Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU ESSAY

PENDIDIKAN AGAMA

“PANDANGAN ISLAM TERHADAP JUAL BELI BERBASIS MEDIA


SOSIAL”

Oleh:
Puti Sri Rahayu
22002220

Dosen Pengampu:
Nurjanah, S.H., MA.Hk

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
PANDANGAN ISLAM TERHADAP JUAL BELI BERBASIS MEDIA
SOSIAL

Jual beli merupakan kegiatan yang tidak asing untuk dilakukan bagi seluruh
masyarakat, khususnya di Indonesia.

Kemajuan dan kecanggihan teknologi sekarang ini telah membuat transaksi


jual beli menjadi sangat beragam dan berubah menyesuaikan kondisi zaman. Saat
ini, banyak orang melakukan kegiatan transaksi jual belinya melalui online berbasis
media sosial dan e-commerce, seperti instagram, shopee, zalora, tokopedia,
lazada, dan masih banyak lainnya.

Kegiatan berbelanja di media sosial dan e-commerce tersebut tentu sangat


memudahkan, terlebih di kondisi pandemi Covid-19 saat ini karena dengan
berbelanja online tersebut kita tidak harus susah payah datang ke mall dan
terindikasi kerumunan dengan para pengunjung lain.

Mekanisme kegiatan jual beli online sebenarnya sama saja dengan kegiatan
jual beli selayaknya. Ketika dalam kegiatan jual beli pasti ada barang, pihak
penjual, dan pihak yang melakukan pembelian.

Akan tetapi, perbedaannya disini adalah jual beli secara langsung kita dapat
melihat kondisi dan model barang yang dijual sesuai dengan pendeskripannya atau
tidak (tidak ada cacat), serta secara langsung kita dapat melakukan akad jual beli,
seperti tawar menawar untuk sampai pada harga yang disepakati. Sedangkan, untuk
jual beli online kita hanya bisa melihat produk melalui gambar saja dan melakukan
pembayaran di muka dengan estimasi barang sampai perlu waktu yang sedikit lama
lagi.

Menurut pandangan islam jual beli online itu halal-halal saja hukumnya. Pada
dasarnya, jual beli termasuk kegiatan muamalah dalam ajaran Islam yang mana
hukum dasar muamalah ini adalah mubah (boleh untuk dilakukan) selagi tidak ada
dalil syara’ yang melarangnya.
Hal ini senada dengan pembahasan pada forum BahtsulMasail Muktamar NU
ke-32 di Makassar tahun 2010 menyebutkan bahwa, “Hukum akad (transaksi) jual
beli melalui alat elektronik adalah sah, apabila sebelum trannsaksi kedua belah
pihak sudah melihat mabi’ (barang yang diperjualbelikan) atau telah dijelaskan
baik sifat maupun jenisnya, serta memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun jual
beli lainnya.”

Oleh sebab itu, perspektif halal tidaknya terkait jual beli online ini sebenarnya
kembali kepada pihak penjual dan pembeli yang harus bisa menyelaraskan dengan
aturan syarat dan rukun yang terdapat dalam syariat Islam, serta tidak ada unsur
penipuan didalamnya.

Dalam ajaran Islam, jual beli online sama dengan akad as-Salam atau dikenal
dengan sebutan Bai’ As-Salam. Bai’ As-Salam merupakan suatu akad atau jual beli
dengan skema pembayaran dimuka dan penyerahan barang di kemudian hari atau
biasa dikenal dengan sebutan advancedpayment atau future sale.

Hukum dari jual beli salam ini diperbolehkan dalam Islam karena telah
memenuhi rukun dan syarat sah jual beli, seperti adanya pihak penjual dan pembeli,
terjadinya ijab dan qabul (akad), serta adanya objek akad yang digunakan.

Sebagaimana pembahasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa yang menjadi


sebab ketidakbolehan transaksi jual beli online ini adalah ketidakjelasan tempat dan
tidak hadirnya kedua belah pihak yang terlibat dalam akad jual beli tersebut.

Namun, jika kita melihat pada ungkapan dari Al-Qur’an dan Hadist telah
dijelaskan oleh Abdullah bin Ma’sud, “Bahwa apa yang dipandang baik oleh
Muslim, maka baiklah di hadapan Allah. Akan tetapi, sebaliknya. Yang paling
terpenting adalah kejujuran, keadilan, dan kejelasan dalam memberikan data
secara lengkap tanpa ada unsur niatan untuk menipu atau merugikan orang lain".

Berdasarkan ungkapan tersebut, jual beli online atau salam ini sangat
diperbolehkan dan tidak ada lagi keraguan untuk melakukannya dengan syarat
menampakkan secara detail dan jelas terkait barang yang dijual, baik berupa tulisan
maupun gambar.
Hal ini disebabkan, jika barang yang sampai tidak sama dengan deskripsi
barang di aplikasi penjualan, maka transaksi jual beli tersebut tidak sah hukumnya
dan pembeli boleh melakukan pengembalian atas dasar kerugian atau
ketidakpuasan yang diperolehnya.

Anda mungkin juga menyukai