui keras atau lunak/
kiste, noduler atau berbenjol
2. Getah bening, sub mandibula
• Pemeriksaan kelenjar getah bening dilakukan
dengan cara palpasi
• Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya
infeksi daerah sekitar kelenjar yang diperiksa
• Pembesaran kelenjara getah bening dapat
terjadi karena infeksi di tempat lain seperti :
Pharynx, tonsil, gigi, larynx, dan telinga
3. JVP ( Jugularis Vena Pressure )
• Pemeriksaan tekanan vena jugularis untuk
mengetahu adanya overload cairan
• Pengukuran JVP dilakukan dengan cara
mengukur bendungan vena jugularis
menggunakan garis yang diletakkan secara
vertikal terhadap garis horizontal angulus
ludovici
PEMERIKSAAN FISIK DADA DAN
PUNGGUNG
A. Pemeriksaan thorax ( Anterior )
 Px thorax meliputi paru – paru, jantung, batas
paru hepar, payudara dan aksila.
 Px paru – paru dan jantung dilakukan dengan
tehnik yang berurutan, meliputi : inspeksi,
palpasi, perkusi dan terakhir auskultasi
PARU - PARU
• INSPEKSI
• Bentuk thorax, pola atau irama pernapasan
( teratur, periodik cheyne stokes, periodik biot,
kusmaul cepat dan dalam, hiperventilasi
pernapasan yang dalam atau irama satu – satu
seperti pada klien sebelum meninggal )
• Jenis pernapasan
• Frekuensi pernapasan
• Kelainan bentuk dada
PALPASI PARU
• Untuk menilai getaran paru kiri dan kanan
• Dengan palpasi, dapat terasakan getaran paru
sama kuat kiri dan kanan, atau ada perbedaan
kuat lemahnya getaran paru.
c. Perkusi
AUSKULTASI
• Lokasi auskultasi paru – paru menggunakan
stetoskop
• Auskultasi untuk mendengarkan suara
pernapasan, ada tidaknya suara tambahan
yang menunjukkan ada tidaknya kelainan atau
gangguan pada paru – paru.
TIGA SUARA YANG DIDENGAR PADA PEMERIKSAAN AUSKULTASI

1. Suara Napas
 Vesicular
Suara napas vesikuler terdengar di semua lapang paru yang normal,
bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspirasi
 Broncho-vesicular
Suara napas broncho – vesikular terdengar di daerah percabangan
bronkhus dan trachea, disekitar sternum dan regip interscapular.
Nadanya sedang, lebih kasar dibanding vesicular, inspirasi sama
panjang dengan ekspirasi
 Bronchial
Suara napas bronchial di daerah trachea dan supra sternal notch.
Bersifat kasar, nada tinggi, inspirasi lebih pendek dibandingkan
dengan ekspirasi
2. Suara Ucapan
3. Suara tambahan
JANTUNG
• INSPEKSI
– Untuk melihat ada tidaknya denyutan apexs
jantung atau normal tidaknya gerakan
– Dengan inspeksi juga dapat dihitung frekuensi
nadi apikal apabila terlihat
b. Palpasi
• Palpasi jantung dilakukan untuk mengetahui
ukuran denyutan apeks jantung
• Normalnya tidak lebih dari 1 – 2 cm
• Bila lebih lebar dari ukuran normal, dicurigai
adanya pembesaran jantung
3. PERKUSI
• Untuk menentukan batas atas, batas kanan
dan kiri jantung.
• Diketahui ada tidaknya pembesaran jantung
• Batas atas jantung normalnya pada inter kosta
2 – 3, batas kanan linea sternalis, dan batas
kiri jantung di linea medio clavikula
AUSKULTASI
• Tindakan auskultasi untuk mendengarkan bunyi
jantung ( BJ ) I, II dan kemungkinan adanya bunyi
jantung tambahan ( BJ III )
• BJ I  menutupnya katub tricuspidalis dan katub
mitral.
• BJ I  didengarkan di ICS IV Linea sternalis kiri (
BJ I / T )
• BJ I  di ICS V Linea medio clavicula kiri atau
pada lokasi ictus cordis / apek jantung ( BJ I / M )
Lanjutan auskultasi
• BJ II  Untuk mendengarkan bunyi
menutupnya katub aorta ( BJ II/A ) dan
Pulmonalis ( BJ –II / P )
• BJ II / A  didengarkan di ICS 2 Linea sternalis
kanan ]
• BJ II/ P  dapat didengarkan di ICS 2 dan ICS 3
linea sternalis kiri.
Bunyi Jantung III
• Timbul akibat getaran derasnya pengisian
diastolika dari atrium kiri ke ventrikel kiri yang
sudah membesar
• Pada orang dewasa / tua, BJ III merupakan suatu
tanda dan gejala adanya payah jantung, edema,
dyspnea.
• Suara / irama bunyi jantung pada
decompensatio-cordis kiri disebut irama pacu
kuda ( gallop rhythm)
• BJ III  didengarkan di daerah mitral, yaitu di ICS
V Linea Medio clavicula kiri
PAYUDARA
• Payudara diperiksa dengan cara inspeksi dan palpasi.
• Inspeksi :
– Untuk melihat bentuk simetris / tidak
– Adanya benjolan / tumor
– Bentuk putting
– Adanya kelainan kulit
– Ulkus
– Adanya bekas luka dan retraksi kulit daerah mamae akibat tarikan
ligamentum cowperi, seperti kulit jeruk ( peau d’orange ),
• Palpasi
– Untuk mengetahui kontur keras / lunak
– Adanya benjolan atau tumor
– Adanya cairan : darah, pus, cairan bening, air susu
a. Posisi pemeriksaan payudara
b. Inspeksi payudara
c. Lokasi dan cara palpasi
Lokasi palpasi
Kelainan Payudara
1. Nipple retraction
2. Nipple inversion
3. Tubercels
4. Peau d’orange
ABDOMEN
• Pembagian lokasi pemeriksaan
• Kuadran
a. Kuadran kanan atas
b. Kuadran kanan bawah
c. Kuadran kiri atas
d. Kuadran kiri bawah
Pembagian regio adalah sebagai berikut

a. Regio epigastrika
b. Regio hipokondria kanan
c. Regio hipokondria kiri
d. Regio lumbalis kanan
e. Regio lumbalis kiri
f. Regio umbilikal
g. Regio hypogastric / suprapubika
h. Regio iliaka kanan
i. Regio iliaka kiri
TEHNIK PEMERIKSAAN
• Dilakukan dengan tehnik inspeksi, auskultasi,
perkusi dan terakhir palpasi
1. Inspeksi
 Kontur atau bentuk abdomen : datar, skapoid,
buncit ( rounded) apakah ada ascites ?
 Scar, striae, vena, rashes, luka / bekas luka.
Apakah tampak pulsasi, bayangan, vena atau
masa?
 Masuk, menonjol, hernia
2. Auskultasi
• Auskultasi dilakukan untuk mendengarkan
bunyi usus / peristaltik dan bruit vaskuler
• Catat frekuensi atau karakter bising usus
• Normal 5 – 35 kali permenit (Perry &Potter,
2005)
• Bising usus hiperaktif disebut BORBORYGMI
• Catat juga adanya bruit yang ditemukan
3. PERKUSI
• Perkusi dilakukan untuk mengetahui adanya cairan dalam
abdomen, gas atau udara
• Tehnik perkusi abdomen sama seperti tehnik perkusi pada
thorax
• Suara perkusi abdomen yang normal adalah TYMPANI
menjadi PEKAK merupakan batas cairan ascites yang ada,
kemudian klien dipindah posisi menjadi tidur miring.
• Apabila ada cairan, maka daerah lateral abdomen yang
berada di atas akan menjadi tympani karena cairan
berpindah ke bawah.
• Sebaliknya, daerah umbilikalis akan menjadi pekak yang
disebut ( Shifting dullness )
4. PALPASI
• Palpasi dilakukan secara ringan superfisial dan
palpasi dalam
• Palpasi ringan atau superfisial untuk mengetahu
adanya tanda nyeri tekan, distenmsi atau
ketegangan
• Palpasi dalam untuk mengetahui adanya massa
atau organ dalam seperti lien, batas hepar, ginjal
dan untuk mengetahu adanya iritasi peritoneal.
• Palpasi dilakukan di semua kuadran atau regio,
inguinal dan femoral.
GENETALIA
PENILAIAN REFLEK
0
Tidak ada respon
1+
Normal rendah dengan sedikit kontraksi
otot
2+
Normal dengan kekuaatan otot yang dapat
terlihat dan gerakan lengan atau tungkai
3+
Lebih cepat dari normal; tidak
mengindikasikan penyakit
4+
Hiperaktif dan sangat cepat; seringkali
berhubungan dengan gangguan medula
spinalis
• Capillary Refill Time (CRT) adalah tes yang
dilakukan cepat pada daerah dasar kuku untuk
memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke
jaringan
• Batas normal pengisian kapiler adalh 3 detik
DAFTAR PUSTAKA
1. Potter, P.A., Perry, A.G.P. (2005). Buku Ajar
Fundamental Keperawtaan , Konsep, proses dan
praktik Edisi 4 Volume 1. Alih bahasa: Yasmin Asih,
Made Sumarwati, Dian Evriyani, Laily Mahmudah,
Ellen Panggabean……. Enie Noviestari). Jakarta: EGC
2. Berman, Snyder, Kozier dan Erb, (2009). Buku Ajar
Praktik Keperawatan Klinis Edisi 5. Alih bahasa: Eni
Meiliya, Esty Wahyuningsih, Devi Yuliyanti.
Jakarta:EGC)
3. Potter, P.A., Perry, G.A.,Stockert, P.A., Hall, A.M
(2017). Fundamentals of Nursing, ninth edition. St
Louis Missourri; Elsevier

Anda mungkin juga menyukai