Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Mata kuliah: Pendidikan pancasila


Dosen pengampu:
Kuntoro,M.Pd

Disusun Oleh:
Niki Hera Puspita (2201064)
Fajar Nova Febriana (2201068)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

2022
DAFTAR ISI
JUDUL.........................................................................................................................
....................1

DAFTAR
ISI...............................................................................................................................
2

KATA
PENGANTAR...............................................................................................................
3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar
Belakang................................................................................................................4

1.2 Rumusan
Masalah..........................................................................................................7

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pancasila sebagai sistem


filsafat.........................................................................................................................
................8

2.2 Filsafat Pancasila sebagai genetivus objektifus dan genetivus


subjektifus..................................................................................................................
..............13
2.3 Pancasila Sebagai Sistem
Kefilsafatan.................................................................................................................
..............20

2.4 Objek filsafat


Pancasila.........................................................................................22

2.5 Karakteristik dan prinsip-prinsip filsafat


Pancasila.....................................................................................................................
.................24

2.6 Pancasila sebagai sistem filsafat bangsa


Indonesia....................................................................................................................
...............27

BAB III PENUTUP

3.1
Kesimpulan.................................................................................................................
....33

DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................................35

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah
Pendidikan Pancasila.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik se
hingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu,kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam


dasar negara yang menyokong negara itu sendiri agar
tetap berdiri kokoh, teguh, serta agar tidak terombang
ambing
oleh persoalan yang muncul pada masa kini. Pada hakikat
nya ideologi merupakan hasil refleksi manusia berkat
kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia
kehidupannya. Maka terdapat sesuatu yang bersifat
dialektis antara ideologi dengan masyarat negara. Di
suatu pihak membuat ideologi semakin realistis dan piha
k yang lain mendorong masyarakat mendekati bentuk
yang ideal. Idologi mencerminkan cara berpikir
masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga
membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Indonesia
pun tak terlepas dari hal itu, dimana Indonesia memiliki
dasar negara yang sering kita sebut Pancasila. Setiap
negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem nilai
(filsafat) tertentu yang menjadi pegangan bagi anggota
masyarakat dalam menjalankan kehidupan
dan pemerintahannya. Filsafat negara merupakan panda
ngan hidup bangsa yang diyakini kebenarannnya dan
diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat yang
mendiami negara tersebut. Pandangan hidup bangsa
merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap
bangsa. Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi segala as
pek suatu bangsa. Nilai adalah suatu konsepsi yang
secara eksplisit maupun implisit menjadi milik atau ciri
khas seseorang atau masyarakat. Pada konsep
tersembunyi bahwa pilihan nilai merupakan suatu ukuran
atau standar yang memiliki kelestarian yang secara
umum digunakan untuk mengorganisasikan sistem
tingkah laku suatu masyarakat (Prayitno, 1989:1).
Sistem nilai (filsafat) yang dianut suatu bangsa
merupakan filsafat masyarakat
budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat merupakan su
mber dari segala sumber hukum yang berlaku dalam suat
u masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, filsaf
at berfungsi dalam menentukan pandangan hidup suatu
masyarakat dalam menghadapi suatu masalah,hakikat
dan sifat hidup, hakikat kerja, hakikat kedudukan
manusia, etika dan tata krama pergaulan dalam ruang
dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan
manusia lainnya(Prayitno, 1989:2).
Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki
filsafat seperti bangsa-bangsa lain. Filsafat ini tak lain
adalah yang kita kenal dengan nama Pancasila yang
terdiri dari lima sila. Pancasila merupakan filsafat hidup
bangsa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa yang dimaksud Pancasila sebagai sistem filsafat?
 Mengapa filsafat Pancasila disebut sebagai genetivus
objektifus dan genetivus subjektifus?
 Mengapa Pancasila dikatakan sebagai sistem
filsafat?
 Apa saja objek filsafat Pancasila?
 Apa saja karakteristik dan prinsip-prinsip filsafat
Pancasila?
 Bagaimana Pancasila sebagai sistem filsafat bangsa
Indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pancasila sebagai sistem filsafat


A. Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dimaknai sebagai
hasil pemikiran manusia Indonesia secara mendalam,
sistematis, dan menyeluruh tentang kenyataan.
Maka, sebagai sistem filsafat, Pancasila berarti refleksi
kritis dan rasional sebagai dasar negara dan kenyataan
budaya bangsa dengan tujuan mendapatkan pokok-
pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Adapun pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem
filsafat ini dapat dilakukan dengan cara deduktif dan
induktif, sebagaimana dijelaskan oleh Dosen Unikom
Sylvia Octa Putri dalam Pancasila sebagai Sistem
Filsafat (2017).
Cara deduktif berarti dengan mencari hakikat Pancasila
serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis
menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
Cara induktif berarti dengan mengamati gejala-gejala
sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan
menarik arti serta makna yang hakiki dari gejala-gejala
itu.
Melalui cara-cara tersebut, filsafat Pancasila sebagai hasil
perenungan memberi pengetahuan dan pengertian
ilmiah, yaitu tentang hakikat dari Pancasila.
Hal ini dijelaskan oleh Notonagoro
dalam modul Pancasila sebagai Sistem Filsafat susunan
Rohdearny Tetty Yulietty Munthe.
Dengan kata lain, Pancasila sebagai filsafat mengandung
pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi
substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.
Pada dasarnya, yang menjadi subjek atau pendukung dari
isi sila-sila Pancasila adalah manusia Indonesia sebagai
manusia.
Ali Mudhofir dalam jurnal berjudul Pancasila sebagai
Sistem Kefilsafatan (1996) menjelaskan bahwa manusia
di sini merujuk pada manusia yang terdiri dari sejumlah
unsur mutlak.
Yang mana, semua unsur tersebut menduduki dan
menjalankan fungsinya secara mutlak. Artinya, fungsinya
tidak dapat digantikan oleh unsur yang lain.
Inti isi masing-masing sila Pancasila sendiri merupakan
penjelmaan atau realisasi yang sesuai dengan unsur-
unsur hakikat manusia, sehingga setiap sila menempati
kedudukan dan menjalankan fungsinya secara mutlak
dalam susunan kesatuan Pancasila.
Lebih lanjut, filsafat Pancasila sebagai hasil pemikiran
juga dapat dimaknai sebagai pedoman hidup sehari-hari
(way of life atau weltanschauung). Pancasila merupakan
pencerminan pandangan bangsa Indonesia dalam
menghadapi realitas.
Melalui kelima silanya, yaitu:
1) Ketuhanan yang Maha Esa;
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab;
3) Persatuan Indonesia;
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan;
5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila sebagai sistem filsafat mencerminkan
pandangan bangsa, dengan inti ajaran pada masing-
masing sila sebagai berikut:
Tuhan, yaitu sebagai kausa primaManusia, yaitu makhluk
individu dan makhluk sosialSatu, yaitu kesatuan yang
memiliki kepribadian sendiriRakyat, yaitu unsur mutlak
negara yang menjunjung nilai kerja sama dan gotong
royongAdil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri
dan orang lain sesuai haknya
Berdasarkan hal tersebut, ajaran dalam Pancasila
mencakup wawasan filsafat yang meliputi bidang atau
aspek ontologi (keberadaan), epistemologi
(pengetahuan), dan aksiologi (nilai-nilai).
Mengutip buku Pendidikan Pancasila &
Kewarganegaraan oleh Edi Rohani (2019), filsafat bisa
diartikan sebagai pandangan hidup seseorang atau
kelompok yang merupakan konsep dasar dari kehidupan
yang dicita-citakan.
Sedangkan sistem menurut Sri Rahayu dalam Pendidikan
Pancasila & Kewarganegaraan (2017) umumnya memiliki
ciri:
Suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,
saling ketergantungan.Kesemuanya dimaksudkan untuk
mencapai suatu tujuan bersama. Sehingga terjadi dalam
suatu lingkungan yang komplek.
Dengan demikian, Pancasila sebagai sistem filsafat adalah
suatu kesatuan yang saling berkaitan, bahkan saling
berkualifikasi antara satu sila dengan sila lainnya
sehingga membentuk suatu struktur yang menyeluruh
untuk tujuan tertentu.
Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila yaitu
tentang hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha
Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan
dengan masyarakat bangsa.
Menurut Ruslan Abdul Gani, Pancasila disebut sebagai
filsafat karena merupakan hasil perenungan jiwa yang
mendalam oleh para founding fathers atau pendiri
bangsa Indonesia.
2.2 Filsafat Pancasila sebagai genetivus objektifus dan
genetivus subjektifus

2.2.1 Filsafat pancasila sebagai Genetivus objectifus dan


genetifus subjectifus
Pancasila sebagai genetivus-objektivus, artinya nilai-nilai
Pancasila dijadikan sebagai objek yang dicari landasan
filosofisnya berdasarkan sistem-sistem dan cabang-
cabang filsafat yang berkembang di Barat.
Pancasila sebagai genetivus-subjectivus, artinya nilai-nilai
Pancasila dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran
filsafat yang berkembang, baik untuk menemukan hal-hal
yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila maupun untuk
melihat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya
dipakai dasar bagi pembuatan peraturan perundang-
undangan, tetapi juga nilai-nilai Pancasila harus mampu
menjadi orientasi pelaksanaan sistem politik dan dasar
bagi pembangunan nasional.
Sastrapratedja mengatakan bahwa Pancasila adalah
dasar politik, yaitu prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan
bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat. Soerjanto
mengatakan bahwa fungsi Pancasila untuk memberikan
orientasi ke depan mengharuskan bangsa Indonesia
selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang
dihadapinya.

2.2.2 Landasan Ontologis filsafat pancasila


Ontologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang
hakikat segala yang ada secara umum sehingga dapat
dibedakan dengan disiplin ilmu-ilmu yang membahas
sesuatu secara khusus. Ontologi membahas tentang
hakikat yang paling dalam dari sesuatu yang ada, yaitu
unsur yang paling umum dan bersifat abstrak, disebut
juga dengan istilah substansi. Inti persoalan ontologi
adalah menganalisis tentang substansi. Substansi berasal
dari bahasa Latin “substare” artinya serentak
ada,bertahan, ada dalam kenyataan. Substantialitas
artinya sesuatu yang berdiri sendiri,hal berada, wujud,
hal wujud.
Menurut Bakker, Ontologi adalah ilmu yang paling
universal karena objeknya meliputi segala-galanya
menurut segala bagiannya (ekstensif) dan menurut
segala aspeknya (intensif). Bakker mengaitkan dimensi
ontologi ke dalam Pancasila dalam uraian berikut.
Manusia adalah makhluk individu sekaligus sosial
(monodualisme),yang secara universal berlaku pula bagi
substansi infrahuman, manusia, dan Tuhan.
Kelima sila Pancasila menurut Bakker menunjukkan dan
mengandaikan kemandirian masing-masing, tetapi
dengan menekankan kesatuannya yang mendasar dan
keterikatan dalam relasi-relasi. Dalam kebersamaan itu,
sila-sila Pancasila merupakan suatu hirarki teratur yang
berhubungan satu sama lain,khususnya pada Tuhan.
Stephen W. Littlejohn dan Karen A Foss dalam Theories
of Human Communication menegaskan bahwa ontologi
merupakan sebuah filosofi yang berhadapan dengan sifat
makhluk hidup.
Littlejohn dan Fossterkait mengemukakan bahwa,
masalah ontologis ini dapat diterapkan ke dalam
Pancasila sebagai sistem filsafat.
Pertama, determinisme menyatakan bahwa perilaku
manusia disebabkan oleh banyak kondisi sebelumnya
sehingga manusia pada dasarnya bersifat reaktif dan
pasif. Pancasila sebagai sistem filsafat lahir sebagai reaksi
atas penjajahan yang melanggar Hak Asasi
Manusia,sebagaimana amanat yang tercantum dalam
alinea I Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, ”Bahwa
sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa
dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus
dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri-
kemanusiaan dan peri-keadilan”.
Kedua, pragmatisme menyatakan bahwa manusia
merencanakan perilakunya untuk mencapai tujuan masa
depan sehingga manusia merupakan makhluk yang aktif
dan dapat mengambil keputusan yang memengaruhi
nasib mereka. Sifat aktif yang memunculkan semangat
perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu
penjajahan termuat dalam alinea II Pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berbunyi:
“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia
telah sampailah kepada saat yang berbahagia, dengan
selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke
depan pintu gerbang Kemerdekaan Negara Indonesia,
yang merdeka, bersatu, berdaulat,adil dan
makmur”.Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah
pemikiran filosofis atas hakikat dan nilai-nilai sila
Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia.
Ketiga ,kompropisme menyatakan bahwa membuat
manusia membuat pilihan dalam jangkauan yang
terbatas atau bahwa perilaku telah
ditentukan ,sedangkan perilaku yang lain dilakukan
secara bebas.ketergantungan disatu pihak dan
kebebasan di pihak lain tercermin dalam alinea III
pembukaan undang - undang dasar negara republik
indonesia tahun 1945
Persoalan kedua, dipertanyakan apakah perilaku manusia
sebaiknya dipahami dalam bentuk keadaan atau sifat ?
Keadaan mencerminkan kedinamisan
manusia ,sedangkan sifat mengacu pada karakteristik
yang konsisten sepanjang waktu. Keadaan dan sifat
membentuk perilaku bangsa indonesia dari masa kemasa
berupa solidaritas

2.2.3 Landasan epistemologis filsafat pancasila


Epistemologi adalah cabang filsafat pengetahuan yang
membahas tentang sifat dasar pengetahuan,
kemungkinan, lingkup, dan dasar umum pengetahuan.
Epistemologi terkait dengan sesuatu yang paling
sederhana dan paling mendasar.
Littlejohn and Foss menyatakan bahwa epistemologi
merupakan cabang filosofi yang mempelajari
pengetahuan atau bagaimana orang-orang dapat
mengetahui tentang sesuatu atau apa-apa yang mereka
ketahui.Mereka mengemukakan beberapa persoalan
paling umum dalam epistemologis sebagai berikut:
pertama pada tingkatan apa pengetahuan dapat muncul
sebelum pengalaman ? Kedua pada tingkatan apa
pengetahuan dapat menjadi sesuatu yang pasti ?
Landasan epistemologi Pancasila digali dari pengalaman
dan dipadukan menjadi suatu pandangan menyeluruh
kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila secara
epistemologis dapat diuraikan sebagai berikut.Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa digali dari pengalaman
kehidupan beragama bangsa Indonesia sejak dahulu
sampai sekarang sila kemanusiaan yang adil dan beradap
digali dari pengalaman atas kesadaran masyarakat yang
ditindas oleh penjajahan selama beradap adap .oleh
karena itu ,dalam alinea pertama pembukaan undang
undang dasar negara republik indonesia tahun 1945 Sila
persatuan indonesia digali dari pengalaman atas
kesadaran bahwa keterpecahbelahan yang dilakukan
penjajah kolonialisme belanda melalui politik devidet
impera menimbulkan konflik antar msyarakat indonesia .
Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan dari budaya bangsa
indonesia yang sudah mengenal secara turun temurun
pengambilan keputusan berdasarkan semangat
musyawarah untuk mufakat . Sila keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia digali dari prinsip-prinsip yang
berkembang dalam masyarakat indonesia yang tercermin
dalam sikap gotong royong .

2.2.4 Landasan aksiologis pancasila


Littlejohn and foss mendefinisikan aksiologis sebagai
cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai.
Masalah utama dalam aksiologis adalah bisakah teori
bebas dari nilai? Positivisme meyakini bahwa teori bebas
dari nilai sehingga unsur ilmiah terjaga. Padahal tidak
semua aspek kehidupan manusia dapat diukur secara
ilmiah . Pancasila tidak mengikuti positivisme .Pancasila
adalah sumber nilai bagi bangsa indonesia seperti nilai
spiritualitas ,kemanuasiaan , solidaritas ,
musyawarah ,dan keadilan.
Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas
yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Sila pertama
mengandung kualitas monoteis, spiritual,kekudusan, dan
sakral. Sila kemanusiaan mengandung nilai martabat,
harga diri,kebebasan, dan tanggung jawab. Sila persatuan
mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan. Sila
keempat mengandung nilai demokrasi, musyawarah,
mufakat,dan berjiwa besar. Sila keadilan mengandung
nilai kepedulian dan gotong royong.

2.3 Pancasila sebagai sistem kefilsafatan


Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang
harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia
agar menghormati, menghargai, menjaga dan
menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para
pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah
berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini.
Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap
meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa
adanya keraguan guna memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
Selama manusia hidup sebenarnya tidak seorang pun
dapat menghindar dari kegiatan berfilsafat. Adapun arti
dalam pengertian dari Pancasila sebagai Sistem Filsafat
adalah :
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari berbagai
unsur, masing-masing unsure mempunyai fungsi sendiri-
sendiri, mempunyai tujuan yang sama, saling keterkaitan
(interrelasi) dan ketergantungan (interdependensi),
sehingga merupakan satu kesatuan yang bulat dan
utuh.Pancasila adalah sebuah system karena pancasila
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-
pisahkan.
Esensi seluruh sila-silanya juga merupakan suatu
kasatuan. Pancasila berasal dari kepribadian Bangsa
Indonesia dan unsur-unsurnya telah dimiliki oleh Bangsa
Indonesia sejak dahulu. Secara garis besar Pancasila
adalah suatu realita yang keberadan dan kebenaraannya
tidak dapat diragukan. Nilai-nilai Pancasila seperti
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan
keadilan harus menjadi pedoman dan tolak ukur bagi
seluruh kegiatan kemasyarakatan dan kenegaraan
Bangsa Indonesia.

2.4 Objek Filsafat Pancasila


Ditinjau dari segi obyektifnya, filsafat meliputi hal-hal
yang ada atau dianggap dan diyakini ada, seperti
manusia, dunia, Tuhan dan seterusnya.
Ruang lingkup obyek filsafat :
a. Obyek material
b. Obyek formal
Lebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental
Questions of Philosophy (1962) menyatakan bahwa
pertanyaan-pertanyaan pokok filsafat (secara tersirat
menunjukan objek filsafat) ialah : Truth (kebenaran),
Matter (materi), Mind (pikiran), The Relation of matter
and mind (hubungan antara materi dan pikiran), Space
and Time (ruang dan waktu), Cause (sebab-sebab),
Freedom (kebebasan), Monism versus Pluralism (serba
tunggal lawan serba amak), dan God (Tuhan).
Pendapat-pendapat tersebut diatas menggambarkan
betapa luas dan mencakupnya objek filsafat baik dilihat
dari substansi masalah maupun sudut pandangnya
terhadap masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa
objek filsafat adalah segala sesuatu yang berwujud dalam
sudut pandang dan kajian yang mendalam (radikal).
Secara lebih sistematis para ahli membagi objek filsafat
ke dalam objek material dan obyek formal. Obyek
material adalah objek yang secara wujudnya dapat
dijadikan bahan telaahan dalam berfikir, sedangkan
obyek formal adalah objek yang menyangkut sudut
pandang dalam melihat obyek material tertentu.
Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material
filsafat adalah sarwa yang ada (segala sesuatu yang
berwujud), yang pada garis besarnya dapat dibagi atas
tiga persoalan pokok yaitu :
1). Hakekat Tuhan;
2). Hakekat Alam; dan
3). Hakekat manusia,
Sedangkan objek formal filsafat ialah usaha mencari
keterangan secara radikal terhadap objek material
filsafat. Dengan demikian objek material filsafat mengacu
pada substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat
difikirkan oleh manusia, sedangkan objek formal filsafat
menggambarkan tentang cara dan sifat berfikir terhadap
objek material tersebut,dengan kata lain objek formal
filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan
dalam memikirkan objek material filsafat.

2.5 Karakteristik dan prinsip-prinsip filsafat Pancasila


a. Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila
Sebagai filsafat, pancasila memiliki karasteristik system
filsafat tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya, di
antaranya:
1. sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan sistim
yang bulat dan utuh (sebagai suatu totalitas). Dengan
pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu
sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka itu bukan
pancasila.
2. susunan pancasila dengan suatu sistim yang bulat dan
utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:
Sila 1, meliputi, mendasari, dan menjiwa: sila 2, 3, 4, dan
5.
Sila 2, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, serta mendasari
dan mcnjiwai sila 3,4, dan 5.
Sila 3, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, serta
mendasari dan menjiwa; sila 4 dan 5.
Sila 4, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, dan 3, serta
mendasari dan menjiwai sila 5.
Sila 5, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, 3, dan 4.
Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur
asli/permanen/primer
Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-
unsurnya berasal dari dirinya sendiri.
Pancasila sebagai suatu realitas, artinya ada dalam diri
manusia Indonesia dan masyarakatnya, sebagai suatu
kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup, dan
berkembang dalam kehidupan sehari-hari.
b. Prinsip-Prinsip Filsafat Pancasila
Pancasila ditinjau dari Kausalitas Aristoteles dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan
dengan materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari
nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia
sendiri; .
2) Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan
dengan bentuknya, Pancasila yang ada dalam
pembukaan UUD '45 memenuhi syarat formal
(kebenaran formal);
3) Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI
dalam menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi
dasar negara Indonesia merdeka; serta
4) Kausa Finalis. maksudnya berhubungan dengan
tujuannya, yaitu tujuan diusulkannya Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia merdeka.
Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi:
1) Tuhan, yaitu sebagai kausa prima;
2) Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial;
3) Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri;
4) Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama
dan hergotong royong; serta
5) Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri
dan orang lain yang menjadi haknya.

2.6 Pancasila sebagai sistem filsafat bangsa Indonesia


Pancasila sebagai sesuatu yang ada, maka dapat dikaji
secara filsafat (ingat objek material filsafat adalah segala
yang ada), dan untuk mengetahui bahwa Pancasila
sebagai system filsafat, maka perlu dijabarkan tentang
syarat-syarat filsafat terhadap Pancasila tersebut, jika
syarat-syarat system filsafat cocok pada Pancasila, maka
Pancasila merupakan system filsafat, tetapi jika tidak
maka bukan system filsafat. Sebaimana suatu logam
dikatakan emas bila syarat-syarat emas terdapat pada
logam tersebut.
Penjabaran filsafat terhadap Pancasila :
1) Objek filsafat :
pertama objek material adalah segala yang ada dan
mungkin ada. Objek yang demikian ini dapat digolongkan
ke dalam tiga hal, yaitu ada Tuhan, ada manusia, dan ada
alam semesta. Pancasila adalah suatu yang ada, sebagai
dasar negara rumusannya jelas yaitu :
1. Ke-Tuhanan Y.M.E.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dari rumusan ini maka objek yang didapat adalah: Tuhan,
manusia, satu, rakyat, dan adil. Dan dari kelima objek itu
dapat dipersempit lagi ke dalam tiga saja, yaitu Tuhan,
manusia dan alam semesta untuk mewakili objek satu,
rakyat, dan adil, sebab hal-hal yang bersatu, rakyat dan
keadilan itu berada pada alam semesta itu sendiri.
Dengan demikian dari segi objek material Pancasila dapt
diterima.
Kedua, objek formal filsafat adalah hakikat dari segala
sesuatu yang ada itu sendiri. Apakah Pancasila juga kajian
hakikat? Kalau menilik dari kelima objek kelima sila
Pancasila itu, semuanya tersusun atas kata dasar dengan
tambahan awalan ke/per dan akhiran an. Menurut ilmu
bahasa, jika suatu kata dasar diberi awalan ke atau per
dan akhiran an, maka akan menjadi abstrak (bersifat
abstrak) benda kata dasar tersebut,lebih dari itu
menunjukkan sifat hakikat dari bendanya. Misalnya
kemanusiaan,maknanya adalah hakikat abstrak dari
manusia itu sendiri, yang mutlak, tetap dan tidak
berubah. Demikian juga dalam sila-sila Pancasila yang
lainnya, yaitu Ke-Tuhanan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Khusus untuk persatuan, awalan per
menunjukkan suatu proses menuju ke awalan ke yang
nantinya diharapkan menjadi kesatuan juga. Dengan
analisis penjabaran ini, maka Pancasila memenuhi syarat
juga dalam hal objek formalnya.
2) Metode filsafat : metode filsafat adalah kontemplasi
atau perenungan atau berfikir untuk menemukan
hakikat. Jadi di sini bukan berfikirnya, tetapi cara
menemukan hakikat, atau metode menemukan hakikat.
Secara umum ada dua dan tiga dengan metode
campuran, yaitu metode analisa, metode sintesa serta
metode analisa dan sintesa (analiticosyntetik). Demikian
juga Pancasila, ia temuikan dengan cara-cara tertentu
dengan metode analisa dan sintesa, nilai-nilainya digali
dari buminya Indonesia.
3) Sistem filsafat : setiap ilmu maupun filsafat dalam
dirinya merupakan suatu system, artinya merupakan
suatu kebulatan dan keutuhan tersendiri, terpisah
dengan system lainnya. Misalnya psykhologi merupakan
kebulatan tersendiri terpisah dan berbeda dengan
anthropologi, demikian seterusnya ilmu-ilmu dan filsafat
yang lain.
Pancasila sebagai suatu Dasar Negara adalah merupakan
suatu kebulatan. Memang terdiri dari lima, tetapi sila-sila
tersebut saling ada hubungannya satu dengan lainnya
secara keseluruhan, tidak ada satupun sila yang terpisah
dengan yang lainnya. Oleh karena itu dapat diistilahkan
“Eka Pancasila”, lima sila dalam satu kesatuan yang utuh.
Setiap sila mengandung, dibatasi dan disifati oleh
keempat sila lainnya. Sila-sila yang di depan mendasari
dan menjiwai sila-sila yang di belakang, sedang sila-sila
yang di belakang merupakan pengkhususan atau bentuk
realisasi dari sila-sila yang di depan, dan dari segi
keluasannya sila-sila yang di belakang lebih sempit dari
sila-sila yang di muka. Dilihat dari pemahaman ini, maka
sila pertama ke-Tuhanan Y.M.E., adalah dasar yang paling
umum bagi semua sila yang di belakang, mendasari, dan
menjiwai semua sila, sedang semua sila yang kelima
merupakan sila yang terkhusus dan merupakan tujuan
dari semua sila yang di depan, oleh karena itu
rumusannya (redaksinya) berbunyi “… untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia”.
4) Sifat universal filsafat : Berlaku umum adalah sifat dari
pengetahuan ilmiah, dan universal adalah sifat dari kajian
filsafat. Pengertian umum itu bertingkat, dari umum
penjumlah yang kecil (kolektif) dari sekumpulan jumlah
tertentu sampai jumlah yang lebih besar dan luas lagi
hingga kepada umum seumum-umumnya (universal).
Bagaimana jika diterapkan pada Pancasila? Misalnya
kajian tentang hakikat manusia, sebagaimana terdapat
dalam sila ke dua Pancasila. Hakikat manusia adlah
unsur-unsur dasar yang mutlak pada manusia adalah
sama bagi seluruh jenis makhluk yang namanya manusia,
yang berada di manapun dan waktu kapanpun, jadi
pengertian ini (universal) tidak terbatas pada ruang dan
waktu, di mana dan kapanpun manusia itu berada. Sila
keadilan demikian juga, bahwa yang namanya “adil” itu
sama hakikatnya maknanya di manapun dan kapanpun,
demikian juga berlaku pada sila-sila yang lainnya. Dengan
uraian yang merupakan penjabaran dari syarat-syarat
filsafat yang ternyata cocok diterapkan kepada Pancasila,
ini menunjukkan dan mengukuhkan bahwa Pancasila
benar-benar suatu system filsafat. Yaitu Sistem Filsafat
Bangsa Indonesia, nama Indonesia ini ditambahkan
karena objek materialnya seperti telah diutarakan di
muka adalah dari bangsa Indonesia sendiri. Yaitu digali
dari buminya Indonesia, dari nenek moyang kita sejak
lama, dari khasanah kehidupannya, dari kebiasaannya,
adaptistiadatnya, kebudayaannya, serta kepercayaan dan
agama-agamanya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Secara Umum,Filsafat adalah suatu kebijaksanaan hidup
(filosofia) untuk memberikan suatu pandangan hidup
yang menyeluruh berdasarkan refleksi atas pengalaman
hidup maupun pengalaman ilmiah. Filsafat merupakan
suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode
dan sistem. Namun filsafat berbeda dari ilmu-ilmu
pengetahuan kehidupan lainnya karena memiliki obyek
tersendiri yang sangat luas. Pancasila sebagai sistem
filsafat dapat dimaknai sebagai hasil pemikiran manusia
Indonesia secara mendalam, sistematis, dan menyeluruh
tentang kenyataan.Filsafat Pancasila sebagai genetivus-
subjectivus memiliki tiga landasan yaitu landasan
Ontologis(membahas pengetahuan secara umum),
landasan Epistemologis(membahas pengetahuan secara
mendasar), dan landasan Aksiologis (nilai-nilai). Pancasila
sebagai sistem kefilsafatan bertujuan untuk
menyadarkan bangsa Indonesia sehingga bisa
menghargai dan menghormati jasa-jasa pahlawan. Maka
dari itu kita sebagai bangsa yang baik haruslah mengerti
dan menerapkan sistem filsafat pada pancasila dalam diri
kita sehingga bisa mengerti dan menjadi lebih
menghargai jasa para pahlawan
DAFTAR PUSTAKA

Syaima Sabine Fasawwa. 2022. Pengertian Pancasila


Sebagai Sistem Filsafat, Makna & Penjelasannya.
[Internet]. https://tirto.id/pengertian-pancasila-sebagai-
sistem-filsafat-makna-penjelasannya-grQe
dosenpendidikan. 2022. Pancasila Sebagai Sistem
Filsafat. [Internet].
https://www.dosenpendidikan.co.id/pancasila-sebagai-
sistem-filsafat/

m.kumparan.com. 2021. Pancasila Sebagai Sistem


Filsafat: Makna dan Karakteristiknya. [Internet].
https://kumparan.com/berita-hari-ini/pancasila-sebagai-
sistem-filsafat-makna-dan-karakteristiknya-1vqqzE8FTKb

Azizah Syarifah. 2019/2020. Pancasila Sebagai Sistem


Filsafat. [Makalah].
https://id.scribd.com/document/445387697/MAKALAH-
PANCASILA-SEBAGAI-SISTEM-FILSAFAT-docx
I Putu Ari Astawa. 2017. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat.
[Makalah].

Rowland Bismark Fernando Pasaribu. 2013. Pancasila


Sebagai Sistem Filsafat. [Makalah].
Erita Utari. 2022. Filsafat Pancasila Sebagai Genetivus
Objektivus Dan Genetivus Subjectivus. [Makalah].

Anda mungkin juga menyukai