Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Pancasila

Dosen Pengampu :

Riza Aulia Widyaningsih, S.Pd, M.Pd.

Disusun Oleh :

Nur Laily M. (2301004)

Diana Fahira (2301018)

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

AKADEMI FARMASI YANNAS HUSADA

BANGKALAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari seluruh komponen yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Pancasila Sebagai
Sistem Filsafat”

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya
para mahasiswa untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin


dalam pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Bangkalan, 12 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ................................................................ 3

A. Menanya Alasan Diperlukannya kajian Pancasila sebagai sistem filsafat


.............................................................................................................. 3
1. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus
Subjectivus ..................................................................................... 3
2. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila........................................... 4
3. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila ................................... 4
4. Landasan Aksiologis Pancasila ...................................................... 5

BAB 3 PENUTUP .......................................................................... 6

A. Kesimpulan .......................................................................................... 6
B. Saran ..................................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 7

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara
yang menyokong negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta
agar tidak terombang ambing oleh persoalan yang muncul pada masa kini.
Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi manusia berkat
kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka
terdapat sesuatu yang bersifat dialektis antara ideologi dengan masyarakat
negara. Di suatu pihak membuat ideologi semakin realistis dan pihak yang
lain mendorong masyarakat mendekati bentuk yang ideal. Idologi
mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun
juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Indonesia pun tak
terlepas dari hal itu, dimana Indonesia memiliki dasar negara yang sering
kita sebut Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai
ideologi negara dan karakteristik Pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah
indonesia menunjukan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat
Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan yang layak dan lebih baik,
untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena
dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi
bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan
negara Indonesia. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan
sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang
telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan
bangsa Indonesia. Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar
sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwijudkan

1
dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa
yang lebih bermatabat dan berbudaya tinggi. Melalui makalah ini
diharapkan dapat membantu kita dalam berpikir lebih kritis mengenai arti
Pancasila.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Filsafat Pancasila sebagai genetivus objectivus dan
genetivus subjectivus?
2. Bagaimana Landasan ontologis filsafat Pancasila?
3. Bagaimana Landasan epistemologis Pancasila?
4. Bagaimana Landasan aksiologis Pancasila?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui filsafat Pancasila sebagai genetivus objectivus dan
genetivus subjectivus
2. Untuk mengetahui landasan ontologis filsafat Pancasila
3. Untuk mengetahui Landasan epistemologis Pancasila
4. Untuk mengetahui Landasan aksiologis Pancasila

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Menanya Alasan Diperlukannya kajian Pancasila sebagai


sistem filsafat

1. Filsafat Pancasila sebagai genetivus objectivus dan genetivus


subjectivus

Pancasila sebagai Genetivus Objectivus, artinya nilai-nilai Pancasila


dijadikan sebagai objek yang dicari landasan filosofisnya berdasarkan
sistem-sistem dan cabang-cabang filsafat yang berkembang di barat.
Misalnya, Notonagoro menganalisis nilai-nilai Pancasila berdasarkan
pendekatan substansialistik filsafat Aristoteles sebagaimana yang terdapat
dalam karyanya yang bejudul Pancasila Ilmiah Popule . Adapun Drijarkara
menyoroti nilai-nilai Pancasila dari pendekatan eksistensialisme religious
sebagaimana yang diungkapkannya dalam tulisan yang berjudul Pancasila
dan Religi.

Pancasila sebagai genetivus-subjectivus, artinya nilai-nilai Pancasila


dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang,
baik untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila
maupun untuk melihat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipakai dasar bagi
pembuatan peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai Pancasila
harus mampu menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan dasar bagi
pembangunan nasional. Misalnya, Sastrapratedja (2001: 2) mengatakan
bahwa Pancasila adalah dasar politik, yaitu prinsip-prinsip dasar dalam
kehidupan bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Adapun Soerjanto
(1991:57-58) mengatakan bahwa fungsi Pancasila untuk memberikan
orientasi ke depan mengharuskan bangsa Indonesia selalu menyadari situasi
kehidupan yang sedang dihadapinya

3
2. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila
Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas
hakikat dan raison d’etre sila-sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara
Indonesia.Pancasila sebagai Genetivus Subjectivus memerlukan landasan
pijak filosofis yang kuat yang mencakup tiga dimensi, yaitu landasan
ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis. Ontologi
menurut Aritoteles merupakan cabang filsafat yang membahas tentang
hakikat segala yang ada secara umum sehingga dapat dibedakan dengan
disiplin ilmu-ilmu yang membahas sesuatu secara khusus. Ontologi
membahas tentang hakikat yang paling dalam dari sesuatu yang ada, yaitu
unsur yang paling umum dan bersifat abstrak, disebut juga dengan istilah
substansi. Inti persoalan ontologi adalah menganalisis tentang substansi
(Taylor, 1955: 42). Substansi menurut Kamus Latin – Indonesia, berasal dari
bahasa Latin “substare” artinya serentak ada, bertahan, ada dalam kenyataan.
Substantialitas artinya sesuatu yang berdiri sendiri, hal berada, wujud, hal
wujud (Verhoeven dan Carvallo, 1969: 1256).
3. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila

Epistemologi adalah cabang filsafat pengetahuan yang membahas


tentang sifat dasar pengetahuan, kemungkinan, lingkup, dan dasar umum
pengetahuan (Bahm, 1995: 5). Epistemologi terkait dengan pengetahuan
yang bersifat sui generis, berhubungan dengan sesuatu yang paling
sederhana dan paling mendasar (Hardono Hadi, 1994: 23). Littlejohn and
Foss menyatakan bahwa epistemologi merupakan cabang filosofi yang
mempelajari pengetahuan atau bagaimana orang-orang dapat mengetahui
tentang sesuatu atau apa-apa yang mereka ketahui.

Landasan epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali


dari pengalaman (empiris) bangsa Indonesia, kemudian disintesiskan
menjadi sebuah pandangan yang komprehensif tentang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

4
4. Landasan Aksiologis Pancasila

istilah “aksiologis” terkait dengan masalah nilai (value). Littlejohn


and Foss mengatakan bahwa aksiologi merupakan cabang filosofi yang
berhubungan dengan penelitian tentang nilai-nilai. Salah satu masalah
penting dalam aksiologi yang ditengarai Littlejohn and Foss, yaitu:
dapatkah teori bebas dari nilai? (Littlejohn and Foss, 2008: 27--28).
Problem apakah teori atau ilmu itu dapat bebas dari nilai, memiliki pengikut
yang kuat dalam kubu positivisme. Pengikut positivis meyakini bahwa teori
dan ilmu harus bebas nilai untuk menjaga semangat objektivitas ilmiah.
Namun, perlu disadari bahwa tidak semua aspek kehidupan manusia dapat
diukur secara “ilmiah” menurut perspektif positivistik karena banyak aspek
kehidupan manusia ini yang mengandung muatan makna dan bernilai tinggi
ketika dihadapkan pada masalah-masalah yang berdimensi spiritual,
ideologis, dan kepercayaan lainnya. Pancasila sebagai ideologi bangsa
Indonesia mengandung berbagai dimensi kehidupan manusia, seperti
spiritualitas, kemanusiaan, solidaritas, musyawarah, dan keadilan. Kelima
sila tersebut mengandung dimensi nilai yang “tidak terukur” sehingga
ukuran “ilmiah” positivistik atas kelima sila tersebut sama halnya dengan
mematikan denyut nadi kehidupan atau memekanisasikan Pancasila.

Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang


terkandung dalam sila-sila Pancasila. Sila pertama mengandung kualitas
monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral. Sila kemanusiaan mengandung
nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab. Sila persatuan
mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan. Sila keempat
mengandung nilai demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar. Sila
keadilan mengandung nilai kepedulian dan gotong royong

5
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari apa yang telah dijelaskan di atas, Pancasila merupakan kesatuan
yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di
tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Dan filsafat merupakan
suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode dan sistem.

Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila merupakan


hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu
kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat, dimana
pancasila memiliki hakekatnya tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai
dengan kelima sila-silanya tersebut.

Adapun yang mendasari Pancasila adalah dasar Ontologist (Hakikat


Manusia), dasar Epistemologis (Pengetahuan), dasar Aksiologis
(Pengamalan Nilai-Nilainya)

B. Saran
Meskipun kelompok kami menginginkan kesempurnaan dalam
penyusunan makalah ini. akan tetapi pada kenyataannya masih banyak
kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan dalam pembahasan materi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan
evaluasi untuk kedepannya. Dan semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan kita dan bermanfaat.

6
DAFTAR PUSTAKA

Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama, 2010. Cerdas, Kritis, Dan Aktif
Berwarganegara (Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi). ERLANGGA :
Jakarta.

Kaelan,M.S. 2016. Pendidikan Pancasila (Pendidikan Untuk Mewujudkan Nilai-nilai


Pancasila, Rasa Kebangsaan dan Cita-cita Tanah Air Sesuai Dengan SK. Dirjen DIKTI
NO.43/DIKTI/KEP/2006 Sesuai Dengan KKNI bdg PT 2013). PARADIGMA :
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai