com
ICIEBP ke-2
Konferensi Internasional ke-2 tentang Ekonomi Islam, Bisnis, dan Filantropi
(ICIEBP) Tema: “Keberlanjutan dan Pertumbuhan Sosial Ekonomi” Volume
2019
Kertas konferensi
Abstrak
Era digital yang berkembang begitu pesat mempengaruhi sistem penjualan di dunia. Dengan
adanya revolusi industri 4.0,e-commerce adalahberkembang pesat untuk memenuhi kebutuhan
generasi milenial. Namun dari perkiraan penjualan E-Commerce, kepercayaan terhadap E-
Commerce yang berlandaskan hukum syariah kurang. Transaksi diPerdagangan elektronikPerlu
dikaji hukum Islam untuk memberikan landasan hukum dalam bertransaksi. Banyak diskusi yang
perlu dibahas mengenaiPerdagangan elektronik, mulai dari transaksi, sistem pembayaran, hak
produsen, hak konsumen dan hukum jual beliPerdagangan elektronikdiri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui bagaimana hukum jual beli yang terdapat dalam E-Commerce Islami dan
Penulis yang sesuai: apakah sistem pembayaran serta hak-hak konsumen dan produsen juga sudah sesuai dengan
Mohammad Yusron Sholikhin syariah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif kepustakaan dengan sumber
mohammad.yusron.olikhin- yang diambil dari sumber sekunder berupa buku, jurnal dan peraturan perundang-undangan
2018@pasca.unair.ac.id
yang berkaitan dengan jual beli. Tulisan ini menggunakan analisis deskriptif isi. Hasil penelitian ini
PengetahuanE
ituKreatif Bersama
satu bidang utama yang terkena dampak signifikan oleh internet adalah cara orang melakukan
Seleksi dan Tinjauan Sejawat di bawah
Komite Konferensi.
Dengan adanya internet, aktivitas manusia dalam transaksi jual beli kini semakin berkembang.
olikhin dan Rachmania Nurul Fitri Amijaya, (2019), “E-Commerce Berdasarkan Hukum Jual Beli dan
ence on Islamic Economics, Business, and Philanthropy (ICIEBP) Tema: “Keberlanjutan dan SosialHalaman 1360
360–1370. DOI 10.18502/kss.v3i13.4290
ICIEBP ke-2
komputer bisnis menggunakan Internet, jaringan dan teknologi digital lainnya (Zainul,
Osman, & Mazlan, 2004).
sangat pesat. Berikut data penjualan E-Commerce tahun 2016 hingga tahun 2017 dan prediksi
Transaksi yang terdapat dalam E-Commerce perlu dikaji sesuai dengan hukum jual beli Islam
agar dapat meningkatkan kepercayaan umat Islam dalam menggunakan E-Commerce. Maka dari
itu judul penelitian ini adalah E-Commerce Berdasarkan Hukum Jual Beli Islami. Maka hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan landasan hukum terhadap transaksi yang digunakan
dalam E-Commerce. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan dengan sumber
data dari buku, jurnal dan lain-lain. Kemudian pembahasan dalam penelitian ini
meliputi etika bisnis pada E-Commerce, pembayaran pada E-Commerce, akad dalam
Islam, jual beli dalam Islam, serta hak-hak konsumen dan produsen.
2. Tinjauan Pustaka
Perkembangan E-Commerce telah mengalami berbagai perubahan yang semakin baik setiap
keragaman dan kompleksitas dalam struktur dan penerapannya (Zainul et al., 2004). E-Commerce
mengacu pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi untuk aktivitas jaringan dan
proses ekonomi, untuk mengurangi informasi terkait biaya transaksi untuk memperoleh manfaat
strategis (Zainul et al., 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Kwak, Zhang, & Yu, 2018)
secara keseluruhan Alibaba telah menjadi pemimpin bisnis yang telah menciptakan “standar”
dalam melakukan pengembangan bisnis dan industri di Industri E-Commerce Tiongkok. Hal ini
Berdasarkan sudut pandang Islam, E-Commerce mempunyai pengertian yang hampir sama
dengan perdagangan konvensional, ada beberapa aturan dalam E-Commerce yang harus sesuai
dengan kebutuhan prinsip Islam dan diperbolehkan oleh Islam. Sebagaimana terkandung dalam
“Dan ketika shalat telah selesai, berpencarlah di muka bumi dan carilah
karunia Allah, dan sering-seringlah berzikir kepada Allah agar kamu
beruntung.”(Al-Jumu'ah: 10)
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah memperbolehkan hamba-Nya melakukan aktivitas
apapun di bumi selama tidak bertentangan dengan prinsip Islam. Jadi pada prinsipnya
prinsip Islam. Dari sini masih banyak umat Islam yang masih meragukan apakah E-Commerce
(Ribadu & Wan Ab. Rahman, 2017) menekankan bahwa banyak konsumen menjauhkan diri dari
E-Commerce karena kekhawatiran terkait kepercayaan yang berdampak negatif terhadap risiko
pembelian online mereka. Oleh karena itu kita perlu mengetahui hak-hak yang akan diperoleh
konsumen atau produsen atas masalah kepercayaan ini. Hak-hak yang dimaksud di sini adalah
hak privasi, perlindungan data konsumen, hak keamanan dalam bertransaksi, hak mengetahui
detail produk, hak produsen memperoleh informasi pelanggan, hak untuk mengetahui
mendapatkan pembayaran saat produk dikirim dan masih banyak lagi. Lebih lanjut, pentingnya hak
Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penipuan dalam hal perdagangan sehingga semua pihak mendapatkan haknya
َٓ ﱠ
sebagaimana mestinya. Kemudian dijelaskan juga dalam surat An-Nisa’ ayat 29 yang berbunyi:
melainkan hanya berbisnis (yang halal) dengan persetujuan bersama. Dan janganlah kamu bunuh diri (atau
Islam telah mengatur transaksi jual beli, pengaturannya termasuk dalam Fiqh al-
Mu'amalat. Kajian ini lebih fokus pada kelancaran transaksi bisnis dan kegiatan
komersial lainnya berdasarkan hukum Islam. Lebih khusus lagi apakah nilai-nilai
yang terkandung dalam E-Commerce tersebut sesuai dengan nilai-nilai Islam
seperti kejujuran, kemudahan, akad, kecepatan, biaya dan lain-lain.
Meskipun dalam E-Commerce terdapat berbagai macam manfaat, namun ada juga
(Gharar) yaitu apakah barang yang di foto sesuai dengan saat diterima, lalu apakah barang yang
Menurut analisis yang dilakukan oleh (Zainul et al., 2004) dalam penelitiannya menemukan
bahwa Islam menerima fungsi E-Commerce sebagai cara atau teknologi baru untuk memfasilitasi
transaksi ekonomi. Lebih lanjut menurut Ustadz Mustafa Omar dalam penelitiannya (Zainul et al.,
2004) menyatakan bahwa Islam tidak menentang E-Commerce; sebaliknya, Islam pada dasarnya
mendorong E-Commerce sebagai cara baru dalam berbisnis. Dijelaskan lebih lanjut bahwa secara
tradisional bisnis dilakukan secara lisan, tatap muka, namun saat ini produsen dan konsumen
Selain itu, (Zainul et al., 2004) hal penting mengenai persetujuan dalam melakukan E-Commerce
adalah sudut pandang moral yang mengarah pada penjual atau produsen yang lebih bertanggung
jawab. Dengan demikian, E-Commerce dalam transaksi syariah harus mengacu pada prinsip Islam lebih
khusus lagi pada hukum jual beli Islam. Berdasarkan penelitian yang ada E-Commerce diperbolehkan
dalam Islam, hal yang harus digarisbawahi adalah terkait etika dalam melakukan transaksi tersebut
agar tidak terjadi ketidakjelasan (gharar), dan apabila terjadi permasalahan dalam transaksi tersebut
3. Diskusi
Kejujuran, keikhlasan dan amanah merupakan nilai-nilai yang harus ada dalam bisnis Islam. Seorang
wirausahawan harus jujur dan dapat dipercaya dalam setiap transaksi bisnisnya. Tidak ada keinginan
untuk menipu, berbohong atau menjanjikan sesuatu yang tidak pantas dalam suatu transaksi bisnis.
Padahal, setiap pengusaha dituntut untuk mampu menjual produknya guna memenuhi kebutuhannya.
Cenderung menggunakan cara-cara yang kurang tepat seperti menebar kebohongan agar produknya
laris manis dipasaran, padahal gambar iklan dan kenyataan tidak sesuai, cenderung ada yang
berlebihan dan menggunakan pendekatan psikologis untuk membujuk konsumen agar membeli sesuai
dengan kebutuhan emosionalnya saat ini. , bukan untuk kebutuhan kebenaran (Zainul et al., 2004).
Cara yang digunakan sangat efektif dan membuat pelanggan lebih rentan terhadap transaksi E-
Commerce, karena pelanggan hanya mengandalkan informasi berdasarkan apa yang dicetak di web
untuk mengambil keputusan pembelian. Oleh karena itu, kepercayaan pelanggan memegang peranan
penting dalam kemajuan setiap urusan bisnis. Dalam An-Nisa’ ayat 58 juga terdapat penjelasan tentang
َ َ َ َٰ َ َ
amanah:
ُ ُ َِ ﱠ ﱠﱠ َۡ ُۡ َ َ
ِٓۗ ِ ۦ ِ َ ُ ُ ْ َۡ ۡ ۚ ﻝِ ﺇِﻥ ﭐdan
َۡ ﺱ ﺃﻥِ ﱠﭐ َِ ﺃۡ َ ﻭbaiklah dan ۡ ُْ َُ َ ُ َۡ َُ ۡﺇِﻥﺃﻥ ﱡﺩﻭﺍ ﭐ ﱠ ﱠ
ﺫﺍya
َﱠ ﱠ
٥٨ ٗﻥ ِ َ ِ ﺍ ﺇِﻥ
Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk memberikan amanah kepada siapa yang berhak dan ketika
kamu memutuskan suatu manusia hendaknya kamu memutuskan dengan adil. Baik sekali apa yang Allah
perintahkan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Melihat. (An-Nisa : 58)
Menurut (Ribadu & Wan Ab. Rahman, 2017) aspek terpenting dalam mengembangkan
terhadap persyaratan kontrak hukum Islam dan menghindari unsur riba gharar, haram dan
maysir yang pada dasarnya dilarang. Kemudian berdasarkan penelitian (Mertzanis, 2016)
kepatuhan terhadap syariah atau syariat memberikan kendala pada berbagai aspek interaksi
ekonomi, mulai dari pelarangan kegiatan usaha tertentu hingga pengenaan sedekah. Namun hal
ini dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku karena nilai moral yang kuat
dan homogenitas agama yang tinggi. Oleh karena itu konsep kepercayaan sangat penting dalam
etika bisnis karena tanpa kepercayaan maka perkembangan E-Commerce tidak dapat
Masalah pembayaran pada E-Commerce merupakan hal yang paling sering diperdebatkan. Permasalahannya
adalah apakah metode pembayaran di E-Commerce sudah sesuai dengan syariat Islam. Jenis pembayaran
dalam transaksi E-Commerce bermacam-macam mulai dari transfer, pembayaran e-money setiap E-
Commerce, pembayaran di tempat melalui kartu kredit. Menurut (Al-aaidroos, Jailani, & Mukhtar, 2017)
metode pembayaran menggunakan kartu kredit dan debit selama ini dianggap menjadi masalah yang
signifikan karena kemungkinan adanya riba. Hal ini disebabkan biaya yang tidak ditentukan dan keuntungan
bunga bank yang diperoleh dari keterlambatan pembayaran, sebagian besar ahli hukum Islam melarang
diperbolehkan atau halal. Halal jika pelanggan membayar seluruh tagihan sebelum tanggal jatuh
tempo. Namun isu E-Commerce dipertanyakan ketika pelanggan hanya membayar persyaratan
minimum sebesar 15% dimana bank penerbit akan mengenakan tingkat bunga bulanan sebesar
2% pada sisa saldo (Zainul et al., 2004). Berkaitan dengan permasalahan tersebut, Ustad Mustafa
berpendapat bahwa sistem kartu kredit syariah yang masih belum ada, disarankan menggunakan
Murabahah diartikan sebagai penjualan dengan mark-up atau biaya ditambah keuntungan penjualan.
Murabahah adalah (Zainul et al., 2004) penjualan suatu produk dengan harga yang telah dibeli oleh penjual,
dengan tambahan keuntungan yang dinyatakan untuk diketahui oleh kedua belah pihak yaitu pembeli dan
penjual. Murabahah digunakan sebagai kontrak pembiayaan Islam karena memungkinkan bank untuk
menggunakannya sebagai sarana kredit untuk membiayai pembeli dengan keuntungan yang telah ditentukan
Oleh karena itu, dalam transaksi E-Commerce, sistem Murabahah dapat dijadikan sebagai salah satu
telah terjalinnya akad sebagai kesepakatan kedua belah pihak untuk memenuhi hal-hal tertentu dari suatu
perjanjian baik penawaran maupun permintaan. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an Surat Al-Maidah
َٓ ﱠ
ayat 1 yang artinya :
ََ ُۡ ُ ُ ۗ ﱠ ﱠ ُّ ََُ َٰۡ ُۡ ُ ﱠ ۡ َ ُ َ َ ُ ۡ َٰۡ ﱠ ُ ْ ُ َۡ ْ
ﻡ ٌ ِ ﺇﻥ ِ ۡ ۡ َۡ ِ ﭐ ﱠ ۡ ﻭَِﺃ َُ ِ ﭐ ِ ءَﺍَ ُٓ ﺍ ﺃﻭ ﺍ ِ َ َﱡ ٰ ﭐ
ُ
dan itu
١ ُ ُ َ ُ َۡ
baiklah
Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah (semua) kontrak. Halal bagimu binatang
penggembalaan ternak kecuali yang dibacakan kepadamu (dalam Al-Quran) –
Kontrak atau kontrak yang terdapat dalam E-Commerce merupakan kontrak sah yang dilakukan
secara online. Karena keempat komponen tersebut juga terdapat dalam akad E-Commerce, dimulai dari
pihak yang menjadi pemikir, penjual dan pembeli, kemudian objek akad adalah barang yang akan
dibeli, kemudian akseptasi yang dilakukan secara tertulis dan yang terakhir merupakan tujuan kontrak
Ada beberapa akad jual beli syariah yang berkaitan dengan E-Commerce. Akad tersebut adalah
Ba’i Al-Salam (penjualan pesanan), Ba’i Al-Istisna’ (Penjualan Manufaktur) dan Ba’i Muajjal
(Penjualan Ditangguhkan).
Ba’i Al-Salam dalam kitab wabah zuhaili diartikan sebagai penjualan sesuatu yang akan datang
dengan imbalan sesuatu saat ini atau menjual sesuatu yang dijelaskan dalam pengertian
ketergantungan (Az-Zuhaili, 2011) beberapa rukun Al-Salam Ba 'Saya menawarkan dan menerima.
Selanjutnya istishna 'Ba'i, dalam istilah para ahli hukum istishna' diartikan sebagai akad yang
meminta seseorang untuk membuatkan suatu barang tertentu dalam bentuk tertentu. Maksudnya
istishna’ adalah pembelian sesuatu yang akan dilakukan oleh seseorang. Menurut mazhab Hanafi
dalam kitab istishna yang ditulis Zuhaili, akad istishna 'adalah akad jual beli barang pesanan, bukan
untuk pekerjaan pembuatan. Kemudian Ba'i Muajjal merupakan akad penjual dimana kedua belah
pihak sepakat bahwa pembayaran harga atas produk tersebut akan ditangguhkan (Zainul et al., 2004).
Jadi, E-Commerce dapat mengadakan salah satu dari tiga jenis akad jual beli
Islami yang disebutkan di atas, tergantung pada model komunikasi dan jenisnya.
bisnis yang sedang dijalankan. Ketika penjual menerima uang pertama maka barang yang baru dikirimkan
tersebut termasuk Ba'i As-Salam dan ketika suatu produk dipesan maka pembayaran dilakukan setelah
pesanan tersebut disebut Ba'i Ishtisna'.maka yang terakhir adalah Ba'i muajjal yang mana adalah ketika
penjual setuju untuk menjual produk kepada pelanggan dengan harga ditangguhkan.
Ada beberapa pedoman yang harus diketahui oleh produsen atau penjual ketika melakukan
transaksi baik transaksi tradisional maupun elektronik melalui E-Commerce. Produksi sendiri
menurut (Kunawangsih & Antyo, 2006) adalah suatu proses mengubah berbagai kombinasi
input menjadi output. Para ekonom mendefinisikan produksi sebagai menghasilkan
kekayaan melalui eksploitasi manusia atas sumber kekayaan lingkungan. Terminologi
produksi tidak ditemukan dalam teks Al-Qur'an atau hadis. Namun ada dua terminologi yang
dapat digunakan untuk menjelaskan pengertian produksi tersebut, yaitu “alkasab” atau “al-
intaj” (Abidin, 2008).
Terminologi al-kasab lebih tepat digunakan dalam ekonomi Islam dibandingkan sekedar
konsep produksi. Hal ini dikarenakan kata kasab terdapat pada ayat Al-Qur'an dan Hadits.
Misalnya saja firman Allah tentang wajibnya mengeluarkan zakat hasil usaha yang baik (Al-
Baqarah ayat 267) dan hadis yang mengatakan bahwa tidak ada makanan yang dimakan
seseorang yang lebih baik dari hasil usahanya (kasab), sebenarnya Nabi Daud makan. dari
hasil usahanya sendiri (HR Bukhari).
Lebih lanjut, kasab juga berarti suatu usaha yang dengan segala bentuknya telah terjadi dan
digunakan dalam aktivitas manusia sehari-hari. Sejak bangun tidur hingga tidur lagi, tidak bisa
lepas dari ruang lingkup bisnis. Misalnya perlengkapan mandi, pakaian, furniture dan sebagainya,
Menurut Al-Syaibani, sebagai usaha produktif (al-iktisab), yang mempunyai usaha untuk
menghasilkan kekayaan melalui cara-cara yang dibolehkan atau dihalalkan oleh syariat (Arifin, 2008).
Dari penjelasan para ahli dapat disimpulkan bahwa produksi atau penjualan Islami menekankan pada
optimalisasi efisiensi dan optimalisasi keuntungan dengan tetap berpegang pada kaidah Islam atau
Kemudian, setelah itu produksinya sesuai dengan syariat Islam. Penjual harus menanamkan aspek
kejujuran agar dapat memperoleh kepercayaan pelanggan. Dalam penjualan melalui E-Commerce
penjual harus jujur dan mampu menjelaskan kepada konsumen apa yang dijualnya, hal ini penting
untuk menarik minat dan kepercayaan konsumen sehingga tercipta hubungan timbal balik yang pantas
atau adil. Teladan kejujuran inilah yang sering dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Untuk melakukan
perdagangan seperti ketika menjumpai salah satu penjual makanan di pasar yang basah kuyup
makanan di bawah makanan kering agar tidak terlihat oleh pembeli. Nabi menegur dengan meminta penjual untuk
menyimpan makanan basah di atas makanan kering agar dapat dilihat oleh calon pembeli, atau dengan kata lain baik
Menurut (Qardhawi, 2000) Keadilan merupakan unsur yang sangat krusial, karena dalam
transaksi E-Commerce komunikasi dari aplikasi yang disediakan oleh penjual dan tidak terjadi
pertemuan antara penjual dan pembeli. Ketika terjadi kesalahan, masyarakat cenderung
menunjuk produsen produk sebagai pelakunya. Oleh karena itu, keadilan merupakan hak yang
Terlebih lagi, Allah memerintahkan umat Islam untuk mengamalkan keadilan dalam hal hak dan
kepada siapa mereka akan bertransaksi. Produsen harus adil dalam mengambil keputusan. Demikian
pula produsen harus mengetahui hak-haknya, seperti hak mendapatkan pembayaran pada saat barang
dikirim, dan hak memaksa konsumen untuk membeli produk apabila memenuhi seluruh syarat pada
Selain itu, konsumen merupakan salah satu elemen penting dalam keberhasilan E-Commerce. Umat
Islam harus memahami perubahan teknologi yang ada disekitarnya, termasuk E-Commerce. Konsumen
mempunyai hak-hak yang wajib mereka ketahui dan perjuangkan seperti hak atas privasi, perlindungan
data dan hak untuk mengetahui detail produk yang dijual. Menurut (Barkatullah & Djumadi, 2018)
perlindungan hukum terhadap konsumen merupakan upaya untuk memberikan kepastian bagi
konsumen. Dengan diterapkannya hukum terhadap konsumen dalam setiap transaksi E-Commerce,
maka posisi konsumen yang sebelumnya cenderung menjadi sasaran para pelaku usaha untuk
kepentingan konsumen dalam bertransaksi E-Commerce dapat terbendung. terlindungi dari praktek-
4. Kesimpulan
Kesimpulannya, e-commerce memiliki beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal jual
beli yang sah dalam Islam. Islam mendukung pengembangan cara berdagang melalui E-
Commerce. Namun dukungan tersebut harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya karena
Islam mendukung pengembangan E-Commerce yang sesuai dengan syariat Islam. E-
Commerce harus mempertimbangkan aspek-aspek transaksi seperti etika bisnis, sistem
pembayaran, kontrak, sistem jual beli dan hak-hak konsumen dan produsen. Apabila hal
tersebut telah terpenuhi maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hukum jual beli islami
[1] Al-Qur'an
[2] Al-Hadits
[3] Al-aaidroos, M., Jailani, N., & Mukhtar, M. (2017). Validasi ahli terhadap model referensi
lelang elektronik yang sesuai dengan prinsip perdagangan Islam.Jurnal Universitas King
Saud - Ilmu Komputer dan Informasi. https://doi.org/10.1016/j.jksuci.2017. 10.008
[4] Barkatullah, AH, & Djumadi. (2018). Apakah pengaturan mandiri memberikan perlindungan