Anda di halaman 1dari 11

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

ICIEBP ke-2
Konferensi Internasional ke-2 tentang Ekonomi Islam, Bisnis, dan Filantropi
(ICIEBP) Tema: “Keberlanjutan dan Pertumbuhan Sosial Ekonomi” Volume
2019

Kertas konferensi

E-Commerce Berdasarkan Hukum Jual Beli


Dalam Islam
Mohammad Yusron Sholikhin dan Rachmania Nurul Fitri Amijaya
Mahasiswa Program Magister Sains Ekonomi Islam, Sekolah Pascasarjana Universitas
Airlangga

Abstrak
Era digital yang berkembang begitu pesat mempengaruhi sistem penjualan di dunia. Dengan
adanya revolusi industri 4.0,e-commerce adalahberkembang pesat untuk memenuhi kebutuhan
generasi milenial. Namun dari perkiraan penjualan E-Commerce, kepercayaan terhadap E-
Commerce yang berlandaskan hukum syariah kurang. Transaksi diPerdagangan elektronikPerlu
dikaji hukum Islam untuk memberikan landasan hukum dalam bertransaksi. Banyak diskusi yang
perlu dibahas mengenaiPerdagangan elektronik, mulai dari transaksi, sistem pembayaran, hak
produsen, hak konsumen dan hukum jual beliPerdagangan elektronikdiri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana hukum jual beli yang terdapat dalam E-Commerce Islami dan
Penulis yang sesuai: apakah sistem pembayaran serta hak-hak konsumen dan produsen juga sudah sesuai dengan
Mohammad Yusron Sholikhin syariah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif kepustakaan dengan sumber
mohammad.yusron.olikhin- yang diambil dari sumber sekunder berupa buku, jurnal dan peraturan perundang-undangan
2018@pasca.unair.ac.id
yang berkaitan dengan jual beli. Tulisan ini menggunakan analisis deskriptif isi. Hasil penelitian ini

Diterima: 10 Februari 2019


menunjukkan bahwa Islam mendukungE-Commerce di agar dapat terus berkembang
Diterima: 14 Maret 2019 berdasarkan prinsip syariah.
Diterbitkan: 28 Maret 2019
Kata kunci:Perdagangan elektronik, hukum jual beli, Islam
Layanan penerbitan disediakan oleh

PengetahuanE

Mohammad Yusron Sholikhin

dan Rachmania Nurul Fitri

Amijaya. Artikel ini adalah

didistribusikan berdasarkan ketentuan

ituKreatif Bersama

Lisensi Atribusi, yang


1. Perkenalan
mengizinkan penggunaan tanpa batas dan

redistribusi dengan ketentuan bahwa


Perkembangan saat ini merupakan salah satu fenomena yang ada dengan pesatnya perkembangan
penulis asli dan sumbernya adalah
teknologi. Perkembangan ini termasuk dalam penggunaan internet dalam kehidupan sehari-hari. Salah
dikreditkan.

satu bidang utama yang terkena dampak signifikan oleh internet adalah cara orang melakukan
Seleksi dan Tinjauan Sejawat di bawah

tanggung jawab ICIEBP


transaksi, bisnis, dan perdagangan di lingkungan baru dan kompetitif (Zainul, Osman, & Mazlan, 2004).

Komite Konferensi.

Dengan adanya internet, aktivitas manusia dalam transaksi jual beli kini semakin berkembang.

penggunaan media elektronik. Kegiatan jual beli dengan elektronik sering


disebut dengan E-Commerce. Perdagangan elektronik, atau E-Commerce, adalah
pembelian dan penjualan barang dan jasa secara elektronik dengan transaksi

olikhin dan Rachmania Nurul Fitri Amijaya, (2019), “E-Commerce Berdasarkan Hukum Jual Beli dan
ence on Islamic Economics, Business, and Philanthropy (ICIEBP) Tema: “Keberlanjutan dan SosialHalaman 1360
360–1370. DOI 10.18502/kss.v3i13.4290
ICIEBP ke-2

komputer bisnis menggunakan Internet, jaringan dan teknologi digital lainnya (Zainul,
Osman, & Mazlan, 2004).

Selanjutnya berdasarkan data, penjualan E-Commerce di Indonesia mengalami perkembangan yang

sangat pesat. Berikut data penjualan E-Commerce tahun 2016 hingga tahun 2017 dan prediksi

penjualan tahun 2018 hingga tahun 2022.

Angka1: Penjualan E-Commerce di Indonesia (2016-2022) (Sumber: DATABOOKS.CO.ID).

Pada grafik 1 dijelaskan bahwa penjualan E-Commerce di Indonesia memperoleh


hasil sebesar US$5,8 miliar pada tahun 2016 dan US$7,1 miliar pada tahun 2017.
Berdasarkan grafik 1 juga diperkirakan penjualan E-Commerce akan meningkat hingga
tahun 2022. yang mencapai US$ 16,5 miliar. Penjualan produk melalui E-Commerce di
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di masa depan. Namun dari besarnya
potensi penjualan E-Commerce terdapat permasalahan kepercayaan dari konsumen
dalam perspektif Islam berdasarkan hukum syariah (Ribadu & Wan Ab. Rahman, 2017).
Oleh karena itu penting untuk memastikan bahwa kepercayaan E-Commerce dari
perspektif Syariah dikembangkan untuk mendorong dan memenuhi kebutuhan lebih
dari 1,8 miliar Muslim di seluruh dunia (Ribadu & Wan Ab. Rahman, 2017), termasuk
lebih dari 200 juta Muslim di Indonesia.gharar, benda haram dan perjudian dibolehkan
bagi umat Islam (Mokhtar, Muhammad, Amboala, & E-Alam, 2013).

Transaksi yang terdapat dalam E-Commerce perlu dikaji sesuai dengan hukum jual beli Islam

agar dapat meningkatkan kepercayaan umat Islam dalam menggunakan E-Commerce. Maka dari

itu judul penelitian ini adalah E-Commerce Berdasarkan Hukum Jual Beli Islami. Maka hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan hukum terhadap transaksi yang digunakan

dalam E-Commerce. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan sumber

data dari buku, jurnal dan lain-lain. Kemudian pembahasan dalam penelitian ini

DOI 10.18502/kss.v3i13.4290 Halaman 1361


ICIEBP ke-2

meliputi etika bisnis pada E-Commerce, pembayaran pada E-Commerce, akad dalam
Islam, jual beli dalam Islam, serta hak-hak konsumen dan produsen.

2. Tinjauan Pustaka

2.1. Konsep e-niaga

Perkembangan E-Commerce telah mengalami berbagai perubahan yang semakin baik setiap

tahunnya. Pertumbuhan E-Commerce dalam beberapa tahun terakhir juga mengakibatkan

keragaman dan kompleksitas dalam struktur dan penerapannya (Zainul et al., 2004). E-Commerce

mengacu pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk aktivitas jaringan dan

proses ekonomi, untuk mengurangi informasi terkait biaya transaksi untuk memperoleh manfaat

strategis (Zainul et al., 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Kwak, Zhang, & Yu, 2018)

secara keseluruhan Alibaba telah menjadi pemimpin bisnis yang telah menciptakan “standar”

dalam melakukan pengembangan bisnis dan industri di Industri E-Commerce Tiongkok. Hal ini

menunjukkan bahwa perkembangan E-Commerce di negara lain juga sangat pesat.

Berdasarkan sudut pandang Islam, E-Commerce mempunyai pengertian yang hampir sama

dengan perdagangan konvensional, ada beberapa aturan dalam E-Commerce yang harus sesuai

dengan kebutuhan prinsip Islam dan diperbolehkan oleh Islam. Sebagaimana terkandung dalam

Alquran surat Al-Jumu'ah ayat 10 yang berbunyi:


ُۡ ْ َ َۡ ْ َُ َ
١٠ ‫ﱠَ ﱠ ُ ِ ۡ ُ ﻥ‬ َٗ‫ﻭﺍ ﭐ ﱠَ ِ ﺍ‬ ُ ۡ ‫ۡ ِ ﭐ ِ ﻭﱠ‬
ُ ‫َﭐﺫ‬ ْ ُ َۡ‫ﭐ ﱠ ٰ َ ُ َﺓ َ ِ ُ ﻭﺍ ِ ﭐ ﺭۡ ﺽِ ﻭَﭐ‬
dan ِ َ ِ ‫ِ ﺫﺍ‬

“Dan ketika shalat telah selesai, berpencarlah di muka bumi dan carilah
karunia Allah, dan sering-seringlah berzikir kepada Allah agar kamu
beruntung.”(Al-Jumu'ah: 10)

Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah memperbolehkan hamba-Nya melakukan aktivitas

apapun di bumi selama tidak bertentangan dengan prinsip Islam. Jadi pada prinsipnya

penggunaan E-Commerce diperbolehkan sepanjang tidak melanggar atau bertentangan dengan

prinsip Islam. Dari sini masih banyak umat Islam yang masih meragukan apakah E-Commerce

sudah sesuai dengan prinsip Islam.

(Ribadu & Wan Ab. Rahman, 2017) menekankan bahwa banyak konsumen menjauhkan diri dari

E-Commerce karena kekhawatiran terkait kepercayaan yang berdampak negatif terhadap risiko

pembelian online mereka. Oleh karena itu kita perlu mengetahui hak-hak yang akan diperoleh

konsumen atau produsen atas masalah kepercayaan ini. Hak-hak yang dimaksud di sini adalah

hak privasi, perlindungan data konsumen, hak keamanan dalam bertransaksi, hak mengetahui

detail produk, hak produsen memperoleh informasi pelanggan, hak untuk mengetahui

DOI 10.18502/kss.v3i13.4290 Halaman 1362


ICIEBP ke-2

mendapatkan pembayaran saat produk dikirim dan masih banyak lagi. Lebih lanjut, pentingnya hak

tersebut juga tercermin dalam surat Al-Muthaffifiin ayat 1 yang berbunyi:


َّ ّۡ ٞ
١ ِ ِ ُ ِ َۡ‫ﻭ‬

Celakalah mereka yang memberi lebih sedikit (dari yang seharusnya).(Al-Muthaffifiin : 1)

Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penipuan dalam hal perdagangan sehingga semua pihak mendapatkan haknya

‫َٓ ﱠ‬
sebagaimana mestinya. Kemudian dijelaskan juga dalam surat An-Nisa’ ayat 29 yang berbunyi:

‫ﱠَ َ ﻥ‬ ‫ۚ ﺇﻥ ﭐ ُ ۡ َ َُْۡٓ َ ُ ُ ﱠ‬ ۚ ًََ ََُٓ‫ﱠ‬ َٰۡ ُ َۡ ُ َ َ ٰ ُ ۡ ۡ ُْٓ َ َ ْ ِ ‫ٰ ﱡَ ﭐ‬


ِ ۡ ‫ﺍ ﺽٖ ِّ ﻭَ ﺍ ﺃ‬ ‫ِ ِ ﺇِ ﺃﻥ ﻥ ِ َٰ ﺓ‬ ِ ‫ءَﺍَ ُ ﺍ ﺍ‬
٢٩ ٗ َِ‫ُ ۡ ﺭ‬ ِ
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta orang lain secara tidak adil,

melainkan hanya berbisnis (yang halal) dengan persetujuan bersama. Dan janganlah kamu bunuh diri (atau

membunuh orang lain), sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.(An-Nisa : 29)

Islam telah mengatur transaksi jual beli, pengaturannya termasuk dalam Fiqh al-
Mu'amalat. Kajian ini lebih fokus pada kelancaran transaksi bisnis dan kegiatan
komersial lainnya berdasarkan hukum Islam. Lebih khusus lagi apakah nilai-nilai
yang terkandung dalam E-Commerce tersebut sesuai dengan nilai-nilai Islam
seperti kejujuran, kemudahan, akad, kecepatan, biaya dan lain-lain.
Meskipun dalam E-Commerce terdapat berbagai macam manfaat, namun ada juga

permasalahan yang mungkin muncul dalam E-Commerce. Khususnya pada ketidakpastian

(Gharar) yaitu apakah barang yang di foto sesuai dengan saat diterima, lalu apakah barang yang

dikirim benar-benar terkirim dan masih banyak lagi.

Menurut analisis yang dilakukan oleh (Zainul et al., 2004) dalam penelitiannya menemukan

bahwa Islam menerima fungsi E-Commerce sebagai cara atau teknologi baru untuk memfasilitasi

transaksi ekonomi. Lebih lanjut menurut Ustadz Mustafa Omar dalam penelitiannya (Zainul et al.,

2004) menyatakan bahwa Islam tidak menentang E-Commerce; sebaliknya, Islam pada dasarnya

mendorong E-Commerce sebagai cara baru dalam berbisnis. Dijelaskan lebih lanjut bahwa secara

tradisional bisnis dilakukan secara lisan, tatap muka, namun saat ini produsen dan konsumen

terhubung melalui telepon pintar, komputer, dan laptop.

Selain itu, (Zainul et al., 2004) hal penting mengenai persetujuan dalam melakukan E-Commerce

adalah sudut pandang moral yang mengarah pada penjual atau produsen yang lebih bertanggung

jawab. Dengan demikian, E-Commerce dalam transaksi syariah harus mengacu pada prinsip Islam lebih

khusus lagi pada hukum jual beli Islam. Berdasarkan penelitian yang ada E-Commerce diperbolehkan

dalam Islam, hal yang harus digarisbawahi adalah terkait etika dalam melakukan transaksi tersebut

agar tidak terjadi ketidakjelasan (gharar), dan apabila terjadi permasalahan dalam transaksi tersebut

harus dikembalikan pada prinsip Islam yang ada.

DOI 10.18502/kss.v3i13.4290 Halaman 1363


ICIEBP ke-2

3. Diskusi

3.1. Etika bisnis dalam E-commerce

Kejujuran, keikhlasan dan amanah merupakan nilai-nilai yang harus ada dalam bisnis Islam. Seorang

wirausahawan harus jujur dan dapat dipercaya dalam setiap transaksi bisnisnya. Tidak ada keinginan

untuk menipu, berbohong atau menjanjikan sesuatu yang tidak pantas dalam suatu transaksi bisnis.

Padahal, setiap pengusaha dituntut untuk mampu menjual produknya guna memenuhi kebutuhannya.

Cenderung menggunakan cara-cara yang kurang tepat seperti menebar kebohongan agar produknya

laris manis dipasaran, padahal gambar iklan dan kenyataan tidak sesuai, cenderung ada yang

berlebihan dan menggunakan pendekatan psikologis untuk membujuk konsumen agar membeli sesuai

dengan kebutuhan emosionalnya saat ini. , bukan untuk kebutuhan kebenaran (Zainul et al., 2004).

Cara yang digunakan sangat efektif dan membuat pelanggan lebih rentan terhadap transaksi E-

Commerce, karena pelanggan hanya mengandalkan informasi berdasarkan apa yang dicetak di web

untuk mengambil keputusan pembelian. Oleh karena itu, kepercayaan pelanggan memegang peranan

penting dalam kemajuan setiap urusan bisnis. Dalam An-Nisa’ ayat 58 juga terdapat penjelasan tentang

َ َ َ َٰ َ َ
amanah:
ُ ُ َِ ‫ﱠ‬ ‫ﱠﱠ‬ َۡ ُۡ َ َ
ٓۗ‫ِ ِ ۦ‬ ِ َ ‫ ُ ُ ْ َۡ ۡ ۚ ﻝِ ﺇِﻥ ﭐ‬dan
َۡ ‫ﺱ ﺃﻥ‬ِ ‫ﱠﭐ‬ َِ‫ ﺃۡ َ ﻭ‬baiklah dan ۡ ُْ َُ َ ُ َۡ َ‫ُ ۡﺇِﻥﺃﻥ ﱡﺩﻭﺍ ﭐ ﱠ ﱠ‬
‫ﺫﺍ‬ya
َ‫ﱠ ﱠ‬
٥٨ ٗ‫ﻥ ِ َ ِ ﺍ‬ ‫ﺇِﻥ‬

Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk memberikan amanah kepada siapa yang berhak dan ketika

kamu memutuskan suatu manusia hendaknya kamu memutuskan dengan adil. Baik sekali apa yang Allah

perintahkan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Melihat. (An-Nisa : 58)

Menurut (Ribadu & Wan Ab. Rahman, 2017) aspek terpenting dalam mengembangkan

kepercayaan kepercayaan E-Commerce yang sesuai syariah adalah memastikan kepatuhan

terhadap persyaratan kontrak hukum Islam dan menghindari unsur riba gharar, haram dan

maysir yang pada dasarnya dilarang. Kemudian berdasarkan penelitian (Mertzanis, 2016)

kepatuhan terhadap syariah atau syariat memberikan kendala pada berbagai aspek interaksi

ekonomi, mulai dari pelarangan kegiatan usaha tertentu hingga pengenaan sedekah. Namun hal

ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku karena nilai moral yang kuat

dan homogenitas agama yang tinggi. Oleh karena itu konsep kepercayaan sangat penting dalam

etika bisnis karena tanpa kepercayaan maka perkembangan E-Commerce tidak dapat

berkembang secara maksimal.

DOI 10.18502/kss.v3i13.4290 Halaman 1364


ICIEBP ke-2

3.2. Pembayaran di E-commerce

Masalah pembayaran pada E-Commerce merupakan hal yang paling sering diperdebatkan. Permasalahannya

adalah apakah metode pembayaran di E-Commerce sudah sesuai dengan syariat Islam. Jenis pembayaran

dalam transaksi E-Commerce bermacam-macam mulai dari transfer, pembayaran e-money setiap E-

Commerce, pembayaran di tempat melalui kartu kredit. Menurut (Al-aaidroos, Jailani, & Mukhtar, 2017)

metode pembayaran menggunakan kartu kredit dan debit selama ini dianggap menjadi masalah yang

signifikan karena kemungkinan adanya riba. Hal ini disebabkan biaya yang tidak ditentukan dan keuntungan

bunga bank yang diperoleh dari keterlambatan pembayaran, sebagian besar ahli hukum Islam melarang

penggunaan kartu kredit konvensional.

Jika diasumsikan penggunaan kartu kredit untuk menyelesaikan pembayaran di E-Commerce

diperbolehkan atau halal. Halal jika pelanggan membayar seluruh tagihan sebelum tanggal jatuh

tempo. Namun isu E-Commerce dipertanyakan ketika pelanggan hanya membayar persyaratan

minimum sebesar 15% dimana bank penerbit akan mengenakan tingkat bunga bulanan sebesar

2% pada sisa saldo (Zainul et al., 2004). Berkaitan dengan permasalahan tersebut, Ustad Mustafa

berpendapat bahwa sistem kartu kredit syariah yang masih belum ada, disarankan menggunakan

sistem murabahah (Zainul et al., 2004).

Murabahah diartikan sebagai penjualan dengan mark-up atau biaya ditambah keuntungan penjualan.

Murabahah adalah (Zainul et al., 2004) penjualan suatu produk dengan harga yang telah dibeli oleh penjual,

dengan tambahan keuntungan yang dinyatakan untuk diketahui oleh kedua belah pihak yaitu pembeli dan

penjual. Murabahah digunakan sebagai kontrak pembiayaan Islam karena memungkinkan bank untuk

menggunakannya sebagai sarana kredit untuk membiayai pembeli dengan keuntungan yang telah ditentukan

tanpa mengambil risiko apa pun (Zainul et al., 2004).

Oleh karena itu, dalam transaksi E-Commerce, sistem Murabahah dapat dijadikan sebagai salah satu

alternatif metode pembayaran pengganti kartu kredit.

3.3. Kontrak Islam (kontrak) Islam

telah terjalinnya akad sebagai kesepakatan kedua belah pihak untuk memenuhi hal-hal tertentu dari suatu

perjanjian baik penawaran maupun permintaan. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an Surat Al-Maidah

‫َٓ ﱠ‬
ayat 1 yang artinya :
َ‫َ ُۡ ُ ُ ۗ ﱠ ﱠ‬ ُّ ََُ َٰۡ ‫ُۡ ُ ﱠ ۡ َ ُ َ َ ُ ۡ َٰۡ ﱠ‬ ُ ْ ُ َۡ ْ
‫ﻡ ٌ ِ ﺇﻥ‬ ‫ِ ۡ ۡ َۡ ِ ﭐ ﱠ ۡ ﻭَِﺃ‬ َُ ‫ِ ﭐ‬ ِ ‫ءَﺍَ ُٓ ﺍ ﺃﻭ ﺍ‬ ِ ‫َ َﱡ ٰ ﭐ‬
ُ
dan itu

١ ُ ُ َ ُ َۡ
baiklah

Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah (semua) kontrak. Halal bagimu binatang
penggembalaan ternak kecuali yang dibacakan kepadamu (dalam Al-Quran) –

DOI 10.18502/kss.v3i13.4290 Halaman 1365


ICIEBP ke-2

tidak diperkenankan berburu ketika sedang ihram. Sesungguhnya Allah menetapkan


apa yang Dia niatkan. (Surah Al-Maidah: 1)

Berdasarkan ayat tersebut disimpulkan tentang asas kebebasan berkontrak. Dalam


konsep fikih akad muamalah sering disebut juga dengan istilah aqad, yang menurutnya
ahli hukum(Para ahli hukum Islam) berarti perikatan antara menawarkan dan menerima
dengan cara yang telah ditentukan dan berdampak pada apa yang diasumsikan (Ash-
Shiddiqy, 1974). Menurut mazhab Syafi'i, Maliki, dan Hambali, mengartikan rukun
sebagai unsur-unsur yang membentuk akad. Menurut tiga mazhab rukun akad,
rukunnya terdiri dari empat unsur, yaitu pihak yang memegang akad (al-aqidani), obyek
akad (mahal al-'aql), rumusan akad (sighat al-'aqd), yang berisi tentang penawaran dan
penerimaan, sedangkan yang terakhir adalah tujuan akad (maudhu 'al-'aqd) (FORDEBI,
2017).

Kontrak atau kontrak yang terdapat dalam E-Commerce merupakan kontrak sah yang dilakukan

secara online. Karena keempat komponen tersebut juga terdapat dalam akad E-Commerce, dimulai dari

pihak yang menjadi pemikir, penjual dan pembeli, kemudian objek akad adalah barang yang akan

dibeli, kemudian akseptasi yang dilakukan secara tertulis dan yang terakhir merupakan tujuan kontrak

dan pembelian dalam memenuhi kebutuhan individu.

3.4. Jual beli Islam

Ada beberapa akad jual beli syariah yang berkaitan dengan E-Commerce. Akad tersebut adalah

Ba’i Al-Salam (penjualan pesanan), Ba’i Al-Istisna’ (Penjualan Manufaktur) dan Ba’i Muajjal

(Penjualan Ditangguhkan).

Ba’i Al-Salam dalam kitab wabah zuhaili diartikan sebagai penjualan sesuatu yang akan datang

dengan imbalan sesuatu saat ini atau menjual sesuatu yang dijelaskan dalam pengertian

ketergantungan (Az-Zuhaili, 2011) beberapa rukun Al-Salam Ba 'Saya menawarkan dan menerima.

Selanjutnya istishna 'Ba'i, dalam istilah para ahli hukum istishna' diartikan sebagai akad yang

meminta seseorang untuk membuatkan suatu barang tertentu dalam bentuk tertentu. Maksudnya

istishna’ adalah pembelian sesuatu yang akan dilakukan oleh seseorang. Menurut mazhab Hanafi

dalam kitab istishna yang ditulis Zuhaili, akad istishna 'adalah akad jual beli barang pesanan, bukan

untuk pekerjaan pembuatan. Kemudian Ba'i Muajjal merupakan akad penjual dimana kedua belah

pihak sepakat bahwa pembayaran harga atas produk tersebut akan ditangguhkan (Zainul et al., 2004).

Jadi, E-Commerce dapat mengadakan salah satu dari tiga jenis akad jual beli
Islami yang disebutkan di atas, tergantung pada model komunikasi dan jenisnya.

DOI 10.18502/kss.v3i13.4290 Halaman 1366


ICIEBP ke-2

bisnis yang sedang dijalankan. Ketika penjual menerima uang pertama maka barang yang baru dikirimkan

tersebut termasuk Ba'i As-Salam dan ketika suatu produk dipesan maka pembayaran dilakukan setelah

pesanan tersebut disebut Ba'i Ishtisna'.maka yang terakhir adalah Ba'i muajjal yang mana adalah ketika

penjual setuju untuk menjual produk kepada pelanggan dengan harga ditangguhkan.

3.5. Hak produsen dan konsumen

Ada beberapa pedoman yang harus diketahui oleh produsen atau penjual ketika melakukan
transaksi baik transaksi tradisional maupun elektronik melalui E-Commerce. Produksi sendiri
menurut (Kunawangsih & Antyo, 2006) adalah suatu proses mengubah berbagai kombinasi
input menjadi output. Para ekonom mendefinisikan produksi sebagai menghasilkan
kekayaan melalui eksploitasi manusia atas sumber kekayaan lingkungan. Terminologi
produksi tidak ditemukan dalam teks Al-Qur'an atau hadis. Namun ada dua terminologi yang
dapat digunakan untuk menjelaskan pengertian produksi tersebut, yaitu “alkasab” atau “al-
intaj” (Abidin, 2008).

Terminologi al-kasab lebih tepat digunakan dalam ekonomi Islam dibandingkan sekedar
konsep produksi. Hal ini dikarenakan kata kasab terdapat pada ayat Al-Qur'an dan Hadits.
Misalnya saja firman Allah tentang wajibnya mengeluarkan zakat hasil usaha yang baik (Al-
Baqarah ayat 267) dan hadis yang mengatakan bahwa tidak ada makanan yang dimakan
seseorang yang lebih baik dari hasil usahanya (kasab), sebenarnya Nabi Daud makan. dari
hasil usahanya sendiri (HR Bukhari).

Lebih lanjut, kasab juga berarti suatu usaha yang dengan segala bentuknya telah terjadi dan

digunakan dalam aktivitas manusia sehari-hari. Sejak bangun tidur hingga tidur lagi, tidak bisa

lepas dari ruang lingkup bisnis. Misalnya perlengkapan mandi, pakaian, furniture dan sebagainya,

merupakan hasil proses bisnis (Arifin, 2008)

Menurut Al-Syaibani, sebagai usaha produktif (al-iktisab), yang mempunyai usaha untuk

menghasilkan kekayaan melalui cara-cara yang dibolehkan atau dihalalkan oleh syariat (Arifin, 2008).

Dari penjelasan para ahli dapat disimpulkan bahwa produksi atau penjualan Islami menekankan pada

optimalisasi efisiensi dan optimalisasi keuntungan dengan tetap berpegang pada kaidah Islam atau

kaidah Islam karena tujuan utamanya adalah mencapai falah.

Kemudian, setelah itu produksinya sesuai dengan syariat Islam. Penjual harus menanamkan aspek

kejujuran agar dapat memperoleh kepercayaan pelanggan. Dalam penjualan melalui E-Commerce

penjual harus jujur dan mampu menjelaskan kepada konsumen apa yang dijualnya, hal ini penting

untuk menarik minat dan kepercayaan konsumen sehingga tercipta hubungan timbal balik yang pantas

atau adil. Teladan kejujuran inilah yang sering dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Untuk melakukan

perdagangan seperti ketika menjumpai salah satu penjual makanan di pasar yang basah kuyup

DOI 10.18502/kss.v3i13.4290 Halaman 1367


ICIEBP ke-2

makanan di bawah makanan kering agar tidak terlihat oleh pembeli. Nabi menegur dengan meminta penjual untuk

menyimpan makanan basah di atas makanan kering agar dapat dilihat oleh calon pembeli, atau dengan kata lain baik

buruknya produk tersebut harus diperlihatkan kepada calon pembeli.

Menurut (Qardhawi, 2000) Keadilan merupakan unsur yang sangat krusial, karena dalam

transaksi E-Commerce komunikasi dari aplikasi yang disediakan oleh penjual dan tidak terjadi

pertemuan antara penjual dan pembeli. Ketika terjadi kesalahan, masyarakat cenderung

menunjuk produsen produk sebagai pelakunya. Oleh karena itu, keadilan merupakan hak yang

penting bagi produsen.

Terlebih lagi, Allah memerintahkan umat Islam untuk mengamalkan keadilan dalam hal hak dan

kepada siapa mereka akan bertransaksi. Produsen harus adil dalam mengambil keputusan. Demikian

pula produsen harus mengetahui hak-haknya, seperti hak mendapatkan pembayaran pada saat barang

dikirim, dan hak memaksa konsumen untuk membeli produk apabila memenuhi seluruh syarat pada

kontrak awal yang telah dijanjikan.

Selain itu, konsumen merupakan salah satu elemen penting dalam keberhasilan E-Commerce. Umat

Islam harus memahami perubahan teknologi yang ada disekitarnya, termasuk E-Commerce. Konsumen

mempunyai hak-hak yang wajib mereka ketahui dan perjuangkan seperti hak atas privasi, perlindungan

data dan hak untuk mengetahui detail produk yang dijual. Menurut (Barkatullah & Djumadi, 2018)

perlindungan hukum terhadap konsumen merupakan upaya untuk memberikan kepastian bagi

konsumen. Dengan diterapkannya hukum terhadap konsumen dalam setiap transaksi E-Commerce,

maka posisi konsumen yang sebelumnya cenderung menjadi sasaran para pelaku usaha untuk

mencapai keuntungan sebesar-besarnya diperkuat dengan adanya intervensi Negara, diharapkan

kepentingan konsumen dalam bertransaksi E-Commerce dapat terbendung. terlindungi dari praktek-

praktek yang merugikan.

4. Kesimpulan

Kesimpulannya, e-commerce memiliki beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal jual
beli yang sah dalam Islam. Islam mendukung pengembangan cara berdagang melalui E-
Commerce. Namun dukungan tersebut harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya karena
Islam mendukung pengembangan E-Commerce yang sesuai dengan syariat Islam. E-
Commerce harus mempertimbangkan aspek-aspek transaksi seperti etika bisnis, sistem
pembayaran, kontrak, sistem jual beli dan hak-hak konsumen dan produsen. Apabila hal
tersebut telah terpenuhi maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hukum jual beli islami

DOI 10.18502/kss.v3i13.4290 Halaman 1368


ICIEBP ke-2

dan berjualan, penggunaan E-Commerce diperbolehkan karena dapat menimbulkan kemaslahatan

dengan tetap berpegang pada nilai-nilai jual beli yang Islami.

[1] Al-Qur'an

[2] Al-Hadits
[3] Al-aaidroos, M., Jailani, N., & Mukhtar, M. (2017). Validasi ahli terhadap model referensi
lelang elektronik yang sesuai dengan prinsip perdagangan Islam.Jurnal Universitas King
Saud - Ilmu Komputer dan Informasi. https://doi.org/10.1016/j.jksuci.2017. 10.008

[4] Barkatullah, AH, & Djumadi. (2018). Apakah pengaturan mandiri memberikan perlindungan

dan keamanan hukum kepada konsumen e-commerce?Penelitian dan Aplikasi Perdagangan

Elektronik,30(Mei), 94–101. https://doi.org/10.1016/j.elerap.2018.05.008


[5] Kwak, J., Zhang, Y., & Yu, J. (2018). Membangun legitimasi dan pengembangan platform e-
commerce di Tiongkok: Pengalaman Alibaba.Peramalan Teknologi dan Perubahan Sosial,
(April 2017), 0–1. https://doi.org/10.1016/j.techfore.2018.06.038
[6] Mertzanis, C. (2016). Penyerapan jasa keuangan dalam lingkungan Islami. Jurnal
Perilaku dan Organisasi Ekonomi,132, 216–236. https://doi.org/10. 1016/
j.jebo.2016.10.025
[7] Mokhtar, AHA, Muhammad, MZ, Amboala, T., & E-Alam, MS (2013). Bai As-Salam
dan E-Commerce: Analisis Perbandingan Dari Perspektif Syariah.Prosiding
Konferensi Bisnis Internasional Terapan ke-2 (AIBC2013), (Desember), 522–529.
Diperoleh dari http://umkeprints.umk.edu.my/2474/1/Conference2.pdf
[8] Ribadu, MB, & Wan Ab. Rahman, WN (2017). Pendekatan terpadu terhadap kepercayaan
E-commerce kepatuhan Syariah.Komputasi Terapan dan Informatika. https: //doi.org/
10.1016/j.aci.2017.09.002
[9] Zainul, N., Osman, F., & Mazlan, SH (2004). E-Commerce dari perspektif Islam.
Penelitian dan Aplikasi Perdagangan Elektronik,3(3), 280–293. https://doi.org/
10.1016/j.elerap.2004.01.002
[10] Abidin, BI (2008).Mengungkap Pemikiran Ekonomi Ulama Klasik.Solo: Aqwam.

[11] Arifin, J. (2008).Etika Bisnis Islam.Semarang: Walisongo Pers.


[12] Ash-Shiddiqy, H. (1974).Fiqih Muamalah.Jakarta: Bulan Bntang.
[13] Az-Zuhaili, W. (2011).Fiqih Islam 5.Jakarta: Gema Insani.
[14] FORDEBI, A. (2017).Ekonomi dan Bisnis Islam: Rangkaian Konsep dan
Penerapan Ekonomi dan Bisnis Islam.Depok: Rajawali Pers.

DOI 10.18502/kss.v3i13.4290 Halaman 1369


ICIEBP ke-2

[15] Kunawangsih, PT, & Antyo, P. (2006).Aspek Dasar Ekonomi Mikro.Jakarta:


Grasindo.
[16] Qardhawi, Y. (2000).Norma dan Etika Ekonomi Islam.Jakarta: Gema Insani Pers.

DOI 10.18502/kss.v3i13.4290 Halaman 1370

Anda mungkin juga menyukai