Anda di halaman 1dari 17

REGULASI BISNIS

“Kasus Perdata dan Pidana Pada Transaksi Bisnis E-commerce


(Penipuan Transaksi Daring)”

Dosen Pengampu : Muhammad Rizal, M.Si., Ak., CMA., CSRS, CSRA

Disusun Oleh :

Saufina Azzahra Zebua (7223250007)


Shezy Ratisya Dwina (7223250018)
Qatrun Nada (7223550016)
Dhiya Faliha Syahira (7223550018)

PROGRAM STUDI BISNIS DIGITAL


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih
sayang dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Pada kesempatan
ini kami berterimakasih kepada Bapak Muhammad Rizal, M.Si., Ak., CMA.,
CSRS, CSRA selaku dosen pengampu mata kuliah Regulasi Bisnis yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan makalah ini, serta pihak-
pihak lain yang telah memberikan dukungan moral maupun material sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah


wawasan serta pengetahuan bagi pembaca. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi kebaikan
bersama.

Medan, 9 Februari 2023

Kelompok 1

Regulasi Bisnis i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Pendahuluan ................................................................................................... 1
B. Kasus ............................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3
A. Kajian Teori .................................................................................................... 3
B. Pembahasan .................................................................................................... 5
BAB III ................................................................................................................. 10
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 10
A. Kesimpulan ................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................. 11
LAMPIRAN KASUS ............................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

Regulasi Bisnis ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Sejalan dengan perkembangan masyarakat dan teknologi, manusia semakin
tinggi memanfaatkan fasilitas teknologi digital, untuk berinteraksi antara individu
yang satu dengan individu yang lain (Aswari et al., 2017).
Teknologi dan internet membawa perekonomian dunia memasuki babak
baru yang lebih populer dengan istilah digital economic atau ekonomi digital.
Keberadaannya ditandai dengan semakin maraknya kegiatan perekonomian yang
memanfaatkan internet sebagai media komunikasi. Perdagangan misalnya, semakin
banyak mengandalkan perdagangan elektronik atau electronic commerce (e-
commerce) sebagai media transaksi.
Kemajuan perkembangan teknologi informasi dari adanya internet bagi
konsumen maupun produsen memberikan dampak positif dan negatif. Dampak
positif bagi konsumen salah satunya adalah konsumen menjadi semakin kritis dan
selektif dalam menentukan produk yang akan dipilihnya. Begitu pula bagi
produsen, kemajuan ini memberi dampak positif dalam memudahkan pemasaran
produk sehingga dapat menghemat biaya dan waktu. Tetapi, konsekuensi dari
tindakan tersebut adalah memungkinkan lahirnya bentuk-bentuk kecurangan atau
kekeliruan karena konsumen dan produsen secara fisik tidak bertemu langsung.
Dampak negatif dari e-commerce itu sendiri cenderung merugikan konsumen.
Diantaranya dalam hal yang berkaitan dengan produk yang dipesan tidak sesuai
dengan produk yang ditawarkan, dan hal-hal lain yang tidak sesuai dengan
kesepakatan sebelumnya.

Penipuan secara online pada prinisipnya sama dengan penipuan


konvensional. Perbedaan penipuan secara online dengan penipuan konvensional
yaitu pada sarana perbuatannya yakni menggunakan sistem elektronik dengan
melalui komputer, internet dan perangkat telekomunikasi (Melisa Monica
Sumenge. 2013: 102-103). Jual beli online merupakan sebuah kegiatan bisnis
perdagangan melalui internet atau istilah lainya adalah Electronic Commerce (E-
Commerce). Pendekatan Undang-Undang menggunakan Kitab Undang-Undang

Regulasi Bisnis 1
Hukum Pidana, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik, di dalam Pasal 1 angka 2 menjelaskan mengenai Transaksi Elektronik
adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan
Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.

B. Kasus
Dari berbagai sumber dan referensi, kami menemukan tiga kasus dengan
bentuk penipuan transaksi yang berbeda, yaitu :
1. Penipuan harga diskon pada Hari Belanja Online Nasional. Kasus yang akan
dibahas adalah “Penipuan harga diskon terhadap barang berupa Ponsel LG”
di situs Lazada.
 Penipuan barang tidak sesuai pesanan. Kasus yang akan dibahas adalah
“Kejadian membeli handphone tetapi barang yang diterima adalah kardus
kosong” pada media sosial Facebook.
2. Penipuan berpura-pura menjual barang. Kasus yang dibahas adalah “Pelaku
penipuan yang memanfaatkan situs Facebook untuk berpura-pura menjual
barang”.

Regulasi Bisnis 2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teori
1. Hukum Perdata dan Pidana
Menurut Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H, hukum perdata adalah
hukum antar-perorangan yang mengatur hak dan kewajiban perorangan yang satu
terhadap yang lain di dalam hubungan keluarga dan di dalam pergaulan masyarakat.
Hukum perdata bisa dikatakan sebagai ketentuan yang sudah mengatur hak
serta kepentingan tiap individu di masyarakat. Maka, jika dikaitkan dengan
aktivitas perdagangan, maka bisa dikatakan sebagai perangkat hukum yang dibuat
untuk mengatur tatacara serta pelaksanaan suatu urusan atau untuk kegiatan
perdagangan, keuangan atau industri yang memiliki dampak pada pertukaran
barang dan jasa.
Adapun yang melatarbelakangi adanya hukum perdata pada dunia bisnis
atau perdagangan ini adalah karena sebuah pemahaman tentang perekonomian yang
sehat dimana ekonomi sehat ini bisa dilihat dari berbagai kegiatan bisnis atau
perdagangan dalam bentuk lain. Maka, sebenarnya, memang sudah sewajarnya para
pengusaha juga memahami akan arti hukum perdata dalam hal kaitannya dengan
perdagangan atau industri.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) yang mengatur
tentang hubungan, baik hubungan atas kebendaan maupun antara perorangan dan
badan hukum. Dalam KUHPerdata, terdapat aturan mengenai jual beli, sewa
menyewa, pinjam meminjam (termasuk kredit), dan sebagainya.
Sedangkan, hukum pidana adalah keseluruhan dasar dan aturan yang dianut
oleh negara dalam kewajibannya untuk menegakkan hukum, yakni dengan
melarang apa yang bertentangan dengan hukum dan mengenakan suatu nestapa
(penderitaan) kepada yang melanggar larangan itu (Van Hamel 1842-1917).
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang antara lain mengatur
tentang tindak pidana dalam bisnis, seperti penipuan. Tindak pidana yang terjadi
dalam e-commerce merupakan tindak pidana penipuan yang semua tercantum
dalam Kitab Undang-Undang Pidana dan Undang-Undang No. 11 tahun 2008

Regulasi Bisnis 3
mengenai Informasi dan Transaksi Elektronik. Di dalam pemanfaatan bisnis
melalui e-commerce dapat dijumpai beberapa tindak pidana. Yang umum terjadi
adalah penggunaan situs website fiktif dan penipuan dalam perjanjian. Pada kasus
e-commerce, dapat di gunakan pasal yang dapat di buktikan deliknya yaitu pasal,
378 KUHP, pasal 383 KUHP, dan pasal 28 ayat 1 UU ITE.

2. Transaksi E-Commerce
Pada transaksi jual beli online (e-commerce), para pihak terkait didalamnya
melakukan hubungan hukum yang dituangkan melalui suatu bentuk perjanjian atau
kontrak yang dilakukan secara elektronik dan sesuai dengan Pasal 1 butir 17 UU
Informasi & Transaksi Elektronik (ITE) disebut sebagai kontrak elektronik yakni
perjanjian yang dimuat dalam dokumen elektronik atau media elektronik lainnya.
Transaksi e-commerce adalah kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen
(consumers), manufaktur (manufactures), service providers, dan pedagang
perantara (intermediaries) dengan menggunakan jaringanjaringan komputer yaitu
internet (Sutan Remy Sjahdeini, 2009 : 283).

3. E-Commerce
Perdagangan elektronik atau yang disebut juga e-commerce, adalah
penggunaan jaringan komunikasi dan komputer untuk melaksanakan proses bisnis.
Pandangan populer dari e-commerce adalah penggunaan internet dan komputer
dengan browser Web untuk membeli dan menjual produk. McLeod Pearson (2008:
59).
Sedangkan, menurut Efraim Turban dan David King terdapat dua perspektif
lain yang dapat digunakan untuk mendefinisikan e-commerce yaitu:
1. Bila dilihat dari perspektif kolaborasi, e-commerce adalah fasilitator yang
dapat digunakan untuk memungkinkan terlaksananya proses kolaborasi
pada suatu organisasi baik antar organisasi maupun inter organisasi.
2. Bila dilihat dari perspektif komunitas, e-commerce merupakan tempat
berkumpul bagi anggota suatu komunitas untuk saling belajar,
berinteraksi, bertransaksi dan berkolaborasi.

Regulasi Bisnis 4
B. Pembahasan
1. Penipuan harga diskon
Penipuan harga diskon yang terjadi pada Hari Belanja Online Nasional
(Harbolnas) di tahun 2015. Harbolnas sebenarnya merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk mendorong pertumbuhan industri e-commerce tanah air dan
memperkenalkan manfaat belanja online kepada lebih banyak konsumen di
Indonesia. Harbolnas merupakan kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh
berbagai e-commerce di Indonesia (http://www.harbolnas.com). Harbolnas tahun
2015 diadakan selama tiga hari yaitu pada tanggal 10-12 Desember 2015 dengan
tema ‘Ayo Belanja Online’ terdapat 140 E-commerce yang berpartisipasi. Kami
menemukan sebuah kasus penipuan yang terjadi pada saat harbolnas tahun 2015
ini, yaitu:
 Kasus : Penipuan harga diskon terhadap barang berupa Ponsel LG Leon-
8GB Hitam
Kasus penipuan ini terjadi di situs Lazada.co.id, dimana pada situs
ini penjual yang menjual barang berupa ponsel LG Leon 8GB hitam dengan
harga sebelum diskon yaitu Rp25.000.000,00 kemudian didiskon 93%
menjadi Rp1.875.000,00. Ponsel dengan spesifikasi, sistem operasi Android
v5.0.1 Lollipop, RAM 1GB dan prosesor quad-core 1,2 GHz, apabila dijual
dengan harga Rp25.000.000,00 di tahun 2015 bukan harga yang wajar untuk
spesifikasi ponsel tersebut. Kecurigaan harga yang mahal tersebut membuat
kami membandingkan dengan ponsel yang sama di situs jual beli online
lainya. Kami memperoleh data dari pihak TeknoKompas.com yang juga
melakukan perbandingan terhadap ponsel LG Leon 8GB di situs erafone
dengan harga Rp1.699.000,00 pada saat Harbolnas 2015. Selanjutnya kami
membandingkan harga ponsel yang sama di situs erafone pada saat hari
normal atau bukan pada kegiatan harbolnas tahun 2015, harga ponsel LG
Leon 8GB yaitu dengan harga Rp1.699.000 ditambah promo berupa “Get
CASHBACK Rp100.000 + Free MicroSD Memory Sandisk 8GB + Free
Voia Jelly Case dengan periode promo 8-30 Juni 2015”. Perbandingan harga
yang telah kami peroleh maka dapat diketahui bahwa harga di situs erafone

Regulasi Bisnis 5
lebih murah dibandingkan dengan harga di situs lazada pada saat harbolnas
tahun 2015.
Pada kasus ini, kami menemukan sebuah kasus dengan diskon yang sangat
besar. Perbuatan pelaku dalam kasus ini yang menaikkan harga sebelum diskon dan
membuat seolah-olah barang tersebut telah didiskon atau diberikan potongan harga
merupakan hal yang dilarang di dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen. Penjual dalam kasus ini telah melakukan
perbuatan dilarang, seperti yang telah diatur dalam Pasal 9 ayat 1 huruf a Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, karena penjual
telah melakukan perbuatan menawarkan atau mengiklankan suatu barang dan/atau
jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah barang tersebut telah memenuhi
dan/atau memiliki potongan harga, harga khusus. Penjual dalam kasus ini dapat
dikenakan sanksi pidana yaitu Pasal 62 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Penjual dalam kasus ini dapat dikenakan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah) dan dapat dikenakan hukuman tambahan
seperti yang tertera pada Pasal 63 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen.
Penjual pada kasus ini juga dapat dikenakan Undang-Undang ITE karena
dalam perbuatannya telah dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi
elektronik. Bentuk dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
menyesatkan yaitu: sengaja melakukan perbuatan menaikkan harga, kemudian
harga tersebut didiskon sangat tinggi sehingga menimbulkan anggapan bagi
konsumen bahwa penjual telah melakukan diskon terhadap produk. Kerugian
konsumen dalam transaksi elektronik disini yaitu: konsumen yang tidak mengetahui
bahwa produk tersebut harganya telah dinaikan oleh penjual, sehingga
menimbulkan anggapan bagi konsumen bahwa penjual telah melakukan diskon
terhadap produk. Maka penjual dapat dikenakan Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Pada kasus ini penjual dapat
dikenakan sanksi pidana dalam Pasal 45A ayat (1) Undang-Undang Nomor 19

Regulasi Bisnis 6
Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pada kasus ini, penjual juga dapat dikenakan Pasal 378 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana karena perbuatan penjual merupakan perbuatan penipuan
dan memenuhi unsur-unsur penipuan di dalam Pasal 378 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana. Penjual dapat dikenakan hukuman pidana berupa penjara selama-
lamanya 4 (empat) tahun karena terbukti melakukan perbuatan tindak pidana
penipuan. Berdasarkan kasus di dalam penipuan harga diskon pada Harbolnas tahun
2015, dapat disimpulkan bahwa perbuatan penjual adalah perbuatan penipuan dan
perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian bagi konsumen.

2. Penipuan barang tidak sesuai pesanan


Barang yang diterima tidak sesuai dengan kesepakatan antara penjual dan
pembeli merupakan sebuah fenomena yang kerap terjadi dalam belanja online di
Indonesia. Banyak konsumen setelah menerima barang pesanan yang dibeli dalam
situs jual beli online mendapati bahwa barang yang diterima tidak sesuai dengan
yang pesanan. Kami dalam hal ini akan mengkaji mengenai penipuan yang tidak
sesuai dengan pesanan konsumen. Kami telah menemukan sebuah kejadian barang
tidak sesuai dengan pesanan yang dialami konsumen. Kejadian ini dialami oleh
konsumen yang berbelanja pada situs Facebook kami akan menguraikan kasus ini
sebagai berikut:
 Kasus : Kejadian membeli handphone tetapi barang yang diterima adalah
kardus kosong
Kejadian ini dialami oleh seorang pemuda bernama Chandra M
pada Januari 2021. Dia menjadi korban penipuan belanja online dan
mengaku rugi Rp 3,6 juta. Semua berawal dari jual beli handphone POCO
C3 NFC secara online di marketplace FB. Salah satu akun menawarkan
secara terbuka. Chandra melihat penawaran akun tersebut pada 1 Januari
2021, lantas tertarik. Ia menghubungi via messenger chat FB pada hari itu
juga. Akun 'penjual' merespons dengan memberi nomor WhatsApp. Sehari
kemudian sekitar pukul 08.00 WIB, keduanya sepakat pembelian

Regulasi Bisnis 7
handphone itu. Tak lama berselang, Chandra menerima pesan dari nomor
berbeda yang mengaku sebagai teman akun penjual HP sebelumnya.
Chandra dan pemilik nomor baru ini menyepakati HP POCO itu seharga Rp
3,6 juta. Chandra mentransfer via Bank BRI Wates pada 2 Januari 2021,
sekitar pukul 15.00 WIB. Paket datang sehari berselang. Namun, Chandra
kecewa setelah menerima kiriman karena barang tidak sesuai pesanan.
Barang yang datang hanya dus kosong, tanpa isi. Chandra kemudian
melaporkan kejadian ini ke polisi. Unit II Satreskrim Polres menyelidik dan
mengarah pada pelaku dengan inisial S di Kudus. Polisi mengamankan dia
di sana.
Pada kasus ini, perbuatan pelaku yang dengan sengaja memanipulasi barang
sehingga merugikan orang lain yaitu konsumen, merupakan perbuatan penipuan
dan dapat dikenakan Pasal 378 KUHP. Perbuatan pelaku dalam kasus ini telah
memenuhi unsur-unsur penipuan pada Pasal 378 KUHP, yaitu: Pelaku dengan
sengaja menukarkan barang yang seharusnya dikirim kepada pembeli dengan
barang lain. Pelaku mendapatkan keuntungan dari barang yang didapatkan dari
penukaraan barang yang harusnya dikirim ke pembeli. Perbuatan pelaku secara
melawan hukum. Pelaku melakukan tipu muslihat dan kebohongan karena pelaku
menukarkan isi paket dengan barang lain dan mengemasnya menyerupai barang
yang seharusnya dikirim ke pembeli. Perbuatan-perbuatan pelaku memenuhi unsur-
unsur penipuan pada pasal 378 KUHP dan dapat dikenakan hukuman penjara
selama empat tahun.

3. Penipuan berpura-pura menjual barang


Pada kasus penipuan ini kami menemukan seorang korban yaitu saudara
Samsul Arifin yang membeli motor trail mini secara online yaitu melalui Facebook.
Kejadian penipuan ini terjadi pada kurun waktu tahun 2022. Pada kasus ini Samsul
menjadi korban penipuan, karena korban telah membeli barang kepada pelaku
penipuan yaitu penjual atau bisa disebut sebagai seseorang yang berpura-pura
menjual barang atau seseorang yang berpura-pura menjadi penjual. Korban dalam
kasus ini sudah membayar uang senilai Rp 2,1 juta, kemudian pelaku minta lagi
dengan nominal yang sama dengan alasan untuk mempercepat pengiriman.

Regulasi Bisnis 8
Korban akhirnya curiga, karena pelaku kembali meminta yang kepada korban.
Peristiwa itu akhirnya dilaporkan ke polisi. Polisi melakukan penyelidikan dan
berhasil menangkap pelaku, pelakupun mengakui seluruh perbuatannya.
Pelaku adalah orang yang berpura-pura menjual barang, pelaku sebenarnya tidak
memiliki barang. Tujuan pelaku adalah untuk mendapatkan uang dari pembeli dan
tidak bermaksud menjual barang.
Pada kasus yang menimpa saudara Samsul ini, pelaku adalah orang yang
berpura-pura menjual barang, pelaku sebenarnya tidak memiliki barang dan tujuan
pelaku adalah untuk mendapatkan uang dari pembeli serta tidak bermaksud menjual
barang. Pada kasus penipuan ini pelaku yang menggunakan situs Facebook dalam
perbuatannya mengakibatkan kerugian bagi konsumen sehingga pelaku dapat
dikenakan Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Pada kasus ini pelaku dapat diberikan sanksi pidana seperti
yang telah diatur di dalam Pasal 45A ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun
2016 Tentang Perubahan atas Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik. Perbuatan pelaku yang merupakan perbuatan penipuan
dapat dikenakan juga Pasal 378 KUHP. Perbuatan-perbuatan pelaku dalam kasus
ini telah memenuhi unsur penipuan yang terdapat dalam Pasal 378 KUHP. Modus
yang dilakukan oleh pelaku ini adalah berpura-pura menjadi seorang penjual yang
menjualkan barangnya di situs jual beli online (e-commerce). Perbuatan pelaku
yang melakukan kejahatan penipuan dapat dihukum dengan hukuman penjara
selama-lamanya empat tahun.

Regulasi Bisnis 9
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan dan pembahasan yang telah kami uraikan pada
bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah kami menemukan
tiga bentuk penipuan yaitu:
1. Kesimpulan pertama yaitu kami menemukan tiga bentuk penipuan dalam
transaksi di situs jual beli online (e-commerce) yaitu:
a. Penipuan harga diskon pada Harbolnas
Pelaku kejahatan penipuan dalam kasus ini adalah penjual. Pada
kejahatan penipuan ini penjual memanfaatkan teknologi di dalam
perbuatannya, maka kejahatan tersebut termasuk cybercrime dan
merupakan bentuk dari cybercrime yaitu ilegall contents.
b. Penipuan barang tidak sesuai pesanan
Pada kasus kejahatan penipuan ini pelakunya adalah penjual pada
media sosial Facebook, dikarenakan dalam perbuatannya pelaku
memanfaatkan teknologi, maka kejahatan tersebut termasuk cybercrime dan
merupakan bentuk dari cybercrime yaitu ilegall contents.
c. Penipuan berpura-pura menjual barang
Pada kasus penipuan ini, pelaku kejahatan penipuanya adalah
seseorang yang bukan penjual dan merupakan seseorang yang berpura-pura
menjualkan barang. Kejahatan penipuan ini yang memanfaatkan teknologi
dan internet dalam perbuatannya, maka kejahatan ini termasuk dalam
cybercrime dan merupakan bentuk dari cybercrime yaitu ilegall contents.

2. Pada kesimpulan kedua ini peraturan hukum yang dapat dikenakan kepada
pelaku penipuan tergantung dari perbuatan yang dilakukan oleh pelaku
penipuan, dikarenakan setiap kasus penipuan memiliki perbedaan pada pelaku
kejahatan dan perbedaan pada perbuatan/cara-cara yang dilakukan pelaku.

Regulasi Bisnis 10
B. Saran
1. Hendaknya para pembeli maupun penjual dalam transaksi E-commerce baik
dari media sosial ataupun platform marketplace sebelum melakukan transaksi
harus teliti dalam memilih pihak yang bisa diajak bekerjasama. Para pengguna
sebelumnya harus mengecek track record dari online shop atau indivual
tersebut memiliki catatan yang bagus atau buruk sehingga dapat meminimalisir
terjadinya penipuan karena tidak didukung dengan sistem yang menjamin
keamanan keuangan.
2. Sebagai korban penipuan dalam transaksi E-commerce, hendaknya mengambil
langkah melakukan upaya hukum. Karena dapat mengurangi pelaku penipuan
dalam E-commerce. Selain sanksi sosial, sanksi hukum juga dapat semakin
memberi efek jera bagi pelaku penipuan, jadi sebaiknya korban tetap
menjalankan upaya hukum dengan tanpa mencabut pengaduan apabila
mengalami kasus tersebut.

Regulasi Bisnis 11
LAMPIRAN KASUS

1. Penipuan harga diskon pada Harbolnas

Source :
https://tekno.kompas.com/read/2015/12/11/18320347/Awas.Diskon.Palsu.Harbol
nas.2015.

2. Penipuan barang tidak sesuai pesanan

Source :
https://solo.tribunnews.com/2021/01/09/pria-asal-jogja-kena-tipu-online-shop-
pesan-hp-dan-transfer-rp-36-juta-yang-datang-kardus-kosong

Regulasi Bisnis 12
3. Penipuan berpura-pura menjual barang

Source :
https://www.detik.com/jatim/hukum-dan-kriminal/d-5976139/dua-anggota-
sindikat-penipuan-jual-beli-online-ditangkap-di-trenggalek

Regulasi Bisnis 13
DAFTAR PUSTAKA

Aswari, A., Pasamai, S., Qamar, N., & Abbas, I. 2017. Kepastian Hukum
Transaksi Jual Beli Telepon Seluler Melalui Media Elektronik Di Indonesia
- Legal Security on Cellphone Trading Through Electronic Media in
Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum, 17(2), 181–187.
Melisa Monica Sumenge. 2013. Penipuan Menggunakan Media Internet Berpura
Jual Beli Online. Lex Crimen. Vol. II/No. 4. Agustus. Manado: Fakultas
Hukum Universitas Sam Ratulangi
Sutan, Remy Sjahdeini. 2009. Kejahatan dan Tindak Pidana Komputer. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti.
Satria Nur Fauzi, Lushiana Primasari. 2018. Tindak Pidana Penipuan Dalam
Transaksi Di Situs Jual Beli Online (E-commerce). Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.

Regulasi Bisnis 14

Anda mungkin juga menyukai