Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MID SEMESTER METODE PENELITIAN

TRANSAKSI JUAL BELI SECARA DARING DI TOKO ONLINE Shopee


DALAM PERSPEKTIF ISLAM

NAMA : SUMRYANA .M
NIM : 2020050101135
KELAS : D

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI (IAIN)

TAHUN AJARAN 2022/2023


BAB 1
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di era industri 4.0 dan society 5.0 saat ini menjadi zaman yang hampir
semuanya berbasis teknologi. Seiring berjalannya waktu teknologi yang di buat oleh
manusia semakin berkembang. Perkembangan teknologi ini yang cukup pesat
menjadi pengaruh dari aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali dengan kehidupan
dalam bermuamalah atau jual beli. Aktivitas dalam muamalah atau jual beli itu
sendiri sudah ada di zaman Rasulullah SAW yang dimana sistem jual beli di lakukan
dengan cara tatap muka antara penjual dan pembeli. Namun seiring berkembangnya
zaman, sistem jual beli juga mengikuti era sekarang ini yaitu aktivitas jual beli
dengan sitem jual beli online. Pada zaman sekarang aktivitas perdangangan yang di
lakukan sudah banyak yang menggunakan teknologi. Teknologi yang canggih di nilai
lebih praktis dalam dua belah pihak untuk melakukan aktivitas jual beli karena bisa
di lakukan dimana saja dan kapan saja dengan jangka waktu yang tidak terbatas
dengan menggunakan teknologi internet. Menurut Chrismastianto (2017)
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat di era digital saat
ini telah mempengaruhi pola perilaku manusia dalam mengakses beragam informasi
dan berbagai fitur layangan elektronik. Salah satu contoh penjualan produk secara
online melalui internet yaitu dengan E-Commerce. Menurut Aisyah dan Achiri
(2019) E-Commerce adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran, barang
dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet, televise, www atau jaringan
computer lainnya. Sedangkan menurut Darmawan dan Aguspriyani (2019)
perkembangan teknologi informasi tidak hanya mencakup kehidupan sosial, politik,
dan budaya tetapi juga berpegaruh terhadap perekonomian.
Hingga tahun 2021 ada banyak situs-situs yang menyediakan barang dan jasa jual
beli secara online salah satunya adalah aplikasi shopee. Aplikasi shopee adalah
apalikasi yang bergerak di bidang jual beli secara online dan dapat di akses secara
mudah dengan menggunakan smartphone. Shopee pertama kali di luncurkan di
singapura pada tahun 2015, dan sejak itu memperluas jangkauannya ke Malaysia,
Thailand, Taiwan, Indonesia, dan Filipina. Khusunya pada Indonesia sendiri di mulai
pada Desember 2015 dengan tujuan untuk menawarkan pengalaman berbelanja dan
berjualan online dengan berbagai macam produk.
Dengan perkembangan teknologi saat ini menurut Aisyah, L dan Achiria, S
(2019) tidak bertentangan dengan majunya perkembangan ekonomi islam dengan
skema atau struktur pasar, islam memandang bahwa ekonomi adalah salah satu
kegiatan yang tidak dapat di pisahkan dengan kehidupan masyarakat. Agama Islam
adalah agama yang tidak hanya mengatur masalah ibadah, akan tetapi Islam juga
mengatur masalah muamalah, baik yang berhubungan dengan masalah social, budaya
maupun ekonomi. Adapun Islam mengatur hukum ekonomi itu sendiri mempunyai
tujuan-tujuan tertentu, dan salah satunya agar orang yang berkecimpung dalam dunia
bisnis dimana mereka sebagai pelaku ekonomi, mempunyai etika ekonomi yang
Islami atau etika yang sesuai dengan hukum Islam.
Terdapat Fatwa DSN-MUI No.24 tahun 2017 tentang bermuamalah melalui media
sosial bhawa bermuamalah merupakan sebuah proses interaksi antara individu atau
kelompok meliputi produksi, distribusi, komsumsi dan penggunaan teknologi
informasi. Dalam islam menyikapi maraknya jual beli online, hal demikian di
perbolehkan selagi tidak ada dalil yang melarang aktivitas jula beli online. Namun
terdapat sebuah ketentuan yang harus apabila transaksi jual beli online di lakukan
oleh masyarakat.
Islam adalah agama yang selalu memperhatikan berbagai maslahat dan
menghilangkan segala bentuk madharat di dunia dan di akhirat. Dalam pembahasan
ushul fikih, kemaslahatan memiliki relevansi dengan maqashid asySyar‟i. Hal ini
dapat dilihat dari pendapat asy-Syatibi, yang menyatakan bahwa kemaslahatan
ummat merupakan tujuan utama ditetapkannya syariat. Salah satu bentuk muamalah
itu adalah transaksi jual beli. Ada beberapa ketentuan pokok (rukun dan syarat) jual
beli yaitu:

1. Menurut Mazhab Hanafi, rukun jual beli itu hanya satu, yaitu akad saling rela
antara mereka (‘an taradhin) yang terwujud dalam ijab (ungkapan membeli
dari pembeli) dan qabul (ungkapan menjual dari penjual). Selain akad,
Mazhab Hanafi menyebutnya sebagai syarat.
2. Sedangkan menurut jumhur fuqaha’ (mayoritas ulama fiqih), rukun jual beli
itu adalah:
a. Penjual dan pembeli
b. Ijab dan qabul
c. Ada barang yang di beli
d. Ada nilai tukar (harga)
Syarat jual beli yang terpokok yaitu orang yang berakal sehat, barang yang di perjual
belikan ada manfaatnya, barang yang di perjual belikan ada pemiliknya, dan yang
terpenting ketika transaksi jual beli tidak ada yang mengandung manipulasi atau
penipuan.
Dalam perspektif Ushul Fiqih, sepanjang hal-hal itu terkait dengan muamalah
ijtima’iyyah (transaksi sosial kemasyarakatan) maka dapat di sandarkan pada kaidah-
kaidah berikut: Al-‘adah muhakkamah (tepatnya al-‘urf muhkam, sebab ‘urf itu mesti
kebiasaan baik, sedang adah itu bisa berupa kebiasaan yang baik tapi bisa lupa
kebiasaan yang buruk), yakni kebiasaan baik itu dapat di jadikan dasar pertimbangan
untuk menetapkan hukum. Al-Ashlu fil asy-ya al-ibahah hatta yadullad dalilu alat
tahrim, yakni pada dasarnya segala sesuatu itu hukumnya boleh sepanjang tidak ada
dalil yang mengharamkannya. Berpijak dari landasan kaidah fiqhiyyah tersebut,
maka jual beli online itu di perbolehkan dan sah, kecuali jika secara kasuistis
terjadinya manipuasi, penipuan dan sejenisnya. Maka secara kasuistis pula hukum
akan di terapkan yaitu haram.

A. Kondisi umum
Shopee merupakan perusahaan e-commerce yang berada di bawah naungan
Garena (berubah nama menjadi SEA Group), perusahaan internet di Asia Tenggara.
Menjalankan bisnis C2C mobile marketplace, Shopee resmi diperkenalkan di
Singapura pada tahun 2015 yang diikuti dengan negara Malaysia, Filipina, Taiwan,
Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Mengusung visi "Menjadi C2C Mobile
Marketplace Nomor 1 di Asia Tenggara", Shopee yang berada di bawah naungan
CEO, Chris Feng, pria lulusan terbaik dari Universitas Nasional Singapura yang
memungkinkan para penggunanya membeli atau menjual barang melalui aplikasi
yang tersedia di platform iOS dan Android. Shopee adalah aplikasi Marketplace
online untuk jual beli di ponsel dengan mudah dan cepat. Shopee menawarkan
berbagai macam produk produk mulai dari produk fashion sampai dengan produk
untuk kebutuhan sehari-hari. Shopee hadir dalam bentuk aplikasi mobile untuk
memudahkan penggunanya dalam melakukan kegiatan belanja online tanpa harus
membuka website melalui perangkat komputer.

terkait dengan penelitian ini Ada beberapa penelitian yang di pandanng relevan
dengan penelitian ini yaitu di anataranya di lakukan penelitian oleh Mabarroh Azizah
dengan judul perepan etika bisnis islam dalam transaksi jual beli online di toko
shopee

Dengan perkembangan teknologi saat ini menurut Aisyah, L dan Achiria, S


(2019) tidak bertentangan dengan majunya perkembangan ekonomi islam dengan
skema atau struktur pasar, islam memandang bahwa ekonomi adalah salah satu
kegiatan yang tidak dapat di pisahkan dengan kehidupan masyarakat. Agama Islam
adalah agama yang tidak hanya mengatur masalah ibadah, akan tetapi Islam juga
mengatur masalah muamalah, baik yang berhubungan dengan masalah social, budaya
maupun ekonomi. Adapun Islam mengatur hukum ekonomi itu sendiri mempunyai
tujuan-tujuan tertentu, dan salah satunya agar orang yang berkecimpung dalam dunia
bisnis dimana mereka sebagai pelaku ekonomi, mempunyai etika ekonomi yang
Islami atau etika yang sesuai dengan hukum Islam.
Dalam perspektif Ushul Fiqih, sepanjang hal-hal itu terkait dengan muamalah
ijtima’iyyah (transaksi sosial kemasyarakatan) maka dapat di sandarkan pada kaidah-
kaidah berikut: Al-‘adah muhakkamah (tepatnya al-‘urf muhkam, sebab ‘urf itu mesti
kebiasaan baik, sedang „adah itu bisa berupa kebiasaan yang baik tapi bisa lupa
kebiasaan yang buruk), yakni kebiasaan baik itu dapat di jadikan dasar pertimbangan
untuk menetapkan hukum. Al-Ashlu fil asy-ya al-ibahah hatta yadullad dalilu alat
tahrim, yakni pada dasarnya segala sesuatu itu hukumnya boleh sepanjang tidak ada
dalil yang mengharamkannya. Berpijak dari landasan kaidah fiqhiyyah tersebut,
maka jual beli online itu di perbolehkan dan sah, kecuali jika secara kasuistis
terjadinya manipuasi, penipuan dan sejenisnya. Maka secara kasuistis pula hukum
akan di terapkan yaitu haram.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk lebih mendalami langsung dalam karya
tulis ilmiah dalam bentuk karya tulis ilmiah tentang transaksi jual beli secara online
dalam pandangan islam, maka dari itu penulis mengangkat dengan judul :
mengetahui transaksi jual beli daring di toko online shopee dalam perspektif islam
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan, dengan demikian
permasalahan yang akan di teliti dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana transaksi dalam jual beli online melalui aplikasi shopee?
2. Apakah akad dalam layanan transaksi jual beli secara online melalui aplikasi
shopee

C. Tujuan penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah di paparkan maka tujuan
dari penelitian yaitu adalah mengetahui transaksi jual beli daring di toko online
shopee dalam perspektif islam

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dari hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai aspek yang meneliti untuk
menjadi acuan sumber data peneliti selanjutnya. Sedangkan dengan peneliti sendiri
menjadikan ilmu dan pengalaman yang di dapatkan selama meneliti dalam konteks
tersebut, serta manfaat dari pembaca yaitu mendapatkan wawasan apabila
mendapatkan masalah seperti pada konteks penelitian tersebut tentu mudah dalam
menyikapi perihal tersebut.

2. Manfaat Praktis
Dalam konteks ini tentunya peneliti dan pembaca hasil penelitian yaitu
mengetahui transaksi jual beli online dalam aplikasi shopee dengan menurut
perspektif ekonomi islam. Yang di mana jual beli online adalah fenome yang sedang
hangat di perbincangan masyarakat dan sudah menjadi aktivitas yang sangat praktis
bagi masyarakat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Empiris
Tinjauan empiris merupakan hasil penelitian yang di lakukan sebelumnya
dengan profit yang terkait dengan sub penelitian. Dalam penelitian ini, ada beberapa
penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini. Desy Safira, Alif
Ilham Akbar Fatriansyah (Desy Safira, 2020) Jual beli menurut islam pada
hakikatnya tidak hanya bersifat konsumtif dan hanya mengandung unsur material
untuk memperoleh keuntungan hakiki di akhirat, tentu dengan memperhatikan
prinsip jual beli yang di perbolehkan menurut syar‟i. dalam era globalisasi saat ini,
bermunculan model-model bisnis dengan menggunakan kecanggihan teknologi
modern.
Wahibatul Maghfuroh (2020), Transaksi jual beli online merupakan muamalah,
hukumnya boleh (mubah). Jual beli online tidak bertetangan dengan nash dan ini
merupakan bentuk suatu kemaslahatan dan saling menguntungkan. Kemudian kasus-
kasus seperti di qiyaskan dengan jual beli transaksi online melewati FB, WhatsApp,
Instragram, Shopee dan lain sebagainya, yang terpenting adalah saling merelakan
antara keduanya atau di sebut anataradin, saling keterbukaan dan kejujuran dalam
melaksanakan kegiatan bertransaksi. Muhammad Ihsan (2021), Permasalahan hukum
dari jual beli yang dilakukan secara online, dimana jual beli online itu di perbolehkan
atau halal selam jual beli online terpenuhi rukun dan syarat dari jual beli itu sendri
secara ajaran agama islam. Dan tidak ada hal-hal yang merubah hukum halal menjadi
haram pada jual beli online tersebut.
Achnad Zurohman, Eka Rahayu (2019), Jual beli via internet adalah jual beli yang di
lakukan melalui media elektronik. Untuk melakukan transaksi jual beli tidak harus
bertemu secara langsung atau saling menatap muka secara langsung. Akan tetapi
melakukan transaksi secara online di perbolehkan dalam islam asalkan sesuai dengan
rukun dan syarat yang telah di tentukan. Deery Anzar Susanti (2020), Jual beli online
merupakan system transaksi yang di lakukan oleh pembeli dan penjual melalui media
masa tanpa adanya pertetemuan secara langsung. Menurut hukum islam jual beli
online diperbolehkan selagi tidak ada dalil yang melarangnya transaksi yang dilarang
dan tetap mengikuti syariat islam. Prinsip kejujuran dan kemaslahatan harus
dipegang teguh kedua belah pihak agar senantiasa menciptakan transaksi jual
beliyang saling menguntungkan keduanya.
Mohammad Suyudi (2021), Konstruksi hukum jual beli online dengan system
dropship menurut hukum islam dan hukum positif Indonesia bias dilakukan dengan
menggunakan model akad/perjanjian yang sesuai mekanismenya. Dimana hukum
yang di dasarkan pada Al-Quran, Hadits dan sumber lainnya bias menggunakan akad
salam, parallel, akad samsarah dan akad wakalah. Sedangkan dalam hukum positif
yang di dadarkan pada KUH perdata dan KUH Dagang bias menggunakan system
model pengangkatan makelar dan komisioner Muhammad Reza Palevy, Hafas
Furqani, Nevi Hasnita (2020), Sistem transaksi jual beli dengan menggunakan sistem
dropshipping, belum memenuhi kriteria akad pesanan dalam islam seperti akad
salam, akad samsarah dan juga akad wakalah. System transaksi jual beli
dropshipping selama ini terjadi di identifikasikan mengandung unsur gharar
(ketidakjelasan) dari spesifikasi barang yang di jual oleh dropshipper. Praktek system
jual beli dropshipping yang dilakukan pihak dropshipper adalah menjual barang yang
bukan miliknya sehingga Aktivitas jual beli tersebut di larang. Misbahul Ulum
(2020), Prinsip-prinsip jual beli islam secara spesifik terdiri atas prinsip kerelaan
(ridhaiyyah), prinsip kemanfaatan atau kemaslahatan prinsip keadilan, ketuhanan
(tauhid), prinsip kejujuran, prinsip kebebasan, prinsip etika (akhlak), serta prinsip
kebenaran. Pihak transaksi jual beli yang terjadi pada E-Commerce Hijup.com, telah
menunjukkan adanya prinsip-prinsip jual beli dalam islam yang terfasilitasi melalui
beragai kebijakan dan protocol pembelian disitus Hijup.com. Muhammad Deni Putra
(2019), Penjualan online merupakan hal yang dapat di perkenankan sesuai dengan
perkembangan dan kemajuan teknologi, mengingat banyaknya manfaat yang dapat di
peroleh dari transaksi model penjualan seperti ini. Namun yang perlu di ingat oleh
penjual maupun pembeli adalah prinsip kehati-hatian untuk meminimalisir
kemungkinan terjadinya
penipuan baik dari sisi penjual maupun pembeli.
Elaman Johari (2018), Jual beli melalui media online adalah sah menurut
syara‟ (hukum islam) sepanjang memenuhi 4 kritria yaitu pertama al aqad (ijab
Qabul), Kedua Mahallul Aqad (obyek perjanjian), ketiga Al Aqidain (pihak-pihak
yang melaksanakan perjanjian), ke empat maudhu’ul (tujuan kontrak dan
akibatnya).
Penjelasan penelitian terdahulu yang di paparkan menjelaskan tentang jual
beli secara online yang di mana saat ini sangat marak dan menjadi fenomena di
perbincangan di tengah masyarakat karena di anggap sangat memudahkan dan
praktis di lakukan dimana saja dan kapan saja dan penelitian terdahulu di atas
memaparkan masing-masing tentang hukum dan menurut perspektif ekonomi
islam dalam melakukan transaksi jual beli secara online. Perbedaan dari penelitian
terdahulu dengan penelitian yang akan di lakukan yaitu dari segi
aplikasi jual beli online yang di gunakan yaitu aplikasi shopee. aplikasi shopee
adalah salah satu aplikasi belanja online yang ada di indonesia yang banyak di
gunakan oleh masyarakat yang menawarkan beragam produk, aplikasi ini juga
termasuk obyek pokok dalam penelitian yang akan di lakukan akan tetapi di lihat
dari menurut perspektif ekonomi islam.

B. TINJAUAN TEORI
1. Jual Beli
Perdangangan atau jual beli secara bahasa berarti al-mujadalah (saling
menukar). Jual beli adalah pertukaran benda dengan benda lain dengan saling
meridhoi atau memindahkan hak milik dengan cara masing-masing mengikhlaskan.
Menurut Fitria (2017) jual beli adalah suatu kegiatan tukar menukar barang dengan
barang lainnya dengan tata cara tertentu. Sedangkan menurut Shabiran dan Herwanti
(2017) setiap orang islam boleh mencari nafkah dengan cara jual beli, akan tetapi
cara itu harus di lakukan dengan hukum islam yaitu harus saling rela merelakan tidak
ada unsur penipuan dan berbohong, tidak merugikan kepentingan umum, bebas
memilih dan lebih jelas. Dalam penjelasan Syaifullah (2014) hak milik dan
kepemilikan di tekankan, sebab ada tukar menukar harta yang sifatnya tidak harus di
miliki seperti sewa-menyewa. Barang tersebut di gantikan dengan alat ganti yang
sepakati atau yang telah di perbolehkan dalam islam. Maksud dari arti kata
menggantikan yaitu pihak pertama atau benda tersebut di pertukarkan dengan alat
pembayaran yang berlaku dalam transaksi tersebut dan sudah di benarkan
keadaannya misalnya Mata Uang, emas ataupun perak maka dari itu hal ini di
perbolehkan. Beberapa pendapat di atas dapat di pahami inti dari definisi jual beli
adalah suatu perjanjian tukar menukar benda (barang) atau jasa yang mempunyai
nilai, atas dasar akad kerelaan (kesepakatan) antara dua belah pihak sesuai dengan
perjanjian yang telah di benarkan syara’. Syara’ adalah jual beli yang di di lakukan
sesuai dengan syarat-syarat, rukun dan hal lain yang berkaitan dengan jual beli.
Menurut Syaifullah (2014) manusia sebagai makhluk sosial yang saling
membutuhkan satu sama lain, maka dari itu hikmah dari jual beli adalah dapat
membantu manusia untuk kelangsungan hidupnya.
2. Hukum Jual Beli Jual beli menurut hukum islam yaitu di perbolehkan
begitupun dengan jual beli online hukumnya di perbolehkan dengan ketentuan
mengikuti ketentuan yang ada dalam islam. Berikut ini ayat Al-Quran, As-sunnah
yang menjadi dasar hukum dari jual beli.
a. Al-Quran Firman Allah SWT dalam Q. S. Al-Baqarah/2: 282 yang artinya
““Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu melakukang utang-piutang untuk
waktu yang di tentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskan dengan benar. Janganlah penulis menolak
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah ia
menuliskan. Dan hendaklah orang yang berhutang itu mendiktekan, dan hendaklah
dia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah dia mengurangi sedikitpun dari
padanya. Jika yang berutang itu orang yang kurang akalnya atau lemah
(keadaannya), atau tidak mampu mendiktekan sendiri, maka hendaklah walinya
mendiktekannya dengan benar. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki
diantara kamu. Jika tidak ada (saksi) dua orang laki-laki, maka (boleh) seorang laki-
laki dan dua orang perempuan diantara orang-orang yang kamu sukai dari para saksi
(yang ada), agar jika seorang yang lupa maka yang seorang lagi yang mengingatnya.
Dan janganlah saksi-saksi itu menolak apabila di panggil. Dan janganlah kamu bosan
menuliskannya, untuk batas waktu baik (utang itu) kecil maupun besar. Yang
demikian itu, lebih adil di sisi Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian, dan lebih
mendekatkan kamu kepada ketidakraguan, kecuali jika itu merupakan perdangangan
tunai yang kamu jalankan diantara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamujika kamu
tidak menuliskannya. Dan ambillah saksi apabila kamu berjual-beli, dan janganlah
penulis di persulit dan begitu juga saksi. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka
sungguh, hal itu sesuai kefasikan pada kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, Allah
memberikan pengajaran kepadamu, dan Allah maha mengetahui segala sesuatu” (Q.
S Al-Baqarah/2: 282)
Berdasarkan ayat di atas terlihat dengan jelas jika di jadikan sebagai pondasi hukum
dalam jual beli secara salam dan jual beli online. Selain sebagai dasar hukumnya,
dalam ayat di atas juga di jelaskan bahwa dalam aktivitas bermuamalah dengan cara
yang tidak tunai maka hendaklah di tuliskan untuk meminimalisir akan terjadinya
risiko perselisihan antara dua belah pihak. Apabila kesalah pahaman diantaranya atau
wanprestasi (cacat hukum) oleh salah satu piham baik itu dari pihak penjual maupun
pihak pembeli tersebut dapat mencegah terjadinya kelupaan yang sangat mungkin
terjadi kelupaan yang sangat mungkin terjadi di setiap individu.
3. Rukun dalam jual beli salam
a. „Aqid, adalah pemesan (al - muslim atau rabbussalam) , dan orang yang
menerima pesanan (al - muslam ilaih).
b. b. Ma‟qud „alaih, adalah muslam fih (objek yang dipesan), seperti harga atau
modal jual beli salam (ra‟s al - mal as – salam).
c. Akad (ijab qabul) Beberapa pandangan para ulama menyatakan bahwa
shighat harus dilakukan dengan lafadz yang menunjukkan kata memesan barang.
Bahwasannya dalam transaksi ini barang dagangan yang dipesan belum ada tetapi
pembayaran dilakukan diawal. Dibolehkannya jual beli ini harus memakai kata
memesan atau salam.
4 . Syarat syarat jual beli sala
a. Syarat Ra‟s Al - Mal (Harga/modal/alat pembayaran)
1) Metode pembayaran harus jelas.
2) Di negara/kawasan yang berbeda, jenis mata uang berbeda sehingga jenisnya
harus jelas.
3) Jelas sifatnya, seperti kondisi barang layak dijual atau tidaknya.
4) Isi ra‟s al - mal diketahui.
5) Metode pembayaran diperiksa sebelum diterima.
6) Sesuai kesepakatan Hanafiah, Syafi‟iyah dan Hanabilah, sebelum penjual dan
pembeli meninggalkan majelis tempat ijab dan qabul, pembayaran harus
diserahterimakan secara tunai.
7) Setelah pembayaran disepakati saat akad sistem pembayaran harus dilaksanakan
dan melarang keringanan utang. b.
b. Syarat Muslam Fih (Ma‟qud „Alaih)
1) Barang harus jelas.
2) Jelas barang yang dipesan, yaitu barang tersebut masih sejenis dan
tidak ada pencampuran barang lain.
3) Barang yang dijual memiliki dimensi yang jelas, meliputi takaran,
timbangan, hitungan atau meterannya. Tujuannya untuk menghindari
penipuan dan konflik antar kedua belah pihak dalam transaksi.
4) Tidak ada illat yakni riba fadhal. Dibolehkan akad salam atas barang
al-qimiyah ialah barang yang berdasarkan dengan kriteria tertentu.
5) Mengirimkan barang pesanan di lain waktu bukan ketika akad
dilakukan di majelis.
6) Tidak ada kondisi khiyar yang terjadi selama masa akad.
7) Jika pengiriman membutuhkan beban dan biaya, keterangan tempat
pengiriman harus disediakan.
8) Ada pengaturan tentang sifat barang yang dipesan, namun harga bisa
berbeda-beda tergantung kualitas barang yang dipesan.
9) Barang menjadi tanggungan penjual.

A. Ketentuan mengenai waktu dan tempat pengiriman barang Tanggal dan


tempat pengiriman barang dapat ditentukan, namun tidak semua jenis barang dapat
ditentukan dengan cara ini. Sedangkan syarat lokasi pengiriman adalah apabila
barang pesanan memerlukan biaya angkut dan alamat penyerahan, maka pihak terkait
yang melakukan transaksi harus menentukan lokasi pengiriman. Namun, jika para
pihak dalam akad tidak menentukan lokasi penyerahan tetatap sah transaksi tersebut.
sedangkan tempat penyerahan bisa ditentukan kemudian.

5. Ketentuan batal dan Berakhirnya Jual beli Salam


a) Objek tidak lagi tersedia pada waktu yang disepakati.
b) Adanya kecacatan pada barang yang dikirim.
c) Adanya perubahan terhadap kualitas barang pesanaan.
d) Kualitas barang yang dikirimkan tidak sesuai ijab qabul, namun pembeli
menerima.
e) Pelanggan telah menerima barang yang dipesan.

6. Manfaat Tentang Disyari‟atkannya Jual beli Salam


Manfaat jual beli untuk masyarakat salah satunya untuk memenuhi kebutuha
sehari-harinya. Sehingga jual beli dengan akad salam diperbolehkan dalam syariat
Islam. Adapun manfaat yang diperoleh penjual sebagai pihak yang memesankan,
yaitu:
a. Penjual bisa mendapatkan modal yang halal dan baik, sehingga ia dapat
menjalanka usahanya dan mengembang usahannya tanpa harus
membayar bunga sedikitpun.
b. Dalam memenuhi permintaan pihak pemesan/ pembeli, pihak penjual
memiliki kewenangan dan kekuasaan.
Kemudian manfaat yang didapatkan bagi pihak pembeli, yaitu:
a. Pembeli mendapatkan jaminan terkait barang atau produk yang dia
butuhkan.
b. Barang yang dipesanan sesuai keinginan.
Dalam transaksi Islam menerapkan akad salam karena memiliki manfaat
pada kedua belah pihak dan menjadi salah satu solusi yang tepat guna
menghindari sistem riba.

7. Asas Jual Beli Online


Terkait dengan maraknya jual beli online, menurut teori jenis jual beli ini
termasuk jual beli akad salam (pesanan) (Aisyah, 2019). Terdapat beberapa
batasan dalam akad salam (pesanan) dalam mengatur transaksi ini diantaranya
yaitu:
a. Kualitas dan kuantitas barang yang sudah jelas
b. Barang yang di pesan di ketahui sempurna oleh pembeli
c. Barang, waktu, dan tempat di ketahui oleh kedua belah pihak
d. Pembayaran barang di sepakati oleh dua belah pihak, misalnya melalui COD
(Cash On Delivery), atau melalui transfer
e. Terdapat kemashlahatan kedua belah pihak
f. Asas amanah
g. Asas keadilan
h. Asas janji mengikat
Menjalankan bisnis secara online, saat ini menjadi pilihan yang sangat
alternative karena untuk meningkatkan pangsa pasar dan meningkatnya omset
dari hasil penjualan online, namun perlu di ingat bahwa harus mengikuti konsep
kemashlahatan dan prinsip kejujuran dari kedua belah pihak tetap di tegakkan,
agar nantinya alur transaksi jual beli sah dan sesuai dengan ketentuan yang
telah berlaku sehingga tidak ada kerugian antara kedua belah pihak

8. Kelebihan dan Kekurangan Dalam Jual Beli Online


Ada beberapa kelebihan dalam melakukan jual beli secara online,
diantaranya:
a. Dapat di lakukan dalam jangka waktu 24 jam
b. Lebih cepat, praktis dan menghemat waktu
c. Proses perbandingan harga yang cepat dan mudah
d. Bisa di lakukan oleh siapapun
e. Investasi yang lebih murah
Selain kelebihan terdapat juga kekurangan dalam melakukan jual beli secara
online, diantaranya:
a. Kualitas produk yang belum tentu sama dengan barang asli
b. Potensi dari risiko penipuan

9. Metode pembayaran jual beli online


Jual beli secara online memang mempermudah mempromosikan barang
dagangan dan peningkatan jumlah penjualan juga sangat bagus, serta mempermudah
pembeli dalam memilih barang yang hendak di beli dengan jangka waktu yang lebih
hemat serta lebih praktis. Sehingga keduanya saling menguntungkan. Dalam proses
jual beli secara online pembayaran yang di lakukan melalui sistem transfer dengan
ATM atau dengan COD (Cash On Delivery). Kemudahan dalam melakukan transaksi
jual beli secara online membuat masyarakat lebih memilih berbelanja dengan
aplikasi marketplace salah satunya shopee.

B. Kerangka berfikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual yang dimanfaatkan sebagai teori


yang ada berkaitan dengannya dengan beberapa faktor yang di identifikasi seba gai
masalah yang penting (Sugiyono,2017). Kerangka berfikir berfungsi untuk
mempermudah dalam memahami permasalahan yang akan di teliti serta
mengarahkan penelitian kepada pemecahan persoalan yang di hadapi. Maka, penulis
membuat suatu kerangka berfikir sebagai berikut:

Jual Beli Online

Toko online shopee

Pandangan Ekonomi Islam


D Kerangka Konsep

Jual beli online adalah aktivitas transaksi yang di lakukan tanpa harus bertemu
langsung akan tetapi di lakukan dengan secara online melalui aplikasi dengan
menggunakan smartphone dan komputer. Perkembangan teknologi informasi telah
membawa pengaruh baru yang sangat pesat. Di Indonesia telah menempati peringkat
yang tinggi yang tinggi dengan jumlah pengguna internet terbesar sekitar 30% dari
total penduduk Indonesia. Ecommerce menjadi lahan emas bagi sebagian orang yang
ingin terjun ke dunia bisnis online. Tentunya dengan di permudah dalam
kecanggihan teknologi ini membuat masyarakat di Indonesia memilih untuk membeli
secara online. Salah satu aplikasi belanja yang marak di gunakan yaitu aplikasi
shopee.

Aplikasi shopee yaitu aplikasi yang bergerak di bidang jual beli secara online dan
dapat di akses dengan mudah menggunakan smartphone. Shopee hadir dalam bentuk
aplikasi yang memudahkan penggunanya dalam melakukan kegiatan berbelanja
secara online dengan waktu yang terjangkau menggunakan handphone ataupun
perangkat computer. shopee menawarkan berbagai macam produk-produk fashion
hingga produk untuk kebutuhan sehari-hari, dengan beragam produk yang di
tawarkan yang membuat masyarakat lebih tertarik menggunakan aplikasi shopee.

Jual beli menurut islam pada hakikatnya tidak bersifat konsumtif da hanya
mengandung unsur material untuk memperoleh keuntungan di dunia, tetapi juga
keuntungan hakiki di akhirat, tentu dengan memperhatikan prinsip jual beli yang di
perbolehkan menurut ketentuan dalam islam. Dalam era globalisasi saat ini,
bermunculan model-model bisnis dengan menggunakan kecanggihan teknologi. Pada
dasarnya transaksi secara online sama dengan transaksi offline yang membedakan
hanya dari segi tempat transaksi jadi jual beli secara online ataupun offline
diperbolehkan dalam islam dengan catatan bahwa transaksi sesuai dengan ketentuan
dari islam dan tidak ada yang di rugikan satu sama lain.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan model penelitian


descriptive research. menurut Sugiyono (2016) bahwa penelitian descriptive
merupakan metode untuk menggambarkan suatu hasil penelitian. Descriptive
research menggunakan survey untuk mengumpulkan data mengenai berbagai subjek.
Data tersebut di gunakan untuk mengetahui seberapa jauh suatu kondisi berbeda di
temukan pada subjek yang di teliti

B. Waktu dan tempat penelitian

Untuk penelitian lebih lanjut dan mengumpulkan data yang lebih spesifik
maka peneliti harus menetukan lokasi yang akan di teliti. Maka dari itu peneliti
mengambil lokasi i di Mahasiswa Program Studi Ekonomi syariah fakultas ekonomi
dan bisnis islam IAIN KENDARI.Dengan jangka waktu kurang lebih 2 bulan perihal
ini peneliti memerlukan waktu yang cukup untuk dapat mengumpulkan data.

C. Populasi dan sampel

Menurut sugiyono (2018), informan penelitian adalah narasumber yang


merujuk pada seseorang yang paham terkait objek penelitian serta mampu
memberikan penjabaran tentang topik penelitian yang di angkat. Pemilihan informan
sebagai sumber informasi data dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada subyek
yang menguasai obyek permsalahan, memiliki data, dan bersedia memberikan
informasi yang lengkap dan akurat. Informan yang bertindak sebagai sumber data
dan informasi harus memenuhi syarat, yang akan menjadi informan narasumber (key
informan)
Dalam penelitian kualitatif tidak di persoalkan jumlah informan, akan tetapi bias
tergantung dari tepat tidaknya dalam pemilihan informan kunci, dan kompleksitas
dari keragaman fenomena sosial yang di teliti. Dalam penelitian kualitatif teknik
sampling yang sering di gunakan adalah purposive sampling
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang yang di anggap tahu
tentang informasi yang di inginkan dan di anggap menguasai sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi yang akan di teliti.
Pengambilan sampel secara A pada penelitian ini akan berpedoman pada syarat-
syarat yang harus di penuhi sebagai berikut:

a. Pengambilan sampel harus di dasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau


karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
b. Subjek yang di ambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang
paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subjects).
c. Penentuan karakteristik populasi di lakukan dengan cermat di dalam studi.

D. Tekhnik pengumpulan data


1. Studi pustaka (literature studi)

Menurut Sugiyono (2018), studi kepustakaan yang berkaitan dengan kajian


teritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma yang
berkembang pada situasi sosial dan norma berkembang pada situasi sosial yang di
teliti, selain itu studi kepustakaan sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini
di karenakan penelitian tidak akan lepas dari liratur-literatur ilmiah. Data diperoleh
dengan cara mempelajari dan mengkaitkan literature yang berhubungan dengan
permasalahan yang di hadapi yakni literature transaksi dalam jual beli online
menurut perspektif ekonomi islam. Langkah ini di pakai sebagai landasan teoritis
serta pedoman dalam menganalisa masalah.

2. Studi lapangan (Field study)


Teknik ini di lakukan dengan mengumpulkan data secara langsung dari obyek
yang akan di teliti dengan memperoleh data-data yang di butuhkan dan gambaran
permasalahan yang terjadi. Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari:
A. Wawancara
Wawancara di gunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
akan melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang akan di
teliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya (Sugiyono,2018). proses Tanya jawab dalam
penelitian yang berlangsung secara lisan dalam dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.
Maka dari itu peneliti menggunakan metode ini dalam mengumpulkan data pada
pengguna shopee yang ada dalam mahasiswa program studi Ekonomi Islam
kemudian peneliti merekam dan menuangkan dalam bentuk tulisan sebagai data.

B. Dokumentasi
Menurut Hamidi (2004:72), metode dokumentasi adalah informasi yang
berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi maupun dari
perorangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan pengambilan gambar oleh
peneliti untuk memperkuat hasil penelitiannya. Menurut Sugiyono (2013:240),
dokumentasi bias berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya menumentel dari
seseorang.

C. Instrumen Penelitian
Analisis data adalah bagian dari proses pengujian data yang di gunakan
hasilnya di gunakan sebagai bukti yang memadai untuk menarik simpulan penelitian
Sugiyono (2018). Tujuan dari analisis data dalam penelitian memberikan jawaban
terhadap rumusan masalah yang telah di ajukan dalam penelitian serta sebagai bahan
untuk membuat simpulan dan saran yang berguna untuk kebijakan penelitian
selanjutnya teknik analisis dari penelitian ini adalah data kualitatif

D. Teknik analisis data

1. Pengumpulan Data
Yaitu proses pencarian data kepada situs yang akan di teliti. Data-data yang
dikumpulkan berupa data yang konkrit dengan penelitian yang akan di lakukan.
dalam penelitian ini pengumpulan data di lakukan pada Program Studi Ekonomi
syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN KENDARI

2. Reduksi Data (data reduction)


Data yang peneliti peroleh dari lapangan di tulis dalam bentuk uraian atau
laporan yang terinci. Laporan ini akan terus menerus bertambah sehingga akan
bertambah sehingga akan menambah kesulitan bagi peneliti bila tidak segera di
analisis. Oleh sebab itu peneliti mereduksi data dengan menyusun data secara
sistematis, menonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga lebih mudah di
kendalikan.

3. Penyajian Data (Data Display)


Setelah data di reduksi, maka alur penting berikutnya dalam analisis data adalah
penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bias di lakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya yang paling
sering di gunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan
tek yang bersifat naratif. Penyajian data yang di peneliti buat berupa teks deskriptif.
Penyajian data semacam ini peneliti ini di pilih karena menurut peneliti lebih mudah
di fahami dan di lakukan.

4. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing and


Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang di kemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak di temukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan lebih
baik di lakukan sejak awal penelitian, sebagaimana yang di katakan Nasution sejak
semula peneliti berusaha untuk mencari makna yang di kumpulkannya, hal-hal yang
sering timbul.
Ketiga cara analisis data yang di sebutkan di atas, saling berhubungan dan
berlangsung terus menerus selama penelitian di lakukan. Jadi analisis adalah kegiatan
yang di lakukan oleh peneliti dari awal sampai akhir.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010), 71.

Achnad Zurohman, Eka Rahayu, Januari 2019. Jual beli online dalam pespektif
ekonomi islam. Iqtishodiyah, Vol.05 No.01

Agung Neogroho, Teknologi Komunikasi, (Yogyakarta: GrahaIlmu, 2010) ,h.2.

Agung Neogroho, Teknologi Komunikasi, (Yogyakarta: GrahaIlmu, 2010) ,h.2.

Aisyah, E.N. 2019 Bisnis Online di Era Revolusi Industri 4.0 (Tinjauan Fiqih
Muamalah). Al-Kharaj: Jurnal Ekonomi, Keuangan, Bisnis Syariah. Vol.01
No.01

Aisyah L dan Achiria. S. 2019 Bisnis E-Commerce In Islamic Economi Perspective


Study On Bisnis @Lisdasasirangan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol. 03 No. 02

Al-Allamah Abdurrahman bin Muhammad Bin Khaldun. Mukaddimah Ibnu


Khaldum. Diterjemahkan oleh Masturi Irham. (Jakarta: Pustaka
AlKautsar.2016). Hlm.684.

Al-Quran dan terjemahannya. (Q.S An-Nisaa/4: 29, Q.S Al-Baqarah/2: 282, Q.S Al-
Baqarah/2: 275)

Arief Fajar Prayoga, Pengaruh Fitur Chatting Dan Tawar Pada Aplikasi Shopee
Terhadap Kepuasan Pelanggan, Dikutip dari
http://openlibrary.telkomuniversity.ac.id, Diakses pada hari senin, tanggal 01
Juli 2019, Pukul 02.00 WIB.

As-Sunnah (HR. Ahmad 4: 141, Hasan Lighorihi)

Astri Damayanti, Strategi Iklan Online (Studi Iklan Shopee Di Media Sosial),
Dikutip dari http://etheses.iainponorogo.ac.id, Diakses pada hari Rabu, tanggal
03 Juli 2019, Pukul 17.00 WIB.

Chrismastianto, I.A.W 2017 Analisis SWOT Implementasi Teknologi Finansial


Terhadap Kualitas Layanan Perbankan di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. Vol.20 No.01
Darmawansyah, T.T dan Aguspriyani, Y 2019. Implementation of fintech Syariah In
PT Investree Revuewed Based On Fatwa DSN-MUI No. 117/DSN-MUI/II/2018
Tentang Layangan Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan
Prinsip Syariah. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol.03 No.02

Deery A. S. 2020. Jual beli online menurut Hukum islam. Al-Sharf jurnal ekonomi
islam, vol.01, No.02

Elaman Johari, 2018. Jual beli Online Dalam perspektif Ekonomi Islam. Jurnal
Hukum Sehasen, Vol.02 No.01

Fitria T.N 2017 Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam dan
Hukum Negara. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam. Vol.03 No.21

iPrice 2021 Tentang Rata-rata Pengunjung Bulanan Shopee.

Anda mungkin juga menyukai