Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

"FILSAFAT PENDIDIKAN PANCASILA"

Dosen Pengampu :

Drs. Zelhendri Zen, M.Pd, Ph.D

Dr. Rayendra, M.Pd

DISUSUN OLEH :

Putri Sri Rahayu (22002220)

Rafni Melisa Putri (22005079)

Ratna Sari (22005081)

Riko Liswardi (22002138)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TA 2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Filsafat Pendidikan
Pancasila ini tepat pada waktunya. Dan tidak lupa pula sholawat beserta salam kita hantarkan
untuk Nabi besar kita, yakninya Nabi Muhammad SAW.

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah Filsafat Pendidikan dan juga untuk menambah wawasan mengenai Filsafat Pendidikan
Pancasila. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Rayendra, M.Pd selaku dosen
pada mata kuliah filsafat pendidikan.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini dengan baik. Sehingga makalah ini dapat memberi informasi dan
berguna bagi para pembaca dan khususnya kami sebagai penyusun.

Padang, 20 November 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….............................

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………..

B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………….

C. Tujuan ……………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pendidikan Pancasila

B. Dasar-dasar Pendidikan Pancasila

C. Filsafat Pendidikan Pancasila Dalam Tinjauan Otomologi, Epistemologi, dan


Aksiologi…………………………………………………………………………………

D. Peran Filsafat Pendidikan Pancasila dan Hubungan Pendidikan………………………..

PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………

B. Saran ……………………………………………………………………………………..

Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suatu masyarakat atau bangsa menjadikan filsafat sebagai suatu pandangan hidup yaitu
merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa tersebut,
tanpa terkecuali aspek pendidikan. Filsafat yang dikembangkan harus berdasarkan filsafat yang
dianut oleh suatu bangsa, sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau mekanisme dalam
menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat tersebut.

Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem
norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh
lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin supaya pendidikan
dan prosesnya efektif, maka dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan landasan ilmiah sebagai
asas normatif dan pedoman pelaksanaanya.

Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan
teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat
hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam
usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

Oleh karena itu perlunya kita membahas lebih lanjut mengenai filsafat pendidikan pancasila
untuk mengetahui apa filsafat pendidikan Pancasila dan bagaimana Filsafat Pendidikan Pancasila
itu dalam tinjauan Ontologi.Epistemologi dan Aksiologi, serta peranan Filsafat Pendidikan
Pancasila dan Hubungan Pendidikan Dan Masyarakat Dengan Filsafat Pendidikan Pancasila.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat Pendidikan Pancasila ?


2. Apa Dasar-dasar Filsafat Pendidikan Pancasila ?
3. Bagaimana Filsafat Pendidikan Pancasila dalam Tinjauan Ontologi, Epistemologi dan
Aksiologi ?
4. Bagaimana peranan Filsafat Pendidikan Pancasila dan Hubungan Pendidikan Dan
Masyarakat Dengan Filsafat Pendidikan Pancasila?

C. Tujuan dan kegunaan

Adapun tujuan dan kegunaan dari pembnuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Filsafat Pendidikan Pancasila.
2. Untuk mengetahui Dasar-dasar Filsafat Pendidikan Pancasila.
3. Untuk mengetahui Filsafat Pendidikan Pancasila dalam Tinjauan Ontologi, Epistemologi
dan Aksiologi.
4. Untuk mengetahui peranan Filsafat Pendidikan Pancasila dan Hubungan Pendidikan Dan
Masyarakat Dengan Filsafat Pendidikan Pancasila
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pendidikan Pancasila

Pancasila yang dibahas secara filosofis disini adalah Pancasila yang butir-butirnya termuat
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tertulis dalam alinia ke empat. Dijelaskan
bahwa Negara Indonesia didasarkan atas Pancasila. Pernyataan tersebut menegaskan hubungan
yang erat antara eksistensi negara Indonesia dengan Pancasila. Lahir, tumbuh dan
berkembangnya negara Indonesia ditumpukan pada Pancasila sebagai dasarnya. Secara filosofis
ini dapat diinterpretasikan sebagai pernyataan mengenai kedudukan Pancasila sebagai jati diri
bangsa (Putra, 1988:43).

Melihat dari beragamnya kebudayaan yang terdapat dalam bangsa Indonesia maka proses
kesinambungan dari kehidupan bangsa merupakan tantangan yang besar. Demi perkembangan
kebudayaan Indonesia selanjutnya dituntut adanya rumusan yang jelas yang mampu berperan
sebagai pemersatu bangsa sehingga cirri khas bangsa Indonesia menjadi nyata.

Jadi, Pancasila mengarahkan seluruh kehidupan bersama bangsa, pergaulannya dengan


bangsa-bangsa lain dan seluruh perkembangan bangsa Indonesia dari waktu kewaktu. Namun
dengan diangkatnya Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia tidak berati bahwa Pancasila
dengan nilai-nilai yang termuat didalamnya sudah terumus dengan teliti dan jelas, juga tidak
berarti pancasila telah merupakan kenyataan didalam kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila
adalah pernyataan tentang jati diri bangsa Indonesia.

Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat
Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila
dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan
“permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.

Beberapa pendapat filsafat pendidikan Pancasila :

a. Filsafat Pancasila Asli


Pancasila merupakan konsep adaptif filsafat Barat. Hal ini merujuk pidato Sukarno
di BPUPKI dan banyak pendiri bangsa merupakan alumni Universitas di Eropa, di mana
filsafat barat merupakan salah satu materi kuliah mereka. Pancasila terinspirasi konsep
humanisme, rasionalisme, universalisme, sosiodemokrasi, sosialisme Jerman, demokrasi
parlementer, dan nasionalisme.
b. Filsafat Pancasila versi Soekarno
Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Sukarno sejak 1955 sampai
berakhirnya kekuasaannya (1965). Pada saat itu Sukarno selalu menyatakan bahwa
Pancasila merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi
Indonesia dan akulturasi budaya India (Hindu-Budha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam).
Menurut Sukarno “Ketuhanan” adalah asli berasal dari Indonesia, “Keadilan Soasial”
terinspirasi dari konsep Ratu Adil. Sukarno tidak pernah menyinggung atau
mempropagandakan “Persatuan”.
c. Filsafat Pancasila versi Soeharto
Oleh Suharto filsafat Pancasila mengalami Indonesiasi. Melalui filsuf-filsuf yang
disponsori Depdikbud, semua elemen Barat disingkirkan dan diganti interpretasinya
dalam budaya Indonesia, sehingga menghasilkan “Pancasila truly Indonesia”. Semua sila
dalam Pancasila adalah asli Indonesia dan Pancasila dijabarkan menjadi lebih rinci (butir-
butir Pancasila). Filsuf Indonesia yang bekerja dan mempromosikan bahwa filsafat
Pancasila adalah truly Indonesia antara lain Sunoto, R. Parmono, Gerson W. Bawengan,
Wasito Poespoprodjo, Burhanuddin Salam, Bambang Daroeso, Paulus Wahana, Azhary,
Suhadi, Kaelan, Moertono, Soerjanto Poespowardojo, dan Moerdiono.

Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil
berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan
diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil,
paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.

B. Dasar-dasar Pendidikan Pancasila

Secara yuridis konstisional Negara Indonesia berdasarkan pancasila yang termaksud dalam
pembukaan UUD 45 alinea ke-4 Ketentuan yuridis kontisional mengandung makna baik formal
maupun fungsional menyatakan :

1. Pancasila adalah dasar Negara atau filsafat Negara


2. Pancasila adalah norma-norma dasar dan norma-norma tertinggi dalam Negara RI
3. Pancasila adalah ideology Negara
4. Pancasila adalah identitas dan karakteristik bangsa atau kepribadian nasional
5. Pancasila adalah jiwa dan kepribadian bangsa.

Nilai-nilai dalam social budaya Indonesia :

a) Kesadaran mengakui adanya tuhan dan kepercayaan Negara


b) Kesadaran keluarga
c) Kesadaran musyawarah mufakat dalam akhlak
d) Kesadaran gotong royong, tolong menolong
e) Kesadaran tenggang rasa/tepa selera.

Dalam Filsafat Pancasila terdapat banyak nilai-nilai luhur yang menjadi ciri khas dan
perekat bangsa Indonesia. Filsafat yang terkandung didalam pancasila harus disoroti dari titik
tolak pandangan yang holistic mengenai kenyataan kehidupan bangsa yang beranekaragam. Ini
menekankan pada semangat Bhineka Tunggal Ika, semangat ini diharapkan mendasari seluruh
kehidupan bangsa Indonesia. Yaitu adanya kesatuan didalam keaneka ragaman yang ada.

Dari penjelasan itu dapat dinyatakan bahwa Bhineka Tunggal Ika adalah inti Filsafat
Pancasila. Kerinduan bangsa Indonesia akan terwujudnya kesatuan didalam pengalaman akan
keperbagaian tersebut merupakan cerminan kerinduan umat manusia sepanjang zaman.

Menurut Drijarkara dalam Putra (1988:32) Pancasila adalah inheren (melekat) kepada
eksistensi manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan yang terntu pada kongretnya. Sebab itu
dengan memandang kodrat manusia “qua valis’ (sebagai manusia), kita juga akan sampai ke
Pancasila.

Hal ini digambarkan melalui sila-sila dalam Pancasila. Notonagoro (dalam noor, 1987:153)
dalam kaitannya menyebutkan “ kalau dilihat dari segi intisarinya, urut-urutan lima sila Pancasila
menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya isi, tiap-tiap sila yang lima sila dianggap
maksud demikian, maka diantara lima sila ada hubungannya yang mengikat yang satu kpada
yang lain, sehingga Pancasila merupakan satukesatuan yang bulat.

Adapun hubungannya dengan pendidikan bahwa bagi bangsa Indonesia keyakinan atau
pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia ialah Pancasila. Karenanya system
pendidikan nasional wajarlah dijiwai, didasari, dan mencerminkan identitas Pancasila itu. Sistem
pendidikan nasional dan system filsafat pendidikan Pancasila adalah sub system dari system
negara Pancasila. Dengan kata lain system negara Pancasila wajar tercermin dan dilaksanakan di
dalam berbagai subsistem kehidupan nasional bangsa Indonesia secara keseluruhan.

Tegasnya tiada system pendidikan nasional tanpa filsafat pendidikan. Jadi, jelas
bahwa tidak mungkin system pendidikan nasional Pancasila dijiwai dan didasari oleh system
pendidikan yang lain, kecuali Filsafat Pendidikan Pancasila.

C. Filsafat Pendidikan Pancasila dalam Tinjauan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.

a. Filsafat Pendidikan Pancasila dalam Tinjauan Ontologi


Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada.
Ontologi kadang-kadang disamakan dengan metafisika, sebelum manusia menyelidiki
yang lain, manusia berusaha mengerti hakikat sesuatu (Muhammad Noor Syam,1984:24).
Jadi, ontologi adalah cabang dari filsafat yang persoalan pokoknya adalah apakah
kenyataan atau realita itu.
Dalam kenyataannya, Pancasila dapat dilihat dari penghayatan dan pengalaman
kehidupan sehari-hari. Dan bila dijabarkan menurut sila-sila dari Pancasila itu adalah
sebagai berikut ;
1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama ini menjiwai sila-sila yang lainnya. Dengan sila pertama ini, kita
diharapkan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang juga merupakan bagian
dari sistem pendidikan nasional. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional,
yaitu untuk menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah. Karena
itu, di lingkungan keluarga, sekolah, dan di masyarakat ditanamkan nilai-nilai
keagamaan dan Pancasila.
2. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Pendidikan tidak membedakan usia, agama, dan tingkat sosial budaya dalam
menuntut ilmu. Setiap manusia mempunyai kebebasan dalam hal menuntut ilmu,
mendapat perlakuan yang sama.
3. Sila ketiga, Persatuan Indonesia
Sila ketiga ini tidak membatasi golongan dalam belajar. Ini berarti, bahwa semua
golongan dapat menerima pendidikan, baik dari golongan rendah maupun golongan
yang tinggi, tergantung kepada kemampuannya untuk berpikir, sesuai dengan UUD
1945 pasal 31 ayat 1.
4. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Sila keempat ini sering dikaitkan dengan kehidupan berdemokrasi. Dalam hal ini,
demokrasi sering juga diartikan sebagai kekuasaan ada di tangan rakyat. Bila dilihat
dari dunia pendidikan, maka hal ini sangat relevan karena menghargai pendapat orang
lain demi kemajuan. Jadi, dalam menyusun tujuan pendidikan, diperlukan ide-ide dari
orang lain demi kemajuan pendidikan.
5. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam SISDIKNAS, maksud adil dalam arti luas mencakup seluruh aspek
pendidikan yang ada. Adil disini adalah adil dalam melaksanakan pendidikan. Adil
juga dalam arti sempit di kelas, pendidik tidak boleh membeda-bedakan siswa.
b. Filsafat Pendidikan Pancasila dalam Tinjauan Epistemologi
Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan (adanya) benda-benda. Epistemologi
dapat juga berarti bidang filsafat yang menyelidiki sumber, syarat, proses terjadinya ilmu
pengetahuan, batas validitas, dan hakikat ilmu pengetahuan.
1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
Pancasila bersumber dari bangsa Indonesianyang prosesnya melalui perjuangan
rakyat. Bila kita hubungkan dengan pancasila, maka dapat kita ketahui bahwa apakah
ilmu itu didapat melalui rasio atau datang dari Tuhan.
2. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Seorang guru tidak boleh memonopoli kebenaran. Nilai pengetahuan dalam
pribadi telah menjadi kualitas dan martabat kepribadian subjek pribadi yang
bersangkutan, baik secara intrinsik, terlebih lagi secara praktis.
3. Sila ketiga, Persatuan Indonesia
Proses terbentuknya pengetahuan manusia merupakan hasil dari kerja sama atau
produk hubungan dengan lingkungannya. Potensi dasar dengan faktor kondisi
lingkungan yang memadai akan membentuk pengetahuan. Bila ini dihubungkan
dengan Pancasila, akan sangat sesuai karena dalam hubungan antar manusia itu
diperlukan suatu landasan, yaitu Pancasila.
4. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Dalam SISDIKNAS, pendidikan memang mempunyai peranan yang besar, tapi
itu tidak menutup kemungkinan peran keluarga dan masyarakat dalam membentuk
manusia Indonesia seutuhnya. Jadi, dalam hal ini, diperlukan suatu ilmu keguruan
untuk mencapai guru yang ideal, guru yang kompeten.
5. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Ilmu pengetahuan sebagai perbendaharaan dan prestasi individu serta sebagai
karya budaya umat manusia merupakan martabat kepribadian manusia. Dalam arti
luas, adil dimaksudkan seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama. Hal ini
didapatkan melalui pendidikan, baik itu formal, informal, maupun nonformal.
c. Filsafat Pendidikan Pancasila dalam Tinjauan Aksiologi
Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki nilai-nilai (value). Nilai tdak akan
timbul dengan sendirinya. Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa yang
digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Jadi, masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai.
1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
Dilihat dari segi pendidikan, sejak dari tingkat kanak-kanak sampai perguruan
tinggi, diberikan pelajaran agama dan hal ini merupakan subsistem dari sistem
pendidikan nasional.
2. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.
Dalam kehidupan umat Islam, setiap muslim yang datang ke masjid untuk shalat
berjamaah berhak berdiri di depan dengan tidak membedakan keturunan, ras, dan
kedudukan. Inilah sebagian kecil contoh dari nilai-nilai Pancasila yang ada dalam
kehidupan umat Islam.
3. Sila ketiga, Persatuan Indonesia
Jika kita ingin berhasil, kita harus berkorban demi tercapainya tujuan yang
didambakan. Sebagai warga negara, kita mempunyai tanggung jawab untuk
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan ini. Kita harus senantiasa bersatu untuk
mencapai tujuan yang dicita-citakan.
4. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Sebelum adanya agama, di Indonesia sudah ada sikap gotong royong dan
musyawarah. Dengan datangnya agama, sikap ini lebih diperkuat lagi. Selain sikap
tersebut, bangsa Indonesia sudah melaksanakan hasil musyawarah dengan penuh
tanggung jawab dan dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan.
5. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Adil berarti seimbang antara hak dan kewajiban. Dalam segi pendidikan, adil itu
seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama, di mana ilmu agama adalah subsistem
dari sistem pendidikan nasional.

D. Peranan Filsafat Pendidikan Pancasila dan Hubungan Pendidikan Dan Masyarakat


Dengan Filsafat Pendidikan Pancasila

Pancasila merupakan dasar negara yang membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain,
sedangkan filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran sesuatu. Sementara filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam tentang
kependidikan berdasarkan filsafat. Jika kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem
pendidikan, ditinjau dari filsafat pendidikan, maka dapat kita jabarkan bahwa Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa yang menjiwai sila-silanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
menerapkan sila-sila Pancasila, diperlukan pemikiran yang sungguh-sungguh mengenai
bagaimana nilai-nilai pancasila itu dapat dilaksanakan. Dalam hal ini, tentu pendidikanlah yang
mempunyai peran utama.

Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan,
dan orang-orang yang berkerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan
mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dalam falsafah umum,
falsafah bangsa dan negaranya. Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka
dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-
masalah pendidikan.

Tujuan filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses


pembelajaran yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang kebijakan
dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan. Praktik pendidikan atau
proses pendidikan menerapkan serangkaian kegiatan berupa implementasi kurikulum dan
interaksi antara guru dengan peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan
menggunakan rambu-rambu dari teori-teori pendidikan.

Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan


negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan
tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-rambu dari
teori pendidik. Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta pedagogi
atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi salah konsep atau
miskonsepsi pada diri peserta didik.

Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof. Dr. Umar Anggara Jenie menyatakan,
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu pengetahuan diperlukan untuk panduan etik.
Sila-sila dalam Pancasila adalah prinsip-prinsip etika universal yang juga dihormati negara lain
(Kompas, 16 Agustus 2006).
Filsafat Pendidikan Pancasila mendasari Ilmu Pengetahuan kontektual milik budaya bangsa
Indonesia yang nilai-nilainya berbeda dengan bangsa lain. Ilmu pengetahuan kontekstual yang
dimaksud adalah ilmu pengetahuan milik budaya bangsa Indonesia yang nilai-nilainya berbeda
dengan bangsa lain. Menurut ajaran Ki Hadjar Dewantara, ilmu pengetahuan kontekstual budaya
Indonesia yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan yang beralaskan garis-hidup bangsanya
(cultureel-nationaal) dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan (maatschappelijk) yang dapat
mengangkat derajat negara dan rakyat, agar dapat bekerja bersama-sama dengan lain-lain bangsa
untuk kemuliaan segenap manusia ke seluruh dunia; ilmu pengetahuan yang membuat peserta
didik mampu mengalaminya sendiri dan kemudian tidak hidup berpisahan dengan rakyatnya
(Karya, KH.Dewantara, bagian Pertama: Pendidikan, 2004).

Hubungan masyarakat dan Pendidikan

Pendidikan yang maju dan modern hanya ditemukan dan modern pula, pendidikan yang
main dan modern hanya diselenggarakan oleh masyarakat yang maju dan modern, secara teoritis
disebut hubungan korelasi positif.

Manusia sebagai individual, yang menentukan sikap dan wawasannya kebijaksanaan dan
strategi serta tujuan dan sasaran yang hendak ditempuhnya. Pertimbangan dan penentuan ini
diambil berdasarkan keyakinan, motivasi dan tujuan dalam hidupnya, maka manusia sebagai
subjek individual, pendidikan adalah suatu usaha, aktifitas yang dilakukan menurut tujuan dan
kehendaknya (cita karsa) secara mandiri. Bagi anak tujuan dan kehendak belajar dipenuhi oleh
factor lingkungan, orang tua / keluarga. Demikian pula dengan masyarakat ! bangsa dan Negara
factor luar adalah kondisi dan tantangan zaman dan potensi-potensi yang dimiliki (sumber daya
alam, sumber daya manusia dan kebudayaan).

Manusia pribadi atau masyarakat memiliki keyakinan dan kepercayaan yang tercermin
dalam tujuan (cita-cita) dan hasrat luhur atau kehendak berdasarkan cita dan karsa memilih dan
menerapkan aktifitas / fungsi kehidupan atau usaha mendidik dirinya. Pendidikan merupakan
fungsi manusia dan masyarakat untuk mengembangkan dan meningkatkan dirinya, martabat dan
kepribadiannya. Hubungan masyarakat dengan pendidikan itu sebagai hubungan fungsional
berarti :

 Bahwa masyarakat atau Negara secara sadar dan mandiri cita karsa atau tujuan dan
keinginan luhur akan dicapai melalui kebijakan, lembaga dan strategi tertentu.
 Pendidikan suatu lembaga, perwujudannya secara nasional adalah system pendidikan
nasional yang bersumber dan ditentukan oleh cita karsa manusia menurut keyakinan dan
pandangan hidup dan filsafat Negara sebagai sumber nilai cita dan kepribadian
nasionalnya
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya


dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai sesuatu (kenyataan,
norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil, paling bijaksana, paling baik
dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
2. Secara yuridis konstisional Negara Indonesia berdasarkan pancasila yang termaksud
dalam pembukaan UUD 45 alinea ke-4 Ketentuan yuridis kontisional mengandung
makna baik formal maupun fungsional menyatakan:
3. Pancasila adalah dasar Negara atau filsafat Negara, Pancasila adalah norma-norma dasar
dan norma-norma tertinggi dalam Negara R.I, ideology Negara,sebagai adalah identitas
dan karakteristik bangsa atau kepribadian nasional dan Pancasila adalah jiwa dan
kepribadian bangsa.
4. Filsafat Pendidikan Pancasila dapat ditinjau Dari segi Ontologi,Epistemologi dan
Aksiologi. Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang
ada. Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan (adanya) benda-benda , dan
Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki nilai-nilai (value). Nilai tdak akan
timbul dengan sendirinya. Nilai timbul karena manusia mempunyai bahasa yang
digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Jadi, masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai.
5. Peranan filsafat pendidikan memberikan inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan
negara bagi masyarakat, memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan
pertanyaan tentang kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan
rambu-rambu dari teori pendidik.

B. Saran

Pancasila bukanlah sekedar rumusan kering sisa-sisa masa lalu, melainkan roh sekaligus
fondasi utama bangsa Indonesia. Pancasila bukanlah pasal-pasal mati yang mesti dihafal,
melainkan sebuah realitas yang perlu untuk terus ditafsir semakin luas dan semakin dalam
dengan menggunakan kerangka berpikir filsafati, sehingga mampu menjadi inspirator perilaku
bangsa Indonesia setiap harinya. Untuk itu, proses pendidikan Pancasila haruslah menjadi proses
yang menantang untuk berpikir, berguna untuk menjelaskan apa yang terjadi, serta mendorong
tindakan-tindakan perubahan ke arah yang lebih baik, sesuai dengan konteks yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Dedey . 2009. Filsafat Pendidikan Pancasila dan Etos Kerja. http:///de2y'l-if-filsafat-pendidikan-


pancasila-dan-etos-kerja.html. diakses tanggal 29 Oktober 2012.

Epinawey. 2011. http://epinawey.blogspot.com/2011/12/filsafat-pendidikan-pancasila.html.


Diakses tanggal 20 Novemver 2012.

Jande,R.D.Karolus MH.2010. Filsafat Pendidikan .http:/Filsafat-HTML/MIRIFICA-News-


filsafat.html. diakses pada 22 November 2012.

Mukhlis. 2010. Dasar-dasar filsafat Pendidikan Pancasila. http://dasar-dasar-filsafat-


pendidikan- pancasila-ab-mukhlis-berbagi-ilmu.html. diakses tanggal 29 Oktober 2012.

Neouka.2010. Filsafat Pendidikan Pancasila. http :// neouka. wordpress.com/2010/06/09


Filsafat-Pendidikan-Pancasila/. Diakses pada 02 November 2012.

Riri. 2011. Pandangan Filsafat Pendidikan Pancasila Terhadap Sistem Pendidikan


Nasional .html.http:///Kumpulan-Makalah-RiRi-pandangan-Filsafat-Pendidikan-Pancasila-
Terhadap-Sistem-Pendidian-Nasional.htm. diakses pada 29 Oktober 2012.

Sadulloh, Uyoh. Pengantar Filsafat Pendidikan. Cet 6. Bandung: Alfabeta. 2012.

Tafsir , Achmad. Filsafat Pendidikan Islam. Cet 4. Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya. 2010

Anda mungkin juga menyukai