PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi utama perawat adalah membantu klien (dari level individu hingga
masyarakat), baik dalam kondisi sakit maupun sehat, guna mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui layanan keperawatan. Layanan keperawatan
diberikan karena adanya kelemahan fisik, mental, dan keterbatasan pengetahuan
serta kurangnya kemauan untuk dapat melaksanakan kegiatan kehidupan sehari-hari
secara mandiri [CITATION Asm08 \p 9 \l 1033 ].
Berbagai masalah yang terjadi pada saat ini, dari masalah kesehatan yang
sederhana sampai yang sangat kompleks telah menuntut perhatian berbagai kalangan
kesehatan termasuk keperawatan. System kolaborasi yang baik dan koordinasi
kegiatan yang terjadi antar disiplin pemberi pelayanan diharapkan dapat
mengantisipasi kompleksitas masalah kesehatan yang terjadi. Oleh karena itu,
kondisi ini mengharuskan profesi keperawatan untuk menungkatkan diri agar tetap
memberikan pelayanan keperawatan yang terintigrasi dan paripurna. Sifat pelayanan
kesehatan saat ini dan di masa mendatang lebih menekankan pada upaya peningkatan
kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif).[CITATION Sim09 \p 24 \l
1033 ].
Sebagai perawat, materi yang sangat penting dan menentukan adalah
memahami konsep caring dan mampu menanamkan dalam hati, disirami dan dipupuk
untuk mampu memperlihatkan kemampuan soft skill sebagai perawat, yaitu empati,
bertanggung jawab dan tanggung gugat, dan mampu belajar seumur hidup. Dan itu
semua akan berhasil dicapai oleh perawat kalau mereka mampu memahami apa itu
caring.Saat ini, caring adalah isu besar dalam profesionalisme keperawatan. Mata
ajaran ini mendeskripsikan tentang keperawatan dasar dimana perawat akan
mendalami konsep sebagai dasar ilmu keperawatan. Diharapkan perawat mampu
memahami tentang pentingnya perilaku caring sebagai dasar yang harus dikuasai
oleh perawat.
1
B. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Menjelaskan pengertian caring secara umum.
2. Memahami persepsi klien tentang caring.
3. Menjelaskan teori caring menurut Jean Watson.
4. Menjelaskan perilaku caring dalam praktik keperawatan.
5. Memahami perbedaan caring dan curing.
6. Mengetahui pandangan Islam tentang konsep caring dan pelayanan keperawatan.
C. Manfaat
Penulisan makalah ini sangat bermanfaat bagi penulis. Melalui penulisan
makalah ini penulis bisa mengetahui dan memahami tentang konsep caring dalam
keperawatan beserta teori-teorinya, serta mengetahui pandangan Islam tentang
konsep caring dalam keperawatan dan pelayanan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
A. Pengertian Caring Secara Umum
Gambar 1
Diambil dari Septyani Elvionita S.htm
3
mengungkapkan mengenai teori caring, antara lain sebagai berikut : [CITATION
Tar \p 3-4 \l 1033 ]
4
seimbang sehingga menghasilkan asuhan keperawatan yang optimal untuk klien.
Care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Core
merupakan dasar dari ilmu sosial yang terdiri dari kemampuan terapeutik, dan
kemampuan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain. Sedangkan cure
merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan
keperawatan secara total kepada klien, maka ketiga unsur ini harus dipadukan.
9. Florence Nightingale (1860), caring adalah tindakan yang menunjukkan
pemanfaatan lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan bersih, verifikasi yang baik dan tenang kepada klien.
5
dan tertarik terhadap mereka sebagai individu, mereka biasanya menjadi teman
sekerja yang aktif dalam merencanakan perawatan[ CITATION Ran12 \l 1033 ].
Seringkali klien bertanya dalam hati “sejauh mana perawat care terhadap
mereka”. Perasaan bahwa klien diperhatikan sebagai individu membuat klien merasa
aman walaupun ia dalam keadaan sakit atau bahaya. Pada umumnya klien merasa
cemas saat kontak dengan perawat, sehingga sikap perawat yang memerhatikan, mau
membantu dan menghargai klien akan membantu mengurangi kecemasan klien.
Sikap caring juga akan meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat [CITATION
Sit09 \p 8-9 \l 1033 ].
Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku caring yang
dimiliki perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk
memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson
(1991) menjelaskan tentang proses caring yang terdiri dari bagaimana perawat
mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional,
melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri sendiri,
memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi
kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidup.
Mengenali kebiasaan perawat yang dirasakan klien sebagai caring
menegaskan apa yang klien harapkan dari pemberi pelayanan. Kemudian, klien
menilai efektivitas perawat dalam menjalankan tugasnya. Klien juga menilai
pengaruh dari pelayanan keperawatan. Sikap pelayanan yang dinilai klien terdiri dari
bagaimana perawat menjadikan pertemuan yang bermakna bagi klien, menjaga
kebersamaan, dan bagaimana memberikan perhatian penuh.
Biasanya klien dan perawat melakukan persepsi yang berbeda tentang caring.
Untuk alasan tersebut, fokuskan pada membangun suatu hubungan yang membuat
perawat mengetahui apa yang penting bagi klien. Contoh, perawat mempunyai klien
yang takut untuk dipasang kateter intravena, perawat tersebut adalah perawat yang
belum terampil dalam memasukkan kateter intravena. Perawat tersebut memutuskan
bahwa klien akan lebih diuntungkan jika dibantu oleh perawat yang sudah terampil
daripada memberikan penjelasan prosedur untuk mengurangi kecemasan. Dengan
mengetahui siapa klien, dapat membantu perawat dalam memilih pendekatan yang
paling sesuai dengan kebutuhan klien [ CITATION Ran12 \l 1033 ].
6
Perbedaan persepsi klien dapat terlihat dari contoh berikut. Contoh pertama,
perawat masuk ke kamar klien dengan memberi salam dan senyuman, lalu
melakukan kontak mata, kemudian duduk, menyentuh klien dan bertanya tentang apa
yang ada dipikiran klien lalu mendengarkannya, kemudian memeriksa cairan
intravena, mengkaji, dan memeriksa rangkuman tanda vital klien sebelum
meninggalkan ruangan. Contoh kedua, perawat masuk ke kamar klien kemudian
memeriksa cairan intravena, memeriksa rangkuman tanda vital, melakukan salam
tanpa duduk dan menyentuh klien, perawat bertanya tentang keadaan klien kemudian
pergi.
Pada contoh pertama terlihat kepedulian dan keramahan perawat sehingga
klien merasa nyaman. Contoh kedua mengekspresikan ketidakpedulian terhadap
masalah klien sehingga klien merasa kurang nyaman. Persepsi klien dapat berbeda-
beda karena semua klien memiliki ciri khas. Persepsi klien menjadi hal yang penting
bagi perawat dalam meningkatkan kemampuan [CITATION Tar \p 5-6 \l 1033 ].
Penelitian terhadap persepi klien penting karena pelayanan merupakan fokus
terbesar dari tingkat kepuasan klien. Tingkat kepuasan klien dapat dinilai dari
bagaimana klien menggunakan sistem pelayanan kesehatan. Apa keuntungan yang
klien dapat juga sebagai indikator tingkat kepuasan klien.
Jika perawat memili sikap sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi
kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta mudah
berbagi perasaan yang dimilikinya. Klien merasa semakin puas saat perawat
melakukan tindakan caring. Pelayanan keperawatan yang baik terdiri dari perhatian
yang penuh, hubungan kerja yang baik, serta perilaku caring. Kepuasan klien tidak
hanya terlihat dari kepuasan pelayanan kesehatan tetapi juga kepuasan terhadap
tindakan keperawatan yang dilakukan.
Kepuasan klien juga merupakan faktor penting dalam memutuskan kembali
untuk berobat atau menjalani tindakan keperawatan. Tindakan caring membangun
kepercayaan klien terhadap kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan.
Kepercayaan pada tindakan keperawatan juga memunculkan kepercayaan terhadap
institusi kesehatan.
Hal yang penting adalah mengetahui bagaimana klien menerima caring dan
pendekatan apa yang paling baik dalam menyelenggarakan pelayanan. Sikap caring
merupakan permulaan yang baik. Hal ini juga penting untuk menjelaskan persepsi
7
dan harapan khusus klien. Membangun suatu hubungan yang baik terhadap klien
dapat membantu perawat mengetahui apa yang penting bagi klien. Sikap ini juga
membantu perawat mengatasi perbedaan antara persepsi perawat dan klien tentang
caring. Perawat harus mengetahui siapa klien dan mengenali klien agar suatu
hubungan yang baik terwujud dan perawat mampu memilih pendekatan yang sesuai
dengan kebutuhan klien.
Etika pelayanan
Watson ( 1988 ) menyarankan agar caring sebagai suatu sikap moral yang
ideal, memberikan sikap pendirian terhadap pihak yang melakukan intervensi seperti
perawat. Sikap pendirian ini perlu untuk menjamin bahwa perawat bekerja sesuai
standar etika untuk tujuan dan motivasi yang baik. Kata etika merujuk pada
kebiasaan yang benar dan yang salah. Dalam setiap pertemuan dengan klien, perawat
harus mengetahui kebiasaan apa yang sesuai secara etika. Etika keperawatan bersikap
unik, sehingga perawat tidak boleh membuat keputusan hanya berdasarkan prinsip
intelektual atau analisis.
Etika keperawatan berfokus pada hubungan antara individu dengan karakter dan
sikap perawat terhadap orang lain. Etika keperawatan menempatkan perawat sebagai
penolong klien, memecahkan dilema etis dengan cara menghadirkan hubungan dan
memberikan prioritas kepada klien dengan kepribadian khusus.
8
d) Memiliki sikap dan menunjukkan prilaku yang membuat klien merasa
dihargai sebagai manusia
e) Menggunakan suara dan sikap yang baik, halus, lembut dan menyenangkan
b) Bersikap ceria
9
e) Mengantisipasi pengalaman pertama adalah yang terberat
b) Memberikan informasi
f) Mempromosikan otonomi
a) Jujur
10
h) Mengijinkan klien melakukan sesuatu untuk dirinya sebisa mungkin
Gambar 2
Kebutuhan, tekanan, batas waktu dalam waktu pelayanan kesehatan saat ini.
Kebutuhan, tekanan, batas waktu dalam lingkungan pelayanan kesehatan berada
11
dalam ruang kecil praktik caring yang membuat perawat dan profesi kesehatan klien.
Watson menjelaskan bahwa konsepnya didefinisikan untuk membawa arti baru untuk
paradigma keperawatan adalah “berasal dari pengalaman empiris klinis dilantik
dikombinasikan dengan latar belakang filsafat saya, intelektual dan experiental :
dengan demikian pekerjaan awal saya muncul dari nilai sendiri-sendiri, keyakinan,
dan persepsi tentang kepribadian, kehidupan, kesehatan, dan penyembuhan.
12
Kebutuhan untuk bertahan hidup
(biofisikal) :
Kebutuhan fungsional
(psikofisikal):
Hierarki kebutuhan
dasar manusia
Kebutuhan integratif
(psikososial) :
Berprestasi
berafiliasi
Kebutuhan tingkat
yang lebih tinggi
Aktualisasi diri
Gambar
Hierarki kebutuhan dasar manusia menurut Jean Watson [CITATION Hid08 \p 7 \l 1033 ]
13
Berdasarkan empat kebutuhan tersebut, Jean Watson memahami bahwa
manusia adalah makhluk yang sempurna yang memiliki berbagai macam ragam
perbedaan, sehingga dalam upaya mencapai kesehatan, manusia seharusnya dalam
keadaan sejahtera baik fisik, mental, dan spiritual karena sejahtera merupakan
keharmonisan antara pikiran, badan dan jiwa sehingga untuk mencapai keadaan
tersebut perawat harus berperan dalam meningkatkan status kesehatan, mencegah
terjadinya penyakit, mengobati berbagai penyakit dan penyembuhan kesehatan dan
fokusnya pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit[CITATION Hid09 \p
49-50 \l 1033 ].
Fokus uatam
carative
keperawatan
14
Dalam pandangan keperawatan Jean Watson, manusia diyakini sebagai
person as a whole, as a fully functional integrated self. Jean Watson mendefinisikan
sehat sebagai kondisi yang utuh dan selaras antara badan, pikiran, dan jiwa, ini
berkaitan dengan tingkat kesesuaian antara diri yang dipersepsikan dan diri yang
diwujudkan. Dari beberapa konsep sehat sakit di atas dapat dikemukakan beberapa
hal prinsip, antara lain:
Menurut watson ada tujuh asumsi yang mendasari konsep caring, ketujuh
asumsi tersebut adalah :
3. Caring merupakan respon yang di terima klien tidak saat itu saja,tapi dapat
memengaruhi keadaan klien selanjutnya.
5. Caring terdiri dari faktor kuratif yang berasal dari kepuasan dalam membantu
memnuhi kebutuhan klien.
15
6. Caring lebih kompleks dari pada curing, karena praktek caring memadukan
antara pengetahuan biofisik dengan pengetahuan mengenai perilaku manusia
yang berguna dalam meningkatkan derajat kesehatan klien.
Watson menekankan sikap caring ini harus tercemin pada sepuluh faktor
kuratif yang berasal dari perpaduan nilai nilai humanistik dengan ilmu pengetahuan
dasar. Sepuluh faktor tersebut meliputi :
16
Perasaan mempengaruhi pikiran seseorang, hal ini perlu menjadi pertimbangan
dalam memelihara hubungan. Oleh sebab itu, perawat harus menerima perasaan
orang lain serta memahami perilaku mereka.
6. Menggunakan metode pemecahan masalah yang sistematis dalam pengambilan
keputusan.
Watson percaya bahwa tanpa metode pemecahan masalah yang sistematis,
praktik yang efektif adalah hal yang kebetulan, sembrono, dan berbahaya.
Metode pemecahan masalah ilmiah merupakan metode yang memberi kontrol
dan prediksi serta memungkinkan koreksi diri sendiri.
7. Meningkatkan proses belajar-mengajar interpersonal.
Ini merupakan faktor utama ketika seseorang berusaha mengontrol kesehatan
mereka sendiri setelah mendapatkan sejumlah informasi dan alternatif
pengobatan lain. Dalam hal ini perawat harus mampu memahami persepsi klien
dan meredakan situasi yang menegangkan agar proses belajar- mengajar ini dapat
berjalan lebih efektif.
8. Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan/atau memperbaiki
mental, sosiokultural, dan spiritual.
Melalui pengkajian, perawat dapat menentukan penilaian seseorang terhadap
situasi dan dapat menanggulanginya. Perawat dapat memberi dukungan
situasional, membantu individu mengembangkan persepsi yang lebih akurat,
serta memberi informasi sehingga klien dapat menanggulangi masalahnya.
Perawat juga harus menyalurkan perasaan nyaman, aman, dan keleluasaan
pribadi kepada klien.
9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Dalam membantu memenuhi kebutuhan dasar klien, perawat harus
melakukannya dengan gembira. Hierarki kebutuhan dasar Watson hamper sama
dengan Maslow, yakni kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kebutuhan
fungsional, kebutuhan integrative, kebutuhan untuk tumbuh, dan kebutuhan
untuk mencari bantuan (seeking) ketika individu kesulitan untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya.
10. Mengembangkan faktor kekuatan eksistensial-fenomenologis.
Kedua factor ini (eksistensial-fenomenologis) membantu seseorang untuk
mengerti kehidupan dan kematian. Selain itu, keduanya dapat membantu
17
seseorang untuk menemukan kekuatan atau keberanian untuk menghadapi
kehidupan dan kematian[CITATION Asm08 \p 130-132 \l 1033 ].
Pada tahun 1988 di dalam bukunya yang kedua, Nursing Human Science and
Human care: A Theory of Nursing. Watson mengemukakan 11 asumsi yang
berhubungan dengan caring:
1. Perhatian dan kasih sayang merupakan kekuatan batin yang utama dan universal.
2. Kasih sayang yang bermutu dan caring adalah penting bagi kemanusiaan, tetapi
sering diabaikan dalam hubungan antar sesama.
3. Kemampuan untuk menyokong ideologi dan ideal caring di dalam praktik
keperawatan akan mempengaruhi perkembangan dari peradaban dan menentukan
kontribusi keperawatan pada masyarakat.
4. Caring terhadap diri sendiri adalah prasyarat bagi caring terhadap orang lain.
5. Keperawatan selalu memegang konsep caring di dalam berhubungan dengan
orang lain dalam rentang sehat-sakit.
6. Caring adalah esensi dari keperawatan dan merupakan fokus utama dalam
praktik keperawatan.
7. Praktik keperawatan secara signifikan telah menekankan pada Human care.
8. Fondasi caring keperawatan dipengaruhi oleh teknologi medis dan birokrasi
institusi.
9. Penyediaan dan perkembangan dari Human care menjadi isu yang hangat bagi
keperawatan untuk saat ini maupun masa yang akan datang.
10. Human care hanya dapat diterapkan secara efektif melalui hubungan
interpersonal.
11. Kontribusi keperawatan kepada masyarakat terletak pada komitmen pada Human
care.
18
Kesehatan merupakan kuutuhan dan keharmonisan pikiran fungsi fisik dan
fungsi sosial. Menekankan pada fungsi pemeliharaan dan adaptasi untuk
meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan
merupakan keadaan terbebas dari keadaan penyakit, dan Jean Watson
menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut.
3. Konsep tentang lingkungan
Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursing merupakan konstanta dalam
setiap keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak diwariskan dari generasi ke
generasi berikutnya, akan tetapi hal tersebut diwariskan dengan pengaruh budaya
sebagai strategi untuk melakukan mekanisme koping terhadap lingkungan
tertentu.
4. Konsep tentang keperawatan
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan caring
ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
19
Gambar 3
Diambil dari www.perawat-batam.blogspot.com
Perawat merupakan salah satu profesi yang mulia. Betapa tidak, merawat
pasien yang sedang sakit adalah pekerjaan yang tidak mudah. Tak semua orang bisa
memiliki kesabaran dalam melayani orang yang tengah menderita penyakit.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang besar. Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal
yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang/cinta [ CITATION Dwi10 \l
1033 ].
Hildegard D Peplau mengenali 4 fase dalam hubungan interpersonal
perawat-klien yang meliputi :
1. Fase orientasi
Fokusnya adalah fase menentukan atau menemukan masalah. Pertama kali
perawat dan pasien bertemu masih sebagai orang yang asing satu sama lain,
pasien dan keluarganya memiliki perasaan butuh bantuan professional walaupun
kebutuhan ini kadang-kadang tidak dapat dikenali atau dimengerti oleh mereka.
20
Pada fase ini paling penting adalah perawat bekerja sama secara kolaborasi
dengan pasien dengan keluarganya dalam menganalisis situasi yang kemudian
bersama-sama mengenali, memperjelas dan menentukan masalah yang ada.
2. Fase identifikasi
Fase ini fokusnya memilih bantuan professional yang sesuai. Pada fase ini pasien
merespons secara selektif ke orang-orang yang dapat memenuhi kebutuhannya,
setiap pasien mempunyai respon berbeda-beda pad fase ini. Respons pasien
terhadap keperawatan adalah : (a) berpartisipasi dan interdependen dengan
perawat, (b) otonomi dan independen dari perawat, (c) pasif dan dependen pada
perawat.
3. Fase eksploitasi
Fase ini fokusnya adalah menggunakan bantuan professional untuk alternative
pemecahan masalah. Pelayanan yang diberikan berdasarkan minat dan kebutuhan
dari pasien, pasien mulai merasa sebagai bagian integral dari lingkungan
pelayanan. Pada fase ini pasien mulai menerima informasi-informasi yang
diberikan padanya tentang penyembuhan, mungkin berdiskusi atau mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada perawat, mendengarkan penjelasan-penjelasan dari
perawat dan sebagainya.
4. Fase revolusi
Fokusnya adalah mengakhiri hubungan professional. Pasien dan perawat dalam
fase ini perlu untuk mengakhiri hubungan terapeutik mereka.[CITATION
Kus04 \p 16-17 \l 1033 ]
21
yang membagi konsep caring ke dalam dua domain utama. Salah satu konsep caring
ini berkenaan dengan sikap dan emosi perawat, sementara konsep caring yang lain
terfokus pada aktivitas yang dilakukan perawat saat melaksanakan fungsi
keperawatannya.
Caring bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari
kebudayaan, nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap
keperawatan yang berhubungan dengan caring adalah kehadiran, sentuhan kasih
sayang, mendengarkan, memahami klien, caring dalam spiritual, dan perawatan
keluarga.
1. Kehadiran
22
caring. Menurut Fredriksson (1999), kehadiran berarti “ada di” dan “ada
dengan”. “Ada di” berarti kehadiran tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan
juga komunikasi dan pengertian. Sedangkan “ada dengan” berarti perawata selalu
bersedia dan ada untuk klien (Pederson, 1993). Kehadiran seorang perawat
membantu menenangkan rasa cemas dan takut klien karena situasi tertekan.
2. Sentuhan
a) Sentuhan berorientasi-tugas
c) Sentuhan perlindungan
23
Sentuhan ini merupakan suatu bentuk sentuhan yang digunakan untuk
melindungi perawat dan/atau klien (fredriksson, 1999). Contoh dari sentuhan
perlindungan adalah mencegah terjadinya kecelakaan dengan cara menjaga
dan mengingatkan klien agar tidak terjatuh.
3. Mendengarkan
4. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien.
Memahami klien sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat
keputusan klinis. Memahami klien merupakan pemahaman perawat terhadap
klien sebagai acuan melakukan intervensi berikutnya. Pemahaman klien
merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga, antara klien dan perawat
terjalin suatu hubungan yang baik dan saling memahami.
24
Hubungan caring terjalin dengan baik apabila antara perawat dan klien dapat
memahami satu sama lain sehingga keduanya bisa menjalin hubungan yang baik
dengan melakukan hal seperti, mengerahkan harapan bagi klien dan perawat;
mendapatkan pengertian tentang gejala, penyakit, atau perasaan yang diterima
klien; membantu klien dalam menggunakan sumber daya sosial, emosional, atau
spiritual; memahami bahwa hubungan caring menghubungkan manusia dengan
manusia, roh dengan roh.
6. Perawatan keluarga
Menurut Leddy & Pepper (1993), perilaku seorang perawat yang caring
terhadap klien, misalnya menjadi pendengar yang baik memberi arti bagi pasien :
bahwa pasien merasa dihargai oleh perawat dan perawat menaruh perhatian kepada
pasien. Tanpa menjadi pendengar yang baik, klien tidak akan terbuka, merasa tidak
dihargai, dan tidak akan puas. Dengan demikian sikap care perawat saat
berkomunikasi ialah :
1. Berhenti berbicara atau paling tidak berbicara apabila klien tidak berbicara dan
jangan memotong pembicaraan klien.
2. Menjauhkan distraksi.
3. Melihat klien pada saat berbicara.
4. Memerhatikan hal-hal yang utama.
5. Mengevaluasi bagaimana penerimaan pesan yang sudah diberikan.
6. Mengkaji apa yang diabaikan dalam komunikasi tersebut.
25
7. Mengevaluasi intensitas emosi yang ditunjukkan klien[CITATION Sit09 \p 9 \l
1033 ].
26
pertanyaan ini akan memengaruhi cara perawat memberikan asuhan. Seorang
perawat harus care karena hal itu merupakan suatu tindakan yang benar dan
sesuatu yang penting. Dengan care perawat dapat memberikan kebahagiaan bagi
orang lain.
3. Aspek spiritual
Di semua agama besar di dunia, ide untuk saling caring satu sama lain adalah
ide utama. Oleh karena itu, berarti bahwa perawat yang religious adalah orang
yang care, bukan karena dia seorang perawat tetapi lebih karena dia adalah
anggota suatu agama atau kepercayaan, perawat harus care terhadap klien
[CITATION Tar \p 11 \l 1033 ].
27
peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, untuk itu dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan yang diberikan perawat komunitas merupakan suatu upaya yang
esensial atau sangat dibutuhkan oleh komunitas, mudah dijangkau, dengan
pembiayaan yang murah, lebih ditekankan pada penggunaan teknologi tepat guna.
Peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dimana individu, keluarga maupun
masyarakat sebagai pelaku kegiatan upaya peningkatan kesehatan serta bertanggung
jawab atas kesehatannya sendiri berdasrkan azas kebersamaan dan kemandirian.
Perawatan kesehatan masyarakat merupakan sintesa dari praktek keperawatan dan
praktek kesehatan masyarakat yang diaplikasikan untuk meningkatkan kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan dari masyarakat. Perawatan kesehatan masyarakat
mempunyai tujuan membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan dan
pencegahan terhadap penyakit melalui:
1. Pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada individu, keluarga, dan
kelompok dalam masyarakat, dengan strategi intervensi yaituproses kelompok,
pendidikan kesehatan serta kerjasama (partnership).
2. Memperhatikan secara langsung terhadap status kesehatan seluruh masyarakat
secara komprehensive.
1. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang
besar bagi komunitas.
2. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan
serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas sektoral.
3. Secara langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi, klien
dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai
tujuan utama peningkatan kesehatan.
4. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas dari
komunitas itu sendiri.
5. Otonomi
28
Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan
beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang ada.
29
di masyarakat dan membuat profesi keperawatan memiliki tempat khusus di mata
para pengguna jasa pelayanan kesehatan.
30
kegiatan dokter dalam prakteknya untuk mengobati pasien. Selain itu juga dapat
dipahami bahwa curing merupakan ilmu yang empirik, mengobati berdasarkan bukti/
data dan mengobati dengan patofisiologi yang bisa dipertanggungjawabkan.
Lydia Hall mengemukakan perpaduan kedua aspek tersebut. Menurutnya,
care merupakan komponen penting yang berasal dari naluri seorang ibu. Sedangkan
cure merupakan dasar dari ilmu patologi dan terapeutik. Dalam memberikan asuhan
keperawatan secara total kepada klien, maka kedua aspek ini harus dipadukan.
Namun, tetap ada perbedaan yang jelas diantara keduanya. Dalam UU no. 23 tahun
1992 menyebutkan bahwa penyembuh penyakit dilaksanakan oleh tenaga dokter dan
perawat melalui kegiatan pengobatan dan/ atau keperawatan berdasarkan ilmu
keperawatan. Dari situ terlihat bahwa antara caring dan curing terdapat perbedaan.
Caring merupakan tugas primer perawat dan curing adalah tugas sekundernya. Begitu
pula curing, curing merupakan tugas primer dokter dan caring sebagi tugas
sekundernya. Curing merupakan komponen dalam caring. Karena di dalam caring
termasuk salah satunya adanya kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
membantu penyembuhan klien. Jadi, tetap mempunyai hubungan yang saling
melengkapi.[ CITATION Tar \l 1033 ].
Perbedaan antara caring dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari
diagnosis, intervensi, dan tujuannya. Di dalam caring terdapat diagnosis keperawatan
yang merupakan suatu kegiatan mengidentifikasi masalah dan penyebab berdasarkan
kebutuhan dan respon klien. Sedangkan di dalam curing terdapat diagnosis medis
yaitu suatu bentuk kinerja yang mengungkapkan penyakit yang diderita klien.
Dengan kata lain dapat disebut diagnosa penyakit. Dalam caring lebih dititik
beratkan pada kebutuhan dan respon klien untuk ditanggapi dengan pemberian
perawatan. Berbeda dengan curing lebih memperhatikan penyakit yang diderita serta
penanggulangannya.
Selain itu, dapat juga dilihat dari intervensinya. Intervensi keperawatan
(caring) yaitu membantu klien memenuhi masalah klien baik fisik, psikologis, sosial,
dan spiritual dengan tindakan keperawatan yang meliputi intervensi keperawatan,
observasi, pendidikan kesehatan, dan konseling. Sedangkan intervensi kedokteran
(curing) lebih kepada melakukan tindakan pengobatan dengan obat (drug) dan
tindakan operatif. Dari sini dapat difahami bahwa caring memperhatikan klien dari
31
aspek fisik, psikologi, sosial, serta spiritualnya sedangkan curing menekankan pada
aspek kesehatan dan fisik kliennya.
Satu hal lagi yang dapat difahami dari per bedaan caring dan curing yaitu
dari aspek tujuan. Tujuan dari perilaku caring, yaitu:
3. Membantu pelaksanaan rencana pengobatan atau terapi.
4. Membantu pasien/ klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri
memenuhi kebutuhan dasarnya, mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan,
dan meningkatkan fungsi dari tubuh pasien.
32
Gambar 4
Diambil dari http://ridwansyahisanurse.blogspot.com
Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah
suatu kotoran." Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu
33
haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka
telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222).
Sehat dan sakit bagi seorang muslim bisa dipandang sebagai ujian atau
kifarat bagi dosa-dosa yang telah dilakukan, dan semua yang terjadi tidak luput dari
kehendak Allah SWT. Dokter, perawat, petugas kesehatan, obat, dan pihak lainnya
hanyalah perantara (instrument) bagi kesembuhan dari Allah. Sehingga dalam
mencari kesembuhan pun harus dengan cara-cara yang diridhai Allah SWT, karena
hakikat kesembuhan adalah dari Allah SWT. Allah SWT berfirman :
Artinya : “dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku” (QS. Asy
Syu’ araa’ : 80).
34
competence’. Dalam konteks Islam, membangun hubungan ‘caring’ dengan klien
harus didasarkan pada nas atau ayat yang diturunkan Allah SWT. Dalam hal ini,
berarti segala aktvitas pelayanan kepada klien didasarkan pada niat yang ikhlas untuk
semata-mata beribadah kepada Allah, bukan hanya hubungan kontrak professional
yang bersifat jasa atau komersial. Caring merupakan manifestasi fitrah (wujud asli)
dari refleksi terhadap kecintaan kepada Allah dan rasul-Nya yang mengajarkan
menyayangi yang lemah, membesarkan hati yang sedang menderita sakit, serta
menyelamatkan kehidupan dan tidak berbuat kerusakan. Barang siapa yang
berkeinginan untuk diselamatkan oleh Allah dari bencana pada hari kiamat, maka
bantulah orang yang dalam kesulitan/hindarkan kesulitannya (HR.
Muslim). Sehingga caring dalam pandangan Islam adalah keinginan untuk
bertanggungjawab, sensitif, sadar akan niat dan perbuatan untuk beristiqomah di
jalan yang benar untuk mencapai kesempurnaan dunia dan akhirat[ CITATION
Fit10 \l 1033 ].
Dalam Islam kita diajarkan untuk saling menghormati, menghargai satu sama
lain, serta bekerjasama dan menjunjung tinggi profesionalisme sesuai hadits dimana
Rasulullah bersabda ‘serahkan sesuatu pada ahlinya, karena apabila sesuatu itu diurus
oleh bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya’, artinya yang dituntut adalah
profesionalisme. Implementasi asuhan keperawatan selanjutnya adalah bagaimana
penjabaran konsep caring yang mendasari keperawatan Islam “Mummarid” yang
telah diberikan contoh oleh Rasul dan sahabatnya adalah hubungan antar perawat dan
klien yang didasari keimanan dan ihsan, seorang perawat muslim dalam memberikan
asuhan keperawatan Islami tentu harus berlandaskan pada keilmuannya, Islam
mementingkan profesionalisme berpengetahuan dan keterampilan seperti Allah
jelaskan :
Artinya : “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-
apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS. Ash Shaff : 3).
35
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki
yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (QS. An Nahl : 43).
Seorang perawat muslim harus memiliki ahlak seperti : tulus Ikhlas, ramah,
dan bermuka manis, penyantun, tenang, hati-hati dan tidak tergopoh-gopoh, sabar
dan tidak lekas marah, bersih lahir batin, cermat dan teliti, memegang teguh rahasia,
memiliki disiplin dan etos kerja yang tinggi. Dengan modal hal diatas seorang
perawat dapat mencapai tujuan dari asuhan keperawatan yang diberikannya.
BAB III
SOAL LATIHAN
36
1. Tn.H (51 tahun) didiagnosis menderita gagal ginjal kronik dan fungsi
ginjal sudah tidak normal lagi. Pada saat ini beliau sangat tergantung
sekali kepada alat pencuci darah (hemodialisa) dimana satu kali
hemodialisa memerlukan dana sekitar Rp.400.000, dan harus dilakukan
dua kali dalam seminggu. Agar beliau dapat sembuh, dokter menganjurkan
untuk cangkok ginjal. Cangkok ginjal dapat dilakukan pada ginjal yang
berasal dari saudara kandung maupun orang lain, asalkan dengan syarat
kondisi ginjal tersebut sehat. Bila harus “ mencari ginjal dari orang lain”
sangat sulit dan mahal. Tn.H meminta kepada adik (Tn.L) dan kakaknya
(Tn.M) untuk menyumbangkan ginjalnya untuk kesembuhan dirinya.
Kedua saudara kendung Tn.H tersebut sudah berkeluarga dan mempunyai
anak. (Kompas, 19 Agustus 2005). Apa solusi yang terbaik untuk Tn. H ?
2. Ny. Van Voom bersama suami selalu bertempat tinggal di pusat kota. Ia selalu
ikut segala kegiatan yang dilakukan di rumah pertemuan wilayah. Juga setelah
suaminya meninggal, Ny. Van Voom masih tetap aktif. Seperti orang-orang yang
sudah lansia mobilitas Ny. Van Voom sudah jauh berkurang. Setelah ia sakit,
berdasarkan hasil pembicaraan dengan ank-anaknya dan disepakati bahwa akan
lebih baik baginya jika ia tinggal di rumah panti lansia. Tak lama setelah
keputusan ini, ada sebuah rumah jompo yang ditawarkan untuknya, yang
kebetulan juga berada di kota yang sama dengan tempat tinggal kedua putranya.
Ny. Van Voom tak dapat menolak penawaran ini. Dengan penuh semangat ia
pindah dan tinggal di dekat anak-anaknya. Tapi ternyata kemudian hal ini sangat
mengecewakannya. Kesehatannya mulai terganggu, para tetangga barunya
kurang begitu menerima bantuan yang ditawarkannya, dan anak-anaknya mulai
jarang menjenguknya karena sibuk dengan urusan masing-masing. Akhirnya ia
menjadi sangat kecewa dan patah semangat. Bagaimana pemecahan untuk
masalah ini ?
3. Tn. Baars adalah seorang yang sudah sendiri sekarang dan berumur 85 tahun dan
dikenal sebagai seorang yang sukar dalam hidup. Hal ini terjadi kira-kira karena
37
ia adalah orang yang teliti dan cermat, ia hanya merasa puas jika melakukan
sesuatu sesuai dengan keinginannya. Jika hal ini tidak terjadi maka ia akan
kehilangan kendali dan menjadi marah. Pada suatu hari, ia mengangkat tempat
sampah dan mengalami patah pada pergelangan tangannya. Kemudian ia dirawat
di rumah sakit dan pergelangan tangannya digips. Meskipun rehabilitas jasmani
dilakukan dengan cepat, ia masih berada dalam keadaan kehilangan kendali. Jika
tenaga bantuan bagi orang lansia dating, kadang-kadang reaksinya sangat agresif.
Bagaimana seharusnya sikap seorang perawat dalam menangani pasien seperti
ini?
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring
merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk
lebih meningkatkan kepeduliannya kepada klien. Dalam caring terdapat tiga
makna yang ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu memberi perhatian,
bertanggung jawab, dan ikhlas. Perawat, sebagai profesional, berada di bawah
kewajiban kontrak untuk care. Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat
38
dari perilaku caring yang dimiliki perawat. Jika perawat memili sikap sensitif,
simpatik, melindungi klien, memberi kenyamanan, menunjukkan kemampuan,
maka klien merasa lebih dekat serta mudah berbagi perasaan yang dimilikinya.
Watson mengemukakan sepuluh faktor carativ yang menjadi fokus
keperawatan dalam promosi kesehatan dan penyembuhan penyakit klien. Di
antaranya yaitu pembentukan sistem humanistic dan altruistic, penanaman
(melalui pendidikan) Faith-Hope, pengembangan sensisitifitas atau kepekaan
diri kepada orang lain, dan lain-lain. Caring dalam praktik keperawatan dapat
dilakukan dengan mengembangkan hubungan saling percaya antara perawat dan
lien. Pengembangan hubungan saling percaya menerapkan bentuk komunikasi
untuk menjalin hubungan dalam keperawatan. Selain itu caring juga dapat
ditunjukan oleh perawat melalui tindakan sebagai berikut:
1. Mengenalkan diri serta membuat kontrak hubungan
2. Menyebut klien dengan namanya
3. Menggunakan sentuhan
4. Meyakinkan klien, perawat akan membantu
5. Memenuhi kebutuhan dasar klien dengan ikhlas
Dalam kesehatan selain ada caring juga ada curing. Perbedaan antara caring
dan curing dapat lebih jelas jika dilihat dari diagnosis, intervensi, dan tujuannya.
Di dalam caring terdapat diagnosis keperawatan yang merupakan suatu
kegiatan mengidentifikasi masalah dan penyebab berdasarkan kebutuhan dan
respon klien. Sedangkan di dalam curing terdapat diagnosis medis yaitu suatu
bentuk kinerja yang mengungkapkan penyakit yang diderita klien. Untuk itu
sebagai seorang perawat kita harus bangga karena kita melakukan tindakan yang
mulia yaitu care, merawat. Namun, sebagai professional, kita harus melakukan
semua itu dengan penuh rasa ikhlas.
39
yang mengajarkan menyayangi yang lemah, membesarkan hati yang sedang
menderita sakit, serta menyelamatkan kehidupan dan tidak berbuat kerusakan.
Barang siapa yang berkeinginan untuk diselamatkan oleh Allah dari bencana
pada hari kiamat, maka bantulah orang yang dalam kesulitan/hindarkan
kesulitannya (HR. Muslim). Sehingga caring dalam pandangan Islam adalah
keinginan untuk bertanggungjawab, sensitif, sadar akan niat dan perbuatan untuk
beristiqomah di jalan yang benar untuk mencapai kesempurnaan dunia dan
akhirat. Keperawatan dalam islam tidak hanya menjalankan pekerjaannya
sebagai profesi tetapi sebagai bentuk syiar islam, yang mengintegrasikan nilai-
nilai keislaman serta mengaplikasikannya dalam praktik keperawatan. Oleh
karena itu empat komponen dari paradigma keperawatan dalam Islam perlu
untuk lebih dicermati sehingga terciptanya seorang perawat professional yang
Islami.
B. Saran
Sebagai seorang perawat atau calon perawat sikap caring harus
dipraktikkan dalam kehidupan sehari – hari, agar perilaku caring tumbuh secara
alami dalam jiwa perawat. Ketika menghadapi klien, perawat dengan mudah
memberikan asuhan keperawatan. Klien yang sakit kadang hanya butuh perhatian
dan empati dari seseorang yang merawatnya agar ia lebih semangat dalam
menghadapi penyakitnya. Oleh karena itu sebagai perawat disarankan agar benar
– benar paham tentang perilaku caring ini.
40