ABSTRAK
1
2
Oleh karena itu, menjaga integritas TNI serta menjamin terlaksananya dan
berhasilnya tugas TNI yang sangat penting karena langsung berhubungan dengan
tegak dan runtuhnya Negara, maka di samping peraturan-peraturan yang bersifat
khusus yang sifatnya lebih keras dan lebih berat bagi prajurit TNI. Adapun
1
Tentara Nasional Indonesia, https://id.wikipedia.org/wiki/Tentara_Nasional_Indonesia,
diakses 10 Januari 2020, pukul 10:30
2
Moch. Faisal Salam, Peradilan Militer Indonesia (Bandung: Mandar Maju, 1994),
hlm.15.
3
3
Tri Andrisman, Hukum Pidana Militer (Bandar Lampung: Unila, 2010), hlm. 32.
4
dan Bela Negara (Jakarta: Badan Pembina Hukum Nasional Tentang Hukum Militer dan Bela
Negara1996), hlm. 2.
5
penyalahgunaan narkotika bagi diri sendiri, daya guna adalah bahwa hukum perlu
menuju pada tujuan yang penuh harga, karena pemidanaan bagi seorang militer
pada dasarnya lebih merupakan suatu tindakan pendidikan atau pembinaan
daripada tindakan penjeraan atau pembalasan. Berat ringannya sanksi pidana
tidak semata-mata untuk memberi efek jera atau pencegahan terhadap
penyalahguna narkotika maupun mencegah masyarakat umum untuk melakukan
perbuatan yang serupa.
B. PEMBAHASAN
Indonesia sebagai negara menyatakan diri negara hukum, landasan
tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945
hasil Amandemen yang berbunyi Negara Indonesia adalah Negara hukum”
Uraian tersebut diatas memberikan pengertian bahwa dalam menjalankan
kekuasaannya pemerintah yang dalam hal ini penguasa penguasa harus
berdasarkan hukum (rechts staats) tidak berdasarkan kekuasaan (machtstaat).
Maka setiap tindak pidana yang terjadi seharusnya di proses melalui jalur hukum,
jadi hukum dipandang sebagai satu-satunya sarana bagi penyelesaian terhadap
pelanggaran atau kejahatan (tindak pidana). Dasar untuk memidana baik terhadap
pelanggaran atau kejahatan (tindak pidana), yang merupakan salah satu asas
paling penting dalam hukum pidana, yaitu asas legalitas terdapat pada Pasal 1 ayat
(1) KUHP, yang berbunyi:
“Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana
dalam perundang-undangan yang telah ada, sebelum perbuatan
dilakukan”.5
5
P.A.F Lamintang, ,Ruang Lingkup Berlakunya Ketentuan Pidana Menurut Undang-
Undang (Bandung: Sinar Baru, 1990), hlm.7.
6
Ledeng Marpaung,Unsur-Unsur Perbuatan Yang Dapat Dihukum (Delik)(Jakarta:Sinar
Grafika, 1999), hlm.3.
6
7
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm.23.
8
Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum (Jakarta:MandarMaju,2003),
hlm.23.
9
Hassan Sadhily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2000), hlm. 390.
10
Mulyono M. Anton, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1998),
hlm. 609.
Soerjono Soekanto, Patologi Sosial(Bandung: Alumni Bandung, 1997), hlm. 78.
11
Smith Kline dan French Clinical, A Manual For Law Enforcemen Officer Drugs Abuse
12
13
Moh. Taufik Makaro et al., Tindak Pidana Narkotika (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
hlm.19.
8
Pidana militer dalam arti luas mencakup pengertian hukum pidana militer
dalam arti materiil dan hukum pidan militer dalam arti formil. Hukum pidana
materiil merupakan kumpulan peraturan tindak pidana yang berisi perintah dan
larangan untuk menegakkan ketertiban hukum dan apabila perintah dan larangan
itu tidak ditaati maka diancam hukuman pidana.15
14
A.Mulya Sukmapermata, Hukum Acara Peradilan Militer (Bandung Citra Aditya
Bakti, 2007), hlm.37.
15
Moch.Faisal Salam, op.cit., hlm.26.
9
16
Ibid.,
17
E.Y Kanter dan S.R. Sianturi, Hukum Pidana Militer Di Indonesia (Jakarta: Alumni
AHM-PTHM, 1981), hlm. 43.
18
S.R Sianturi, Hukum Pidana Militer Di Indonesia (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum
Tentara Nasional Di Indonesia, 2010), hlm. 69.
10
Hal seperti ini perlu menjadi dasar pertimbangan hakim untuk menentukan
perlu tidaknya penjatuhan pidana tambahan pemecatan terhadap terpidana di
samping dasar-dasar lainnya, yang sudah ditentukan. Jika terpidana adalah
seorang non-militer, maka hakekatnya dan pelaksanaan pidananya sama dengan
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).19
Selanjutnya Militer sebagai subjek dari tindak pidana seorang militer
termasuk subjek tindak pidana umum dan juga subjek dari tindak pidana militer.
Dalam hal ini terjadi suatu “tindak pidana militer campuran”
(gemengdemilitairedelict), militer tersebut secara berbarengan dengan subjek dari
tindak pidana umum dan tindak pidana militer yang juga berbarengan
(eendaadsesamenloop, concursusidealis). Apabila diperhatikan ketentuan Pasal 1
ayat (2) KUHP yang pada prinsipmnya “menghendaki” penerapan ketentuan
pidana yang menguntungkan bagi tersangka, dalam hal tersebut di atas tentunya
dikehendaki penerapan tindak pidana umum yang ancaman pidana lebih ringan.
Akan tetapi pasal 63 KUHP menentukan lain yaitu: penerapan ketentuan pidana
pokok yang paling berat (ayat pertama), atau penerapan ketentuan pidana yang
khusus (ayat kedua). Karena justru alasan pengkitaban KUHPM secara khusus
(tersendiri) adalah antara lain pemberatan ancaman pidana, maka dalam hal terjadi
suatu delik militer campuran, yang diterapkan adalah ketentuan pidana yang
tercantum dalam KUHPM, sesuai ketentuan Pasal 63 KUHP.20
Narkotika sebagai salah satu kejahatan yang grafiknya terus meningkat
dari waktu ke waktu. Hampir semua lapisan masyarakat dengan tanpa
membedakan status sosial dapat dimasuki oleh narkoba dan psikotropika, seperti
anak-anak, pelajar, mahasiswa, selebritis, lembaga professional dan juga para
oknum pejabat.Semua pihak yang terlibat dalam tindak pidana atau
penyalahgunaan narkotika dapat menjadi pelaku dan sekaligus korban. Indonesia
sebagai salah satu Negara di Asia yang semula dijadikan tempat transit narkotika
dan psikotropika dan telah berkembang menjadi tempat untuk memproduksi
narkotika. Jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya menjadikan
Indonesia sebagai pasar potensial narkotika.
19
Ibid.,
20
Moch. Faisal Salam., op.cit., hlm.31.
11
tambahan. Jenis pidana tambahan tersebut berupa pemecatan dari dinas militer,
penurunan pangkat dan pencabutan hak-hak tertentu. Untuk pidana tambahan
yang berupa pemecatan dinas dari militer dan penurunan pangkat tentunya tidak
diatur dalam hukum pidana umum. Kedua jenis pidana tambahan ini adalah murni
bersifat kemiliteran dan sekaligus merupakan pemberatan pemidanaan bagi
anggota militer.
Peradilan Militer diberi wewenang oleh undang-undang sebagai peradilan
khusus yang memeriksa dan mengadili tindak pidana yang dilakukan oleh anggota
TNI, yang secara khusus dibentuk untuk melaksanakan tugas Negara di bidang
penyelenggara pertahanan Negara yang ditundukkan dan diberlakukan hukum
militer.
Dibentuknya lembaga Peradilan Militer tidak lain adalah untuk menindak
para anggota TNI yang melakukan tindak pidana dan menjadi salah satu alat
kontrol bagi anggota TNI dalam menjalankan tugasnya. Sehingga dapat
membentuk dan membina TNI yang kuat, professional, dan taat hukum karena
tugas TNI sangat besar untuk mengawal dan menyelamatkan bangsa dan negara.
DAFTAR PUSTAKA
14