Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ASPEK- ASPEK HUKUM CYBER, TELEMATIKA YANG BERKAITAN


DENGAN HUKUM BISNIS

Dosen Pengampu ;

Disusun Oleh :

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Puji-syukur saya panjatkan sepenuhnya kehadirat Allah SWT karena


dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah- Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul “ASPEK-
ASPEK HUKUM CYBER, TELEMATIKA YANG BERKAITAN DENGAN
HUKUM BISNIS”.
Didalam proses pembuatannya, makalah ini telah saya usahakan
semaksimal mungkin dengan bantuan dari berbagai pihak, sehingga kami dapat
melesaikannya dengan baik. Oleh sebab itu, saya ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan makalah ini. saya berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan dan pengetahuan kita semua.
Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya. Saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca
sangat saya butuhkan untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Terima
kasih.

Jambi, 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I.........................................................................................................................
PENDAHULUAN......................................................................................................
1.1 Latar belakang.............................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................
BAB II........................................................................................................................
PEMBAHASAN.........................................................................................................
2.1 Aspek-Aspek Hukum Cyber,Telematika yang berkaitan engan Hukum Bisnis...........................
2.2 Penegakan Hukum terhadap pelanggaran Hak Cipta...................................................................
BAB III......................................................................................................................
PENUTUP..................................................................................................................
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................
3.2 Saran...........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Perkembangan teknologi saat ini yang sangat mempengaruhi kehidupan
masyarakat global adalah teknologi informasi, yang salah satu wujudnya
adalah
internet. Penggunaan media elektronik yang termasuk kedalam teknologi
internet dapat memberikan manfaat yang besar terhadap dunia bisnis yang
semakin kompetitif. Kemajuan teknologi informasi mempermudah setiap
orang untuk melakukan berbagai aktivitas, salah satunya untuk menunjang
kebutuhan akan hiburan. Ketika ingin menyaksikan suatu film tidak perlu lagi
mengantri untuk membeli tiket di bioskop ataupun membeli CD di toko,
dengan mengakses situs yang menyediakan layanan film secara straming
sudah bisa menikmati film yang ingin disaksikan.
Saat ini internet telah membentuk masyarakat dengan kebudayaan baru,
masyarakat yang tak lagi dihalangi oleh batas-batas teritorial antara negara
yang
dahulu ditetapkan sangat rigit sekali. Dengan adanya internet. kini setiap
orang diseluruh dunia dapat saling terhubung satu sama lain melalui fasilitas
ini. orang-orang dapat lebih mudah untuk saling berkomunikasi, mengirim
atau memberi informasi, bahkan menyalurkan aspirasi atau kreatifitasnya
masing-masing.
Di lain pihak, dengan keberadaan jaringan internet itu sendiri memberikan
ruang lingkup baru dalam bidang hukum yang perlu diatur. Pertukaran
informasi yang begitu cepat, kebebasan luas yang mencangkup seluruh dunia
dan banyaknya orang yang mengakses di lain pihak memberikan ruang
tersendiri untuk seseorang melakukan tindakan pelanggaran bahkan kejahatan.
Adapun tindakan pelanggaran dan kejahatan yang dimaksud antara lain
pelanggaran terhadap hak kekayaan intelektual khususnya hak cipta

1
1.1 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah
1. Bagaimana yang dimaksud dengan Aspek-Aspek hukum cyber, telematika
yang berkaitan dengan hukum bisnis ?
2. Bagaimana penegakan hukum terhadap pelanggaran Hak Cipta

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang maksud dengan Aspek-Aspek hukum cyber,
telematika yang berkaitan dengan hukum bisnis
2. Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap pelanggaran Hak Cipta

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspek- Aspek Hukum Cyber yang berkaitan dengan Hukum bisnis
Cyber law adalah rezim hukum baru yang didalamnya memiliki berbagai
aspek hukum yang sifatnya multi disiplin. Dalam penelitian ini cyberlaw juga
diartikan sebagai hukum telekomunikasi multimedia dan informatika (telematika).
Pengertian ini menunjukan sifat konvergentif dari communication computing dan
content sehingga cyber law membahas dari teknologi dan informasi secara
konvergensi.
Definisi Hukum Telematika, atau yang dikenal dengan cyber law, adalah
keseluruhan asas-asas, norma atau kaidah lembaga-lembaga, institusi-institusi dan
proses yang mengatur kegiatan virtual yang dilaksanakan dengan menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi (disingkat menjadi TIK).
Perbuatan-perbuatan yang diatur seringkali bersifat tanpa batas (borderless)
melintas batas-batas teritorial negara, berlangsung demikian cepat sehingga
seringkali menembus batas ruang dan waktu. Perbuatan hukum ini meskipun
memiliki karekter virtual tetapi berakibat sangat nyata. Saat ini hampir seluruh
umat manusia tidak dapat melepaskan diri dari unsur cyber law karena
penggunaan TIK telah memasuki hampir seluruh segmen kehidupan dari mulai
pengunaan penggunaan seluler, pemanfaatan internet, penggunaan transaksi
perbankan secara elektronik dan lain-lain.
Perkembangan teknologi informasi (TI) dan khususnya juga Internet
ternyata tak hanya mengubah cara bagaimana seseorang berkomunikasi,
mengelola data dan informasi, melainkan lebih jauh dari itu mengubah bagaimana
seseorang melakukan bisnis. Banyak kegiatan bisnis yang sebelumnya tak
terpikirkan, kini dapat dilakukan dengan mudah dan cepat dengan model-model
bisnis yang sama sekali baru. Begitu juga, banyak kegiatan lainnya yang

3
dilakukan hanya dalam lingkup terbatas kini dapat dilakukan dalam cakupan
cakupan yang sangat luas, bahkan mendunia.
Meskipun secara nyata dirasakan semua kemudahan dan manfaat atas hasil
perkembangan teknologi informasi tersebut, bukan hal yang mustahil dalam
berbagai penggunaannya terdapat berbagai permasalahan hukum. Hal itu
dirasakan dengan adanya berbagai penggunaan yang menyimpang atas berbagai
bentuk teknologi informasi, sehingga dapat dikatakan bahwa teknologi informasi
digunakan sebagai alat untuk melakukan kejahatan, atau sebaliknya pengguna
teknologi informasi dijadikan sasaran kejahatan.
Salah satu contoh kasus adalah pembajakan film Warkop DKI Reborn:
Jangkrik Boss yang dilakukan oleh seorang wanita berinisial “PL” (31) yang
berprofesi sebagai Sales Promotion Girl (SPG). Aksi pembajakan dilakukan PL
saat menonton film tersebut di Ambarukmo Plaza, Yogyakarta. Pelaku merekam
film dengan menggunakan smartphone-nya. Kemudian disebarkan menggunakan
akun BIGO Live dengan nama profil “W”. Kemudian PL dilaporkan oleh pihak
Falcon Pictures kepada Polda Metro Jaya karena telah melakukan pembajakan
yang mengakibatkan kerugian sebesar Rp 20 miliar. Pelaku terancam dijerat
UndangUndang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dengan
ancaman hukuman penjara maksimal 10 tahun dan denda Rp 4 Miliar. Namun
pelaku tidak ditahan karena yang bersangkutan sudah meminta maaf dan
kooperatif dan pihak Falcon Pictures sendiri sudah memberi maaf. Download atau
pengunduhan film melalui website ilegal berarti telah mengambil suatu ciptaan
tanpa izin pencipta karena dilakukan melalui website illegal.

2.2 Penegakan Hukum terhadap pelanggaran Hak Cipta


Konsekuensi hukum terhadap pelanggaran Hak Cipta film sebagaimana
diatur dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
secara perdata adalah sebagai berikut:

4
(1) Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau Pemilik Hak Terkait berhak mengajukan
gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas pelanggaran Hak Cipta atau
Produk Hak Terkait;
(2) Gugatan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
permintaan untuk menyerahkan seluruh atau sebahagian dari penghasilan
penyelenggaraan ceramah, pertemuan ilmiah, pertunjukan atau pameran karya
yang merupakan hasil pelanggaran Hak Cipta atau produk hak terkait;
(3) selain gugatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pencipta, Pemegang Hak
Cipta, atau Pemilik Hak Terkait dapat memohon putusan provisi atau putusan sela
kepada pengadilan niaga untuk:
(a) Meminta penyitaan Ciptaan yang dilakukan pengumuman atau penggandaan,
dan/atau alat penggandaan yang digunakan untuk menghasilkan ciptaan hasil
pelanggaran Hak Cipta dan Produk Hak Terkait; dan/atau
(b) Menghentikan kegiatan pengumuman, pendistribusian
komunikasi, dan /atau penggandaan Ciptaan yang merupakan hasil pelanggaran
Hak Cipta
Terkait perbuatan mengunduh (download) film di website ilegal dapat
dikategorikan sebagai penggandaan suatu ciptaan secara tidak sah yang dapat
dikenakan sanksi pidana berdasarkan Pasal 113 ayat (3) UndangUndang Nomor
28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang berbunyi “setiap orang dengan tanpa hak
dan/atau tanpa izin pencipta melakukan pelanggaran Hak Ekonomi pencipta
sebagimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, dan/atau huruf g
untuk penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama
(4) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah)”
Apabila setelah mengunduh film tersebut lalu didistribusikan kembali dengan
tujuan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, hal tersebut dapat dikategorikan
sebagai “pembajakan” yang dapat dikenakan sanksi pidana berdasarkan Pasal 113
ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang berbunyi
“setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan dengan pidana

5
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).”
Selanjutnya dalam Pasal 118 ayat (1) dan (2) juga dijelaskan sanksi pidana
bagi yang melanggar Pasal 25 ayat (1), (2), dan (3), yaitu: (1) Ayat (1) setiap
orang yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan pelanggaran Hak Ekonomi
sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf duntuk penggunaan secara komersial, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah); (2) Ayat (2) setiap orang yang
memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) huruf dyang
dilakukan dengan maksud pembajakan dipidana dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun penjara dan/atau pidana denda paling banyak
Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
Berdasarkan pasal 1365 KUH Perdata, kegiatan download film di website
ilegal dapat dikategorikan sebagai Perbuatan melawan hukum karena sudah
memenuhi unsur Perbuatan Melawan Hukum, yaitu:
1. Adanya perbuatan, dimana unsur perbuatannya adalah pembajakan film;
2. Perbuatan tersebut melawan hukum, dimana kegiatan download dan streaming
pada website ilegal bertentangan dengan pasal 9 uuhc, dan melanggar hak
ekonomi pencipta film;
3. Adanya kerugian, dimana yang dirugikan adalah pencipta, pemeganghak cipta
dan pemilik hak terkait;
4. Adanya kesalahan, kesalahan ini ada 2 (dua), bisa karena kesengajaan atau
karena kealpaan. Kegiatan download film di website ilegal tentu dilakukan dengan
kesadaran;
5. Adanya hubungan sebab-akibat, dengan kegiatan download film di website
ilegal mengakibatkan pencipta, pemeganghak cipta, dan pemilik hak terkait
mengalami kerugian.
Sehingga orang yang telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum dalam hal
ini adalah pelaku download film di website ilegal harus membayar ganti rugi
kepada pihak yang telah dirugikan ataupun bisa mendapatkan konsekuensi hukum

6
berupa denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau
penjara paling lama 3 (tiga tahun).
Undang-Undang nomor 11 Tahun 2004 Tentang Informasi dan transaksi
Elektronik juga mengatur tentang sanksi pidana dari kejahatan dunia maya. Dalam
undang-undang tersebut digunakan dua kebijakan yaitu dengan menggunakan
sanksi penal atau dengan sanksi pidana dengan nonpenal (termasuk di dalamnya
menggnakan sanksi administratif, sanksi perdata, dan lain-lain. Dalam Undang-
undang ITE, kegiatan download dan streaming film ilegal telah melanggar
ketentuan pasal 32 yang menyatakan: “setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak
atau melawan hukum dengan cara apapun mengubah, menambah, mengurangi,
melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan, menyembunyikan
suatu informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik milik orang lain atau
milik publik.” Sanksi dari pelanggaran Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang ITE
adalah dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan/atau
denda paling banyak RP2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 48 ayat (1).

7
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwaFilm
merupakan hasil implementasi kemampuan intelektual Pencipta. Perlindungan
hukum mengikuti karya cipta itu berada yaitu dengan Hak Cipta. Pengaturan
perlindungan Hak Cipta diatur dengan UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
secara perdata seorang pencipta atau Pemegang hak cipta/hak terkait berhak
melakukan gugatan ganti rugi atas pelanggaran hak cipta. Sedangkan dilihat dari
segi pidana dalam UndangUndang Hak Cipta terdapat beberapa sanksi pidana
berupa hukuman pidana penjara paling lama (4) tahun dan/atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik juga turut memberikan
sanksi pidana kepada para pelanggarnya dengan hukuman pidana penjara paling
lama 8 (delapan) tahun dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua
miliar rupiah).

3.2 Saran
Hendaknya pemerintah harus menekankan sosialisasi kepada semua masyarakat
dengan lebih giat lagi untuk menghargai hasil karya cipta seseorang, serta melalui
pengawasan yang lebih komperhensif ditambah penegakan hukum hak cipta yang
mengakomodir seluruh hak pencipta yang ada dalam ciptaannya tersebut. Serta
Pemerintah harus bertindak tegas untuk menghukum pelaku yang terlibat dalam
kasus pelanggaran hak cipta di Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Munandar, Haris dan sally Sitanggang, Mengenal Haki Hak Kekayaan


Intelektual. ( Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008).
Muhamad, Firmansyah, Tata cara Mengurus Haki. ( Jakarta Selatan: Penerbit
Transmedia Pustaka, 2005).
Nasution, Rahmi Jened Parinduri , Interface Hukum Kekayaan Intelektual dan
Hukum Persaingan Penyalahgunaan HAKI. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Rajawali Pers, 2013).
Peter, Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum. (Jakarta: Penerbit Prenada Media
Group 2011).
Ramli, M Ahamd, dan Fathurahman, film Indefenden Dalam Perspektif Hukum
Hak Cipta Dan Hukum Perfilman Indonesia. ( Bandung: Penerbit Ghalia
Indonesia, 2005).

Anda mungkin juga menyukai