Anda di halaman 1dari 23

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN

NARKOTIKA OLEH REMAJA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PROPOSAL PENELITIAN
Ditulis untuk memenuhi salah satu tugas program mata kuliah Metodologi
Penelitian

OLEH

AHMAD AHYAN
D1A014016

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2017
iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, karena atas berkat dan
rahmat-Nya Proposal Penelitian ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan. Proposal Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah Metodologi penelitian di Fakultas Hukum Universitas
Mataram.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis haturkan terima kasih kepada
Dosen, dan segala pihak yang telah banyak membantu serta membimbing penulis
baik dalam menyusunan Proposal Penelitian ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Proposal Penelitian ini masih
banyak kekurangannya baik dari segi isi, penampilan maupun teknik
pengetikannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan dan penyempurnaan Proposal Penelitian ini
selanjutnya. Akhirnya penulis mengharap agar laporan ini dapat menjadi
sumbangan ilmu pengetahuan bagi rekan-rekan yang lain dan juga dapat
menambah pengetahuan penulis khususnya di bidang teknologi pangan.

Mataram, 1 Juli 2017

Penyusun
iv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR ................................................................................. ......... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ......... iii
BAB I. PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................... ......... 1
Rumusan Masalah ..................................................................... ......... 3
Tujuan dan Manfaat ................................................................... ......... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 6
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 23
TINJAUAN KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA OLEH REMAJA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Remaja adalah bagian dari generasi muda merupakan suatu kekuatan


sosial yang sangat berperan dalam pembangunan bangsa dan negara. Di tangan
generasi muda terletak masa depan bangsa yang kelak akan menjadi pemimpin
dalam membangun hari depan yang lebih baik. Sebagai generasi penerus
perjuangan bangsa Indonesia yang mempunyai hak dan kewajiban ikut serta
dalam membangun negara dan bangsa Indonesia, generasi muda dalam hal ini
remaja merupakan subyek dan obyek pembangunan nasional dalam usaha
mencapai tujuan bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur.
Remaja merupakan modal pembangunan yang akan memelihara dan
mengembangkan hasil pembagunan baik fisik maupun mental sosial Indonesia
yang harus ditumbuh-kembangkan sebagai manusia seutuhnya, sehingga
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai
warga negara Indonesia yang senantiasa memiliki tanggungjawab dan bermanfaat
sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Sebagai salah satu sumber daya manusia yang mempunyai potensi dan
memiliki peranan yang stategis dan kedudukannya sebagai generasi penerus cita-
cita bangsa keberadaannya di tengah kehidupan masyarakat, pada prinsipnya
remaja merupakan pilar terpenting yang akan menentukan nasib peradaban
masyarakat di masa yang akan datang dan juga remaja mempunyai ciri dan sifat
khusus yang memerlukan pembinaan dalam rangka menjamin pertumbuhan fisik
dan mentalnya secara utuh, selaras dan seimbang.
Namun yang menjadi suatu permasalahan serius yang sedang dihadapi
adalah masalah kenakalan remaja yang merupakan persoalan aktual dihampir
setiap negara di dunia termasuk Indonesia. Saat ini sebagai gambaran merebaknya
kasus-kasus pelanggaran hukum yang dilakukan remaja dapat berupa perkelahian,
penodongan, perampokan, pencurian, pemilikan senjata tajam bahkan
penyalahgunaan narkotka atau berbagai pelanggaran hukum lainnya. Dari
beberapa kasus pelanggaran hukum tersebut dapat memberikan gambaran bahwa
di era pembangunan manusia seutuhnya, remaja yang mempunyai hak dan
kewajiban membangun bangsa dan negara, justru mereka melakukan perbuatan
yang melanggar hukum.
Berkaitan dengan masalah penyalahgunaan narkotika, merupakan masalah
yang sangat kompleks yang memerlukan upaya penanggulangan yang
komprehensif dengan melibatkan kerjasama antara multidispliner, multi sektor
dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Perkembangan penyalahgunaan
narkotika dari waktu-kewaktu menunjukan kecenderungan yang semakin
meningkat dan akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun
masyarakat luas dan terhadap remaja.
Khususnya terhadap remaja yang sedang berada dalam fase transisi
perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang dapat menimbulkan
masa krisis, ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang
dimana pada masa remaja akan timbul keinginan yang sangat tinggi untuk
mencoba-coba sesuatu, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang
walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga
memudahkan remaja untuk terdorong untuk menyalahgunakan narkotika. Oleh
karena itulah apabila pada masa remaja telah rusak karena penyalahgunaan
narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depan remaja tersebut.
Begitu pula di Kabupaten Lombok Timur yang merupakan wilayah
hukum Polres Lombok Timur dengan peningkatan jumlah populasi penduduk
yang cukup tinggi setiap tahunnya serta berada pada lokasi yang strategis yaitu
merupakan salah satu jalur akses transportasi antara propinsi dan juga menjadi
pusat aktivitas perekonomian, perdagangan serta kegiatan masyarakat lainnya
sehingga memungkinkan akan banyak terjadi tindak pidana di tengahtengah
kehidupan masyarakat khususnya tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang
melibatkan remaja sebagai pelaku tindak pidana.
Hasil observasi awal penulis (tanggal 25 Januari 2011), yang dilakukan
pada Satuan Reserse Kriminal Polres Lombok Timur, menunjukan bahwa jumlah
tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang terjadi di Kabupaten Lombok
Timur pada tahun 2009 sebanyak 2 kasus, kemudian pada tahun 2010 mengalami
peningkatan menjadi 3 kasus, dan sampai bulan April 2011 tercatat sebanyak 5
kasus yang dilakukan oleh remaja sehingga menimbulkan kekhawatiran dan
keresahan dari masyarakat terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak.
Dengan alasan-alasan yang dikemukakan di atas maka penulis terdorong
untuk melakukan kajian secara mendalam tentang penyalahgunaan narkotika yang
dilakukan oleh remaja dalam bentuk skripsi dengan mengangkat judul tinjauan
kriminologis terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja di
Kabupaten Lombok Timur.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan


sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kabupaten Lombok Timur ?
2. Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Resor
Lombok Timur dalam menanggulangi terjadinya tindak pidana penyalahgunaan
narkotika oleh remaja di Kabupaten Lombok Timur ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak


pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kabupaten Lombok Timur.
b. Untuk mengetahui bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak
Kepolisian Resor Lombok Timur dalam menanggulangi terjadinya tindak
pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kabupaten Lombok Timur.

2. Manfaat Penelitian ini adalah :


a. Manfaat Teoritis :
1). Hasil penelitian dapat memberikan kegunaan untuk mengembangkan ilmu
hukum khususnya hukum pidana.
2). Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian yang lain yang sesuai
dengan bidang penelitian yang penulis teliti.
b. Manfaat Praktis :
1). Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat atau praktisi
hukum dan instansi terkait tentang tindak pidana penyalahgunaan narkotika
oleh remaja.
2). Dengan dibuatnya penulisan ini diharapkan dapat memberikan dapat
memberikan masukan kepada pihak Kepolisian Resor Lombok Timur dalam
rangka menanggulangi tindak pindana penyalahgunaan narkotika oleh remaja
di Kabupaten Lombok Timur.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Kriminologi

1. Pengertian Kriminologi

Kriminologi sebagai salah satu cabang dari ilmu pengetahuan sosial

(social science), sebenarnya masih tergolong sebagai ilmu pengetahuan yang

masih muda, oleh karena kriminologi baru mulai menampakkan dirinya sebagai

salah satu disiplin ilmu pengetahuan pada abad ke XII. Meskipun tergolong ilmu

yang masih muda, namun perkembangan kriminologi tampak begitu pesat, hal ini

tidak lain karena konsekuensi logis dari berkembangnya pula berbagai bentuk

kejahatan dalam masyarakat.

Secara etimologi, kriminologi berasal dari kata Crime artinya kejahatan

dan Logos artinya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu kriminologi dapat diartikan

secara luas dan lengkap sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang

kejahatan. (Abdul Syani, 1987 : 6).

Menurut Soejono D (R.Soesilo, 1985 : 3), pengertian kriminologi adalah

ilmu pengetahuan yang mempelajari sebab akibat, perbaikan dan pencegahan

kejahatan sebagai gejala manusia dengan menghimpun sumbangan-sumbangan

berbagai ilmu pengetahuan. Tugasnya kriminologi merupakan sarana untuk

mengetahui sebab-sebab kejahatan dan akibatnya yang mempelajari cara-cara

mencegah kemungkinan timbulnya kejahatan.

Barda Nawawi Arief (1991:10), bahwa aliran modern yang di


organisasikan oleh Von Lis menghendaki kriminologi bergabung dengan hukum
pidana sebagai ilmu bantuannya, agar bersama-sama menangani hasil penelitian
kebijakan kriminal, sehingga memungkinkan memberikan petunjuk tepat terhadap
penanganan hukum pidana dan pelaksanaannya, yang semuanya ditunjuk untuk
melindungi warga negara yang baik dari kejahatan.
Sehubungan. dengan pengertian tersebut maka tepatlah apa yang
kemukakan oleh Rusli Effendi (1986: 11), bahwa kriminologi itu meliputi :
1) Etiologi Kriminal adalah cabang ilmu kriminologi yang secara. khusus
mempelajari sebab-sebab atau latar belakang, penjelasan dan korelasi kejahatan,
cabang ilmu ini lazimnya mencakup : biologi kriminal, psikologi kriminal,
psikiatri kriminal, maupun sosiologi hukum pidana.
2) Fenomenologi kriminal adalah merupakan cabang ilmu kriminologi dari
mempelajari tentang bagaimana perkembangan kejahatan dan gejalanya.
3) Victimologi kriminal adalah cabang kriminologi yang secara khusus
mempelajari tentang akibat yang timbul dari suatu kejahatan (korban kejahatan)
4) Penologi adalah ilmu tentang penghukuman dalam arti yang sempit, namun
ilmu ini adalah merupakan salah satu cabang kriminologi yang membahas
konstruksi undang-undang hukum pidana, penghukuman dan administrasi sanksi
pidana.

2. Teori-Teori Sebab-sebab Melakukan Kejahatan


Lambrosso (Siegel, 1983 : 156), mengemukakan pendapat selanjutnya
dikenal dengan teori Lambrosso (biological theory) bahwa : The eralies possitives
crimonologist were biologist. Let by Cesare Lomborso, these early researches
believed some people manifested primitive traits that made them bom criminals
(aliran kriminologi di positif awal adalah aliran biologi. Dikemukakan oleh Cesare
Lombroso dimana berdasarkan penelitiannya yakni bahwa pendapat beberapa
orang memiliki ciri tertentu sejak lahir yang membuat mereka jahat).
Teori ini lebih tegas dituliskan oleh Ninik Widiyanti dan Yulius Waskita
(1987 : 53-54) dalam awal teorinya mengusulkan beberapa pendapat yakni
sebagai berikut :
a. Penjahat sejak lahir mempunyai tipe tersendiri
b. Tipe ini bisa dikenal dengan beberapa ciri tertentu, misalnya tengkorak
asimetris, rahang bawah yang panjang, hidung pesek, rambut janggut jarang,
tahan sakit.
c. Tanda-tanda lahiriah ini bukan penyebab kejahatan, mereka merupakan tanda
mengenal kepribadian yang cenderung dalam hal kriminal behaviour itu sudah
merupakan suatu pembawaan sejak lahir, dan sifat-sifat pembawaan ini dapat
terjadi dan membentuk atafisme atau generasi keturunan epilepsy.
d. Karena kepribadian ini, maka mereka tidak dapat terhindar dari melakukan
kejahatan kecuali bila lingkungan dan kesempatan memungkinkan.
e. Beberapa penganut aliran ini mengemukakan bahwa macam-macam penjahat
(pencuri, pembunuh, pelanggar seks), saling dibedakan oleh tanda
lahirnya/stigma tertentu".
Di samping faktor ekonomi, faktor yang berperan dalam menyebabkan
kejahatan adalah faktor pendidikan yang dapat juga bermakna ketidak tahuan dari
orang yang melakukan kejahatan terhadap akibat-akibat perbuatannya, hal ini
diungkapkan oleh Goddard dengan teorinya (The mental tester theory)
berpendapat bahwa kelemahan otak (yang diturunkan oleh orang tua menurut
hukum-hukum kebakaran dari mental) menyebabkan orang-orang yang
bersangkutan tidak mampu menilai akibat tingkah lakunya dan tidak bisa
menghargai undang-undang sebagaimana mestinya (Ninik Widyanti dan Yulius
Weskita, 1987: 54).
Faktor lain yang lebih dominan adalah faktor lingkungan, Bonger (R.
Soesilo, 1985 : 28), dalam "in leiding tot the criminologie " berusaha menjelaskan
betapa pentingnya faktor lingkungan sebagai penyebab kejahatan. Sehingga
dengan demikian hal tersebut di atas, bahwa faktor ekonomi, faktor pendidikan
dan faktor lingkungan merupakan faktor-faktor yang lebih dominan khususnya
kondisi kehidupan manusia dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Pengertian Tindak Pidana dan Unsur-Unsurnya


Tindak Pidana atau delik berasal dari bahasa Latin delicta atau delictum
yang dikenal dengan istilah strafbar feit dan dalam KUHP (Kitab Undang
Undang Hukum Pidana) dengan perbuatan pidana atau peristiwa pidana. Kata
Strafbar feit inilah yang melahirkan berbagai istilah yang berbedabeda dari
kalangan ahli hukum sesuai dengan sudut pandang yang berbeda pula. Ada yang
menerjemahkan dengan perbuatan pidana, tindak pidana dan sebagainya. Dari
pengertian secara etimologi ini menunjukan bahwa tindak pidana adalah
perbuatan kriminal, yakni perbuatan yang diancam dengan hukuman. Dalam
pengertian ilmu hukum, tindak pidana dikenal dengan istilah crime dan criminal.
Menurut Moeljatno (1985 : 38), setidaknya terdapat 5 (lima) unsur
perbuatan pidana, yaitu :
1). Kelakuan dan akibat,
2). Ihwal atau keadaan yang menyertai perbuatan,
3). Keadaan tambahan yang memberatkan pidana,
4). Unsur melawan hukum yang objektif,
5). Unsur melawan hukum yang subjektif.
Jika orang telah melakukan perbuatan pidana, belum tentu dapat dijatuhi
pidana sebab masih harus dilihat apakah orang tersebut dapat disalahkan atas
perbuatan yang telah dilakukannya sehingga orang tersebut dapat
dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana. Dengan demikian, orang yang telah
melakukan perbuatan pidana tanpa adanya kesalahan, maka orang tersebut tidak
dapat dipidana, sesuai dengan asas hukum yang tidak tertulis, geen straf zonder
schuld, yaitu tidak ada pidana tanpa adanya kesalahan.

C. Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika


1. Pengertian dan Penggolongan Narkotika
Secara etimologi, kata Narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu narke
yang artinya terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Orang Amerika
menyebutnya dengan nama narcotic, di Malaysia dikenal dengan istilah dadah
sedangkan di Indonesia disebut Narkotika. (Andi Hamzah, 1986 : 224).
Menurut vide Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 2882 Tahun 1970,
narkotika atau obat bius diartikan secara umum sebagai semua bahan obat yang
umumnya mempunyai efek kerja bersifat membiuskan (dapat menurunkan
kesadaran), merangsang (meningkatkan prestasi kerja), menagihkan
(meningkatkan ketergantungan), dan menghayal (halusinasi).
Pengertian Narkotika menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu :
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabka menurunnya atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan dalam golongan
sebagaimana terlampir dalam undang-undang ini.
Selanjutnya mengenai penggolongan Narkotika di atur dalam Pasal 6 Ayat
1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yaitu :
a. Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi yang
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
b. Narkotika Golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang tinggi
mengakibatkan ketergantugan.
c. Narkotika Golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengembangan pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
Menurut Wresniworo (1999 : 28), narkotika menurut cara / proses
pengolahannya dapat dibagi kedalam tiga golongan, yaitu :
a. Narkotika alam adalah narkotika yang berasal dari hasil olahan tanaman yang
dapat dikelompokkan dari tiga jenis tanaman masing-masing :
1). Opium atau candu, yaitu hasil olahan getah dari buah tanaman papaver
somniferum. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah opium mentah, opium
masak dan morfin. Jenis opium ini berasal dari luar negeri yang diselundupkan ke
Indonesia, karena jenis tanaman ini tidak terdapat di Indonesia.
2). Kokain, yang berasal dari olahan daun tanaman koka yang banyak terdapat dan
diolah secara gelap di Amerika bagian selatan seperti Peru, Bolivia, Kolombia.
3). Canabis Sativa atau marihuana atau yang disebut ganja termasuk hashish oil
(minyak ganja). Tanaman ganja ini banyak ditanam secara ilegal didaerah
khatulistiwa khususnya di Indonesia terdapat di Aceh.
b. Narkotika semi sintetis, yang dimaksud dengan Narkotika golongan ini adalah
narkotika yang dibuat dari alkaloida opium dengan inti penathren dan diproses
secara kimiawi untuk menjadi bahan obat yang berkhasiat sebagai narkotika.
Contoh yang terkenal dan sering disalahgunakan adalah heroin dan
codein.
c. Narkotika sintetis, narkotika golongan ini diperoleh melalui proses kimia
dengan menggunakan bahan baku kimia, sehingga diperoleh suatu hasil baru yang
mempunyai efek narkotika seperti Pethidine, Metadon dan Megadon.

2. Bentuk-Bentuk dan Sanksi Tindak Pidana Penyalahgunaan


Narkotika

Di dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika,


menyatakan bahwa narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan untuk pengadaan, impor, ekspor, peredaran dan penggunaannya diatur
oleh pemerintah dalam hal ini Menteri Kesehatan. Sehingga penggunaan
narkotika selain yang disebutkan pada Pasal 7 di atas, mempunyai konsekuensi
akibat yuridis yaitu penyalahgunaan narkotika dan akan memperoleh pidana /
ancaman pidana sesuai yang diatur dalam undang-undang tersebut.
Selanjutnya dalam Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang narkotika, memberikan pengertian :
Peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika adalah setiap kegiatan atau
serangkaian kegiatan yang dilakukan secara tanpa hak atau melawan hukum yang
ditetapkan sebagai tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika.
Adapun bentuk-bentuk dan sanksi terhadap tindak pidana penyalahgunaan
narkotika di atur dalam BAB XV Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika yaitu sebagai berikut :
Pasal 111 : (1). Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara,
memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika Golongan I dalam
bentuk tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 12 (dua belas) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp
800.000.000 (Delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 8.000.000.000
(Delapan milyar rupiah).
(2). Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai,
atau menyediakan narkotika Golongan I sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1) beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon,
pelaku dipidana dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3.
Pasal 112 : (1). Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan narkotika Golongan I, dipidana dengan penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun atau pidana
denda paling sedikit Rp 800.000.000 (Delapan ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp 8.000.000.000 (Delapan milyar rupiah).
(2). Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan narkotika
Golongan I sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima)
gram, pelaku dipidana dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3.
Pasal 113 : (1). Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,
mengekspor, atau menyalurkan narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun atau
pidana denda paling sedikit Rp 1.000.000.000 (Satu milyar rupiah) dan paling
banyak Rp 10.000.000.000 (Sepuluh milyar rupiah).
(2). Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau
menyalurkan narkotika Golongan I sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau
dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana
dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3.
Pasal 114 : (1). Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau
menyerahkan narkotika Golongan I, dipidana dengan penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun
atau pidana denda paling sedikit Rp 1.000.000.000 (Satu milyar rupiah) dan
paling banyak Rp 10.000.000.000 (Sepuluh milyar rupiah).
(2). Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima,
menjadi perantara dalam jual beli, menukar atau menyerahkan narkotika
Golongan I sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk
tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon
atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana
dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3.
Pasal 115 : (1). Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim,
mengangkut, mentransito narkotika Golongan I, dipidana dengan penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun atau pidana denda
paling sedikit Rp 800.000.000 (Delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
8.000.000.000 (Delapan milyar rupiah).
(2). Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, mentransito narkotika
Golongan I sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk
tanaman beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon
atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah 1/3.
Pasal 116 : (1). Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan narkotika
Golongan I terhadap orang lain atau memberikan narkotika Golongan I untuk
digunakan orang lain, dipidana dengan penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun atau pidana denda paling sedikit Rp
1.000.000.000 (Satu milyar rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000.000
(Sepuluh milyar rupiah).
(2). Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau pemberian narkotika
Golongan I untuk digunakan orang lain sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang lain mati, cacat permanen, pelaku dipidana mati, pidana
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah 1/3.
Pasal 117 : (1). Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan narkotika Golongan II, dipidana dengan penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun atau pidana
denda paling sedikit Rp 600.000.000 (Enam ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp 5.000.000.000 (Lima milyar rupiah).
(2). Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan
narkotika Golongan II sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) beratnya
melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan penjara paling singkat 5 (lima)
tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda maksimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3.
Pasal 122 : (1). Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan,
menguasai, atau menyediakan narkotika Golongan III, dipidana dengan penjara
paling singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda
paling sedikit Rp 400.000.000 (Empat ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
3.000.000.000 (Tiga milyar rupiah).
(2). Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan
narkotika Golongan III sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) beratnya
melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan penjara paling singkat 3 (tiga)
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda maksimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3.
Dengan demikian, dari uraian-uraian di atas tentang bentuk-bentuk
penyalahgunaan narkotika sebagaimana yang diatur Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 tentang Narkotika, maka tindak pidana penyalahgunaan narkotika
dapat dikelompokan sebagai berikut :
a. Penguasaan Narkotika.
b. Produksi Narkotika.
c. Jual-beli Narkotika.
d. Pengangkutan dan transito Narkotika.
e. Penyalahgunaan Narkotika.

D. Pengertian Remaja
Secara etimologi remaja dalam bahasa latin yaitu adolensence yang
berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti
yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan
fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak
termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. (Hurlock,
1998 : 9).
Menurut WHO (Sarwono, 2002 : 4), mendefinisikan remaja lebih bersifat
konseptual, ada tiga krieria yaitu biologis, psikologik, dan sosial ekonomi, dengan
batasan usia antara 10-20 tahun, yang secara lengkap definisi tersebut berbunyi
sebagai berikut:
1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-
kanak menjadi dewasa.
3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri.

Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena


kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka
dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa. Sehingga dapat dikatakan remaja
adalah seorang yang berusia 13 sampai dengan 17 tahun dan belum menikah.
(Singgih Gunarso, 1985 : 31). .
Menurut Zakiah Drajat (Gatot Supranomo, 2000 : 2), masa remaja
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13
tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria, dimana masa remaja adalah masa
peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak
mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya.
Monks (1999 : 53), memberikan batasan usia masa remaja adalah masa
diantara 12-21 tahun dengan perincian 12-15 tahun masa remaja awal, 15-18
tahun masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun masa remaja akhir. Senada
dengan pendapat Monks, menurut Suryabrata (1981: 14), membagi masa remaja
menjadi tiga, masa remaja awal 12-15 tahun, masa remaja pertengahan 15-18
tahun dan masa remaja akhir 18-21 tahun. Berbeda dengan pendapat Hurlock
(1999:12) yang membagi masa remaja menjadi dua bagian, yaitu masa remaja
awal 13-16 tahun, sedangkan masa remaja akhir 17-18 tahun.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian tentang tinjauan kriminologis terhadap tindak pidana


penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kabupaten Lombok Timur adalah
Empiris yaitu adalah penelitian berdasarkan faktafakta yang ada di dalam
masyarakat mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kabupaten Lombok Timur dan
bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Resor
LOMBOK TIMUR dalam menanggulangi terjadinya tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kabupaten Lombok Timur.
B. Lokasi Penelitian

Penulis memilih lokasi penelitian di Kabupaten Lombok Timur yang


merupakan wilayah hukum Polres Lombok Timur. Adapun alasan memilih lokasi
penelitian ini karena semakin meningkatnya jumlah kriminilitas yang ditangani
oleh pihak Kepolisian Resort Lombok Timur khususnya tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kabupaten Lombok Timur.
C. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua
kategori, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari nara sumber dilokasi
penelitian yang berkaitan dengan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh
remaja di Kabupaten Lombok Timur.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu
menelaah literatur, artikel, liputan, makalah serta peraturan perundang undangan
yang ada kaitannya dengan tinjauan kriminologis terhadap tindak pidana
penyalahgunaan narkotika oleh remaja.
D. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah seluruh aparat Polres Lombok Timur yang
menangani upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan masyarakat
yang di anggap mengetahui tentang penyebab terjadinya tindak pidana narkotika
serta pelaku tindak pidana narkotika. Sedangkan sampel dalam penelitian ini
adalah 1 orang Kasat Narkoba, 1 orang Kanit dan 3 orang penyidik Polres
Lombok Timur, 2 orang tokoh masyarakat, 2 orang Tokoh Agama, 2 orang tokoh
pemuda serta 5 orang remaja pelaku tindak pidana narkotika.
Pertimbangan peneliti memilih 2 orang tokoh masyarakat, 2 orang Tokoh
Agama, 2 orang tokoh pemuda serta 5 orang remaja pelaku tindak pidana
narkotika, karena sampel tersebut cukup representatif memberikan informasi
mengenai faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya tindak pidana
penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Lombok Timur. Sedangkan
pertimbangan peneliti memilih 1 orang Kasat Narkoba, 1 orang Kanit dan 3 orang
penyidik Polres Lombok Timur, karena peneliti mengharapkan dan berkeyakinan
akan mendapatkan informasi mengenai upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak
kepolisian dalam mengatasi terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika
oleh remaja di Kabupaten Lombok Timur.
Adapun teknik pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara Purposive Sampling yaitu dengan penunjukan langsung oleh peneliti untuk
dijadikan sebagai sampel penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu penulis melakukan pengumpulan data dengan cara membaca
sejumlah literatur yang relevan dengan tinjauan kriminologi terhadap tindak
pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja, serta bahan-bahan normatif berupa
produk hukum yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
2. Penelitian di Lapangan (Field Research)
a). Observasi (Observation)
Yaitu penulis mendatangi lokasi penelitian kemudian melakukan pengamatan
secara langsung dan seksama terhadap obyek penelitian guna mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika
oleh remaja dan upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam
menanggulangi tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja di
Kabupaten Lombok Timur.
b). Wawancara (Interview)
Yaitu penulis melakukan tanya jawab (interview) kepada sejumlah nara
sumber yang berkompeten seperti remaja yang pernah menjadi pelaku dalam
tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan penyidik Polri Polres Lombok
Timur, serta masyarakat, tokoh agama dan tokoh pemuda dalam upaya
menanggulangi terjadinya tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja di
Kabupaten Lombok Timur.
c). Dokumentasi (Documentation)
Yaitu penulis melakukan pengumpulan data-data dilokasi penelitian yang
berhubungan dengan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja dan
upaya-upaya yang dilakukan pihak kepolisian dalam menanggulangi terjadinya
pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja di Kabupaten Lombok Timur.
F. Teknik Analisis Data
Data penelitian diolah dan dianalisis secara kualitatif yaitu menganalisa
data berdasarkan kualitasnya lalu dideskripsikan dengan menggunakan kata-kata
sehingga diperoleh bahasan atau paparan dalam bentuk kalimat yang sistematis
dan dapat dimengerti, kemudian ditarik kesimpulan.
G. Definisi Operasional
Dalam definisi operasional ini, penulis akan memberikan batasan,
pengertian atau istilah yang digunakan dalam penulisan hukum ini, yang berkaitan
dengan judul dan digunakan oleh penulis yaitu sebagai berikut :
1. Kriminologi adalah ilmu yang mempelajari sebab-sebab terjadinya suatu kejahatan
serta cara-cara menanggulangi kejahatan tersebut.
2. Tindak Pidana adalah suatu perbuatan atau tindakan melanggar ketentuan hukum
mengenai narkotika yang berlaku dan diancam dengan sanksi.
3. Tindak pidana narkotika adalah. tindak pidana penyalahgunaan narkotika tanpa
hak atau melawan hukum selain yang ditentukan dalam undang-undang yang
terjadi di Kabupaten Lombok Timur.
4. Remaja adalah seseorang yang berumur 12 tahun tetapi belum mencapai umur 18
tahun dan belum pernah kawin yang terlibat tindak pidana penyalahgunaan
narkotika di Kabupaten Lombok Timur.
DAFTAR PUSTAKA

Abussalam, 2007, Kriminologi, Restu Agung, Jakarta.

Andi Hamzah, 1986, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia
Indonesia, Jakarta

Andi Zainal Abidin Farid, 1981, Hukum Pidana I, Sinar Grafika, Jakarta.

Bambang Poernomo, 1987, AsasAsas Hukum Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Barda Nawawi Arief, 1991, Upaya Non Penal dalam Penanggulangan Kejahatan,
PT. Citra Aditya Bakti, Semarang.

Gatot Supramono, 2000, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Jakarta.

Hari Sasangka, 2003, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, Mandar
Maju, Bandung.

Hurlock,E.B,1998. Perkembangan Anak. Alih bahasa oleh Soedjarmo &


Istiwidayanti, Erlangga, Jakarta.

Kanter dan Sianturi, 2002, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan


Penerapannya. Storia Grafika, Jakarta.

Lamintang, P.A.F. 1983. Dasar Dasar Hukum Pidana. Sinar Baru, Bandung.

Moeljatno, 1985, Asas-asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta.

Monks, F.J,K & Haditono, S.R. 1999. Psikologi Perkembangan. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

R.Tresna. 1995. Hukum Pidana. Sinar Baru, Jakarta.

Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Remaja. Edisi Enam, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Topo Santoso, 2001, Menggagas Hukum Pidana Islam, Penerapan Hukum


Pidana Islam dalam Konteks Modernitas, Asy-Syaamil Press dan Grafika,
Jakarta.

Wresniwiro, 1999, Narkotika, Psikotropika dan Obat Berbahaya, Narkotika,


Psikotropika dan Obat Berbahaya, Yayasan Mitra Bintibmas Bina Dharma
Pemuda, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai