Anda di halaman 1dari 17

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN JUAL BELI

ONLINE

Oleh : DR. Hj. Sri Ahyani, S.H., M.H.

ABSTRAK

Pemanfaatan media e-commerce dalam dunia perdagangan sangat membawa dampak


pada masyarakat internasional pada umumnya dan masyarakat Indonesia pada khususnya. Bagi
masyarakat Indonesia hal ini terkait masalah hukum yang sangat penting. Pentingnya
permasalahan hukum di bidang e-commerce khusunya jual beli online terutama dalam
memberikan perlindungan terhadap para pihak yang melakukan transaksi melalui internet.
Permasalahan dalam penulisan ini adalah tentang perlindungan hukum bagi para pihak dalam
perjanjian jual beli onlinedan penyelesaian akibat hukum bagi para pihak dalam perjanjian jual
beli online.
Metode penerlitian yang digunakan, yaitu spesifikasi penelitian yang bersifat deskriptif,
jenis penelitian yuridis normatif, yaitu data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh
dari kepustakaan, metode pendekatan undang-undang dan pendekatan filosofis, teknik
pengumpulan data melalui studi dokumen, serta analisis dilakukan secara normatif kualitatif,
yaitu kajian yang bersifat teoritis dalam bentuk asas-asas, konsepsi-konsepsi, perundang-
undangan, doktrin-doktrin hukum..
Berdasarkan hasil analisis diperoleh simpulan, bahwa perlindungan hukum bagi para
pihak dalam perjanjian jual beli online terdiri dari perlindungan hukum preventif dapat dilihat
dengan data/dokumen yang dibuat secara elektronik yang membutuhkan adanya kekuatan hukum
yang pasti, sedangkan perlindungan hukum represif yaitu sebagaimana yang diatur dalam
KUHPerdata antara lain, Pasal 1320 dan Pasal 1457 KUHPerdata, Pasal 1 ayat (1) dan Pasal 2
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumendan Pasal 1 ayat (2), Pasal
9, Pasal 20 dan Pasal 28 ayat (1) Undang–Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Penyelesaian akibat hukum bagi para pihak dalam perjanjian jual beli online, yaitu dalam hal
terjadinya wanprestasi tersebut, penjual online/pelaku usaha wajib melakukan ganti rugi terhadap
kerugian yang diderita oleh konsumen, apabila penjual online tidak bertanggung jawab terhadap
perbuatan wanprestasi nya tersebut, maka konsumen dapat menempuh jalur hukum dengan
mengajukan gugatan terhadap penjual online/pelaku usaha sesuai yang diatur dalam Pasal 38 dan
39 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

.
Kata Kunci : Perjanjian Jual Beli Online dan Perlindungan Hukum.

1
2

LEGAL PROTECTION FOR PARTIES


IN A BUY AND SALE AGREEMENT ONLINE
By : DR. Hj. Sri Ahyani, S.H., M.H.

ABSTRACT

The use of e-commerce media in the world of commerce has a profound impact on the
international community in general and the Indonesian people in particular. For the people of
Indonesia this is related to a very important legal problem. The importance of legal issues in the
field of e-commerce, especially buying and selling online, especially in providing protection for
those who make transactions via the internet. The problem in this paper is about legal protection
for the parties in the online sale and purchase agreement and legal consequences settlement for
the parties in the online purchase agreement.
The research method used is descriptive research specifications, type of normative
juridical research, the data used are secondary data obtained from the literature, the law
approach method and philosophical approach, data collection techniques through document
study, and analysis is carried out normatively. qualitative, namely theoretical studies in the form
of principles, conceptions, laws, legal doctrines ..
Based on the analysis, it is concluded that legal protection for the parties in an online
sale and purchase agreement consists of preventive legal protection that can be seen with data /
documents made electronically that require definite legal force, whereas repressive legal
protection is as stipulated in the Civil Code inter alia, Article 1320 and Article 1457 Civil Code,
Article 1 paragraph (1) and Article 2 of Law Number 8 Year 1999 concerning Consumer
Protection and Article 1 paragraph (2), Article 9, Article 20 and Article 28 paragraph (1) Law
Number 19 Year 2016 concerning Information and Electronic Transactions. Settlement of legal
consequences for the parties in the online sale and purchase agreement, i.e. in the event of the
default, the online seller / business actor is obliged to make compensation for losses suffered by
the consumer, if the online seller is not responsible for his default actions, then the consumer can
take legal action by filing a lawsuit against online sellers / business actors in accordance with
Article 38 and 39 of Law Number 11 Year 2008 concerning Information and Electronic
Transactions.

.
Keywords: Online Purchase Agreement and Legal Protection.
3

A. PENDAHULUAN konsumen semakin mendesak dalam hal


Potret perkembangan internet semakin seorang konsumen melakukan transaksi e-
menunjukkan peningkatan penggunanya commerce dengan merchant dalam satu negara
diseluruh dunia dan Indonesia termasuk di atau berlainan negara. Di dalam jual beli
dalanmya.1 E-Commerce merupakan salah melalui internet, seringkali terjadi kecurangan.
satu bentuk transaksi perdagangan yang paling Kecurangan-kecurangan tersebut dapat terjadi
banyak dipengaruhi oleh perkembangan yang menyangkut keberadaan pelaku usaha,
teknologi informasi. Melalui transaksi barang yang dibeli, harga barang dan
perdagangan ini konsep pasar tradisional pembayaran oleh konsumen.5
(dimana penjual dan pembeli secara fisik Dewasa ini, di negara-negara maju
bertemu) berubah menjadi konsep permasalahan mengenai e-commerce sudah
telemarketing (perdagangan jarak jauh melalui menjadi sesuatu yang lumrah dan telah
internet) e-commerce pun telah mengubah cara memiliki perangkat pengaturan hukumnya.
konsumen dalam memperoleh produk yang Perkembangan transaksi online sendiri
2
diinginkannya. secara global mengalami pertumbuhan
Praktik transaksi e-commerce banyak meningkat.4
menimbulkan permasalahan-permasalahan Pelaksanaan jual beli melalui media
yang cenderung merugikan konsumen dan internet ini dalam prakteknya menimbulkan
menimbulkan berbagai permasalahan hukum
beberapa permasalahan, misalnya pembeli
dalam melakukan transaksi e-commerce.3
yang seharusnya bertanggung jawab untuk
Masalah hukum yang menyangkut
membayar sejumlah harga dari produk atau
perlindungan hukum terhadap hak-hak
jasa yang dibelinya, tapi tidak melakukan
1 1
Ariestya Ayu Permata, Pemanfaatan
Media Sosial untuk Jual Beli Online di Kalangan pembayaran.
Mahasiswa FISIP Universitas Airlangga Surabaya
melalui Instagram, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Bagi para pihak yang tidak
Politik Universitas Airlangga, Surabaya, 20017. melaksanakan tanggung jawabnya sesuai
2 2
Alfian Perdana, dkk, Penyelesaian Wanprestasi
Dalam Perjanjian Jual Beli Melalui Media Elektronik,
4 4
Jurnal Ilmu Hukum, Vol.2.No.1.2014, Banda Aceh: Margaretha Rosa Anjani1, Budi Santoso,
Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, hlm.52 Urgensi Rekonstruksi Hukum E-Commerce Di
3 3
Abdul Halim Barkatullah, Perlindungan Indonesia, Jurnal Law Reform, Volume 14, Nomor 1,
Hukum bagi konsumen dalam Transaksi E-commerce, Tahun 2018, Program Studi Magister Ilmu Hukum
Yogyakarta : Pascasarjana FH UII Press, 2009, hlm. 7 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.
4

dengan perjanjian yang telah disepakati commerce antara pelaku usaha online
dapat digugat oleh pihak yang merasa dengan konsumen. Kehadiran marketplace
dirugikan untuk mendapatkan ganti rugi.5 ini tidak menutup kemungkinan adanya
“Suatu kontrak atau perjanjian harus kelemahan yang dapat mengakibatkan
memenuhi syarat sahnya perjanjian,
kerugian yang ditanggung oleh konsumen.7
yaitu kata sepakat, kecakapan, hal
tertentu dan suatu sebab yang halal, Selanjutnya menyangkut
sebagaimana ditentukan dalam Pasal
penyelesaian hukum jika terjadi sengketa
1320 KUHPerdata. Dengan
dipenuhinya empat syarat sahnya antara para pihak yang melakukan jual beli
perjanjian tersebut, maka suatu
melalui media internet tersebut. Persoalan
perjanjian menjadi sah dan mengikat
secara hukum bagi para pihak yang tersebut akan menjadi semakin rumit, jika
membuatnya”.6
para pihak berada dalam wilayah negara
.
Pemanfaatan media e-commerce yang berbeda, menganut sistem hukum yang
dalam dunia perdagangan sangat membawa berbeda pula.
dampak pada masyarakat internasional pada Hal ini bisa terjadi, karena internet
umumnya dan masyarakat Indonesia pada merupakan dunia maya yang tidak mengenal
khususnya. Bagi masyarakat Indonesia hal batas-batas kenegaraan dan dapat di akses
ini erkait masalah hukum yang sangat dari berbagai belahan dunia manapun selama
penting. Pentingnya permasalahan hukum di masih terdapat jaringan ekonomi elektronik.
bidang e-commerce adalah terutama dalam Kontrak elektronik dalam transaksi
memberikan perlindungan terhadap para elektronik, harus memiliki kekuatan hukum
pihak yang melakukan transaksi melalui yang sama dengan kontrak konvensional.
internet. Oleh karena itu, kontrak elektronik harus
Pengembangan dan penguatan bisnis juga mengikat para pihak sebagaimana Pasal
juga harus diiringi dengan pengamanan 18 ayat (1) UUITE menyebutkan bahwa
secara hukum atas resiko-resiko yang dapat “transaksi elektronik yang dituangkan ke
muncul dalam kegiatan dan transaksi e- dalam kontrak elektronik mengikat para
5 5
Lia Sautunnida, Jual Beli Melalui Internet pihak”.
(E-Commerce) Kajian Menurut Buku III UHPerdata
dan Undang-Undang Informasi dan Transaksi
77
Elektronik (Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, Enni Soerjati Priowirjanto, Pengaturan
2008), hl.m 1. Transaksi Elektronik dan Pelaksanaannya di
66
Suharnoko, Hukum Perjanjian (Teori dan Indonesia Dikaitkan dengan Perlindungan E-
Analisa Kasus) (Jakarta : Prenada Media, 2004), hlm. Konsumen, Padjadjaran Jurnal Ilmiah Hukum, Vol. 1
1. No. 2. Agustus 2014, hlm. 288.
5

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta


hubungan antar fenomena yang
diselidiki”8

Jenis penelitian ini adalah yuridis


normatif dan filosofis, oleh karena itu jenis
B. IDENTIFIKASI MASALAH
data yang digunakan adalah data sekunder
Berdasarkan uraian diatas, maka
yang diperoleh dari kepustakaan, sehingga
menarik untuk dikaji tentang :
jenis datanya pun bersumber dari bahan-
1. Bagaimanakah perlindungan hukum
bahan pustaka, berupa bahan hukum primer,
bagi para pihak dalam perjanjian jual
sekunder dan bahan hukum tersier. Dalam
beli online ?
rangka penyelesaian permasalahan penelitian
2. Bagaimanakah penyelesaian akibat
digunakan metode pendekatan perundang-
hukum bagi para pihak dalam perjanjian
undangan. Perundang-undangan dimaksud
jual beli online ?
sebagaimana telah disebutkan pada jenis
data sekunder bahan hukum primer.
C. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini, metode
Permasalahan penelitian ini yang
pengumpulan datanya dilakukan dengan
sekaligus menjadi objek penelitian penting
studi kepustakaan, karena penelitiannya
dideskripsikan, mengingat aktualitasnya
adalah penelitian hukum normatif atau
memiliki korelasi signifikan dengan
penelitian hukum kepustakaan, yakni
fenomena yang terjadi pada masa
penelitian dilakukan dengan cara meneliti
sekarang.Spesifikasi yang sekaligus menjadi
bahan pustaka.9
sifat penelitian ini adalah deskriptif.
Metode analisis data yang digunakan
Menurut Moh. Nazir, metode dekriptif
adalah kulitatif, artinya data yang diperoleh
adalah:
yang mengarah pada kajian yang bersifat
“Suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, yaitu objek, teoritis dalam bentuk asas-asas, konsepsi-
suatu set kondisi, suatu sistem
konsepsi, perundang-undangan, doktrin-
pemikiran, ataupun suatu kelas
peristiwa pada masa sekarang. doktrin hukum dan isi kaidah hukum terlebih
Sedangkan tujuan dari penelitian 88
Moh. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta:
deskriptif ini adalah untuk membuat Ghalia Indonesia, 2003), hlm.54.
deskripsi, gambaran atau lukisan 99
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,
secara sistematis, faktual dan akurat Penelitian Hukum Normatif Suatu Pengantar
(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm.14.
6

dahulu diuraikan secara sistematis, Biasanya para pihak yang bertransaksi


kemudian dilakukan analisis secara lewat internet adalah pihak pengusaha yang
kualitatif. profesional baik pelaku usaha maupun
konsumen. Transaksi lewat internet dilakukan

D. PEMBAHASAN karena jarak antara kedua belah pihak jauh dan

1. Perlindungan Hukum Bagi Para transaksi yang dilakukan cukup rumit dan

Pihak Dalam Perjanjian Jual Beli memakan biaya yang cukup besar kalau

Online dilakukan transaksi tatap muka.11

Pemanfaatan media e-commerce dalam Jual beli tidak terlepas dari

dunia perdagangan sangat membawa perjanjian. Di dalam Buku III KUHPerdata

dampak pada masyarakat internasional pada mengenai hukum perjanjian terdapat dua

umumnya dan masyarakat Indonesia pada istilah yang berasal dari bahasa Belanda,

khususnya. Bagi masyarakat Indonesia hal yaitu istilah verbintenis dan overeenkomst.

ini terkait masalah hukum yang sangat Dalam menerjemahkan kedua istilah tersebut

penting. Pentingnya permasalahan hukum di dalam bahasa Indonesia, terdapat perbedaan

bidang e-commerce adalah terutama dalam antar para sarjana hukum Indonesia.12

memberikan perlindungan terhadap para Menurut Pasal 1313 KUHPerdata,

pihak yang melakukan transaksi melalui suatu perjanjian adalah suatu perbuatan

internet.10 dengan mana satu orang atau lebih

Proses transaksi jual beli online mengikatkan dirinya terhadap satu orang

berbeda dengan transaksi jual beli atau lebih.

biasa/konvensional dalam hal pelaku usaha R. Subekti memberikan pengertian:


dan konsumen bisa bertatap muka secara “Perikatan sebagai suatu hubungan
langsung atu tidak langsung. Transaksi jual hukum antara dua orang atau dua
pihak, berdasarkan mana pihak yang
beli online terjadi dimana penjual dan pembeli
satu berhak menuntut sesuatu hal dari
tidak saling bertatap muka hanya dengan pihak yang lain, dan pihak yang lain
berkewajiban untuk memenuhi
menggunakan digital signature atau
instrument-instrument elektronik lain sebagai 11 11
Grace Joice S. N. Rumimper, “Tanggung
alat dalam transaksi perdagangan. Jawab Pelaku Usaha Terhadap Konsumen Dalam
Jual Beli Melalui Internet”, Jurnal Vol.I/No.3/Juli-
1010
Ahmad M.Ramli, Perlindungan Hukum September (2013), hlm, 56.
12 12
Dalam Transaksi E-Commerce (Jakarta : Jurnal R. Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan
Hukum Bisnis, 2000), hlm. 14. Nasional, (Bandung: Alumni, 2009), hlm.3.
7

tuntutan tersebut. Sedangkan Penerapan kontrak elektronik


perjanjian adalah suatu peristiwa di
bertujuan untuk menciptakan efisiensi biaya,
mana seorang berjanji kepada
seorang lain atau di mana dua orang waktu, dan masalah kompleksitas yang
itu saling berjanji untuk
13 terjadi dalam kontrak secara fisik. Dalam
melaksanakan suatu hal”.
kaitannya suatu perjanjian yang terjadi
Menurut Abdulkadir Muhammad:
dalam transaksi e-commerce tetap mengacu
“Perikatan adalah hubungan hukum,
pada pasal 1320 KUHPerdata. Pasal 1320
hubungan hukum itu timbul karena adanya
KUHPerdata mengatur agar suatu perjanjian
peristiwa hukum yang dapat berupa
oleh hukum dianggap sah sehingga mengikat
perbuatan, kejadian, keadaan dalam lingkup
kedua belah pihak, maka perjanjian tersebut
14
harta kekayaan.
harus memenuhi syarat-syarat sahnya
Transaksi elektronik yang juga
perjanjian.
merupakan suatu transaksi jual beli tentu
Syarat sahnya perjanjian meliputi
saja dalam prosesnya terdapat suatu
syarat subyektif dan syarat obyektif:
perjanjian. Perjanjian ecommerce yang
Syarat subyektif:
dilakukan oleh para pihaknya bukan seperti
1. Sepakat mereka mengikatkan dirinya
perjanjian pada umumnya, tetapi perjanjian
2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian
tersebut dapat dilakukan , meskipun tanpa
Syarat obyektif:
adanya pertemuan langsung antara kedua
3. Mengenai suatu hal tertentu
belah pihak, namun perjanjian antar para
4. Suatu sebab yang halal.15
pihak tersebut dilakukan secara elektronik.
Perihal kontrak elektronik telah
Transaksi elektronik dapat dituangkan dalam
tercantum pada Pasal 18, kontrak
sebuah kontrak elektronik, maka kontrak
perdagangan elektronik sah ketika terdapat
tersebut mengikat para pihak. Kontrak
kesepakatan para pihak. Transaksi
elekronik merupakan wujud otomatisasi
Elektronik yang dituangkan ke dalam
pembentukan kontrak dan berlakunya dalam
Kontrak Elektronik mengikat para pihak.
perjanjian transaksi online.
Kontrak Perdagangan Elektronik paling

13 13
sedikit harus memuat identitas para pihak,
R. Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta:
Intermasa, 2005), hlm. 1. spesifikasi barang dan atau Jasa yang
14 14
Abdulbdulkadir Muhammad, Hukum
15 15
Perdata Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, R. Subekti, Hukum Perjanjian, op. cit.,
2008), hlm. 199. hlm. 32.
8

disepakati, legalitas barang dan atau jasa, akan dilakukan pengiriman barang yang
nilai transaksi perdagangan, persyaratan dan dipesan.
jangka waktu pembayaran, prosedur b. Perlindungan hukum untuk customer
operasional pengiriman barang dan atau jasa, terletak pada garansi berupa
dan prosedur pengembalian barang dan atau pengembalian atau penukaran barang
jika terjadi ketidaksesuaian jika barang yang diterima tidak sesuai
Dalam e-commerce terdapat lima dengan yang dipesan.
unsur yang saling terkait, yaitu: c. Privacy. Data pribadi pengguna media
1. Subyek Hukum (Merchant dan Customer) elektronik harus dilindungi secara
2. Transaksi Melalui Teknologi hukum. Pemberian informasinya harus
Informasi;dan disertai oleh persetujuan dari pemilik
3. Perjanjian, Alat Bukti Elektronik dan data pribadi. Hal ini merupakan bentuk
Tanggung Jawab perlindungan hukum bagi para pihak
Perlindungan hukum dalam hal yang melakukan transaksi e-commerce,
perjanjian, alat bukti elektronik, dan yang termuat dalam Pasal 25 UU ITE.16
tanggung jawab para pihak terdiri dari :
1. Perlindungan hukum di dalam perjanjian 2. Perlindungan hukum di luar perjanjian
Dalam perjanjian terdapat dokumen Hak Atas Kekayaan Intelektual
elektronik, biasanya dokumen tersebut Perlindungan hukum untuk merchant juga
dibuat oleh pihak merchant yang berisi menyangkut tentang Hak Atas Kekayaan
aturan dan kondisi yang harus dipatuhi oleh Intelektual atas nama domain yang
customer tetapi isinya tidak memberatkan dimilikinya seperti terdapat dalam Pasal 23
customer. Perlindungan hukum bagi kedua UU ITE. Informasi elektronik yang disusun
belah pihak adalah : menjadi suatu karya intelektual dalam
a. Perlindungan hukum untuk merchant bentuk apapun harus dilindungi undang-
terutama ditekankan dalam hal undang yang berkaitan dengan Hak
pembayaran, merchant mengharuskan Kekayaan Intelektual.
customer untuk melakukan pelunasan
16 16
Lia Catur Muliastuti, Perlindungan
pembayaran dan kemudian melakukan Hukum Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Jual Beli
Melalui Media Internet, Program Studi Magister
konfirmasi pembayaran, baru setelah itu Kenotariatan Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro Semarang 2010, hlm.83
9

dikualifikasikan pula sebagai telah


Mengingat transaksi elektronik melakukan perbuatan hukum secara nyata.
sangat mudah disusupi atau diubah oleh Perlindungan hukum bagi para pihak
pihak-pihak yang tidak berwenang, maka dalam perjanjian jual beli online secara garis
sistem keamanan dalam bertransaksi besar dapat dibagi menjadi beberapa aspek
menjadi sangat penting untuk menjaga 1. Perlindungan Hukum Berdasarkan
keaslian data tersebut. Oleh karena itu, Hukum Perdata
diperlukan sistem dan prosedur pengamanan Dengan semakin banyaknya transaksi
yang handal, dalam konteks penggunaan elektronik yang dilakukan, maka mendorong
sistem komunikasi dengan jaringan terbuka juga diperlukannya ketentuan hukum yang
(seperti Internet), agar timbul kepercayaan mengatur mengenai hal tersebut, sehingga
pengguna terhadap sistem komunikasi para pihak yang terlibat dalam transaksi
tersebut. elektronik, khususnya konsumen
Di Indonesia kegiatan jual beli secara mendapatkan perlindungan hukum atas
online meskipun bersifat virtual tetapi setiap transaksi elektronik yang
dikategorikan sebagai tindakan dan dilakukannya. Dalam mengatasi
perbuatan hukum yang nyata. Secara yuridis permasalahan di atas,perlindungan hukum
untuk ruang cyber sudah tidak pada dapat di bagi menjadi 2 yaitu perlindungan
tempatnya lagi untuk mengkategorikan hukum preventif dan perlindungan hukum
sesuatu hanya dengan ukuran dan kualifikasi represif.17
konvensional untuk dapat dijadikan objek Perlindungan hukum preventif dapat
dan perbuatan, sebab jika cara ini yang dilihat dengan data/dokumen yang dibuat
ditempuh akan terlalu banyak kesulitan dan secara elektronik (paperless document) yang
hal-hal yang lolos dari jerat hukum. membutuhkan adanya kekuatan hukum yang
Kegiatan jual beli secara online pasti, mengingat selama ini, dokumen/akta,
merupakan kegiatan virtual tetapi baru dianggap sah apabila ditulis diatas
berdampak sangat nyata meskipun alat kertas (hitam di atas putih). Perlindungan
buktinya bersifat elektronik, dengan Hukum Represif dimana ketentuan hukum
demikian, subjek pelakunya harus 1717
Reny elisa Lumban Gaol, Perlindungan
Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Transaksi Jual
Beli Pakaian Jual Beli Pakaian Melalui Media
Internet, Jurnal Hukum, www.google.com
10

yang termuat dalam KUHPerdata masih 2. Perlindungan Hukum berdasarkan


dapat diterapkan atas transaksi jual beli Undang-Undang Perlindungan
secara elektronik antara lain, Pasal 1457 Konsumen
KUHPerdata disebutkan bahwa “Jual-beli Perlindungan konsumen itu sendiri
adalah suatu persetujuan dengan mana pihak menurut pasal 1 ayat (1) UUPK
yang satu mengikatkan dirinya untuk menyebutkan “Perlindungan konsumen
menyerahkan suatu kebendaan dan pihak adalah segala upaya yang menjamin adanya
yang satu lain untuk membayar harga yang kepastian hukum untuk memberi
telah dijanjikan. perlindungan kepada konsumen.
Dalam hukum perdata nasional Perlindungan konsumen
Indonesia, syarat sahnya perjanjian diatur sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 2
dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yang berisi undang-undang Perlindungan konsumen ini
4 (empat) syarat, yaitu adanya kesepakatan adalah untuk:
antara mereka yang mengikatkan diri, a. Meningkatkan kesadaran,kemampuan
kecakapan para pihak untuk membuat suatu dan kemandirian konsumen untuk
perikatan, suatu obyek tertentu (obyek melindungi diri.
perjanjian harus jelas dan dapat b. Mengangkat harkat dan martabat
dilaksanakan) dan suatu kausa yang konsumen dengan cara
diperbolehkan (tidak melanggar hukum, menghindarkannya dari ekses negatif
kesusilaan dan ketertiban umum Syarat 1 pemakaian barang dan/atau jasa
dan 2 disebut syarat subyektif karena c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen
menyangkut individu yang membuat dalam memilih menentukan dan
perjanjian, sedangkan syarat 3 dan 4 menuntut hak-haknya sebagai konsumen
merupakan syarat obyektif. Dengan adanya d. Menciptakan sistem perlindungan
pengaturan sebagaimana disebutkan diatas, konsumen yang mengandung unsur
maka jelas bahwa untuk melakukan transaksi kepastian hukum dan keterbukaan
elektronik harus memenuhi syarat kecakapan informasi serta akses untuk
sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal mendapatkan informasi
1320 KUH Perdata. e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha
mengenai pentingnya perlindungan
11

konsumen sehingga tumbuh sikap yjang lainnya. Kehadiran Undang–Undang Nomor


jujur dan bertanggungjawab dalam 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
berusaha. Transaksi Elektronik (ITE) akan
f. Meningkatkan kualitas barang dan/atau memberikan manfaat beberapa diantaranya:
jasa yang menjamin kelangsungan usaha a. Menjamin kepastian hukum bagi
produksi barang dan/atau jasa masyarakat yang melakukan transaksi
kesehatan,kenyamanan, keamanan dan secara elektronik
keselamatan konsumen. b. Mendorong pertumbuhan ekonomi
Perlu pula ditegaskan bahwa faktor Indonesia
utama yang menjadi kelemahan konsumen c. Sebagai salah satu upaya untuk
adalah tingkat kesadaran konsumen akan mencegah terjadinya kejahatan berbasis
haknya masih rendah yang terutama teknologi in1ormasi
disebabkan oleh rendahnya pendidikan d. Melindungi masyarakat pengguna jasa
konsumen. Oleh karena itu undang-undang dengan memanfaatkan teknologi
Perlindungan Konsumen dimaksudlan Informasi.
menjadi landasan hukum untuk melakukan Untuk melindungi para pengguna
upaya pemberdayaan konsumen melalui elektronik,Pemerintah Republik Indonesia
pembinaan dan pendidikan konsumen. telah menerbitkan Undang-Undang Nomor
Dengan menumbuhkan kesadaran pelaku 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan
usaha mengenai pentingnya perlindungan Transaksi Elektronik (UU ITE).UU ITE ini
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur mengatur transaksi elektronik misalnya
dan bertanggung jawab dalam berusaha. kegiatan online shop. Menurut Pasal 1 ayat
(2) ,transaksi elektronik adalah perbuatan
3. Perlindungan Hukum Berdasarkan UU hukum yang dilakukan dengan
ITE menggunakan Komputer,jaringan
Sebagaimana disebutkan dalam Pasal Komputer,dan/atau media elektronik
1 angka 2 bahwa transaksi elektronik lainnya.
adalah : perbuatan hukum yang dilakukan
dengan menggunakan Komputer jaringan
Komputer dan/atau media elektronik
12

2. Penyelesaian Akibat Hukum Bagi prestasi. Akibat hukum bagi debitur atau
Para Pihak Dalam Perjanjian Jual pihak yang mempunyai kewajiban
Beli Online melaksanakan prestasi dalam perjanjian
Dalam transaksi jual beli online, tetapi melakukan wanprestasi, yaitu:
prinsip tanggung jawab mutlak adalah a. Dia harus membayar ganti rugi yang
prinsip yang berlaku dalam hal terjadinya diderita oleh kreditur atau pihak yang
wanprestasi. Lemahnya kedudukan pembeli mempunyai hak menerima prestasi (vide
dalam transaksi e-commerce menjadikan Pasal 1243 KUHPerdata);
tanggung jawab sepenuhnya berada ditangan b. Dia harus menerima pemutusan
penjual Online/pelaku usaha. Pelaku usaha perjanjian disertai dengan pembayaran
akan bertanggung jawab penuh atas kegiatan ganti kerugian (vide Pasal 1267
usaha yang dilakukannya dalam transaksi e- KUHPerdata);
commerce. Pasal 21 ayat (2) huruf a c. Dia harus menerima peralihan risiko
Undang-undang informasi dan transaksi sejak saat terjadinya wanprestasi (vide
elektronik menyebutkan: “ jika dilakukan Pasal 1237 ayat (2) KUHPerdata);
sendiri, segala akibat hukum dalam d. Dia harus membayar biaya perkara jika
pelaksanaan transaksi elektronik menjadi diperkarakan di pengadilan (vide Pasal
tanggung jawab para pihak yang 181 ayat (1) HIR).
bertransaksi”. Dengan demikian, dalam Selain itu, menurut Pasal 1266
transaksi e-commerce, pihak yang KUHPerdata, dalam perjanjian timbal balik,
bertanggung jawab adalah pihak yang wanprestasi dari satu pihak memberikan hak
melakukan wanprestasi yang dalam hal ini kepada pihak lainnya untuk memutuskan
dilakukan oleh penjual online pelaku usaha. kontrak di pengadilan, walau syarat putus
Menurut KUHPerdata akibat mengenai tidak terpenuhinya kewajiban itu
wanprestasi yang dilakukan debitur atau dinyatakan dalam peijanjian. Jika syarat
pihak yang mempunyai kewajiban putus tidak dinyatakan dalam perjanjian,
melaksanakan prestasi dalam perjanjian, maka hakim di pengadilan leluasa menuntut
dapat menimbulkan kerugian bagi kreditur keadaan atas tuntutan tergugat untuk
atau pihak yang mempunyai hak menerima membeli suatu jangka waktu kepada tergugat
guna memberi kesempatan melaksanakan
13

kewajibannya, jangka waktu mana tidak Apabila penjual online atau pelaku
boleh lebih dari satu bulan. usaha tidak bertanggung jawab dalam hal
Dalam hal debitur atau pihak yang melakukan wanprestasi pada transaksi e-
mempunyai kewajiban melaksanakan commerce, maka konsumen dapat
prestasi dalam perjanjian tetapi melakukan menempuh jalur hukum sesuai yang diatur
prestasi dapat memilih dan mengajukan dalam Pasal 38 dan 39 undang-undang
tuntutan haknya di pengadilan berdasarkan informasi dan transaksi elektronik tentang
ketentuan enumeratis dalam Pasal 1267 jis penyelesaian sengketa.18
1266 KUHPerdata, yaitu : Sesuai Pasal 39 ayat (2) UU ITE
a. Pelaksanaan perjanjian; yang menjelaskan bahwa selain penyelesaian
b. Pelaksanaan pcrjanjian disertai dengan gugatan perdata, para pihak dapat
ganti kerugian; menyelesaikan sengketa melalui arbitrase,
c. Ganti kerugian saja; atau lembaga lainnya, namun tidak
d. Pemutusan kontrak perjanjian; ditemukan titik terang setelah adanya
e. Pemutusan kontrak perjanjian disertai negosiasi lantaran ketika pelaku usaha
dengan ganti kerugian. mencoba menawarkan penyelesaian melalui
Kewajiban membayar ganti kerugian ganti rugi dengan pengembalian uang jika
bagi debitur atau pihak yang mempunyai barang telah dikirim ke penjual, namun
kewajiban melaksanakan prestasi dalam pihak pembeli menolak dan ingin
perjanjian tetapi melakukan wanprestasi mentransfer uang dulu ke pembeli baru
baru dapat dilaksanakan jika telah memenuhi barang dikirim kembali ke penjual, karena
4 syarat, yaitu; hal tersebut para pihak kukuh atas komitmen
a. Dia memang telah lalai melakukan mereka. Pihak pembeli mengaku tidak mau
wanprestasi; mengirim barang terlebih dahulu karena
b. Dia tidak berada dalam keadaan kesal atas pihak pembeli, dan tidak mau
memaksa; melakukan gugatan ke Pengadilan karena
c. Dia tidak melakukan pembelaan untuk mengaku tidak mau ribet.
melawan tuntutan ganti kerugian;
18 18
Feri Widiastuti, Perlindungan Hukum
d. Dia telah menerima pernyataan lalai atau Terhadap Konsumen Dalam Jual Beli Online Studi
Kasus Media Sosial Instagram, Jurnal, Program
somasi. Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surakarta 2019, hlm.9
14

Pihak pelaku punya hak untuk gugatan perdata, para pihak dapat
menuntut pihak yang merugikan ke menyelesaikan sengketa melalui arbitrase,
pengadilan karena telah diatur dalam Pasal atau lembaga lainnya.
38 undang-undang informasi dan transaksi
elektronik yang menjelaskan setiap orang
yang dirugikan dalam terselenggaranya E. PENUTUP
transaksi elektronik dapat mengajukan 1. Simpulan
gugatan. Upaya konsumen untuk menuntut a. Perlindungan hukum bagi para
ganti rugi akibat kerugian yang terjadi dalam pihak dalam perjanjian jual beli
transaksi jual beli online dapat dilakukan online terdiri dari perlindungan
melalui cara : (a) Litigasi, Sesuai dengan hukum preventif dapat dilihat
pasal 38 Undang-undang informasi dan dengan data/dokumen yang dibuat
transaksi elektronik yang menjelaskan para secara elektronik yang
pihak dapat menggugat apabila dalam membutuhkan adanya kekuatan
penyelenggaraan transaksi elektronik hukum yang pasti, mengingat
merugikan pihak lain. Dengan diakuinya alat selama ini, dokumen/akta, baru
bukti elektronik sebagai alat bukti yang sah dianggap sah apabila ditulis di atas
di pengadilan sebagaimana disebutkan kertas (hitam di atas putih),
dalam Pasal 5 ayat (1), (2) dan (3) undang- sedangkan perlindungan hukum
undang informasi dan transaksi elektronik represif dimana ketentuan hukum
maka alat-alat bukti yang apat digunakan yang termuat dalam KUHPerdata
oleh konsumen di pengadilan adalah : (1) masih dapat diterapkan atas
Bukti transfer atau bukti pembayaran, (2) transaksi jual beli secara elektronik
SMS atau e-mail yang menyatakan antara lain, Pasal 1320 dan Pasal
kesepakatan untuk melakukan pembelian, 1457 KUHPerdata, Pasal 1 ayat (1)
(3) Nama, alamat, nomor telepon, dan nomor dan Pasal 2 Undang-undang Nomor
rekening pelaku usaha. Dan (b) Non Litigasi, 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Pada pasal 39 ayat (2) undang-undang Konsumendan Pasal 1 ayat (2),
informasi dan transaksi elektronik yang Pasal 9, Pasal 20 dan Pasal 28 ayat
menjelaskan bahwa selain penyelesaian (1) Undang–Undang Nomor 19
15

Tahun 2016 tentang perubahan atas Kontrak Elektronik dengan


Undang-Undang Nomor 11 Tahun perjanjian para pihak yang dibuat
2008 tentang Informasi dan melalui sistem elektronik sebagai
Transaksi Elektronik. kontrak elektronik yakni perjanjian
b. Penyelesaian akibat hukum bagi yang dimuat dalam dokumen
para pihak dalam perjanjian jual elektronik atau media elektronik
beli online, yaitu dalam hal lainnya.
terjadinya wanprestasi tersebut, b. Untuk menghindari akibat hukum
penjual online/pelaku usaha wajib yang terjadi, maka harus
melakukan ganti rugi terhadap diperhatikan sistem perlindungan
kerugian yang diderita oleh hukum yang berlaku di
konsumen. Apabila penjual online Indonesia,baik itu dalam Hukum
tidak bertanggung jawab terhadap Perdata,dan Undang-undang
perbuatan wanprestasi nya tersebut, perlindungan Konsumen dan
maka konsumen dapat menempuh Undang-undang tentang informasi
jalur hukum dengan mengajukan dan transaksi elektronik (ITE), serta
gugatan terhadap penjual para pihak harus memperhatikan
online/pelaku usaha sesuai yang tanggung jawab-tanggung jawab
diatur dalam Pasal 38 dan 39 dalam melakukan transaksi jual beli
Undang–Undang Nomor 19 Tahun secara online yang dimana yang
2016 tentang perubahan atas telah di terapkan sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun undang-undang yang berlaku di
2008 tentang Informasi dan Indonesia yaitu dalam Undang-
Transaksi Elektronik. undang perlindungan konsumen.

2. Saran
a. Dalam perjanjian jual beli secara
online yang dilindungi berdasarkan
UU ITE di Indonesia harus lebih di
diterapkan memberikan pengakuan
16

Transaksi Jual Beli Pakaian Jual


Beli Pakaian Melalui Media Internet,
Jurnal Hukum, www.google.com.

Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum


Perdata.

________, Undang-Undang Nomor 8 Tahun


1999 tentang Perlindungan
Konsumen.

________, Undang-Undang Nomor 11


Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
M. Ramli, Ahmad, Perlindungan Hukum
Dalam Transaksi E-Commerce.
Jakarta : Jurnal Hukum Bisnis, 2000.
\
Muhammad, Abdulbdulkadir, Hukum
Perdata Indonesia. Bandung: Citra
Aditya Bakti, 2008.

Nazir, Moh. Metode Penelitian. Jakarta:


Ghalia Indonesia, 2003.

Perdana, Alfian dkk, Penyelesaian


Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual
Beli Melalui Media Elektronik, Jurnal
Ilmu Hukum, Vol.2.No.1.2014,
DAFTAR PUSTAKA
Banda Aceh: Pascasarjana
Universitas Syiah Kuala
Barkatullah, Abdul Halim, Perlindungan
Hukum bagi konsumen dalam Permata, Ariestya Ayu, Pemanfaatan Media
Transaksi E-commerce, Yogyakarta : Sosial untuk Jual Beli Online di
Pascasarjana FH UII Press, 2009. Kalangan Mahasiswa FISIP
Universitas Airlangga Surabaya
Catur Muliastuti, Lia, Perlindungan Hukum melalui Instagram, Jurnal Ilmu Sosial
Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian dan Ilmu Politik Universitas
Jual Beli Melalui Media Internet, Airlangga, Surabaya, 20017.
Program Studi Magister Kenotariatan
Program Pasca Sarjana Universitas Rosa Anjani, Margaretha dan Budi Santoso,
Diponegoro Semarang 2010. Urgensi Rekonstruksi Hukum E-
Commerce Di Indonesia, Jurnal Law
Elisa Lumban Gaol, Reny, Perlindungan Reform, Volume 14, Nomor 1,
Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Tahun 2018, Program Studi Magister
17

Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah


Universitas Diponegoro Surakarta 2019.

Rumimper, Grace Joice S. N., “Tanggung


Jawab Pelaku Usaha Terhadap
Konsumen Dalam Jual Beli Melalui
Internet”, Jurnal Vol.I/No.3/Juli-
September, 2013.

Sautunnida, Lia, Jual Beli Melalui Internet


(E-Commerce) Kajian Menurut Buku
III UHPerdata dan Undang-Undang
Informasi dan Transaksi Elektronik.
Fakultas Hukum Universitas Syiah
Kuala, 2008.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji,
Penelitian Hukum Normatif Suatu
Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2001.

Soerjati Priowirjanto, Enni, Pengaturan


Transaksi Elektronik dan
Pelaksanaannya di Indonesia
Dikaitkan dengan Perlindungan E-
Konsumen, Padjadjaran Jurnal
Ilmiah Hukum, Vol. 1 No. 2. Agustus
2014.

Subekti, R., Hukum Perjanjian. Jakarta:


Intermasa, 2005

_________, Aspek-Aspek Hukum Perikatan


Nasional. Bandung: Alumni, 2009.

Suharnoko, Hukum Perjanjian (Teori dan


Analisa Kasus). Jakarta : Prenada
Media, 2004.

Widiastuti, Feri, Perlindungan Hukum


Terhadap Konsumen Dalam Jual
Beli Online Studi Kasus Media
Sosial Instagram, Jurnal, Program
Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Anda mungkin juga menyukai