Anda di halaman 1dari 17

CYBER LAW DAN UNDANG-UNDANG ITE

Untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester HUKUM KONSTITUSI

Disusun oleh:

TEGUH WIRMAN (200701070)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah S. W. T Yang Maha Esa,
karena dengan Rahmat-Nya kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Makalah
Cyber Law & Undang-Undang ITE Pada HUKUM KONSTITUSI ini. Dan kami
mengucapkan terima kasih pula untuk Dosen dan teman-teman sekalian yang telah
mendukung dan membantu menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin.
Makalah ini dibuat bertujuan untuk mendapatkan nilai UTS (Ujian Tengah Semester).
Kami berharap semua pihak dapat mendukung makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan mutunya. Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk teman-teman yang membacanya. Oleh
karena itu, saran dan kritik sangat kami harapkan. Tujuan pembuatan makalah ini adalah
salah satu syarat untuk mendapat nilai UTS (Ujian Tengah Semester) terbaik pada studi
“HUKUM KONSTITUSI”.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak,
meskipun dalam laporan ini masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan.

PENULIS, 5 DESEMBER 2022

TEGUH WIRMAN

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI.....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................4

1.2. RUMUSAN MASALAH....................................................................................5

1.3. TUJUAN.............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6

2.1. CYBER LAW DAN UNDANG-UNDANG ITE...............................................6

2.2. CONTOH ANALISIS KASUS CYBER LAW................................................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................................15

3.1 KESIMPULAN.................................................................................................15

3.2 SARAN.............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Saat ini telah lahir suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum siber
atau hukum telematika. Hukum siber atau cyber law, secara internasional digunakan
untuk istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi. Demikian pula, hukum telematika yang merupakan perwujudan dari
konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan hukum informatika. Istilah
lain yang juga digunakan adalah hukum teknologi informasi (law of information
technology), hukum dunia maya (virtual world law), dan hukum mayantara. Istilah-
istilah tersebut lahir mengingat kegiatan yang dilakukan melalui jaringan sistem
komputer dan sistem komunikasi baik dalam lingkup lokal maupun global (Internet)
dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis sistem komputer yang
merupakan sistem elektronik yang dapat dilihat secara virtual. Permasalahan hukum
yang seringkali dihadapi adalah ketika terkait dengan penyampaian informasi,
komunikasi, dan/atau transaksi secara elektronik, khususnya dalam hal pembuktian
dan hal yang terkait dengan perbuatan hukum yang dilaksanakan melalui sistem
elektronik.
Berdasarkan permasalahan hukum tersebutlah pemerintah sebagai penjamin
kepastian hukum dapat menjadi sarana pemanfaatan teknologi yang modern.
Sebagai salah satu bukti nyata adalah dibuatnya suatu kebijakan dalam UU No.11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Sistem ekonomi yang dianut oleh
Indonesia adalah sistem ekonomi campuran yaitu perekonomian bertumpu pada
kekuatan dan mekanisme pasar tetapi pasar tersebut tidak kebal dari intervernsi
pemerintah singkatnya sistem ekonomi ini merupakan campuran antara unsur-unsur
dalam perekomian pasar dan perekomian sosialis.
Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah
baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Perkembangan

4
teknologi informasi dan komunikasi telah pula menyebabkan hubungan dunia
menjadi tanpa batas (borderless) dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan
budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat. Teknologi Informasi saat ini
menjadi pedang bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan
kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif
perbuatan melawan hukum.
Salah satu perkembangan teknologi yang sering digunakan dan dibutuhkan
semua kalangan masyarakat adalah computer. Dengan computer seseorang dapat
dengan mudah mempergunakannya, tetapi dengan adanya computer seseorang
menggunakannya dengan ada hal yang baik dan tidaknya. Jika seseorang melakukan
kejahatan di dunia maya atau biasa disebut cyber crime maka akan dikenakan
hukuman pidana dan perdata.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan Cyber Law serta Undang-undang ITE ?
2. Bagaimana contoh kasus dari kejahatan yang terjadi di dunia maya beserta
solusinya ?

1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari cyber law serta undang- undang ITE
2. Untuk menambah pengetahuan mengenai analisis kasus kejahatan di dunia maya
yang kerap terjadi

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. CYBER LAW DAN UNDANG-UNDANG ITE


a. DEFINISI
Cyberlaw adalah hukum yang digunakan didunia cyber ( dunia maya )
yang umumnya diasosiasikan dengan internet. Cyberlaw merupakan aspek
hukum yang ruang lingkupnya meliputi suatu aspek yang berhubungan dengan
orang perorangan atau subyek hukum yang menggunakan dan memanfaatkan
teknologi internet yang dimulai pada saat online dan memasuki dunia cyber atau
dunia maya. Cyberlaw sendiri merupakan istilah yang berasal dari Cyberspace
Law. Cyberlaw akan memainkan peranannya dalam dunia masa depan, karena
nyaris tidak ada lagi segi kehidupan yang tidak tersentuh oleh keajaiban
teknologi dewasa ini dimana kita perlu sebuah perangkat aturan main
didalamnya.
Hukum pada prinsipnya merupakan pengaturan terhadap sikap tindakan
perilaku seseorang dan masyarakat dimana akan ada sangsi bagi yang
melanggar. Pada dasarnya sebuah undang - undang dibuat sebagai jawaban
hukum terhadap persoalan yang ada di masyarakat, namun pada pelaksanaannya
tak jarang suatu undang - undang yang sudah terbentuk menemui kenyataan
yang mungkin tidak terjangkau saat undang - undang di bentuk1.
Sedangkan definisi dari Undang-Undang ITE adalah ketentuan yang
berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana
diatur dalam undang - undang ini, baik yang berada di wilayah hukum Indonesia
maupun di luar wilayah hukum Indonesia. Undang - undang informasi dan
transaksi elektronik (UU ITE) atau yang disebut cyberlaw, digunakan untuk

1
Fitri, S.N. (2022) ‘Politik Hukum Pembentukan Cyber Law Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik di Indonesia’, Jurnal Justisia : Jurnal Ilmu Hukum, Perundang-undangan dan Pranata Sosial,
7(1), p. 104. Available at: https://doi.org/10.22373/justisia.v7i1.12719.

6
mengatur berbagai perlindungan hukum atas kegiatan yang memanfaatkan
internet sebagai medianya, baik transaksi maupun pemanfaatan informasinya.
Pada UU ITE ini juga diatur berbagai macam hukuman bagi kejahatan
melalui internet. UU ITE mengakomodir kebutuhan para pelaku bisnis diinternet
dan masyarakat pada umumnya untuk mendapat kepastian hukum dengan
diakuinya bukti elektronik dan tanda tangan elektronik digital sebagai bukti yang
sah dipengadilan. UU ITE sendiri baru ada di Indonesia dan telah disahkan oleh
DPR RI pada tanggal 21 April 2008. UU ITE terdiri dari 13 Bab dan 54 Pasal
yang mengupas secara mendetail bagaimana aturan hidup di dunia maya dan
transaksi yang terjadi didalamnya.

Pada awalnya kebutuhan akan Cyber Law di Indonesia berangkat dari


mulaibanyaknya transaksi-transaksi perdagangan yang terjadi lewat dunia maya.
Atas transaksi-transaksi tersebut, sudah sewajarnya konsumen, terutama
konsumen akhir(end-user) diberikan perlindungan hukum yang kuat agar tidak
dirugikan, mengingat transaksi perdagangan yang dilakukan di dunia maya
sangat rawan penipuan, dan dalam perkembangannya, UU ITE yang
rancangannya sudah masuk dalam agenda DPR, terus mengalami penambahan
disana-sini, termasuk perlindungan dari serangan hacker, pelarangan
penayangan content yang memuat unsur-unsur pornografi, pelanggaran
kesusilaan,pencemaran nama baik, penghinaan dan lain sebagainya2.

b. Topic seputar Cyber law


Secara garis besar ada lima topic dari cyberlaw di setiap negara yaitu:
 Information security, menyangkut masalah keotentikan pengirim atau
penerima dan integritas dari pesan yang mengalir melalui internet. Dalam
hal ini diatur masalah kerahasiaan dan keabsahan tanda tangan
elektronik.

2
R.winarni (2016)’efektivitas penerapan undang-undang ITE dalam Tindakan Pidana Cyber Crime’,
jurnal ilmiah Hukum dan Dinamika, vol 14, No1

7
 On-line transaction, meliputi penawaran, jual-beli, pembayaran sampai
pengiriman barang melalui internet.
 Right in electronic information, soal hak cipta dan hak-hak yang muncul
bagi pengguna maupun penyedia content.
 Regulation information content, sejauh mana perangkat hukum mengatur
content yang dialirkan melalui internet.
 Regulation on-line contact, tata karma dalam berkomunikasi dan
berbisnis melalui internet termasuk perpajakan, retriksi eksport-import,
kriminalitas dan yurisdiksi hukum

c. Ruang Lingkup Cyber Law


Pembahasan mengenai ruang lingkup ”cyber law” dimaksudkan sebagai
inventarisasi atas persoalan-persoalan atau aspek-aspek hukum yang
diperkirakan berkaitan dengan pemanfaatan Internet. Secara garis besar ruang
lingkup ”cyber law” ini berkaitan dengan persoalan-persoalan atau aspek
hukum dari:
 E-Commerce,
 Trademark/Domain Names,
 Privacy and Security on the Internet,
 Copyright,
 Defamation,
 Content Regulation,
 Disptle Settlement, dan sebagainya3

d. Pasal-pasal dalam UUD ITE


Terdapat sekitar 11 pasal yang mengatur tentang perbuatan-perbuatan
yang dilarang dalam UU ITE, yang mencakup hampir 22 jenis perbuatan yang
dilarang. Dari 11Pasal tersebut ada 3 pasal yang dicurigai akan membahayakan

3
Napitupulu, D. (2017) ‘Kajian Peran Cyber Law Dalam Memperkuat Keamanan Sistem Informasi
Nasional’, Teknologi Informasi dan Komunikasi, pp. 100–113.

8
blogger, pasal-pasal yang mengatur larangan-larangan tertentu di dunia maya,
yang bisa saja dilakukan oleh seorang blogger tanpa dia sadari. Pasal-Pasal
tersebut adalah Pasal 27 ayat (1) dan (3), Pasal 28 ayat (2), serta Pasal 45 ayat
(1) dan (2).

Pasal 27 ayat (1)


Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang melanggar
kesusilaan.

Pasal 27 ayat (3)


Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau
pencemaran nama baik.

Pasal 28 ayat (2)


Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang
ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu
dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan
antargolongan (SARA). Atas pelanggaran pasal-pasal tersebut, UU ITE
memberikan sanksi yang cukup berat sebagaimana di atur dalam Pasal 45 ayat
(1) dan (2).

Pasal 45 ayat (1)


Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat
(1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama
6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).

9
Pasal 45 ayat (2)
Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat
(1) atau ayat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)4.

e. Dampak positif dan negatif undang-undang informasi dan transaksi elektronik


Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau yang bisa
disingkat dengan UU ITE yang diterbitkan pada 25 Maret 2008 dengan cakupan
meliputi globalisasi, perkembangan teknologi informasi, dan keinginan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Undang-Undang ini marupakan undang-
undang yang dinilai mempunyai sisi positif dan negatif.

 Dampak Positif UU ITE


Berdasarkan dari pengamatan para pakar hukum dan politik UU ITE
mempunyai sisi positif bagi Indonesia. Misalnya memberikan peluang bagi
bisnis baru bagi para wiraswastawan di Indonesia karena penyelenggaraan
sistem elektronik diwajibkan berbadan hukum dan berdomisili di
Indonesia.Otomatis jika dilihat dari segi ekonomi dapat mendorong
pertumbuhan ekonomi. Selain pajak yang dapat menambah penghasilan
negara juga menyerap tenaga kerja dan meninggkatkan penghasilan
penduduk.
UU itu juga dapat mengantisipasi kemungkinan penyalahgunaan
internet yang merugikan, memberikan perlindungan hukum terhadap
transaksi dan sistem elektronik serta memberikan perlindungan hukum
terhadap kegiatan ekonomi misalnya transaksi dagang.Penyalahgunaan
internet kerap kali terjadi seperti pembobolan situs-situs tertentu milik
pemerintah.Kegiatan ekonomi lewat transaksi elektronik seperti bisnis lewat
internet juga dapat meminimalisir adanya penyalahgunaan dan penipuan.

4
R.winarni (2016)’efektivitas penerapan undang-undang ITE dalam Tindakan Pidana Cyber Crime’,
jurnal ilmiah Hukum dan Dinamika, vol 14, No1

10
UU itu juga memungkinkan kejahatan yang dilakukan oleh seseorang
di luar Indonesia dapat diadili.Selain itu, UU ITE juga membuka peluang
kepada pemerintah untuk mengadakan program pemberdayaan
internet.Masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang kurang tersentuh
adanya internet.Undang-undang ini juga memberikan solusi untuk
meminimalisir penyalahgunaan internet.

 Dampak Negatif UU ITE


Selain memiliki sisi positif UU ITE ternyata juga terdapat sisi
negatifnya.Contoh kasus Prita Mulyasari yang berurusan dengan Rumah
Sakit Omni Internasional juga sempat dijerat dengan undang-undang ini.
Prita dituduh mencemarkan nama baik lewat internet. Padahal dalam
undang-undang konsumen dijelaskan bahwa hak dari konsumen untuk
menyampaikan keluh kesah mengenai pelayanan publik.
Dalam hal ini seolah-olah terjadi tumpang tindih antara UU ITE
dengan UU konsumen. UU ITE juga dianggap banyak oleh pihak bahwa
undang-undang tersebut membatasi hak kebebasan berekspresi,
mengeluarkan pendapat, dan menghambat kreativitas dalam
berinternet.Padahal sudah jelas bahwa negara menjamin kebebasan setiap
warga negara untuk mengeluarkan pendapat.Undang-undang ini
menimbulkan suatu polemik yang cukup panjang.Maka dari itu muncul
suatu gagasan untuk merevisi undang-undang tersebut5.

2.2. CONTOH ANALISIS KASUS CYBER LAW


Polda metro jaya menangkap seorang pelaku judi online didepan rumah
sakitnHusada dijalan Mangga besar raya ,jakarta barat. Polsi melacak asal situs yang
ternyata berasal dari luar negri tersebut.

Direktur reserse kriminal umum polda merto jaya, kombes tony


herwanto ,menjelaskan pelaku menggunaka situs www.aseanbet.com sebagai media
5
Sidik, S. (2013) ‘Dampak Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)’, Jurist-
Diction, 1(3), p. 3.

11
judi. Melalui situs tsb pelaku menjaring oranguntk berjudi di dunia maya dengan
cara menebak skor permainan bola.

Hasil judi tsb keluar setiap selasa dan kamis, jika menang uang hasil judi
akan masuk ke rekening pemain dan jka kalah akan masuk ke rekening bos pelaku.
Polisi masih mengejar keberadaan pemilik situs judi dengan melacak internet
protocol (IP) yang ternyata berasal dari luar negri.

“IP adress menunjukan berasal dari luar negri bukan indonesia kemungkinan
berasal dari filipina atau singapura,” kata tony herwanto dikantornya minggu 16
desember 2012

Polisi berhasil menyita sejumlah barang bukti seperti dua unit laptop satu
unit handphone satu unit unit modem satu unit buku tabungan bca a/n hendarto
sunjoyo dan kartu atm atas nama budi tamsir satu buah buku catatan dan dua buah
key(token) bca.

Analisa kasus:

Pemanfaatan Teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah mengubah


baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara global. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah pula menyebabkan hubungan dunia
menjadi tanpa batas dan menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya
secara signifikan berlangsung demikian cepat.

Teknologi Informasi saat ini menjadi pedang bermata dua karena selain
memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban
manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum. Saat ini telah
lahir suatu rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum siber atau hukum
telematika. Hukum siber, secara internasional digunakan untuk istilah hukum yang
terkait dengan pemanfaatan (TIK). Demikian pula, hukum telematika yang
merupakan perwujudan dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan
hukum informatika.

12
Istilah lain yang juga digunakan adalah hukum teknologi informasi, hukum
dunia maya, dan hukum mayantara. Istilah tersebut lahir mengingat kegiatan yang
dilakukan melalui jaringan sistem komputer dan sistem komunikasi baik dalam
lingkup lokal maupun global dengan memanfaatkan teknologi informasi berbasis
sistem komputer yang merupakan sistem elektronik yang dapat dilihat secara virtual.
Permasalahan hukum yang seringkali dihadapi adalah ketika terkait dengan
penyampaian informasi, komunikasi, dan/atau transaksi secara elektronik,
khususnya dalam hal pembuktian dan hal yang terkait dengan perbuatan hukum
yang dilaksanakan melalui sistem elektronik.

Badan Hukum

Kasus judi online seperti yang dipaparkan diatas setidaknya bisa dijerat
dengan 3 pasal dalam UU Informasi dan Transaksi Elektonik (ITE) atau UU No. 11
Tahun 2008. Selain dengan Pasal 303 KUHP menurut pihak Kepolisian diatas, maka
pelaku juga bisa dikenai pelanggaran Pasal 27 ayat 2 UU ITE, yaitu “Setiap Orang
dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan perjudian”.

Oleh karena pelanggaran pada Pasal tersebut maka menurut Pasal 43 ayat 1,
yang bersangkutan bisa ditangkap oleh Polisi atau “Selain Penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia, Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan
Pemerintah yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang Teknologi
Informasi dan Transaksi Elektronik diberi wewenang khusus sebagai penyidik
sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang tentang Hukum Acara Pidana untuk
melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi
Elektronik”. Sementara sanksi yang dikenakan adalah Pasal 45 ayat 1, yaitu “Setiap
Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat
(2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)6.”
6
https://karyatulisilmiah.com/makalah-cyber-law-cyber-crime/

13
14
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Di dunia ini banyak hal yang memiliki dualisme yang kedua sisinya saling
berlawanan. Seperti teknologi informasi dan komunikasi, hal ini diyakini sebagai
hasil karya cipta peradaban manusia tertinggi pada zaman ini. Namun karena
keberadaannya yang bagai memiliki dua mata pisau yang saling berlawanan, satu
mata pisau dapat menjadi manfaat bagi banyak orang, sedangkan mata pisau lainnya
dapat menjadi sumber kerugian bagi yang lain, banyak pihak yang memilih untuk
tidak berinteraksi dengan teknologi informasi dan komunikasi. Sebagai manusia
yang beradab, dalam menyikapi dan menggunakan teknologi ini, mestinya kita dapat
memilah mana yang baik, benar dan bermanfaat bagi sesama, kemudian
mengambilnya sebagai penyambung mata rantai kebaikan terhadap sesama, kita
juga mesti pandai melihat mana yang buruk dan merugikan bagi orang lain untuk
selanjutnya kita menghindari atau memberantasnya jika hal itu ada di hadapan kita.

3.2 SARAN
Cybercrime adalah bentuk kejahatan yang mestinya kita hindari atau kita
berantas keberadaannya. Cyberlaw adalah salah satu perangkat yang dipakai oleh
suatu negara untuk melawan dan mengendalikan kejahatan dunia maya (cybercrime)
khususnya dalam hal kasus cybercrime yang sedang tumbuh di wilayah negara
tersebut. Seperti layaknya pelanggar hukum dan penegak hukum.

Demikian makalah ini kami susun dengan usaha yang maksimal dari tim kami,
kami mengharapkan yang terbaik bagi kami dalam penyusunan makalah ini maupun
bagi para pembaca semoga dapat mengambil manfaat dengan bertambahnya
wawasan dan pengetahuan baru setelah membaca tulisan yang ada pada makalah ini.
Namun demikian, sebagai manusia biasa kami menyadari keterbatasan kami dalam
segala hal termasuk dalam penyusunan makalah ini, maka dari itu kami
mengharapkan kritik atau saran yang membangun demi terciptanya penyusunan

15
makalah yang lebih sempurna di masa yang akan datang. Atas segala perhatiannya
kami haturkan terimakasih

16
DAFTAR PUSTAKA

Fitri, S.N. (2022) ‘Politik Hukum Pembentukan Cyber Law Undang-Undang Informasi
dan Transaksi Elektronik di Indonesia’, Jurnal Justisia : Jurnal Ilmu Hukum,
Perundang-undangan dan Pranata Sosial, 7(1), p. 104. Available at:
https://doi.org/10.22373/justisia.v7i1.12719.

Napitupulu, D. (2017) ‘Kajian Peran Cyber Law Dalam Memperkuat Keamanan Sistem
Informasi Nasional’, Teknologi Informasi dan Komunikasi, pp. 100–113.

R.winarni (2016)’efektivitas penerapan undang-undang ITE dalam Tindakan Pidana


Cyber Crime’, jurnal ilmiah Hukum dan Dinamika, vol 14, No1

Sidik, S. (2013) ‘Dampak Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU


ITE)’, Jurist-Diction, 1(3), p. 3.

17

Anda mungkin juga menyukai