Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PERANAN HUKUM TELEMATIKA DALAM SISTEM

PEMERINTAHAN BERBASIS ELETRONIK

Dosen pembina : JONAIDI MADRI ,SH,MH

Disusun oleh :

YENIEL TOKAWE

NIM

5720120023

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN INFORMATIKA KOMPUTER

(STIMIK)

2022/2023
Daftar Isi ………………………………………………………………………………

Kata Pengantar ………………………………………………………………………

Bab I. Pendahuluan ………………………………………………………..………..

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………..…..

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………..……………

1.3 Tujuan penelitian….. ……………………………………………………..

1.4 manfaat penelitian…………………………………………………………

1.5 kegunaan penelitian……………………………………………………….

bab II. hasil penelitian dan pembahasan…………………………………………

2.1 pelanggaran hukum dalam dunia maya…………………………………

2.2 peranan UU dunia maya (cyberlaw) terhadap pelanggaran yang


terjadi dalam dunia maya…………………………………………………………

bab III. Kesimpulan …………………………………………………………………

Saran ……………………………………………………………………

 
Kata pengantar

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Puji syukur kehadirat


Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan kasih-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul [peranan hukum telematika dalam system
pemerintahan berbasis elektronik] tepat waktu.
Makalah [peranan hukum telematika dalam system pemerintahan berbasis
elektronik] disusun guna memenuhi tugas [Bapak JONAIDI MADRI,S.pd.MM] pada
[hukum telematika] di [STIMIK ADHI GUNA]. Selain itu, penulis juga berharap agar
makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang [hukum telematika].

[Bapak JOINAIDI ] selaku[ dosen dalam mata kuliah hukum telematika ]. Tugas
yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

YENIEL TOKAWE
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang cukup pesat
sekarang ini sudah menjadi realita sehari-hari bahkan merupakan tuntutan
masyarakat yang tidak dapat ditawar lagi. Tujuan utama perkembangan iptek adalah
perubahan kehidupan masa depan manusia yang lebih baik, mudah, murah, cepat
dan aman. Perkembangan iptek, terutama teknologi informasi (Information
Technology) seperti internet sangat menunjang setiap orang mencapai tujuan
hidupnya dalam waktu singkat, baik legal maupun illegal dengan menghalalkan
segala cara karena ingin memperoleh keuntungan secara “potong omput”. Dampak
buruk dari perkembangan “dunia maya” ini tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan
masyarakat omput saat ini dan masa depan.
Kemajuan teknologi informasi yang serba digital membawa orang ke dunia bisnis
yang revolusioner (digital revolution era) karena dirasakan lebih mudah, murah,
praktis dan dinamis berkomunikasi dan memperoleh informasi. Di sisi lain,
berkembangnya teknologi informasi menimbulkan pula sisi rawan yang gelap sampai
tahap mencemaskan dengan kekhawatiran pada perkembangan tindak pidana di
bidang teknologi informasi yang berhubungan dengan “cybercrime” atau kejahatan
dunia maya.
Masalah kejahatan maya dewasa ini sepatutnya mendapat perhatian semua pihak
secara seksama pada perkembangan teknologi informasi masa depan, karena
kejahatan ini termasuk salah satu extra ordinary crime (kejahatan luar biasa) bahkan
dirasakan pula sebagai serious crime (kejahatan serius) dan transnational crime
(kejahatan antar negara) yang selalu mengancam kehidupan warga masyarakat,
bangsa dan negara berdaulat. Tindak pidana atau kejahatan ini adalah sisi paling
buruk di dalam kehidupan omput dari masyarakat informasi akibat kemajuan pesat
teknologi dengan meningkatnya peristiwa kejahatan omputer, pornografi, terorisme
digital, “perang” informasi sampah, bias informasi, hacker, cracker dan sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang dipapakarkan diatas maka rumusan masalah dari
makalah ini yaitu :
1. Sejauh mana pelanggaran hukum yang terjadi dalam dunia maya sekarang ini
(Cybercrime)?
2. Bagaimana peranan Undang-Undang Dunia Maya (Cyberlaw) terhadap
pelanggaran yang terjadi dalam dunia maya itu sendiri?

C. Tujuan pembahasan

1. Untuk mengetahui pelanggaran apa saja yang terjadi dalam dunia

sekarang ini

2. Untuk mengetahui pelanggaran apa yang sering terjadi dalam

kehidupan bermasyakat sekarang ini

3. Cyberlaw sendiri diperlukan untuk menanggulangi kejahatan

cyber.cyberlaw sendiri sangat berkaitan dengan upaya pencegahan

tindak pidana,ataupun penanganannya.cyberlaw akan menjadi dasar

hukum untuk proses penegakkan hukum dalam sarana elektronik

computer

4. Untuk mengetahui cyberlaw termasuk kejahatan pencucian uang dan

kejahatan terorisme.

5. Dalam tujuan makalah ini masyarakat atau pembaca dari makalah ini

dapat memahami hukum telematika itu berfungsi sebagai penyampai

informasi agar orang yang melakukan komunikasi menjadi lebih baik

berpengetahuan dari sebelumnya.bertambahnya pengetahuan


manusia akan meningkatkan keterampilan hidup,menambah wawasan

kecerdasan,meningkatkan kesadaran dan wawasan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam kepentingan dan

hal-hal sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

sesuatu yang bernilai lebiuh dalam pengembangan ilmu

pengetahuan khususnya ilmu hukum yang berguna untuk

pembaharuan hukum khususnya tentang sejauh mana

pelanggaran yang terjadi di dunia ini

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah bahan rujukan

sekaligus koreksi untuk penyempurnaan mengenai Tindakan

cyberlaw yang sering terjadi di kehidupan bermasyarakat

sebagaimana Tindakan ini berada dalam undang-undang

2. Manfaat praktis

a. Bagi Masyarakat

Penelitian ini di harapakan dapat memberikan informasi sebagai

sebuah wawasan baru dan tambahan ilmu pengetahuan serta

pemahaman bagi masyarakat mengenai sejauh mana

pelanggaran yang sering terjadi di kehidupan bermasyarakat

b. Bagi Pemerintahan atau Aparat Negara

Penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk menambah

wawasan bagi pemerintah atau apparat neragara dan juga


dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam hal

ini legislatif untuk meninjau Kembali sekaligus menyempurnakan

pengaturan mengenai prosedur penyidikan khususnya dalam

hal ini mengenai sejauh mana pelanggaran yang sering terjadi

didalam kehidupan bermasyarakat serta Tindakan cyberlaw

yang merupakan Tindakan yang sering kali terjadi di dunia ini

c. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

bahan kajian serta sumber serta sumber rujukan khususnya

pelanggaran cyberlaw yang sering terjadi

d. Bagi Penyidik

Penelitian ini diharapkan menambah wawasan bagi penyidik

dan nantinya para penyidik dapat menjalankan peranan dan

fungsinya dengan baik sesuai amanat Undang-Undang dan

peraturan pelaksanaannya.

E.kegunaan penlitian

 Sebagai bentuk pemberian informasi lebih mendalam

mengenai Tindakan penyidik dapat memcari bukjti yang

akurat sesuai dengan pelanggarang yang telah terjadi

 Untuk mendorong pemerintahan agar meninjau dan

meyempurnakan teknologi dan system informasi yang

digunakan Keplolisian Republik Indonesia dalam

meninjau penyidik serta peraturan-peraturan terkait

sehingga menunjang kinerja sehingga lebih memebrikan

kepastian hukum dan perlindungan hukum serta dapat


memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakat

secara luas.

BAB ll

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelanggaran Hukum Dalam Dunia Maya

(CYBERCRIME)

Munculnya revolusi teknologi informasi dewasa ini dan

masa depan tidak hanya membawa dampak pada

perkembangan teknologi itu sendiri, akan tetapi juga akan

mempengaruhi aspek kehidupan lain seperti agama,

kebudayaan, sosial, politik, kehidupan pribadi,

masyarakat bahkan bangsa dan negara. Jaringan

informasi global atau internet saat ini telah menjadi salah

satu sarana untuk melakukan kejahatan baik domestik

maupun internasional. Internet menjadi medium bagi

pelaku kejahatan untuk melakukan kejahatan dengan

sifatnya yang mondial, internasional dan melampaui

batas ataupun kedaulatan suatu negara. Semua ini

menjadi motif dan modus operandi yang amat menarik

bagi para penjahat digital.

Cybercrime atau kejahatan dunia maya dapat

didefenisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang

dilakukan dengan menggunakan internet yang berbasis


pada kecanggihan teknologi komputer dan komunikasi.

Manifestasi kejahatan dunia maya yang terjadi selama ini

dapat muncull dalam berbagai macam bentuk atau varian

yang amat merugikan bagi kehidupan masyarakat

ataupun kepentingan suatu bangsa dan negara pada

hubungan internasional. Kejahatan mayantara dewasa ini

mengalami perkembangan pesat tanpa mengenal batas

wilayah negara lagi (borderless state), karena kemajuan

teknologi yang digunakan para pelaku cukup canggih

dalam aksi kejahatannya. Para hacker dan cracker bisa

melakukannya lewat lintas negara (cross boundaries

countries) bahkan di negara-negara berkembang

(developing countries) aparat penegak hukum,

khususnya kepolisian tidak mampu untuk menangkal dan

menanggulangi disebabkan keterbatasan sumber daya

manusia, sarana dan prasarana teknologi yang dimiliki.

Di sisi lain, kemampuan para hacker dan cracker dalam

“mengotak-atik” internet juga semakin andal untuk

mengacaukan dan merusak data korban. Mereka dengan

cepat mampu mengikuti perkembangan baru teknologi

bahkan menciptakan pula “jurus ampuh” untuk membobol

data rahasia korban atau virus perusak yang tidak dikenal

sebelumnya. Perbuatan ini jelas akan menimbulkan

kerugian besar dialami para korban yang sulit untuk

dipulihkan dalam waktu singkat mengingat ada pula


antibody virus tidak mudah ditemukan oleh pembuat

software komputer.

Wajar kejahatan dunia maya akan menjadi momok baru

yang menakutkan bagi setiap orang bahkan masyarakat

internasional dewasa ini dan masa depan akibat

kemajuan teknologi yang digunakan bukan untuk tujuan

kemaslahatan umat manusia, akan tetapi

menghancurkan hasil rasa, karsa dan cipta orang lain.

Berbagai kasus yang menyangkut Cyber Crime yang

terjadi di Indonesia dan dapat dideteksi oleh Polri sampai

saat ini, pada umumnya terbatas pada kejahatan

dibidang Perbankan dengan menggunakan Komputer

sebagai alat kejahatan dengan modus Operandi yang

dikenal dengan istilah “ DATA DIDLING “, yaitu perbuatan

memanipulasi transaksi input dengan mengubah data,

antara lain berupa mengubah / menghapus transaksi,

memasukan transaksi tambahan dan mengubah

transaksi penyesuaian. Hal ini dapat dilakukan apabila

pelaku mengetahui system pengaman berupa “ USER ID

“ dan “ PASSWORD “, namun demikian tidak menutup

kemungkinan timbulnya kejahatan dibidang lain seperti

Ponografi dan perbuatan menghasut, memfitnah yang

dilakukan melalui jaringan internet dan sulit melacak

pelakunya.

Harus diakui bahwa Indonesia belum mengadakan


langkah-langkah yang cukup signifikan di bidang

penegakan hukum (law enforcement) dalam upaya

mengantisipasi kejahatan dunia maya seperti dilakukan

oleh negara-negara maju di Eropa dan Amerika Serikat.

Kesulitan yang dialamii adalah pada perangkat hukum

atau undang-undang teknologi informasi dan telematika

yang belum ada sehingga pihak kepolisian Indonesia

masih ragu-ragu dalam bertindak untuk menangkap para

pelakunya, kecuali kejahatan dunia maya yang bermotif

pada kejahatan ekonomi/perbankan.

Untuk itu diperlukan suatu perangkat UU yang dapat

mengatasi masalah ini seperti yang sekarang telah

adanya perangkat hukum yang satu ini berhasil digolkan,

yaitu Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

(UU ITE). UU yang terdiri dari 13 Bab dan 54 Pasal serta

Penjelasan ini disahkan setelah melalui Rapat Paripurna

DPR RI pada Selasa, 25 Maret 2008. Namun sejatinya

perjalanan perangkat hukum yang sangat penting bagi

kepastian hukum di dunia maya ini sebenarnya sudah

dimulai 5 tahun yang lalu.

B. Peranan UU Dunia Maya (Cyberlaw) Terhadap

Pelanggaran Yang Terjadi Dalam Dunia Maya

Cyber Law adalah aspek hukum yang istilahnya berasal

dari Cyberspace Law, yang ruang lingkupnya meliputi

setiap aspek yang berhubungan dengan orang


perorangan atau subyek hukum yang menggunakan dan

memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat

mulai "online" dan memasuki dunia cyber atau maya.

Pada negara yang telah maju dalam penggunaan internet

sebagai alat untuk memfasilitasi setiap aspek kehidupan

mereka, perkembangan hukum dunia maya sudah sangat

maju. Sebagai kiblat dari perkembangan aspek hukum

ini, Amerika Serikat merupakan negara yang telah

memiliki banyak perangkat hukum yang mengatur dan

menentukan perkembangan Cyber Law. Untuk dapat

memahami sejauh mana perkembangan Cyber Law di

Indonesia maka kita akan membahas secara ringkas

tentang landasan fundamental yang ada didalam aspek

yuridis yang mengatur lalu lintas internet sebagai sebuah

rezim hukum khusus, dimana terdapat komponen utama

yang menliputi persoalan yang ada dalam dunia maya

tersebut, yaitu

 Pertama, tentang yurisdiksi hukum dan aspek-aspek

terkait; komponen ini menganalisa dan menentukan

keberlakuan hukum yang berlaku dan diterapkan di

dalam dunia maya itu;

 Kedua, tentang landasan penggunaan internet sebagai

sarana untuk melakukan kebebasan berpendapat yang

berhubungan dengan tanggung jawab pihak yang

menyampaikan, aspek accountability, tangung jawab


dalam memberikan jasa online dan penyedia jasa internet

(internet provider), serta tanggung jawab hukum bagi

penyedia jasa pendidikan melalui jaringan internet;

 Ketiga, tentang aspek hak milik intelektual dimana

adanya aspek tentang patent, merek dagang rahasia

yang diterapkan serta berlaku di dalam dunia

cyber;

 Keempat, tentang aspek kerahasiaan yang dijamin oleh

ketentuan hukum yang berlaku di masing-masing

yurisdiksi negara asal dari pihak yang mempergunakan

atau memanfaatkan dunia maya sebagai bagian dari

sistem atau mekanisme jasa yang mereka lakukan;

 Kelima, tentang aspek hukum yang menjamin

keamanan dari setiap pengguna internet;

 Keenam, tentang ketentuan hukum yang

memformulasikan aspek kepemilikan dalam internet

sebagai bagian dari nilai investasi yang dapat dihitung

sesuai dengan prinisip-prinsip keuangan atau akuntansi;

 Ketujuh, tentang aspek hukum yang memberikan

legalisasi atas internet sebagai bagian dari perdagangan

atau bisnis usaha.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut di atas maka kita akan

dapat melakukan penilaian untuk menjustifikasi sejauh

mana perkembangan dari hukum yang mengatur sistem

dan mekanisme internet di Indonesia. Perkembangan


internet di Indonesia mengalami percepatan yang sangat

tinggi serta memiliki jumlah pelanggan atau pihak

pengguna jaringan internet yang terus meningkat sejak

paruh tahun 90'an. Salah satu indikator untuk melihat

bagaimana aplikasi hukum tentang internet diperlukan di

Indonesia adalah dengan melihat banyaknya perusahaan

yang menjadi provider untuk pengguna jasa internet di

Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang memberikan

jasa provider di Indonesia sadar atau tidak merupakan

pihak yang berperanan sangat penting dalam memajukan

perkembangan cyber law di Indonesia dimana fungsi-

fungsi yang mereka lakukan seperti :

 Perjanjian aplikasi rekening pelanggan internet;

 Perjanjian pembuatan desain home page komersial;

 Perjanjian reseller penempatan data-data di internet

server;

 Penawaran-penawaran penjualan produk-produk

komersial melalui internet;

 Pemberian informasi yang di update setiap hari oleh

home page komersial;

 Pemberian pendapat atau polling online melalui

internet.

Merupakan faktor dan tindakan yang dapat digolongkan

sebagai tindakan yang berhubungan dengan aplikasi

hukum tentang cyber di Indonesia. Oleh sebab itu ada


baiknya didalam perkembangan selanjutnya agar setiap

pemberi jasa atau pengguna internet dapat terjamin

maka hukum tentang internet perlu dikembangkan serta

dikaji sebagai sebuah hukum yang memiliki displin

tersendiri di Indonesia.

Secara akademis, terminologi ”cyber law” tampaknya

belum menjadi terminologi yang sepenuhnya dapat

diterima. Hal ini terbukti dengan dipakainya terminologi

lain untuk tujuan yang sama seperti The law of the

Inlernet, Law and the Information Superhighway,

Information Technology Law, The Law of Information, dan

sebagainya. Di Indonesia sendiri tampaknya belum ada

satu istilah yang disepakati atau paling tidak hanya

sekedar terjemahan atas terminologi ”cyber law”.

Sampai saat ini ada beberapa istilah yang dimaksudkan

sebagai terjemahan dari ”cyber law”, misalnya, Hukum

Sistem Informasi, Hukum Informasi, dan Hukum

Telematika (Telekomunikasi dan Informatika). Bagi

penulis, istilah (Indonesia) manapun yang akan dipakai

tidak menjadi persoalan. Yang penting, di dalamnya

memuat atau membicarakan mengenai aspek-aspek

hukum yang berkaitan dengan aktivitas manusia di

Internet. Oleh karena itu dapat dipahami apabila sampai

saat ini di kalangan peminat dan pemerhati masalah

hukum yang berikaitan dengan Internet di Indonesia


masih menggunakan istilah ”cyber law”.

Sebagaimana dikemukakan di atas, lahirnya pemikiran

untuk membentuk satu aturan hukum yang dapat

merespon persoalan-persoalan hukum yang muncul

akibat dari pemanfaatan Internet terutama disebabkan

oleh sistem hukum tradisi.onal yang tidak sepenuhnya

mampu merespon persoalan-persoalan tersebut dan

karakteristik dari Internet itu sendiri. Hal ini pada

gilirannya akan melemahkan atau bahkan

mengusangkan konsepkonsep hukum yang sudah

mapan seperti kedaulatan dan yurisdiksi. Kedua konsep

ini berada pada posisi yang dilematis ketika harus

berhadapan dengan kenyataan bahwa para pelaku yang

terlibat dalam pemanfaatan Internet tidak lagi tunduk

pada batasan kewarganegaraan dan kedaulatan suatu

negara.

Dalam kaitan ini Aron Mefford seorang pakar cyberlaw

dari Michigan State University sampai pada kesimpulan

bahwa dengan meluasnya pemanfaatan Internet

sebenarnya telah terjadi semacam ”paradigm shift” dalam

menentukan jati diri pelaku suatu perbuatan hukum dari

citizens menjadi netizens. Dilema yang dihadapi oleh

hukum tradisional dalam menghadapi fenomena

cyberspace ini merupakan alasan utama perlunya

membentuk satu regulasi yang cukup akomodatif


terhadap fenomena-fenomena baru yang muncul akibat

pemanfaatan Internet.

Aturan hukum yang akan dibentuk itu harus diarahkan

untuk memenuhi kebutuhan hukum (the legal needs)

para pihak yang terlibat dalam traksaksi-transaksi lewat

Internet. Untuk itu penulis cenderung menyetujui proposal

dari Mefford yang mengusulkan ”Lex Informatica”

(Independent Net Law) sebagai ”Foundations of Law on

the Internet". Proposal Mefford ini tampaknya diilhami

oleh pemikiran mengenai ”Lex Mercatoria” yang

merupakan satu sistem hukum yang dibentuk secara

evolutif untuk merespon kebutuhan-kebutuhan hukum

(the legal needs) para pelaku transaksi dagang yang

mendapati kenyataan bahwa sistem hukum nasional

tidak cukup memadai dalam menjawab realitas-realitas

yang ditemui dalam transaksi perdagangan internasional.

Secara demikian maka ”cyber law” dapat didefinisikan

sebagai seperangkat aturan yang berkaitan dengan

persoalan-persoalan yang muncul akibat dari

pemanfaatan Internet.

Pembahasan mengenai ruang lingkup ”cyber law”

dimaksudkan sebagai inventarisasi atas persoalan-

persoalan atau aspek-aspek hukum yang diperkirakan

berkaitan dengan pemanfaatan Internet. Secara garis

besar ruang lingkup ”cyber law” ini berkaitan dengan


persoalan-persoalan atau ’ aspek hukum dari E-

Commerce, Trademark/Domain Names, Privacy and

Security on the Internet, Copyright, Defamation, Content

Regulation, Disptle Settlement, dan sebagainya. Berikut

ini adalah ruang lingkup atau area yang harus dicover

oleh cyberlaw. Ruang lingkup cyberlaw ini akan terus

berkembang seiring dengan perkembangan yang terjadi

pada pemanfaatan Internet dikemudian hari.

BAB IV

PENUTUP

SIMPULAN

Perkembangan TI dan Internet ini, juga telah sangat mempengaruhi hamper

semua bisnis di dunia untuk terlibat dalam implementasi dan menerapkan

berbagai aplikasi. Banyak manfaat dan keuntungan yang bisa diraih kalangan

bisnis dalam kaitan ini, baik dalam konteks internal (meningkatkan efisiensi

dan efektivitas organisasi), dan eksternal (meningk atkan komunikasi data

dan informasi antar berbagai perusahaan pemasok, pabrikan, distributor) dan

lain sebagainya. Namun, terkait dengan semua perkembangan tersebut, yang

juga harus menjadi perhatian adalah bagaimana hal-hal baru tersebut,

misalnya dalam kepastian dan keabsahan transaksi, keamanan komunikasi

data dan informasi, dan semua yang terkait dengan kegiatan bisnis, dapat

terlindungi dengan baik karena adanya kepastian hukum. Mengapa


diperlukan kepastian hukum yang lebih kondusif, meski boleh dikata sama

sekali baru, karena perangkat hukum yang ada tidak cukup memadai untuk

menaungi semua perubahan dan perkembangan yang ada.

SARAN

Hal tersebut seharusnya memang diantisipasi sejak awal, karena eksistensi

TI dengan perkembangannya yang sangat pesat telah melahirkan

kecemasan-kecemasan baru seiring maraknya kejahatan di dunia cyber yang

semakin canggih. Lebih dari itu, TI yang tidak mengenal batas-batas teritorial

dan beroperasi secara maya juga menuntut pemerintah mengantisipasi

aktivitas-aktivitas baru yang harus diatur oleh hukum yang berlaku, terutama

memasuki pasar bebas AFTA yang telah dimulai awal tahun ini

Anda mungkin juga menyukai