Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pacasila
Dosen : Nurjaman, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Amel Pujiyanti (1020031013)


Cucun Sumaryani (1020031025)
Five Leviana (1020031065)
Rena Renita (1020031141)
Riyoya Hidayat (1020031149)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas
karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya kami bisa menyelesaikan
makalah berjudul “PANCASILA SEBAGAI SISTEM FALSAFAT” dengan baik dan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Nurjaman, M.Pd selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan tugas ini kepada kami serta memberi saran yang sangat
bermanfaat, dengan ini kami bisa mengetahui dan mengerti arti Pancasila sebagai Sistem
Falsafat. Tak lupa pula kami mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini dengan baik.

Kami sangat berharap agar makalah ini memberi banyak manfaat bagi para pembaca
sehingga mereka pun bisa mengetahui dan memenuhi isi dari materi ini.

Kami juga sangat mengharapkan masukan, kritikan serta saran dari semua pihak agar
makalah ini bisa menjadi lebih sempurna

Pandeglang, 20 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat.................................................................... 3
2.2 Filsafat Pancasila...................................................................... 5
2.3 Hakikat Sila-sila Pancasila....................................................... 6
2.4 Pancasila sebagai Nilai Dasar Fundamental.............................` 11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan............................................................................... 13
3.2 Saran......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sebagai falsafah Negara, tentu pancasila ada yang merumuskannya. Pancasila


memang merupakan karunia terbesar dari Allah SWT. Baik sebagai pedoman dalam
memperjuangkan kemedekaan, sebagai alat pemersatu dalam hidup kerukunan berbangsa
dan sebagai pedoman hidup untuk rakyat Indonesia.
Pancasila lahir 1 juni 1945, ditetapkan pada 18 agustus 1945 bersama-sama dengan
UUD 1945. Bunyi dan ucapan pancasila yang benar berdasarkan instruksi presiden
nomor 12 tahun 1968 adalah satu - Ketuhanan Yang Maha Esa, Dua - Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab, Tiga - Persatuan Indonesia, Empat - Kerakyatan yang Dipimpin Oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan ke lima - Keadilan
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sejarah Indonesia mencatat bahwa diantara tokoh perumus pancasila itu ialah, Mr.
Mohammad Yamin, Prof. Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno. Filsafat sangat berarti bagi
kehidupan pribadi manusia dan banyak orang, filsafat pancasila adalah hasil pemikiran
yang paling mendalam dan dianggap telah dipercaya serta diyakini sebagai suatu kesatuan
dari norma dan nilai yang penting dan dianggap benar ,adil, bijaksana, paling baik serta
paling sesuai dengan kaidah didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia .
pancasila sebagai falsafah dapat diartikan sebagai pandagan hidup dalam kegiatan praktis.
Rumusan pancasila dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke empat merupakan
landasan yuridis yang tidak dapat diubah, alasannya adalah pancasila merupakan falsafah
hidup dan perjanjian luhur bangsa Indonesia. Sebagai falsafah hidup dan kepribadian
bangsa pancasila diyakini memiliki rumusan yang paling tepat. Oleh karena itu, kami
menulis makalah berjudul “Filsafat Pancasila” selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
pendidikan Pancasila juga untuk menambah nasionalisme pembaca, mengingat
nasionalisme warga Negara Indonesia akhir-akhir ini yang semakin luntur. Sehingga kami
harapkan apa yang kami sampaikan dapat dipahami oleh pembaca.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat?
2. Apa yang dimaksud dengan Pancasila Sebagai Filsafat?
3. Apa saja nilai-nilai hakikat dalam sila-sila Pancasila
4. Apa saja nilai-nilai dasar dan fundamental Pancasila?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian filsafat secara umum.


2. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud tentang Pancasila sebagai
Filsafat.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai hakikat yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.
4. Untuk mengetahui nilai-nilai dasar dan fundamental Pancasila.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN FILSAFAT

Pengertian filsafat secara material maka dipandang perlu untuk membahas terlebih
dahulu makna dan arti istilah “filsafat”. Pada umumnya para filsuf maupun para ahli
filsafat mempunyai tinjauan yang senada dalam mengartikan istilah filsafat, maupun
secara harfiah mempunyai perbedaan. Istilah “filsafat” dalam bahas Indonesia
mempunyai pandangan “falsafah” dalam kata Arab. Sedangkan menurut kata inggris
“philosophy”, kata latin “philosophy”, kata belanda “Philosophie” kata jerman
“Philosophier”, kata perancis “Philosphie” yang kesemuanya itu diterjemahkan dalam
kata Indonesia “filsafat”. “Philosophia” ini adalah kata belanda yang merupakan hasil dari
kegiatan “Philosophien”. Sebagai kata kerjanya. Sedangkan kegiatan ini dilakukan oleh
philosophos atau filsuf sebagai subjek yang berfilsafat.
Istilah “filsafat” berasal dari Bahasa Yunani, bangsa yunanilah yang mula-mula
berfilsafat seperti lazimnya dipahami orang sampai sekarang. Kata ini bersifat majemuk,
berasal dari kata “philos” yang berarti “sahabat” dan kata “Sophia” yang berarti
pengetahuan yang bijaksana (wished) dalam Bahasa. Atau wisdom kata inggris, dan
hikmat menurut kata arab, Maka Philosophia menurut artinya katanyaberarti cinta pada
pegetahuan yang bijaksana, oleh karena itu mengusahakannya. (Gazalba, 1977). Jadi
terdapat sedikit perbedaan artinya, disatu pihak menyatakan bahwa filsafat merupaan
bentuk majemuk dari “Philein” an Sophos ( Nasution, 1973) di lain pihak filsafat
dinyatakan dalam bentuk majemuk dari “Philos” dan “ Sophia” (Gazalba.1977), namun
secara semantic mengandung makna yang sama.
Filsafat merupakan sebuah studi yang membahas segala fenomena yang ada dalam
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan skeptis dengan mendalami sebab-
sebab terdala, lalu dijabarkan secara teoritis dan mendasar.
Selain pengertian di atas dalam pengertiannya filsafat dibagi menjadi dua yaitu, secara
etimologis dan terminologis.
Secara etimologis, istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu “philosophia” yang
terdiri dari kata “philien” yang berarti cinta dan “Sophia” yang berarti kebijaksanaan, Jadi
bisa kita artikan bahwa filsafat berarti cinta akan kebijaksanaan atau love of wisdom
dalam arti yang sedalam-dalamnya. Adapun secara terminologis terdapat beberapa
pengertian dari filsafat itu sendiri yang akan dijabarkan sebagai berikut :
1. Upaya spekulatif (rasional) untuk menyajikan suatu pandangan sistematik dan
lengkap tentang realitas secara keseluruhan
2. Upaya untuk melukiskan realitas akhir dan dasar secara nyata
3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuannya seperti
sumbernya, hakikatnya, keabsahannya serta nilainya.
4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan
yang diajukan oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan
5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu kita melihat apa yang kita katakan
dan untuk mengatakan apa yang kita lihat.
Selain itu definisi dari filsafat banyak dicetuskan oleh para ahli filsafat atau filsuf
seperti Cicero yang berpendapat bahwa filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni” atau
“the mother of all the art” beliau juga mendefinisikan filsafat sebagai art vitae yang
berarti seni kehidupan.
Filsafat memiliki bidang bahasa yang sangat luas yaitu segala sesuatu baik yang
bersifat kongkrit maupun yang bersifat abstrak. maka untuk mengetahui lingkup
pengertian filsafat, terlebih dahulu perlu dipahami objek material dan formal ilmu filsafat
sebagai berikut.
1. Objek Material Filsafat
Pembahasan filsafat yang meliputi segala sesuatu baik yang bersifat material
kongkrit seperti, manusia alam, benda, binatang dan lain sebagainya, maupun
sesuatu yang ersifat abstrak misalnya nilai, ide-ide, idiologi, moral, pandangan
hidup dan lain sebagainya.
2. Objek Formal Filsafat
Cara memandang seorang penelitian terhadap objek material tersebut, suatu
objek material tertentu dapat ditinjau dari berbagai macam sudut pandang yang
berbeda. Berdasarkan objek material dan formal ilmu filsafat tersebut maka
lingkup pengertian filsafat menjadi sangat luas.
1. Filsafat sebagai produk,
2. Filsafat sebagai suatu proses.
2.2 FILSAFAT PANCASILA

Filsafat sangat berarti bagi kehidupan pribadi manusia dan banyak orang. Filsafat
sebagai ilmu telah lama dikembangkan oleh para pemikir di berbagai belahan dunia.
Apabila seseorang memahami filsafat sesuai dengan tujuan dan cita-cita masing-masing
individu, maka hal itu dapat membantu kematangan dan kebijaksanaan seseorang.
Terlebih untuk seorang mahasiswa, salah satu filsafat yang cocok untuk dipahami adalah
filsafat pancasila.
Pancasila digunakan sebagai falsafah dan ideologi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Sebagai salah satu pedoman bernegara, sudah seharusnya pada masyarakarat
dan seseorang yang mengaku sebagai warga negara Indonesia memahami tentang
pengertian filsafat pancasila.
Terdapat berbagai jenis filsafat, salah satunya juga terdapat filsafat pancasila.
Beberapa ahli mengatakan bahwa filsafat ini merupakan bagian dari filsafat timur yang
berdasar dari ketuhanan dan keagamaan (theisme-religius). Sebaliknya, sebagian orang di
negara barat percaya pada Tuhan tetapi tidak menganut agama tertentu. Filsafat pancasila
hadir sebagai jati diri luhur yang membedakan bangsa Indonesia dengan negara lainnya.
Filsafat pancasila adalah hasil pemikiran yang paling mendalam dan dianggap telah
dipercaya serta diyakni sebagai suatu kesatuan dari norma dan nilai yang paling dianggap
benar, adil, bijaksana, paling baik dan paling sesuai dengan kaidah didirikannya Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila sebagai falsafah dapat diartikan sebagai
pandangan hidup dalam kegiatan praktis.
Filsafat pancasila berarti mempunyai fungsi dan peranan untuk manusia sebagai
pedoman dan pegangan dalam sikap dan tingkah laku sebagai bentuk perbuatan dalam
kehidupan sehari-hari baik dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara untuk bangsa
Indonesia. Pada hakikatnya pancasila memiliki sistem nilai yang di dapat dari pengertian
nilai-nilai dasar luhur kebudayaan bangsa Indonesia. Dari unsur-unsur kebudayaan
tersebut berakar dan mengalir sehingga membuat secara keseluruhan menjadi terpadu
menjadi kebudayaan bangsa Indonesia. Hal inilah yang menjadi hasil dari renungan jiwa
mendalam yang dilakukan oleh para tokoh pendiri bangsa (Founding Father) bangsa
Indonesia dan merumuskannya ke dalam suatu sistem dasar negara, dari situlah muncul
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.3 HAKIAT SILA-SILA PANCASILA

Sebagaimana dijelaskan bahwa kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat hierarkhis


dan mempunyai bentuk pyramidal, digunakan untuk menggambarkan hubungan hierarkhi
sila-sila Pancasila dalam urutan-urutan luas (kuantitas) dan dalam pengertian inilah
hubungan keatuan sila-sila Pancasila itu dalam arti formal logis. Selain kesatuan sila-sila
Pancasila itu hierarkhi dalam hal kuantitas juga dalam hal ini sifatnya yaitu menyangkut
makna serta hakikat sila-sila Pancasila. Kesatuan yang demikian ini meliputi kesatuan
dalam hal dasar ontologis, dasar episternologis serta dasar aksiologis dari sila-sila
Pancasila (lihat Notonagoro. 198: 61 dan 1975: 52,57).
Menurut Notonegoro, (1985: 82-84) Beberapa hal Mengenai Filsafat Pancasila:
1. KETUHANAN YANG MAHA ESA
Ketuhanan berasal dari kata “Tuhan”, mengandung arti bahwa pencipta segala
yang ada dan semua makhluk. Yang Maha Esa berarti yang “Maha tunggal, tiada
sekutu, Esa dalam zat-Nya, Esa dalam sifat-Nya, Esa dalam Perbuatan-Nya”, artinya
bahwa zat Tuhan tidak terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi satu, bahwa sifat
Tuhan adalah sempurna, bahwa perbuatan Tuhan tidak dapat disamai oleh siapapun.
Jadi ke-Tuhanan yang maha Esa, mengandung pengertian dan keyakinan adanya
Tuhan yang maha Esa, pencipta alam semesta, beserta isinya.
Atas keyakinan yang demikianlah maka Negara Indonesia berdasarkan
ketuhanan yang Maha Esa, dan Negara memberi jaminan kebebasan kepada setiap
penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan keyakinannya dan beribadah menurut
agamanya dan kepercayaannya. Sebagai sila pertama Pancasila ketuhanan yang Maha
Esa menjadi sumber pokok kehidupan bangsa Indonesia, menjiwai mendasari serta
membimbing perwujudan kemanusiaan yang adil dan beradab, penggalangan
persatuan Indonesia yang telah membentuk Negara Republik Indonesia yang
berdaulat penuh, bersifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Hakekat pengertian itu sesuai dengan:
1. Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi antara lain “atas berkat rahmat
Allah yang maha kuasa….”
2. Pasal 29 UUD 1945:
a. Negara berdasarkan atas ketuhanan yang maha Esa
b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan
kepercayaannya.
Inti dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah kesesuaian sifat-sifat dan hakikat
Negara dengan hakikat Tuhan. Kesesuaian itu dalam arti kesesuaian sebab-akibat.
Maka dalam segala aspek penyelenggaraan Negara Indonesia harus sesuai dengan
hakikat nila-nilai yang berasal dari tuhan, yaitu nila-nilai agama.
Jadi hubungan Negara dengan landasan dalam sila pertama, yaitu berupa
hubungan yang bersifat mutlak dan tidak langsung. Hal ini sesuai dengan asal mula
bahan pancasila yaitu berupa nilai-nilai agama , nilai-nilai kebudayaan, yang telah ada
pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala yang konsekuensinya harus
direalisasikan dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara.

2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB


Kemanusiaan berasal dari kata “manusia”, yaitu mahluk berbudi yang mempunyai
potensi, rasa, karsa, dan cipta karena potensi inilah manusia menduduki martabat yang
tinggi dengan akal budinya manusia menjadi berkebudayaan, dengan budi nuraninya
manusia meyadari nilai-nilai dan norma-norma. Adil mengandung arti bahwa suatu
keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma yang obyektif tidak subyektif
apalagi sewenang-wenang.
Beradab berasal dari kata adab, yang berarti budaya. Mengandung arti bahwa
sikap hidup, keputusan dan tindakan selalu berdasarkan nilai budaya, terutama norma
sosial dan kesusilaan. Adab mengandung pengertian tata kesopanan kesusilaan atau
moral.
Inti dari sila kemanusiaan yang adil dan beradab adalah landasan manusia. Maka
konsekuensinya dalam setiap aspek penyelengaraan Negara antara lain hakikat
Negara, bentuk Negara, tujuan Negara, kekuasaan Negara, moral Negara dan para
penyelenggara Negara dan lain-lainnya harus sesuai dengan sifat-sifat dan hakikat
manusia.
Maka sifat dan hakikat Negara Indonesia adalah monodualis yaitu baik sifat
kodrat individu maupun makhluk social secara serasi, harmonis dan seimbang. Selain
itu hakikat dan sifat Negara Indonesia bukan hanya menekan kan segi kerja jasmani
belaka, atau juga bukan hanya menekankan segi rohani nya saja, namun sifat Negara
harus sesuai dengan kedua sifat tersebut yaitu baik kerja jasmani maupun kejiwaan
secara serasi dan seimbang, karena dalam praktek pelaksanaannya hakikat dan sifat
Negara harus sesuai dengan hakikat kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk
berdiri seniri dan makhluk tuhan.

3. PERSATUAN INDONESIA
Persatuan berasal dari kata “satu” yang berarti utuh tidak terpecah belah.
persatuan berarti bersatunya bermacam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan. Indonesia mengandung dua makna yaitu makna geograpis dan makna
bangsa dalam arti politis. Jadi persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang
mendiami wilayah Indonesia. Bangsa yang mendiami wilayah Indonesia bersatu
karena didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah Negara yang
merdeka dan berdaulat, persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam
kehidupan bangsa Indonesia bertujuan memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa serta mewujudkan perdamaian dunia yang abadi.
Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang
dijiwai oleh sila ke-1 dan ke-2. Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan,
suku bangsa, sebaliknya membina tumbuhnya persatuan dan kesatuan sebagai satu
bangsa yang padu tidak terpecah belah oleh sebab apapun. Hakekat pengertian itu
sesuai dengan pembukaan UUD1945 alinea ke empat dan pasal-pasal 1,32,35,dan 36
UUD 1945.

4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM


PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN
Kerakyatan berasal dari kata “rakyat”, yang berarti sekelompok manusia dalam
suatu wilayah tertentu kerakyatan dalam hubungan dengan sila ke-4 bahwa kekuasaan
yang tertinggi berada ditangan rakyat. Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan
pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan
kesatuan bangsa kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar, jujur dan
bertanggung jawab. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian
Indonesia untuk merumuskan dan memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak
rakyat hingga mencapai keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau
mupakat. Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata cara (prosedur)
mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara
melalui badan-badan perwakilan.
Jadi sila ke-4 adalah bahwa rakyat dalam menjalankan kekuasaannya melalui
sistem perwakilan dan keputusan-keputusannya diambil dengan jalan musawarah
dengan pikiran yang sehat serta penuh tanggung jawab baik kepada Tuhan Yang
Maha Esa maupun kepada rakyat yang diwakilinya. Hakekat pengertian itu sesuai
dengan pembukaan UUD alenia empat dan pasal-pasal 1,2,3,28 dan 37 UUD 1945.

5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA


Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang
kehidupan, baik materi maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti setiap
orang yang menjadi rakyat Indonesia, baik yang berdiam di wilayah kekuasaan
Republik Indonesia maupun warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri. Jadi
sila ke-5 berarti bahwa setiap orang Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam
bidang hukum, politik, social, ekonomi dan kebudayaan.
Sila Keadilan sosial adalah tujuan dari empat sila yang mendahuluinya,
merupakan tujuan bangsa Indonesia dalam bernegara, yang perwujudannya ialah tata
masyarakat adil-makmur berdasarkan Pancasila. Hakekat pengertian itu sesuai dengan
pembukaan UUD 1945 alinea kedua dan pasal-pasal 23, 27, 28, 29, 31 dan 34 UUD
1945.

Dalam lingkup nasional realisasi keadilan diwujudkan dalam tiga segi (keadilan
segitiga) yaitu:
1. Keadilan distributif, yaitu hubungan keadilan antara Negara dengan warganya.
Negara wajib memenuhi keadilan terhadap warganya yaitu wajib membagi-
bagikan terhadap warganya apa yang telah menjadi haknya.
2. Keadilan bertaat (legal), yaitu hubungan keadilan antara warga Negara
terhadap Negara.
3. Keadilan komulatif, yaitu keadilan antara warga Negara yang satu dengan yang
lainnya, atau dengan perkataan lain hubungan keadilan antara warga Negara.
Dalam kedudukannya sebagai sumber nilai, Pancasila mengandung berbagai nilai
yang dijadikan sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung
dalm Pancasila tersusun secara hierarkis piramidal yang bulat dan utuh serta saling
menjiwai. (Kokon,2007:23)
Pancasila mengandung nilai subjektif maupun objektif. Nilai-nilai subjektif artinya
nilai-nilai tersebut merupakan hasil pemikiran bangsa Indonesia sendiri sepanjang
sejarahnya. Nilai-nilai Pancasila yang bersifat subjektif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sebagai hasil penilaian dan
hasil pemikiran bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup, pegangan hidup,pedoman
hidup, petunjuk hidup bangsa Indonesia.
3. Nilai-nilai Pancasila mengandung tujuh nilai kerohanian, yaitu kebenaran,
keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis dan religius yang
perwujudannya sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Di samping itu, Pancasila juga mengandung nilai objektif, yakni nilai yang diakui
kebenaran dan keadilannya oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Nilai-nilai objektif yang
terkandung dalam Pancasila adalah sebagai berikut:
1. Rumusan sila-sila Pancasila menunjukkan adanya sifat universal.
2. Nilai-nilai Pancasila terkait dengan hidup kemanusiaan yang mutlak (manusia
dengan Tuhan,antara manusia dengan sesamanya,dan antara manusia dengan
lingkungannya).
3. Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 menurut ilmu hukum memenuhi
hukum syarat sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, tidak dapat
diberikan oleh setiap orang atau badan. Dengan demikian nilai-nilai pancasila
akan tetap ada sepanjang masa.
4. Pembukaan UUD 1945 (yang memuat jiwa Pancasila) secara hukum tidak
dapat diubah oleh siapapun termasuk MPR hasil Pemilu. Mengubah
Pembukaan UUD 1945 berarti membubarkan Negara
5. Indonesia. Dengan demikian Pancasila tetap ada.
6. Pembukaan UUD 1945 yang mengandung makna tidak dapat diubah (tetap)
karena kemerdekaan (yang didalamnya mengandung Pancasila) merupakan
karunia Tuhan.(Kokon,2007:23)
Hakikat Pancasila Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila yang telah dirumuskan
oleh para founding fathers (para pendiri bangsa Indonesia, antara lain Soekarno, Hatta, M.
Yamin). Secara Etimologi, Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu "Panca berarti
lima" dan “Syila berarti dasar, batu, sendi, alas” serta “Syila berarti aturan, tingkah laku
yang baik”. Jadi, Pancasila adalah 5 (lima) dasar tentang kesusilaan/5 (lima) ajaran
tentang tingkah laku. Pancasila merupakan salah satu istilah yang terdapat dalam buku
Sutasoma harangin Empu Tantular dari Kerajaan Majapahit (Heri Herdiawanto dan
Jumanto, 2010:18)

2.4 PANCASILA SEBAGAI NILAI DASAR FUNDAMENTAL

Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bagi bangsa dan negara republik Indonesia,
terbagi sebagai berikut :
1. Dasar filosofis
Pancasila sebagai dasar filsasfat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis,
fundamental dan menyeluruh, Maka sila-sila Pancasila merupakan suatu kesatuan
yang bulat dan utuh, hierarkhis dan sistematis. Dalam pengertian inilah maka sila-sila
Pancasila merupakan suatu system filsafat. Konsekuensinya kelima sila bukan
terpisah-pisah dan memiliki makna sendiri-sendiri, melainkan memiliki esensi serta
makna yang utuh. Nilai nilai Pancasila bersifat Objektif dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri sebenarnya hakikat maknanya
yang terdalam menunjukan adanya sifat-sifat yang umum universal dan
abstrak, karena merupakan suatu nilai.
2. Inti nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan
bangsa Indonesia dan mungkin juga ada bangsa lain baik dalam adat
kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam kehidupan keagamaan.
3. Pancasila yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, menurut ilmu
hukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah yang fundamental negara
sehingga merupakan suatu sumber hukum positif di Indonesia.

Sebaliknya nilai-nilai subjektif Pancasila dapat di artikan bahwa keberadaan


nilai-nilai Pancasila itu tergantung atau terletak pada bangsa Indonesia sendiri,
pengertian itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa indoneisa
sebagai kausa materialis. Nilai-nilai tersebut sebagai hasil pemikiran penilaian
kritis, serta hasil refleksi filosofia bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia
sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas
kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat
berbangsa dan bernegara.
3. Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung ketujuh nilai- nilai kerokhanian
yaitu nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis estetis dan nilai
religious, yang manifestasinya sesuai dengan budi Nurani bangsa Indonesia
karena bersumber pada kepribadian bangsa ( lihat darmodihardjo, 1996).

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara indoneisa pada hakikatnya


merupakan suatu sumber dari segala sumber hukum dalam negara Indonesia. Sebagai
suatu sumber dan segala sumber hukum secara objektif merupakan suatu pandangan
hidup, kesadaran, cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan, serta
watak Indonesia, yang pada tanggal 18 agustus 1945 telah dipadatkan dan
diabstraksikan oleh pendiri negara repunlik Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam pembukaan UUD 1945 secara yuridis
memiliki kedudukan sebagai pokok. Kaidah negara yang fundamental Adapun
pembukaan UUD 1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai Pancasila mangandung
empat pokok pikiran yang bilamana dianalisis makna yang terkandung didalamnya
tidak lain adalah merupakan derivasi atau penjabaran dari nilai-nilai Pancasila.
1. Pokok pikiran pertama
Menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara persatuan, yaitu negara
yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mengatasi
segala paham golongan maupun perseorangan.
2. Pokok pikiran kedua
Menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini negara berwajiban mewujudkan
kesejahteraan umum bagi seluruh warga negara mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
3. Pokok pikiran ketiga
Menyatakan bahwa negara berdaulatan rakyat, berdasasrkan atas kkkerakyatan
dan permusyawaratan/perwakilan. Hal ini menunjukan bahwa negara Indonesia
adalah negara demokrasi yaitu kedaulatan di tangan rakyat.
4. Pokok pikiran keempat
Menyatakan bahwa, negara berdasarkan atas ketuhana yang maha esamenurut
dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Ketuhanan Yang Maha Esa serta
kemanusiaan yang adil dan beradab ini merupakan sumber moral dalam
kehidupan kenegaraan dan kebangsaan. Hal ini mengandung arti bahwa negara
Indonesia menjungjung tinggi keberadaban semua agama dalam pergaulan hidup
negara.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Filsafat berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan


sebagai cinta kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan).
Menurut pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta
kearifan. Menurut beberapa ahli, filsafat dapat dikatakan sebagai induk ilmu, karena
dari sinilah ilmu pengetahuan lainnya muncul. Filsafat kerap disandingkan dengan
kata “heran” dan “penasaran”. Mulailah seseorang berfikir bebas maka akan
ditemukan hal baru, berkembang pertanyaan, dan muncul hal-hal baru lainnya.
Hasilnya, muncul ilmu-ilmu pengetahuan baru; mempelajari sosial, ilmu pasti,dsb.
Ilmu filsafat, dari sinilah kita mulai berpikir dari suatu titik dasar, pikiran
murni, logika dan pertanyaan paling sederhana. Disinilah kondisi dimana kita tidak
mengetahui apapun tentang “sesuatu” yang ingin kita ungkap kebenarannya.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika
dan filsafat. Hal itu membuat filsafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu
berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa
penasaran dan ketertarikan yang dimasukkan ke dalam proses dialektika. Filsafat juga
bisa berarti perjalanan menuju suatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak
tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis.
Filsafat dari ilmu pengetahuan, saat kita berfikir bebas untuk menyelami
hakikat dan makna dari ilmu pengetahuan itu. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
seperti penelitian dan percobaan (misal pada ilmu eksak) untuk menyibak misterinya.
Akan muncul lagi pertanyaan-pertanyaan baru, berfilsafat, berfikir, penelitian, dan
penarikan kesimpulan, begitulah seterusnya.
Antara ilmu Pengetahuan dan Filsafat ada persamaan dan perbedaannya. Ilmu
Pengetahuan bersifat Posterior kesimpulannya ditarik setelah melakukan pengujian-
pengujian secara berulang-ulang sedangkan Filsafat bersifat priori kesimpulannya
ditarik tanpa pengujian,sebab Filsafat tidak mengharuskan adanya data empiris seperti
yang dimiliki ilmu karena Filsafat bersifat Spekulatif. Disamping adanya perbedaan
antara ilmu dengan filsafat ada sejumlah persamaan yaitu sama-sama mencari
kebenaran. Ilmu memiliki tugas melukiskan dan filsafat bertugas untuk menafsirkan
kesemestaan aktivitas. Ilmu digerakkan oleh pertanyaan bagaimana menjawab
pelukisan fakta sedangkan filsafat menjawab atas pertanyaan lanjutan bagaimana
sesungguhnya fakta itu darimana awalnya dan akan kemana akhirnya.
Filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya menjembatani jurang pemisah
antara filsafat dengan ilmu. Dengan demikian filsafat ilmu merupakan jawaban
filsafat atas pertanyaan ilmu atau filsafat ilmu merupakan upaya penjelasan dan
penelaahan secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan ilmu.

3.2 SARAN

Demikianlah makalah yang dapat kita susun. Sebagai mahasiswa kita harus
mengembangkan ilmu yang kita peroleh dan mencari kebenaran ilmu itu semoga
dapat bermanfaat bagi kita semua, akhir kata saya menyadari bahwa makalah ini
bukanlah proses akhir, tetapi merupakan langkah awal yang masih banyak
memerlukan perbaikan. Karena itu saya sangat mengharapkan tanggapan, saran dan
kritik yang membangun demi sempurnanya makalah saya yang selanjutnya. atas
perhatiannya kami sampaikan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Prof.Dr.H. Kaelan, MS.2014.Pendidikan Pancasila.Yogyakarta


https://www.kompasiana.com/amp/jodhioding/5cbc89bea8bc1526e32a2c22/apa-itu-filsafat-
pengertian-dan-kegunaan-filsafat
https://www.academia.edu/11247674/Makalah_Filsafat_Pancasila
https://jelinaangel.wordpress.com/2013/12/17/makalah-filsafat/
https://olympics30.com/filsafat-pancasila/
https://www.academia.edu/15969283/Hakikat_Sila_Sila_Pancasila

Anda mungkin juga menyukai