Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH HUKUM BISNIS DAN REGULASI

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM TRANSAKSI


E-COMMERCE DI INDONESIA

DOSEN PENGAMPU :
HENNY SAIDA FLORA, S.H., M.H., M.Kn., Dr.

DISUSUN OLEH :
DWITA PERBIKA BR GINTING 222410030

FAKULTAS EKONOMI
PRODI MANAJEMEN
UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
MEDAN
2024

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 3


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 6

2.1 Perlindungan Konsumen dan Transaksi E-Commerce............................... 6

2.2 Pengaturan Hukum......................................................................................... 9

2.3 Perlindungan Hukum Bagi Konsumen.......................................................... 11

BAB III PENUTUP............................................................................................................. 15

Daftar Pustaka...................................................................................................................... 16

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara terminologi, perlindungan hukum dapat diartikan dari gabungan


dua definisi, yakni “perlindungan” dan “hukum”. KBBI mengartikan perlindungan
sebagai hal atau perbuatan yang melindungi. Lalu, hukum dapat diartikan sebagai
peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh
penguasa atau pemerintah. Merujuk definisi tersebut, perlindungan hukum dapat
diartikan dengan upaya melindungi yang dilakukan pemerintah atau penguasa dengan
sejumlah peraturan yang ada. Singkatnya, perlindungan hukum adalah fungsi dari hukum
itu sendiri; memberikan perlindungan.
Perlindungan hukum adalah aspek yang sangat penting dalam transaksi e-
commerce, karena konsumen yang melakukan transaksi elektronik berada dalam posisi
yang sangat genting. Dalam transaksi e-commerce, konsumen tidak dapat melihat barang
atau jasa sebelum membelinya, dan tidak dapat mengetahui apakah mereka mengakses
situs web yang aman atau tidak. Oleh karena itu, perlindungan hukum adalah hal yang
wajib diperhatikan. Menurut Sri Handayani (2012: 2) konsumen (sebagai alih bahasa dari
consumen), secara harfiah berarti" seseorang yang membeli barang atau menggunakan
jasa''; atau ''seseorang atau sesuatu perusahaan yang membeli barang tertentu atau
menggunakan jasa tertentu'' juga ''sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu
persediakan atau sejumlah barang", ada pula yang memberikan arti lain yaitu konsumen
adalah ''setiap orang yang menggunakan barang atau jasa dalam berbagai perundang-
undangan negara”.

Sedangkan dalam Pasal 1 angka 2 UUPK pengertian konsumen adalah


setiap orang yang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Pada intinya pengertian dari konsumen adalah setiap orang yang
memakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat dengan maksud untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya maupun untuk berbagai kepentingan tanpa
memperdagangkan kembali.

Dalam era digital yang semakin berkembang pesat, perdagangan melalui


platform e-commerce telah menjadi tren yang tak terhindarkan. E-commerce, singkatan
dari elektronik commerce, mewakili bentuk perdagangan modern di mana transaksi jual-
beli dilakukan secara elektronik melalui internet. 1 Di Indonesia, sektor e-commerce telah
tumbuh dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir, memberikan kemudahan bagi
konsumen untuk melakukan pembelian produk dan layanan dengan mudah dan cepat.
Namun, dengan pertumbuhan e-commerce yang begitu pesat, perlindungan hukum bagi

1
Muhammad Yusuf dan Noor Ifada, E- Commerce Konsep dan Teknologi (Malang: MNC Publishing, 2021), hal. 1.

3
konsumen dalam transaksi e-commerce menjadi penting untuk diperhatikan. 2 Konsumen
sering kali menghadapi berbagai risiko dalam transaksi online, seperti penipuan,
pengiriman barang yang cacat atau tidak sesuai dengan deskripsi, pelanggaran privasi,
dan ketidakpatuhan dari pihak penjual terhadap ketentuan yang berlaku.
Makalah ini bertujuan untuk membahas perlindungan hukum yang ada
bagi konsumen dalam transaksi e-commerce di Indonesia. Pertama-tama, saya akan
menguraikan kerangka hukum yang mengatur transaksi e-commerce di negara ini. Hal ini
mencakup undang-undang, peraturan pemerintah, dan kebijakan yang berlaku di tingkat
nasional untuk melindungi hak-hak konsumen. Selanjutnya, saya akan membahas
berbagai hak yang diberikan kepada konsumen dalam transaksi e-commerce. Ini
termasuk hak untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat tentang produk atau
layanan yang ditawarkan, hak untuk memperoleh perlindungan terhadap praktik bisnis
yang tidak adil atau menyesatkan, dan hak untuk mengajukan keluhan atau memperoleh
ganti rugi jika terjadi masalah dalam transaksi.
Praktek e-commerce yang berkembang begitu cepat seperti yang kita
rasakan sekarang ini sayangnya tidak disertai dengan pembangunan landasan hukum
yang secara khusus mengatur e-commerce sehingga bisa dijadikan pegangan demi
terciptanya suatu kepastian hukum. Terlepas dari hal di atas terdapat beberapa
keuntungan e-commerce bagi kepentingan organisasi, individu dan masyarakat.
Keuntungan untuk organisasi diantaranya yaitu dengan adanya e-commerce dapat
memperluas tempat pemasaran untuk pasar nasional dan internasional.
Dapat dikatakan saat ini penggunaan internet sudah menjadi salah satu
bagian krusial dalam kehidupan manusia di dunia. Pesatnya pertumbuhan teknologi
informasi dan sistem transaksi secara elektronik telah menjadikan industri teknologi
informasi menjadi industri yang diunggulkan. 3 Selain memberikan kemudahan dan
efisiensi waktu, teknologi informasi juga memberikan keuntungan yang lainnya, yaitu
untuk memperluas pangsa pasar ke seluruh dunia tanpa harus pergi atau mengirim orang
ke negara-negara lain untuk memasarkannya. Hal ini sangat wajar, mengingat melalui
Internet masyarakat memiliki ruang gerak yang lebih luas dalam memilih produk (barang
dan jasa) yang akan dipergunakan, tentunya dengan berbagai kualitas dan kuantitas yang
sesuai dengan keinginannya.
Saat ini, salah satu aktivitas perdagangan di dunia maya yang paling
berkembang dalam kaitan dengan penggunaan internet adalah electronic commerce.
Kehadiran perusahaan ecommerce tentu memberikan banyak manfaat, solusi dan sangat
memudahkan konsumen dalam membeli suatu barang, karena mereka tidak perlu
menyediakan waktu untuk berpergian ke suatu tempat untuk memenuhi atau membeli
barang yang mereka perlukan. E-commerce tersebut terbagi atas dua segmen yaitu
business to business e-commerce (perdagangan antar pelaku usaha) dan business to
consumer e-commerce (perdagangan antar pelaku usaha dengan konsumen). Makin
banyak kegiatan perekonomian dilakukan melalui media internet.
2
Muhammad Yusuf dan Noor Ifada, E- Commerce Konsep dan Teknologi (Malang: MNC Publishing, 2021), hal. 5.
3
Rintho Dante Rerung, E-COMMERSCE MENCIPTAKAN DAYA SAING MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI (Yogyakarta:
Deepublish, 2018), hal. 4.

4
Misalnya, semakin banyak mengandalkan jual beli sistem online (e-
commerce) sebagai media transaksi. Ecommerce adalah kegiatan- kegiatan bisnis yang
menyangkut konsumen (consumers), manufaktur (manufacturers), service providers, dan
pedagang perantara (intermediaries) dengan menggunakan jaringan-jaringan computer
(computer networks), yaitu E-commerce sudah meliputi seluruh spectrum kegiatan sosial.
Beberapa tahun terakhir ini dengan begitu merebaknya media internet menyebabkan
banyaknya perusahaan yang mulai mencoba menawarkan berbagai macam produknya
dengan menggunakan media ini. Salah satu manfaat dari keberadaan internet adalah
sebagai media promosi suatu produk. Suatu produk yang dionlinekan melalui internet
dapat membawa keuntungan besar bagi pengusaha karena produknya di kenal di seluruh
dunia, hal ini memungkinkan terciptanya persaingan yang sehat antarperusahaan kecil,
menengah, dan besar dalam merebut pangsa pasar.
Sistem hukum yang berlaku saat ini yang belum mempertimbangkan
pengaruhpengaruh dari pemanfaatan internet. Sedangkan bisnis modern yang bersifat
kontemporer sudah dipengaruhi oleh pemanfaatan dari internet. Perkembangan yang
paling mutakhir muncul sebuah model atau sistem transaksi bisnis yang sangat inovatif
dan kreatif mengikuti high tech improvement (kemajuan teknologi tinggi) di bidang
komunikasi dan informasi. Canggihnya teknologi modern saat ini dan terbukannya
jaringan informasi global yang serba transparan. Hal ini ditandai dengan kemunculan
internet, cybernet, atau word wide web (www) yakni sebuah teknologi yang
memungkinkan adanya transformasi informasi secara cepat keseluruh dunia maya.

Dengan sistem e-commerce ini seorang penjual (seller) tidak harus


bertemu langsung (face to face) dengan pembeli (buyers/consumers), dalam suatu
transaksi dagang. Transaksi bisa terjadi hanya lewat surat menyurat melalui e-mail,
telekopi dan lain-lain. Pembayaran (payment) bisa dilakukan juga melalui internet.
Kehadiran e-commerce memberikan kemanjaan yang luar biasa kepada konsumen,
karena konsumen tidak perlu keluar rumah untuk berbelanja disamping itu pilihan
barang/jasapun beragam dengan harga yang relatif lebih murah. Hal ini menjadi
tantangan yang positif dan sekaligus negatif. Dikatakan positif karena kondisi tersebut
dapat memberikan manfaat bagi konsumen untuk memilih secara bebas barang/jasa yang
diinginkannya. Konsumen memiliki kebebasan untuk menentukan jenis dan kualitas
barang/jasa sesuai dengan kebutuhannya. Dikatakan negatif karena kondisi tersebut
menyebabkan posisi konsumen menjadi lebih lemah dari pada posisi pelaku usaha yang
dapat mengakibatkan kekecewaan dan kerugian.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen dalam transaksi e-commerce di
Indonesia?

BAB II

5
PEMBAHASAN

2.1 Perlindungan Konsumen dan Transaksi E-commerce

Di era digital ini, sekarang semua serba dipermudah. Apapun dapat diakses dengan
menggunakan internet. Dimulai dari belanja online, pesan makanan online, hingga transportasi
berbasis online. Dengan pesatnya perkembangan internet pada saat ini, maka terbangun sebuah
sistem perdagangan dunia maya. E-Commerce atau perniagaan elektronik merupakan semua
bentuk transaksi perdagangan barang ataupun jasa yang menggunakan media perantara internet.
Dalam sebuah sistem e-commerce setidaknya terdapat 4 komponen yang diperlukan dalam
transaksi online :

1. Store/Marketplace

2. Penjual dan Pembeli

3. Payment Gateway

4. Jasa pengiriman

Pertama adalah adanya store/marketplace yang dimana disini dijualnya barang – barang
yang dibutuhkan oleh consumer. Akan tetapi terdapat perbedaan antara marketplace dengan store
online, yaitu marketplace adalah suatu tempat di internet dimana banyak pihak berkumpul untuk
melakukan proses transaksi jual beli, ada yang ingin mencari suatu barang dan ada pihak lain
yang sedang ingin menjual barang. Sedangkan online store adalah dimana pembeli bisa langsung
memesan kepada penjual, dan bisa diartikan bahwa ini hanya satu toko yang menjual. Contoh
marketplace di Indonesia saat ini adalah BukaLapak, TokoPedia, Elevenia, Qoo10 Indonesia,
dan lain sebagainya. Sedangkan contoh online store yang ada di Indonesia adalah MatahariMall,
Lazada, Zalora, BerryBenka, Groupon Indonesia, dan lain sebagainya.

Kedua adalah penjual dan pembeli. Penjual adalah yang menjual barang / jasanya kepada
konsumen, sedangkan pembeli adalah orang yang membeli barang yang dijual. Pada analisa ini,
kita akan mencari tau apa saja faktor yang membuat pembeli memilih belanja online dan yang
tidak memilih belanja online.

Berikut adalah faktor mengapa konsumer memilih belanja online :

1. Kemampuan Finansial.

2. Lebih banyak promo yang ditawarkan ketika belanja online.

3. Ketika melihat keluarga/teman yang memiliki barang baru, terkadang konsumer


jadi ingin ikut membelinya walaupun tidak selalu butuh.

4. Iklan atau promosi di media massa

Faktor- faktor peminat memilih untuk tidak belanja online :

6
1. Transaksi dan Perlindungan Konsumen. Pada bagian ini terlihat banyak orang yang
takut akan penipuan yang terjadi ketika belanja online. Kartu kredit yang dapat
diakses oleh tangan nakal, barang yang sampai tidak sesuai dengan keinginan atau
toko yang susah dihubungi ketika konsumer telah membayar. Hal ini menjadikan
hal terbesar yang membuat orang memilih tidak belanja online.

2. Barang tidak dapat dilihat secara jelas. Ketika kita belanja online, kita hanya bisa
menerka saja bagaimana barang itu. Tapi kita tidak mengetahui apakah nanti
barang yang dikirim akan sama dengan barang yang ada di gambar.

3. Terkadang harga yang ditawarkan lebih mahal dari membeli dengan datang ke
tokonya langsung.

4. Barang yang dijual kebanyakan sudah tidak bergaransi atau garansinya tidak bisa
dibuktikan.

5. Tidak mengerti cara untuk belanja online dan menurutnya tidak praktis.

6. Proses transaksi atau pengiriman, terkadang lama.

Dilihat dari faktor – faktor diatas, terlihat jelas mengapa masih banyak juga konsumer
yang takut untuk belanja online. Dikarenakan Indonesia masih minim dengan masalah
keamanannya. Faktor yang tertinggi saat ini adalah takut terjadinya penipuan. Seperti penipuan
pembayaran, penipuan dengan menggunakan akun nakal, serta pengambilalihan akun. Sebuah
Riset dari Comscore, perusahaan analisis media, menyimpulkan:

 2 dari 3 pembeli memperhitungkan ongkos kirim yang paling ekonomis.


 1 dari 3 orang bahkan memilih untuk membayar lebih, selama mereka bisa
menerima barang lebih cepat .
 46% pembeli menyatakan akan merekomendasikan suatu toko online jika barang
yang mereka pesan tiba tepat waktu.

Semakin banyaknya yang melakukan belanja online, untuk hal pembayaran pun dibuat
perubahan dan dijadikan lebih mudah. Seperti yang kita tau, saat ini banyak pembayaran dengan
menggunakan payment gateway. Dengan banyaknya promo – promo tambahan yang ditambah,
jika consumer membayar menggunakan payment gateway ini.

Payment gateway adalah sebuah sistem yang mengotorisasi proses pembayaran dari
pembeli ke penjual. Cara kerja Payment Gateway adalah :

1. Pelanggan ada pada website e-commerce anda dan memutuskan untuk membeli
suatu produk atau jasa.

2. Informasi mengenai transaksi disampaikan pada koneksi sumber payment gateway.

3. Payment Gateway lalu meneruskan informasi tersebut ke prosesor pembayaran


bank anda.

4. Prosesor pembayaran meneruskan informasi transaksi ke asosiasi yang


menjelaskan kartu yang digunakan adalah jenis Mastercard atau Visa.

7
5. Selanjutnya bank terkait akan menerima permintaan ini dan mengirimkan balasan
ke prosesor dengan kode khusus (di sini akan terlihat apakah transaksi tersebut
berhasil atau gagal).

6. Prosesor pembayaran akan mengirimkan pesan itu ke payment gateway, kemudian


akan diteruskan ke website Anda serta pemegang kartu.

Terakhir bagian yang meliputi belanja online juga adalah adanya jasa pengiriman. Jika
tidak ada ini, bagaimana bisa barang yang kita pesan sampai. Perusahaan ataupun penyedia jasa
belanja online, harus menyediakan jasa kurir/jasa pengiriman. Packing/Pengemasan Barang,
Jenis dan kekuatan packing sangat berpengaruh terhadap barang yang akan Anda kirim, apakah
barang tersebut bisa selamat tanpa kerusakan yang berarti ataukah tidak. Transportasi yang
digunakan, Pengiriman barang melalui udara, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu ke perusahan
jasa pengiriman barang tersebut tentang berapa ukuran dan berat barang yang diperbolehkan
untuk diangkut. Sebab untuk beberapa tujuan tertentu ada batas maksimal pengiriman barang,
misal dengan membatasi per-koli hanya 150kg saja. Untuk pengiriman barang melalui darat bisa
menggunakan truk atau bis, carilah jasa pengiriman barang yang memiliki jadwal pengiriman
setiap hari, memang cukup sulit untuk mengetahui apakah perusahaan jasa pengiriman tersebut
memiliki jadwal pengiriman yang tetap ataukah tidak. Karena ada banyak juga perusahaan jasa
pengiriman barang yang menunggu memberangkatkan barang sampai muatan penuh terlebih
dahulu. Sedangkan dari perspektif pelanggan, mereka mengharapkan perusahaan menyediakan
layanan yang baik dalam hal pengiriman, biaya, dan tepat waktu. Sehingga hal – hal seperti ini
yang harus diperhatikan oleh perusahaan sehingga terjaga kepercayaan antara penjual dan
pembeli.

Dengan belanja online ini, memudahkan banyak pihak dalam hal bertransaksi. Akan
tetapi tetap saja, orang yang ingin bertindak jahat masih banyak di sekitar kita. Sehingga hukum
Indonesia pun menyiapkan undang – undang untuk menjerat pelaku penipuan dalam jual beli
online.Undang – undangn yang membahasnya adalah Pasal 28 ayat (1) UU ITE dan Pasal 378
KUHP. Pasal 378 KUHP mengatur penipuan (penjelasan mengenai unsur-unsur dalam Pasal 378
KUHP,dan Pasal 28 ayat (1) UU ITE mengatur mengenai berita bohong yang menyebabkan
kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.

Berkenaan dengan maraknya penipuan dengan modus pemberian rekening untuk


mentransfer atau membayar uang yang penyeberannya melalui SMS (Short Messaging Services)
atau melalui kanal komunikasi lain yang dikirimkan kepada masyarakat luas, maka Kementerian
Komunikasi dan Informatika menyediakan portal www.cekrekening.id yang bertujuan untuk
membantu masyarakat mendapatkan informasi rekening bank yang diduga terindikasi tindak
pidana. Maka sangat dianjurkan apabila akan mengirimkan uang kepada seseorang dan ingin
mengecek kebenaran rekening tersebut, maka pilihlah menu Periksa Rekening. Pilih nama bank
tujuan transfer, masukkan nomor rekening dan tekan tombol periksa. Selanjutnya halaman akan
menampilkan status rekening itu, yakni pernah atau tidak dilaporkan terindikasi kejahatan, status
verifikasi, hingga jumlah laporan masyarakat terkait rekening itu.

8
Situs ini juga berfungsi sebagai data base rekening palsu. apabila mengalami
penipuan oleh oknum dengan rekening tertentu, maka kita bisa juga membuat laporan agar
pengalaman tersebut menjadi referensi bagi orang lain yang ingin bertransaksi. Caranya adalah
masuk ke kolom Laporkan Rekening dan isi data-data yang diminta, seperti nama bank, nomor
rekening, nama pemilik, kategori kejahatan, kronologi, serta screenshot atau scan bukti transfer
dan percakapan. Jika kejahatan yang Anda alami tidak ada dalam daftar, bisa juga memilih opsi
kejahatan lain. Setelah mengisi semua data dengan lengkap, tekan tombol Submit untuk
memasukkan laporan Anda. Nantinya, laporan ini akan muncul sebagai referensi bagi pengguna
lain yang mengecek kebenaran sebuah rekening.

2.2 Pengaturan Hukum dalam E-Commerce untuk Melakukan Perdagangan di


Indonesia

Perdagangan melalui adanya teknologi elektronik, dengan melakukan pembuatan toko


online dan membuat website sebagai bahan etalase dalam mengiklankan barang disebut dengan
industri ecommerce. 4Dimana dalam kegiatan ini, internet merupakan hal pokok dan inti dalam
berjalan lancarnya transaksi online ini. Adapun kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh
industry ecommerce yaitu, penjualan barang, pengiriman barang, pengiklanan barang, transaksi,
pembayaran pulsa, listrik, dan segala hal yang dapat dilakukan menggunakan internet. Dalam
pembelian barang dan jasa yang dilakukan dalam transaksi online hal ini merupakan salah satu
cara kerja dari e-commerce, dimana jasa tersebut bisa digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat
dan juga instansi-instansi yang ada di Indonesia. Cara pemesanannya adalah berupa penggunaan
internet, dengan membayar secara transfer bank ataupun bisa dengan cara top up melalui
supermarket yang menunjang pembayaran transaksi tersebut.

Dalam hal ini pembeli dipermudah dengan melakukan perbelanjaan secara window
shopping.5 Dimana window shopping sendiri konsumen dapat melakukan pembelanjaan online
melalui laman web toko online tersebut, adapun fasilitas lain berupa keranjang online, dimana
keranjang tersebut dikonsepkan sebagai keranjang asli dalam toko fisik, sehingga konsumen
yang akan membeli barang akan ditaruh terlebih dahulu pada keranjang tersebut sebelum
melakukan pembayaran tahap akhir.

Jika berbicara tentang pembayaran, sebenarnya dalam e-commerce tidak terlalu jauh
beda dengan pembayaran pada toko fisik, namun yang jadi sedikit pembeda adalah jika di toko
fisik konsumen dapat membayar secara tunai serta dengan debit card, dalam transaksi online
tidak dapat secara tunai, kecuali melakukan perantara seperti pembayaran pada supermarket yang
menyediakan pembayaran e-commerce. Konsumen juga dapat membayar secara tunai dalam
kurir, hal ini dilakukan hanya pada toko online yang menyediakan saja, sehingga konsumen
dapat membayar tunai kepada kurir yang akan mengantarkan barang tersebut ke alamat tinggal

4
Viola Annisa Ikhsan, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Transaksi Jual Beli Melalui Platform E-
Commerce di Indonesia” DHARMASISYA, Vol. 2 No. 2, 2022, hal. 675.
5
Ananta Prasetya, “Tinjauan Yuridis Industri E-Commerce Dalam Melakukan Kegiatan Transaks Online” Jurnal
Kontruksi Hukum, Vol. 3, No. 2, 2022, hal. 366.

9
dari konsumen, transaksi ini disebut dengan COD. Dalam pembayaran transaksi online juga
diterima menggunakan kartu kredit, dan juga smartcard.

Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 yang telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) aturan ini merupakan aturan
hukum mengenai internet pertama di Indonesia. Dalam aturan hukum yang ada seperti yang
disebutkan perdagangan diatur di dalamnya. Dalam hal ini e-commerce secara cukup jelas
tertuang dalam aturan tersebut mulai dari, pengertian, pemahaman, dasar hukum, penyelenggara,
hubungan hukum pelaku transaksi elektronik serta informasi akurat, dan perlindungan terhadap
konsumen. Dalam hal hubungan konsumen serta penyedia jasa dalam e-commerce tetap adanya
persyaratan berupa materi dan adanya pengesahan hukum yang terlibat di dalamnya. Walaupun
dalam hal ini, dalam melaksanakan transaksi elektronik, konsumen dengan penyedia jasa tidak
bertemu dan bertatap muka secara langsung, namun tetap secara hukum adanya perjanjian yang
sah sangat diperlukan sebelum memulai adanya transaksi online tersebut, agar terhindarnya
sengketa antara konsumen dengan penjual di masa depan.

Berdasarkan ketentuan pasal 65 Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang


Perdagangan mengatur dasar perdagangan secara elektronik, dalam melaksanakan transaksi
elektronik berupa media online, syarat wajib yang harus diperhatikan adalah penjual barang atau
jasa harus mencantumkan informasi yang secara jujur, asli serta akurat kepada konsumen.
Perdagangan melalui sistem elektronik dalam transaksi elektronik memberikan penjelasan
mengenai adanya pengaturan dalam transaksi elektronik. Setiap pelaku dagang usaha atau jasa
dalam adanya transaksi elektronik wajib menyertakan informasi tentang barang dan jasa yang
diperjual belikan secara jujur, terbuka serta akurat. 6 Serta setiap pelaku dagang dan usaha sangat
dilarang keras dalam melakukan perdagangan, dimana jika barang atau jasa yang diterima
konsumen tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan, karena hal ini sangat bertentangan dengan
pengaturan hukum yang berlaku atas perdagangan. Dalam memenuhi persyaratan data PME,
pelaku usaha dan jasa wajib menyertakan identitas diri, serta sertifikat legalitas yang ada sebagai
produsen maupun pelaku usaha dan jasa, serta adanya sertifikasi barang secara legal, sertifikasi
barang dengan detail yang lengkap, sertifikasi keaslian dari barang atau jasa yang diperjual
belikan, cara melakukan transaksi, serta cara pengiriman barang sampai ke tangan konsumen.

2.3 Perlindungan Hukum bagi Konsumen dalam Penipuan Jual-Beli Barang Online
melalui Aplikasi E-Commerce7

Berdasarkan Pasal 4 UU Perlindungan Konsumen, hak konsumen antara lain:

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau
jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa;
6
Rosmawati, Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen (Depok: PRENADAMEDIA GROUP, 2018), hal. 40.
7
Haris Hamid, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia (Makassar: SAH MEDIA, 2017), Hal, 56.

10
d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang
dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya;
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Adapun perlindungan konsumen dari bisnis online berupa e-commerce yaitu :8

secara tegas diatur dalam Pasal 8 ayat (1) huruf f UU Perlindungan Konsumen yang
melarang pelaku usaha untuk memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa
yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau
promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut. Ketidaksesuaian spesifikasi barang yang Anda
terima dengan barang tertera dalam iklan/foto penawaran barang merupakan bentuk
pelanggaran/larangan bagi pelaku usaha dalam memperdagangkan barang.

Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen? Kita selaku konsumen sesuai Pasal
4 huruf h UU Perlindungan Konsumen berhak mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau
penggantian apabila barang atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak
sebagaimana mestinya. Di sisi lain, pelaku usaha wajib memberi kompensasi, ganti rugi atau
penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan
perjanjian. Pelaku usaha yang melanggar larangan memperdagangkan barang dan/atau jasa yang
tidak sesuai janji dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi dapat dipidana berdasarkan
Pasal 62 ayat (1) UU Perlindungan Konsumen dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau
pidana denda paling banyak Rp2 miliar.

Jika barang yang diterima tidak sesuai dengan yang diperjanjikan, maka :

Pelaku usaha wajib memberikan batas waktu kepada konsumen untuk mengembalikan barang
yang dikirim jika barang yang diterima tidak sesuai dengan yang diperjanjikan atau terdapat
cacat tersembunyi. Selain itu, jika barang yang diterima tidak sesuai foto pada iklan, Anda juga
dapat menggugat penjual secara perdata dengan dalih terjadinya wanprestasi atas transaksi jual
beli yang dilakukan.

Menurut R. Subekti, wanprestasi adalah kelalaian atau kealpaan yang dapat berupa 4 macam
kondisi yaitu:9

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;


2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;
3. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;

8
Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta: PT Intermasa, 1984), hal. 15.
9
Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta: PT Intermasa, 1984), hal. 45.

11
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

Jika salah satu dari 4 macam kondisi tersebut terjadi, maka kita secara perdata dapat menggugat
penjual online dengan dalih terjadi wanprestasi (misalnya, barang yang Anda terima tidak sesuai
dengan spesifikasi barang yang dimuat dalam display home page/web site).10

Sanksi pidana yang melalukan penipuan melalui e-commerce :

Mengenai sanksi pidana dari tindakan penipuan, telah diatur dalam Pasal 378 KUHP
yang menyatakan bahwa:

“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum dengan menggunakan nama palsu atau martabat (hoedanigheid) palsu; dengan
tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan
barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang,
diancam, karena penipuan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun.”

Pengertian penipuan secara konvensional yang diatur dalam Pasal 378 KUHP belum
mencakup secara komprehensif mengenai penipuan online dalam transaksi elektronik. Oleh
karena itu, perlu diketahui mengenai aturan yang secara khusus mengenai transaksi elektronik.
Aturan itu adalah Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2008 jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
(selanjutnya disebut sebagai UU ITE).

Dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE dijelaskan mengenai kerugian konsumen dalam
transaksi elektronik yaitu: “Setiap Orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi
Elektronik.”

Kemudian jika dilakukan pelanggaran terhadap Pasal 28 ayat (1) UU ITE maka akan
dikenakan ancaman pidana sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 45A ayat (1) UU ITE
yaitu:

“Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).”

Pasal 378 KUHP dan Pasal 28 ayat (1) UU ITE mengatur hal yang berbeda. Hal ini
disebabkan karena pada Pasal 378 KUHP mengatur mengenai penipuan secara konvensional
sedangkan pada Pasal 28 ayat (1) UU ITE diatur mengenai berita bohong dan menyesatkan
sehingga menyebabkan kerugian terhadap konsumen dalam transaksi elektronik. Walaupun
begitu, di antara keduanya terdapat persamaan yaitu menyebabkan kerugian bagi orang lain.

10
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen (Jakarta: Grasindo, 2000), hal. 9.

12
Dalam kasus penipuan jual beli online terjadi karena adanya berita bohong dan
menyesatkan yang menyebabkan kerugian terhadap konsumen dalam transaksi elektronik
sehingga Pasal 28 ayat (1) UU ITE beserta sanksinya yang terdapat dalam Pasal 45A ayat (1) UU
ITE dapat diterapkan. Selain itu, dengan melihat ketentuan dalam Pasal 378 KUHP yang belum
mengatur secara komprehensif mengenai penipuan jual beli online menyebabkan pasal ini sulit
untuk diterapkan. Hal ini sejalan dengan adanya asas Lex Specialis Derogat Legi Generali yang
mengandung makna bahwa aturan hukum yang khusus akan mengesampingkan aturan hukum
yang umum. Oleh karena itu, jika terjadi penipuan jual beli online pasal yang dapat diterapkan
adalah Pasal 28 ayat (1) UU ITE jo. Pasal 45A ayat (1) UU ITE selama unsur-unsurnya
terpenuhi.

Berdasarkan pemaparan ini, dapat diketahui bahwa penipuan jual beli online merupakan
suatu tindakan yang dapat dikenakan sanksi pidana. Namun, sebenarnya dalam UU ITE ini
hanya mengatur jika terjadi adanya berita bohong yang merugikan konsumen, tetapi tidak
mengatur jika pihak yang dirugikan adalah penjual.11 Oleh karena itu, menurut hemat Penulis
sebaiknya ditambahkan ketentuan mengenai penjual yang menjadi korban sehingga penjual pun
dapat dilindungi. Selain itu juga, dikarenakan penipuan jual beli online ini masih sering terjadi,
masyarakat harus lebih berhati-hati dalam melakukan transaksi jual beli online dan menerapkan
berbagai tindakan pencegahan agar terhindar dari kejahatan penipuan jual beli online ini.

Perusahaan E-Commerce terbesar di Indonesia Periode Januari 2023- Juni 2023

Pasar e-commerce di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan


selama semester pertama tahun 2023. Berdasarkan data pengunjung marketplace, terdapat lima
platform utama yang berhasil meraih perhatian pengguna, dengan Shopee menduduki posisi
tertinggi. Berikut adalah lima marketplace teratas dalam periode Januari hingga Juni 2023:

1. Shopee: Dalam enam bulan pertama tahun 2023, Shopee berhasil mencatatkan jumlah
pengunjung sebanyak 325 juta. Keberhasilan ini menunjukkan popularitas yang terus meningkat
dan posisi dominan di antara platform e-commerce lainnya.

2. Tokopedia: Tokopedia tidak ketinggalan dengan pengunjung sebanyak 224,2 juta. Platform
ini tetap menjadi salah satu yang paling digemari di Indonesia, menawarkan beragam produk dan
layanan kepada jutaan penggunanya.

3. Lazada: Dengan jumlah pengunjung sekitar 157,7 juta, Lazada berhasil mempertahankan
posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam industri e-commerce Indonesia. Penawaran
produk internasional dan promosi menarik terus menjadi daya tarik bagi penggunanya.

4. Blibli: Meskipun berada di posisi keempat dengan 52,5 juta pengunjung, Blibli tetap
memberikan kontribusi yang signifikan dalam ekosistem e-commerce Indonesia. Fokus pada
berbagai kategori produk memberikan variasi yang menarik bagi konsumen.

11
Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta: PT Intermasa, 1984), hal. 15.

13
5. Bukalapak: Dalam enam bulan pertama 2023, Bukalapak mencatat sekitar 33,7 juta
pengunjung. Platform ini terus berinovasi untuk menjaga daya tariknya di tengah persaingan
yang ketat.

Menurut Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Bima Laga,


perkembangan e-commerce di Indonesia sangat menggembirakan. Pada tahun 2022, nilai
transaksi e-commerce mencapai Rp476 triliun. Namun, optimisme terus tumbuh dengan prediksi
pertumbuhan 20% hingga mencapai Rp572 triliun pada tahun 2023. Ini menunjukkan bahwa e-
commerce masih memiliki potensi besar untuk terus berkembang di masa mendatang.

Salah satu aspek menarik dalam perkembangan e-commerce di Indonesia adalah integrasi
dengan Wintera. Wintera sukses mengintegrasikan diri dengan tiga platform teratas, yaito
Shopee, Tokopedia, dan Lazada. Keberhasilan ini memungkinkan penjual dan pembeli untuk
merasakan pengalaman berbelanja dan berjualan yang mulus dan terpadu di berbagai
marketplace. Integrasi ini memberikan pengalaman yang lebih efisien dan nyaman bagi semua
pihak yang terlibat dalam proses e-commerce.

Dengan pertumbuhan yang kuat dalam jumlah pengunjung dan nilai transaksi e-
commerce, serta integrasi yang semakin canggih, masa depan industri e-commerce di Indonesia
terlihat sangat cerah. Pelaku industri terus berinovasi dan beradaptasi untuk memenuhi
kebutuhan konsumen, menjadikan pengalaman berbelanja online semakin menyenangkan dan
efisien.

Bank Indonesia (BI) mencatat transaksi e-Commerce di Indonesia mencapai Rp 453,75


triliun sepanjang tahun lalu. Hal ini diungkapkan oleh Deputi Gubernur Fillianingsih Hendarta
dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Januari 2024, Kamis (17/1/2024).
Fillianingsih mengungkapkan bahwa nilai transaksi tersebut dibelanjakan untuk 3,71 miliar
barang. Menurutnya, tren ini terus meningkat sejalan dengan perubahan perilaku masyarakat.
"Mengenai e-commerce jumlahnay selama 2023 ini secara nominal mencapai Rp 453,75 triliun
in term of volume 3,71 miliar jadi ini trennya meningkat terus," paparnya dalam konferensi pers.

Pertumbuhan ini beriringan dengan peningkatan transaksi pembayaran secara online atau
digital. BI mencatat nilai transaksi perbankan digital di RI mencapai Rp 58.478 triliun sepanjang
tahun 2023. Angka tersebut tumbuh 13,48% secara tahunan (yoy). tahun ini, BI berharap
transaksi digital banking akan kembali naik 9,11% (yoy) dan diperkirakan akan mencapai Rp
63.803 triliun. Sementara itu, nilai transaksi uang elektronik naik secara agresif atau meningkat
43,45% (yoy) atau mencapai Rp 835,84 triliun pada 2023. Tahun ini, nilai tersebut diproyeksikan
kembali meningkat 25,77% (yoy) hingga mencapai Rp 1051,42 triliun sepanjang 2024. Secara
spesifik nominal transaksi QRIS tumbuh 130% (yoy) dan mencapai Rp 229,96 triliun dengan
jumlah pengguna 45,78 juta dan jumlah merchant 30,41 juta yang sebagian besar merupakan
UMKM. Adapun, nilai transaksi pembayaran pakai kartu ATM, kartu debit dan kartu kredit
turun 0,81% menjadi Rp 8178,69 triliun tahun lalu.

14
BAB III

PENUTUP

E-Commerce atau perniagaan elektronik merupakan semua bentuk transaksi perdagangan


barang ataupun jasa yang menggunakan media perantara internet. Dalam sebuah sistem e-
commerce setidaknya terdapat 4 komponen yang diperlukan dalam transaksi online yaitu
store/marketpace, penjual dan pembeli, payment geteway dan jasa pengiriman. Berkenaan
dengan maraknya penipuan dengan modus pemberian rekening untuk mentransfer atau
membayar uang yang penyeberannya melalui SMS (Short Messaging Services) atau melalui
kanal komunikasi lain yang dikirimkan kepada masyarakat luas, maka Kementerian Komunikasi
dan Informatika menyediakan portal www.cekrekening.id yang bertujuan untuk membantu
masyarakat mendapatkan informasi rekening bank yang diduga terindikasi tindak pidana.

Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 yang telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 19
Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) aturan ini merupakan aturan
hukum mengenai internet pertama di Indonesia. Dalam aturan hukum yang ada seperti yang
disebutkan perdagangan diatur di dalamnya. diatur dalam Pasal 8 ayat (1) huruf f UU
Perlindungan Konsumen yang melarang pelaku usaha untuk memproduksi dan/atau
memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam
label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut.
Ketidaksesuaian spesifikasi barang yang Anda terima dengan barang tertera dalam iklan/foto
penawaran barang merupakan bentuk pelanggaran/larangan bagi pelaku usaha dalam
memperdagangkan barang.

Pasal 378 KUHP dan Pasal 28 ayat (1) UU ITE mengatur hal yang berbeda. Hal ini
disebabkan karena pada Pasal 378 KUHP mengatur mengenai penipuan secara konvensional
sedangkan pada Pasal 28 ayat (1) UU ITE diatur mengenai berita bohong dan menyesatkan
sehingga menyebabkan kerugian terhadap konsumen dalam transaksi elektronik. Walaupun
begitu, di antara keduanya terdapat persamaan yaitu menyebabkan kerugian bagi orang lain.
Pada tahun 2022, nilai transaksi e-commerce mencapai Rp476 triliun. Namun, optimisme terus
tumbuh dengan prediksi pertumbuhan 20% hingga mencapai Rp572 triliun pada tahun 2023. Ini
menunjukkan bahwa e-commerce masih memiliki potensi besar untuk terus berkembang di masa
mendatang

15
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Muhammad dan Noor Ifada. 2021. E- Commerce Konsep dan Teknologi. Malang:
MNC Publishing.

Rerung, Rintho Dante. 2018. E-COMMERSCE MENCIPTAKAN DAYA SAING


MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI. Yogyakarta: Deepublish.

Subekti. 1984. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT Intermasa.

Shidarta. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Grasindo.

Rosmawati.2018.Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen.


Depok:PRENADAMEDIA GROUP.

Hamid, Haris. 2017. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Makassar: SAH


MEDIA.

Ikhsan, Viola Annisa. 2022. “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Transaksi
Jual Beli Melalui Platform E-Commerce di Indonesia” DHARMASISYA, Vol.
2 No. 2, 2022, hal. 675.

Prasetya, Ananta. “Tinjauan Yuridis Industri E-Commerce Dalam Melakukan Kegiatan


Transaks Online” Jurnal Kontruksi Hukum, Vol. 3, No. 2, 2022, hal. 366.

16

Anda mungkin juga menyukai