Anda di halaman 1dari 20

USULAN PENELITIAN

PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP HUKUM BAGI


KONSUMEN SHOPPE (E-COMMERCE) YANG
MENERIMA KETIDAKSESUAIAN BARANG DALAM
JUAL BELI SECARA ONLINE

JOSHUA PANDAPOTAN HA’E

PROGRAM STUDI HUKUM BISNIS


FAKULTAS/PASCASARJANA
DENPASAR
2023
Daftar Isi
BAB I.............................................................................................................................3
PENDAHULUAN.........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................9
1.3 Tujua Penelitian..................................................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................10
1.4.1 Manfaat Teoritis........................................................................................10
1.4.2 Manfaat Praktis.........................................................................................10
1.5 Landasan Teoritis.............................................................................................10
1.5.1 Pertanggungjawaban Hukum konsumen...................................................11
1.5.2 Hak-hak sebagai konsumen.......................................................................13
1.6 Metode Penelitian.............................................................................................14
1.6.1 Pendekatan Penelitian...............................................................................14
1.6.2 Jenis Penelitian..........................................................................................15
1.6.3 Sifat Penelitian..........................................................................................15
1.6.4 Data dan Sumber data...............................................................................15
1.6.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................................17
1.6.6 Teknik Penentuan Sampel.........................................................................17
1.6.7 Pengelola Dan Analisis Data.....................................................................18
1.7 Daftar Pustaka...................................................................................................20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini kita sebagai manusia adalah makhluk sosial yang saling

membutuhkan satu sama lain. Salah satu sebagai interaksi dalam kehidupan manusia

yaitu aktivitasi jual-beli. Jual beli adalah aktivitas keseharian yang terjadi didalam

kehidupan manusia. Seiring perkembangan yang sangat maju dalam bidang teknologi,

dan manusia pun sendiri mengikuti perubahan dalam pola aktivitas yang terjadi,

begitu pula perdagangan. Perdagang itu sendiri dilakukan dengan cara bertatap muka

secara langsung untuk upaya barter barang yang dijual maupun dibeli, dengan adanya

media elektronik yang berbasis internet dapat mempermudah pembisnis untuk

menjalankan usahannya dan memberikan kesempatan terhadap dunia bisnis yang

semakin kompetitif.

Perkembangan perdagangan saat ini berbasis teknologi internet yang dikenal

dengan jual-beli Online yang diinginkan. Dengan adanya jual-beli Online mampu

untuk mengerti teknologi tersebut, untuk menjelaskan kegiatan jual-beli Online

menembus ke kaca internasional. E-commerce merupakan suatu transaksi komersial

yang digunakan antara penjual dan pembeli atau dengan pihak lain dalam suatu

hubungan perjanjian yang mirip untuk mengirimkan sejumlah barang, jasa, dan

peralihan hak. E-commerce bagian dari bisnis atau hukum dagang, perkembangan
memiliki dua hal tersebut di antara nya dikarenakan efek dari perubahan era yang

merubah teknologi. Pada Transaksi jual-beli melalui internet, para pihak yang terkait

di dalamnya melakukan hubungan hukum yang diruangkan secara elektronik.

E-commerce atau perdagangan elektronik adalah transaksi jual beli online

yang tidak berbeda dengan perdagangan pada umumnya, yang menjadi pembeda

merupakan media yang dipertemukan penjual dengan pembeli secara langsung

ataupun tidak langsung.1 Penjelasan kontrak elektronik dalam pasal 1 angka 17 UU

ITE yang berbunyi “Kontrak elektronik merupakan perjanjian para pihak yang dibuat

melalui sistem elektronik”. Sebagaimana pengertian kontrak elektronik adalah

serangkaian perangkat dan produsen elektronik yang memiliki fungsi

mempersiapkan, menganalisis, mengelola, menyebarkan informasi elektronik. 2 Dalam

perkembangan bisnis terdapat tiga pilar penting dalam modernisasi di antaranya;

1. Perlindungan hak atas kekayaan perorangan

2. Konsentrasi pasar

3. Persaingan sehat.

Mengenai hal ini telah memasuki tahap periode perkembangan bisnis saat ini

yang mana ketiga pilar tersebut telah memenuhi dan perkembangan bisnis saat ini ke

dalam revolusi industri 4.0 yaitu semua perubahan beralih ke arah digital yang

menyebabkan beberapa peristiwa baru seperti perdagangan online shop, uang

elektronik dan yuridiksi hukum negara yang menjadi tidak terlihat atau hilang.
1
Heru Susilo, Implementasi E-commerce Sebagai Media Penjualan Online, (Malang, Jurnal Hukum
Brawijaya, 2015) h. 2
2
Zakaria. Analisis Hubungan Hukum Dan Akses Dalam Transaksi Melalui Media Internet, (Jakarta,
Media Neliti, 2017), h. 2
Peristiwa hukum jual-beli tidak pernah terlepas dengan kesepakatan para pihak,

dalam jual-beli online shop tersebut. Dalam mengenai kesepakatan jual beli maka

lahirlah perjanjian dimana penjual dan pembeli melakukan transaksi. Perjanjian

adalah ketika satu orang berjanji kepada orang lain atau 2 (dua) orang saling

menjanjikan sesuatu. Ada yang lain perjanjian hanya untuk perjanjian yang diakui

oleh Perjanjian ini memiliki kepentingan mendasar di dunia bisnis dan membentuk

dasar dari sebagian besar transaksi bisnis seperti jual beli barang, tanah, kredit,

asuransi, pengangkutan, pelatihan organisasi perusahaan dan juga terkait dengan

tenaga kerja.3

Jual beli online sering disebut jual beli online atau jual beli melalui media

internet. Menurut pendapat Alimin, belanja online adalah seperangkat teknologi,

aplikasi, dan proses bisnis dinamis yang menghubungkan bisnis, konsumen, dan

komunitas tertentu melalui transaksi dan pertukaran elektronik, pertukaran barang,

layanan, dan informasi yang disediakan secara elektronik. Jual beli online lahir

karena akad jual beli berlangsung secara elektronik antara penjual dan pembeli.

Kontrak ini dilaksanakan dengan sarana elektronik (media digital) tanpa kehadiran

fisik para pihak. Media ini terdapat dalam jaringan publik dengan sistem terbuka

yaitu Internet atau World Wide Web. Transaksi ini terjadi terlepas dari batas wilayah

dan persyaratan nasional, transaksi pembelian dan penjualan online mencakup banyak

3
Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian,(Bandung : PT. Citra Aditya Abadi, 1992), h. 93.
faktor, untuk membedakannya harus dibagi ke dalam kategori. Cara-cara jual beli

online adalah sebagai berikut: 4

1. Business to Business

Transaksi yang terjadi antara perusahaan dalam hal ini, baik pembeli maupun

penjual adalah sebuah perusahaan dan bukan perorangan biasanya transaksi

ini dilakukan karena mereka telah sering mengetahui satu sama lain dan

transaksi jual beli tersebut dilakukan untuk menjalin kerja sama antara

perusahaan itu.

2. Business to Consumer

Transaksi antara perusahaan dengan konsumen atau individu. Pada jenis ini

transaksi disebarkan secara umum, dan konsumen yang berinisiatif melakukan

transaksi. Produsen harus siap menerima respon dari konsumen tersebut

biasanya system yang digunakan adalah system web karena system ini yang

sudah umum dipakai dikalangan masyarakat.

3. Consumer to Consumen

Transaksi jual beli yang terjadi antar individu dengan individu yang akan

saling menjual barang.

4. Consumer to Business

Transaksi yang memungkinkan individu menjual barang pada perusahaan.

5. Non-Business Electronic Commerce


4
www.suduthukum.com/2017/04/perjanjian-jual-beli-online.html?m=1 Diakses pada tanggal 28
Oktober 2018 pukul 17.10 WIB.
Transaksi yang merupakan kegiatan non bisnis seperti kegiatan lembaga

pendidikan, organisasi nirlaba, keagamaan dan lain-lain.

6. Intrabusiness (Orgnizational)

Electronic Commerce Kegiatan ini meliputi semua aktifitas internal organisasi

melalui internet untuk melakukan pertukaran barang, jasa, Informasi dan

menjual produk perusahaan kepada karyawan.

7. Governer to Citizens

Pelayanan pemerintah terhadap warga negaranya melalui teknologi e-

commerce, selain itu dapat digunakan untuk kerjasama antara pemerintah

dengan pemerintah lain atau dengan perusahaan.

8. Mobile Commerce

Memungkinkan penggunaan internet tanpa kabel, seperti mengakses internet

melalui handphone.

Maka perjanjian jual beli online adalah bisnis terkait konsumen, produsen,

penyedia layanan, dan perantara menggunakan jaringan komputer, khususnya

internet.5 Sedangkan cara lain untuk memahami kontrak penjualan online (e-

commerce) adalah transaksi komersial yang dilakukan antara penjual dan pembeli

5
Gemala Dewi, Hukum Perikatan Di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2005), h. 203
atau dengan pihak lain dalam suatu hubungan setuju untuk mengirim barang, jasa,

dan pengalihan hak tertentu.6

Berdagang melalui sosial media sebagai perantara atau jaringan

elektronik baru terjadi di Indonesia dan sudah menjadi kebutuhan mendasar bagi

perkembangan perdagangan dunia produk Indonesia peristiwa tersebut memerlukan

landasan hukum karena merupakan kewajiban negara menjamin perlindungan hukum

warga negaranya untuk tujuan tersebut hukum itu sendiri terpengaruh. 

 Contoh kasus yang terjadi di online shop (Shoppe)

Cerita berawal saat pembeli bertransaksi di Tokopedia. Pembeli membeli

sebuah radio recorder dengan merek Asatron R1051USB (4 band) dengan harga Rp.

150.000 (seratus lima puluh ribu rupiah) dan ongkos kirim Rp. 10.000 (sepuluh ribu),

total pembayaran sebesar Rp. 160.000 (seratus enam puluh ribu rupiah). Pada tahun

2021, kiriman barang datang tapi barang yang dikirm adalah radio dengan merek

Mitsuyama. Sekilas, radio Mitsuyama ini mirip degan radio Asatron yang saya pesan,

tapi kalau diperhatikan dengan seksama jelaslah sangat berbeda. Saya komplain ke

Shoppe, yang memberi solusi agar saya menghubungi penjualnya langsung. Disini

pembeli merasa kecewa dengan solusi yang telah di sarankan oleh Online Shop

Shoppe. Dari pemaparan contoh di atas dapat diketahui bahwa Shoppe harus

bertanggung jawab atas kasus penerimaan barang yang tidaksesuai dengan barang

yang dipesan terhadap pembeli yang telah di rugikan penjual dari salah satu toko
6
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana, 2004), h.
12.
yang berada di Shoppe, pembeli harus mendapatkan perlindungan hukum dari pihak

Shoppe, dikarenakan si pembeli telah dirugikan karna barang yang dia dapat tidak

sesuai dengan harga yang tercantum di kolom pembelian.

Dari penjelasan tersebut penulis tertarik untuk menganalisis dan membahas

masalah ini dalam bentuk usulan penelitian dengan mengambil judul

“PERTANGGUNGJAWABAN TERHADAP HUKUM BAGI KONSUMEN

ONLINE SHOP (E-COMMERCE) YANG MENERIMA KETIDAKSESUAIAN

BARANG DALAM JUAL BELI SECARA ONLINE.” yang akan diperdalam

melalui penelitian lapangan dengan metode wawancara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang tersebut diatas maka dapat dirumuskan dua

masalah sebagai:

1. Bagaimanakah bentuk pertanggungjawaban hukum konsumen dalam

transaksi jual beli online terhadap ketidaksesuaian?

2. Upaya hukum apakah yang dilakukan oleh konsumen yang mengalami

ketidaksesuian dalam jual beli secara online?

1.3 Tujua Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang telah

dipaparkan dan diuraikan di atas, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai oleh

peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban hukum konsumen dalam

transaksi jual beli online terhadap ketidaksesuaian.

2. Untuk mengetahui upaya hukum apakah yang dilakukan oleh konsumen

yang mengalami ketidaksesuian dalam jual beli secara online.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah dan

menuliskan hasil-hasil penelitian tersebut dalam bentuk tulisan.

b. Menerapkan teori-teori yang telah diperoleh dari bangku perkuliahan

untuk di praktikan di lapangan.

c. Memperoleh manfaat dibidang hukum pada umumnya maupun dalam

bidang hukum perlindungan konsumen secara khususnya dengan

mempelajari litelatur yang ada serta perkembangan hukum yang timbul

didalam kehidupan masyarakat.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini, semoga dapat memberikan pengetahuan dan

memberikan kontribusi yang baik kepada penulis/peneliti dan konsumen

dalam perlindungan hukum atas transaksi jual beli online. 

1.5 Landasan Teoritis


Teoritis adalah awal dari pengelola teoritis yang dipergunakan untuk

menerangkan peristiwa sudah terjadi. Adanya kajian ini membantu arahan terhadap

pengurangan dengan pengetahuan ilmiah. infrastruktur nasional dilakukan dengan

berangka pembangunan manusia yang seutuhnya dan terlebih untuk pembangunan

Indonesia yang berwujudkan kemasyarakatan adil dan beradab, dan juga setara.

materill sama keyakinan berdasar pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Seiring

berjalannya infrastruktur nasional maka itu mendapatkan peningkatan bermatra

tunggal terhadap konsumen yang sudah sah pada UU No. 8 Tahun 1999 bahwa

menjelaskan pertahanan hukum terhadap perlindungan konsumen.

1.5.1 Pertanggungjawaban Hukum konsumen

Pertanggungjawaban hukum merupakan segala upaya pemenuhan hak dan

pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan atau korban, yang

dapat di wujudkan dalam bentuk seperti melalui restitusi, kompensasi, pelayanan

medis, dan bantuan hukum.7

Menurut Setiono, pertanggungjawaban hukum adalah tindakan atau upaya

untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang

tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman,

sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.8

7
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1984) h. 133
8
Setiono, Rule Of Law Supremasi Hukum (Surakarta: Magister Ilmu Hukum Pasca Sarjana
Univeristas Sebelas Maret, 2004) h. 3.
Dapat disimpulkan bahwa pertanggungjawaban hukum merupakan perbuatan

untuk melindungi setiap orang atas perbuatan yang melanggar hukum, atau melanggar

hak orang lain, yang dilakukan oleh pemerintah melalui aparatur penegak hukumnya

dengan menggunakan cara-cara tertentu bedasarkan hukum dan peraturan perundang-

undangan yang berlaku sebagai pemenuhan hak bagi tiap warga negara, termasuk atas

perbuatan sewenang-wenang yang dilakukan oleh penguasa (aparatur penegak hukum

itu sendiri).

Dalam kaitannya dengan pertanggungjawaban hukum bagi rakyat, Philipus M.

Hadjon membedakan dua macam sarana pertanggungjawaban hukum, yakni:

a. Sarana Pertanggungjawaban Hukum Preventif

Pada pertanggungjawaban hukum preventif ini, subyek hukum diberikan

kesempatan untuk mengajukan keberatan atau pendapatnya sebelum suatu

keputusan pemerintah mendapat bentuk yang defintif. Tujuannya adalah

mencegah terjadinya sengketa.

b. Sarana Pertanggungjawaban Hukum Represif

Pertanggungjawaban hukum yang represif bertujuan untuk menyelesaikan

sengketa. Penanganan pertanggungjawaban hukum oleh Indonesia

termasuk kategori perlindungan hukum ini. Prinsip kedua yang mendasari

perlindungan hukum terhadap tindak pemerintahan adalah prinsip negara

hukum. Dikaitkan dengan pengakuan dan pertanggungjawaban terhadap

hak-hak asasi manusia mendapat tempat utama dan dapat dikaitkan

dengan tujuan dari negara hukum.


Sehingga atas pandangan yang dipaparkan oleh para pakar di atas, bahwa

pertanggungjawaban Hukum yang diberikan kepada subyek hukum dalam bentuk

perangkat aturan hukum dan cara-cara tertentu baik yang bersifat preventif maupun

yang bersifat represif. Hal tersebut merupakan representasi dari fungsi hukum itu

sendiri untuk memberikan suatu keadilan, ketertiban, kepastian, kemanfaatan dan

kedamaian.

1.5.2 Hak-hak sebagai konsumen

Selanjutnya adalah menjelaskan permasalahan yang dapat menimbulkan

sengketa yang timbul dalam e-commerce dari perspektif hukum perlindungan

konsumen, dalam transaksi e-commerce ada 3 pelaku yang berperan dalam transaksi

ini yaitu yang pertama adalah pembeli, yang kedua adalah penjual, dan yang ketiga

adalah pihak Penyedia aplikasi jual beli. Sengketa dalam transaksi elektronik dapat

timbul karena hak konsumen dalam undang-undang perlindungan konsumen

dilanggar, hak-hak konsumen dalam undang-undang perlindungan konsumen adalah

sebagai berikut: 9

Hal ini tertuang dalam UU Perlindungan Konsumen No 8 Tahun 1999. Hal itu

tertuang dalam Pasal 4 ayat 1 sampai dengan 9 UU Perlindungan Konsumen No 8

Tahun 1999. 

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi

barang dan/atau jasa. Konsumen berhak mendapatkan jaminan dalam mengkonsumsi


9
Arfian Setiantoro, Urgensi Perlindungan Hukum Konsumen dan Penyelesaian Sengketa E-commerce
di Era Masyarakat Ekonomi Asean, (Semarang: Jurnal Rechtsvinding, 2018), h.7
barang ataupun jasa selama waktu pengkonsumsian ataupun setelah pengkonsumsian

tersebut sehingga pengusaha dapat dituntut apabila menimbulkan efek lain dilain

waktu yang disebabkan dari pengkonsumsian produk ataupun jasa tersebut.

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang

dan/atau jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi jaminan yang dijanjikan. Bahwa

konsumen berhak untuk memilih barang atau jasa dan mendapatkan hal tersebut

sesuai dengan jaminan yang dijanjikan tanpa ada unsur pembohongan terhadap suatu

peroduk ataupun jasa tersebut.

Hal-hal inilah yang dapat menimbulkan sengketa dalam transaksi elektronik

seperti cacat, pelanggaran hukum, pelanggaran hak konsumen yang menjadi dasar

sengketa dalam transaksi elektronik, sengketa tersebut dapat ditangani secara pidana

atau tidak, penanganan secara pidana, melalui pengadilan atau di luar pengadilan

adalah lembaga penyelesaian akhir atas perselisihan yang timbul antara dua pihak

yang berselisih tentang hak atau kepentingan yang dilanggar. 

1.6 Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan, digunakan metode pengumpulan

data sebagai berikut:

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan penelitian ini adalah pendekatan melalui perundang-

undangan (statute approach) dan (case approach) yang memfokuskan pada ketentuan
perundang-undangan dan pendekatan secara kasus yang melihat peristiwa hukum

yang terjadi di masyarakat.

1.6.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang termasuk

penelitian hukum normatif-empiris, yaitu penelitian ilmiah untuk menemukan

kebenaran berdasarkan hukum yang sedang berlaku, yang dibangun berdasarkan

objek hukum itu sendiri dan fakta yang terjadi pada masyarakat. 10 Penelitian hukum

normatif mengkaji hukum berdasarkan putusan pengadilan, perundang-undangan dan

literatur yang berhubungan dengan penelitian. Tipe penelitian pada masalah ini

adalah berdasarkan analisa yuridis terkait dengan perdagangan elektronik yang

bersifat keperdataan.

1.6.3 Sifat Penelitian

Empiris merupakan sesuatu yang memandang hukum sebagai diterima

terhadap keseluruhan bidang lingkungan hidup, budaya dan lain-lain. Kajian ini

bersifat deskriptif, dimana kajian empiris mengkaji law in action. Kajian empiris

dunianya adalah apa diterimannya.

1.6.4 Data dan Sumber data

10
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya, Bayumedia
Publishing, 2005), h. 57.
Sumber data yang diperoleh dari penelitian ini berdasarkan sumber hukum

primer, sumber data sekunder dan sumber data tersier yang diperoleh berdasarkan

bahan-bahan pustaka diantaranya:

1. Data Primer

Sumber data yang diambil secara Informal dan Key Informal.

Pengambilan data secara Informa yaitu dengan cara mewawancarai

Costumer Service yang berada di Tokopedia, jika Key Informa

Pengambilan data melalui Konsumen Tokopedia. Sumber data lain bisa

diperoleh secara tidak langsung yang telah dapat proses pengkajian

terlebih dahulu seperti: Jurnal ilmiah, skripsi, thesis, desertasi, buku,

kesimpulan diskusi serta tulisantulisan yang berhubungan dengan

penelitian ini.

2. Data Sekunder

Sumber hukum atau ketentuan yang mempunyai kekuatan mengikat secara

umum dalam hal ini perundang-undangan yang telah disahkan dan berlaku

di negara Indonesia terkhusus undang-undang sebagai berikut:

1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

2) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik

3) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

4) Peraturan Menteri Kominfo Nomor 20 tahun 2016 tentang

Perlindungan data pribadi dan sistem elektronik


5) Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2017 tentang Peta Jalan E-

commerce Indonesia.

6) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan

Sistem dan Transaksi Elektronik

7) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2019 tentang Perdagangan

secara Elektronik.

3. Data tersier

sumber data yang melanjutkan penjelasan dari data primer dan sekunder

seperti kamus, ensiklopedia, website dan portal berita.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah mengunakan metode

Wawancara dan Observasi terhadap Informasi dan Informan. Metode

pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode penelitian

Observasi dan wawancara yang pada upayanya berusaha menemukan

literature melalui buku, jurnal dan tulisan-tulisan ilmiah yang sesuai dengan

penelitian ini yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian

tersebut serta sesuai dengan fakta sosial yang ada.

1.6.6 Teknik Penentuan Sampel

Teknik Pengambilan data yang digunakan yaitu teknik no probability

sampling. Pengambilan Sampel dengan teknik ini memberikan dampak besar


untuk penentuan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini. Dari teknik

non probability sampling, teknik yang selanjutnya digunakan dalam penelitian

ini adalah bentuk snowball sampling.

Snowball sampling merupakan teknik pengambilan sampel

berdasarkan wawancara atau koresprodensi. Maka metode ini mencari

informasi dari sampel berikutnya, demikian secara terus menerus hingga

seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat dipenuhi. Kebutuhan yang

diperlukan oleh penulis dari kedua sampel dalam penelitian ini yaitu

ketidaksesuaian barang yang dilakukan online shop dimasing-masing sampel.

Pada penelitian ini, terkait data-data yang diperlukan akan dibatasi

dengan data homogen. Pengambilan sampel dengan data homogen ini

disebabkan karena data-data penelitian yang ada sejenis, sehingga dicukupkan

dengan 1 sampel saja yaitu Online shop berupa Shoppe agar dapat mengetahui

yang ada demi efisiensi.

1.6.7 Pengelola Dan Analisis Data

Pengolahan data merupakan kegiatan pendahuluan dari suatu analisis,

penelitian ini melakukan pengolahan bahan hukum dengan menginterpretasi

apa yang tertulis dalam literatur dan sumber tertulis lainnya. Penelitian ini

menggunakan analisis data yang bersifat kualitatif yang berusaha

menyimpulkan dengan menarik bagian atau hal yang bersifat khusus dan

berdasarkan kepada data yang bersifat umum, dan karenanya penelitian ini
menggunakan pendekatan kepustakaan (Library Research) maka dilakukan

dengan cara wawancara.


1.7 Daftar Pustaka

Buku:

Abdul Kadir Muhammad, Hukum Perjanjian,(Bandung : PT. Citra Aditya


Abadi, 1992), h. 93.
Gemala Dewi, Hukum Perikatan Di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2005), h.
203
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia
Widiasarana, 2004), h. 12.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: UI Press, 1984) h.
133
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,
(Surabaya, Bayumedia Publishing, 2005), h. 57.
Jurnal:

Heru Susilo, Implementasi E-commerce Sebagai Media Penjualan Online,


(Malang, Jurnal Hukum Brawijaya, 2015) h. 2
Arfian Setiantoro, Urgensi Perlindungan Hukum Konsumen dan Penyelesaian
Sengketa E-commerce di Era Masyarakat Ekonomi Asean, (Semarang:
Jurnal Rechtsvinding, 2018), h.7
Skripsi:

Setiono, Rule Of Law Supremasi Hukum (Surakarta: Magister Ilmu Hukum


Pasca Sarjana Univeristas Sebelas Maret, 2004) h. 3.
Internet:

Zakaria. Analisis Hubungan Hukum Dan Akses Dalam Transaksi Melalui


Media Internet, (Jakarta, Media Neliti, 2017), h. 2
www.suduthukum.com/2017/04/perjanjian-jual-beli-online.html?m=1
Diakses pada tanggal 28 Oktober 2018 pukul 17.10 WIB.

Peraturan Perundang-undangan:
Indonesia, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 27.
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1999, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 8, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3821.

Anda mungkin juga menyukai