Pendahuluan
Dalam perubahan dunia saat ini, diikuti perubahan perkonomian secara digital yang
diperkuat oleh teknologi informasi dan data sebagai elemen utama yang mendorong
pertumbuhan perkonomian setiap negara(1). Karakteristik perkonomian ini memiliki konsep
untuk meningkatkan semangat industri lebih cenderung berkolaborasi dan bersinergi untuk
dapat mengangkat usaha kecil dalam berkompetisi di dunia usaha(2). Terlebih Indonesia,
seiring berjalannya waktu, semakin berkembangnya teknologi, penjualan barang atau jasa
mulai merambah ke jaringan online berbasis internet, bahkan para pelanggan di Indonesia
cenderung lebih memilih berbelanja secara online dengan menggunakan device yang mudah
digenggam yaitu smartphone daripada menggunakan Personal Computer atau Destkop. Seperti
yang terlihat pada Gambar 1 berikut:
Tujuan
Dari latar belakang yang telah diungkapkan maka, makalah ini akan memberikan wawasan
mengenai konsep syariah dalam bisnis e-commerce dan pelindungan hukumnya yang dapat
menguntungkan semua pihak yaitu penjual, perusahaan aplikasi, dan pelanggan. Pengetahuan
ini diharapkan mampu memberikan edukasi positif terhadap pelanggan sebelum menjadi
pelanggan dari salah satu aplikasi e-commerce di Indonesia.
2
Konsep Ekonomi Syariah
Dengan berpedoman dengan al-Qur’an dan al-Sunnahna, dunia ekonomi Islam memiliki
nilai-nilai yang saling terintegrasi antara lain(7):
1. Kepemilikan Allah SWT secara Absolut, apa yang ada di bumi dan langit adalah milik
Allah namun Islam menghormati hak relatif kepemilikan pribadi atas harta sekaligus
menjaga keseimbangan antara hak relatif pribadi, kolektif, dan negara.
2. Berusaha dengan Berkeadilan dengan menfkahkan sebagian harta agar tidak
menumpuk harta.
3. Bekerjasama dalam kebaikan dalam berkompetisi untuk meningkatkan perekonomian.
4. Pertumbuhan yang seimbang dalam menjaga keseimbangan dan pelestarian alam.
Basis esensial kegiatan ekonomi ditujukan untuk mencapai stabilitas kesejahteraan rakyat
tanpa merugikan salah satu pihak atau menguntungkan salah satu pihak saja(8). Ekonomi islam
hendaknya memiliki tujuan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan baik bagi kepentingan
pribadi maupun masyarakat umum yang dibatasi oleh ajaran dalam al-Qur’an dan hadits(7).
3
Payung Hukum
Para pelaku usaha di dunia digital seperti e-commerce perlu didasari oleh beberapa payung
hukum untuk melindungi kegiatan perekonomian. Di Indonesia tidak secara eksplisit mengatur
Transaki e-commerce syariah baik pelanggaran maupun ketentuan pidananya. Dalam PERMA
No. 2 Tahun 2008 mengenai Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah hanya memberikan sanksi
karena adanya ingkar janji yaitu pada Pasal 36 hingga 39 dimana sanksi tersebut adalah:
a. Membayar ganti rugi;
b. Pembatalan akad;
c. Peralihan resiko;
d. Denda; dan/atau
e. Membayar biaya perkara.
Tidak berbeda dengan e-commerce konvensional, sistem syariah juga dapat berpedoman
pada peraturan-peratuan berikut ini, antara lain:
1. Undang-undang Perlindungan Data Pribadi Tahun 2022 seperti pada Pasal 20 yaitu
Pengendali Data Pribadi wajib memiliki dasar persetujuan yang sah secara eksplisit dari
Subjek Data Pribadi untuk satu atau beberapa tujuan tertentu, yang telah disampaikan
oleh Pengendali Data Pribadi kepada Subjek Data Pribadi. Pasal 61 hingga 69 telah
diuraikan mengenai ketentuan pidana pelanggaran atas penyebaran dan pemrosesan
data pribadi
2. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan terutama Pasal 65 yang
mewajibkan setiap pelaku usaha memberikan data dan/atau informasi yang jelas
mengenai usahanya dan bara dan/ atau jasa yang di perjualbelikan.
3. Undang-Undang ITE pasal terutama Pasal 5 tentang alat bukti yang sah, Pasal 38
tentang pihak yang dapat mengajukan gugatan, dan Pasal 45 mengenai ketentuan
pidana terhadap perbuatan yang dilarang pada Pasal 27 sampai 29
4. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan Melalui Sistem
Elektronik mengatur tentang Pihak-pihak yang melakukan, persyaratan,
penyelenggaran, kewajiban pelaku usaha, iklan, penawaran, penerimaan, konfirmasi,
kontrak, pembayaran, pengiriman barang, penukaran barang dalam Perdagangan
dengan Sistem Elektronik, perlindungan data pribadi, penyelesaian sengketa hingga
pengawasan dan pembinaan Perdagangan Melalui Sistem Elektronik.
5. Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang perlindungan Konsumen terutama pada
Pasal 4 mengenai hak konsumen, Pasal 5 mengenai kewajiban konsumen, Pasal 6
tentang hak pelaku usaha, dan Pasal 7 tentang kewajiban pelaku usaha.
4
Pembahasan
Sejak munculnya aplikasi-aplikasi yang mempermudah kegiatan ekonomi yang menjadi
motor penggerak sistem e-commerce, dapat berkembang dan berdampak positif bagi kegiatan
perekonomian Indonesia. Karena e-commerce didefinisikan sebagai perdagangan, maka
termasuk juga dalam istilah Muamalat. Muamalat adalah nama Islam yang mengacu pada
pertukaran barang dan jasa, atau jual beli barang atau jasa yang ditafsirkan untuk menawarkan
keuntungan dalam prosedur tertentu(11). Dengan perkembangan market pada perusahaan
aplikasi e-commerce memberikan inovasi fitur syariah pada aplikasi seperti Tokopedia Salam,
Berkahi, dan yang baru-baru ini adalah Shopee Berkah, dan masih banyak lagi start-up yang
memiliki basis ekonomi Islam dalam penyajian fitur pada aplikasinya. Berbeda dengan fitur
konvensional, akad pada jual beli online secara syariah dimana transaksi antara penjual dan
pembeli barang dengan klasifikasi dan pembayaran di muka yang telah ditentukan sebelumnya,
tetapi dengan pengiriman barang pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya sebagaimana
disepakati pada saat akad(12). Beberapa teori ekonomi Islam telah dikemukakan salah satunya
adalah dari S.M. Hasanuzzaman yang memberikan pemahaman mengenai pengetahuan dan
penerapan ajaran dan aturan syariah untuk mencegah ketidakadilan dalam alokasi dan distribusi
sumber daya untuk memberikan kepuasan kepada orang-orang dan memungkinkan mereka
untuk memenuhi kewajiban mereka kepada Allah dan masyarakat.
Namun dari sekian banyak pelaku usaha, masih banyak yang belum mengandalkan e-
commerce sebagai alat untuk berjualan. Meskipun berbagai dampak positif bagi penjual seperti
tak terbatasnya segmen pasar, bagi masyarakat terutama didaerah pedesaan mampu
menjangkau ke berbagai kota bahkan berbagai negara(13). Namun aplikasi semacam ini
memiliki kelemahan seperti ketergantungan pada teknologi yang harus disesuaikan, selain itu
juga adanya ekspektasi barang sesuai denga napa yang ditampilkan pada aplikasi sehingga
rawan penipuan. Akses pengawasan data pribadi pelanggan sangatlah minim dan hanya
berdasarkan perjanjian yang tertulis pada aplikasi saat membuat akun, hal ini rentan melanggar
Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi.
Terlebih pada palikasi e-commerce yang menggunakan fitur Islami dalam transaksi jual
beli masih terdapat sistem riba yang bisa dikatakan terselubung. Perusahaan aplikasi hanya
memanfaatkan fitur tersebut untuk memperluas pasar dengan meperjualbelikan produk-produk
halal.
5
Gambar 3. Tren Penggunaan aplikasi e-commerce dengan sistem syariah(14)
Pada gambar 3 telihat jelas bahwa aplikasi Shopee Berkah lebih unggul untuk
memperjualbelikan produk-produk Islami. Namun jika lihat dari aplikasi tersebut masih
memberikan fasilitas sistem pembayaran dengan kartu kredit maupun pihak ketiga seperti pada
gambar 4 berikut:
Gambar 4. Fitur sistem pembayaran pada Tokopedia Salam dan Shopee Berkah (Sumber:
Pribadi)
Jika dilihat kembali pada kedua e-commerce yang menggunakan fitur Islami masih
menggunakan sistem pembayaran dengan kartu kredit maupun cicilan layaknya konvensional
dengan masih ada riba yang tidak sesuai syariat Islam. Bahkan sebagai pelanggan yan akan
6
mendaftarkan kartu kredit maupun kartu debet pada Shopee Berkah akan dikenakan biaya
verifikasi, meskipun ada ketentuan akan dikembalikan setelah beberapa hari.
Kesimpulan
Demi meningkatkan perekonomian khususnya dengan berdasarkan syariat Islam masih
memerlukan pengkajian mendalam mengenai dasar-dasar jual beli dalam syariat Islam. Negara
Indonesia yang merupakan Negara Hukum memiliki Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yang
dapat dikembangkan untuk dapat melindungi umat mayoritas yaitu Islam saat akan
menggunakan aplikasi e-commerce.
Aspek Hablum Minannas sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan ekonomi di dalam
aplikasi e-commerce dengan memberikan hak orang lain dan kita menerima rezeki atas itu.
Setelah adanya berbagai payung hukum mengenai perdagangan dalam sistem elektronik,
perldingan data pridabi dan perlindungan konsumen dirasa masih belum memperkuat
perlindungan hukum di sektor syariah karena masih kurangnya pengawasan pada aturan-aturan
tersebut. Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah sendiri hanya memberikan sanksi perdata seperti
ganti rugi, pembatalan akad, maupun denda.
Aturan-aturan syariah sebenarnya telah secara jelas pada beberapa penelitian namun pada
prakteknya masih terdapat beberapa aplikasi e-commerce memberikan fasilitas seperti pada
fitur konvensional berupa cicilan dengan penambahan biaya pada setiap cicilan.
Saran
Setelah beberapa uraian di atas, rasanya perlu ada beberapa hal yang patut
dipertimbangkan mengenai konsep syariah dalam aplikasi yang telah berlabel syariah, yaitu:
1. Perlu merevisi Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah karena dirasa sudah teelalu lama
2. Perlu perbaikan pada lembaga-lembaga hisbah di Indonesia
3. Perlu adanya penelitian mendalam pada aplikasi-aplikasi e-commerce yang berlabel
syariah.
Daftar Pustaka
1. Zhang W, Zhao S, Wan X, Yao Y. Study on the effect of digital economy on high-
quality economic development in China. PLoS One. 2021;16(9 September).
2. Aniqoh NAFA. The Role of Digital Economy to Enhancing Sustainable Economic
Development. Int J Soc Sci Bus. 2020;4(4):519.
7
3. Fitria TN. Bisnis Jual Beli Online (Online Shop) Dalam Hukum Islam Dan Hukum
Negara. J Ilm Ekon Islam. 2017;3(01):52.
4. Novari DM. Penerapan Sistem Reseller Perspektif Hukum Ekonomi Syariah (Studi
Kasus Usaha Online Shop di Pertokoan Barokah Galeri Bukit Kemuning. Al Mizan.
2019;1(1):40–1.
5. Muhammad MM. Transaksi E-Commerse Dalam Ekonomi Syariah. El-Iqthisadi J Huk
Ekon Syariah Fak Syariah dan Huk. 2020;2(1):76.
6. Saadah N. Perencanaan Keuangan Islam Sederhana dalam Bisnis E-Commerce pada
Pengguna Online Shop. Econ J Ekon Islam. 2018;9(1):105–28.
7. Ikit. Akuntansi Penghimpunan Dana Bank Syariah. Zuhri, Editor. Yogyakarta:
Deepublish; 2015.1–368.
8. Yuliani. Konsep dan Peran Strategis Ekonomi Syariah terhadap Isu Kemiskinan.
Iqtishadia. 2015;133–54.
9. Bank Indonesia. Cetak Biru Ekonomi dan Keuangan Syariah. Available from:
https://www.bi.go.id/id/ekonomi-dan%0Akeuangan-syariah/Cetak-
Biru/Contents/default.aspx
10. Samad TF. Konsep E-Commerce Perspektif Ekonomi Islam. Tasharruf J Econ Bus
Islam. 2019;4(1):59.
11. Napitupulu RM. Pandangan Islam Terhadap Jual Beli Online. At-Tijaroh.
2015;1(2):122–40.
12. Qori D El. Transaksi E-Commerce Berbasis Market Place: Antara Akad Salam dan
Gharar Perspektif Fiqih Madzhab Syafi`I). MIYAH J Stud Islam. 2020;16(2):414–29.
13. Ikhsan M, Hasan M. Analisis Dampak Penggunaan E-Commerce dalam Meningkatkan
Omzet Penjualan Usaha Mikro Kecil Menengah di Kota Makassar. J Econ Educ Entrep
Stud. 2020;1(1):39.
14. Mishbakhudin M, Aisyah M. The E-Marketing Mix Strategy of Tokopedia Salam during
the Covid-19 Pandemic. Int Res J Bus Stud. 2021;14(3):215–27.