FILSAFAT PENDIDIKAN
Dosen Pengampu :
DISUSUN OLEH :
TA 2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT. Karena berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai Filsafat Pendidikan
Pancasila ini tepat pada waktunya. Dan tidak lupa pula sholawat beserta salam kita hantarkan
untuk Nabi besar kita, yakninya Nabi Muhammad SAW.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas pada mata
kuliah Filsafat Pendidikan dan juga untuk menambah wawasan mengenai Filsafat Pendidikan
Pancasila. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. Rayendra, M.Pd selaku dosen
pada mata kuliah filsafat pendidikan.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini dengan baik. Sehingga makalah ini dapat memberi informasi dan
berguna bagi para pembaca dan khususnya kami sebagai penyusun.
C. Tujuan ……………………………………………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………
B. Saran ……………………………………………………………………………………..
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu masyarakat atau bangsa menjadikan filsafat sebagai suatu pandangan hidup yaitu
merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan kehidupan bangsa tersebut,
tanpa terkecuali aspek pendidikan. Filsafat yang dikembangkan harus berdasarkan filsafat yang
dianut oleh suatu bangsa, sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau mekanisme dalam
menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat tersebut.
Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan mewariskan sistem
norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh
lembaga pendidikan dan pendidik dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin supaya pendidikan
dan prosesnya efektif, maka dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan landasan ilmiah sebagai
asas normatif dan pedoman pelaksanaanya.
Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan
teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat
hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam
usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.
Oleh karena itu perlunya kita membahas lebih lanjut mengenai filsafat pendidikan pancasila
untuk mengetahui apa filsafat pendidikan Pancasila dan bagaimana Filsafat Pendidikan Pancasila
itu dalam tinjauan Ontologi.Epistemologi dan Aksiologi, serta peranan Filsafat Pendidikan
Pancasila dan Hubungan Pendidikan Dan Masyarakat Dengan Filsafat Pendidikan Pancasila.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
Adapun tujuan dan kegunaan dari pembnuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Filsafat Pendidikan Pancasila.
2. Untuk mengetahui Dasar-dasar Filsafat Pendidikan Pancasila.
3. Untuk mengetahui Filsafat Pendidikan Pancasila dalam Tinjauan Ontologi, Epistemologi
dan Aksiologi.
4. Untuk mengetahui peranan Filsafat Pendidikan Pancasila dan Hubungan Pendidikan Dan
Masyarakat Dengan Filsafat Pendidikan Pancasila
BAB II
PEMBAHASAN
Pancasila yang dibahas secara filosofis disini adalah Pancasila yang butir-butirnya termuat
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang tertulis dalam alinia ke empat. Dijelaskan
bahwa Negara Indonesia didasarkan atas Pancasila. Pernyataan tersebut menegaskan hubungan
yang erat antara eksistensi negara Indonesia dengan Pancasila. Lahir, tumbuh dan
berkembangnya negara Indonesia ditumpukan pada Pancasila sebagai dasarnya. Secara filosofis
ini dapat diinterpretasikan sebagai pernyataan mengenai kedudukan Pancasila sebagai jati diri
bangsa (Putra, 1988:43).
Melihat dari beragamnya kebudayaan yang terdapat dalam bangsa Indonesia maka proses
kesinambungan dari kehidupan bangsa merupakan tantangan yang besar. Demi perkembangan
kebudayaan Indonesia selanjutnya dituntut adanya rumusan yang jelas yang mampu berperan
sebagai pemersatu bangsa sehingga cirri khas bangsa Indonesia menjadi nyata.
Pancasila dikenal sebagai filosofi Indonesia. Kenyataannya definisi filsafat dalam filsafat
Pancasila telah diubah dan diinterpretasi berbeda oleh beberapa filsuf Indonesia. Pancasila
dijadikan wacana sejak 1945. Filsafat Pancasila senantiasa diperbarui sesuai dengan
“permintaan” rezim yang berkuasa, sehingga Pancasila berbeda dari waktu ke waktu.
Berdasarkan penjelasan diatas maka pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil
berpikir/pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan
diyakini sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil,
paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
Secara yuridis konstisional Negara Indonesia berdasarkan pancasila yang termaksud dalam
pembukaan UUD 45 alinea ke-4 Ketentuan yuridis kontisional mengandung makna baik formal
maupun fungsional menyatakan :
Dalam Filsafat Pancasila terdapat banyak nilai-nilai luhur yang menjadi ciri khas dan
perekat bangsa Indonesia. Filsafat yang terkandung didalam pancasila harus disoroti dari titik
tolak pandangan yang holistic mengenai kenyataan kehidupan bangsa yang beranekaragam. Ini
menekankan pada semangat Bhineka Tunggal Ika, semangat ini diharapkan mendasari seluruh
kehidupan bangsa Indonesia. Yaitu adanya kesatuan didalam keaneka ragaman yang ada.
Dari penjelasan itu dapat dinyatakan bahwa Bhineka Tunggal Ika adalah inti Filsafat
Pancasila. Kerinduan bangsa Indonesia akan terwujudnya kesatuan didalam pengalaman akan
keperbagaian tersebut merupakan cerminan kerinduan umat manusia sepanjang zaman.
Menurut Drijarkara dalam Putra (1988:32) Pancasila adalah inheren (melekat) kepada
eksistensi manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan yang terntu pada kongretnya. Sebab itu
dengan memandang kodrat manusia “qua valis’ (sebagai manusia), kita juga akan sampai ke
Pancasila.
Hal ini digambarkan melalui sila-sila dalam Pancasila. Notonagoro (dalam noor, 1987:153)
dalam kaitannya menyebutkan “ kalau dilihat dari segi intisarinya, urut-urutan lima sila Pancasila
menunjukkan suatu rangkaian tingkat dalam luasnya isi, tiap-tiap sila yang lima sila dianggap
maksud demikian, maka diantara lima sila ada hubungannya yang mengikat yang satu kpada
yang lain, sehingga Pancasila merupakan satukesatuan yang bulat.
Adapun hubungannya dengan pendidikan bahwa bagi bangsa Indonesia keyakinan atau
pandangan hidup bangsa, dasar negara Republik Indonesia ialah Pancasila. Karenanya system
pendidikan nasional wajarlah dijiwai, didasari, dan mencerminkan identitas Pancasila itu. Sistem
pendidikan nasional dan system filsafat pendidikan Pancasila adalah sub system dari system
negara Pancasila. Dengan kata lain system negara Pancasila wajar tercermin dan dilaksanakan di
dalam berbagai subsistem kehidupan nasional bangsa Indonesia secara keseluruhan.
Tegasnya tiada system pendidikan nasional tanpa filsafat pendidikan. Jadi, jelas
bahwa tidak mungkin system pendidikan nasional Pancasila dijiwai dan didasari oleh system
pendidikan yang lain, kecuali Filsafat Pendidikan Pancasila.
Pancasila merupakan dasar negara yang membedakan suatu bangsa dengan bangsa lain,
sedangkan filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran sesuatu. Sementara filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam tentang
kependidikan berdasarkan filsafat. Jika kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem
pendidikan, ditinjau dari filsafat pendidikan, maka dapat kita jabarkan bahwa Pancasila adalah
pandangan hidup bangsa yang menjiwai sila-silanya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk
menerapkan sila-sila Pancasila, diperlukan pemikiran yang sungguh-sungguh mengenai
bagaimana nilai-nilai pancasila itu dapat dilaksanakan. Dalam hal ini, tentu pendidikanlah yang
mempunyai peran utama.
Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan,
dan orang-orang yang berkerja dalam bidang pendidikan. Hal tersebut akan mewarnai perbuatan
mereka secara arif dan bijak, menghubungkan usaha-usaha pendidikannya dalam falsafah umum,
falsafah bangsa dan negaranya. Pemahaman akan filsafat pendidikan akan menjauhkan mereka
dari perbuatan meraba-raba, mencoba-coba tanpa rencana dalam menyelesaikan masalah-
masalah pendidikan.
Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof. Dr. Umar Anggara Jenie menyatakan,
Pancasila sebagai paradigma pengembangan ilmu pengetahuan diperlukan untuk panduan etik.
Sila-sila dalam Pancasila adalah prinsip-prinsip etika universal yang juga dihormati negara lain
(Kompas, 16 Agustus 2006).
Filsafat Pendidikan Pancasila mendasari Ilmu Pengetahuan kontektual milik budaya bangsa
Indonesia yang nilai-nilainya berbeda dengan bangsa lain. Ilmu pengetahuan kontekstual yang
dimaksud adalah ilmu pengetahuan milik budaya bangsa Indonesia yang nilai-nilainya berbeda
dengan bangsa lain. Menurut ajaran Ki Hadjar Dewantara, ilmu pengetahuan kontekstual budaya
Indonesia yang dimaksud adalah ilmu pengetahuan yang beralaskan garis-hidup bangsanya
(cultureel-nationaal) dan ditujukan untuk keperluan perikehidupan (maatschappelijk) yang dapat
mengangkat derajat negara dan rakyat, agar dapat bekerja bersama-sama dengan lain-lain bangsa
untuk kemuliaan segenap manusia ke seluruh dunia; ilmu pengetahuan yang membuat peserta
didik mampu mengalaminya sendiri dan kemudian tidak hidup berpisahan dengan rakyatnya
(Karya, KH.Dewantara, bagian Pertama: Pendidikan, 2004).
Pendidikan yang maju dan modern hanya ditemukan dan modern pula, pendidikan yang
main dan modern hanya diselenggarakan oleh masyarakat yang maju dan modern, secara teoritis
disebut hubungan korelasi positif.
Manusia sebagai individual, yang menentukan sikap dan wawasannya kebijaksanaan dan
strategi serta tujuan dan sasaran yang hendak ditempuhnya. Pertimbangan dan penentuan ini
diambil berdasarkan keyakinan, motivasi dan tujuan dalam hidupnya, maka manusia sebagai
subjek individual, pendidikan adalah suatu usaha, aktifitas yang dilakukan menurut tujuan dan
kehendaknya (cita karsa) secara mandiri. Bagi anak tujuan dan kehendak belajar dipenuhi oleh
factor lingkungan, orang tua / keluarga. Demikian pula dengan masyarakat ! bangsa dan Negara
factor luar adalah kondisi dan tantangan zaman dan potensi-potensi yang dimiliki (sumber daya
alam, sumber daya manusia dan kebudayaan).
Manusia pribadi atau masyarakat memiliki keyakinan dan kepercayaan yang tercermin
dalam tujuan (cita-cita) dan hasrat luhur atau kehendak berdasarkan cita dan karsa memilih dan
menerapkan aktifitas / fungsi kehidupan atau usaha mendidik dirinya. Pendidikan merupakan
fungsi manusia dan masyarakat untuk mengembangkan dan meningkatkan dirinya, martabat dan
kepribadiannya. Hubungan masyarakat dengan pendidikan itu sebagai hubungan fungsional
berarti :
Bahwa masyarakat atau Negara secara sadar dan mandiri cita karsa atau tujuan dan
keinginan luhur akan dicapai melalui kebijakan, lembaga dan strategi tertentu.
Pendidikan suatu lembaga, perwujudannya secara nasional adalah system pendidikan
nasional yang bersumber dan ditentukan oleh cita karsa manusia menurut keyakinan dan
pandangan hidup dan filsafat Negara sebagai sumber nilai cita dan kepribadian
nasionalnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut :
B. Saran
Pancasila bukanlah sekedar rumusan kering sisa-sisa masa lalu, melainkan roh sekaligus
fondasi utama bangsa Indonesia. Pancasila bukanlah pasal-pasal mati yang mesti dihafal,
melainkan sebuah realitas yang perlu untuk terus ditafsir semakin luas dan semakin dalam
dengan menggunakan kerangka berpikir filsafati, sehingga mampu menjadi inspirator perilaku
bangsa Indonesia setiap harinya. Untuk itu, proses pendidikan Pancasila haruslah menjadi proses
yang menantang untuk berpikir, berguna untuk menjelaskan apa yang terjadi, serta mendorong
tindakan-tindakan perubahan ke arah yang lebih baik, sesuai dengan konteks yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Rosdakarya. 2010