Anda di halaman 1dari 6

Available at https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.

php/jie
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(02), 2023, 1806-1811

Analisis Kepatuhan Prinsip Syariah dalam Layanan E-Money


Perspektif Maqashid Syariah
Qaidul Muttaqin1*), Umrotul Khasanah2)
1,2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
*Email korespondensi: 220504220004@student.uin-malang.ac.id

Abstract
Electronic money is basically the same as ordinary money because it functions as a means of payment for goods
buying and selling transactions. From a Sharia perspective, electronic money law is halal. Sharia principles must
be considered in the development of e-money services because these principles are based on fundamental Islamic
values. The method used in this research is a qualitative method with the type of literature review. From the
research result, e-money circulating in Indonesia, in accordance with Sharia principles and can be used if it
follows and is in accordance with the requirements in the DSN-MUI fatwa, and the implementation of Sharia
machair in e-money can be realized if it provides good benefits to users and organizers.

Keywords: E-money, Maqhasid Sharia, Sharia Principles

Saran sitasi: Muttaqin, Q., & Khasanah, U. (2023). Analisis Kepatuhan Prinsip Syariah dalam Layanan E-Money
Perspektif Maqashid Syariah. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(02), 1806-1811. doi:
http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v9i2.8972

DOI: http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v9i2.8972

1. PENDAHULUAN beredar (UYD) meningkat 2,34 persen menjadi Rp


Kehadiran teknologi dalam industri keuangan 744,9 triliun pada Juni 2020. (Dharmasisya, 2022)
telah membawa perubahan besar dalam cara transaksi Uang elektronik pada dasarnya sama dengan
dan pengelolaan uang. Salah satu bentuk teknologi uang biasa, karena berfungsi sebagai alat pembayaran
keuangan yang terus berkembang adalah layanan e- jual beli barang. Dari perspektif syariah, hukum uang
money, yang memungkinkan seseorang untuk elektronik adalah halal. Kehalalan ini berdasarkan
melakukan transaksi keuangan tanpa menggunakan aturan; Setiap transaksi dalam Muamalah pada
uang fisik.Namun, di balik kemudahan yang prinsipnya diperbolehkan kecuali ada dalil yang
ditawarkan oleh layanan e-money, masih terdapat melarangnya, maka hukumnya menjadi
tantangan dalam memastikan kepatuhan prinsip haram (Anam, n.d.). Dari sudut pandang Islam,
syariah.Perkembangan Uang Elektronik di Indonesia tentunya perkembangan teknologi harus selaras
berkembang pesat.Bank Indonesia (BI) menyatakan dengan pemikiran agama, terutama yang berkaitan
animo masyarakat terhadap transaksi digital dan dengan perkembangan ekonomi saat ini, seperti uang
elektronik meningkat pada Mei 2020. Menurut elektronik. Penggunaan uang elektronik dengan
Gubernur BI Perry Warjiyo, hal itu tercermin dari berbagai cara masih menimbulkan keraguan di
transaksi uang elektronik (EU) pada Mei 2020 yang kalangan masyarakat awam yang belum mengenalnya.
meningkat 17,31 persen. Selain itu, volume transaksi Uang elektronik merupakan salah satu bentuk
perbankan digital meningkat sebesar 30,33%. modernisasi Islam di bidang keuangan (Islam, 2021)
Perkembangan positif ini menunjukkan minat Prinsip syariah harus dipertimbangkan dalam
masyarakat terhadap transaksi ekonomi dan keuangan pengembangan layanan e-money, karena prinsip-
digital semakin meningkat, terutama di tengah prinsip ini didasarkan pada nilai-nilai Islam yang
pandemi Covid-19. Dengan tumbuhnya transaksi mendasar.Seiring dengan perkembangan teknologi,
digital dan elektronik, BI memperkirakan uang layanan e-money semakin mudah diakses dan
digunakan oleh masyarakat. Namun, di sisi lain, masih

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(02), 2023, 1807
terdapat kekhawatiran bahwa penggunaan layanan e- 2. METODE PENELITIAN
money dapat menimbulkan potensi pelanggaran Desain penelitian ini adalah literature review atau
terhadap prinsip syariah, seperti riba, gharar, dan tinjauan pustaka dengan menggunakan metode
maisir. kualitatif, atau metode penelitian yang menggunakan
Beberapa prinsip syariah yang harus dipenuhi data untuk menjelaskan solusi masalah dengan
dalam transaksi keuangan adalah konsep riba (bunga), menampilkan data, menganalisis data, dan kemudian
gharar (ketidakpastian), dan maysir (spekulasi). menginterpretasikannya. Untuk melakukan penelitian
Dalam konteks e-money, kepatuhan terhadap prinsip- ini, dokumen literatur dan data terkait dikumpulkan
prinsip ini menjadi penting karena penggunaan e- dan dianalisis menggunakan metode analisis
money yang tidak memenuhi prinsip-prinsip syariah deskriptif yang didasarkan pada penelitian pustaka
dapat membahayakan kepentingan konsumen dan sebelumnya.
masyarakat secara keseluruhan. Apalagi sebagai
negara dengan mayoritas penduduk muslim, 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kepatuhan prinsip syariah dalam layanan e-money 3.1. Hasil penelitian
juga menjadi penting sebagai bagian dari Mekanisme uang elektronik diatur dalam
implementasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan Peraturan Bank Indonesia No. 20/06/PBI/2018, mulai
sehari-hari. dari peredaran uang elektronik, penguasaan uang
Dalam rangka memastikan kepatuhan prinsip elektronik itu sendiri, hingga penggunaannya sebagai
syariah dalam layanan e-money, perlu dilakukan alat pembayaran dalam bertransaksi. Pasal 7
analisis terhadap layanan e-money yang tersedia di mengklarifikasi bahwa pihak yang mengajukan
pasar. Analisis ini meliputi evaluasi terhadap fitur dan otorisasi sebagai operator UE harus memenuhi dua
proses transaksi yang dilakukan oleh layanan e- aspek: aspek umum yaitu entitas yang berbentuk bank
money. atau lembaga non perbankan (LSB) yang berbentuk
Maqhasid syariah, sebagai landasan prinsip- perseroan terbatas, dan aspek kelayakan yang meliputi
prinsip syariah, dapat dijadikan panduan untuk aspek kelembagaan dan hukum, aspek kelayakan
memastikan kepatuhan layanan e-money terhadap usaha dan kesiapan operasional, aspek manajemen,
prinsip-prinsip syariah.Maqhasid syariah merupakan risiko dan pengendalian. Selain itu, operator UE harus
konsep yang memandang bahwa tujuan utama syariah menyediakan asuransi dan jaminan.
adalah untuk melindungi kepentingan manusia, baik Dari penelitian literature yang dilakukan, penulis
di dunia maupun di akhirat. Konsep ini memiliki lima menemukan beberapa pendapat mengenai e-money
aspek yaitu pemeliharaan agama, jiwa, akal, dalam perspektif maqoshid syriah, yakni penelitian
keturunan, dan harta benda. yang dilakukan Aula Ahmad dan Hafidh Saiful
Analisis kepatuhan prinsip syariah dalam layanan Fikrisecara umum uang elektronik telah sesuai dengan
e-money perspektif maqhasid syariah menjadi topik maqashid syariah. Kesesuaian ini didapat dengan
yang menarik untuk diteliti. Beberapa aspek yang terpenuhinya prinsip memelihara harta dan
harus dipertimbangkan dalam memastikan kepatuhan kemaslahatan. Akan tetapi, uang elektronik
prinsip syariah dalam layanan e-money adalah unregistered dinilai belum sesuai dengan maqashid
transparansi, keadilan, kemanfaatan, dan tanggung syariah karena uang elektronik ini tidak dilengkapi
jawab sosial. Transparansi penting dalam memastikan dengan PIN sehingga masih menimbulkan
bahwa pengguna e-money dapat memahami kemudharatan apabila kartu ini dicuri atau hilang
mekanisme dan biaya yang terkait dengan penggunaan (Ahmad Hafidh, 2022). Muhammad Ridwan Firdaus
layanan tersebut. Keadilan harus dijamin dalam setiap mengatakan bahwa Uang elektronik dalam Islam
transaksi, sehingga tidak terjadi eksploitasi atau diperbolehkan sebagai alat pembayaran yang sesuai
ketidakadilan dalam pembayaran dan penerimaan dengan prinsip syariah. (Firdaus, 2018)
dana. Kemanfaatan layanan e-money harus dapat Pendapat lain juga dikemukakan oleh Afif
dirasakan oleh masyarakat secara umum, dan tidak Muamar dan Salman Alparisi yang mengatakan secara
hanya oleh segelintir orang atau lembaga.Terakhir, umum e-money sudah sesuai dengan maqashid
tanggung jawab sosial menjadi hal penting dalam syariah. Kesesuaian ini diperoleh dengan memenuhi
memastikan bahwa layanan e-money tidak merugikan asas menjaga harta dan manfaat jika terdaftar dan
masyarakat atau lingkungan. memiliki PIN yang sah (Afif Muamar dan Ari Salman

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(02), 2023, 1808
Alparisi, 2017). Namun menurut Sajida Sanata Islam Fatwa DSN MUI dan Peran Bank Indonesia dalam
dan Iffatin Nur hukum bertransaksi dengan e-money Transaksi E-Money
adalah mubah atas dasar kaidah “Al ashlu fil Berdasarkan fatwa DSN MUI Nomor 116/DSN-
mua'malati al ibahah hatta yadullu ad-daliilu ala MUI/IX/20I7 Tentang Uang Elektronik Syariah
tahrimiha”, memaparkan bahwa Uang Elektronik bisa digunakan
Namun, kemubahan ini hanya terbatas pada uang untuk alat pembayaran dengan syarat berikut:
elektronik dengan prinsip syariah yang selaras dengan a. Biaya-biaya layanan fasilitas harus berupa biaya
fatwa Dewan Syariah Nasional. Adapun uang riil (untuk mendukung proses kelancaran
elektronik konvensional dianggap melanggar prinsip penyelenggaraan uang elektronik); dan harus
syariah. Oleh karena itu, sebaiknya kita menghindari disampaikan kepada pemegang kartu secara benar
penggunaannya, karena dikhawatirkan mengandung (sesuai syariah dan peraturan perundang-
unsur riba, gharar, dan maisir, yang dapat merugikan undangan yang berlaku) sesuai dengan prinsip
pihak terkait.(Islam., 2021) ta’widh ( ‫ ( )تعویض‬ganti rugi)/ ijarah.
b. Penggunaan uang elektronik wajib terhindar dari
3.2. Pembahasan
transaksi yang dilarang (Transaksi yang ribawi,
Definisi E-Money
gharar, maysir, risywah, israf, objek yang haram).
Munculnya uang elektronik pertama kali hadir
c. Jumlah nominal uang elektronik yang ada pada
dalam bentuk internet banking yang pada awalnya
penerbit harus ditempatkan di bank syariah,
menawarkan akses terbatas agar lebih mudah dan
karena transaksi di Bank Konvensional itu
meluas. Dengan bantuan internet banking, pelanggan
pinjaman berbunga yang diharamkan.
dapat melakukan bisnis mereka melalui ponsel pintar
d. Akad antara penerbit dengan para pihak dalam
mereka. Pada saat itu, penggunaan uang elektronik
penyelenggaraan uang elektronika (prinsipal,
hanya dapat dilakukan secara terbatas, dalam hal ini
acquirer, pedagang(merchant), penyelenggara
nasabah bank dengan nasabah bank lainnya. (Firdaus,
kliring, dan penyelenggara penyelesai akhir)
2018).
adalah akad ijarah, akad ju’alah, dan akad
Husnil Khatimah dan Fairol Halim mengutip
wakalah bi al-ujrah, karena produk yang dijual
definisi dari Kreltszheim (1999) tentang definisi e-
oleh prinsipal, acquirer, Pedagang (merchant),
money yang mengatakan E-cash (E-money) is not
penyelenggara kliring, dan penyelenggara
“cash'” in the same sense as physical cash, which can
penyelesai akhir adalah jasa/ khadamat.
be transferred from hand-to-hand by a payer to a payee
e. Akad antara penerbit dengan pemegang uang
without the intermediation of a third part (Khatimah &
elektronik adalah akad wadiah atau akad qardh,
Halim, 2009), sedangkan menurut Bank Indonesia, e-
karena e-money nominal uang bisa digunakan
money adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur
atau ditarik kapan saja.
(1) diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor oleh
f. Akad antara penerbit dengan agen layanan
pemegang kepada penerbit, (2) nilai uang disimpan
keuangan digital adalah akad ijarah, akad ju’alah,
secara elektronik dalam suatu media seperti server
dan akad wakalah bi al-ujrah.
atau chip, (3) alat pembayaran kepada pemegang yang
g. Dalam hal kartu yang digunakan sebagai media
bukan penerbit e- money itu, dan (4) nilai e-money itu
uang elektronik hilang maka jumlah nominal uang
bukan merupakan simpanan sebagaimana disebut
yang ada di penerbit tidak boleh hilang, karena
dalam undang-undang perbankan. Dengan kata lain,
uang itu adalah milik pemegang kartu.
uang elektronik adalah alat pembayaran yang berasal
dari mata kartal/rupiah yang berbentuk kertas dan Dalam hal pengawasan e-money oleh Bank
logam, tetapi nilai atau nominalnya disimpan dalam Indonesia diatur dalam Peraturan Bank Indonesia
media elektronik. Nomor 20/06/PBI/2018 Bab 6 Pasal 67 Tentang Uang
Uang elektronik diharapkan menjadi solusi Elektronik yang menyatakan Bank Indonesia
pembayaran yang inovatif dan cepat di tempat-tempat berwenang melakukan pemeriksaan dan/atau meminta
yang sangat membutuhkan waktu pembayaran yang laporan, dokumen, data, informasi, keterangan,
efisien untuk meningkatkan pelayanan, seperti dan/atau penjelasan terhadap Penerbit Uang
pembayaran tol, mini market, food court, dan lain Elektronik closed loop. Penyelenggara wajib
sebagainya. bertanggung jawab mengenai keabsahan, kebenaran,

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(02), 2023, 1809
kelengkapan, dan ketepatan waktu penyampaianatas Islam tidak menghalangi manusia untuk terus
setiap laporan, dokumen, data, dan/atau informasi berinovasi, bahkan di bidang keuangan. Islam sendiri
yang disampaikan kepada Bank Indonesia. mengatur segala sesuatu di muka bumi termasuk
Jika hasil dari pengawasan Bank Indonesia urusan muamalah. Hukum penggunaan uang
menyatakan bahwa penyelenggara dalam elektronik sendiri diperbolehkan sepanjang tidak
menjalankan tugas dan fungsinya tidak dengan benar melanggar syariat Islam dan memperhatikan
dan sesuai peraturan yang berlaku maka akan kebutuhan uang elektronik serta berbagai keuntungan
diberikan tindakan sesuai dengan pasal 78 yakni penggunaan uang elektronik. (Joko Prasetiyo, 2023).
meminta penyelenggara untuk: melakukan atau tidak Dalam islam, e-money atau uang elektronik harus
melakukan sesuatu, membatasi penyelenggaraan memenuhi akad yang sesuai dengan syariat. Ulama
Uang Elektronik; dan/atau, menghentikan sementara fiqh menguraikannya yakni harus ada maksud yang
sebagian atau seluruh kegiatan penyelenggaraan Uang jelas antara kedua belah pihak, misalnya: Saya
Elektronik dan/atau, mencabut izin atau persetujuan memberi Anda benda ini sebagai hadiah. Keserasian
yang telah diberikan kepada penyelenggara. ijab dan qabul, serta adanya akad akad dan adanya
akad antara dua pihak, tidak berarti penolakan atau
Tinjauan Prinsip Syariah dan Implementasi
pembatalan keduanya.Menggambarkan keikhlasan
Maqashid Syariah dalam E-Money
kehendak pihak-pihak yang terlibat, bukan karena
Agama Islam yang sempurna ini tentunya
terpaksa dan bukan karena ancaman atau ketakutan
memiliki aturan yang jelas (manhaj alhayat) yang
pihak lain, karena dalam Mu'a'malah harus saling
ditujukan untuk mengatur segala urusan kehidupan
berserah diri. . (Solihin, 2021)
manusia yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits.
Menurut fatwa DSN MUI, akad yang digunakan
Maksud dari aturan-aturan tersebut adalah untuk
pada uang elektronik antara penerbit dengan
menjamin kebahagiaan dan keamanan manusia dan
pemegang uang elektronik harus menggunakan akad
seluruh aspek dirinya seperti keselamatan agama,
qard atau wadiah yang mana berlaku ketentuan yakni
jiwa, akal, harta benda, serta keturunannya atau yang
sejumlah nominal uang elektronik yang sewaktu-
biasa disebut dengan adhdharuriyyah al-khams atau
waktu dapat ditarik atau digunakan oleh pemiliknya,
maqashid al-syari’ah.
maka nominal uang elektronik yang dititipkan dapat
Secara Lughawi (bahasa), Maqshid Syariah
digunakan oleh penyimpan (penerbit) hanya atas
terdiri dari dua kata yaitu Maqâṣid dan Syari'ah.
persetujuan pemegang kartu. Namun, jika jumlah
Maqashid adalah bentuk jamak dari maqshud, artinya
nominal uang elektronik yang dititipkan digunakan
disengaja atau bertujuan. Dan syariat merupakan
oleh penerbit atas izin pemegang kartu, maka akad
bentuk pokok dari kata dasar syara'a yang artinya jalan
titipan (wadiah) berubah menjadi akad pinjaman
menuju sumber air sebagai sumber
(qardh), dan tanggungjawab penerima titipan sama
kehidupan.Sementara itu, Maqashid Syarī'ah dapat
dengan tanggungjawab dalam akad qardh, otoritas
dipahami secara terminologis sebagai tujuan ajaran
terkait wajib membatasi penerbit dalam penggunaan
Islam atau juga sebagai tujuan pencipta syariat (Allah)
dana titipan dari pemegang kartu (dana float) dan
yang memaparkan ajaran Islam. (Rahmawati, 2013).
penggunaan dana oleh penerbit tidak boleh
Terdapat lima Maqashid aldlaruriyat yang wajib
bertentangan dengan prinsip syariah dan peraturan
ada dalam kehidupan manusia yaitu: menjaga agama
perundang-undangan.
(hifz al-din), menjaga jiwa (hifz al-nafs), menjaga akal
Sedangkan akad yang digunakan penerbit dengan
(hifz al-‘aql), menjaga harta (hifz al-mal), menjaga
para pihak dalam penyelenggaraan uang elektronik
keturunan (hifz al-nasl). Kedua, Maqashid al-hajiyat
(prinsipal, acquirer, pedagang (merchant),
juga disebut penghematan sekunder di mana
penyelenggara kliring, dan penyelenggara penyelesai
kebutuhan ini terpenuhi dan dengan demikian
akhir) bisa menggunakan akad ijarah, dan akad sharf.
mafsadatan dapat dihilangkan dari kehidupan
Ijarah adalah sewa barang dan/atau jasa untuk jangka
mukallaf. Ketiga, Maqashid Tahsiniyat. Maqashid ini
waktu tertentu dengan imbalan sewa atau jasa.
mencoba melengkapi dua maqashid sebelumnya,
Pernyataan ini menegaskan bahwa terdapat persewaan
seperti akhlak yang mulia, kebiasaan yang baik, dan
peralatan/perangkat dan/atau jasa yang berkaitan
kesempurnaan adat (Toriquddin, 2014).
dengan pengelolaan uang elektronik. Sedangkan akad
sharf adalah akad tukar menukar atau jual beli uang

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(02), 2023, 1810
(Yuana & Satria, 2020). Jadi mengacu pada fatwa itu, ketika menggunakan uang elektronik, tidak ada
DSN-MUI transaksi e-money bisa menjadi tidak kesalahan dalam perhitungan refund transaksi.
sesuai dengan prinsip syariah jika tidak memenuhi Melihat berbagai produk e-money yang beredar
akad-akad tersebut. di Indonesia, sebagian besar telah memenuhi syarat
Ditinjau dari maqashid syariah, e-money sesuai yang dijelaskan diatas, yang artinya sudah sesuai
dengan prinsip maqashid syariah selama tidak lepas dengan prinsip syariah dan maqashid syariah.
dari prinsip maqashid syariah itu sendiri yakni
mengedepankan kemaslahatan. Untuk mencapai 4. KESIMPULAN
kemaslahatan tersebut, penyelenggara dan pengguna Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa
e-money harus memperhatikan berbagai aspek, uang elektronik atau uang elektronik yang beredar di
diantaranya dari segi keamanan. E-money harus Indonesia, sesuai dengan prinsip syariah dan dapat
memberikan rasa aman kepada pengguna dengan digunakan jika mengikuti dan sesuai dengan syarat-
memberikan sistem keamanan yang lengkap. Sebagai syarat didalam fatwa DSN-MUI Nomor 116/DSN-
contoh: uang elektronik Registered dilindungi dengan MUI/IX/20I7 Tentang Uang Elektronik Syariah.
sistem keamanan berupa PIN atau fingerprint yang Yakni diantaranya antara penerbit dengan pemegang
dapat menjaga nilai uang elektronik dari segala bentuk uang elektronik harus menggunakan akad qard atau
kejahatan atau kelalaian seperti pencurian, wadiah. Sedangkan akad yang digunakan penerbit
kehilangan, dan bentuk kejahatan lainya. Akan tetapi, dengan para pihak dalam penyelenggaraan uang
perlu diingat pada uang elektronik unregistered elektronik (prinsipal, acquirer, pedagang (merchant),
biasanya tidak dilengkapi dengan PIN atau penyelenggara kliring, dan penyelenggara penyelesai
fingerprint. Supaya data pribadi pada e-money bisa akhir) bisa menggunakan akad ijarah, dan akad sharf.
tetap aman, maka diperlukannya tindakan preventif Implementasi maqhasid syariah dalam e-money
untuk mencegah dampak negatif serta bisa terwujud jika memberikan kemaslahatan baik
penyalahgunaan dari penggunaan teknologi. Menurut kepada pengguna dan penyelenggara. Kemaslahatan
Kominfo tindakan untuk mencegah kejahatan cyber tersebut dapat berupa rasa aman kepada pengguna
terjadi ialah tidak sembarangan memberikan kode dengan memberikan sistem keamanan yang lengkap,
OTP. Kode OTP merupakan hal paling krusial dalam memberikan jaminan terkait kehalalan uang
keamanan teknologi saat ini, karena kode OTP sama elektronik dan juga memberikan kemudahan transaksi
halnya seperti kunci rumah yang tidak bisa di kasih ke serta efesiensi.Saran dalam artikel ini ialah ditujukan
sembarang orang (Bodhi & Tan, 2022). kepada seluruh penyelenggara e-money di Indonesia
Kemudian memberikan jaminan kehalalan untuk selalu mematuhi fatwa DSN-MUI tentang uang
penyimpanan uang elektronik. Hal ini dapat elektronik agar masyarakat yang menggunakan tidak
ditunjukkan dengan menghindari uang elektronik keluar dari ketentuan hukum syariah mengingat
untuk hal-hal yang tidak dibenarkan syara’, seperti sebagian besar masyarakat Indonesia adalah muslim.
menghindari riba. Penukaran uang tunai ke uang
elektronik harus memiliki jumlah yang sama. Jika 5. UCAPAN TERIMA KASIH
jumlahnya tidak sama, maka uang elektronik tersebut Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat-
tergolong Riba al-Fadl, yaitu kenaikan yang diperoleh Nya dengan menyelesaikan artikel ini dengan benar.
dengan menukarkan dua barang dengan barang Terima kasih kepada seluruh dosen Pascasarjana UIN
sejenis. (Afif Muamar dan Ari Salman Alparisi, Maulana Malik Ibrahim Malang khususnya Fakultas
2017). Magister Ekonomi Syriah. Tak lupa kami ucapkan
Tak hanya itu, untuk memenuhi Maqashid terima kasih kepada Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam
Syariah, uang elektronik harus memfasilitasi dan (JIEI). Kami berharap untuk menjadi lebih sukses di
mengefisienkan transaksi. Transaksi e-money terasa masa depan.
lebih cepat dan nyaman karena pemegang e-money
tidak perlu repot membawa uang tunai dalam jumlah 6. REFERENSI
besar dan tidak perlu menyediakan uang tunai yang Afif Muamar dan Ari Salman Alparisi. (2017).
sesuai untuk transaksi tertentu dan pemegangnya tidak Electronic money (E-money) dalam perspektif
perlu menyimpan uang receh (pengembalian). Selain maqashid syariah. Journal of Islamic Economics
Lariba, 3(2), 76–77.

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534


Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 9(02), 2023, 1811
Ahmad Hafidh, A. (2022). Tinjauan Maqashid Khatimah, H., & Halim, F. (2009). The Intention To
Syariah Tentang E-Money. Jurnal Ilmiah Use E-Money Transaction In Indonesia :
Ekonomi Islam, 8(1), 140. Conceptual Framework. Conference on Business
https://doi.org/10.29040/jiei.v8i1.3946 Management Research 2013, December 11,
Anam, C. (n.d.). E-Money (Uang Elektronik) Dalam EDC, Universiti Utara Malaysia, Sintok.,
Perspektif Hukum Syari’ah. 1(2001), 115–124.
Bodhi, S., & Tan, D. (2022). Keamanan Data Pribadi Rahmawati, (2013), Maqashid Al-Syari’ah dalam
Dalam Sistem Pembayaran E-Wallet Terhadap Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi, 3 (2), 94.
Ancaman Penipuan Dan Pengelabuan Solihin, M. (2021). Kedudukan E-Money Sebagai
(Cybercrime). UNES Law Review, 4(3), 297– Alat Pembayaran Kedudukan E-Money Sebagai
308. https://doi.org/10.31933/unesrev.v4i3.236 Alat Pembayaran Dalam Perspektif Hukum
Dharmasisya, ", Fakultas, J., & Clarins, S. (2022). Islam. El-Iqtishady, 3, 108.
“Dharmasisya” Jurnal Program Magister Hukum Toriquddin, M. (2014). Teori Maqashid Syari’ah
FHUI “Dharmasisya” Jurnal Program Magister Perspektif Al-Syatibi. Jurnal Syariah Dan
Hukum FHUI PENGADILAN INDONESIA Hukum, 6(1), 33–47.
PENGADILAN INDONESIA. Jurnal Program Yuana, A. G., & Satria, M. A. (2020). Polemik Riba
Magister Hukum FHUI, 1(January), 36. pada Uang Elektronik (E-Money) (Tinjauan
https://scholarhub.ui.ac.id/dharmasisyaAvailable Akad dan Konsekuensi Hukum). Jurnal
at:https://scholarhub.ui.ac.id/dharmasisya/vol1/i Wasatiyah : Jurnal Hukum, 1(2), 1–11.
ss4/36 Fatwa DSN MUI Nomor 116/DSN-MUI/IX/20I7
Firdaus, M. R. (2018). E-Money Dalam Perspektif Tentang Uang Elektronik Syariah
Hukum Ekonomi Syariah. Tahkim, 14(1). Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/06/PBI/2018
https://doi.org/10.33477/thk.v14i1.613 Tentang Uang Elektronik
Islam, U., Sayyid, N., & Tulungagung, A. R. (2021).
E-MONEY PERSPEKTIF MAQASHID
SYARIAH FII AL-MUAMALAH. In Jurnal
Penelitian Hukum Ekonomi Islam (Vol. 6, Issue
2).

Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, ISSN: 2477-6157; E-ISSN 2579-6534

Anda mungkin juga menyukai