Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

HUBUNGAN ANTARA TRAGEDI G30S PKI DENGAN PANCASILA


SEBAGAI INTEGRITAS NASIONAL

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Pendidikan
Pancasila

Dosen Pengampu:

Yanti Yulianti, S.H., M.Kn.

Disusun oleh :

Ajeng Dini Fauziah (23243164)


Farhan Firmansyah (23242013)
Silva Nurdianti (23242005)
Syamsul Rizal Irawan (23242008)
Rizki Pratama (23242072)
Niki Alwi (23242007)

JURUSAN PENDIDIKAN MANAJEMEN


STIE GEMA WIDYA BANGSA
BANDUNG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..............................................................1
A. Latar Belakang......................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................2
C. Tujuan....................................................................................2
D. Metode Penelitian..................................................................2
BAB II KERANGKA TEORI......................................................3
A. Filsafat Pancasila...................................................................3
B. Integritas Nasional................................................................6
BAB III PEMBAHASAN.............................................................10
A. Awal Mula G30S PKI............................................................10
B. Faktor Penyebab G30S PKI.................................................10
C. Tujuan G30S PKI..................................................................12
D. Kronologi G30S PKI.............................................................12
E. Dampak G30S PKI................................................................15
BAB IV ANILISIS DAN PEMBAHASAN..................................16
A. Analisi Permasalahan...........................................................16
B. Hubungan G30S PKI dengan Pancasila Sebagai Integritas
Nasional..................................................................................16
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................20
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................21
C.

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pancasila adalah sebagai dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat
diartikan kesimpulan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan ideologi
negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup Bangsa Indonesia sebagai
dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan
bangsa dan negara.
Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa Indonesia tak
ada yang mampu menandinginya. Indonesia yang terdiri atas berbagai suku
bangsa dapat dipersatukan oleh Pancasila. Itu sebabnya sering kali Pancasila
dianggap sebagai ideologi yang sakti.
Sebagai dasar negara republic Indonesia ( way of life ), Pancasila nilai-
nilainya telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak jaman dulu. Nilai-nilai
tersebut meliputi nilai budaya, adat-istiadat dan religiusitas yang
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan kita mengenai kebudayaan Indonesia sangatlah kurang, anak
muda zaman sekarang lebih mengetahui tentang modernisasi ketimbang
tradisional. Pengaruh kebudayaan luar menyebabkan kurangnya pengetahuan
kita mengenai proses kebudayaan yang ada di Indonesia. Kurangnya
pengetahuan akan hak dan kewajiban kita sebagai warga negara menimbulkan
hilangnya rasa persatuan kita baik terhadap sesame maupun negara.
Sifat Masyarakat Indonesia yang individualisme menjadi salah satu faktor
penyebab runtuhnya jiwa persatuan dan kesatuan bangsa. Maka dari itu
diperlukan Pendidikan kewarganegaraan sejak dini untuk menumbuhkan
semangat jiwa berbangsa dan patriotisme.
Sebagai generasi penerus bangsa, marilah kita memiliki rasa tanggung jawab
terhadap keutuhan dan kesatuan bangsa. Tidak hanya sebagai generasi penerus bangsa,
tetapi kita adalah generasi pelurus bangsa dimana menjunjung tinggi sikap keadilan
adalah suatu keharusan demi terciptanya kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.
Sebagai warga Negara Indonesia yang baik, marilah kita memiliki rasa Integrasi
Nasional. Yaitu suatu sikap kepedulian terhadap sesama, serta memiliki rasa persatuan

1
yang tinggi, baik terhadap bangsa, negara, agama, sosial, budaya, maupun keluarga.
Tidak ada kata terlambat untuk memulai terciptanya kehidupan yang berlandaskan
Pancasia, berpegang teguh pada semboyan bangsa “Bhinneka Tunggal Ika” dan
bersandar hukum UUD.
Integrasi suatu bangsa terjadi karena adanya perpaduan dari berbagai unsur,
seperti suku bangsa, tradisi, kepercayaan atau agama, sosial budaya, dan budaya
ekonomi sehingga terwujud satu kesatuan wilayah, politik, ekonomi, sosial, dan
budaya yang membentuk jati diri suatu bangsa.
Suatu konsensus nasional mengenai bagaimana suatu kehidupan bersama sebagai
bangsa harus diwujudkan atau diselenggarakan, melalui suatu konsensus nasional
mengenai “sistem nilai” yang akan mendasari hubungan-hubungan sosial di antara
anggota suatu masyarakat negara.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana potensi Integritas Nasional dalam suatu kasus yang
berhubungan dengan Pancasila sila ke 3?
2. Apa kasus yang berhubungan dengan Pancasila dan Integritas Nasional?
C. Tujuan
1. Mengetahui potensi integritas nasional berdasarkan kasus yang sudah
terjadi di Indonesia.
2. Memberikan gambaran contoh kasus yang berhubungan dengan
Pancasila dan Integritas Nasional.
D. Metode Penulisan
Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan
melakukan pencarian sumber-sumber yang relevan dan pencarian data melalui
internet.

2
BAB II

KERANGKA TEORI

A. FILSAFAT PANCASILA
1. Pengertian
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan renungan yang
menggugah kesadaran para pendiri negara, termasuk Soekarno Ketika
menggagas ide Philosophische Grondslag. Perenungan ini mengalir ke arah
upaya untuk menemukan nilai-nilai filosofis yang menjadi identitas bangsa
Indonesia. Perenungan yang berkembang dalam diskusi-diskusi sejak siding
BPUPKI sampai ke pengesahan Pancasila oleh PPKI, termasuk salah satu
momentum untuk menemukan Pancasila sebagai sistem filsafat.
Istilah Pancasila dapat bermacam-macam makna, namun dapat dibedakan
dalam dua kelompok berdasar penghayatan material dan penghayatan formal.
Atas dasar penghayatan material Pancasila sebagai filsafat hidup diartikan
“suatu pandangan hidup bangsa yang berketuhanan berperikemanusiaan
berpersatuan berkerakyatan dan berkeadilan”. Berdasar penghayatan formal
Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah “suatu ideologi negara yang
berketuhanan berperikemanusiaan berpersatuan berkerakyatan dan
berkeadilan”. Filsafat Pancasila adalah penggunaan nilai-nilai pancasila
sebagai dasar dan pandangan hidup bernegara. Dalam prinsipnya, Pancasila
sebagai filsafat merupakan perluasan manfaat dari yang bermula sebagai dasar
dan ideologi, merambah hingga produk filsafat (falsafah).
Pancasila sebagai produk filsafat berarti digunakan sebagai pandangan
hidup dalam kegiatan praktis. Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai fungsi
dan 8 peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan
perbuatan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara bagi bangsa Indonesia. Pancasila sebagai filsafat juga berarti
bahwa pancasila mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat
menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila. Hal yang mendasari
pernyataan ini adalah karena pada hakikatnya Pancasila memiliki sistem nilai
(value system) yang didapat dari penggalian dan pengejawantahan nilai-nilai
luhur mendasar dari kebudayaan bangsa Indonesia sepanjang sejarah, berakar

3
dari unsur-unsur kebudayaan luar yang sesuai sehingga secara keseluruhannya
terpadu menjadi kebudayaan bangsa Indonesia.
Noor Bakry menjelaskan bahwa Pancasila sebagai sistem filsafat
merupakan hasil perenungan yang mendalam dari para tokoh kenegaraan
Indonesia. Hasil perenungan itu semula dimaksudkan untuk merumuskan dasar
negara yang akan merdeka. Selain itu, hasil perenungan tersebut merupakan
suatu sistem filsafat karena telah memenuhi ciri-ciri berpikir kefilsafatan.
Beberapa ciri berpikir kefilsafatan meliputi:
i. Sistem filsafat harus bersifat koheren, artinya berhubungan satu
sama lain secara runtut, tidak mengandung pernyataan yang saling
bertentangan di dalamnya. Pancasila sebagai sistem filsafat,
bagian-bagiannya tidak saling bertentangan, meskipun berbeda,
bahkan saling melengkapi, dan tiap bagian mempunyai fungsi dan
kedudukan tersendiri;
ii. Sistem filsafat harus bersifat menyeluruh, artinya mencakup segala
hal dan gejala yang terdapat dalam kehidupan manusia. Pancasila
sebagai filsafat hidup bangsa merupakan suatu pola yang dapat
mewadahi semua kehidupan dan dinamika masyarakat di
Indonesia;
iii. Sistem filsafat harus bersifat mendasar, artinya suatu bentuk
perenungan mendalam yang sampai ke inti mutlak permasalahan
sehingga menemukan aspek yang sangat fundamental. Pancasila
sebagai sistem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata
kehidupan manusia menghadapi diri sendiri, sesama manusia, dan
Tuhan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara;
iv. Sistem filsafat bersifat spekulatif, artinya buah pikir hasil
perenungan sebagai praanggapan yang menjadi titik awal yang
menjadi pola dasar berdasarkan penalaran logis, serta pangkal tolak
pemikiran tentang sesuatu. Pancasila sebagai dasar negara pada
permulaannya merupakan buah pikir dari tokoh-tokoh kenegaraan
sebagai suatu pola dasar yang kemudian dibuktikan kebenarannya

4
melalui suatu diskusi dan dialog panjang dalam sidang BPUPKI
hingga pengesahan PPKI (Bakry, 1994: 13--15).
2. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
Tidak hanya di zaman Yunani yang telah melahirkan peradaban besar
melalui pemikiran para filsuf, di zaman modern sekarang ini pun, manusia
memerlukan filsafat karena beberapa alasan. Pertama, manusia telah
memperoleh kekuatan baru yang besar dalam sains dan teknologi, telah
mengembangkan bermacam-macam teknik untuk memperoleh ketenteraman
(security) dan kenikmatan (comfort). Akan tetapi, pada waktu yang sama
manusia merasa tidak tenteram dan gelisah karena mereka tidak tahu dengan
pasti makna hidup mereka dan arah harus tempuh dalam kehidupan mereka.
Kedua, filsafat melalui kerjasama dengan disiplin ilmu lain memainkan peran
yang sangat penting untuk membimbing manusia kepada keinginan-keinginan
dan aspirasi mereka. (Titus, 1984: 24). Dengan demikian, manusia dapat
memahami pentingnya peran filsafat dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
3. Landasan Pancasila Sebagai Filsafat Dasar Negara
a. Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus
Subjectivus
Pancasila sebagai genetivus-subjectivus, artinya nilai-nilai
Pancasila dipergunakan untuk mengkritisi berbagai aliran filsafat yang
berkembang, baik untuk menemukan hal-hal yang sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila maupun untuk melihat nilai-nilai yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya
dipakai dasar bagi pembuatan peraturan perundang-undangan, tetapi
juga nilai-nilai Pancasila harus mampu menjadi orientasi pelaksanaan
sistem politik dan dasar bagi pembangunan nasional. Misalnya,
Sastrapratedja (2001: 2) mengatakan bahwa Pancasila adalah dasar
politik, yaitu prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan bernegara,
berbangsa, dan bermasyarakat. Adapun Soerjanto (1991:57-58)
mengatakan bahwa fungsi Pancasila untuk memberikan orientasi ke depan

5
mengharuskan bangsa Indonesia selalu menyadari situasi kehidupan yang
sedang dihadapinya.

6
b. Landasan Ontologis Filsafat Pancasila
Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis
atas hakikat dan raison d’etre sila-sila Pancasila sebagai dasar filosofis
negara Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman atas hakikat sila-sila
Pancasila itu diperlukan sebagai bentuk pengakuan atas modus
eksistensi bangsa Indonesia.
c. Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila
Landasan epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila
digali dari pengalaman (empiris) bangsa Indonesia, kemudian
disintesiskan menjadi sebuah pandangan yang komprehensif tentang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

B. Integritas
1. Pengertian Integritas
Integritas adalah salah satu bentuk kualitas terpenting yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin. Integritas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan
perilaku, nilai, metode, sarana, prinsip, harapan, dan keterpaduan berbagai
hasil. Orang yang memiliki integritas berarti memiliki kepribadian yang jujur
dan kuat. Integritas sendiri berasal dari bahasa latin “integrate” yang artinya
seperti berikut ini:
a. Sikap tegas untuk tidak ingin korupsi, berpegang teguh pada
prinsip, dan menjadi dasar untuk berhubungan dengan diri sendiri
sebagai nilai moral
b. Kualitas, sifat, atau kondisi yang menunjukkan satu kesatuan yang
utuh memiliki potensi dan kemampuan untuk memancarkan
otoritas, kewibawaan, dan kejujuran
Kejujuran dalam hal ini bukan hanya omongan, pemanis retorika, tapi juga
tindakan. Jika dimulai dengan kejujuran, kredibilitas, dan banyak akhlak mulia
lainnya, maka karakter inilah yang sangat dibutuhkan pemimpin saat ini dan
selamanya. Karakter agung ini tentu akan bermuara pada manusia pilihan Al
Mustafa Muhammad SAW sebagai penyempurna karakter manusia.

7
Salah satu bentuk integrasi pribadi akan terlihat percaya diri dan elegan
serta tidak mudah terpengaruh oleh sesuatu hanya untuk melewati kegembiraan
atau kesenangan sesaat. Seseorang yang tulus lebih berhasil ketika mereka
menjadi pemimpin, baik formal maupun informal.
ntegritas lebih berkaitan dengan “hati”, kemampuan untuk melatih hati
nurani, termasuk kejujuran, ketulusan, dan dedikasi. Integritas dibangun di atas
tiga elemen kunci, yakni nilai kepemimpinan, koherensi, dan komitmen. Nilai-
nilai ini adalah pedoman yang dibutuhkan manajer di lapangan.
Integritas ini menjadi lebih kuat ketika seorang pemimpin konsisten antara
apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan (menjalankan ucapannya) dan
berkomitmen untuk itu. Tanpa integritas, kita akan kehilangan kepercayaan
karena orang lain menjauhi kita untuk menghindari kekecewaan. integritas
adalah praktik bersikap jujur dan menunjukkan kepatuhan yang konsisten dan
tanpa kompromi terhadap prinsip, nilai moral, dan etika yang kuat.
Integritas tidak berubah dan tidak tergoyahkan dalam mendukung nilai-
nilai luhur dan keyakinan seseorang. Definisi lain dari apa itu integritas adalah
konsep yang berkaitan dengan koherensi antara perilaku dan nilai dan prinsip.
Dalam etika, integritas diartikan sebagai kejujuran dan ketepatan atau
ketepatan tindakan seseorang. Lawan dari integritas adalah kemunafikan
(hypocrisy atau kemunafikan).

2. Pengertian Integritas menurut para ahli


a. Menurut Henry Cloud, integritas adalah seseorang yang terintegrasi
penuh dalam setiap bagian dari dirinya, bekerja dengan baik, dan
tidak dapat dipisahkan dari menjalankan fungsi sesuai dengan apa
yang telah dirancang sebelumnya. integritas terkait erat dengan
keutuhan dan efektivitas seseorang sebagai pribadi.
b. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah integritas adalah
kesatuan utuh kualitas, sifat, dan kondisi dengan potensi dan
kemampuan untuk memancarkan wibawa dan integritas.
c. Menurut Ippho Santosa, integritas sering diartikan sebagai
kombinasi pikiran, perkataan, dan tindakan yang menciptakan

8
reputasi dan kepercayaan. Jika mengacu pada asal kata, kata
kesempurnaan berarti berbicara secara utuh dan lengkap.
d. Menurut Andreas Harefa, integritas adalah tiga kunci yang dapat
diamati. Ini tentang menunjukkan kejujuran, memenuhi kewajiban,
dan melakukan sesuatu secara konsisten.
e. Stephen R. Covey membedakan antara integritas dan kejujuran.
“honesty is telling the truth, in other words, conforming our words
reality-integrity is conforming to our words, in other words, keeping
promises and fulfilling expectations.” Kejujuran berarti mengatakan
yang sebenarnya, dan kata- kata kita sesuai dengan kenyataan.
Kejujuran membuktikan bahwa apa yang dia lakukan adalah apa
yang dia katakan. Orang yang memiliki integritas dan jujur adalah
orang yang mandiri. Mereka menunjukkan kredibilitas mereka
sebagai orang yang bertanggung jawab dan setia. Menurut
f. Menurut Jacobs (2004), integritas menekankan kekekalan moral,
kejujuran pribadi, atau kejujuran.
g. Menurut Butler dan Cantrell (1984, Hosmer, 1995), integritas
didefinisikan sebagai reputasi yang kredibel dan jujur dari mereka
yang menjelaskan istilah “kepercayaan” dalam konteks organisas..

3. Ciri Ciri Berintegritas


Orang yang berintegritas akan selalu mengedepankan kejujuran, Serta
mengedepankan kebersamaan. Berikut merukapan ciri ciri orang berintegritas :
1. Orang yang tidak memiliki kedok tertentu atau tujuan lain selain apa
yang diperlihatkan
2. Orang yang berperilaku sesuai dengan apa yang diucapkannya
3. Orang yang sama sifat dan perilakunya di depan maupun dibelakang
4. Memiliki kekonsistenan antara apa yang diimani dan kelakuannya
5. Orang yang konsisten antara nilai hidup yang dianut dan hidup yang
dijalankannya

Sebenarnya istilah integritas jarang digunakan dalam kehidupan sehari-


hari, karena tidak semua orang mengetahui dan memahami arti dari apa itu

9
integritas secara lebih detail. Kata integritas digunakan dalam kehidupan
sehari-hari karena mengacu pada sikap dan sifat seseorang. Seseorang
dikatakan berintegritas jika memiliki kepribadian dan karakter sebagai berikut:

 Bisa dipercaya dan jujur


 Memiliki komitmen
 Bertanggungjawab
 Menepati ucapannya
 Setia
 Menghargai waktu
 Memiliki prinsip setia pada nilai- nilai hidup

10
BAB III
PEMBAHASAN

A. Awal Mula G30S PKI


1. Penjelasan
Gerakan 30 September (G30S) adalah sebuah peristiwa berlatar belakang
kudeta yang terjadi selama satu malam pada tanggal 30 September hingga 1
Oktober 1965 yang mengakibatkan gugurnya enam jenderal serta satu orang
perwira pertama militer Indonesia dan jenazahnya dimasukkan ke dalam
suatu lubang sumur lama di area Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Presiden Soekarno menyebut peristiwa ini dengan istilah GESTOK
(Gerakan Satu Oktober), sementara Presiden Soeharto menyebutnya dengan
istilah GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh), dan pada Orde Baru,
Presiden Soeharto mengubah sebutannya menjadi G30S/PKI (Gerakan 30
September PKI). Sejarah penghianatan terbesar yang ada dalam sejarah
Indonesia PKI atau Partai komunis Indonesia dianggap bertanggung jawab
atas peristiwa ini.
Salah satu teori yang mengemuka adalah Gerakan 30 September 1965
didalangi oleh PKI. Pencetus teori bahwa PKI merupakan dalang di balik
G30S adalah Nugroho Notosusanto dan Ismail Saleh.

B. Faktor Penyebab G30S PKI


1. G30S adalah konflik internal AD
Benedict Anderson dan Ruth McVey berpendapat, G30S adalah
puncakkonflik internal dalam tubuh angkatan darat Indonesia. Gerakan ini
dinilai sebagai pemberontakan para perwira muda angkatan darat di Jawa
Tengah yang muak atas gaya hidup dan orientasi politik pro-Barat para
jenderal di Jakarta.
Para perwira muda itu memandang staf umum di bawah Ahmad Yani
terlibat korupsi dan mengabaikan bekas anak buah mereka. Ahmad Yani dan
sejumlah jenderal lain merupakan mantan perwira Kodam Diponegoro Jawa
Tengah. Di samping itu, terdapat alasan juga bahwa para jenderal terus
menentang dan menghalangi kebijakan Sukarno.
Selain Benedict Anderson dan Ruth McVey, Harold Crouch pun
mengatakan, jelang 1965 angkatan darat terpecah jadi dua faksi. Kedua faksi
ini sama-sama anti-PKI, tapi punya beda sikap soal menghadapi Presiden
Sukarno.
Faksi pertama dipimpin Ahmad Yani dan loyal terhadap Sukarno, tetapi
menentang kebijakan persatuan nasional dengan PKI di dalamnya. Faksi
kedua adalah penentang kebijakan Ahmad Yani dan Sukarnoisme, di
dalamnya terdapat A.H. Nasution dan Mayor Jenderal Soeharto.

11
2. Keterlibatan CIA dan Agen Rahasia Asing lainnya
Penggagas teori ini adalah Peter Dale Scott dan Geoffrey Robinson.
Teori mereka mengungkapkan kekhawatiran Amerika Serikat atas
kemungkinan jatuhnya Indonesia ke dalam kekuasaan komunis.
Waktu itu, PKI berkembang pesat. Sementara, CIA disebut membantu
angkatan darat dan memberi dana untuk menghancurkan PKI serta
menjatuhkan Presiden Sukarno
3. PKI dalang G30S
Seperti disebutkan sebelumnya, teori ini dikemukakan oleh Nugroho
Notosusanto dan Ismail Saleh, sebagaimana disampaikan melalui buku
mereka yang bertajuk Tragedi Nasional: Percobaan Kup G 30 S/PKI di
Indonesia (1968). Menurut teori tersebut, para tokoh PKI bertanggung jawab
dalam mengatur peristiwa G30S. Partai Komunis Indonesia dipandang
memanfaatkan unsur-unsur tentara guna melancarkan kudeta. Beragam
aktivitas dan aksi PKI pada 1956 sampai 1965 juga menjadi dasar atas teori
ini.
Nugroho pernah menjabat Kepala Pusat Sejarah Militer ABRI, dengan
pangkat tituler brigadir jenderal. Ia juga pernah dipercaya Soeharto menjadi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada 1983-1985. Saat menjadi menteri,
Nugroho memasukkan mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa
(PSPB) dalam kurikulum 1984.
4. Soekarno sebagai Dalam G30S
Ahli yang mengungkapkan teori ini di antaranya Anthonie C. Dake dan
John Hughes. Berdasarkan teori ini, G30S adalah skenario yang dirancang
Sukarno untuk melenyapkan kekuatan pihak oposisi yang sebagian besar
adalah golongan angkatan darat. Selain itu, Sukarno dinilai memanfaatkan
hubungan baiknya dengan PKI guna mencapai tujuan tersebut
5. Soeharto sebagai dalang G30S
Salah seorang ahli yang menyampaikan teori ini adalah Brian May.
Menurutnya, ada kedekatan hubungan antara Letnan Kolonel Untung dan
Letnan Kolonel Abdul Latief dengan Mayor Jenderal Soeharto.
Berdasarkan keterangan Latief dalam persidangan tahun 1968, dia
menemui Soeharto pada malam 30 September 1965. Dalam kesaksiannya, dia
menyatakan memberi tahu Soeharto soal adanya sejumlah perwira yang akan
mengambil tindakan terhadap Dewan Jenderal.
Di samping itu, teori ini mengungkapkan keganjilan mengenai Soeharto
yang tidak termasuk ke dalam daftar jenderal yang hendak diculik. Padahal
dia adalah panglima pasukan penting di Jakarta yang menjadi ancaman
rencana pemberontakan.
Gerakan 30 September (G30S) adalah sebuah peristiwa berlatar
belakang kudeta yang terjadi selama satu malam pada tanggal 30 September
hingga 1 Oktober 1965 yang mengakibatkan gugurnya enam jenderal serta

12
satu orang perwira pertama militer Indonesia dan jenazahnya dimasukkan ke
dalam suatu lubang sumur lama di area Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Presiden Soekarno menyebut peristiwa ini dengan istilah GESTOK
(Gerakan Satu Oktober), sementara Presiden Soeharto menyebutnya dengan
istilah GESTAPU (Gerakan September Tiga Puluh), dan pada Orde Baru,
Presiden Soeharto mengubah sebutannya menjadi G30S/PKI (Gerakan 30
September PKI). Sejarah penghianatan terbesar yang ada dalam sejarah
Indonesia PKI atau Partai komunis Indonesia dianggap bertanggung jawab
atas peristiwa ini.
Motivasi sebenarnya di balik pemberontakan G30S tetap menjadi misteri dan
subjek perdebatan. Beberapa mengklaim bahwa pemberontakan ini
dimaksudkan untuk melindungi Sukarno, sementara yang lain percaya bahwa
itu adalah upaya PKI untuk mengambil alih kekuasaan. Namun, menurut A.
Kardiyat Wiharyanto dalam Sejarah Indonesia dari Proklamasi sampai Pemilu
(2009) ada empat versi dalang peristiwa G30S 1965. Pertama, PKI dianggap
sebagai dalang utama penyebab peristiwa G30S 1965 karena ingin
memperkuat pengaruh di pemerintahan sehingga dapat mengganti dasar
negara Pancasila dengan komunisme. Selain itu PKI tidak memiliki hubungan
yang baik dengan AD sebelum pemberontakan terjadi.

C. TUJUAN G30S PKI


Tujuan utama G30S PKI adalah menggulingkan pemerintahan era
Soekarno dan mengganti negara Indonesia menjadi negara komunis. Seperti
diketahui, PKI disebut memiliki lebih dari 3 juta anggota dan membuatnya
menjadi partai komunis terbesar ketiga di dunia, setelah RRC dan Uni Soviet.
Selain itu, dikutip dari buku Sejarah untuk SMK Kelas IX oleh
Prawoto, beberapa tujuan G30S PKI adalah sebagai berikut:
1. Menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
menjadikannya sebagai negara komunis.
2. Menyingkirkan TNI Angkatan Darat dan merebut kekuasaan
pemerintahan.
3. Mewujudkan cita-cita PKI, yakni menjadikan ideologi komunis dalam
membentuk sistem pemerintahan yang digunakan sebagai alat untuk
mewujudkan masyarakat komunis.
4. Mengganti ideologi Pancasila menjadi ideologi komunis.
5. Kudeta yang dilakukan kepada Presiden Soekarno tak lepas dari
rangkaian kegiatan komunisme internasional.
D. Kronologi G30S PKI
Tindakan dan penyebarluasan ideologi komunis yang dilakukan oleh
PKI menimbulkan kecurigaan dari kelompok anti-komunis. Tindakan tersebut
juga mempertinggi persaingan antara elit politik nasional.

13
Kecurigaan semakin mencuat dan memunculkan desas-desus di
masyarakat, terlebih menyangkut kesehatan Presiden Soekarno dan Dewan
Jenderal Angkatan Darat.

Di tengah kecurigaan tersebut, Letnan Kolonel Untung, Komandan


Batalyon I Kawal Resimen Cakrabirawa, yakni pasukan khusus pengawal
Presiden, memimpin sekelompok pasukan dalam melakukan aksi bersenjata
di Jakarta.
Pasukan tersebut bergerak meninggalkan daerah Lubang Buaya.
Peristiwa ini terjadi pada tengah malam, pergantian hari Kamis, 30 September
1956 menuju hari Jumat, 1 Oktober 1965.
Kudeta yang sebelumnya dinamakan Operasi Takari diubah menjadi
gerakan 30 September. Mereka menculik dan membunuh para perwira tinggi
Angkatan Darat. Aksi tentara tersebut pada tanggal 30 September berhasil
menculik enam orang perwira tinggi Angkatan Darat.
Enam Jenderal yang gugur dalam peristiwa G30S PKI antara lain
Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto,
Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman,
Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan dan Brigadir Jenderal Sutoyo
Siswomiharjo.
Di samping itu, gugur pula ajudan Menhankam/Kasab Jenderal
Nasution, Letnan Satu Pierre Andreas Tendean dan pengawal Wakil Perdana
Menteri II Dr. J. Leimena, Brigadir Polisi Satsuit Tubun.
Salah satu Jenderal yang berhasil selamat dari serangan PKI adalah AH
Nasution. Namun, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani Nasution tidak
bisa diselamatkan. Sementara itu, G30S PKI di Yogyakarta yang dipimpin
oleh Mayor Mulyono menyebabkan gugurnya TNI Angkatan Darat, Kolonel
Katamso dan Letnan Kolonel Sugiyono.
Kolonel Katamso merupakan Komandan Korem 072/Yogyakarta.
Sedangkan Letnan Kolonel Sugiyono merupakan Kepala Staf Korem.
Keduanya diculik dan gugur di Desa Kentungan, sebelah utara Yogyakarta.
Wakil Bupati Sidoarjo H. Nur Ahmad Syaifuddin SH mengemukakan
bahwa Pemberontakan G30S/PKI menyisakan sejarah kelam bagi bangsa
Indonesia, dan generasi muda harus mengerti tentang sejarah kelam tersebut.
Hal tersebut diungkapkan Wakil Bupati Sidoarjo H. Nur Ahmad
Syaifuddin SH, saat menghadiri acara nonton bareng film G30S/PKI yang
digelar Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sidoarjo, di halaman SMA
Muhammadiyah 2 Sidoarjo, Jum’at (29/9) malam.
Ratusan pemuda pemudi dari berbagai ormas hadir dalam acara
tersebut. Dua layar lebar dan karpet digelar untuk menonton pemutaran film
tersebut. Dandim 0816 Sidoarjo Letkol. Inf. Fadli Mulyono hadir menonton
film yang berdurasi kurang lebih 4 jam tersebut.
Wakil Bupati Sidoarjo H. Nur Ahmad Syaifuddin mengatakan generasi
muda harus tahu sejarah bangsa sendiri. Baik itu sejarah heroik maupun
sejarah kelam yang pernah dialami bangsa Indonesia.

14
Seperti sejarah kelam pemberontakan Gerakan 30 September Partai
Komunis Indonesia atau yang disingkat G30S/PKI. Sejarah penting diketahui
agar generasi muda mewarisi jiwa patriotis dan jiwa heroik para pahlwan
yang telah gugur mempertahankan kemerdekaan R.I.
“Generasi muda wajib mengetahui bagaimana heroiknya para
pahlawan, para pendahulu kita yang telah berjuang untuk kemerdekaan
Indonesia,”ujarnya.
Ia katakan sejarah kelam G30S/PKI juga harus diketahui. Peristiwa
tersebut dapat digunakan sebagai pembelajaran agar sejarah kelam tersebut
tidak terulang kembali. Ia khawatir apabila peristiwa G30S/PKI tidak
diketahui generasi muda saat ini.
Hal tersebut menyebabkan sikap cuek generasi muda dalam memahami
ideologi komunis yang pernah ada di tanah air. Sikap tersebut dapat menjadi
pintu masuk bagi ideologi komunis kepada generasi muda, akibat
ketidaktahuannya akan sejarah.
Ia katakan saat ini teknologi informasi berkembang dengan baik. Akses
informasi sangat mudah dan cepat dijangkau. Ideologi komunis seperti itu
dapat mudah diakses dari luar. Apabila generasi muda tidak memahami
ideologi tersebut dari sejarah. Ia khawatirkan ideologi tersebut mempengaruhi
mereka.
Ia katakan ideologi komunis yang tidak mengakui adanya tuhan sudah
tidak sesuai di Indonesia. Dalam isi UUD 1945 menyebutkan bahwa
kemerdekaan dicapai atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa.
Selain itu dalam butir Pancasila pada sila pertama juga berbunyi
Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu semua warga negara Indonesia
harusnya berketuhanan.
Letkol. Inf. Fadli Mulyono mengucapkan terimakasihnya kepada
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sidoarjo yang telah menggelar kegiatan
nonton bareng film G30S/PKI. Menurutnya apa yang dilakukan pengurus
Muhammadiyah adalah bentuk kesadaran masyarakat menyikapi tragedi
tersebut.
Ia katakan tujuan penayangan kembali film G30S/PKI bukan untuk
memperlihatkan sisi kekejaman dari PKI. Namun pesan yang ingin
disampaikan adalah untuk tidak melupakan peristiwa kelam yang pernah
terjadi.
“Pesan yang ingin disampaikan adalah bagi kita yang hidup jauh
dibelakang peristiwa itu tidak melupakan sejarah kelam bangsa ini,”ucapnya.
Dandim 0816 Sidoarjo Letkol. Inf. Fadli Mulyono berharap peristiwa
kelam tersebut tidak akan terulang kembali. Oleh karena itu masyarakat
maupun generasi muda wajib mengetahui peristiwa tersebut sebagai bahan
pembelajaran bersama.
Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sidoarjo H. Masyhud
mengatakan peristiwa G30S/PKI adalah masa kelam bangsa Indonesia yang
tidak boleh dilupakan. Oleh karenanya kegiatan kali ini diselenggarakan
untuk mengenang peristiwa tersebut.

15
Ia katakan Pancasila adalah ideologi dasar negara. Apabila ada ideologi
yang bertentangan dengan Pancasila maka ideologi tersebut harus hengkang
dari Indonesia. Seperti ideologi komunis yang pernah ada di Indonesia.
Ideologi komunis yang dibawa PKI telah melakukan kebiadaban terhadap
tokoh-tokoh bangsa dan agama.
Sebelum penayangan film G30S/PKI dimulai, kumpulan ormas
kepemudaan dan ormas keagamaan deklarasikan diri sebagai anti komunis.
Ada dua butir pernyataan yang diikrarkan serempak oleh salah satu Ormas
Pemuda Pancasila dan FKPPI (Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan
TNI/Polri Indonesia) tersebut.
Ikrar tersebut berbunyi menolak adanya segala macam bentuk serta
paham laten komunis berkembang di Indonesia. Ikrar kedua menyatakan
kesiapan membantu dan mendukung TNI dalam memerangi paham komunis
demi tegaknya NKRI yang berlandaskan Pancasila
E. DAMPAK G30S PKI
Berikut ini dampak G30 SPKI bagi Bangsa Indonesia :
1. Kekuatan politik di Indonesia sudah hancur setelah kegagalan kudeta
tersebut.
2. Kewibawaan Presiden Soekarno berkurang.
3. Bersatunya TNI dan kaum agama untuk membalas PKI.
4. Pembantaian orang-orang yang berhubungan dengan PKI atau dianggap
pendukung PKI secara besar-besaran. Bahkan pembantaian ini dikenal
di dunia sebagai anti-communist purge.
5. Pasca pembantaian orang PKI atau yang dianggap PKI, TNI menjadi
kekuatan baru.
6. Kondisi politik bangsa menjadi tidak stabil karena adanya pertentangan
di para penyelenggara dan lembaga negara.
7. Timbulnya demonstrasi besar yang dilakukan oleh rakyat, mahasiswa,
KAMI dan KAPPI. Dimana demonstrasi ini mencetuskan Tri Tuntutan
Rakyat atau Tritura. Tritura berisi tiga hal. Pertama permintaan agar
PKI dibubarkan, kedua pembersihan kabinet Dwikora dan unsur-unsur
PKI dan ketiga adalah turunkan harga.
8. Reshuffle kabinet untuk memenuhi Tritura. Kabinet Dwikora perlu
diperbaharui karena perlu dibersihkan dari para menteri atau pejabat
yang memberikan dukungan pada PKI.
9. Gugurnya mahasiswa bernama Arif Rahman Hakim karena tertembak
pada tanggal 24 Februari 1966. Arif adalah mahasiswa yang ikut
melakukan demonstrasi.
10. Presiden Soekarno membubarkan KAMI karena dianggap sebagai
provokator timbulnya demonstrasi. Dengan kata lain, KAMI yang
menyebabkan mahasiswa turun ke jalan.
11. Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret
atau yang sering disebut Supersemar. Supersemar ini memberikan
kewenangan pada Soeharto untuk menertibkan keamanan dan
kelancaran pemerintahan.

16
12. Pelarangan organisasi dan partai berhaluan marxisme, leninisme
dan komunisme hingga saat ini.
F.

17
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Permasalahan
1. Upaya kudeta PKI

Permasalahan pada peristiwa yang terjadi pada masa pemerintahan


presiden Soekarno yang merubah sistem demokrasi di Indonesia menjadi
sistem demokrasi terpimpin. Pada bulan juli 1959, parlemen dibubarkan dan
mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi penting. PKI menyambut
sistem demokrasi tersebut dengan anggapan bahwa dia mempunyai mandat
untuk mempersekutukan konsepsi antara nasionalis, agama, dan komunis
(NASAKOM).

PKI terus melakukan provokasi bentrokan-bentrokan antara aktivis


masanya dengan polisi dan militer. Bentrokan-bentrokan tersebut kebanyakan
dipicu oleh propaganda PKI yang menyatakan bahwa petani berhak atas setiap
tanah, tidak peduli tanah siapapun (milik negara=milik bersama).

2. Adanya isu Dewan Jenderal

Pada saat kondisi genting di Indonesia beredar isu adanya Dewan Jenderal
yang mengungkapkan adanya beberapa petinggi AD yang tidak puas terhadap
Soekarno dan berniat untuk menggulingkannya. Menanggapi isu tersebut,
Soekarno disebut-sebut memerintah pasukan cakra birawa agar menangkap
mereka untuk diadili oleh Soekarno.

B. Hubungan Pancasila dengan Integritas Nasional

Pemberontakan G30S PKI menjadi salah satu bentuk disintegrasi bangsa


dimana hal tersebut merupakan Gerakan pengkhianatan yang dilakukan oleh
PKI untuk merebut kekuasaan dan mengganti dasar negara Pancasila dengan
ideologi komunis. Pembentukan NASAKOM yang sebenarnya diperuntukan
guna merangkul kekuatan-kekuatan politik yang terus bersaing justru
menguntungkan PKI dan memperkuat kedudukannya di pemerintahan.

18
Kekacauan-kekacauan yang terjadi merupakan salah satu bentuk Upaya
PKI dalam menghancurkan Integritas Nasional, PKI terus membuat perpecahan
diantara Masyarakat Indonesia. Hubungan antara integritas dan G30S/PKI
melibatkan pemeliharaan nilai-nilai kebangsaan, ideologi Pancasila, dan
stabilitas negara. Pemerintah dan masyarakat saat itu percaya bahwa tindakan
G30S/PKI mengancam integritas nasional, sehingga diambil langkah untuk
mengatasi peristiwa tersebut. Upaya tersebut dianggap sebagai bentuk
perlindungan terhadap integritas ideologis dan keamanan nasional Indonesia.
Dengan menghadapi G30S/PKI, diharapkan dapat mempertahankan keutuhan
bangsa dan nilai-nilai yang dianggap fundamental untuk integritas Indonesia.

Kaitan integritas dengan G30S/PKI berkaitan dengan upaya pemeliharaan


integritas nasional dan keutuhan bangsa. Pada masa itu, pemerintah dan
masyarakat Indonesia melihat G30S/PKI sebagai ancaman terhadap stabilitas
negara dan ideologi Pancasila. Upaya untuk mengatasi G30S/PKI dianggap
sebagai langkah untuk menjaga integritas ideologi, keamanan, dan kesatuan
bangsa. Peristiwa tersebut menjadi momen krusial dalam sejarah Indonesia
yang memperkuat tekad untuk mempertahankan integritas negara.

Peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965 memiliki banyak kaitan dengan


konsep integritas dan dampaknya terhadap berbagai aspek kehidupan nasional,
antara lain:

1. Integritas Ideologis
G30S/PKI dianggap sebagai ancaman terhadap ideologi Pancasila
dan keutuhan nilai-nilai kebangsaan. Tindakan tersebut dianggap
melanggar integritas ideologis negara.
Integritas ideologis berkaitan erat dengan G30S/PKI karena
peristiwa tersebut dianggap sebagai ancaman terhadap ideologi
Pancasila, yang merupakan landasan ideologis negara Indonesia.
G30S/PKI, sebagai organisasi yang terlibat dalam kudeta militer pada
1965, dianggap melanggar prinsip-prinsip Pancasila, seperti
Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

19
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pemerintah dan masyarakat Indonesia pada waktu itu melihat
peristiwa tersebut sebagai upaya untuk menggulingkan ideologi
Pancasila dan mendirikan pemerintahan yang berbasis ideologi
komunis. Oleh karena itu, penanganan terhadap G30S/PKI dianggap
sebagai langkah untuk mempertahankan integritas ideologis negara,
yaitu ideologi Pancasila sebagai landasan negara Indonesia. Peristiwa
ini telah membentuk narasi nasional dan memengaruhi cara pandang
terhadap ideologi, memperkuat tekad untuk menjaga integritas
ideologis sebagai bagian integral dari identitas nasional.
2. Keamanan Nasional
Pemerintah menganggap G30S/PKI sebagai ancaman serius
terhadap keamanan nasional, yang dapat merusak stabilitas dan
integritas negara. Hubungan antara integritas nasional dan G30S/PKI
terkait dengan upaya untuk mengembalikan dan mempertahankan
nilai-nilai, kestabilan, serta keamanan nasional pasca-kejadian
tersebut.
Integritas nasional melibatkan pemeliharaan kesatuan, kedaulatan,
dan nilai-nilai yang diakui oleh bangsa. G30S/PKI dianggap sebagai
ancaman serius terhadap integritas nasional Indonesia pada masa itu.
Tindakan tersebut dipandang sebagai upaya untuk menjaga kesatuan
dan stabilitas negara dengan menghadapi ancaman komunis yang
dianggap dapat merusak fondasi ideologis dan politik Indonesia.
Dalam konteks ini, peristiwa G30S/PKI dianggap melanggar integritas
nasional dan memicu respons keras untuk menjaga stabilitas dan
keamanan negara.
3. Integritas Politik
Hubungan antara integritas politik dan G30S/PKI pada dasarnya
terkait dengan upaya untuk menjaga atau merusak keutuhan dan
stabilitas politik sebuah negara. Pada saat G30S/PKI terjadi di

20
Indonesia pada tahun 1965, itu dianggap sebagai sebuah tindakan
yang merusak integritas politik.
Integritas politik melibatkan kestabilan pemerintahan, proses
demokratis, dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip hukum. G30S/PKI
dianggap sebagai upaya kudeta komunis yang ingin menggulingkan
pemerintahan yang ada. Reaksi terhadap G30S/PKI, yang termasuk
pembunuhan massal terhadap anggota PKI dan simpatisannya, bisa
diartikan sebagai upaya untuk mempertahankan integritas politik
dengan menegakkan pemerintahan yang dianggap sesuai dengan nilai
dan ideologi yang diakui oleh mayoritas masyarakat. Namun,
peristiwa tersebut juga memicu kontroversi dan perdebatan seputar
pelanggaran hak asasi manusia dan tata cara penegakan hukum
4. Rehabilitasi dan Rekonsiliasi
Pasca-G30S/PKI, upaya rehabilitasi dan rekonsiliasi dilakukan
untuk mengembalikan stabilitas dan memulihkan integritas
masyarakat yang terpengaruh oleh peristiwa tersebut.
Sejarah dan Identitas Nasional: G30S/PKI menjadi bagian integral
dari sejarah Indonesia, memengaruhi persepsi terhadap identitas
nasional dan menciptakan narasi yang mempengaruhi nilai-nilai
kebangsaan. Dalam konteks ini, penanganan G30S/PKI berkaitan erat
dengan pemeliharaan integritas nasional, baik dari segi ideologis,
politik, maupun keamanan.

21
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan Maklah yang telah dibuat dapat disimpulkan bahwa peristiwa


G30S PKI merupakan salah satu bentuk perpecahan yang terjadi di Indonesia,
peristiwa yang kekerasan yang sangat mengerikan dan merenggut nyawa 6
Jendral dan 1 Perwita. Peristiwa G30S PKI yang jauh dari bentuk integritas
Pancasila, dimana persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia di pecah belah
oleh PKI. Mereka berusaha merubah ideologi Pancasila menjadi paham
Komunis, berbagai upaya dilakukan oleh PKI demi menegakan paham
komunis di Indonesia.

Kekacauan-kekacauan yang terjadi merupakan salah satu bentuk Upaya


PKI dalam menghancurkan Integritas Nasional, PKI terus membuat perpecahan
diantara Masyarakat Indonesia. Hubungan antara integritas dan G30S/PKI
melibatkan pemeliharaan nilai-nilai kebangsaan, ideologi Pancasila, dan
stabilitas negara. PKI terus melakukan provokasi bentrokan-bentrokan antara
aktivis masanya dengan polisi dan militer.

B. Saran

Pemberontakan G30S PKI menjadi salah satu bentuk disintegrasi bangsa


dimana hal tersebut merupakan Gerakan pengkhianatan yang dilakukan oleh
PKI. Maka kita sebagai penerus bangsa harus teguh dan bersatu untuk
mempertahankan ideologi Pancasila, turut serta dalam memperkuat persatuan,
dan tetap mempelajari sejarah kemerdekaan Indonesia.

22
DAFTAR PUSTAKA

Buku Panduan Kewarganegaraan Tahun 2014. Universitas Sriwijaya. UPT Mata


Kuliah Pengembangan Kepribadian.

Buku Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi 2016. RISTEKDIKTI. UPT


Mata Kuliah Wajib Umum Pancasila.

Bennet, M., 1993, Toward Ethnorelativism: A Development Model of Intercultural


Sensitivity. In R.M. Paige, Education for The Intercultural Experience,
Maine, Intercultural Press. Inc, pp. 21 – 71.

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/
6bfed1ab6721a7e36e217799d6017460.pdf

https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/8-PendidikanPancasila.pdf

http://dspace.hangtuah.ac.id:8080/xmlui/bitstream/handle/
123456789/122/2010%20Seminakel%20VI%20UHT.pdf?sequence=1

https://repository.uin-suska.ac.id/16055/7/7.%20BAB%20II_2018293BPI.pdf

https://lms-paralel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=
%2F278796%2Fmod_resource%2Fcontent%2F1%2FMETRIS%204.pdf

https://eprints.unmer.ac.id/id/eprint/2395/1/Sistem%20kenegaraan
%20pancasila%20sebagai%20integritas%20NKRI.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai