KELOMPOK 6
DOSEN PENGAMPU:
YESI ANITA,S.Pd,M.Pd
OLEH:
KELOMPOK 6
ANGOTA:
36
53
7
18
48
44
43
45
Assalamualaikum w.rb Puji beserta syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan dan memberikan kesempatan hingga kami dapat menyelesaikan
makalah mata kuliah Pendidikan pancasila.Sholawat beserta salam tidak lupa kita sampaikan
kepada nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang
terang menderah yang penuh dengan ilmu teknologi seperti sekarang ini.
Alhamdulillah karena kami telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata kuliah
Pendidikan pancasila. Disamping itu ,kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini berlangsung. Demikianlah yang
dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan kami juga
mengharapkan kritik, dan saran, dari ibu dan pembaca agar dalam pembuatan makalah kami
selanjutnya bisa lebih baik. Wassalamualaikum w.rb
Akhir kata, kami berharap semoga makalah Pendidikan Pancasila ini dapat memberikan
manfaat, maupun inspirasi pengetahuan bagi pembaca.
3. Tujuan .................................................................................................................................
3. Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat ................
a. Kesimpulan ....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
Pancasila adalah dasar dari falsafah Negara Indonesia, sebagaimana tercantum dalam pembukaan
UUD 1945. Oleh karena itu, setiap warga Negara Indonesia wajib untuk mempelajari,
menghayati, mendalami dan menerapkan nilai-nilai pancasila dalam setiap bidang kehidupan.
Dalam kehidupan bangsa Indonesia, diakui bahwa nilai-nilai pancasila adalah falsafah hidup atau
pandangan yang berkembang dalam sosial-budaya Indonesia. Nilai pancasila dianggap nilai
dasar dan puncak atau sari dari budaya bangsa. Oleh karena itu, nilai ini diyakini sebagai jiwa
dan kepribadian bangsa. Dengan mendasarnya nilai ini dalam menjiwai dan memberikan
indentitas, maka pengakuan atas kedudukan pancasila sebagai falsafah adalah wajar.
Pancasila sebagai system filsafat adalah merupakan kenyataan pancasila sebagai kenyataan yang
obyektif, yaitu bahwa kenyataan itu ada pada pancasila sendiri terlepas dari sesuatu yang lain
atau terlepas dari pengetahuan orang. Kenyataan obyekrif yang ada dan terletak pada pancasila,
sehingga pancasila sebagai suatu system filsafat bersifat khas dan berbeda dalam system-sistem
filsafat yang lain. Hal ini secara ilmiah disebut sebagai filsafat secara obyektif. Dan untuk
mendapatkan makna yang lebih mendalam dan mendasar, kita perlu mengkaji nilai-nilai
pancasila dari kajian filsafat secara menyeluruh.
6. Apa saja Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Sistem Filsafat?
1.3 Tujuan
ISI
Apa yang dimaksud dengan system filsafat ? Beberapa pengertian filsafat berdasarkan watak
dan fungsinya sebagaimana yang dikemukakan Titus, Smith & Nolan sebagai berikut:
Mengapa Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat? Ada beberapa alasan yang
dapatditunjukkan untuk menjawab pertanyaan tersebut.Pertama; dalam sidang BPUPKI, 1 Juni
1945, Soekarno memberi judul pidatonya dengannama Philosofische Grondslag daripada
Indonesia Merdeka. Adapun pidatonya sebagai berikut:Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya
mengerti apa yang Ketua kehendaki! Paduka TuanKetua minta dasar, minta Philosofische
Grondslag, atau jika kita boleh memakai perkataanyang muluk-muluk, Paduka Tuan Ketua yang
mulia minta suatu Weltanschauung, di atasmana kita mendirikan negara Indonesia itu”.
Noor Bakry menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil
perenungan yang mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan itusemula
dimaksudkan untuk merumuskan dasar negara yang akan merdeka. Selain itu, hasil perenungan
tersebut merupakan suatu sistem filsafat karena telah memenuhi ciri-ciri berpikirkefilsafatan.
Beberapa ciri berpikir kefilsafatan meliputi:
1. Sistem filsafat harus bersifat koheren, artinya berhubungan satu sama lain
secara runtut,tidak mengandung pernyataan yang saling bertentangan di dalamnya.
Pancasila sebagaisistem filsafat, bagian-bagiannya tidak saling bertentangan, meskipun
berbeda, bahkan salingmelengkapi, dan tiap bagian mempunyai fungsi dan kedudukan
tersendiri;
2. Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala hal dan
gejala yangterdapat dalam kehidupan manusia. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa
merupakan suatu pola yang dapat mewadahi semua kehidupan dan dinamika masyarakat
di Indonesia;
4. Sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah pikir hasil perenungan sebagai
pra anggapan yang menjadi titik awal yang menjadi pola dasar berdasarkan penalaran
logis, serta pangkaltolak pemikiran tentang sesuatu.
Pancasila sebagai dasar negara pada permulaannyamerupakan buah pikir dari tokoh-
tokoh kenegaraan sebagai suatu pola dasar yang kemudiandibuktikan kebenarannya melalui
suatu diskusi dan dialog panjang dalam sidang BPUPKIhingga pengesahan PPKI (Bakry, 1994:
13--15). Kedua, Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila itu merupakan
sesuatu yang telah ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia, yang kemudian
disepakati sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag). Weltanschauungmerupakan
sebuah pandangan dunia (world-view).
B.URGENSI PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau yang dinamakan filsafat Pancasila,
artinyarefleksi filosofis mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Sastrapratedja menjelaskan
maknafilsafat Pancasila sebagai berikut. Pengolahan filsofis Pancasila sebagai dasar
negaraditujukan pada beberapa aspek.
Pertama, agar dapat diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-
siladalam Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik. Kedua, agar dapat dijabarkan lebih
lanjutsehingga menjadi operasional dalam bidang-bidang yang menyangkut hidup
bernegara.Ketiga, agar dapat membuka dialog dengan berbagai perspektif baru dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Keempat, agar dapat menjadi kerangka evaluasi terhadap
segalakegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara, berbangsa, dan
bermasyarakat,serta memberikan perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional.
Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai Pancasila dijadikan sebagai objek yang
dicari landasan filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di
Barat. Misalnya, Notonagoro menganalisis nilai-nilai Pancasila berdasarkan pendekatan substansialistik
148 filsafat Aristoteles sebagaimana yang terdapat dalam karyanya yang berjudul Pancasila Ilmiah
Populer. Adapun Drijarkara menyoroti nilai-nilai Pancasila dari pendekatan eksistensialisme religious
sebagaimana yang diungkapkannya dalam tulisan yang berjudul Pancasila dan Religi. Pancasila sebagai
genetivus-subjectivus, artinya nilai-nilai Pancasila dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat
yang berkembang, baik untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila maupun untuk
melihat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak
hanya dipakai dasar bagi pembuatan peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai Pancasila harus
mampu menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan dasar bagi pembangunan nasional. Misalnya,
Sastrapratedja (2001: 2) mengatakan bahwa Pancasila adalah dasar politik, yaitu prinsip-prinsip dasar
dalam kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Adapun Soerjanto (1991:57-58) mengatakan
bahwa fungsi Pancasila untuk memberikan orientasi ke depan mengharuskan bangsa Indonesia selalu
menyadari situasi kehidupan yang sedang dihadapinya.
Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila
mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila.
Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan logos yang artinya
pikiran, ilmu atau teori. Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang
baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai.
Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian
filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan” (worth)
atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna. Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu
yang diinginkan.
Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia
(dictionary of sosiology an related science). Nilai itu suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu
obyek. Ada berbagai macam teori tentang nilai.
1. Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya, dan dapat dikelompokkan menjadi empat
tingkatan, yaitu:
a. Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai yang mengenakkan dan nilai yang tidak
mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau menderita.
b. Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting dalam kehidupan, seperti
kesejahteraan, keadilan, kesegaran.
c. Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige werte) yang sama sekali
tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini misalnya, keindahan,
kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.
d. Nilai-nilai kerokhanian: dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai yang suci dan tidak suci. Nilai
semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi. (Driyarkara, 1978)
2. Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke dalam delapan kelompok:
a. Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang dapat dibeli.
b. Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi dan keindahan dari kehidupan badan.
c. Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat menyumbangkan pada
pengayaan kehidupan.
d. Nilai-nilai sosial: berasal mula dari pelbagai bentuk perserikatan manusia.
e. Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial yang diinginkan.
f. Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni.
g. Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran.
h. Nilai-nilai keagamaan.
Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat berlaku juga atas kesepakatan penggunaan
14ymbol dalam kehidupan bernegara. Garuda Pancasila merupakan salah satu 14ymbol dalam
kehidupan bernegara. Rancangan awal burung garuda dibuat oleh Sultan Hamid II. Sultan Hamid
II lahir dengan nama Syarif Abdul Hamid Alkadrie, putra sulung Sultan Pontianak Sultan Syarif
Muhammad Alkadrie (lahir di Pontianak, Kalimantan Barat, 12 Juli1913 – meninggal di Jakarta,
30 Maret1978 pada umur 64 tahun).
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Titus, Smith dan Nolan memberikan definisi filsafat berdasarkan watak dan fungsinya.
Pertama, filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis (arti informal). Kedua, filsafat adalah suatu proses kritik
atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat dijunjung tinggi (arti formal).
Ketiga, filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan (arti komprehensif).
Keempat, filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep
(arti analisis linguistik). Kelima, filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung
mendapat perhatian manusia dan dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat (arti aktual-
fundamental).
Pancasila juga memiliki landasan ontologis yang artinya sebuah pemikiran filosofis atas
hakikat dan nilai-nilai sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia.
Pancasila secara epistemologis dapat diuraikan sebagai berikut. Sila Ketuhanan Yang
Maha Esa digali dari pengalaman kehidupan beragama bangsa Indonesia sejak dahulu sampai
sekarang. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab digali dari pengalaman atas kesadaran
masyarakat yang ditindas oleh penjajahan selama berabad-abad. Oleh karena itu, dalam alinea
pertama Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
bahwa penjajahan itu tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-sila
Pancasila. Sila pertama mengandung kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral. Sila
kemanusiaan mengandung nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab. Sila
persatuan mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan. Sila keempat mengandung nilai
demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar. Sila keadilan mengandung nilai kepedulian
dan gotong royong.
DAFTAR PUSTAKA
https://pustakabergerak.id
https://www.googletagmanager.com/gtag/js?id=UA-1451155781
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/8-PendidikanPancasila.pdf
https://www.slideshare.net/dayurikaperdana19/pancasila-sebagai-
sistem-filsafat-kel5