PENDIDIKAN PANCASILA
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Menelusuri Konsep dan
Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat” tanpa halangan suatu apapun.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin dalam pembuatan
makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 5
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.............................................................. 6
2.2 Pengertian Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat............................ 6
2.2.1 Konsep Pancasila Sebagai Sistem Filsafat........................................................... 6
2.2.2 Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.......................................................... 8
2.3 Objek Filsafat Pancasila............................................................................................... 9
2.4 Pancasila Melalui Pendekatan Dasar Ontologis, Epistemologi, serta Aksikologis.... 10
2.4.1 Dasar Ontologis (Hakikat Manusia) Sila-Sila Pancasila..................................... 10
2.4.2 Dasar Epistemologi (Pengetahuan) Sila-Sila Pancasila...................................... 11
2.4.3 Dasar Aksikologis Pancasila............................................................................... 12
2.5 Hakikat Pancasila........................................................................................................ 12
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................16
3.2 Saran ...........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang mendukung negara
itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta agar tidak terombang ambing oleh persoalan yang
muncul pada masa kini. Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi manusia berkat
kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka terdapat sesuatu yang
bersifat dialektis antara ideologi dengan masyarat negara. Di suatu pihak membuat ideologi semakin
realistis dan pihak yang lain mendorong masyarakat mendekati bentuk yang ideal. Idologi
mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat
menuju cita-citanya. Indonesia pun tak terlepas dari hal itu, dimana Indonesia memiliki dasar negara
Pancasila sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara dan
karakteristik Pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah indonesia menunjukan bahwa Pancasila
adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan yang layak dan lebih baik, untuk mencapai masyarakat
Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila
tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan
hidup bangsa dan negara Indonesia. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan
sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya,
sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan
4
bangsa Indonesia. Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia
yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan
identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi. Melalui makalah ini diharapkan dapat
1.3 Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Beberapa pengertian filsafat berdasarkan watak dan fungsinya sebagaimana yang
dikemukakan Titus, Smith & Nolan sebagai berikut:
1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
diterima secara tidak kritis. (arti informal)
2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat
dijunjung tinggi. (arti formal)
3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. (arti komprehensif).
4) Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. (arti analisis
linguistik).
5) Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian manusia dan dicarikan
jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (arti aktual-fundamental).
Mengapa Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat? Ada beberapa alasan yang dapat ditunjukkan
untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Pertama : Dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya dengan nama
Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Adapun pidatonya sebagai berikut:
Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang Ketua kehendaki! Paduka Tuan Ketua minta
dasar, minta Philosofische Grondslag, atau jika kita boleh memakai perkataan yang muluk-muluk,
Paduka Tuan Ketua yang mulia minta suatu Weltanschauung, di atas mana kita mendirikan negara
Indonesia itu”.
Noor Bakry menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil perenungan yang
mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan itu semula dimaksudkan untuk
merumuskan dasar negara yang akan merdeka. Selain itu, hasil perenungan tersebut merupakan suatu
sistem filsafat karena telah memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan. Beberapa ciri berpikir kefilsafatan
meliputi:
1. Sistem filsafat harus bersifat koheren, artinya berhubungan satu sama lain secara runtut, tidak
mengandung pernyataan yang saling bertentangan di dalamnya. Pancasila sebagai sistem filsafat,
bagian-bagiannya tidak saling bertentangan, meskipun berbeda, bahkan saling melengkapi, dan tiap
bagian mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri;
2. Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala hal dan gejala yang terdapat dalam
kehidupan manusia. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa merupakan suatu pola yang dapat mewadahi
7
semua kehidupan dan dinamika masyarakat di Indonesia;
3. Sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan mendalam yang sampai ke
inti mutlak permasalahan sehingga menemukan aspek yang sangat fundamental. Pancasila sebagai
sistem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata kehidupan manusia menghadapi diri sendiri,
sesama manusia, dan Tuhan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
4. Sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah pikir hasil perenungan sebagai praanggapan yang
menjadi titik awal yang menjadi pola dasar berdasarkan penalaran logis, serta pangkal tolak pemikiran
tentang sesuatu. Pancasila sebagai dasar negara pada permulaannya merupakan buah pikir dari tokoh-
tokoh kenegaraan sebagai suatu pola dasar yang kemudian dibuktikan kebenarannya melalui suatu
diskusi dan dialog panjang dalam sidang BPUPKI hingga pengesahan PPKI (Bakry, 1994: 13--15).
Kedua : Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila itu merupakan sesuatu yang
telah ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia, yang kemudian disepakati sebagai dasar
filsafat negara (Philosophische Grondslag). Weltanschauung merupakan sebuah pandangan dunia
(world-view). Hal ini menyitir pengertian filsafat oleh J. A. Leighton sebagaimana dikutip The Liang
Gie, ”A complete philosophy includes a worldview or a reasoned conception of the whole cosmos, and a
life-view or doctrine of the values, meanings, and purposes of human life” (The Liang Gie, 1977: 8).
Ajaran tentang nilai, makna, dan tujuan hidup manusia yang sudah di tetapkan dalam Weltanschauung
itu menyebar dalam berbagai pemikiran dan kebudayaan Bangsa Indonesia.
Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau yang dinamakan filsafat Pancasila, artinya refleksi
filosofis mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Sastrapratedja menjelaskan makna filsafat Pancasila
sebagai berikut. Pengolahan filsofis Pancasila sebagai dasar negara ditujukan pada beberapa aspek.
Pertama, agar dapat diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam
Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik. Kedua, agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi
operasional dalam bidang-bidang yang menyangkut hidup bernegara. Ketiga, agar dapat membuka
dialog dengan berbagai perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat, agar dapat
menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara,
berbangsa, dan bermasyarakat, serta memberikan perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional
Pertanggung jawaban rasional, penjabaran operasional, ruang dialog, dan kerangka evaluasi merupakan
beberapa aspek yang diperlukan bagi pengolahan filosofis Pancasila, meskipun masih ada beberapa
aspek lagi yang masih dapat dipertimbangkan.
8
2.3 Objek Filsafat Pancasila
Ditinjau dari segi obyektifnya, filsafat meliput hal-hal yang ada atau dianggap dan diyakini ada,
a. Obyek material
b. Obyek formal
Lebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of Philosophy(1962) menyatakan
bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat (secara tersirat menunjukan objek filsafat) ialah :Truth
(kebenaran), Matter (materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and mind (hubungan antara materi
dan pikiran), Space and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab),Freedom (kebebasan), Monism
Pendapat-pendapat tersebut diatas menggambarkan betapa luas dan mencakupnya objek filsafat
baik dilihat dari substansi masalah maupun sudut pandangnya terhadap masalah, sehingga dapat
disimpulkan bahwa objek filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud dalam sudut pandang dan kajian
yang mendalam (radikal). Secara lebih sistematis para ahli membagi objek filsafat ke dalam objek
material dan obyek formal. Obyek material adalah objek yang secara wujudnya dapat dijadikan bahan
telaahan dalam berfikir, sedangkan obyek formal adalah objek yang menyangkut sudut pandang dalam
Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat adalah sarwa yang ada (segala
sesuatu yang berwujud), yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok yaitu : 1).
Hakekat Tuhan; 2). Hakekat Alam; dan 3). Hakekat manusia, sedangkan objek formal filsafat ialah usaha
mencari keterangan secara radikal terhadap objek material filsafat. Dengan demikian objek material
filsafat mengacu pada substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat difikirkan oleh manusia,
sedangkan objek formal filsafat menggambarkan tentang cara dan sifat berfikir terhadap objek material
9
tersebut, dengan kata lain objek formal filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan dalam
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasil secara ontologis memiliki hal-hal yang
mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa jasmani dan rohani, sifat kodrat manusia
adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai
makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan yang maha esa. Oleh karena
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan
inilah maka secara hierarkis sila pertama ketuhanan yang maha esa mendasari dan menjiwai
1. Sila pertama : Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, tuhan adalah mutlak, sempurna
dan kuasa, tidak berubah, tidak terbatas pula sebagai pengatur tata tertib alam (Notonagoro,
1975:78)
2. Sila kedua : kemanusiaan yang adil dan beradab, negara adalah lembaga kemanusiaan, yang
3. Sila ketiga : persatuan indonesia. Persatuan adalah sebagai akibat adanya manusia sebagai
makhluk tuhan yang maha esa, adapun hasil persatuan adalah rakyat sehingga rakyat adalah
4. Sila keempat : maka pokok sila keempat ialah kerakyatan yaitu kesesuaiannya dengan hakikat
rakyat
10
5. Sila kelima : dengan demikian logikanya keadilan sosial didasari dan dijiwai oleh sila kedua
Sebagai suatu ideologi maka pancasila memiliki tiga unsur pokok agar dapat menarik
Dasar epistemologis pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai - nilai dasarnya yaitu filsafat
pancasila (Soeryanto, 1991:51). Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi
yaitu: pertama tentang sumber pengethuan manusia, kedua tentang teori kebenaran pengetahuan
manusia, ketiga tentang watak pengetahuan manusia (titus, 1984:20). Adapun potensi atau daya
untuk meresapkan pengetahuan atau dengan lain perkataan transformasi pengetahuan terdapat
menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang
berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori
nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat
11
nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. sedangkan nilai
itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang di idamkan oleh setiap insan.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari
pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa
memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik
pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada
tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu
masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya
meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana
Kata 'hakikat' dapat didefinisikan sebagai suatu inti yang terdalam dari segala sesuatu
yang terdiri dari sejumlah unsur tertentu yang mewujudkan sesuatu tersebut, sehingga terpisah
dengan sesuatu lain dan bersifat mutlak. Contohnya pada hakikat air yang tersusun atas dua
unsur mutlak, yaitu hidrogen dan oksigen. Kebersatuan kedua unsur tersebut bersifat mutlak
untuk membentuk air. Artinya kedua unsur tersebut secara bersama-sama menyusun air sehingga
terpisah dari benda yang lainnya, misalnya dengan batu,kayu, dan lain sebagainya.
Terkait dengan hakikat sila-sila pancasila, pengertian kata "hakikat' dapat dipahami
1. Hakikat Abstrak yang disebut sebagai hakikat jenis atau hakikat umum yang mengandungunsur-unsur
yang sama, tetap dan tidak berubah. Hakikat abstrak sila-sila Pancasila menunjuk pada kata: ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kata-kata tersebut merupakan kata-kata yang
12
dibubuhi awalan dan akhiran ke dan an ( sila I,II,IV, dan V) sedangkan yang satunya per dan an (sila ke
III). Awalan dan akhiran ini memiliki kesamaan dalam maksudnya yang pokok, ialah membuat abstrak
2. Hakikat Pribadi sebagai hakikat yang memiliki sifat khusus. Hakikat pribadi Pancasila menunjuk
pada ciri-ciri khusus sila-sila Pancasila yang ada pada bangsa Indonesia, yaitu adat istiadat, nilai-nilai
agama, nilai-nilai kebudayaan, sifat dan karakter yang melekat pada bangsa indonesia sehingga
3. Hakikat Kongkrit yang bersifat nyata sebagaimana dalam kenyataannya.Hakikat kongkrit Pancasila
Dalam realisasinya, pancasila adalah pedoman praktis, yaitu dalam wujud pelaksanaan
praktis dalam kehidupan negara, bangsa dan negara Indonesia yang sesuai dengan kenyataan
sehari hari, tempat, keadaan dan waktu. Sehingga pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari bersifat dinamis, antisipatif, dan sesuai dengan perkembangan waktu, keadaan, serta
perubahan zaman.
Pancasila yang berisi lima sila, menurut Notonagoro (1967:32) merupakan satu kesatuan
A. Diungkapkan oleh Notonagoro (1984: 61 dan 1975: 52,57) bahwa hakikat adanya
Tuhan ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai causa prima. Oleh karena itu segala sesuatu
yang ada merupakan akibat sebagi adanya tuhan (sila pertama). Adapun manusia sebagai subjek
ciptaan manusia pendukung pokok negara, karena negara adalah lambang kemanusiaan, negara
adalah sebagai persekutuan hidup bersama yang anggotanya adalah manusia (sila kedua).
Dengan demikian, negara adalah sebagai akibat adanya manusia yang bersatu (sila ketiga).
Selanjutnya terbentuklah persekutuan hidup yang dinamakan rakyat. Rakyat merupakan totalitas
13
individu-individu dalam negara yang bersatu (sila keempat). Adapun keadilan yang pada
hakikatnya merupakan tujuan bersama atau keadilan sosial (sila kelima) pada hakikatnya sebagai
B. Hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan mengkualifikasi sila-
sila Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula dalam hubungannya saling mengisi atau
mengkualifikasi dalam kerangka hubungan hirarkis piramidal seperti diatas. Dalam rumusan ini,
tiap-tiap sila mengandung empat sila lainnya. Berikut disampaikan kesatuan sila-sila Pancasila
1. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan Indonesia,yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sila kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah kemanusiaan yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, yang berpesatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
Indonesia.
3. Sila ketiga : Persatuan Indonesia adalah persatuan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Perwakilan,adalah kerakyatan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, Berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
14
5. Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah keadilan yang ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan bearadab,yang berpersatuan Indonesia,yang
1975:43-44)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
XX
Dari apa yang telah dijelaskan di atas, Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi
bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Dan
filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode dan sistem.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil perenungan jiwa
yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam
suatu sistem yang tepat, dimana pancasila memiliki hakIkatnya tersendiri yang terbagi menjadi
Adapun yang mendasari Pancasila adalah dasar Ontologist (Hakikat Manusia), dasar
3.2 Saran
Saran yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh masyarakat mengetahui
seberapa penting Pancasila dan dapat mengamalkan nilai-nilai sila dari pancasila dengan baik &
benar, serta tidak melecehkan arti penting pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
Maulidi,Achmad.2016.Pengertian Filsafat(Filosofi).
http://shasqiasalsabila.blogspot.com/2017/12/materi-pancasila-sebagai-sistem-filsafat.html
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/8-PendidikanPancasila.pdf
17
xxii
18
MAKALAH
“PANCASILA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL”
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas semester genap mata
kuliah Pendidikan Pancasila.
Dosen Pengampu:
Dede Abdurohman S.E, M.M.
Oleh:
xix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang sudah melimpahkan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas Pendidikan
Pancasila ini dengan baik serta tepat waktu. Tugas ini kami buat untuk
memberikan pengetahuan mengenai peran Pancasila sebagai identitas nasional.
Semoga makalah yang kami buat ini bisa membantu dan menambah pengetahuan
kita lebih dalam lagi. Kami menyadari jika masih banyak kekurangan dalam
menyusun makalah ini.
Kelompok 2
xx
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2
1.3 Tujuan Penulis ...........................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Identitas Nasional.....................................................................4
2.2 Kedudukan dan Fungsi Pancasila Sebagai Indentitas Nasional.................4
2.2.1 Sub Kedudukan dan Fungsi Pancasila Sebagai Indentitas Nasional.....5
2.3 Pengaruh Perkembangan Zaman dan Globalisasi.......................................6
2.4 Paham Radikalisme dan Terorisme Merusak Nilai-Nilai Pancasila...........7
2.5 Upaya Meningkatkan Pemahaman dan Kesadaran Masyarakat.................8
2.5.1 Sub Upaya Meningkatkan Pemahaman dan Kesadaran Masyarakat....9
2.5.2 Sub Upaya Meningkatkan Pemahaman dan Kesadaran Masyarakat....10
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................11
3.2 Saran ..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
xxi
BAB I
PENDAHULUAN
Selain itu, terjadinya pergeseran nilai dan budaya yang tidak sejalan
dan bernegara
1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah dalam makalah ini dapat di tarik sebuah
nasional?
1.3 Tujuan
Nasional.
2
5. Menjelaskan upaya untuk meningkatkan pemahaman dan
nasional.
3
BAB II
PEMBAHASAN
sejarah, bahasa, budaya, agama, dan nilai-nilai yang dipercayai oleh bangsa
4
1. Kedudukan Pancasila sebagai identitas nasional
bernegara di Indonesia.
Indonesia.
5
c. Sebagai identitas nasional
1. Nilai Individualisme
6
kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Nilai
bermasyarakat.
2. Budaya Hedonisme
bermasyarakat.
7
stabilitas negara.Aksi terorisme dan paham radikalisme dapat
8
1. Kampanye dan Sosialisasi
2. Pendidikan
9
sebagai identitas nasional. Dengan memperkuat budaya lokal,
5. Keterlibatan Masyarakat
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pancasila
3.2 Saran
Demikian pokok bahasan “Pancasila sebagai Identitas Nasional” yang
dapat kami sampaikan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
struktural bahasa dari makalah ini. Oleh karena itu kami mengharapkan
saran dan kritik agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi.
11
DAFTAR PUSTAKA
darihttps://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/08/kampanye-nasional-
pendidikan-karakter
12
Makalah
Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu :
Kelompok 8
UNIVERSITAS PAMULANG
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah dengan judul “Membangun Argumen Tentang
Dinamika Dan Tantangan Pancasila Sebagai Ideologi” ini dapat disusun hingga selesai. Kami
juga mengucapkan terima kasih atas bantuan dari pihak-pihak yang telah memberikan
kontribusi baik materi maupun pemikiran.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Selain itu, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................................i
BAB I. PENDAHULUAN
2.1 Pembahasan........................................................................................................................2-3
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masih ingatkah Anda, apa yang dimaksud dengan ideologi? Mungkin Anda
pernah membaca atau mendengar pengertian ideologi. Istilah ideologi berasal
dari kata idea, yang artinya gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita; dan
logos yang berarti ilmu. Ideologi secara etimologis, artinya ilmu tentang ideide (the
science of ideas), atau ajaran tentang pengertian dasar (Kaelan, 2013:
60-61).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi didefinisikan sebagai
kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan
arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Ideologi juga diartikan sebagai
cara berpikir seseorang atau suatu golongan. Ideologi dapat diartikan paham,
teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial politik (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 2008: 517). Dalam pengertian tersebut, Anda dapat menangkap
beberapa komponen penting dalam sebuah ideologi, yaitu sistem,
arah, tujuan, cara berpikir, program, sosial, dan politik.
2. Rumusan Masalah
1. Apa saja unsur-unsur yang mempengaruhi tantangan terhadap pancasila sebagai
ideologi negara
2. Apa saja tujuan pancasila sebagai ideologi negara
3. Tujuan Pembahasan
1.Mengetahui unsur-unsur yang mempengaruhi tantangan terhadap pancasila sebagai
ideologi negara
iv
BAB II. PEMBAHASAN
B. Pembahasan
Pertarungan ideologi antara negara-negara super power antara Amerika Serikat dan
Uni Soviet antara 1945 sampai 1990 yang berakhir dengan bubarnya negara Soviet
sehingga Amerika menjadi satu-satunya negara super power.
Menguatnya isu kebudayaan global yang ditandai dengan masuknya berbagai ideologi
asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena keterbukaan informasi.
Meningkatnya kebutuhan dunia sebagai akibat pertambahan penduduk dan kemajuan
ideologi sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya alam secara matif.
Dampak konkritnya adalah kerusakan lingkungan, seperti banjir, kebakaran hutan.
Pergantian rezim yang berkuasa melahirkan kebijakan politik yang berorientasi pada
terhadap rezim yang berkuasa sehingga kepercyaan terhadap ideologi menurut drastis.
v
Pasal 35 ayat (3) menegaskan ketentuan bahwa kurikulum pendidikan tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memuat mata kuliah: agama, Pancasila, kewarganegaraan, dan
bahasa Indonesia.
Dengan demikian, berdasarkan ketentuan dalam pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2012, tentang pendidikan Tinggi, yang dimaksud dengan mata
kuliah pendidikan Pancasila adalah pendidikan untuk memberikan pemahaman dan
penghayatan kepada mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia. Dengan landasan
tersebut, Ditjen Dikti mengembangkan esensi materi pendidikan Pancasila yang meliputi:
vi
Tantangan Pendidikan Pancasila
Tantangan yang dihadapi dalam proses pembelajaran pendidikan pancasila pada era revolusi
saat ini peserta didik yang sudah terlepas dari ponsel pintar, saat ini mereka dengan mudah
mendapatkan informasi dari luar melalui internet yang terkadang informasi tersebut tidak
sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Namun hal tersebut juga dapat diatasi dengan cara
memanfaatkan perkembangan informasi serta Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
menjadi media dalam penanaman dan penguatan Pancasila di era revolusi. Guru dan dosen
dituntut untuk dapat lebih kreatif dalam mengembangkan metode pembelajaran pendidikan
Pancasila melalui media pembelajaran, seperti membuat game serta film animasi yang
mangajarkan nilai-nilai Pancasila dan sekaligus dapat pula membentuk karakter peserta didik.
Hal itu dapat diketahui dari sejarah perjalanan Pancasila sebagai dasar negara,
pandanganhidup bangsa, ideologi nasional, sumber dari segala sumber hukum negara yang
diwarnai oleh berbagai konsepsi tentang bagaimana upaya guna mewujudkan cita – cita dan
tujuan nasional, termasuk konsepsi yang digagas oleh penganut paham yang bukan
berasaskan Pancasila Oleh karena itu, sebagai ideologi terbuka dan konsep falsifikalisme,
Pancasila selalu dihadapkan dengan adanya ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan.
Hanya keteguhan yang sungguh – sungguh dari setiap insan Indonesia yang dapat menjamin
eksistensi Pancasila dapat lestari sepanjang masa.
vii
Pendidikan Pancasila terutama bagi kalangan generasi muda (mahasiswa) merupakan sesuatu
langkah yang sangat penting untuk dilakukan. Mengingat, mereka akan menjadi penentu
keberhasilan dan perwujudan cita– cita Proklamasi 17 Agustus Tahun 1945. Ditegaskan
kembali bahwa secara historis, yang tampil sebagai pejuang dan pendiri Bangsa dan Negara
ini, adalah kalangan generasi muda pada masanya.
Oleh karena itu, generasi muda saat ini harus tahu, mau dan mampu mewarisi nilai – nilai
historis, bagaimana eksistensi generasi muda dalam mendirikan dan mengisi kemerdekaan
NKRI termasuk melahirkan konsepsi Pancasila yang dimulai dari sidang BPUPKI 29 Mei – 1
Juni 1945, 22 Juni 1945, dan 18 Agustus 1945.
Perlu ditegaskan kembali bahwa secara Sosiologis, Pancasila merupakan tampilan sikap dan
perilaku insan Indonesia dalam pergaulan sosial kemasyarakatan sehari-hari yang sekaligus
menjadikannya sebagai karakter masyarakat bangsa Indonesia. Oleh karena itu, generasi
muda sangat perlu untuk tetap memelihara perilaku sosial yang tetap berkarakter Pancasila,
walaupun dinamika kehidupan sosial saat ini diwarnai oleh berbagai pengaruh dan penetrasi
soaial budaya asing.
Era globalisasi tidak saja menghadirkan berbagai kemajuan dalam berbagai bidang yang
dapat membantu mempermudah pekerjaan manusia, melainkan secara simultan
menghadirkan berbagai ekses negatif yang tidak dapat diprediksi. Diperlukan kompetensi
warga negara yang mampu menyikapi berbagai persoalan globalisasi tersebut secara
bijaksana, baik kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang mumpuni, yang akan
mampu menjawab berbagai persoalan globalisasi yang mengemuka.
Pancasila sebagai Ideologi dan Dasar Negara Indonesia merupakan pilihan ideologi yang
sangat tepat yang mesti dijadikan rujukan utama bagi setiap warga negara dalam bertindak
dalam konteks global. Hal ini tidak lain agar sikap dan perilaku yang ditampilkannya sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, sikap dan perilaku berkarakter Pancasila, yang
terefleksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila sebagai dasar negara, ideologi bangsa dan negara merupakan kekayaan bangsa
yang tidak ternilai harganya bagi eksistensi dan kelangsungan hidup dan kehidupan bangsa
Indonesia. Dapat dimaknai bahwa tidak ada Indonesia bila tidak ada Pancasila. Mengingat
kedudukannya yang sangat penting dan strategis maka bangsa Indonesia perlu memposisikan
Pancasila dalam wadah yang kuat, tegas, dan sah secara hukum.
viii
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
diuraikan, ideologi mengandung nilai-nilai dasar, norma-norma dan cita-cita yang ingin
diwujudkan oleh masyarakat penganutnya. Karena itu, ideologi memiliki peranan sebagai
dasar, arah, dan tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Pancasila perlu disosialisasikan agar dipahami oleh dunia sebagai landasan filosofis bangsa
yang sejahtera dan modern. Sebagai ideologi nasional, ia harus diperjuangkan untuk diterima
3.2 Saran
saran kami yang pertama untuk bapak dosen jikalau makalah kami masih banyak kekurangan
mohon kritik dan sarannya supaya kedepannya kami bisa memahami materi yang kami
sampaikan hari ini dengan baik. Saran yang kedua yaitu untuk teman-teman sekalian jika ada
yang kurang dari makalah yang kami buat mohon kritik dan sarannya dari teman-teman
sekalian supaya kita semua dapat memahami materi ini dengan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Darmini Roza dan Laurensius Arliman S Peran Pemerintah Daerah Di Dalam Melindungi
Hak
Laurensius Arliman S, Komnas HAM dan Perlindungan Anak Pelaku Tindak Pidana,
Sebagai
Tersangka Tindak Pidana Di Satlantas Polresta Pariaman, Justicia Islamica, Volume 13,
Nomor 2, 2016.
Penegakan
Di
Indonesia
Rights
In The Area Of Social Conflict, The 1st Ushuluddin and Islamic Thought International
Untuk
Laurensius Arliman S, Menjerat Pelaku Penyuruh Pengrusakan Barang Milik Orang Lain
Nomor 1, 2019.
Laurensius Arliman S, Isdal Veri, Gustiwarni, Elfitrayenti, Ade Sakurawati, Yasri, Pengaruh
Mediasi, Jurnal Menara Ekonomi: Penelitian dan Kajian Ilmiah Bidang Ekonomi,
Mencapai
Tujuan Negara Hukum, Kertha Semaya Journal Ilmu Hukum, Volume 8, Nomor 7, 2020.
Laurensius Arliman S, Aswandi Aswandi, Firgi Nurdiansyah, Laxmy Defilah, Nova Sari
Yudistia, Ni Putu Eka, Viona Putri, Zakia Zakia, Ernita Arief, Prinsip, Mekanisme Dan
Bentuk Pelayanan Informasi Kepada Publik Oleh Direktorat Jenderal Pajak, Volume 17,
No Nomor, 2020.
Narkoba
Polda Sumbar Dalam Penimbangan Barang Bukti Penyalahgunaan Narkotika, UIR Law
Muhammad Afif dan Laurensius Arliman S, Protection Of Children's Rights Of The Islamic
And
Pancasila dalam Perspektif Hak Asasi Manusia, Prosiding Konferensi Nasional Hak
Masa Pandemi Covid-19: Tantangan untuk Keilmuan Hukum dan Sosial Volume 1,
xii
MAKALAH
PENDIDIKAN PANCASILA
Dosen pengampu: Dede Abdurohman
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG 2023
13
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tanpa halangan suatu apapun.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Pak Dede Abdurohman sebagai
dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah membantu
memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini .
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Semoga dengan mempelajari pendirian bisnis, kita dapat
menambah wawasan dan dapat mengamalkanya.
14
DAFTAR ISI
15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai upaya membentuk karakter bangsa, tentu tidak terlepas dari pendidikan karena
pendidikan merupakan usaha mengembangkan potensi dan kreativitas dirinya, yaitu nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia.
Seperti yang diatur pada UU no 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional : Bab 1 ayat
(2)
Mata kuliah Pendidikan Pancasila merupakan mata kuliah yang termasuk dalam kelompok Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK).
17
menerbitkan SK, Nomor 25/DIKTI/KEP/1985, tentang Penyempurnaan
Kurikulum Inti Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Sebelumnya, Dirjen Dikti telah
mengeluarkan SK tertanggal 5 Desember 1983, Nomor 86/DIKTI/Kep/1983,
tentang Pelaksanaan Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila Pola Seratus Jam di Perguruan Tinggi. Kemudian, dilengkapi dengan
SK Kepala BP-7 Pusat tanggal 2 Januari 1984, Nomor KEP/01/BP-7/I/1984,
tentang Penataran P-4 Pola Pendukung 100 Jam bagi Mahasiswa Baru
Universitas/Institut/Akademi Negeri dan Swasta, menyusul kemudian
diterbitkan SK tanggal 13 April 1984, No. KEP-24/BP-7/IV/1984, tentang
Pedoman Penyusunan Materi Khusus sesuai Bidang Ilmu yang Diasuh
Fakultas/Akademi dalam Rangka Penyelenggaraan Penataran P-4 Pola
Pendukung 100 Jam bagi Mahasiswa Baru Universitas/Institut/Akademi Negeri
dan Swasta.
Dampak dari beberapa kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan Penataran
P-4 tersebut, terdapat beberapa perguruan tinggi terutama perguruan tinggi
swasta yang tidak mampu menyelenggarakan penataran P-4 Pola 100 jam
sehingga tetap menyelenggarakan mata kuliah pendidikan Pancasila dengan
atau tanpa penataran P-4 pola 45 jam. Di lain pihak, terdapat pula beberapa
perguruan tinggi negeri maupun swasta yang menyelenggarakan penataran
P-4 pola 100 jam bersamaan dengan itu juga melaksanakan mata kuliah
pendidikan Pancasila.
Dalam era kepemimpinan Presiden Soeharto, terbit Instruksi Direktur Jenderal
Perguruan Tinggi, nomor 1 Tahun 1967, tentang Pedoman Penyusunan Daftar
Perkuliahan, yang menjadi landasan yuridis bagi keberadaan mata kuliah
Pancasila di perguruan tinggi. Keberadaan mata kuliah Pancasila semakin
kokoh dengan berlakunya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang pada pasal 39
ditentukan bahwa kurikulum pendidikan tinggi harus memuat mata kuliah
pendidikan Pancasila. Kemudian, terbit peraturan pelaksanaan dari ketentuan
18
yuridis tersebut, yaitu khususnya pada pasal 13 ayat (2) Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1999, tentang Pendidikan Tinggi, jo.
Pasal 1 SK Dirjen Dikti Nomor 467/DIKTI/Kep/1999, yang substansinya
menentukan bahwa mata kuliah pendidikan Pancasila adalah mata kuliah
yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa baik program diploma maupun
19
terdapat beberapa perguruan tinggi negeri yang tetap mempertahankan mata
kuliah pendidikan Pancasila, salah satunya adalah Universitas Gajah Mada
(UGM).
20
memuat mata kuliah: agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa
Indonesia.
Dengan demikian, pembuat undang-undang menghendaki agar mata kuliah
pendidikan Pancasila berdiri sendiri sebagai mata kuliah wajib di perguruan
tinggi.
Anda dipersilakan untuk mencari informasi dari berbagai sumber tentang
dinamika pendidikan Pancasila di universitas/perguruan tinggi masingmasing, apakah terjadi pasang surut
pelaksanaan pendidikan Pancasila.
22
informasi menjadi kekuatan yang amat berpengaruh dalam berbagai
aspek kehidupan, tapi juga yang rentan terhadap "manipulasi" informasi
dengan segala dampaknya.
Ketiga perubahan tersebut telah mendorong terjadinya pergeseran nilai yang
dialami bangsa Indonesia, sebagaimana terlihat dalam pola hidup masyarakat
pada umumnya, termasuk dalam corak perilaku kehidupan politik dan ekonomi
yang terjadi saat ini. Dengan terjadinya perubahan tersebut, diperlukan
reaktualisasi nilai-nilai Pancasila agar dapat dijadikan acuan bagi bangsa
Indonesia dalam menjawab berbagai persoalan yang dihadapi saat ini dan
yang akan datang, baik persoalan yang datang dari dalam maupun dari luar.
Kebelum-berhasilan kita melakukan reaktualisasi nilai-nilai Pancasila tersebut
menyebabkan keterasingan Pancasila dari kehidupan nyata bangsa
Indonesia.
Kedua, terjadinya euphoria reformasi sebagai akibat dari traumatisnya
masyarakat terhadap penyalahgunaan kekuasaan di masa lalu yang
mengatasnamakan Pancasila. Semangat generasi reformasi untuk
menanggalkan segala hal yang dipahaminya sebagai bagian dari masa lalu
dan menggantinya dengan sesuatu yang baru, berimplikasi pada munculnya
‘amnesia nasional' tentang pentingnya kehadiran Pancasila sebagai
“grundnorm” (norma dasar) yang mampu menjadi payung kebangsaan yang
menaungi seluruh warga yang beragam suku bangsa, adat istiadat, budaya,
bahasa, agama, dan afiliasi politik. Memang, secara formal Pancasila diakui
sebagai dasar negara, tetapi tidak dijadikan pilar dalam membangun bangsa
yang penuh problematika saat ini.
Sebagai ilustrasi misalnya, penolakan terhadap segala hal yang berhubungan
dengan Orde Baru, menjadi penyebab mengapa Pancasila kini absen dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Harus diakui, di masa lalu memang
terjadi mistifikasi dan ideologisasi Pancasila secara sistematis, terstruktur, dan
massif yang tidak jarang kemudian menjadi senjata ideologis untuk
23
mengelompokkan mereka yang tak sepaham dengan pemerintah sebagai
"tidak Pancasilais" atau "anti Pancasila" . Pancasila diposisikan sebagai alat
penguasa melalui monopoli pemaknaan dan penafsiran Pancasila yang
digunakan untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan. Akibatnya, ketika
terjadi pergantian rezim di era reformasi, muncullah demistifikasi dan
dekonstruksi Pancasila yang dianggapnya sebagai simbol, sebagai ikon dan
instrumen politik rezim sebelumnya. Pancasila ikut dipersalahkan karena
dianggap menjadi ornamen sistem politik yang represif dan bersifat monolitik
sehingga membekas sebagai trauma sejarah yang harus dilupakan.
Pengaitan Pancasila dengan sebuah rezim pemerintahan tententu, menurut
saya, merupakan kesalahan mendasar. Pancasila bukan milik sebuah era
atau ornamen kekuasaan pemerintahan pada masa tertentu. Pancasila juga
bukan representasi sekelompok orang, golongan atau orde tertentu. Pancasila
adalah dasar negara yang akan menjadi pilar penyangga bangunan
arsitektural yang bernama Indonesia. Sepanjang Indonesia masih ada,
Pancasila akan menyertai perjalanannya. Rezim pemerintahan akan berganti
setiap waktu dan akan pergi menjadi masa lalu, akan tetapi dasar negara akan
tetap ada dan tak akan menyertai kepergian sebuah era pemerintahan!
kali bung Karno mengatakan bahwa beliau bukan pembentuk atau pencipta
Pancasila, melainkan penggali Pancasila, tetapi sejarah telah menorehkan
tinta emas, bahwa dijadikannya Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara
sangat terkait erat dengan peran dan pemikiran besar Bung Karno.
Yang kedua, memperingati pidato 1 Juni 1945 adalah menjadi misi kita
kedepan ini melakukan aktualisasi agar pikiran-pikiran besar dan fundamental
itu terus dapat diaktualisasikan guna menjawab tantangan dan persoalan yang
kita hadapi di masa kini dan masa depan.
Hadirin yang saya muliakan,
Disamping kontemplasi dan aktualisasi, yang mencerminkan pidato refleksi
kesejarahan pada kesempatan yang mulia ini, sekali lagi ,saya ingin
24
menyampaikan tentang satu hal penting, yaitu sebuah pemikiran tentang
perlunya revitalisasi Pancasila, sebagai dasar dan ideologi negara dan
sekaligus sebagai rujukan dan inspirasi bagi upaya menjawab berbagai
tantangan kehidupan bangsa. Saya yakin, yang ada di ruangan ini bahkan
rakyat kita di seluruh tanah air bersetuju, Pancasila harus kita revitalisasikan
dan aktualisasikan.
Pertanyaannya, bagaimana cara mengaktualisasikan yang efektif sehingga
rakyat kita bukan hanya menghayati tetapi juga mengamalkan nilai-nilai
Pancasila?
….Sekali lagi saudara-saudara,ini sangat fundamental, yaitu dasar dari
Indonesia merdeka, dasar dari negara kita adalah ideologi Pancasila.
Saudara-saudara, akhir-akhir ini saya menangkap kegelisahan dan
kecemasan banyak kalangan, melihat fenomena dan realitas kehidupan
masyarakat kita termasuk alam pikiran yang melandasinya. Apa yang terjadi
pada tingkat publik kita ada yang cemas jangan-jangan dalam era reformasi
demokratisasi dan globalisasi ini sebagian kalangan tertarik dan tergoda untuk
menganut ideologi lain, selain Pancasila. Ada juga yang cemas dan
mengkhawatirkan jangan-jangan ada kalangan yang kembali ingin
menghidupkan pikiran untuk mendirikan negara berdasarkan agama.
Terhadap godaan, apalagi gerakan nyata dari sebagian kalangan yang
memaksakan dasar negara selain Pancasila, baik dasar agama ataupun
ideologi lain sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, saya harus
mengatakan dengan tegas bahwa, niat dan gerakan politik itu bertentangan
dengan semangat dan pilihan kita untuk mendirikan negara berdasarkan
Pancasila. Gerakan dan paksaan semacam itu tidak ada tempat dibumi
Indonesia. Jika gerakan itu melanggar hukum tentulah tidak boleh kita biarkan,
tetapi satu hal, cara-cara menghadapi dan menangani gerakan semacam itu
haruslah tetap bertumpu pada nilai-nilai demokrasi dan aturan hukum atau
rule of law. Tidak boleh main tuding dan main tuduh karena akan memancing
25
aksi adu domba yang akhirnya menimbulkan perpecahan bangsa.
Disamping itu, negara tidak dapat dan tidak seharusnya mengontrol
pandangan dan pendapat orang seorang. "We cannot and we should not
control the mind of the people", kecuali apabila pemikiran itu dimanifestasikan
dalam tindakan nyata yang bertentangan dengan konstitusi, Undang-Undang
dan aturan hukum lain, negara harus mencegah dan menindaknya.
Kuncinya saudara-saudara, negara mesti bertindak tegas dan tepat, tetapi
tidak menimbulkan iklim ketakutan serta tetap dalam cara-cara yang
demokratis dan berlandaskan kepada rule of law. Negara harus membimbing
dan mendidik warganya untuk tidak menyimpang dari konstitusi dan perangkat
perundang-undangan lainnya….
….Akhirnya,saya telah menyampaikan dua substansi utama dalam pidato ini,
yang pertama tadi adalah refleksi dan kontempelasi pikiran-pikiran besar Bung
Karno, kemudian yang kedua adanya keperluan bagi kita untuk melakukan
revitalisasi nilai-nilai Pancasila melalui cara-cara yang efektif dan perlu kita
garis bawahi melalui edukasi, sosialisasi, dan keteladanan.
Dan pada kesempatan yang baik ini hadirin yang saya muliakan,saya ingin
mengingatkan kembali bahwa Pancasila bukanlah doktrin yang dogmatis,
tetapi sebuah living ideology, sebuah working ideology. Sebagai ideologi yang
hidup dan terbuka,Pancasila akan mampu melintasi dimensi ruang dan waktu.
http://setkab.go.id/berita-1927-pidato-presiden-ri-1-juni-2011.html
Selain pidato dari 3 orang Presiden sebagaimana tersebut di atas coba Anda
telusuri dari berbagai sumber tentang pidato presiden Republik Indonesia
yang lainnya yang berkaitan dengan pentingnya pendidikan Pancasila dalam
rangka membina karakter bangsa Indonesia.
Berdasarkan pidato di atas, Anda diminta untuk mengemukakan poin
utama isi pidato ketiga presiden tersebut yang terkait dengan pembinaan
kesadaran masyarakat dan aparatur dalam menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bernegara.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan dan saran
A. Kesimpulan
Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti dasar, sendi, asas, atau
peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan demikian pancasila merupakan lima dasar
yang berisi pedoman atau aturan atau tentang tingkah laku yang penting dan baik. Pancasila
dapat kita artikan sebagai lima dasar yang dijadikan dasar negara serta pandangan hidup bangsa.
Suatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tanpa dasar negara yang kuat dan tidak
dapat mengetahui dengan jelas kemana arah tujuan yang akan dicapai tanpa pandangan hidup.
Dengan adanya dasr negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam menghadapi
permasalahan baik yang dari dalam maupun luar.
27
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata sempurna
kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan tentang makalah dengan sumber-
sumber lebih banyak dan lebih bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?
q=membangun+argumen+tentang+dinamika&rlz=1C1CHBF_enID838ID838&oq=membangun+
argume&aqs=chrome.0.0i512j69i57j0i390l4.15320j0j15&sourceid=chrome&ie=UTF-8
https://osf.io/t3ykg/download/?format=pdf - :~:text=Latar%20Belakang-,Pancasila%20adalah
%20sebagai%20dasar%20falsafah%20negara%20oindonesia%2C%20sehingga%20dapat
%20diartikan,bagian%20pertahanan%20bangsa%20dan%20negara
28
MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA
Dosen Pengampu :
Di susun oleh :
Kelompok 4
UNIVERSITAS PAMULANG
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Menggali Sumber Historis Sosiologis
Politis Tentang Pancasila Dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia” dapat kami selesaikan
dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca tentang pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa terjadi dalam bahasa keseharian
yang bisa kita pelajari salah satunya dari karya tulis ilmiah. Begitu pula atas limpahan kesehatan
dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun
melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan banyak kontribusi bagi kami, kepada teman-teman
seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi
yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia,
melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran
yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Kami
menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang
lebih baik pada kesempatan berikutnya.
Penyusun
xxx
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................11
3.2 Saran............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12
xxxi
BAB I
PENDAHULUAN
Tampaknya, Pancasila khususnya Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
masih kurang dipahami benar oleh sebagian bangsa Indonesia. Padahal, maraknya korupsi,
suap, main hakim sendiri, anarkis, sering terjadinya konflik dan perpecahan, dan adanya
kesenjangan sosial saat ini, kalau diruntut lebih disebabkan belum dipahaminya, dihayati, dan
diamalkannya Pancasila.
xxxii
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang disampaikan diatas, ada
beberapa tujuan yang ingin dicapai, yang terdiri atas:
1. Dapat mengetahui dan memahami arti sesungguhnya Pancasila sebagai sumber
Historis
2. Dapat mengetahui dan memahami arti sesungguhnya Pancasila sebagai sumber
Sosiologis
3. Dapat mengetahui dan memahami arti sesungguhnya Pancasila sebagai sumber
Politis
1.4 Manfaat
1. Menambah wawasan tentang Pancasila dari sumber Historis
2. Menambah wawasan tentang Pancasila dari sumber Sosiologis
3. Menambah wawasan tentang Pancasila dari sumber Politis
xxxiii
BAB II
PEMBAHASAN
xxxiv
b) Pancasila Era Kemerdekaan
Bangsa Indonesia pasca kemerdekaan mengalami banyak perkembangan.
Sesaat setelah kemerdekaan Indonesia pada 1945, Pancasila melewati masa-masa
percobaan demokrasi. Pada waktu itu, Indonesia masuk ke dalam era percobaan
demokrasi multi-partai dengan sistem kabinet parlementer. Partai-partai politik
pada masa itu tumbuh sangat subur, dan proses politik yang ada cenderung selalu
berhasil dalam mengusung kelima sila sebagai dasar negara (Somantri, 2006).
Pancasila pada masa ini mengalami masa kejayaannya. Selanjutnya, pada akhir
tahun 1959, Pancasila melewati masa kelamnya dimana Presiden Soekarno
menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Pada masa itu, presiden dalam rangka
tetap memegang kendali politik terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk
memerankan politik integrasi paternalistik (Somantri, 2006). Pada akhirnya,
sistem ini seakan mengkhianati nilai-nilai yang ada dalam Pancasila itu sendiri,
salah satunya adalah sila permusyawaratan. Kemudian, pada 1965 terjadi sebuah
peristiwa bersejarah di Indonesia dimana partai komunis berusaha melakukan
pemberontakan.
xxxv
keadaan dewasa ini. Stabilitas yang diiringi dengan maraknya pembangunan di
segala bidang. Era pembangunan, era penuh kestabilan, menimbulkan romantisme
dari banyak kalangan. Diera Orde Baru, yakni stabilitas dan pembangunan, serta
merta tidak lepas dari keberadaan Pancasila. Pancasila menjadi alat bagi
pemerintah untuk semakin menancapkan kekuasaan di Indonesia. Pancasila begitu
diagung-agungkan; Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai dan hakikatnya
kepada rakyat; dan rakyat tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang
mengganjal. Menurut Hendro Muhaimin bahwa Pemerintah di era Orde Baru
sendiri terkesan “menunggangi” Pancasila, karena dianggap menggunakan dasar
negara sebagai alat politik untuk memperoleh kekuasaan.Disamping hal
tersebut,penanaman nilai-nilai Pancasila di era Orde Baru juga dibarengi dengan
praktik dalam kehidupan sosial rakyat Indonesia.Kepedulian antar warga sangat
kental,toleransi di kalangan masyarakat cukup baik, dan budaya gotong-royong
sangat dijunjung tinggi. Selain penanaman nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari
penggunaan Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi, yang
menyatakan bahwa semua organisasi, apapun bentuknya, baik itu organisasi
masyarakat, komunitas, perkumpulan, dan sebagainya haruslah mengunakan
Pancasila sebagai asas utamanya.
Pada era Orde Baru sebagai era “dimanis-maniskannya” Pancasila. Secara
pribadi, Soeharto sendiri seringkali menyatakan pendapatnya mengenai
keberadaan Pancasila, yang kesemuanya memberikan penilaian setinggi-tingginya
terhadap Pancasila. Ketika Soeharto memberikan pidato dalam Peringatan Hari
Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1967. Soeharto mendeklarasikan Pancasila sebagai
suatu force yang dikemas dalam berbagai frase bernada angkuh, elegan, begitu
superior. Dalam pidato tersebut, Soeharto menyatakan Pancasila sebagai
“tuntunan hidup”, menjadi “sumber tertib sosial” dan “sumber tertib seluruh
perikehidupan”, serta merupakan “sumber tertib negara” dan “sumber tertib
hukum”. Kepada pemuda Indonesia dalam Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober
1974, Soeharto menyatakan, “Pancasila janganlah hendaknya hanya dimiliki, akan
tetapi harus dipahami dan dihayati!” Dapat dikatakan tidak ada yang lebih kuat
maknanya selain Pancasila di Indonesia, pada saat itu, dan dalam era Orde Baru.
e) Pancasila Era Reformasi
Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks
sebagai dasar negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap
warga negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki
persepsi dan sikap yang sama terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai
paradigma ketatanegaraan artinya pancasila menjadi kerangka berpikir atau pola
berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar negara ia sebagai landasan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai negara hukum, setiap perbuatan baik
dari warga masyarakat maupun dari pejabat-pejabat harus berdasarkan hukum,
xxxvi
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam kaitannya dalam
pengembangan hukum, Pancasila harus menjadi landasannya. Artinya hukum
yang akan dibentuk tidak dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila
Pancasila. Substansi produk hukumnya tidak bertentangan dengan sila-sila
pancasila.
2.2 Sumber Sosiologis Pancasila
Sosiologi dipahami sebagai ilmu tentang kehidupan antar manusia. Di
dalamnya mengkaji,antara lain latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial
dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat, disamping juga mengkaji
masalah-masalah sosial, perubahan dan pembaharuan dalam masyarakat.
Soekanto (1982:19) menegaskan bahwa dalam perspektif sosiologi, suatu
masyarakat pada suatu waktu dan tempat memiliki nilai-nilai yang
tertentu.Melalui pendekatan sosiologis ini pula, Anda diharapkan dapat mengkaji
struktur sosial,proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, dan masalah-
masalah sosial yang patut disikapi secara arif dengan menggunakan standar nilai-
nilai yang mengacu kepada nilai-nilaiPancasila. Berbeda dengan bangsa-bangsa
lain, bangsa Indonesia mendasarkan pandangan hidupnya dalam bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara pada suatu asas kultural yang dimiliki dan melekat pada
bangsa itu sendiri. Nilai-nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila bukan hanya hasil konseptual seseorang saja,melainkan
juga hasil karya besar bangsa Indonesia sendiri, yang diangkat dari nilai-nilai
kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri melalui proses refleksi
filosofis parapendiri negara
xxxvii
2.3 Sumber Politis Pancasila
Sebagaimana diketahui bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
Pancasila bersumber dan digali dari local wisdom, budaya, dan pengalaman
bangsa Indonesia, termasuk pengalaman dalam berhubungan dengan bangsa-
bangsa lain. Nilai-nilai Pancasila, misalnya nilai kerakyatan dapat ditemukan
dalam suasana kehidupan pedesaan yang pola kehidupan bersama yang bersatu
dan demokratis yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan sebagaimana tercermin
dalam sila keempat Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan
dalam Permusyawaratan/Perwakilan. Semangat seperti ini diperlukan dalam
mengambil keputusan yang mencerminkan musyawarah. Perlu ditegaskan
kembali bahwa secara Politik, Pendidikan Pancasila merupakan kebijakan
pemerintah NKRI agar Pancasila menjadi kultur (budaya) politik Bangsa
Indonesia guna mengisi dan menjadi jiwa tatanan lingkup kehidupan infrastruktur
politik dan suprastruktur politik termasuk dalam hubungan timbal balik sesama
struktur politik termaksud. Oleh karena itu, pendidikan politik bagi kalangan
generasi muda/mahasiswa harus merupakan upaya penanaman dan pembudayaan
Pancasila, sehingga mereka menjadi insan – insan teladan dalam memahami,
menghayati dan mengaktualkan nilai-nilai Pancasila sejak dini sekaligus mampu
sebagai teladan dalam melestarikan budaya dan perilaku Pancasila.
xxxviii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sumber hukum yang paling mendasar dari negara Republik Indonesia adalah Pancasila.
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia, termasuk hukum yang berlaku di
Indonesia. Dengan dasar hukum pancasila, akan tercipta jiwa yang menjunjung tinggi
keadilan social dan tidak bertentangan dengan norma-norma hukum yang berlaku.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum tersirat dalam UUD 1945 alinea 4
yang pada hakekatnya di bentuk sebuah undang-undang maupun peraturan lainnya bertujuan
untuk mengatur perilaku masyarakat didalam hubungannya antar anggota masyarakat yang
lain, sehingga di harapkan mampu menjamin sebuah kepastian hukum.Sebagai generasi
muda, kita harus mengamalkan Pancasila sebagai sumber hukum yaitu dengan cara
memaknai Pancasila itu sendiri.
3.2 Saran
Semoga dengan penjabaran tadi mengenai Pancasila sebagai sumber dari selaga ini
menjadi suatu langkah awal kita untuk menumbuhksn rasa cinta tanah air di dalam diri warga
Indonesia, serta mendorong tumbuhnya rasa rela berkorban dan selalu ingin mengabdikan
diri kepada bangsa dan Negara
xxxix
DAFTAR PUSTAKA
http://stiebanten.blogspot.com/2011/06/hambatan-dan-tantangan-dalam.html
http://dianhardiantii.blogspot.com/2014/12/makalah-pkn-pancasila-sebagai-
sumber.html
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/8-PendidikanPancasila.pdf
http://andisarai.blogspot.com/2016/10/makalah-pendidikan-pancasila-
tantangan.html
https://osf.io/fmdhu/download.
PENDIDIKAN PANCASILA
MATERI MENGGALI SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, DAN
POLITIS, TENTANG PANCASILA DALAM SEJARAH BANGSA
INDONESIA
Dosen Pengampu:
xl
Oleh: Kelompok 3
2022/2023
xli
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena atas
limpahan rahmatnya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah Pendidikan
Pancasiladan dengan materi “Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis,
tentang Pancasila dalam Sejara Bangsa Indonesia”.
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................3
PENDAHULUAN...............................................................................................3
PEMBAHASAN.................................................................................................5
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama
dengan bangsa Indonesia sejak dulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang
saling berhubungan. Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan
kejadian masa sekarang dan semuanya bersumber pada masa yang akan datang.
Hal ini berarti bahwa semua aktivitas manusia pada masa lampau berkaitan
dengan kehidupan masa sekarang untuk mewujudkan masa depan yang berbeda
dengan masa sebelumnya. Dasar Negara merupakan alas, pijakan atau fundamen
yang mampu memberikan kekuatan terhadap berdirinya sebuah Negara. Negara
Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu
Pancasila
3
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sumber Historis Pancasila sebagai kajian Sejarah Bangsa Indonesia
5
1. Ketuhanan Yang Maha Esa: bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus-
putusnya orang percaya kepada Tuhan.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab: bahwa bangsa Indonesia terkenal
ramah tamah, sopan santun, lemah lembut dengan sesama manusia.
3. Persatuan Indonesia: bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya guyub,
rukun, bersatu, dan kekeluargaan.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan: bahwa unsur-unsur demokrasi sudah ada
dalam masyarakat kita.
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia: bahwa bangsa Indonesia
dalam menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat social dan
berlaku adil terhadap sesama.
6
b. Pancasila Era Kemerdekaan Bangsa Indonesia
Pasca kemerdekaan mengalami banyak perkembangan. Sesaat setelah
kemerdekaan Indonesia pada 1945, Pancasila melewati masa-masa
percobaan demokrasi. Pancasila pada masa ini mengalami masa
kejayaannya. Selanjutnya, pada akhir tahun 1959, Pancasila melewati masa
kelamnya dimana Presiden Soekarno menerapkan sistem demokrasi
terpimpin.
7
d. Pancasila Era Orde Baru
Era Orde Baru dalam sejarah republik ini merupakan masa pemerintahan
yang terlama, dan bisa juga dikatakan sebagai masa pemerintahan yang
paling stabil. Stabilitas yang diiringi dengan maraknya pembangunan di
segala bidang. Diera Orde Baru, yakni stabilitas dan pembangunan, serta
merta tidak lepas dari keberadaan Pancasila.
8
2.2 Sumber Sosiologis tentang Pancasila sebagai Sejarah Bangsa Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila (ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
keadilan) secara sosiologis telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu
hingga sekarang. Salah satu nilai yang dapat ditemukan dalam masyarakat
Indonesia sejak zaman dahulu hingga sekarang adalah nilai gotong royong.
Misalnya dapat dilihat, bahwa kebiasaan bergotong royong, baik berupa saling
membantu antar tetangga maupun bekerjasama untuk keperluan umum di
desa- desa. Kegiatan gotong royong itu dilakukan dengan semangat
kekeluargaan sebagai cerminan dari sila Keadilan Sosial.
9
Berikut unsur-unsur Politis Pancasila sebagai Ideologi Negara antara lain:
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Setelah mengetahui sumber historis, sosiologis, dan politik dari
Pancasila, dengan penjelasan di atas kami mengharap ini menjadi suatu
langkah awal bagi generasi muda saat ini untuk bisa mulai mempraktikan
kelima sila dari Pancasila dengan menumbuhkan rasa cinta tanah air di dalam
diri warga Indonesia, serta mendorong tumbuhnya rasa rela berkorban dan
selalu ingin mengabdikan diri kepada Bangsa supaya menjadi Negara
makmur di masa depan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Wico Mardiono Putra, Sumber Historis Pancasila Sebagai Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia.
https://www.studocu.com/id/document/universitas-
airlangga/pancasila/sumber-historis-pancasila-sebagai-kajian-sejarah-
bangsa-indonesia/18099775
12
MAKALAH
PENDIDIKAN PANCASILA
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang telah memberikan hikmah,
hidayah, kesehatan serta umur yang panjang sehingga makalah ini yang berjudul “Pancasila
Sebagai Dasar Negara” ini dapat terselesaikan. Kami juga berterima kasih kepada Ibu
Nufikha Ulfah, M.Pd. yang memberikan tugas ini untuk pembelajaran dan penilaian untuk
mata kuliah Pancasila ini.
Dalam makalah ini kami akan membahas masalah mengenai “Pancasila Sebagai
Dasar Negara” karena sangat penting untuk kita ketahui apa itu Pancasila dan kami juga akan
membahas lebih detil tentang Hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun
1945 . Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun
menuju kesempurnaan dari pada pembaca untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
14
DAFTAR ISI
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari
dua kata dari Sansekerta: pañca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa, tanggal 1 Juni
diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila. Pancasila adalah nilai-nilai kehidupan
Indonesia sejak jaman nenek moyang sampai dewasa ini. Berdasarkan hal tersebut
terdapatlah perbedaan antara masyarakat Indonesia dengan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia. Kesepakatan bersama tersebut sifatnya luhur, tidak boleh
diganti ataupun diubah. Masyarakat pancasila pulalah yang hendak kita wujudkan,
artinya suatu masyarakat Indonesia modern berdasarkan nilai luhur tersebut. Untuk
mewujudkan masyarakat pancasila, diperlukan suatu hukum yang berisi norma-
norma, aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang harus dilaksanakan dan ditaati
oleh setiap warga negara Indonesia. Hukum yang dimaksud yaitu UUD 1945 sebagai
hukum dasar tertulis di negara kita.
Dengan ditulisnya makalah ini harapan saya dapat sedikit membantu memberikan
gambaran bahwa tujuan mempelajari pancasila adalah untuk mempelajari pancasila
yang benar. Mempelajari pancasila yang benar, yakni yang dapat di pertanggung
jawabkan baik secara yuridis, konstitusional, maupun secara objektif – ilmiah. Secara
yuridis – konstitusional artinya karena pancasila adalah dasar negara yang di
pergunakan sebagai dasar mengatur dan menyelenggarakan pemerintahan negara.
Oleh karena itu setiap orang boleh memberikan pengertian atau tafsiran menurut
pendapat sendiri. Secara objektif – ilmiah artinya karena pancasila adalah suatu
paham filsafat, suatu philoshofical way of thingking atau philoshophical system
sehingga uraian harus logis dan diterima oleh akal sehat.
16
A. Rumusan Masalah
1. Apakah hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945?
2. Bagaimana penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI tahun 1945?
B. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu:
2. Untuk mengetahui penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI tahun
1945
17
BAB II
PEMBAHASAN
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dan tertib hokum Republik
Indonesia, perumusan otentiknya termuat dalam pembukaan yang telah pasti demi
kepastian hukumnya. Oleh karena itu, Pancasila merupakan substitusi esensial
Pembukaan UUD 1945.
18
merupakan cerminan kesamaan-kesamaan kepentingan di antara sesama warga
bangsa.
19
Pancasila dasar negara kita dirumuskan dari nilai-nilai kehidupan masyarakat
Indonesia yang berasal dari pandangan hidup bangsa yang merupakan kepribadian,
bangsa perjanjian luhur serta tujuan yang hendak diwujudkan. Karena itu pancasila di
jadikan ideologi negara. Pancasila merupakan kesadaran cita-cita hukum serta cita-
cita moral luhur yang memiliki suasana kejiwaan serta watak bangsa Indonesia,
melandasi prolamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
Ketuhanan yang merupakan perintah secara pokok itu perlu diberi penjelasan.
Hal itulah yang termuat dalam penjelasan otentik UU Indonesiaa. Jadi pancasila
adalah jiwa, ini sumber dan landasan UUD 1945. Secara teknis dapat dikatakan
bahwa pokok- pokok pikiran yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 adalah garis
besar cita- yang terkandung dalam pancasila. Batang tubuh UUD 1945 merupakan
pokok-pokok nilai- nilai pancasila yang disusun dalam pasal-pasal.
20
berlandaskan atau bersumberkan pada peraturan yang lebih tinggi,yang pada akhirnya
dapat di pertanggung jawaban pada ketentuan UUD 1945.
Dalam kedudukan yang demikianlah,UUD alam kerangka tata urutan atau tata
tingkatan norma hukum yang berlaku,merupakan hukum yang berlaku yang
menempati kedudukan yang tinggi. Sehubungan dengan undang-undang dasar juga
berfungsi sebagai alat control untuk mengecek apakah norma hukum yang redah yang
berlaku sesuai atau tidak dengan ketentuan undang-undang dasar.
Selain dari apa yang diuraikan dimuka dan sesuai pula dengan penjelasan
undang-undang dasar 1945, pembukaan undang-undang dasar 1945 mempunyai
fungsi atau hubungan langsung dengan batang tubuh undang-undang dasar 1945 itu
sendiri ialah bahwa; pembukaan undang-undang dasar 1945 mengandung pokok-
pokok pikiran itu diciptakan oleh undang-undang dasar 1945 dalam pasal-pasalnya.
21
terpelihara dalam praktek penyelengaraan negara, meskipun tidak tertulis’. Inilah
yang dimaksudkan dengan konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan sebagai pelengkap
atau pengisi kekosongan yang timbul dari praktek kenegaraan, karena aturan tersebut
tidak terdapat dalam Undang-Undang dasar.
UUD 1945 yang hanya terdiri dari 37 pasal ditambah dengan Empat pasal
Aturan Peralihan dan dua ayat aturan Tambahan, maka UUD 1945 termasuk singkat
dan bersifat supel atau fleksibal. Dalam hubumgan ini penjelasan UUD 1945
mengemukakan bahwa telah cukuplah kalau Undang-Undang dasar hanya memuat
aturan-aturan pokok garis-garis besar sebagai instruksi kepada Pemerintah pusatdan
lain-lain penyelengaraan negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara. Undang-
Undang dasar yang disingkat itu sangat menguntungkan bagi negara seperti Indonesia
ini yang masih harus terus berkembang secara dinamis, sehingga dengan aturan-
aturan pokok itu akan merupakan aturan yang luwes, kenyal, tidak mudah ketinggalan
zaman, sedang aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan-aturan pokok itu
diserahkan kepada Undang-Undang yang lebih mudah caranya membuat, menubah
dan mencabut. Oleh karena itu, makin supel (elastic)
Sifatnya aturan itu makin baik. Jadi kita harus menjadi supaya sistem Undang-
Undang dasar jangan sampai ketinggalan zaman. Yang penting dalam pemerintahan
dan dalam hal hidupnya negara ialah semangat para pemimpin pemerintahan. Yaitu
semangat yang dinamis, positif dan konstuktif seperti yang dikehendaki oleh
pembukaan UUD 1945.
22
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
selutuh rakyat Indonesia”.
Sesuai dengan tempat keberadaan Pancasila yaitu pada Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945, maka fungsi pokok Pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya
adalah sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum di Indonesia,
sebagaimana tertuang dalam Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 (Ketetapan MPR
No. IX/MPR/1978). Hal ini mengandung konsekuensi yuridis, yaitu bahwa seluruh
peraturan perundang-undangan Republik Indonesia (Ketetapan MPR, Undang-
undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Praturan-peraturan
Pelaksanaan lainnya yang dikeluarkan oleh negara dan pemerintah Republik
Indonesia) harus sejiwa dan sejalan dengan Pancasila. Dengan kata lain, isi dan tujuan
Peraturan Perundang- undangan RI tidak boleh menyimpang dari jiwa Pancasila.
24
Jadi berdasar urut-urutan tertib hukum Indonesia Pembukaan UUD 1945
adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum Indonesia
bersumber pada Pancasila, atau dengan kata lain sebagai sumber tertib hukum
Indonesia. Hal ini berarti secara material tertib hukum Indonesia dijabarkan dari
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib
hukum indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi, sumber bentuk dan
sifat.
Selain itu dalam hubungannya dengan hakikat dan kedudukan pembukaan
UUD 1945 sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, maka sebenarnya
secara material yang merupakan esensi atau inti sari dari pokok kaidah negara
fundamental tersebut tidak lain adalah Pancasila Pembukaan yang berintikan
Pancasila merupakan sumber bagi batang tubuh UUD NRI Tahun 1945. Hal ini
disebabkan karena kedudukan hukum Pembukaan berbeda dengan pasal-pasal
atau batang tubuh UUD NRI Tahun 1945, yaitu bahwa selain sebagai
Mukadimah, Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 mempunyai kedudukan atau
eksistensi sendiri. Akibat hukum dari Pembukaan ini adalah memperkuat
kedudukan Pancasila sebagai norma dasar hukum tertinggi yang tidak dapat
diubah dengan jalan hukum dan melekat pada kelangsungan hidup Negara
Republik Indonesia.
25
dasar pokok bagi UUD, yaitu Pembukaan sebagai Pokok Kaidah Negara yang
Fundamental yang didalamnya temuat Pancasila. Walaupun UUD itu
merupakan hukum dasar Negara Indonesia yang tertulis atau konstitusi, namun
kedududkannnya bukanlah sebagai landasan hukum yang terpokok.
Pokok Kaidah yang tertulis bagi negara Indonesia pada saat ini
diharapkan tetap berupa pembukaan UUD NRI tahun 1945. Pembukaan UUD
NRI tahun 1945 tidak dapat diubah, karena menurut Bakry (201: 222), fakta
sejarah yang terjadi hanya satu kali tidak dapat diubah. Pembukaan UUD RI
tahun 1945 dapat juga tdak digunakan sebagai Pokok Kaidah tertulis yang dapat
diubah oleh kekuasaan yang ada, sebagaimana perubahan ketatanegaraa yang
pernah terjadi saat berlakunya Mukadimah UUDS 1950.
Pokok Kaidah yang tidak tertulis mencakup hukum Tuhan, hukum kodrat,
dan hukum etis. Pokok Kaidah yang tidak tertulis adalah fundamen moral
negara, yaitu “Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab”.
26
B. Penjabaran Pancasila dalam Batang Tubuh UUD NRI Tahun 1945
Pembukaan UUD NRI tahun 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang
meliputi suasana kebatinan, cita-cita dan hukum dan cita-cita moral bangsa Indonesia.
Pokok-pokok pikiran tersebut mengandung nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh
bangsa Indonesia karena bersumber dar pandangan hidup dan dasar negara, yaitu
Pancasila. Pokok-pokok pikiran yang bersumber dari Pancasila itulah yang dijabarkan
ke dalam batang tubuh melalui pasal-pasal UUD NRI tahun 1945.
Hubungan Pembukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dalam
batang tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung
pengertian Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan
batang tubuh UUD NRI tahun 1945, sedangkan hubungan organis berarti Pembukaan
dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan UUD NRI tahun 1945 yang
bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila tidak saja
merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah menjadi hukum positif.
27
D. Pokok pikiran keempat berintikan “Ketuhanan Yang Maha Esa”, yaitu negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab”.
Pokok pikiran pertama menegaskan bahwa aliran pengertian negara persatuan
diterima dalam Pembukaan UUD NRI tahun 1945, yaitu negara yang melindungi
bangsa Indonesia seluruhnya. Negara, menurut pokok pikiran pertama ini, mengatasi
paham golongan dan segala paham perorangan. Demikian pentingnya pokok pikiran
ini maka persatuan merupakan dasar negara yang utama. Oleh karena itu,
penyelenggara negara dan setiap warga negara wajib mengutamakan kepentingan
negara di atas kepentingan golongan atau perorangan.
Pokok pikiran kedua merupakan causa finalis dalam Pembukaan UUD NRI
tahun 1945 yang menegaskan suatu tujuan atau suatu cita-cita yang hendak dicapai.
Melalui pokok pikiran ini, dapat ditentukan jalan dan aturan-aturan yang harus
dilaksanakan dalam UUD sehingga tujuan atau cita-cita dapat dicapai dengan
berdasar kepada pokok pikiran pertama, yaitu persatuan. Hal ini menunjukkan bahwa
pokok pikiran keadilan sosial merupakan tujuan negara yang didasarkan pada
kesadaran bahwa manusia Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
29
hak asasi manusia yang luhur dan budi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok
pikiran keempat Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan asas moral bangsa dan
negara (Bakry, 2010; 210).
MPR RI telah melakukan amandemen UUD NRI tahun 1945 sebanyak empat
kali secara berturut-turut terjadi pada 19 Oktober 1999, 18 Agustus 2000, 9
November
2001, dan 10 Agustus 2001. Menurut Rindjin (2012: 245-246), keseluruhan batang
tubuh UUD NRI tahun 1945 yang telah mengalami amndemen dapat dikelompokkan
menjadi tiga bagian, yaitu;
3. Pasal-pasal yang berisi materi lain berupa aturan mengenai bendera negara, bahasa
negara, lambang negara, lagu kebangsaan, peerubahan UUD, aturan peralihan, dan
aturan tambahan.
ayat (3) : MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden
30
dalam masa jabatannya menurut UUD
31
2) Hubungan antara negara dan penduduknya yang meliputi warga negara, agama,
pertahanan negara, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
a. Pasal 26 ayat (2) : Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing
yang bertempat tinggal di Indonesia.
b. Pasal 27 ayat (3) : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
upaya pembelaan negara.
c. Pasal 29 ayat (2) : negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu.
d. Pasal 31 ayat (2) : setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.
e. Pasal 33 ayat (1) : perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas asas kekeluargaan.
f. Pasal 34 ayat (2) : negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi
seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak
mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
3) Materi lain berupa aturan bendera negara, bahasa negara, lambang negara, dan
lagu kebangsaan.
a. Pasal 35 Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih
b. Pasal 36 Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia
c. Pasal 36A Lambang negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhineka Tunggal Ika
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas hubungan Pancasila dengan Pembukaan UUD
NRI Tahun 1945 dapat dipahami sebagai hubungan yang bersifat formal dan material.
Hubungan secara formal, seperti dijelaskan oleh Kaelan menunjuk pada tercantumnya
Pancasila secara formal di dalam Pembukaan yang mengandung pengertian bahwa
tata kehidupan bernegara tidak hanya bertopang pada asas sosial, ekonomi, politik,
akan tetapi dalam perpaduannya dengan keseluruhan asas yang melekat padanya,
yaitu perpaduan asas-asas kultural, religus dan asas-asas kenegaraan yang unsure-
unsurnya terdapat dalam Pancasila.
Hubungan Pebukaan UUD NRI tahun 1945 yang memuat Pancasila dalam
batang tubuh UUD 1945 bersifat kausal dan organis. Hubungan kausal mengandung
pengertian Pembukaan UUD NRI tahun 1945 merupakan penyebab keberadaan
batang tubuh UUD NRI tahun 1945, sedangkan hubungan organis berarti Pembukaan
dan batang tubuh UUD tahun 1945 merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dengan dijabarkannya popok-pokok pikiran Pembukkan UUD NRI tahun 1945 yang
bersumber dari Pancasila ke dalam batang tubuh, maka Pancasila tidak saja
merupakan suatu cita-cita hukum, tetapi telah, menjadi hukum positif.
33
DAFTAR PUSTAKA
Rey Manda Sianipar. 2013. “Pancasila Dalam Batang Tubuh UUD NRI 1945”.
Online. (http://reymandasianipar.blogspot.com/2013/10/pancasila-dalm-batang-
tubuh-uud- nri.html?m=1) Diakses 22 September 2018.
Bhatara Media. (Tidak ada tahun). “Sebutkan dan Jelaskan Hubungan Antara
Pancasila Dengan Pembukaan UUD 1945”. Online.
(http://www.bhataramedia.com/forum/sebutkan-dan-jelaskan-hubungan-antara-
pancasila-dengan-pembukaan-uud-1945/) Diakses 22 September 2018.
34
MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA
Disusun Oleh:
Kelompok 7
UNIVERSITAS PAMULANG
2023
Kata Pengantar
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas segala kemampuan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan Tugas Makalah yang berjudul
“MENELUSURI KONSEP DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
NEGARA “ ini dengan lancar pada mata kuliah Pendidikan Pancasila. Kehidupan yang
layak dan sejahtera merupakan hal yang sangat wajar dan diinginkan oleh setiap
masyarakat, mereka selalu berusaha mencarinya dan tak jarang menggunakan cara – cara
yang tidak semestinya dan bias berakibat buruk. Dengan mengucap puji syukur kehadirat
Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, serta tak lupa sholawat dan salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW atas petunjuk dan risalahNya, yang telah
membawa zaman kegelaapan kezaman terang benderang, dan atas doa restu dan
dorongan dari berbagai pihak - pihak yang telah membantu penulis memberikan referensi
dalam pembuatan makalah ini.
Harapan kami informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca. Penulis dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, oleh karena itu Penulis sangat menghargai akan saran dan kritik
untuk membangun makalah ini lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan,
semoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat dan wawasan bagi kita semua.
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan...............................................................................13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………… 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumus Masalah
BAB II
2
PEMBAHASAN
3
Sikap semacam itulah yang menjadikan Machiavelli menghubungkan antara ideologi
dan pertimbangan mengenai penggunaan kekuatan dan tipu daya untuk mendapatkan
serta mempertahankan kekuasaan. Para penguasa – pangeran – harus belajar
mempraktikkan tipuan, karena kekuatan fisik saja tidak pernah mencukupi.
Machiavelli menengarai bahwa hampir tidak ada orang berbudi yang memperoleh
kekuasaan besar “hanya dengan menggunakan kekuatan yang terbuka dan tidak
berkedok”, kekuasaan dapat dikerjakan dengan baik, hanya dengan tipuan.
Machiavelli melanjutkan analisisnya tentang kekuasaan dengan mengatakan bahwa
meskipun menjalankan kekuasaan memerlukan kualifikasi yang baik, seperti
menepati janji, belas kasihan, tulus ikhlas. Penguasa tidak perlu memiliki semua
persyaratan itu, tetapi dia harus tampak secara meyakinkan memiliki kesemuanya itu
(Larrain, 1996: 9). Ungkapan Machiavelli tersebut dikenal dengan istilah adagium,
“tujuan menghalalkan segala macam cara”.
Tokoh atau pemikir Indonesia yang mendefinisikan ideologi sebagai berikut:
a) Sastrapratedja (2001: 43): ”Ideologi adalah seperangkat gagasan/ pemikiran yang
berorientasi pada tindakan dan diorganisir menjadi suatu sistem yang teratur”.
b) Soerjanto (1991: 47): “Ideologi adalah hasil refleksi manusia berkat
kemampuannya menjaga jarak dengan dunia kehidupannya”.
c) Mubyarto (1991: 239): ”Ideologi adalah sejumlah doktrin, kepercayaan, dan
simbol-simbol sekelompok masyarakat atau suatu bangsa yang menjadi pegangan
dan pedoman kerja (atau perjuangan) untuk mencapai tujuan masyarakat atau
bangsa itu”.
Teori ideologi yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh pemikir ideologi sebagai berikut:
a) Martin Seliger: Ideologi sebagai sistem kepercayaan Ideologi adalah sekumpulan
kepercayaan dan penolakan yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang
bernilai yang dirancang untuk melayani dasar-dasar permanen yang bersifat relatif
bagi sekelompok orang. Ideologi dipergunakan untuk membenarkan kepercayaan
yang didasarkan atas norma-norma moral dan sejumlah kecil pembuktian faktual
dan koherensi legitimasi yang rasional dari penerapan preskripsi teknik. Hal
tersebut dimaksudkan untuk menjamin atau memastikan tindakan yang disetujui
bersama untuk pemeliharaan, pembentukan kembali, destruksi atau rekonstruksi
4
dari suatu tatanan yang telah tersedia. Martin Seliger, lebih lanjut menjelaskankan
bahwa ideologi sebagai sistem kepercayaan didasarkan pada dua hal, yaitu
ideologi fundamental dan ideologi operatif (Thompson, 1984: 79).
b) Alvin Gouldner: Ideologi sebagai Proyek Nasional Gouldner mengatakan bahwa
ideologi merupakan sesuatu yang muncul dari suatu cara baru dalam wacana
politis. Wacana tersebut melibatkan otoritas atau tradisi atau retorika emosi. Lebih
lanjut, Gouldner mengatakan bahwa ideologi harus dipisahkan dari kesadaran
mitis dan religius, sebab ideologi itu merupakan suatu tindakan yang didukung
nilai-nilai logis dan dibuktikan berdasarkan kepentingan sosial.
c) Paul Hirst: Ideologi sebagai Relasi Sosial Hirst meletakkan ideologi di dalam
kalkulasi dan konteks politik. Hirst menegaskan bahwa ideologi merupakan suatu
sistem gagasan politis yang dapat digunakan dalam perhitungan politis. Lebih
lanjut, Hirst menegaskan bahwa penggunaan istilah ideologi mengacu kepada
kompleks nir-kesatuan (non-unitary) praktik sosial dan sistem perwakilan yang
mengandung konsekuensi dan arti politis (Thompson, 1984:94-95).
Untuk lebih memperdalam pemahaman, berikut ini beberapa corak ideologi :
a. Seperangkat prinsip dasar sosial politik yang menjadi pegangan kehidupan sosial
politik yang diinkorporasikan dalam dokumen resmi negara.
b. Suatu pandangan hidup yang merupakan cara menafsirkan realitas serta
mengutamakan nilai tertentu yang memengaruhi kehidupan sosial, politik, budaya.
c. Suatu model atau paradigma tentang perubahan sosial yang tidak dinyatakan
sebagai ideologi, tetapi berfungsi sebagai ideologi, misalnya ideologi
pembangunan.
d. Berbagai aliran pemikiran yang menonjolkan nilai tertentu yang menjadi pedoman
gerakan suatu kelompok (Sastrapratedja, 2001: 45-46).
fungsi ideologi sebagai berikut:
5
c. Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk
melangkah dan bertindak.
d. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
e. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
f. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta
memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang
terkandung di dalamnya (Soerjanto, 1991: 48).
Untuk mengetahui posisi ideologi Pancasila di antara ideologi besar dunia, maka
Anda perlu mengenal beberapa jenis ideologi dunia sebagai berikut:
6
Sastrapratedja menengarai beberapa karakteristik kebudayaan global sebagai berikut:
a) Berbagai bangsa dan kebudayaan menjadi lebih terbuka terhadap pengaruh timbal
balik.
b) Pengakuan akan identitas dan keanekaragaman masyarakat dalam berbagai
kelompok dengan pluralisme etnis dan religius.
c) Masyarakat yang memiliki ideologi dan sistem nilai yang berbeda bekerjasama
dan bersaing sehingga tidak ada satu pun ideologi yang dominan.
d) Kebudayaan global merupakan sesuatu yang khas secara utuh, tetapi tetap bersifat
plural dan heterogen.
e) Nilai-nilai hak asasi manusia (HAM), kebebasan, demokrasi menjadi nilainilai
yang dihayati bersama, tetapi dengan interpretasi yang berbeda-beda
(Sastrapratedja, 2001: 26--27).
Berdasarkan karakteristik kebudayaan global tersebut, maka perlu ditelusuri fase-fase
perkembangan globalisasi sebagai bentuk tantangan terhadap ideologi Pancasila.
Adapun fase-fase perkembangan globalisasi itu adalah sebagai berikut:
a. Fase embrio berlangsung di Eropa dari abad ke-15 sampai abad ke-18 dengan
munculnya komunitas nasional dan runtuhnya sistem transnasional Abad Tengah.
b. Fase pertumbuhan yang meliputi abad ke-18 dengan ciri pergeseran kepada
gagasan negara kesatuan, kristalisasi konsep hubungan internasional, standarisasi
konsep kewarganegaraan.
c. Fase take off yang berlangsung dari 1870 sampai pertengahan 1920 yang ditandai
dengan diterimanya konsep baru tentang negara kebangsaan, identitas dan
kepribadian nasional, mulai masuknya negara-negara non Eropa ke dalam
masyarakat internasional.
d. Fase perjuangan hegemoni yang dimulai 1920 sampai dengan pertengahan 1960
yang ditandai dengan meningkatnya konflik internasional dan ideologis, seperti
kapitalisme, sosialisme, fasisme, dan nazisme, dan jatuhnya bom atom yang
menggugah pikiran tentang masa depan manusia yang diikuti terbentuknya
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
7
e. Fase ketidakpastian berlangsung dari 1960--1990 ditandai dengan munculnya
gagasan dunia ketiga, proliferasi nuklir, konsepsi individu menjadi lebih
kompleks, hak-hak kewarganegaraan semakin tegas dirumuskan, berkembangnya
media global yang semakin canggih.
f. Fase kebudayaan global fase ini ditandai oleh perubahan radikal di Eropa Timur
dan Uni Soviet (runtuhnya dominasi komunisme di beberapa negara), berakhirnya
perang dingin, dan melemahnya konfrontasi ideologi (Sastrapratedja, 2001: 49 –
50).
2.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Ideologi
Negara
1. Sumber historis Pancasila sebagai Ideologi Negara
Akan ditelusuri kedudukan Pancasila sebagai ideologi oleh para penyelenggara
negara yang berkuasa sepanjang sejarah negara Indonesia :
a. Pancasila sebagai ideologi negara dalam masa pemerintahan Presiden
Soekarno Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Pancasila ditegaskan
sebagai pemersatu bangsa. Penegasan ini dikumandangkan oleh Soekarno
dalam berbagai pidato politiknya dalam kurun waktu 1945--1960. Namun
seiring dengan perjalanan waktu, pada kurun waktu 1960--1965, Soekarno
lebih mementingkan konsep Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan
Komunisme) sebagai landasan politik bagi bangsa Indonesia.
b. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Soeharto Pada
masa pemerintahan Presiden Soeharto, Pancasila dijadikan sebagai asas
tunggal bagi Organisasi Politik dan Organisasi Kemasyarakatan. Periode ini
diawali dengan keluarnya TAP MPR No. II/1978 tentang pemasyarakatan
nilainilai Pancasila. TAP MPR ini menjadi landasan bagi dilaksanakannya
penataran P-4 bagi semua lapisan masyarakat. Akibat dari cara-cara rezim
dalam memasyarakatkan Pancasila memberi kesan bahwa tafsir ideologi
Pancasila adalah produk rezim Orde Baru (mono tafsir ideologi) yang
berkuasa pada waktu itu.
8
c. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Habibie
Presiden Habibie menggantikan Presiden Soeharto yang mundur pada 21 Mei
1998, atas desakan berbagai pihak Habibie menghapus penataran P-4. Pada
masa sekarang ini, resonansi Pancasila kurang bergema karena pemerintahan
Habibie lebih disibukkan masalah politis, baik dalam negeri maupun luar
negeri. Di samping itu, lembaga yang bertanggungjawab terhadap sosialisasi
nilai-nilai Pancasila dibubarkan berdasarkan Keppres No. 27 tahun 1999
tentang pencabutan Keppres No. 10 tahun 1979 tentang Badan Pembinaan
Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(BP-7). Sebenarnya, dalam Keppres tersebut dinyatakan akan dibentuk
lembaga serupa, tetapi lembaga khusus yang mengkaji, mengembangkan, dan
mengawal Pancasila hingga saat ini belum ada.
d. Pancasila sebagai Ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Abdurrahman
Wahid Pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid muncul
wacana tentang penghapusan TAP NO.XXV/MPRS/1966 tentang pelarangan
PKI dan penyebarluasan ajaran komunisme. Di masa ini, yang lebih dominan
adalah kebebasan berpendapat sehingga perhatian terhadap ideologi Pancasila
cenderung melemah.
e. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Megawati Pada
masa ini, Pancasila sebagai ideologi semakin kehilangan formalitasnya dengan
disahkannya Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 yang tidak
mencantumkan pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajib dari tingkat
Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi.
f. Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) Pemerintahan SBY yang berlangsung dalam dua
periode dapat dikatakan juga tidak terlalu memperhatikan pentingnya
Pancasila sebagai ideologi negara. Hal ini dapat dilihat dari belum adanya
upaya untuk membentuk suatu lembaga yang berwenang untuk menjaga dan
mengawal Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara sebagaimana
diamanatkan oleh Keppres No. 27 tahun 1999.
9
2. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pancasila sebagai ideologi negara berakar dalam kehidupan masyarakat. Unsur-
unsur sosiologis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara meliputi hal-
hal sebagai berikut:
a. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dapat ditemukan dalam kehidupan beragama
masyarakat Indonesia dalam berbagai bentuk kepercayaan dan keyakinan
terhadap adanya kekuatan gaib.
b. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab dapat ditemukan dalam hal saling
menghargai dan menghormati hak-hak orang lain, tidak bersikap sewenang-
wenang.
c. Sila Persatuan Indonesia dapat ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa setia
kawan, rasa cinta tanah air yang berwujud pada mencintai produk dalam
negeri.
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan dapat ditemukan dalam bentuk menghargai
pendapat orang lain, semangat musyawarah dalam mengambil keputusan.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia tercermin dalam sikap
suka menolong, menjalankan gaya hidup sederhana, tidak menyolok atau
berlebihan.
10
d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan diwujudkan dalam mendahulukan pengambilan
keputusan berdasarkan musyawarah daripada voting.
e. Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia diwujudkan dalam bentuk
tidak menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) untuk memperkaya diri
atau kelompok karena penyalahgunaan kekuasaan itulah yang menjadi faktor
pemicu terjadinya korupsi.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istilah ideologi berasal dari kata idea, yang artinya gagasan, konsep, pengertian dasar,
cita-cita; dan logos yang berarti ilmu. Ideologi secara etimologis, artinya ilmu tentang
ideide (the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian dasar (Kaelan, 2013: 60-
61). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi didefinisikan sebagai kumpulan
konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan arah dan tujuan
untuk kelangsungan hidup. Ideologi juga diartikan sebagai cara berpikir seseorang
atau suatu golongan. Ideologi dapat diartikan paham, teori, dan tujuan yang
merupakan satu program sosial politik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 517).
Dalam pengertian tersebut, Anda dapat menangkap beberapa komponen penting
dalam sebuah ideologi, yaitu sistem, arah, tujuan, cara berpikir, program, sosial, dan
politik.
Pancasila sebagai ideologi negara menghadapi berbagai bentuk tantangan. Salah satu
tantangan yang paling dominan dewasa ini adalah globalisasi. Globalisasi merupakan
era saling keterhubungan antara masyarakat suatu bangsa dan masyarakat bangsa yang
lain sehingga masyarakat dunia menjadi lebih terbuka. Dengan demikian, kebudayaan
global terbentuk dari pertemuan beragam kepentingan yang mendekatkan masyarakat
dunia.
DAFTAR PUSTAKA
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/8-PendidikanPancasila.pdf
https://edoc.site/pertemuan-7-menelusuri-konsep-dan-urgensi-pancasila-sebagai-
ideologi-negara-pdf-free.html
https://www.scribd.com/document/333178299/Menelusuri-Konsep-dan-Urgensi-
Pancasila-sebagai-Ideologi-Negara-docx
14
MAKALAH
PENDIDIKAN PANCASILA
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 9
15
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Menelusuri Konsep dan
Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat” tanpa halangan suatu apapun.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, serta seluruh Masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin dalam pembuatan
makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
16
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................ 5
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.............................................................. 6
2.2 Pengertian Konsep dan Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat............................ 6
2.2.1 Konsep Pancasila Sebagai Sistem Filsafat........................................................... 6
2.2.2 Urgensi Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.......................................................... 8
2.3 Objek Filsafat Pancasila............................................................................................... 9
2.4 Pancasila Melalui Pendekatan Dasar Ontologis, Epistemologi, serta Aksikologis.... 10
2.4.1 Dasar Ontologis (Hakikat Manusia) Sila-Sila Pancasila..................................... 10
2.4.2 Dasar Epistemologi (Pengetahuan) Sila-Sila Pancasila...................................... 11
2.4.3 Dasar Aksikologis Pancasila............................................................................... 12
2.5 Hakikat Pancasila........................................................................................................ 12
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................16
3.2 Saran ...........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 17
17
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang mendukung negara
itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta agar tidak terombang ambing oleh persoalan yang
muncul pada masa kini. Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi manusia berkat
kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka terdapat sesuatu yang
bersifat dialektis antara ideologi dengan masyarat negara. Di suatu pihak membuat ideologi semakin
realistis dan pihak yang lain mendorong masyarakat mendekati bentuk yang ideal. Idologi
mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat
menuju cita-citanya. Indonesia pun tak terlepas dari hal itu, dimana Indonesia memiliki dasar negara
Pancasila sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi negara dan
karakteristik Pancasila sebagai ideologi negara. Sejarah indonesia menunjukan bahwa Pancasila
adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta
membimbingnya dalam mengejar kehidupan yang layak dan lebih baik, untuk mencapai masyarakat
Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila
tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan
hidup bangsa dan negara Indonesia. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan
sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan
kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya,
sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan
18
bangsa Indonesia. Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia
yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan
identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi. Melalui makalah ini diharapkan dapat
1.3 Tujuan
19
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa pengertian filsafat berdasarkan watak dan fungsinya sebagaimana yang dikemukakan
Titus, Smith & Nolan sebagai berikut:
20
6) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya
diterima secara tidak kritis. (arti informal)
7) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat
dijunjung tinggi. (arti formal)
9) Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. (arti analisis
linguistik).
10) Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian manusia dan dicarikan
jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (arti aktual-fundamental).
Mengapa Pancasila dikatakan sebagai sistem filsafat? Ada beberapa alasan yang dapat ditunjukkan
untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Pertama : Dalam sidang BPUPKI, 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya dengan nama
Philosofische Grondslag daripada Indonesia Merdeka. Adapun pidatonya sebagai berikut:
Paduka Tuan Ketua yang mulia, saya mengerti apa yang Ketua kehendaki! Paduka Tuan Ketua minta
dasar, minta Philosofische Grondslag, atau jika kita boleh memakai perkataan yang muluk-muluk,
Paduka Tuan Ketua yang mulia minta suatu Weltanschauung, di atas mana kita mendirikan negara
Indonesia itu”.
Noor Bakry menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil perenungan yang
mendalam dari para tokoh kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan itu semula dimaksudkan untuk
merumuskan dasar negara yang akan merdeka. Selain itu, hasil perenungan tersebut merupakan suatu
sistem filsafat karena telah memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan. Beberapa ciri berpikir kefilsafatan
meliputi:
1. Sistem filsafat harus bersifat koheren, artinya berhubungan satu sama lain secara runtut, tidak
mengandung pernyataan yang saling bertentangan di dalamnya. Pancasila sebagai sistem filsafat,
21
bagian-bagiannya tidak saling bertentangan, meskipun berbeda, bahkan saling melengkapi, dan tiap
bagian mempunyai fungsi dan kedudukan tersendiri;
2. Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala hal dan gejala yang terdapat dalam
kehidupan manusia. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa merupakan suatu pola yang dapat mewadahi
semua kehidupan dan dinamika masyarakat di Indonesia;
3. Sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan mendalam yang sampai ke
inti mutlak permasalahan sehingga menemukan aspek yang sangat fundamental. Pancasila sebagai
sistem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata kehidupan manusia menghadapi diri sendiri,
sesama manusia, dan Tuhan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
4. Sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah pikir hasil perenungan sebagai praanggapan yang
menjadi titik awal yang menjadi pola dasar berdasarkan penalaran logis, serta pangkal tolak pemikiran
tentang sesuatu. Pancasila sebagai dasar negara pada permulaannya merupakan buah pikir dari tokoh-
tokoh kenegaraan sebagai suatu pola dasar yang kemudian dibuktikan kebenarannya melalui suatu
diskusi dan dialog panjang dalam sidang BPUPKI hingga pengesahan PPKI (Bakry, 1994: 13--15).
Kedua : Pancasila sebagai Weltanschauung, artinya nilai-nilai Pancasila itu merupakan sesuatu yang
telah ada dan berkembang di dalam masyarakat Indonesia, yang kemudian disepakati sebagai dasar
filsafat negara (Philosophische Grondslag). Weltanschauung merupakan sebuah pandangan dunia
(world-view). Hal ini menyitir pengertian filsafat oleh J. A. Leighton sebagaimana dikutip The Liang
Gie, ”A complete philosophy includes a worldview or a reasoned conception of the whole cosmos, and a
life-view or doctrine of the values, meanings, and purposes of human life” (The Liang Gie, 1977: 8).
Ajaran tentang nilai, makna, dan tujuan hidup manusia yang sudah di tetapkan dalam Weltanschauung
itu menyebar dalam berbagai pemikiran dan kebudayaan Bangsa Indonesia.
Urgensi Pancasila sebagai sistem filsafat atau yang dinamakan filsafat Pancasila, artinya refleksi
filosofis mengenai Pancasila sebagai dasar negara. Sastrapratedja menjelaskan makna filsafat Pancasila
sebagai berikut. Pengolahan filsofis Pancasila sebagai dasar negara ditujukan pada beberapa aspek.
22
Pertama, agar dapat diberikan pertanggungjawaban rasional dan mendasar mengenai sila-sila dalam
Pancasila sebagai prinsip-prinsip politik. Kedua, agar dapat dijabarkan lebih lanjut sehingga menjadi
operasional dalam bidang-bidang yang menyangkut hidup bernegara. Ketiga, agar dapat membuka
dialog dengan berbagai perspektif baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Keempat, agar dapat
menjadi kerangka evaluasi terhadap segala kegiatan yang bersangkut paut dengan kehidupan bernegara,
berbangsa, dan bermasyarakat, serta memberikan perspektif pemecahan terhadap permasalahan nasional
Pertanggung jawaban rasional, penjabaran operasional, ruang dialog, dan kerangka evaluasi merupakan
beberapa aspek yang diperlukan bagi pengolahan filosofis Pancasila, meskipun masih ada beberapa
aspek lagi yang masih dapat dipertimbangkan.
Ditinjau dari segi obyektifnya, filsafat meliput hal-hal yang ada atau dianggap dan diyakini ada, seperti
c. Obyek material
d. Obyek formal
Lebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of Philosophy(1962) menyatakan bahwa
pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat (secara tersirat menunjukan objek filsafat) ialah :Truth (kebenaran), Matter
(materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and mind (hubungan antara materi dan pikiran), Space and Time
(ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab),Freedom (kebebasan), Monism versus Pluralism (serba tunggal lawan
Pendapat-pendapat tersebut diatas menggambarkan betapa luas dan mencakupnya objek filsafat baik
dilihat dari substansi masalah maupun sudut pandangnya terhadap masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa
objek filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud dalam sudut pandang dan kajian yang mendalam (radikal).
Secara lebih sistematis para ahli membagi objek filsafat ke dalam objek material dan obyek formal. Obyek
23
material adalah objek yang secara wujudnya dapat dijadikan bahan telaahan dalam berfikir, sedangkan obyek
formal adalah objek yang menyangkut sudut pandang dalam melihat obyek material tertentu.
Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat adalah sarwa yang ada (segala sesuatu
yang berwujud), yang pada garis besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok yaitu : 1). Hakekat Tuhan; 2).
Hakekat Alam; dan 3). Hakekat manusia, sedangkan objek formal filsafat ialah usaha mencari keterangan secara
radikal terhadap objek material filsafat. Dengan demikian objek material filsafat mengacu pada substansi yang
ada dan mungkin ada yang dapat difikirkan oleh manusia, sedangkan objek formal filsafat menggambarkan
tentang cara dan sifat berfikir terhadap objek material tersebut, dengan kata lain objek formal filsafat mengacu
pada sudut pandang yang digunakan dalam memikirkan objek material filsafat.
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasil secara ontologis memiliki hal-hal yang
mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa jasmani dan rohani, sifat kodrat manusia adalah
sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi
berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan yang maha esa. Oleh karena kedudukan kodrat manusia
sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk tuhan inilah maka secara hierarkis sila
pertama ketuhanan yang maha esa mendasari dan menjiwai keempat sila - sila pancasila yang lainnya
(Notonagoro, 1975:53).
6. Sila pertama : Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, tuhan adalah mutlak, sempurna
dan kuasa, tidak berubah, tidak terbatas pula sebagai pengatur tata tertib alam (Notonagoro,
1975:78)
24
7. Sila kedua : kemanusiaan yang adil dan beradab, negara adalah lembaga kemanusiaan, yang
8. Sila ketiga : persatuan indonesia. Persatuan adalah sebagai akibat adanya manusia sebagai
makhluk tuhan yang maha esa, adapun hasil persatuan adalah rakyat sehingga rakyat adalah
9. Sila keempat : maka pokok sila keempat ialah kerakyatan yaitu kesesuaiannya dengan hakikat
rakyat
10. Sila kelima : dengan demikian logikanya keadilan sosial didasari dan dijiwai oleh sila kedua
Sebagai suatu ideologi maka pancasila memiliki tiga unsur pokok agar dapat menarik
Dasar epistemologis pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar
ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber pada nilai - nilai dasarnya yaitu filsafat
pancasila (Soeryanto, 1991:51). Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi yaitu:
pertama tentang sumber pengethuan manusia, kedua tentang teori kebenaran pengetahuan manusia,
ketiga tentang watak pengetahuan manusia (titus, 1984:20). Adapun potensi atau daya untuk meresapkan
pengetahuan atau dengan lain perkataan transformasi pengetahuan terdapat tingkatan sebagai berikut :
25
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti
sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun
S.Suriasumantri mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada
pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi
Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan,
dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan
tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini
banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya pada
tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu
masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya
meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana
Kata 'hakikat' dapat didefinisikan sebagai suatu inti yang terdalam dari segala sesuatu yang
terdiri dari sejumlah unsur tertentu yang mewujudkan sesuatu tersebut, sehingga terpisah dengan sesuatu
lain dan bersifat mutlak. Contohnya pada hakikat air yang tersusun atas dua unsur mutlak, yaitu
hidrogen dan oksigen. Kebersatuan kedua unsur tersebut bersifat mutlak untuk membentuk air. Artinya
kedua unsur tersebut secara bersama-sama menyusun air sehingga terpisah dari benda yang lainnya,
26
Terkait dengan hakikat sila-sila pancasila, pengertian kata "hakikat' dapat dipahami dalam
4. Hakikat Abstrak yang disebut sebagai hakikat jenis atau hakikat umum yang
mengandungunsur-unsur yang sama, tetap dan tidak berubah. Hakikat abstrak sila-
dan keadilan. Kata-kata tersebut merupakan kata-kata yang dibubuhi awalan dan
akhiran ke dan an ( sila I,II,IV, dan V) sedangkan yang satunya per dan an (sila ke
III). Awalan dan akhiran ini memiliki kesamaan dalam maksudnya yang pokok, ialah
5. Hakikat Pribadi sebagai hakikat yang memiliki sifat khusus. Hakikat pribadi
Pancasila menunjuk pada ciri-ciri khusus sila-sila Pancasila yang ada pada bangsa
Indonesia, yaitu adat istiadat, nilai-nilai agama, nilai-nilai kebudayaan, sifat dan
kongkrit Pancasila terletak pada fungsi Pancasila sebagai dasar filsafat negara.
Dalam realisasinya, pancasila adalah pedoman praktis, yaitu dalam wujud pelaksanaan praktis
dalam kehidupan negara, bangsa dan negara Indonesia yang sesuai dengan kenyataan sehari hari,
tempat, keadaan dan waktu. Sehingga pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bersifat
dinamis, antisipatif, dan sesuai dengan perkembangan waktu, keadaan, serta perubahan zaman.
Pancasila yang berisi lima sila, menurut Notonagoro (1967:32) merupakan satu kesatuan utuh.
27
A. Diungkapkan oleh Notonagoro (1984: 61 dan 1975: 52,57) bahwa hakikat adanya Tuhan ada
karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai causa prima. Oleh karena itu segala sesuatu yang ada merupakan
akibat sebagi adanya tuhan (sila pertama). Adapun manusia sebagai subjek ciptaan manusia pendukung
pokok negara, karena negara adalah lambang kemanusiaan, negara adalah sebagai persekutuan hidup
bersama yang anggotanya adalah manusia (sila kedua). Dengan demikian, negara adalah sebagai akibat
adanya manusia yang bersatu (sila ketiga). Selanjutnya terbentuklah persekutuan hidup yang dinamakan
rakyat. Rakyat merupakan totalitas individu-individu dalam negara yang bersatu (sila keempat). Adapun
keadilan yang pada hakikatnya merupakan tujuan bersama atau keadilan sosial (sila kelima) pada
hakikatnya sebagai tujuan dari lembaga hidup bersama yang disebut negara.
B. Hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan mengkualifikasi sila-sila
Pancasila sebagai kesatuan dapat dirumuskan pula dalam hubungannya saling mengisi atau
mengkualifikasi dalam kerangka hubungan hirarkis piramidal seperti diatas. Dalam rumusan ini, tiap-
tiap sila mengandung empat sila lainnya. Berikut disampaikan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling
6. Sila pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan Indonesia,yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
7. Sila kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah kemanusiaan yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, yang berpesatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
Indonesia.
28
8. Sila ketiga : Persatuan Indonesia adalah persatuan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.
Perwakilan,adalah kerakyatan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, Berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
10. Sila kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia adalah keadilan yang ber-Ketuhanan
Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan bearadab,yang berpersatuan Indonesia,yang
1975:43-44)
29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari apa yang telah dijelaskan di atas, Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan,
karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia,
Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Dan filsafat merupakan suatu ilmu
Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem
yang tepat, dimana pancasila memiliki hakIkatnya tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai dengan
Adapun yang mendasari Pancasila adalah dasar Ontologist (Hakikat Manusia), dasar Epistemologis
3.2 Saran
Saran yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh masyarakat mengetahui seberapa
penting Pancasila dan dapat mengamalkan nilai-nilai sila dari pancasila dengan baik & benar, serta tidak
melecehkan arti penting pancasila.
30
DAFTAR PUSTAKA
Maulidi,Achmad.2016.Pengertian Filsafat(Filosofi).
http://shasqiasalsabila.blogspot.com/2017/12/materi-pancasila-sebagai-sistem-filsafat.html
https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/8-PendidikanPancasila.pdf
31
32
MAKALAH
PENDIDIKAN PANCASILA
ESENSI DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
33
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “ESENSI DAN URGENSI PANCASILA
EBAGAI DASAR NEGARA”. Makalah ini berisi tentang esensi dan urgensi pancasila
sebagai dasar negara,hubungan pancasila dengan proklamasi kemerdekaan RI, hubungan
pancasila dengan pembukaan UUD 1945, penjabaran pancasila dalam pasal-pasal UUD
NKRI 1945, dan implementasi pancasila dalam perumusan kebijakan.
Penulisan makalah ini tidaklah lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa,
2. Orang tua kami, yang selalu memberikan dukungan dan doa restunya yang tak pernah
berhenti,
3. Teman-teman yang tak dapat disebutkan satu persatu, yang selalu memberikan
masukan serta dukungan dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
meminta saran dan kritik yang membangun agar kedepannya kami dapat membuat suatu
makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat untuk kita
semua.
34
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. 3
BAB I............................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan................................................................................................................................................. 4
BAB II............................................................................................................................................................ 5
PEMBAHASAN............................................................................................................................................ 5
2.1 Esensidan Urgensi Pancasila sebagai Dasar Negara........................................................................... 5
2.1.1 Esensi pancasila sebagai dasar negara.......................................................................................... 5
2.1.2 Urgensi pancasila sebagai dasar negara........................................................................................ 6
2.2 Hubungan Pancasila Dengan Proklamasi Kemerdekaan RI................................................................ 7
2.3 Hubungan Pancasila dan Pembukaan UUD 1945................................................................................ 7
2.4 Penjabaran Pancasila dalam pasal-pasal UUD NKRI 1945................................................................. 8
2.5 Implementasi Pancasila dalam Perumusan Kebijakan......................................................................... 9
2.5.1 Bidang politik.............................................................................................................................. 9
2.5.2 Bidang ekonomi.......................................................................................................................... 9
2.5.3 Bidang sosial budaya................................................................................................................ 10
2.5.4 Bidang Hankam........................................................................................................................ 10
BAB III........................................................................................................................................................ 12
PENUTUP.................................................................................................................................................... 12
3.1.KESIMPULAN.................................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................. 13
35
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana esensi dan urgensi pancasila sebagai dasar negara
2. Mengetahui Apa hubungan pancasila dengan proklamasi kemerdekaan RI
3. Mengetahui Apa hubungan pancasila dengan pembukaan UUD 1945
4. Mengetahui Bagaimana penjabaran pancasila dalam pasal-pasal UUD NKRI 1945
5. Mengetahui Bagaimana implementasi pancasila dalam perumusan kebijakan
36
BAB II
PEMBAHASAN
38
2.2 Hubungan Pancasila Dengan Proklamasi Kemerdekaan RI
Pancasila merupakan jiwa bangsa Indonesia sebagai asas kerohanian dan dasar filsafat
negara merupakan unsur penentu daripada ada dan berlakunya tertib hukum bangsa Indonesia
dan pokok kaidah negara yang fundamental. Sedangkan proklamasi merupakan titik
kulminasi perjuangan bangsa Indonesia yang bertekat untuk merdeka yang disemangati oleh
jiwa Pancasila. Perjuangan bangsa indonesia ini kemudian di jiwai, disemangati, didasari oleh
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
Sehingga bisa dikatakan bahwa nilai-nilai dalam pancasila yang mendasari perjuangan
bangsa indonesia untuk merebut kemerdekaan yang puncaknya ditandai dengan proklamasi.
Pada peristiwa proklamasi juga dilakukan penegakan, penyelamatan, dan pengangkatan
derajat nilai-nilai pancasila yang mana pada saat penjajahan nilai-nilai tersebut telah
direndahkan, dilecehkan, serta diinjak-injak.
Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945
adalah pencerminan Falsafah hidup / pandangan hidup, rahasia hidup dan tujuan hidup kita
sebagai bangsa. Lepasnya nilai-nilai pancasila dari belenggu penjajahan juga tidak lepas dari
besarnya keinginan rakyat Indonesia pada saat itu untuk merdeka, persatuan dan kesatuan
juga berperan penting dalam proses pemerdekaan Indonesia. Dimana persatuan dan kesatuan
juga merupakan salah satu nilai yang terkandung dalam pancasila.
Suasana kebatinan UUD 1945 bersumber pada dasar filsafat negara yaitu pancasila.
Pengertian inilah yang menunjukkan kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar negara
republik Indonesia. Keduanya juga membentuk suatu hubungan yang dapat dibedakan
menjadi hubungan formal dan material, seperti berikut:
A. Hubungan formal
Pncasila sebagai norma dasar hukum positif yang dicantumkan dalam pembukaan UUD
1945. Dengan demikian cara kehidupan, tanegara tidak hanya bertopang kepada asas-asas
sosial, ekonomi, politik, akan tetapi dalam perpaduanya dengan keseluruhan asas yang
melekat padanya, yaitu perpaduan asas-asas kultural, religius dan asas-asas kenegaraan yang
unsurnya berdampak pada pancasila.
B. Hubungan material
Hubungan pembukaan UUD 1945 dengan Pancasila selain hubungan yang bersifat formal,
sebagaimana yang dijelaskan di atas juga hubungan secara material sebagai berikut:
1. Ditinjau dari proses perumusan Pancasila secara kronologis, materi yang dibahas oleh
BPUPKI yang pertama-tama adalah dasar filsafat Pancasila baru kemudian pembukaan UUD
1945. Jadi berdasarkan urut-urutan tertib hukum Indonesia pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai tertib hukum yang tertinggi, dan tertib hukum Indonesia bersumberkan pada
Pancasila.
39
2. Selain UUD 1945 masih ada hukum dasar tidak tertulis yang juga merupakan sumber
hukum. Dalam UUD 1945 dijelaskan bahwa hukum tidak tertulis ini merumerupakan aturan
dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak
tertulis, inilah yang dimaksud dengan konvensi atau kebiasaan ketatanegaraan .
42
Dasar-dasar kemanusiaan yang beradab merupakan basis moralitas pertahanan dan
keamanan Negara. Dengan demikian pertahanan dan keamanan Negara harus mendasarkan
pada tujuan demi terjaminnya harkat dan martabat manusia. Terutama secara rinci
terjaminnya hak-hak asasi setiap manusia. Pertahanan dan keamanan bukanlah untuk
kekuasaan sebab kalau demikian sudah dapat dipastikan akan melanggar hak asasi manusia.
Begitu pula pertahanana dan keamanan Negara tidak ditujukan untuk kelompok
ataupun partia tertentu yang dapat berakibat Negara menjadi otoriter dan totaliter. Oleh
karena itu pertahanan dan keamanan Negara harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila. Pertahanan dan keamanan Negara harus mendasarkan pada
tujuan demi tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk tuhan yang maha Esa
(sila I dan II). Pertahanan dan keamanan Negara haruslah berdasarkan pada tujuan demi
kepentingan warga dalam seluruh warra sebagai waraga Negara (sila III). Pertahanan dan
keamanan harus mampu menjamin dasar-dasar, persamaan derajat, serta kebebasan
kemanusiaan (sila IV) dan akhirnya pertahanan dan keamanan haruslah diperuntukkan demi
terwujudnya keadilan dalam hidup masyarakat (terwujudnya suatu keadilan sosial) agar
benar-benar Negara meletakkan pada fungsi yang sebenarnya sebagai suatu Negara hokum
dan bukannya suatu Negara yang berdasarkan atas kekuasaan.
Dan juga dalam UUD 1945 telah dibahas tentang keamanan dan ketertiban Negara yang
terdapat pada pasal Pasal 27 ayat (3) dan Pasal 30 ayat (1), (2), (3), (4), dan ayat (5) UUD
1945.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat kita simpulkan bahwa kelangsungan hidup bangsa dan
Negara ini bukan hanya tanggung jawab dari TNI dan POLRI saja, melainkan merupakan
tugas seluruh warga Negara. Karena kita yang memiliki Negara ini, maka kita yang memiliki
kewajiban untuk menjaganya.
43
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Esensi pancasila sebagai dasar negara merupakan segala sesuatu yang merupakan
Hakikat, dasar, inti, sari, hal yang pokok, penting, ekstrak dan konsentrat dari segala sesuatu
disebut esensi tergantung dalam konteks dan penggunaannya.
Ir. Soekarno menggambarkan urgensi pancasila secararingkas tetapi meyakinkan.
Pancasila adalah Weltanschauung, satu dasar falsafah dan juga satu alat pemersatu bangsa
yang juga pada hakikatnya satu alat mempersatukan dalam perjuangan melenyapkan segala
macam penjajahan terutama imperialisme.
Pancasila merupakan jiwa bangsa Indonesia sebagai asas kerohanian dan dasar filsafat
negara merupakan unsur penentu daripada ada dan berlakunya tertib hukum bangsa Indonesia
dan pokok kaidah negara yang fundamental. Sedangkan proklamasi merupakan titik
kulminasi perjuangan bangsa Indonesia yang bertekat untuk merdeka yang disemangati oleh
jiwa Pancasila. Perjuangan bangsa indonesia ini kemudian di jiwai, disemangati, didasari oleh
nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
Implementasi Pancasila dalam perumusan kebijakan terdapat pada berbagai bidang
kehidupan negara yaitu bidang ekonomi, bidang politik, sosial budaya, dan hankam.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
lOMoARcPSD|18455224
MAKALAH
PENDIDIKAN PANCASILA
Dosen Pengampu :
Dede Abdurohman S.E., M.M.
DISUSUN OLEH :
Kelompok 10
Euis Teti Nur Rohmah (221010506592)
Devi Puspita (221010503583)
Heni Permata Sari (221010506250)
)
lOMoARcPSD|18455224
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Membangun
Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem Filsafat”. Tanpa
pertolongan-Nya tentu penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Makalah ini penulis buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas
Kelomok.
Dalam makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan,
untuk itu dengan senang hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari pembaca atau saran dosen demi kesempurnaan makalah ini. Dengan
harapan agar makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua terutama bagi mahasiswa dan
pribadi saya yang menyusun makalah ini.
Penulis
)
lOMoARcPSD|18455224
DAFTAR ISI
MAKALAH............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
2.1 Hakikat Pancasila..................................................................................................3
2.2 Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat...........................................................5
2.3 Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat..........................................................6
2.4 Landasan Pancasila sebagai Sistem Filsafat.......................................................7
2.5 Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Sistem
Filsafat..................................................................................................................10
2.6 Esensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat...........................................................11
BAB III................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................13
Daftar Pustaka....................................................................................................................14
iii
)
lOMoARcPSD|18455224
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk memehami apa itu Hakikat Pancasila.
2. Untuk mengetahui Konsep Pancasila sebagai Sistem Filsafat.
3. Untuk memahami Urgensi Pancasila sebagai Hukum Filsafat.
4. Untuk mengetahui Landasan Pancasila sebagai Sistem Filsafat?
5. Untuk mengetahui Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila
sebagai Sistem Filsafat.
6. Untuk mengetahui Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Filsafat.
BAB II
PEMBAHASAN
)
lOMoARcPSD|18455224
)
lOMoARcPSD|18455224
makna kata dan konsep (yaitu analisis bahasa). Kelima, filsafat adalah sekumpulan
masalah yang segera menarik perhatian orang dan mencari jawaban dari filosof
(makna fundamental yang sebenarnya).
Pancasila disebut sistem filosofis karena beberapa alasan. Pertama, pada
rapat BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Soekarno memberi judul pidatonya Filosofis
Grondslag Bukan Indonesia Merdeka. Pidatonya adalah sebagai berikut: "Yang
Mulia, Tuan Presiden, saya mengerti apa yang diinginkan presiden! Yang Mulia,
Presiden Anda, tuntut sebuah Yayasan, tuntut Landasan Filosofis, atau, jika kami
bisa dengan sombong, Yang Mulia, Presiden Anda, tuntut pandangan dunia yang
akan kami membangun negara Indonesia.”
Kedua, menurut Noor Bakry, Pancasila merupakan hasil perenungan
mendalam para pejabat Indonesia dalam diskusi dan dialog panjang yang digelar
dalam sidang BPUPKI menuju pengesahan PPKI. Hasil refleksi ini sesuai dengan
ciri-ciri pemikiran filsafat yaitu koheren, logis, komprehensif, mendasar dan
spekulatif.
Ketiga, menurut Sastraprateja, Pancasila adalah ideologi negara. Pancasila
adalah landasan politik yang mengatur dan memandu segala kegiatan yang
berkaitan dengan kehidupan bernegara, seperti perundang-undangan, administrasi,
ekonomi nasional, kehidupan nasional, hubungan warga negara dan hubungan antar
warga negara, serta upaya mewujudkan kesejahteraan bersama.
Driyarkara membedakan antara filsafat dan pandangan dunia. Filsafat lebih
bersifat teoretis dan abstrak, yaitu cara berpikir dan memandang realitas sedalam-
dalamnya untuk menemukan kebenaran. Pandangan dunia mengacu pada
pandangan hidup yang lebih praktis. Driyarkara menegaskan bahwa filsafat tidak
serta merta mendahului pandangan dunia karena masyarakat primitif memiliki
pandangan dunia yang tidak didahului oleh rumusan filosofis apapun. Filsafat
termasuk dalam ilmu pengetahuan, sedangkan pandangan dunia ada dalam
lingkungan manusia, dan bahkan filsafat memiliki banyak bagian (seperti: sejarah
filsafat, teori alam) yang tidak berhubungan langsung dengan sikap hidup.
Nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam Pedoman Pancasila menjadi
dasar dari semua hukum yang berlaku di Indonesia. Pancasila sebagai pandangan
dunia, artinya nilai-nilai Pancasila telah ada dan berkembang dalam masyarakat
Indonesia, yang kemudian disepakati sebagai dasar falsafah negara (Filozofia
Grondslag).
)
lOMoARcPSD|18455224
)
lOMoARcPSD|18455224
)
lOMoARcPSD|18455224
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan, Pancasila bersifat
genetivus-objectivus, yaitu nilai-nilai Pancasila dijadikan objek yang dicari
landasan filosofisnya berdasarkan sistem dan cabang filsafat yang berkembang di
Barat. Pancasila bersifat genetivus-subjectivus, yaitu. Nilai-nilai pancasila
digunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang, sehingga
kita mencari hal-hal yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan kita melihat nilai-
nilai yang tidak sepaham dengan nilai-nilai pancasila. Selain itu, nilai-nilai
Pancasila tidak hanya dijadikan sebagai dasar pembuatan peraturan perundang-
undangan, tetapi nilai-nilai Pancasila juga harus menjadi pedoman pelaksanaan
sistem politik dan dasar pembangunan nasional.
Manusia adalah makhluk individu dan sosial , yang secara umum juga
berlaku untuk substansi submanusiawi, manusia dan Tuhan. Lima Perintah
Pancasila mendemonstrasikan dan menuntut kemandirian yang lain, tetapi
menekankan kesatuan mendasar dan keterkaitan mereka dengan hubungan manusia.
Soekarno menegaskan bahwa Pancasila pada mulanya merupakan falsafah
Indonesia yang muncul dari budaya masyarakat Indonesia. Pada masa reformasi,
Pancasila sebagai sistem filosofis menemukan resonansi dalam debat akademik,
termasuk kritik dan refleksi yang disampaikan oleh Habibie dalam pidatonya 1 Juni
2011. Habibie menyatakan bahwa: "Pancasila seakan tenggelam dalam pusaran
sejarah masa lalu, tak lagi penting masuk dalam dialektika reformasi. Pancasila
sebagai sistem filsafat memiliki dua tantangan, yaitu kapitalisme dan komunisme.
Kapitalisme menekankan kebebasan pemilik modal untuk mengembangkan
usahanya demi keuntungan sebesar-besarnya dan komunisme yang menekankan
kekuasaan negara sebagai pemilik modal.
)
lOMoARcPSD|18455224
13
)
lOMoARcPSD|18455224
Daftar Pustaka
14