“ TB PARU”
Disusun Oleh :
Wulan Eka Dewiyanti Marisu (PO7124119036)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpatkan
rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan Praktik Daerah Terpencil
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat menyelesaikan laporan kami.
Laporan praktik DTPK di Desa Koyobunga Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai
Kepulauan Tahun 2021 memuat informasi yang ada di Desa koyobunga serta pelaksanaan
kegiatan sampai dengan pencapaian dalam rangka penyelesaian program kerja kami.
Kami berterimakasih kepada Bapak Camat Bulagi Utara , Bapak Kepala Puskesmas sabang,
Bapak Kepala Desa Koyobunga, Aparat Desa Koyobunga dan Bidan Desa Koyobunga yang
telah membantu kami dalam penyelesaian program kerja kami, Bapak Ibu dosen yang telah
membimbing kami. Dan kami juga berterimakasih kepada masyarakat Desa Koyobunga yang
telah menerima kami dengan baik.
sAkhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan praktik, semoga
laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik DTPK selanjutnya
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. LATAR BELAKANG...................................................................................
B. TINJAUAN TEORI.......................................................................................
1. Definisi………………………………………………………………….
2. Etiologi …………………………………………………………………
3. Tanda dan Gejala……………………………………………………….
4. Patofisiologi ……………………………………………………………
5. Epdemiologi dan penularan TBC…………..…………………………..
6. Komplikasi……………………………………………………………..
7. Penanganan …………………………………………………………….
8. Tuberkolosis pada kehamilan……………………………………………
9. Pengaruh Tuberkolosis pada Janin………………………………………
10. Pengobatan TB pada kehamilan…………………………………………
BAB II HASIL PENDATAAN SELAMA DTPK.................................................
A. PENYULUHAN TB PARU…………………………………………………
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PROGRAM KERJA............................
A. LAPORAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN.………………………..
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
A. KESIMPULAN..............................................................................................
B. SARAN..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………
LAMPIRAN………………………………………………………………………..
A. Latar Belakang
Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang prevalensinya
paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012) sepertiga
populasi dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis.
Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih
dari 90% kasus TB dan kematian berasal dari negara berkembang salah satunya Indonesia
(Depkes RI, 2012) Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga Maret 2011,
di Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah 61.000.
Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian tahun 2009 yang mencapai 528.063 penderita TB
paru dengan 91.369 orang meninggal (WHO Tuberculosis Profile, 2012).
Di Indonesia, tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dengan jumlah
menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah Cina dan India, dengan jumlah sekitar 10%
dari total jumlah pasien tuberculosis di dunia. Diperkirakan terdapat 539.000 kasus baru dan
kematian 101.000 orang setiap tahunnya. Jumlah kejadian TB paru di Indonesia yang ditandai
dengan adanya Basil Tahan Asam (BTA) positif pada pasien adalah 110 per 100.000 2
penduduk (Riskesdas, 2013). Di Jawa Tengah angka penemuan penderita TB paru dengan
BTA positif tahun 2005 sebanyak 14.227 penderita, dengan rata-rata kasus atau case detection
rate (CDR) sebesar 40,09% meningkat menjadi 17.318 penderita dengan CDR 49,82% tahun
2006. Berdasarkan data terbaru di provinsi Jawa Tengah sebesar 107/100.000 penduduk yang
terdeteksi atau case detection rate (CDR) per kabupaten capainnya dibawah rata-rata sebanyak
18 Kabupaten dengan angka terendah berada di Kabupaten Boyolali (Riskesdas, 2013).
Pengobatan TB paru dapat dilaksanakan secara tuntas dengan kerjasama yang baik antara
penderita TB Paru 3 dan tenaga kesehatan atau lembaga kesehatan, sehingga penyembuhan
pasien dapat dilakukan secara maksimal (Aditama, 2006) Penanganan TB paru oleh tenaga dan
lembaga kesehatan dilakukan menggunakan metode Direct Observe Treatment Shortcourse
(DOTS) atau observasi langsung untuk penanganan jangka pendek. DOTS terdiri dari lima hal,
yaitu komitmen politik, pemeriksaan dahak di laboratorium, pengobatan berkesinambungan
yang harus disediakan oleh negara, pengawasan minum obat dan pencatatan laporan
(Resmiyati, 2011).
Pasien tuberculosis yang menjalani tahap pengobatan di Puskesmas Jekulo pada bulan
Agustus 2015 sebanyak 39 orang. Selama pengobatan terdapat pasien yang gagal sebanyak
16,6% yang artinya dari 39 orang penderita TB paru, lima diantara penderita tersebut, kembali
berobat setelah lost to follow up atau berhenti berobat paling sedikit 2 bulan dengan
pengobatan kategori 2 (kasus kambuh atau gagal dengan BTA positif) serta hasil pemeriksaan
dahak menunjukkan BTA positif. Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada
pengetahuan pasien dan dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau
motivasi dari keluarga yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan
mempengaruhi kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Apabila ini dibiarkan, dampak
yang akan muncul jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya kuman tuberculosis
yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi dan kuman tersebut terus menyebar
pengendalian obat tuberculosis akan semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya angka
kematian terus bertambah akibat penyakit tuberculosis (Amin dan Bahar, 2007).
B. Tinjauan Teori
1. Definisi
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan oleh
Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui udara yang
ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium
tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ
tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang
paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang,
nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian
dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun.
2. Etiologi
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic
tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang
jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium.
4. Patofisiologi
Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang aneh di
dalam paru-paru meliputi: penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag, pembentukan
dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan
tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk
ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total
permukaan membrane respirasi yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara
progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi
oksigenasi
7. Penanganan
a. Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan, cara
pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui secara dini.
c. Kuratif
Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba dalam jangka
waktu yang lama. Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit
klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi. Penderita tuberkulosis dengan gejala
klinis harus mendapat minuman dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten
terhadap obat. Kombinasi obat-obat pilihan adalah isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat =
INH) dengan etambutol (EMB) atau rifamsipin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang dewasa
biasanya 5-10 mg/kg atau sekitar 300 mg/hari, EMB, 25 mg/kg selama 60 hari, kemudian 15
mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari. Efek samping etambutol adalah Neuritis retrobulbar
diserti penurunan ketajaman penglihatan. Uji ketajaman penglihatan dianjurkan setiap bulan
agar keadaan tersebut dapat diketahui. Efek samping INH yang berat jarang terjadi.
Komplikasi yang paling berat adalah hepatitis. Resiko hepatitis sangat rendah pada
penderita dibawah usia 20 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 60 tahun keatas.
Disfungsi hati, seperti terbukti dengan peningkatan aktivitas serum aminotransferase,
ditemukan pada 10-20% yang mendapat INH. Waktu minimal terapi kombinasi 18 bulan
sesudah konversi biakan sputum menjadi negatif. Sesudah itu masuk harus dianjurkan terapi
dengan INH saja selama satu tahun.
Baru-baru ini CDC dan American Thoracis Societty (ATS) mengeluarkan pernyataan
mengenai rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita tuberkulosis dengan
riwayat tuberkulosis paru pengobatan 6 atau 9 bulan berkaitan dengan resimen yang terdiri
dari INH dan RIF (tanpa atau dengan obat-obat lainnya), dan hanya diberikan pada pasien
tuberkulosis paru tanpa komplikasi, misalnya : pasien tanpa penyakit lain seperti diabetes,
silikosis atau kanker didiagnosis TBC setelah batuk darah, padahal mengalami batu dan
mengeluarkan keringat malam sekitar 3 minggu.
8. Tuberkulosis pada kehamilan
Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe, letak dan
keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis, status nutrisi
ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan kemudahan mendapatkan
fasilitas diagnosa dan pengobatan TB. Status nutrisi yang jelek, hipoproteinemia, anemia dan
keadaan medis maternal merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal.
Selain paru-paru, kuman TB juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti usus, selaput
otak, tulang, dan sendi, serta kulit. Jika kuman menyebar hingga organ reproduksi,
kemungkinan akan memengaruhi tingkat kesuburan (fertilitas) seseorang. Bahkan, TB pada
samping kiri dan kanan rahim bisa menimbulkan kemandulan. Hal ini tentu menjadi
kekhawatiran pada pengidap TB atau yang pernah mengidap TB, khususnya wanita usia
reproduksi. Jika kuman sudah menyerang organ reproduksi wanita biasanya wanita tersebut
mengalami kesulitan untuk hamil karena uterus tidak siap menerima hasil konsepsi.
Harold Oster MD,2007 mengatakan bahwa TB paru (baik laten maupun aktif) tidak akan
memengaruhi fertilitas seorang wanita di kemudian hari. Namun, jika kuman menginfeksi
endometrium dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Tapi tidak berarti kesempatan untuk
memiliki anak menjadi tertutup sama sekali, kemungkinan untuk hamil masih tetap ada.
Idealnya, sebelum memutuskan untuk hamil, wanita pengidap TB mengobati TB-nya terlebih
dulu sampai tuntas. Namun, jika sudah telanjur hamil maka tetap lanjutkan kehamilan dan
tidak perlu melakukan aborsi.
Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya pertumbuhan
janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi
cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa diamati
pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan napas, demam, berat badan
rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital sampai saat ini masih belum
jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir
A. Pelaksanaan Kegiatan
Adapun penatalaksaan yang di lakukan Antara Lain :
1. Perkenalan antara mahasiswa dan Masyarakat desa.
2. Peserta pada kegiatan ini adalah bapak-bapak dan ibu-bu beserta karang taruna Desa
Koyobunga
3. Kegiatan ini berlangsung pada hari Jumat, 28 Mei 2021 pukul 08.00 Wita s.d Selesai
4. Menjelaskan kegiatan apa yang akan di lakuakan “ Kegiatan penyuluhan tentang TB
PARU”
5. Pembagian leaflet kepada masyarakat yang mengikuti penyuluhan
6. Memberikan evaluasi kepada masyarakat
a. Apa itu Penyakit TB Paru?
b. Tanda dan Gejala TB Paru?
7. Melaksanakan penyuluhan tentang TB Paru melalui media leafleat.
8. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya mengenai penyuluhan yang
telah di berikan.
B. Penutupan
1. Ucapan terimakasih kepada masyarakat yang telah berpartisipasi mengikuti penyuluhan
2. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan.
BAB III
HASIL KEGIATAN
3. Hasil kegiatan
Setelah melakukan penyuluhan TB Paru, masyarakat telah :
A. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki dampak positif karena
dapat meningkatkan kesadaran untuk memeriksakan kesehatan dan mencegah agar terhindar
dari penyakit TB Paru. sehingga tingkat kesehatan masyarakat lebih meningkat.
B. SARAN
Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan tentang Penyuluhan
TB Paru antara lain :
1. Pada pra pelaksanaan program dan saat pembentukan program seharusnya melakukan
perundingan dengan warga sehingga antusias warga bisa lebih baik.
2. Masyarakat seharusnya tahu tentang penyakit tuberkulosis paru, tanda dan gejala, penyebab, cara
penularan dan cara pencegahan penularan agar tidak terjadi penularan terhadap yang lain. Dan
selalu menjaga kesehatan lingkungan, kondisi ruangan tidak pengap, terdapat ventilasi dalam
rumah.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Z.,Bahar, A.,2007. Tuberkulosis Paru, dalam B. Setyohadi, I. Alwi, M. Simadibarata, S. Setiati
(Editor). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. pp. 988 – 994
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero-6766-3-babv.pdf
http://eprints.ums.ac.id/42204/8/04.BAB%20I.pdf
Lampiran 1
Masalah : TB Paru
Pokok Pembahasan : TB Paru
Sasaran : Mayarakat desa Koyobunga
Jam : 08.00- Selesai
Waktu : 20 Menit
Tanggal : 28 Mei 2021
Tempat : lapangan SD Inpers Desa Koyobunga
Pemateri : Mahasiswa
A. Latar Belakang
Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health
Organitation (WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua milyar
penduduk terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi
terkena TB aktif setiap tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90%
kasus TB dan kematian berasal dari negara berkembang salah satunya Indonesia
(Depkes RI, 2012) Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga
Maret 2011, di Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban
meninggal sejumlah 61.000. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian tahun
2009 yang mencapai 528.063 penderita TB paru dengan 91.369 orang meninggal
(WHO Tuberculosis Profile, 2012).
B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan masyarakat dapat mengerti
tentang penyakit TB Paru dan Gejalanya.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang TB Paru, diharapkan
massyarakat dapat:
1. Pengertian TB Paru
2. Gejala TB Paru
3. Cara Penularan TB Paru
4. Cara Penanganan TB Paru
5. Tuberkulosis pada kehamilan
6. Pengaruh Tuberkolosis terhadap janin
7. Pengobatan TB pada kehamilan
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
F. Media
Leaflet
G. Kegiatan penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 3 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab Kata-
Menit salam kata/
2. Memperkenalkan
2. Mendengarkan kalimat
diri
dan menyimak
3. Menyampaikan
3. Bertanya
tentang tujuan
mengenai
pokok materi
perkenalan dan
4. Meyampakaikan
tujuan jika ada
pokok
yang kurang
pembahasan
Jelas
5. Kontrak waktu
2. Pelaksanaan 20 1. Penyampaian 1. Mendengarkan Leaflet
Materi dan menyimak
Menit
a) Menjelaskan 2. Bertanya
Pengertian TB mengenai hal-
Paru hal yang belum
b) Menjelaskan jelas dan
Gejala TB Paru dimengerti
c) Menjelaskan
Cara Penularan
TB Paru
d) Menjelaskan
Cara
Penanganan TB
Paru
e) Menjelaskan
Tuberkulosis
pada kehamilan
f) Menjelaskan
Pengaruh
Tuberkolosis
terhadap janin
g) Menjelaskan
Pengobatan TB
pada kehamilan
H. Evaluasi
Diharapkan masyarakat mampu :
1. Menjelaskan Pengertian TB Paru
2. Menjelaskan Gejala TB Paru
3. Menjelaskan Cara Penularan TB Paru
4. Menjelaskan Cara Penanganan TB Paru
5. Menjelaskan Tuberkulosis pada kehamilan
6. Menjelaskan Pengaruh Tuberkolosis terhadap janin
7. Menjelaskan Pengobatan TB pada kehamilan
Pertanyaan:
I. Lampiran Materi
1. Definisi
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang
ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob
yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan
parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat
menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang,
nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan.
Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau
ketidakefektifan respon imun.
4. Komplikasi
Komplikasi Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,TB
usus.
5. Penanganan
a. Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC,
cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat
diketahui secara dini.
c. Kuratif
6. Tuberkulosis pada kehamilan
Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe,
letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan
antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status
imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB.
Status nutrisi yang jelek, hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis maternal
merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal.
LEAFLET
Lampiran 3
DOKUMENTASI
ABSEN
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN
DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA, KAB.BANGGAI KEPULAUAN
“AIR BERSIH”
Disusun Oleh :
Eunike Ayu Ch Tumuahi (PO7124119020)
Zainab (PO7124119040)
Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik, semoga laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik DTPK
selanjutnya
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………...…………..…………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………….……………………………...…….
A. LATAR BELAKANG…………………………….…………………..…….
B. TINJAUAN TEORI……………………………….…………………….….
1. Pengertian Air Bersih……………………………………………………...
2. Sumber Air Bersih………………………..……………………………….
3. Standar Kualitas Air……………………...………………………………..
4. Sistem Penyediaan Air Bersih.…………………………………………….
5. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih…..………………………………………..
6. Satuan Kebutuhan Air Bersih……………...………………………………
BAB II PENATALAKSANAAN…………………………………………………
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
LAMPIRAN………………………………………………………….…………..
A. LAMPIRAN 1 SAP
B. LAMPIRAN 2 LEAFLET
C. LAMPIRAN 3 ABSEN
D. LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, sehingga ketersediaannya amatlah penting. Pemanfaatannya
tidak hanya terbatas untuk keperluan rumah tangga, tetapi juga untuk fasilitas
umum, sosial maupun ekonomi. Air bersih yang digunakan sehari-hari harus
memiliki kualitas yang baik untuk konsumsi sesuai dengan standar air minum di
Indonesia yaitu PP No.82 Tahun 2001 dan KepMen No.907 Tahun 2002. Begitu
pentingnya air bersih bagi kehidupan manusia, sehingga memungkinkan
penyediaan menjadi terbatas bila pemanfaatannya tidak diatur dengan baik,
sehingga harus dibuat suatu jaringan perpipaan yang tertata baik untuk
mendistribusikan air bersih secara merata kesetiap konsumen.
Secara umum kebijakan pemerintah dalam bidang pembangunan prasarana
penyediaan air bersih direalisasikan dengan membangun sistem perpipaan. Sasaran
pembangunan prasarana air bersih meliputi kota-kota besar maupun perdesaan baik
dengan sistem perpipaan ataupun non perpipaan. Sistem perpipaan dikelola oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sistem non perpipaan dikelola oleh
penduduk setempat. Salah satu cara untuk memperoleh air bersih adalah dengan
memanfaatkan pelayanan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Untuk
mencapai pengadaan air bersih yang merata sangatlah tidak mudah, hal ini
dikarenakan banyaknya resiko maupun biaya dalam pemenuhan kebutuhan ini.
Resiko ini dapat bersifat teknis maupun non teknis.
B. Tinjauan Teori
1. Pengertian Air Bersih
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air
yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, didapat
beberapa pengertian mengenai :
a. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air
baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan
air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai
air baku untuk air minum.
b. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
c. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk
tinja manusia dari lingkungan permukiman.
d. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang
sehat, bersih, dan produktif.
e. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM
merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari
prasarana dan sarana air minum.
Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan/atau meningkatkan sistemfisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen,keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam
kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi,
memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik
penyediaan air minum.
Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut
Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah,
koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang
melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.
2. Sumber Air Bersih
Berdasarkan petunjuk Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu
perihal Pedoman Perencanaan dan Desain Teknis Sektor Air Bersih,
disebutkan bahwa sumber air baku yang perlu diolah terlebih dahulu adalah
mata air, yaitu sumber air yang berada di atas permukaan tanah. Debitnya
sulit untuk diduga, kecuali jika dilakukan penelitian dalam jangka beberapa
lama. Sumur dangkal (shallow wells), Yaitu sumber air hasil penggalian
ataupun pengeboran yang kedalamannya kurang dari 40 meter. Sumur dalam
(deep wells), Yaitu sumber air hasil penggalian ataupun pengeboran yang
kedalamannya lebih dari 40 meter.
Sungai, Yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di
daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Secara umum air
baku yang didapat dari sungai harus diolah terlebih dahulu, karena
kemungkinan untuk tercemar polutan sangat besar. Danau dan Penampung
Air (lake and reservoir), Yaitu unit penampung air dalam jumlah tertentu
yang airnya berasal dari aliran sungai maupun tampungan dari air hujan.
Sumber-sumber air yang ada dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum
adalah (Budi D. Sinulingga, Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan
Lokal, 1999): Air hujan. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan
mengalami pencemaran sehingga tidak memenuhi syarat apabila langsung
diminum.
Air permukaan tanah (surface water). Yaitu rawa, sungai, danau yang
tidak dapat diminum sebelum melalui pengolahan karena mudah tercemar.
Air dalam tanah (ground water). Yang terdiri dari air sumur dangkal dan air
sumur dalam. Air sumur dangkal dianggap belum memenuhi syarat untuk
diminum karena mudah tercemar. Sumber air tanah ini dapat dengan mudah
dijumpai seperti yang terdapat pada sumur gali penduduk, sebagai hasil
budidaya manusia. Keterdapatan sumber air tanah ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti topografi, batuan, dan curah hujan yang jatuh di
permukaan tanah. Kedudukan muka air tanah mengikuti bentuk topografi,
muka air tanah akan dalam di daerah yang bertopografi tinggi dan dangkal di
daerah yang bertopografi rendah.
Di lain pihak sumur dalam yang sudah mengalami perjalanan panjang
adalah air yang jauh lebih murni, dan pada umumnya dapat langsung
diminum, namun memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan
kualitasnya. Keburukan dari pemakaian sumur dalam ini adalah apabila
diambil terlalu banyak akan menimbulkan intrusi air asin dan air laut yang
membuat sumber air jadi asin, biasanya daerah-daerah sekitar pantai. Mata
air (spring water). Sumber air untuk penyediaan air minum berdasarkan
kualitasnya dapat dibedakan atas:
a. Sumber yang bebas dari pengotoran (pollution).
b. Sumber yang mengalami pemurniaan alamiah (natural purification).
c. Sumber yang mendapatkan proteksi dengan pengolahan buatan (artificial
treatment).
3. Standar Kualitas Air Baku
Air bersifat universal dalam pengertian bahwa air mampu melarutkan zat-
zat yang alamiah dan buatan manusia. Untuk menggarap air alam,
meningkatkan mutunya sesuai tujuan, pertama kali harus diketahui dahulu
kotoran dan kontaminan yang terlarut di dalamnya. Pada umumnya kadar
kotoran tersebut tidak begitu besar. Dengan berlakunya baku mutu air untuk
badan air, air limbah dan air bersih, maka dapat dilakukan penilaian kualitas
air untuk berbagai kebutuhan. Di Indonesia ketentuan mengenai standar
kualitas air bersih mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 416 tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Bersih. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan 1990
Kriteria penentuan standar baku mutu air dibagi dalam tiga bagian yaitu:
a. Persyaratan kualitas air untuk air minum.
b. Persyaratan kualitas air untuk air bersih.
c. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah
beroperasi.
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka
kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu syarat fisik, antara
lain:
a. Cakupan pelayanan
b. Jumlah pemakai untuk setiap jenis sambungan
c. Jenis sambungan
d. Tingkat kebutuhan konsumsi air
e. Perbandingan SR/HU
f. Kebutuhan Domestik dan Non Domestik
g. Angka kebocoran
h. Penanggulangan kebakaran
Perencanaan pengadaan sarana prasarana air bersih dilakukan dengan
memperhitungkan jumlah kebutuhan air yang diperlukan bagi daerah
perencanaan. Proyeksi kebutuhan air dihitung dengan menggunakan data
proyeksi jumlah penduduk, standar kebutuhan air bersih, cakupan pelayanan,
koefisien kehilangan air, dan faktor puncak yang diperhitungkan untuk
keamanan hitungan perencanaan.
3. Hasil Kegiatan
BAB IV
PENUTUP
C. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki dampak
positif karena dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya menggunakan sumber air bersih.
D. SARAN
Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan tentang
Air Bersih antara lain :
1. Pemerintah dapat meningkatkan lagi kualitas air bersihnya seperti
dengan membuat air bersih yang dapat langsung diminum atau air
golongan A dan juga menambahkan fluor untuk mencegah caries gigi.
2. Pemerintah dapat meningkatkan lagi jumlah produksi air bersihnya,
agar seluruh masyarakat dapat menikmati pelayanan dari Pemerintah
tersebut.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam menghasilkan metode
baru yang lebih baik dalam pengolahan air.
4. memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber air baku dari
pencemaran lingkungan yang membahayakan kesehatan manusia.
5. Perlindungan dan pemeliharaan terhadap instalasi penyaluran air
bersih.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/850/4/4%20BAB%20II.pdf
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/333/4/BAB%20II.pdf
B. Latar Belakang
Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, sehingga ketersediaannya amatlah penting.
Pemanfaatannya tidak hanya terbatas untuk keperluan rumah tangga, tetapi
juga untuk fasilitas umum, sosial maupun ekonomi. Air bersih yang digunakan
sehari-hari harus memiliki kualitas yang baik untuk konsumsi sesuai dengan
standar air minum di Indonesia yaitu PP No.82 Tahun 2001 dan KepMen
No.907 Tahun 2002. Begitu pentingnya air bersih bagi kehidupan manusia,
sehingga memungkinkan penyediaan menjadi terbatas bila pemanfaatannya
tidak diatur dengan baik, sehingga harus dibuat suatu jaringan perpipaan yang
tertata baik untuk mendistribusikan air bersih secara merata kesetiap
konsumen.
Secara umum kebijakan pemerintah dalam bidang pembangunan prasarana
penyediaan air bersih direalisasikan dengan membangun sistem perpipaan.
Sasaran pembangunan prasarana air bersih meliputi kota-kota besar maupun
perdesaan baik dengan sistem perpipaan ataupun non perpipaan. Sistem
perpipaan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sistem
non perpipaan dikelola oleh penduduk setempat. Salah satu cara untuk
memperoleh air bersih adalah dengan memanfaatkan pelayanan PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum). Untuk mencapai pengadaan air bersih yang
merata sangatlah tidak mudah, hal ini dikarenakan banyaknya resiko maupun
biaya dalam pemenuhan kebutuhan ini. Resiko ini dapat bersifat teknis
maupun non teknis.
C. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan masyarakat dapat
mengerti tentang Air Bersih dan Kriteria Air bersih.
D. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang Air bersih,
diharapkan masyarakat dapat:
8. Pengertian Air Bersih
9. Sumber Air Bersih
10. Standar Kualitas Air
11. Sistem Penyediaan Air Bersih
12. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
13. Satuan Kebutuhan Air Bersih
E. Materi Penyuluhan
Terlampir
F. Metode Penyuluhan
Ceramah
G. Media
Leaflet
H. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 3 Menit 6. Mengucapkan salam 4. Menjawab
salam
7. Memperkenalkan diri
5. Mendengarkan
8. Menyampaikan dan menyimak
tentang tujuan pokok 6. Bertanya Kata-kata/
materi mengenai kalimat
9. Meyampakaikan perkenalan dan
pokok pembahasan tujuan jika ada
10. Kontrak waktu yang kurang
jelas
2. Pelaksanaan 20 2. Penyampaian Materi 3. Mendengarkan
h) Menjelaskan dan menyimak
Menit pengertian air 4. Bertanya
bersih mengenai hal-
i) Menjelaskan hal yang belum
sumber air bersih jelas dan
j) Menjelaskan dimengerti
standar kualitas
air
k) Menjelaskan Leaflet
sistem penyediaan
air bersih
l) Menjelaskan
proyeksi
kebutuhan air
bersih
m) Menjelaskan
satuan kebutuhan
air bersih
3. Penutup 5 5. Tanya jawab 4. Mendengar
6. Memberikan 5. Memperhatikan
Menit kesempatan pada 6. Menjawab salam
peserta untuk Kata-kata/
bertanya kalimat
7. Mengakhiri
pertemuan dan
8. mengucapkan salam
I. Evaluasi
Diharapkan masyarakat mampu :
1. Menjelaskan Pengertian Air Bersih
2. Menjelaskan Sumber Air Bersih
3. Menjelaskan Standar Kualitas Air
4. Menjelaskan Sistem Penyediaan Air Bersih
5. Menjelaskan Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
6. Menjelaskan Satuan Kebutuhan Air Bersih
J. Lampiran Materi
1. Pengertian Air Bersih
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai
Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila
dimasak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,
didapat beberapa pengertian mengenai :
a. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air
baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan,
cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu
tertentu sebagai air baku untuk air minum.
b. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
c. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga
termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman.
d. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang
sehat, bersih, dan produktif.
e. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM
merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari
prasarana dan sarana air minum.
Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan/atau meningkatkan sistemfisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen,keuangan, peran masyarakat, dan hukum)
dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum
kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
a. Kelas A. Air yang dipergunakan sebagai air baku untuk keperluan air
minum.
b. Kelas B. Air yang dipergunakan untuk mandi umum, pertanian dan
air yang terlebih dahulu dimasak.
c. Kelas C. Air yang dipergunakan untuk perikanan darat
7. Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok
antara lain: unit sumber air baku, unit pengolahan, unit produksi, unit
transmisi, unit distribusi dan unit konsumsi. Unit sumber air baku
merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang mana pada unit ini
sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah, air
permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan.
Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya
memenuhi kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika,
kimia, dan bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi
syarat kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman
bagi manusia. Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air
bersih yang menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang
layak didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem
pengaliran gravitasi atau pompanisasi. Unit produksi merupakan unit
bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih.
Teknologi pengolahan disesuaikan dengan sumber air yang ada. Unit
transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke
beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa. Unit distribusi
adalah merupakan jaringan pipa yang mengantarkan air bersih atau minum
dari tandon atau reservoir menuju ke rumah-rumah konsumen dengan
tekanan air yang cukup sesuai dengan yang diperlukan konsumen. Unit
konsumsi adalah merupakan instalasi pipa konsumen yang telah
disediakan alat pengukur jumlah air yang dikonsumsi pada setiap
bulannya.
8. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Semakin padat jumlah penduduk dan semakin tinggi tingkat kegiatan
akan menyebabkan semakin besarnya tingkat kebutuhan air. Variabel yang
menentukan besaran kebutuhan akan air bersih antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Jumlah penduduk
b. Jenis kegiatan
c. Standar konsumsi air untuk individu
d. Jumlah sambunga
Target pelayanan dapat merupakan potensi pasar atau mengacu pada
kebijaksanaan nasional. Asumsi-asumsi lain yang digunakan mengikuti
kecenderungan data yang ada di lapangan serta kriteria dan standar yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, yaitu seperti:
a. Cakupan pelayanan
b. Jumlah pemakai untuk setiap jenis sambungan
c. Jenis sambungan
d. Tingkat kebutuhan konsumsi air
e. Perbandingan SR/HU
f. Kebutuhan Domestik dan Non Domestik
g. Angka kebocoran
h. Penanggulangan kebakaran
Perencanaan pengadaan sarana prasarana air bersih dilakukan dengan
memperhitungkan jumlah kebutuhan air yang diperlukan bagi daerah
perencanaan. Proyeksi kebutuhan air dihitung dengan menggunakan data
proyeksi jumlah penduduk, standar kebutuhan air bersih, cakupan
pelayanan, koefisien kehilangan air, dan faktor puncak yang
diperhitungkan untuk keamanan hitungan perencanaan.
LEAFLET
1. AIR HUJAN
2. AIR
PERMUKAAN
Lampiran 3
DOKUMENTASI
Jumat, 28 Mei 2021 dilakukan penyuluhan Air Bersih
ABSEN
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN
DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA, KAB. BANGGAIKEPULAUAN
Disusun Oleh :
Nuraini (PO7124119026)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami dapat menyelesaikan
Laporan Kegiatan Lomba pada Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan
Kepulauan (DTPK).
Akhir kata, kami mohon maaf atas kekurangan kami pada saat pelaksanaan
kegiatan lomba, semoga laporan kegiatan lomba pada praktik DTPK tahun 2021
ini dapat dipergunakan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan program dan
bahan evaluasi pada kegiatan praktik DTPK selanjutnya.
Penulisan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5
A. Latar Belakang.............................................................................................5
B. Tinjauan Teori..............................................................................................9
BAB II PENATALAKSANAAN.........................................................................13
BAB IV PENUTUP..............................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................15
B. Saran...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
Lampiran
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. perekonomian masyarakat
2. sumber daya manusia
3. sarana dan prasarana
4. kemampuan keuangan daerah
5. aksesibilitas; dan
6. karakteristik daerah.
B. Tinjauan Teori
1. Hidup Bersih Dengan Jamban Sehat
Suatu negara yang sehat berawal dari diri sendiri dan keluarga yang sehat
juga. Banyak fasilitas yang sehat itu harus memiliki peralatan penunjang
kesehatan dan memadai, sehingga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tidak
harus demikian, langkah yang paling sederhana untuk menjaga kesehatan
sekaligus mencegah penyakit adalah hanya dengan melakukan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat atau yang disingkat PHBS. Disini, pengertian PHBS adalah
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan cerminan pola hidup
keluarga yang memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga.
Mencegah lebih baik daripada mengobati, prinsip-prinsip inilah yang menjadi
dasar pelaksanaan Program PHBS. PHBS dapat dilakukan di rumah tangga; di
tempat umum; di sekolah. Dalam artikel ini yang akan dibahas adalah PHBS
dalam lingkungan rumah tangga yang berkaitan dengan penggunaan jamban sehat.
Akses pada sanitasi khususnya pada penggunaan jamban sehat, saat ini memang
masih menjadi masalah serius di banyak negara berkembang, seperti Indonesia.
masih angka buang air besar pada tempat atau open defecation, menjadi salah satu
indikator rendahnya akses ini. Sanitasi sesuai nomenklatur MDGs adalah
pembuangan tinja. Termasuk dalam pengertian ini meliputi penggunaan jenis atau
penggunaan tempat buang air besar, jenis kloset yang digunakan dan jenis tempat
pembuangan akhir tinja. Adapun dampak buruk dari BAB di sembarang tempat
adalah penularan penyakit, mengingat adanya transmisi penyakit dari tinja.
Fungsi jamban dari aspek kesehatan lingkungan antara lain dapat mencegah
berkembangnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran manusia.
Sementara dampak utama membuang di sembarang tempat menyebabkan tanah,
udara dan udara menimbulkan bau. Pembuangan tinja yang tidak dikelola dengan
baik dengan dampak mengkawatirkan terutama pada kesehatan dan kualitas udara
untuk rumah tangga maupun keperluan komersial.
2. Jamban Keluarga
a. Pengertian jamban keluarga
c. Jamban Komunal
2. Hambatan
Hambatan yang dihadapi meliputi 2 hal sebelum kegiatan (persiapan) dan
pada saat pelaksanaan.
3. Hasil
a. Mengetahui Pengertian Jamban Sehat
b. Mengetahui Syarat Jamban Sehat
c. Mengetahui Bagaimana Pemeliharaan Jamban Sehat
d. Mengetahui Bagaimana Memilih jenis Jamban Sehat
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
C. Saran
http://bapelkescikarang.bppsdmk.kemkes.go.id/kamu/kurmod/pengolahanairlimba
h/mi-2b%20modul%20pembuatan%20jamban%20keluarga.pdf
https://dinkes.malangkota.go.id/2016/04/18/menggunakan-jamban-sehat/
Lampiran I
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PERSALINAN DI FASILITAS KESEHATAN (FASKES)
Waktu : 20 Menit
A. Latar Belakang
I. Kegiatan penyuluhan
K. Lampiran Materi
1. Jamban Keluarga
a. Pengertian jamban keluarga
c. Jamban Komunal
ABSEN
Lampiran III
DOKUMENTASI KEGIATAN
Selasa, 08 Juni 2021 diakukan penyuluhan Jamban Sehat kepada
masyarakat desa Koyobunga setelah kegiatan senam pagi di lapangan SD
Inpers Koyobunga
Disusun Oleh :
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun Laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami dengan baik.
Laporan Praktik DTPK di Desa Koyobunga, Kecamatan Bulagi Utara,
Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2021 ini memuat informasi yang ada di
Desa Koyobunga serta pelaksanaan kegiatan sampai dengan pencapaian dalam
rangka penyelesaian program kerja kami.
Kami berterimakasih kepada Bapak Camat Bulagi Utara, Bapak Kepala
Puskesmas Sabang, Bapak Kepala Desa Koyobunga, Aparat Desa Koyobunga,
dan Bidan Desa Koyobunga yang telah membantu kami dalam penyelesaian
program kerja kami, serta Bapak/Ibu Dosen yang telah membimbing kami. Dan
kami juga berterimakasih kepada seluruh masyarakat Desa Koyobunga yang telah
menerima kami dengan baik.
Akhir kata, kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik. Semoga Laporan Praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan
sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada
praktik DTPK selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
C. LATAR BELAKANG...................................................................................
D. TINJAUAN TEORI.......................................................................................
11. Definisi………………………………………………………………….
12. Etiologi …………………………………………………………………
13. Tanda dan Gejala……………………………………………………….
14. Patofisiologi ……………………………………………………………
15. Epdemiologi dan penularan TBC…………..…………………………..
16. Komplikasi……………………………………………………………..
17. Penanganan …………………………………………………………….
18. Tuberkolosis pada
kehamilan……………………………………………
19. Pengaruh Tuberkolosis pada
Janin………………………………………
20. Pengobatan TB pada
kehamilan…………………………………………
BAB II HASIL PENDATAAN SELAMA DTPK.................................................
B. PENYULUHAN TB
PARU…………………………………………………
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PROGRAM KERJA............................
B. LAPORAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN.………………………..
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
C. Kesimpulan....................................................................................................
D. Saran..............................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………
LAMPIRAN 1 SAP
LAMPIRAN 2 LEAFLET
LAMPIRAN 3 ABSEN
LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
b. Imunisasi Tambahan
c. Pertusis
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
http://repositori.unsil.ac.id/817/3/BAB%20II.pdf
http://eprints.undip.ac.id/61461/5/BAB_I.pdf
LAMPIRAN
Lampiran 1
Terlampir
F. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
G. Media
Leaflet
H. Kegiatan Penyuluhan
a) Evaluasi
Lampiran 2
Dokumentasi
Selasa, 29 Mei 2021, dilakukan Penyuluhan Imunisasi Dasar Lengkap kepada ibu
ibu yang memiliki bayi dan balita di Polindes Desa Koyobunga, Kecamatan
Bulagi Utara, Kabupaten Banggai Kepulauan
Lampiran 4
Disusun Oleh :
Suci Pratiwi (PO7124119056)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpatkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami.
Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik, semoga laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik DTPK
selanjutnya
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.............................................................................
B. TINJAUAN TEORI.................................................................................
BAB II PENATALAKSANAAN
A. KESIMPULAN........................................................................................
B. SARAN....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
SAP............................................................................................................................
LAMPIRAN...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakan
Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang
dari lima tahun sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk
dalam golongan ini. Namun faal (kerja alat tubuh semestinya) bagi usia di
bawah satu tahun berbeda dengan anak usia di atas satu tahun, maka anak
di bawah satu tahun tidak termasuk ke dalam golongan yang dikatakan
balita.
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai lima
tahun. Pada masa ini, terjadi pertumbuhan biologis, psikososial,
kognitif, dan spiritual yang begitu signifikan. Kemampuan mereka
dalam mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain, dan
penggunaan bahasa dalam berinteraksi merupakan modal awal anak
dalam mempersiapkan tahap perkembangan berikutnya, yaitu tahap
sekolah. (Whaley dan Wong, 1995).
Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor bawaan dan
lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian
kemampuan perkembangannya juga berbeda tetapi tetap akan
menuruti patokan umum. Sehingga di perlukan kriteria sampai
seberapa jauh keunikan seorang anak tersebut, apakah masih dalam
batas – batas normal/ tidak. Dikenal normal dalam arti medis dan
normal dalam arti stastistik. Yang di maksud normal dalam arti medis
yaitu apabila pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun
inteleg dan kepribadian berlangsung harmonis yang meningkat dan
dapat diramalkan kecepatan serta hasil akhirnya sesuai dengan
kemampuan ginetik.
Sedangkan yang di maksud normal dalam arti statistik adalah
apabila anak tersebut berada dalam batas 2 SD di bawah atau di atas
mean, kurva, sebaran normal menurut Gauss, dimana seorang anak di
bandingkan dengan anak sebayanya. Jadi mungkin saja seorang anak
termasuk abnormal dalam arti statistik tetapi sesungguhnya masih
normal dalam arti medis misalnya : anak dari keluarga yang bertubuh
kecil.
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang
terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan
kecepatan pembelahan, derajat sensivitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.
Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan
yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa, atau bangsa.
Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh
faktor genetik ini.
B. Tinjauan Teori
1. Definisi Tumbuh Kembang Bayi, Balita, dan Anak Pra-Sekolah
BAB III
HASIL KEGIATAN
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan
tentang Penyuluhan Tumbuh Kembang antara lain :
1. Di sarankan untuk para ibu dapat memperhatikan, menambah
wawasa, tentang perkembangan anak meliputi gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, serta sosial kemandirian.
2. Khusus untuk anakyg di kategorikan anak stunting perlu di
perhatikan secara terus di stimulasi pertubuhan dan
perkembangannyapada domain kemandiriannya.
3. Di harapkan ibu mengetahui cara dan dapat menstimulasi
perkembangan anak sesuai dengan usiannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2244/6/CHAPTER%20V.pdf
Lampiran I
Waktu : 20 Menit
Pemateri : Mahasiswa
A. Latar Belakang
Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif yaitu,
bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi, pada tingkat sel, organ, maupun individu
dan proses pertumbuhan dan perkembangan diawali pada masa bayi dan balita,
dan ini merupakan proses yang amat penting, karena pada masa inilah proses
tumbuh kembang menetukan masa depan bayi baik secara fisik, mental maupun
prilaku. Laju pertumbuhan dan perkembangan pada setiap tahapan usia tidak
selalu sama, tergantung dari factor keturunan, komsumsi gizi, perlakuan orang tua
dan dewasa, dan lingkungan sekitar.
Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang pentingnya tumbuh kembang
bayi dan balita, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
balita.
B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan
masyarakat desa Koyobunga dapat mengerti tentang pentingnya memperhatikan
tumbuh kembng bayi dan balita.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan
masyarakat akan dapat menjelaskan tentang:
1. Pengertian tumbuh kembang
2. Tujuan dan Manfaat tumbuh kembang
3. ciri-ciri tumbuh kembang
4. faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
D. Materi penyuluhan
Terlampir
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
Leaflet
G. Kegiatan penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
Mmemberi salam Menjawab salam
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan Mendengarkan dan
3. Menyebutkan materi/pokok bahasan memperhatikan
yang akan disampaikan
2. 15 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
Menjelaskan materi penyuluhan secara memperhatikan
berurutan dan teratur.
Materi :
1. - Pengertian tumbuh
kembang
– - tujuan dan Manfaat tumbuh kembang
- ciri-ciri tumbuh kembang
- faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang
H. Evaluasi
Diharapkan keluarga mampu :
1. Menjelaskan pengertian tumbuh kembang
2. Menjelaskan ciri-ciri tumbuh kembang
3. Mengerti tentang factor hambatan tumbuh kembang anak
I. Lampiran Materi
1. Definisi Tumbuh Kembang Bayi, Balita, dan Anak Pra-Sekolah
Secara umum, terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak, yaitu:
a. Faktor genetic
Lampiran II
Leaflet tumbuh kembang
Lampiran III
Dokumentasi
Sabtu, 29 mei 2021, di lakukan penyuluhan tumbuh kembang kepada ibu-ibu
yang memiliki bayi dan balita desa koyobunga di tengah-tengah kegiatan
lomba mewarnai untuk balita.
Lampiran IV
ABSEN
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN
DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA KAB. BANGGAI
KEPULAUAN
Disusun Oleh :
Gledis Veronika (PO7124119022)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpatkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami.
Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik, semoga laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik DTPK
selanjutnya
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
A. LATAR BELAKANG...................................................................................
B. TINJAUAN TEORI........................................................................................
1. Pengertian Asi Ekslusuf.............................................................................
2. Manfaat Pemberian Asi Ekslusuf..............................................................
3. Komposisi dan zat gizi yang terkandung dalam asi...................................
4. Kebaikan Asi dan Menyusui......................................................................
5. Tanda Cukup Asi.......................................................................................
BAB II PENATALAKSANAAN...........................................................................
A. Penyuluhan Asi ekklusif.................................................................................
B. Penutup...........................................................................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PROGRAM KERJA...........................
A. Tahapan persiapan .........................................................................................
B. Hambatan.......................................................................................................
C. Hasil kegiatan.................................................................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................
A. KESIMPULAN..............................................................................................
B. SARAN..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................
A. Satuan Acara Penyuluhan..............................................................................
B. Leaflet............................................................................................................
C. Dokumentasi..................................................................................................
D. Absen..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI dari seorang ibu kepada bayinya
sampai dengan 4-6 bulan pertama tanpa tambahan makanan apapun. Jadi
hanya diberikan ASI saja selama 4-6 bulan tanpa tambahan seperti
susu formula, madu, air putih, sari buah, biskuit atau bubur bayi. Karena
manfaat ASI begitu besar baik itu manfaat pemberian ASI bagi ibu maupun
manfaat pemberian ASI bagi bayi itu sendiri.
Manfaat asi ekslusif : Pemberian ASI merupakan metode pemberian
makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan,
selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan
yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama
kehidupannya
B. Tinjauan Teori
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu,
yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah
pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi
berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam
tahap ASI eksklusif ini.ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan
terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan
pertama.ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi
bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.Pada tahun
2001 World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia
menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi
adalah yang terbaik.Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI
eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.
2. Manfaat pemberian ASI eksklusif
a. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang
terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga
bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang
dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama
kehidupannya.
b. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama
bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna
memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI).
c. Mengurangi resiko bayi terkena diare dan muntah.
d. Komposisi ASI ideal untuk bayi.
e. Mengurangi kemungkinan terkena infeksi pada dada dan telinga,
mengurangi resiko penyakit kulit, mengurangi kemungkinan terkena
sembelit, sehingga berkurang juga kemungkinan bayi dirawat di rumah
sakit.
f. Mengurangi kemungkinan bayi mengalami masalah kegemukan di saat
dewasanya sehingga juga mencegah penyakit diabetes dan penyakit
yang terkait kegemukan.
g. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu
sapi adalah yang terbaik untuk sapi. Sehingga tentunya komposisi ASI
berbeda dengan komposisi susu formula.
3. Komposisi& zat gizi yang terkandung dalam ASI
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik yang diberikan ibu
kepada bayinya. Komposisi ASI berubah menurut stadium penyusuan
(kolostrum, susu peralihan, susu matur) yang sesuai dengan kebutuhan
bayi pada stadium itu, dan tidak dapat ditiru dengan pemberian susu
formula.
Komposisi zat-zat yang terkandung dalam ASI adalah karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral dan air dengan komposisi yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan bayi.ASI mengandung 200 zat gizi dan
memberikan kekebalan buat bayi hingga 20 kali lipat.Zat-zat itu antara
lain putih telur, lemak, protein, karbohidrat, vitamin, mineral, hormon
pertumbuhan, berbagai enzim dan zat kekebalan.
4. Kebaikan Asi dan Menyusui
PENATALAKSANAAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
Adapun penatalaksaan yang di lakukan antara lain :
1. Perkenalan antara mahasiswa dan masyarakat desa.
2. Peserta pada kegiatan ini adalah ibu hamil dan ibu menyusui yang ada di
Desa Koyobunga
3. Kegiatan ini berlangsung pada hari Sabtu, 29 Mei 2021 pukul 11.30 Wita
s.d Selesai
4. Menjelaskan kegiatan apa yang akan di lakuakan “ Kegiatan penyuluhan
tentang Asi Eksklusif”
5. Pembagian laeflet kepada masyarakat yang mengikuti penyuluhan
6. Memberikan evaluasi kepada masyarakat Desa Koyobunga
a. Di sini ibu ibu ada yang tau apa itu Asi Eksklusif?
b. Apa manfaat dari Asi Eksklusif?
7. Melaksanakan penyuluhan tentang hipertensi melalui media leafleat.
8. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya mengenai
penyuluhan yang telah di berikan, dan di sesi ini tidak ada masyarakat
yang bertanya.
B. Penutupan
1. Ucapan terimakasih kepada masyarakat yang telah berpartisipasi
mengikuti penyuluhan
2. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan.
BAB III
HASIL KEGIATAN
3. Hasil kegiatan
Setelah dilakukan penyuluhan Asi Ekslusif para ibu Desa Koyobunga
telah:
a. Mengetahui pengertian Asi ekslusif
b. Mengetahui manfaat Asi Ekslusif
c. Mengetahui komposisi dan zat gizi yang terkadung dalam Asi
d. Mengetahui kebaikan Asi dan Menyusui
e. Mengetahui tanda cukup Asi
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki dampak positif
karena dapat meningkatkan pengetahuan ibu-ibu tentang penting nya pemberian
Asi Eksklusif bagi bayi dan apa saja manfaat yang di dapatkan dari pemberian Asi
ekslusif bagi bayi . sehingga ibu ibu lebih paham tentang Asi Eksklusif dan dapat
memberikan Asi Ekslusif bagi bayi nya.
B. SARAN
Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan tentang
1. Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang
ASI dan menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil
tentang gizi dan perawatan payudara selama masa kehamilan, sehingga
produksi ASI cukup.
2. Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik
bersalin, Posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk
kepada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu menyusui tentang ASI dan
menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
http://tamannya-hati.blogspot.com/2012/12/manfaat-pemberian-asi.html
Waktu : 20 Menit
Tempat : Polindes
Pemateri : Mahasiswa
A. Latar Belakang
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI dari seorang ibu kepada bayinya
sampai dengan 4-6 bulan pertama tanpa tambahan makanan apapun. Jadi
hanya diberikan ASI saja selama 4-6 bulan tanpa tambahan seperti
susu formula, madu, air putih, sari buah, biskuit atau bubur bayi. Karena
manfaat ASI begitu besar baik itu manfaat pemberian ASI bagi ibu
maupun manfaat pemberian ASI bagi bayi itu sendiri.
B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan ibu hamil dan ibu
menyusui mengetahui apa manfaat dari Asi Ekslusuf.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang Asi Ekslusif,
diharapkan ibu hamil dan ibu menyusui dapat :
1. Menjelaskan pengertian Asi ekslusif
2. Mengetahui manfaat Asi Ekslusif
3. Mengetahui komposisi dan zat gizi yang terkadung dalam Asi
4. Menjelaskan kebaikan Asi dan Menyusui
5. Mengetahui tanda cukup Asi
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
E. Metode Penyuluhan
Ceramah
F. Media
Leaflet
G. Kegiatan penyuluhan
3. Menyampaikan 3. Bertanya
tentang tujuan mengenai
pokok materi perkenalan dan
tujuan jika ada
4. Meyampakain yang kurang
pokok Jelas
pembahasan
5. Kontrak waktu
2. Pelaksanaan 11.40 1. Penyampaian 1. Mendengarkan dan Leaflet
materi menyimak
2. Menjelaskan 2. Bertanya
pengertian Asi mengenai hal- hal
ekslusif yang belum jelas
dan dimengerti
3. manfaat Asi
Ekslusif
4. Menjelaskan
komposisi dan
zat gizi yang
terkadung dalam
Asi
6. Menjelaskan
tanda cukup Asi
3. Mengakhiri
pertemuan dan
4. mengucapkan
salam
H. Evaluasi
Diharapkan Keluarga mampu :
1. Menjelaskan pengertian Asi ekslusif
2. Mengetahui manfaat Asi Ekslusif
3. Mengetahui komposisi dan zat gizi yang terkadung dalam Asi
4. Menjelaskan kebaikan Asi dan Menyusui
5. Mengetahui tanda cukup Asi
I. Lampiran Materi
1. Pengertian ASI ekslusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar
mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif
adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak
diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.
2. Manfaat pemberian ASI eksklusif
a. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang
terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga
bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan
yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan
pertama kehidupannya.
b. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan
utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi.
Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah
dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
c. Mengurangi resiko bayi terkena diare dan muntah.
d. Komposisi ASI ideal untuk bayi.
e. Mengurangi kemungkinan terkena infeksi pada dada dan telinga,
mengurangi resiko penyakit kulit, mengurangi kemungkinan terkena
sembelit, sehingga berkurang juga kemungkinan bayi dirawat di
rumah sakit.
f. Mengurangi kemungkinan bayi mengalami masalah kegemukan di
saat dewasanya sehingga juga mencegah penyakit diabetes dan
penyakit yang terkait kegemukan.
g. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu
sapi adalah yang terbaik untuk sapi. Sehingga tentunya komposisi
ASI berbeda dengan komposisi susu formula.
3. Komposisi& zat gizi yang terkandung dalam ASI
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik yang diberikan ibu
kepada bayinya. Komposisi ASI berubah menurut stadium penyusuan
(kolostrum, susu peralihan, susu matur) yang sesuai dengan kebutuhan
bayi pada stadium itu, dan tidak dapat ditiru dengan pemberian susu
formula.
Komposisi zat-zat yang terkandung dalam ASI adalah karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral dan air dengan komposisi yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan bayi.ASI mengandung 200 zat
gizi dan memberikan kekebalan buat bayi hingga 20 kali lipat.Zat-zat
itu antara lain putih telur, lemak, protein, karbohidrat, vitamin,
mineral, hormon pertumbuhan, berbagai enzim dan zat kekebalan.
4. Kebaikan Asi dan Menyusui
DOKUMENTASI
Sabtu, 29 Mei 2021 dilakukan penyuluhan Asi Eksklusif kepada masyarakat Desa
Koyobunga tengah-tengah lomba balita sehat di Polindes Desa Koyobunga
Lampiran 4
ABSEN
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN
DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA KAB. BANGGAI
KEPULAUAN
Disusun Oleh :
Suci Pratiwi (PO7124119056)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpatkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami.
Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik, semoga laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai
pertanggung jawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik
DTPK selanjutnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….
A. LATAR BELAKANG.............................................................................
B. TINJAUAN TEORI.................................................................................
BAB II PENATALAKSANAAN…………………………………………………..
A. KESIMPULAN…………………………………………………………
B. SARAN....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
SAP............................................................................................................................
LAMPIRAN...............................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengapa rokok begitu berbahaya dan apa saja efek negatif lainnya
dari rokok? Bahaya merokok dapat ditimbulkan dari kandungan-
kandungan yang terdapat pada sebatang rokok.
Lebih dari 4000 bahan kimia terdapat di dalamnya. Setidaknya, 60
dari bahan kimia tersebut mampu menyebabkan kanker. Bahan-
bahan berbahaya pada sebatang rokok, di antaranya:
a. Karbon monoksida
Zat yang tidak bisa terlihat atau terasa ini, kerap ditemukan pada
asap knalpot mobil. Zat ini bisa mengikat diri pada hemoglobin
dalam darah secara permanen, sehingga menghalangi suplai
oksigen ke seluruh bagian tubuh. Karbon monoksida ini
cenderung membuat Anda merasa kehabisan napas dan juga
menjadi lebih mudah lelah.
b. Tar
Ketika merokok, kandungan tar di dalam rokok akan ikut terisap.
Zat ini akan mengendap di paru-paru Anda dan berdampak
negatif pada kinerja rambut halus yang melapisi paru-paru.
Padahal, rambut tersebut bertugas untuk mendorong kuman serta
partikel asing lainnya keluar dari paru-paru Anda. Tar dalam
asap rokok mengandung berbagai bahan kimia karsinogen, yang
dapat memicu perkembangan sel kanker di tubuh.
c. Gasoksidan
Gas ini bisa bereaksi dengan oksigen. Keberadaan oksidan dalam
tubuh meningkatkan risiko terjadinya stroke dan serangan
jantung.
d. Benzene
Zat yang ditambahkan ke dalam bahan bakar minyak ini bisa
merusak sel pada tingkat genetik. Zat ini juga dikaitkan dengan
berbagai jenis kanker seperti kanker ginjal dan leukimia.
BAB II
PENATALAKSANAAN
BAB III
HASIL KEGIATAN
3. Hasil kegiatan
Pada hari minggu 30 mei 2021 pukul 15.30 Wita dilapangan, di
lakukan penyuluhan bahaya merokok oleh kelompok 1 yang dihadiri
oleh beberapa bapak-bapak, anak muda dan para remaja di desa
koyobunga yang ikut berpartisispasi dalam kegiatan ini.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki dampak
positif karena dapat meningkatkan Kesadaran bapak-bapak dan para
pemuda Desa Koyobunga tentang bahaya merokok bagi kesehatan tubuh
dan apa saja kandungan yang berbahaya dalam merokok. sehingga
masyarakat lebih memperhatikan pentingnya kesehatan dan tidak
mengkonsumsi rokok lagi.
B. SARAN
Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan
tentang Penyuluhan bahaya merokok antara lain :
C. Perlunya kesadaran diri dari setiap bapak-bapak dan para anak
muda di desa koyobunga untuk tidak mengonsumsi rokok.
D. Keinginan dan motivasi yang tinggi untuk berhenti merokok sangat
di perlukan dalam pengontrolan diri untuk menahan keinginan
keinginan merokok dengan menambah poster, liflate maupun stiker
mengenai cara-cara berhenti merokok atau membuat spanduk
berukuran besar yang bertuliskan “BEBAS ASAP ROKOK”.
E. Kita sebagai generasi muda harus selalu menjaga kesehatan dalam
diri kita, salah satunya yaitu untuk tidak merokok. Karena sudah di
jelaskan pada pembahasan sebelumnya dampak yang akan timbul
bagi kesehatan sangat besar sekali dan merokok tidak ada
manfaatnya, hanya merugikan diri sendiri bahkan dapat merugikan
orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Brainly.co.id
http://lib.ui.ac.id./file?file=digital/125881-s-5377-studi%20kualitatif-
kesimpulan.pdf
Lampiran I
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
“BAHAYA MEROKOK”
Waktu : 20 Menit
Pemateri : Mahasiswa
A. Latar Belakang
Merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok yang di lakukan dalam
kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa di
hindari bagi orang yang mengalami kecenderungan terhadap rokok. Rokok
merupakan salah satu bahan adiktif artinya dapat menimbulkan
ketergantungan bagi pemakai atau pengunanya.
B. Tujuan Umum
C. Tujuan Khusus
H. Evaluasi
Di harapkan keluarga mampu :
1. Menjelaskan pengertian bahayanya merokok
2. Menjelaskan Kandungan pada Rokok yang Berbahaya
3. Menjelaskan Berbagai Gangguan Kesehatan Akibat Merokok
I. Lampiran Materi
1. Definisi Bahaya Merokok
Mengapa rokok begitu berbahaya dan apa saja efek negatif lainnya
dari rokok? Bahaya merokok dapat ditimbulkan dari kandungan-
kandungan yang terdapat pada sebatang rokok.
Lebih dari 4000 bahan kimia terdapat di dalamnya. Setidaknya, 60
dari bahan kimia tersebut mampu menyebabkan kanker. Bahan-bahan
berbahaya pada sebatang rokok, di antaranya:
a) Karbon monoksida
b) Tar
c) Gas oksidan
d) Benzene
3. Berbagai Gangguan Kesehatan Akibat Merokok
a) Gangguan Kardiovaskular
b) Otak
c) Mulut dan tenggorokan
d) Paru-paru
e) Lambung
f) Tulang
g) Kulit
h) Organ reproduksi
i) Gangguan psikologis
Lampiran II
DOKUMENTASI
Minggu, 30 Mei 2021, di lakukan penyuluhan Bahaya Merokok kepada
masyarakat Desa Koyobunga di tengah-tengah kegiatan Lomba Cerdas
Tangkas Sayang Ibu dan Anak.
Lampiran IV
ABSEN KEGIATAN
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN
DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA, KAB.BANGGAI KEPULAUAN
Disusun Oleh :
Eunike Ayu Ch Tumuahi (PO7124119020)
Zainab (PO7124119040)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpatkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami.
Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik, semoga laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik DTPK
selanjutnya
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………...…………..…………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………….……………………......………….
A. LATAR BELAKANG…………………………….………………………….
B. TINJAUAN TEORI……………………………….………………………….
1. Definisi Keluarga Berencana (KB)………………………………………...
2. Tujuan Program Keluarga Berencana (KB)……………………………….
3. Ruang Lingkup Keluarga Berencana (KB)………………………………..
4.Definisi Kontrasepsi………………………………………………………..
5.Macam – Macam Kontrasepsi……………………………………………...
BAB II PENATALAKSANAAN……………………………………………..…..
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….….
LAMPIRAN………………………………………………………….…………….
A. LAMPIRAN 1 SAP
B.LAMPIRAN 2 LEAFLET
C. LAMPIRAN 3 ABSEN
D. LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN
C. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan satu program pemerintah yang dirancang
untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga
berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit kecil kehidupan
bangsa diharapakan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS) yang berorientasi pada pertumbahan yang seimbang.
Dalam pengertian keluarga berencana secara umum ialah, dapat diuraikan
bahwa keluarga berencana suatu usaha yang mengatur banyak jumlah kelahiran
sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta
keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian
sebagaia akibat langgsung dari kelahiran tersebut. Atau meningkatkan
kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk. Dalam pengertian sempitnya keluarga berencana dalam
kehidupan sehari hari berkisar pada pencegahan konsepsi atau pencegahan
terjadinya pembuahan mencegah pertemuan antara sel mani (spermatozoa) dari
pria dan sel telur (ovum) dari wanita sekitar persetubuhan (Irianto, 2014).
Perkembangan keluarga berencana di Indonesia di pengaruhi oleh berbagai
faktor yang dibagi manjadi dua, yaitu faktor penghambat dan faktor pendukung.
Faktor yang menghambat penyebarluaskan program keluarga berencana di
Indonesia antara lain budaya, agama, tingkat pengetahuan masyarakat dan
wawasan kebangsaan. Faktor pendukung penyebarluaskan program keluarga
berencana, antara lain adanya komitmen politis, dukungan pemerintah, dukungan
tokoh agama atau tokot masyarakat dan dukungan masyarakat terkait masalah
kependudukan (Lucky, 2014).
D. Tinjauan Teori
1. Definisi Keluarga Berencana (KB)
Merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran anak yang
diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk
mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
2. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB
lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk
mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam
tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan
tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia
muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua
(Hartanto, 2002).
3. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
4. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007).
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi)
atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim
(Nugroho dan Utama, 2014).
5. Macam-macam Kontrasepsi
a. Metode Kontrasepsi Sederhana Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2
yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi
dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe
Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir
Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan
antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi
sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida
(Handayani, 2010)
b. Metode Kontrasepsi Hormonal Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya
dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan
estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi
hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan
kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan
implant (Handayani, 2010).
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR
yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak
mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung
hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T
dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel (Hartanto,
2002).
d. Metode Kontrasepsi Mantap Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2
macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria
(MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini
adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga
mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering
dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat
saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau
ejakulasi (Handayani, 2010).
1.) Definisi Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi hormonal merupakan salah
satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk
mencegah terjadinya konsepsi (Baziad, 2008). Kontrasepsi hormonal
merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan
umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga
terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).
2.) Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal Hormon estrogen dan
progesteron memberikan umpan balik, terhadap kelenjar hipofisis
melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan
folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen
dapat menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH)
sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak
terjadi. Di samping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran
Hormone Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba
sehingga hasil konsepsi mencapai uterus endometrium yang belum siap
untuk menerima implantasi (Manuaba, 2010).
Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesteron
bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya,
suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula
hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat
kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan
menambah sekresi dari hormon lainnya.
Bila terjadi kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap
dibuat bahkan dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-
puncak siklus, sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen
bekerja secara primer untuk membantu pengaturan hormon realising
factors of hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari
ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium.
Progesteron bekerja secara primer menekan atau depresi dan melawan
isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang
terlalu dini atau prematur dari ovarium, serta juga merangsang
perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2002).
BAB III
HASIL KEGIATAN
A. KESIMPULAN
Telah diadakanya program kerja kelompok 1 yaitu penyuluhan keluarga
berencana yang dihadiri oleh ibu-ibu yang ingin mengetahui lebih tentang
kelurga berencana.
B. SARAN
Semoga dengan adanya kegiatan penyuluhan keluarga berencana, para
ibu-ibu lebih bijak dalam mengambil keputusan untuk menggunakan KB.
Dan di harapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang KB melalui
berbagai macam media informasi yang ada seperti majalah, radio, televisi,
dan petugas kesehatan, khususnya tentang metode kontrasepsi jangka
panjang dan non metode kontrasepsi jangka panjang ( suntik dan pil).
DAFTAR PUSTAKA
https://sumerta.denpasarkota.go.id/uploads/download/Jenis%20Jenis%20Alat
%20Kontrasepsi_036754.pdf
(Diakses Selasa 15 juni 2021, pukul 10.00 Wita)
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kespro-dan-KB
Komprehensif.pdf
d. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan satu program pemerintah yang
dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.
Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai
unit kecil kehidupan bangsa diharapakan menerima Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbahan yang
seimbang.
Dalam pengertian keluarga berencana secara umum ialah, dapat diuraikan
bahwa keluarga berencana suatu usaha yang mengatur banyak jumlah
kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah
serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagaia akibat langgsung dari kelahiran tersebut.
Atau meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk. Dalam pengertian
sempitnya keluarga berencana dalam kehidupan sehari hari berkisar pada
pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan mencegah
pertemuan antara sel mani (spermatozoa) dari pria dan sel telur (ovum) dari
wanita sekitar persetubuhan (Irianto, 2014).
Perkembangan keluarga berencana di Indonesia di pengaruhi oleh berbagai
faktor yang dibagi manjadi dua, yaitu faktor penghambat dan faktor
pendukung. Faktor yang menghambat penyebarluaskan program keluarga
berencana di Indonesia antara lain budaya, agama, tingkat pengetahuan
masyarakat dan wawasan kebangsaan. Faktor pendukung penyebarluaskan
program keluarga berencana, antara lain adanya komitmen politis, dukungan
pemerintah, dukungan tokoh agama atau tokot masyarakat dan dukungan
masyarakat terkait masalah kependudukan (Lucky, 2014).
e. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan masyarakat dapat
mengerti tentang KB.
f. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang Keluarga
Berencana (KB), diharapkan masyarakat dapat:
14. Definisi Keluarga Berencana (KB)
15. Tujuan Program KB
16. Ruang Lingkup Program KB
17. Definisi Kontrasepsi
18. Macam-macam Kontrasepsi
g. Materi Penyuluhan
Terlampir
h. Metode Penyuluhan
3. Ceramah
4. Tanya Jawab
i. Media
Leaflet
j. Kegiatan Penyuluhan
LEAFLET
Lampiran 3
ABSEN
Lampiran 4
DOKUMENTASI
Disusun Oleh:
Evlin Yerisusanto (PO7124119065)
Nuraini (PO71241190)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami dapat menyelesaikan
Laporan Kegiatan Lomba pada Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan
Kepulauan (DTPK).
Akhir kata, kami mohon maaf atas kekurangan kami pada saat pelaksanaan
kegiatan lomba, semoga laporan kegiatan lomba pada praktik DTPK tahun 2021
ini dapat dipergunakan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan program dan
bahan evaluasi pada kegiatan praktik DTPK selanjutnya.
Penulisan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang.....................................................................................................
..
B. TinjauanTeori......................................................................................................
1. ANC Teratur............................................ ...................................................
2. Ketidaknyamanan Selama Kehamilan dan Cara Mengatasinya..................
3. Kebutuhan Fisik dan Psikoologi Ibu Hamil................................................
4. Kebutuhan Gizi dan Nutrisi Ibu Hamil.......................................................
5. Tanda dan Bahaya Pada Kehamilan............................................................
6. Persiapan Persalinan...................................................................................
7. Pentingnya Pertolongan Persalinan di Fasilitas Kesahatan dan Oleh
Tenaga Kesehatan........................................................................................
BAB II PENATALAKSANAAN
A. Pelaksanaan Kegiatan.........................................................................................
B. Penutupan............................................................................................................
BAB III HASIL KEGIATAN
A. Laporan Pelaksanaan Kegiatan...........................................................................
1. Tahapan
Persiapan......................................................................................................
2. Hambatan ....................................................................................................
3. Hasil Kegiatan ............................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................
B. Saran ..................................................................................................................
DAFTARPUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................
A. LAMPIRAN 1 SAP
B. LAMPIRAN 2 LEAFLET
C. LAMPIRAN 3 DOKUMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita. Pada
proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Decherney et al, 2007). Tujuan dari
pengelolaan proses persalinan adalah mendorong kelahiran yang aman bagi ibu
dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas kesehatan untuk mengantisipasi
dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan bayi, sebab
kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses persalinan (Koblinsky et
al, 2006).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka
Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih tinggi yaitu
208/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 26/1.000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2013). Angka Kematian Ibu untuk Provinsi Jawa
Tengah tahun 2012 sebesar 116/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka
Kematian Bayi sebesar 12/1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu
merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesejahteraan perempuan
dan target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan Millennium
Development Goals (MDGs) tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu
dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾
resiko 2 jumlah kematian ibu atau 102/100.000 kelahiran hidup, maka dari itu
upaya untuk mewujudkan target tersebut masih membutuhkan komitmen dan
usaha keras yang terus menerus (Kemenkes RI, 2013).
Penyebab tingginya angka kematian ibu antara lain, terlalu muda atau terlalu
tua saat melahirkan, tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, dan
banyaknya persalinan yang ditolong oleh tenaga non profesional (Koblinsky et al,
2006). Hal ini sejalan dengan penelitian Misar (2012) yang menyatakan bahwa
kejadian komplikasi persalinan ibu melahirkan dengan kualitas pelayanan
kesehatan yang tidak baik beresiko lebih besar untuk mengalami komplikasi
dibanding ibu yang mendapatkan kualitas pelayanan yang baik.
Faktor yang berperan penting untuk mengurangi angka kematian maternal
antara lain, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan pelayanan yang
baik ketika persalinan (Reeves, 2010). Faktor lain yang dapat mengurangi angka
kematian maternal yaitu akses ke tempat pelayanan kesehatan terjangkau dan
fasilitas kesehatan yang memadai (Aboagye, 2013).
Berdasarkan data SPM cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 97,14%, lebih tinggi dibanding
cakupan tahun 2011 yaitu sebesar 96,79%. Cakupan pertolongan persalinan
khususnya di Kabupaten Sukoharjo tahun 2012 sebesar 96,39%. Semua
Kabupaten/Kota sudah mencapai target SPM tahun 2015 (90%). Naiknya cakupan
pertolongan persalinan menunjukkan 3 meningkatnya kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan dan perencanaan persalinan
yang baik dari ibu maupun keluarga (Dinkes Jateng, 2012).
Meskipun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan selalu
meningkat dari tahun ke tahun, namun masih banyak permasalahan yang
ditemukan terkait komplikasi saat persalinan antara lain kelainan letak/presentasi
janin, partus macet/distosia, perdarahan pasca persalinan, infeksi berat/sepsis,
placenta previa, Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Timbulnya berbagai
permasalahan yang terjadi saat persalinan, pemerintah selalu berupaya
menurunkan angka kematian ibu dengan melakukan perluasan pelayanan
kesehatan berkualitas melalui pelayanan obstetrik yang komprehensif seperti
penyediaan fasilitas Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) dan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
(Kemenkes RI, 2013).
Tata laksana ideal persalinan memerlukan dua sudut pandang yang berbeda.
Pertama, persalinan harus dikenali sebagai proses fisiologis normal yang sebagian
besar perempuan mengalaminya tanpa komplikasi. Kedua, komplikasi intrapartum
yang muncul secara cepat dan tiba-tiba harus diantisipasi. Petugas kesehatan harus
bisa membuat setiap perempuan yang melahirkan dan keluarga merasa nyaman
dan memastikan keselamatan ibu serta neonatus jika sewaktu-waktu terjadi
komplikasi (Cunningham et al, 2006). 4 Sebagian besar wanita pada proses
persalinan mengalami perubahan fisik dan psikologis sebagai respon dari apa
yang dirasakan dalam proses persalinannya. Perubahan ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemajuan persalinan pada pasien. Dukungan sosial dan emosional
serta pelayanan selama persalinan adalah salah satu intervensi yang tepat
digunakan untuk mencapai pengalaman melahirkan yang positif (Alexander et al,
2013). Petugas kesehatan harus memiliki sikap empati dan kesabaran untuk
mendukung calon ibu yang melahirkan dan keluarga. Petugas kesehatan sebagai
pemberi perawatan dalam persalinan juga harus mampu memenuhi tugas
diantaranya mendukung wanita; pasangan dan keluarga selama proses persalinan,
mengobservasi saat persalinan berlangsung; memantau kondisi janin dan kondisi
bayi setelah lahir; mengkaji faktor resiko; mendeteksi masalah sedini mungkin,
melakukan intervensi minor jika diperlukan seperti amniotomi dan episiotomi;
perawatan bayi baru lahir, merujuk ke tingkat perawatan yang lebih tinggi jika
terjadi komplikasi (Tasnim et al, 2011).
Sebagian besar wanita menyatakan bahwa kehadiran petugas kesehatan saat
persalinan sangat penting karena mereka memberikan dukungan dan informasi
terkait proses persalinannya. Wanita merasa bahwa bentuk dukungan yang
diberikan oleh petugas kesehatan saat proses persalinan menimbulkan dampak
yang positif diantaranya dapat menurunkan kecemasan, menurunkan rasa sakit,
menghindari stres dan 5 trauma saat persalinan (Deitrick, 2008). Hal ini sejalan
dengan penelitian Enkin (2000) yang menyatakan bahwa jika wanita diperhatikan
dan diberi dukungan selama proses persalinan, maka mereka akan aman dan
merasa nyaman serta persalinan juga akan berlangsung lebih cepat. Menurut hasil
wawancara empat petugas kesehatan dari empat Puskesmas di Sukoharjo
menyatakan bahwa masalah-masalah yang terjadi pada saat proses persalinan
menjadi stressor bagi mereka.
B. Tinjauan Teori
1. Antenatal Care teratur
a. Mual Muntah
1) Penyebab
a) Faktor hormone kehamilan (HCG), yang menstimulasi produksi
estrogen pada ovarium dan hormon estrogen diketahui
meningkatkan mual muntah
b) Faktor pencernaan, hormon estrogen dapat memicu peningkatan
asam lambung sehingga membuat mual muntah
c) Faktor psikologis, perasaan bersalah, marah, ketakutan dan
cemas dapat menambah mual dan muntah
d) Faktor keturunan, ibu yang mengalami mual muntah maka anak
yang dilahirkan memiliki resiko 3 % mengalami mual muntah
sampai mengalami HEG.
2) Penanganan
a) Pada pagi hari setelah bangun tidur minum air teh manis atau air
jahe manis hangat
b) Makan makanan kering yang mengandung karbohidrat seperti
biscuit.
c) Makan dengan jumlah kecil tapi sering setiap 1-2 jam
d) Hindari makanan pedas, makanan berminyak/berlemak seperti
gorengan
e) Konsumsi makanan yang mengandung rendah lemak tetapi kaya
protein seperti telur, ikan, keju, kacang hijau.
f) Hindari makanan yang asam seperti buah jeruk, tomat, jambu.
g) Minum minimal 2 liter atau 8-10 gelas sehari
h) Konsumsi makanan yang mengandung tinggi asam folat seperti:
bayam, kubis, jagung, brokoli dan selada
i) Jika mual dan muntah terus berlanjut segera ke bidan atau
dokter
b. Sembelit/Susah buang air besar
1) Penyebab
a) Pengaruh hormon kehamilan (progesteron) dan hormon
pencernaan (motilin)
Hormon kehamilan (progesteron) berperan dalam proses
relaksasi pada kerja otot halus. Peningkatan hormon ini,
mengakibatkan gerakan atau mobilitas organ pencernaan
menjadi relaks atau lambat. Akibatnya, proses pengosongan
lambung jadi lebih lama dan waktu transit makanan di
lambung meningkat. Selain itu, penurunan hormon motilin
(hormon pencernaan) mempengaruhi gerakan peristaltik
usus (pijatan di usus, salah satu aktivitas mencerna
makanan) juga melambat sehingga daya dorong dan
kontraksi usus terhadap sisa-sisa makanan melemah.
Alhasil, sisa makanan menumpuk lebih lama di usus dan
sulit dikeluarkan
b) Penurunan aktifitas ibu hamil
Kurangnya aktivitas dapat mempengaruhi proses metabolisme
di dalam tubuh sehingga mempengaruhi gerakan peristaltik
usus yang menyebabkan terjadinya sembelit/ susah buang
air besar
2) Penanganan
a) Konsumsi makanan tinggi serat seperti: roti gandum,
buah(papaya), kacangkacangan dan sayuran (seledri, kubis,
bayam, selada air dl)
b) Hindari minum kopi, minuman bersoda dan alkohol serta
hindari rokok
c) Minum minimal 2 liter atau 8-10 gelas sehari
d) Lakukan latihan fisik (olahraga) ringan seperti jalan pagi
e) Mandi atau berendam dengan air hangat
f) Lakukan pijat refleksi pada daerah lengkungan kaki secara
melingkar selama 5 menit
g) Jika keluhan terus berlanjut segera ke bidan atau dokter
c. Heartburn/ Rasa Panas Pada Bagian Dada
1) Penyebab
a) Hormon Kehamilan (Progesterone)
Peningkatan hormone kehamilan (progesterone) sehingga
menyebabakan penurunan kerja lambung dan esophagus
bawah akibatnya makanan yang masuk cenderung lambat
dicerna sehingga makanan menumpuk hal ini
menyebabakan
rasa penuh atau kenyang dan kembung.
b) Tekanan dari rahim yang semakin membesar karena
kehamilan pada isi lambung
2) Penanganan.
a) Makan dengan jumlah kecil tapi sering setiap 1-2 jam.
b) Hindari makan sebelum tidur, beri jeda 2-3 jam agar
makanan dapat dicerna terlebih dahulu
c) Hindari makanan pedas, makanan berminyak/berlemak
seperti gorengan
d) Hindari makanan yang asam seperti buah jeruk, tomat,
jambu
e) Kurangi makanan yang mengandung gas seperti kacang-
kacangan,
f) Konsumsi makanan tinggi serat seperti roti gandum, buah
(papaya), kacangkacangan dan sayuran (seledri, kubis,
bayam, selada air, dll)
g) Sebaiknya minum setelah selesai makan dan hindari makan
dengan terburu-buru.
h) Hindari minum kopi, minuman bersoda dan alcohol serta
hindari rokok
i) Atur posisi tidur senyaman mungkin dengan posisi setengah
duduk
j) Gunakan pakaian yang longgar dan nyaman
d. Keputihan
1) Penyebab
a) Keputihan yang keluar dari vagina dikatakan normal karena
meningkatnya hormon kehamilan (estrogen)
b) Stress
c) Kelelahan yang sangat. Jika kadar gula darah ibu tinggi
2) Penanganan
a) Menjaga kebersihan diri terutama daerah kewanitaan
(vagina)
b) Mengganti celana dalam sesering mungkin apabila terasa
basah dan lembab
c) Membersihkan vagina dengan benar yaitu dengan cara
membasuh vagina dari depan kebelakang setelah buang air
kecil dan buang air besar kemudian mengeringkan dengan
handuk bersih atau tissue.
d) Menggunakan bahan celana katun atau yang mudah diserap
keringat
e) Jika keputihan bertambah banyak disertai dengan rasa gatal,
nyeri, panas, demam, cairan bebau dan berubah warna
menjadi kehijauan atau kuning segera ke bidan atau dokter
e. Pusing
1) Penyebab
a) Hormon kehamilan (progesterone)
Peningkatan hormone menyebabkan pembuluh darah melebar
sehingga darah cenderung berkumpul di kaki, sehingga
menyebabkan tekanan darah ibu lebih rendah dari biasanya,
yang dapat mengurangi aliran darah ke otak Anda,
menyebabkan pusing sementara
b) Anemia
Hal ini terjadi karena peningkatan volume plasma darah yang
akan mempengaruhi kadar haemoglobin darah, sehingga
jika peningkatan volume dan sel darah merah tidak
diimbangi dengan kadar hemoglobin yang cukup, akan
mengakibatkan terjadinya anemia.
c) Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Karena aliran darah ke otak berkurang, maka asupan oksigen
pun berkurang sehingga menyebabkan pusing.
d) Kadar gula darah rendah yang terjadi karena tubuh
menyesuaikan dengan perubahan pada tubuh selama
kehamilan
e) Varises
Hal ini terjadi yaitu karena adanya peningkatan volume plasma
darah yang akan mempengaruhi pada kadar haemoglobin
darah ibu sehingga menyebabkan pusing
2) Penanganan
a) Konsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti
bayam, kangkung, brokoli, daun ubi jalar, dan sayur-
sayuran berwarna hijau dan daging merah
b) Konsumsi makanan bergizi seimbang ( mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral
c) Minum minimal 2 liter atau 8-10 gelas perhari
d) Atur posisi tidur yang nyaman sebaiknya berbaring miring
kiri
e) Berbaring dengan posisi kaki lebih ditinggikan
f) Hindari posisi tidur terlentang lebih dari 5 menit.
g) Istirahat dan tidur yang cukup, siang hari 1-2 jam dan
malam ± 8 jam
h) Lakukan gerakan ringan ketika berdiri lama
i) Kurangi aktivitas yang berat dan melelahkan.
j) Hindari perubahan posisi secara tiba-tiba seperti dari posisi
jongkok ke posisi berdiri
k) Gunakan pakaian yang longgar dan nyaman
l) Lakukan tehnik nafas dalam.
m) Hindari stress
n) Buka jendela di pagi hari untuk mendapat udara yang bersih
o) Jika pusing menetap dan bertambah disertai sakit kepala
yang hebat, pandangan kabur, mata berkunang-kunang ,
lemas, nyeri ulu hati
f. Mudah Lelah
1) Penyebab
Selama awal kehamilan, perubahan hormonal mungkin
penyebab kelelahan. Tubuh ibu memproduksi lebih banyak
darah untuk membawa nutrisi ke bayi ibu tumbuh. Kadar gula
darah ibu dan tekanan darah juga lebih rendah. Hormon,
terutama peningkatan kadar progesteron, yang bertanggung
jawab untuk membuat ibu mengantuk. Selain perubahan fisik
yang terjadi dalam tubuh , perubahan emosi dapat berkontribusi
untuk penurunan energi. Pada akhir kehamilan cepat lelah
terjadi disebabkan nokturia (sering berkemih di malamm hari).
2) Penanganan
a) Minum minimal 2 liter atau 8-10 gelas sehari
b) Hindari minum kopi, minuman bersoda dan alcohol serta
hindari rokok
c) Konsumsi makanan bergizi seimbang (mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral)
d) Minum susu hangat ± 2 jam sebelum tidur
e) Istirahat dan tidur yang cukup, siang hari 1-2 jam dan
malam ± 8 jam
f) Lakukan latihan fisik ( olahraga) ringan seperti jalan pagi
g) Jika keluhan bertambah buruk,disertai rasa sesak nafas,
jantung berdebar-debar, disertai pusing maka segera datang
ke tenaga kesehatan.
g. Perdarahan dari kemaluan (vagina)
1) Penyebab
a) Perdarahan dapat berasal dari vagina, serviks dan uterus
b) Keguguran
c) Perdarahan dari tempat tertanamnya ari-ari didalam rahim
d) Hamil anggur (molahidatidosa)
e) Hamil diluar rahim (kehamilan ektopik)
2) Penanganan
a) Bila terjadi perdarahan pada trimester I tindakan
pertolongan pertama yang paling efektif adalah banyak
istirahat untuk mengurangi resiko terjadi keguguran dan
tingkatkan asupan asam folat
b) Apabila ibu mengalami flek darah segera datang ke bidan
atau dokter kandungan.
h. Sering kencing
1) Penyebab
a) Trimester I
Selama kehamilan terjadi perubahan pada sistem
perkemihan mulai usia kehamilan 7 minggu, keinginan
sering buang air kecil pada awal kehamilan ini dikarenakan
rahim yang membesar dan menekan kandung kencing
b) Trimester II dan III
Seiring bertambah usia kehamilan, berat rahim akan
bertambah dan ukuran rahim mengalami peningkatan
sehingga rahim membesar kearah luar pintu atas panggul
menuju rongga perut. Perubahan ini menyebabkan
tertekannya kandung kemih yang terletak di depan rahim.
Tertekannya kandung kemih oleh volume rahim
menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang,
akibatnya daya tampung kandung kemih berkurang. HaL ini
memicu meningkatnya frekuensi berkemih
2) Penanganan
a) Tetap minum pada siang hari dan mengurangi minum pada
2 jam sebelum tidur
b) Hindari minum kopi, minuman bersoda dan alcohol serta
hindari rokok
c) Lakukan latihan untuk memperkuat otot-otot dasar panggul,
otot-otot vagina, perut (latihan kegel) Caranya, kerutkan
otot-otot sekitar lubang vagina, saluran kemih dan anus
(seperti ketika menahan kencing). Tahan selama beberapa
saat, lalu lepaskan. Lakukan setidaknya 25 kali pengulangan
pada waktu yang berbeda dalam sehari
d) Menjaga kebersihan diri terutama daerah kewanitaan
(vagina)
e) Mengganti celana dalam sesering mungkin apabila terasa
basah dan lembab
f) Gunakan pakaian yang mudah menyerap keringat seperti
katun
g) Tidak menahan buang air kecil dan bak sampai kandung
kemih kosong
h) Apabila buang air kecil terasa perih, panas, dan keluar darah
segera ke bidan atau dokter
i. Nyeri perut bagian bawah
1) Penyebab
a) Penyebab yang berhubungan dengan kehamilan
1.) Ancaman kegururan
2.) Kehamilan di luar rahim (tuba fallopi)
b) Penyebab di luar kehamilan
1.) Adanya kista
2.) Mioma uteri
3.) Usus buntu (appendiksitis)
2) Penanganan
a) Jangan panik
b) Beritahu suami dan keluarga
c) Siapkan perlengkapan pakaian ibu
d) Segera periksakan ke tenaga kesehatan terdekat (bidan atau
dokter)
3. Kebutuhan fisik dan psikologis ibu hamil
a. Kebutuhan Fisik
1) Mandi secara teratur minimal 2 kali sehari
2) Olahraga seperti senam pagi, senam yoga, dan lain lain
3) Menjaga personal hygiene
b. Kebutuhan psikologi
1) Dukungan suami dan keluarga
2) Dukungan lingkungan
3) Peran bidan dalam persiapan psikologi ibu hamil
4. Kebutuhan gizi dan nutrisi ibu hamil
a. Nasi atau gandum
b. Buah-buahan
c. Sayuran
d. Protein hewani nabati
e. Lemak
f. Susu
g. Air putih 2 liter (8 gelas perhari)
5. Tanda - tanda bahaya persalinan :
a. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas – mulas
b. Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan
c. Tali pusat, tangan, dan kaki bayi keluar lebih dahulu dari jalan lahir
d. Tidak kuat mengejan
e. Mengalami kejang-kejang
f. Air ketuban keruh dan berbau
g. Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas – mulas
h. Setelah bayi lahir ari-ari tidak keluar
i. Gelisah mengalami kesakitan yang hebat
j. Pendarahan setelah bayi lahir.
6. Persiapan persalinan
a. Menyiapkan perlengkapan (perlengkapan ibu dan bayi) seperti baju
ganti, pembalut khusus untuk ibu pasca bersalin, sarung, dan
sebagainya.
b. Tetap menjaga kebugaran ( menjaga tubuh tetap bugar dan sehat bagi
ibu hamil cenderung memiliki proses yang lebuh mudah, oleh sebab
itu ibu hamil di anjurkan berolahraga seperti berjalan kaki perhari atau
ikut kelas yoga untuk ibu hamil)
c. Menyiapkan keluarga yang golongan darahnya sama dengan ibu hamil
d. Pelajari beberapa posisi persalinan yang umum
e. Menentukan tempat bersalin
7. Pentingnya pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan dan oleh tenaga
kesehatan
Apa yang dimaksud dengan persalinan ditolong tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan terampil sesuai standar (bidan, dokter, dan tenaga
paramedis lainnya di fasilitas kesehatan).
Mengapa harus mendapatkan pertolongan persalinan di fasilitas
kesehatanAgar ibu hamil dan bayi secara cepat dan tepat mendapat
fasilitas kesehatan yang bersih dan aman. mendapat pertolongan dan
pelayanan dari tenaga Kesehatan siap di tempat. Penolong
persalinan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan dalam proses
persalinan. Pemeriksaan kehamilan yang berkualitas baik, bukan
jaminan untuk terjadinya komplikasi pada saat persalinan, karena
masih ada faktor lain yang juga penting yaitu penolong persalinan.
Persalinan akan berlangsung aman dan lancar bila dilaksanakan oleh
tenaga terlatih.
a. Pertolongan persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan di
Fasilitas Kesehatan?
1) Menurunkan kesakitan dan komplikasi persalinan
2) Memberikan pelayanan yang cepat dan tepat bila terjadi
komplikasi
3) Memberikan kenyamanan keamanan dan keselamatan pada ibu
hamil, bersalin dan nifas
Untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui strategi MPS,
yang mana salah satu pesan kuncinya yaitu setiap persalinan ditolong oleh
14 tenaga kesehatan. Pembagian tenaga persalinan di Indonesia dibagi
menjadi tenaga profesional meliputi dokter spesialis obstetri dan
ginekologi, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat kesehatan.
Tenaga non professional meliputi dukun bayi terlatih dan dukun bayi tidak
terlatih.
BAB II
PENATALAKSANAAN
A. Pelaksanaan kegiatan
Adapun penatalaksanaan yang dilakukan antara lain:
1. Perkenalan antara mahasiswa dan para ibu hamil yang di Desa Koyobunga
2. Penyuluhan ini dilakukan pada tanggal 03 Juni 2021 pukul 09.00 s.d
Selesai di setiap rumah Ibu hamil Desa Koyobunga
3. Yang mengikuti penyuluhan HE yaitu Ibu hamil yang ada di Desa
Koyobunga
4. Menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan “kegiatan penyuluhan
tentang HE ibu hamil”
5. Pembagian leaflet kepada ibu hamil
6. Memberikan evaluasi pada ibu hamil
a. Apakah Ibu sudah mengetahui pemeriksaan kehamilan dilakukan
minimal berapa kali ?
b. Apa yang perlu disiapkan sebulum menjalani proses persalinan ?
7. Melaksanakan penyuluhan tentang HE pada ibu hamil melalui media
leaflet
8. Memberikan kesempatan kepada ibu hamil untuk bertanya mengenai
penyuluhan yang telah diberikan dan disesi ini tidak ada masyarakat yang
ingin bertanya
B. Penutup
1. Ucapan terimakasih kepada ibu hamil yang telah berpartisipasi mengikuti
penyuluhan
2. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan
BAB III
HASIL KEGIATAN
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki dampak positif
karena dapat meningkatkan kesadaran pada ibu hamil tentang pentingnya
bersalin fasilitas kesehatan agar mereka tahu apa saja tanda gejala bahaya
kehamilan, sehingga ibu hamil lebih memperhatikan pentingnya untuk selalu
melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di fasilitas kesehatan
terdekat.Program penyuluhan tentang HE Ibu hamil yang dihadiri oleh ibu
hamil.Asuhan Antental Care adalah suatu program yang terencana berupa
absorvasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh
suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan.
B. Saran
D. Semoga dengan adanya kegiatan penyuluhan HE Ibu hamil, para
ibu hamil lebih bijak dalam mengambil keputusan. Dan para ibu hamil dapat
lebih memperhatikan kesehatannya dan bayinya sehingga angka kematian dan
kesakitan ibu dan bayi dapat berkurang.
E. Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan tentang
HE ibu hamil, antara lain :
1. Ibu hamil wajib mengetahui betapa pentingnya bersalin di fasilitas
kesehatan
2. Ibu hamil wajib melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di fasilitas
kesehatan terdekat
3. Ibu hamil wajib mengkonsumsi tablet penambah darah (Tablet Fe)
4. Ibu hamil wajib mengonsumsi makanan bergizi (sayur, daging, ikan, telur
dan susu)
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.ums.ac.id/30733/2/BAB_I.pdf.persalinandifasilitaskesehatan.
(Di akses pada Minggu, 19 Juni 2021 Pukul 10.00 Wita)
Ermawati, B. L., Pratiwi, D. R., & Maryam, S. (2018). Hubungan Keteraturan
Antenalcare Dengan Persalinan Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Mangkung
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2018. 6, 36–40.
Hamil, S., & Ketidaknyamanan, D. A. N. (2018). pISSN 2477-3441 eISSN 2477-
345X PREGNANCY EXERCISE AND PREGNANCY DISCOMFORT IN
THE THIRD Jurnal Bidan “ Midwife Journal ” Volume 5 No . 01 , Jan 2018
pISSN 2477-3441 eISSN 2477-345X PENDAHULUAN. 5(01), 33–39.
( Di akses pada Minggu, 19 Juni 2021 Pukul 10.00 Wita)
Lampiran I
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PERSALINAN DI FASILITAS KESEHATAN (FASKES)
Jam : 09 : 00-Selesai
Waktu : 20Menit
A. Latar Belakang
D. Materi Penyuluhan
1. Materi
HE pada ibu hamil
2. Sub pokok pembahasan
a. ANC teratur
f. Persiapan persalinan
E. Metode Penyuluhan
Ceramah
F. Media
Leaflet
G. Kegiatanpenyuluhan
2. Ketidaknyamanan
selama kehamilan dan
cara mengatasinya
6. Persiapan persalinan
7. Pentingnya pertolongan
persalinan di Fasilitas
kesehatan dan oleh
Tenaga kesehatan
6. Persiapan persalinan
a. Menyiapkan perlengkapan (perlengkapan ibu dan bayi) seperti
baju ganti, pembalut khusus untuk ibu pasca bersalin, sarung, dan
sebagainya.
b. Tetap menjaga kebugaran ( menjaga tubuh tetap bugar dan sehat
bagi ibu hamil cenderung memiliki proses yang lebuh mudah,
oleh sebab itu ibu hamil di anjurkan berolahraga seperti berjalan
kaki perhari atau ikut kelas yoga untuk ibu hamil)
c. Menyiapkan keluarga yang golongan darahnya sama dengan ibu
hamil
d. Pelajari beberapa posisi persalinan yang umum
e. Menentukan tempat bersalin
7. Pentingnya pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan dan oleh
tenaga kesehatan
Apa yang dimaksud dengan persalinan ditolong tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terampil sesuai standar (bidan, dokter, dan tenaga paramedis lainnya
di fasilitas kesehatan).
Mengapa harus mendapatkan pertolongan persalinan di fasilitas
kesehatanAgar ibu hamil dan bayi secara cepat dan tepat mendapat
fasilitas kesehatan yang bersih dan aman. mendapat pertolongan dan
pelayanan dari tenaga kesehatan siap di tempat. Penolong persalinan
merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan dalam proses persalinan.
Lampiran II
LEAFLET
Lampiran III
DOKUMENTASI
“PENYULUHAN HIPERTENSI”
Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpatkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami.
Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik, semoga laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik DTPK
selanjutnya
KATA PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………..
B. TINJAUAN TEORI……………………………………………………..
1. Pengertian Hipertensi………………………………………………..
2. Tanda dan Gejala Hipertensi………………………………………..
3. Penyebab Hipertensi…………………………………………………
4. Jenis Hipertensi…………………………………………………...….
5. Mekanisme Garam Menyebabkan Hipertensi……………………….
6. Klarifikasi Hipertensi………………………………………………..
7. Komplikasi Hipertensi……………………………………………….
8. Pencegahan Hipertensi……………………………………………….
BAB II PENATALAKSANAAN……………………………………………..
A. Tahapan persiapan……………………………………………………….
B. Hambatan………………………………………………………………..
C. Hasil kegiatan……………………………………………………………
A. KESIMPULAN…………………………………………………………...............
B. SARAN…………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
LAMPIRAN……………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan
perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara
maju maupun Negara berkembang. Data WHO tahun 2000 menunjukkan,
di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi
menderita hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita.
Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025.
Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639
sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia.
Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia terus terjadi
peningkatan. Hasil Pengawasan Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada
tahun 2000 sebesar 21% menjadi 26,4% dan 27,5% pada tahun 2001 dan
2004. Selanjutnya, diperkirakan meningkat menjadi 37% pada tahun 2015
dan menjadi 42% pada tahun 2025. Menurut Data Kementerian Kesehatan
RI tahun 2009 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi sebesar 29,6%
dan meningkat 34,1% tahun 2010. Data Dinas Kesehatan kota Semarang
tahun 2009 menyebutkan prevalensi hipertensi sebesar 12,85 % dengan
jumlah kasus sebanyak 2063 (Apriany, 2012)
Prevalensi Penyakit Hipertensi pada tahun 2008 hingga tahun 2010
menunjukkan adanya penurunan kasus yang cukup tinggi, pada tahun 2008
sebesar 865204 jiwa, pada tahun 2009 sebesar 698816 jiwa, pada tahun
2010 sebesar 562117 jiwa. Namun, pada tahun 2011 terjadi peningkatan
jumlah kasus sebesar 634860 jiwa (Dinkesprov, 2011).
Salah satu komplikasi utama dari hipertensi adalah stroke. Zat-zat yang
terlarut seperti kolesterol, kalsium dan lain-lain akan mengendap pada
dinding pembuluh yang dikenal dengan istilah penemuan pembuluh darah.
Bila pembuluh darah terjadi dalam waktu yang lama dengan tekanan darah
yang sangat tinggi, maka pembuluh darah akan pecah yang akan
mengakibatkan suplai darah ke otak berkurang dan tidak adekuat lagi,
bahkan terhenti selanjutnya menimbulkan stroke (Pudiastuti, 2011).
B. Tinjauan Teori
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi ( HTN ) atau tekanan darah tinggi , kadang-kadang disebut
juga dengan hipertensi arteri ,adalah kondisi medis kronis dengan tekanan
darah di arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus
bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui
pembuluh darah.
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO,
2013; Ferri, 2017).
Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk stroke , infark miokard
(serangan jantung), gagal jantung , aneurisma arteri (misalnya aneurisma
aorta ), penyakit arteri perifer , dan penyebab penyakit ginjal kronik.
2. Tanda dan Gejala Hipertensi
Hipertensi jarang menunjukkan gejala, dan pengenalannya biasanya
melalui skrining, atau saat mencari penanganan medis untuk masalah
kesehatan yang tidak berkaitan. Beberapa orang dengan tekanan darah
tinggi melaporkan sakit kepala (terutama di bagian belakang kepala dan
pada pagi hari), serta pusing, vertigo, tinitus (dengung atau desis di dalam
telinga), gangguan penglihatan atau pingsan. Sedangkan gejala umum
yang mungkin terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi meliputi:
a. Sakit kepala saat bangun tidur yang kemudian menghilang setelah
beberapa jam.
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.
c. Mudah lelah, lesu, Impoten.
d. Telinga berdenging.
e. Detak jantung berdebar cepat.
f. Pandangan agak kabur, susah tidur, sakit pinggang, dan mudah
menjadi marah.
3. Penyebab Hipertensi
Tekanan darah tinggi adalah salah satu faktor resiko untuk stroke,
serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan
penyebab utama gagal jantung kronis. Selain faktor genetika, usia, dan
jenis kelamin, ada beberapa faktor penyebab lain, antara lain:
Stenosis arteri renalis ini memerangi aliran darah ginjal dan laju
filtrasi glomerulus (LFG), menstimulasi pelepasan rennin dan
produksi angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan hipertensi
melalui fase konstriksi dan stimulasi pelepasan aldosteron dan
retensi natrium. Jika kedua ginjal terkena, hipervolemia dan
hipertensi akhirnya mengembalikan perfusi ginjal dan kadar rennin
sedikit turun. Jika salah satu ginjal normal, hipertensi akan
meningkatkan LFG. Hal ini memacu eksresi natrium oleh ginjal yang
sehat, namun perfusi pada ginjal yang mengalami stenosis tetap
kurang dan terus menghasilkan kadar rennin yang sangat tinggi.
2. Hiperaldosteronisme primer
7. Komplikasi
a. Komplikasi ginjal
Mikroalbuminuria dan proteinuria dipstick merupakan tanda awal
nefropati hipertensif. Pengendalian tekanan darah memperlambat laju
kerusakan ginjal. Dampak primernya adalah kerusakan pada
pembuluh darah ginjal akibat tekanan yang mengingkat. Kerusakan
pada pembuluh resisten ini membuat endotel kapiler glomerulus
terkena hipertensi yang merusak.
b. Komplikasi kardiovaskular
Resistensi vascular yang tinggi membuat jantung teregang dan
menyebabkan hipertopi ventrikel kiri. Hipertensi juga meningkatkan
aterosklerosis arteri.
8. Pencegahan
Cukup banyak orang yang mengalami hipertensi tetapi tidak
menyadarinya. Diperlukan tindakan yang mencakup seluruh populasi
untuk mengurangi akibat tekanan darah tinggi dan meminimalkan
kebutuhan terapi dengan obat antihipertensi. Dianjurkan perubahan gaya
hidup untuk menurunkan tekanan darah, sebelum memulai terapi obat.
Pedoman British Hypertension Society 2004 mengajukan perubahan gaya
hidup yang konsisten dengan pedoman dari US National High BP
Education Program tahun 2002 untuk pencegahan utama bagi hipertensi
sebagai berikut:
A. Pelaksanaan Kegiatan
Adapun penatalaksaan yang di lakukan antara lain :
1. Perkenalan antara mahasiswa dan masyarakat desa.
2. Peserta pada kegiatan ini adalah bapak dan ibu di Desa Koyobunga
3. Kegiatan ini berlangsung pada hari Jumat, 04 Juni 2021 pukul 07.30
Wita
4. Menjelaskan kegiatan apa yang akan di lakuakan “ Kegiatan
penyuluhan tentang hipertensi”
5. Pembagian laeflet kepada masyarakat yang mengikuti penyuluhan
6. Memberikan evaluasi kepada masyarakat Desa Koyobunga
a. Di sini ibu ibu ada yang tau apa itu Hipertensi?
b. Apa penyebab dari Hipertensi?
7. Melaksanakan penyuluhan tentang hipertensi melalui media leafleat.
8. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya mengenai
penyuluhan yang telah di berikan, dan di sesi ini tidak ada masyarakat
yang bertanya.
B. Penutupan
1. Ucapan terimakasih kepada masyarakat yang telah berpartisipasi
mengikuti penyuluhan
2. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan.
BAB III
HASIL KEGIATAN
A. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki dampak
positif karena dapat meningkatkan Kesadaran masyarakat tentang apa saja
bahaya dari tekanan darah tinggi (Hipertensi) dan apa saja penyebabnya.
sehingga masyarakat lebih memperhatikan pentingnya untuk selalu
melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin di fasilitas kesehatan
terdekat.
B. SARAN
Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan
tentang Hipertensi antara lain :
1. Pada pra pelaksanaan program dan saat pembentukan program
seharusnya melakukan perundingan dengan warga sehingga antusias
warga bisa lebih baik.
2. Perlu dibentuknya kader-kader sehingga program dapat belangsung
jangka panjang
3. Dalam menentukan sebuah program harus memeperhatikan kultur
masyarakat setempat
DAFTAR PUSTAKA
Carretero OA, Oparil S (January 2000). “Essential hypertension. Part I: Definition and
etiology”. Circulation 101 (3): 329–35. Doi:10.1161/01.CIR.101.3.329. PMID 10645931.
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. (December 2003). “Seventh report of the
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure”. Hypertension 42 (6): 1206–52.
Doi:10.1161/01.HYP.0000107251.49515.c2. PMID 14656957.
Masalah : Hipertensi
Waktu : 20 Menit
Pemateri : Mahasiswa
A Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan
perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju
maupun Negara berkembang. Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh
dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi menderita hipertensi
dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan
akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara
sedang berkembang, temasuk Indonesia.
B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan bapak dan ibu di desa
Koyobunga mampu memahami dan mengerti tentang Hipertensi.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang Hipertensi, diharapkan
bapak dan ibu di desa Koyobunga dapat:
1. Menjelaskan pengertian hipertensi
2. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
3. Mengetahui penyebab Hipertensi
4. Menyebutkan Jenis Hipertensi
5. Menjelaskan mekanisme garam menyebabkan hipertensi
6. Mengetahui klarifikasi Hipertensi
7. Mengetahui komplikasi
8. Menjelaskan pencegahan Hipertensi
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
E. Metode Penyuluhan
Ceramah
F. Media
Leaflet
G. Kegiatan penyuluhan
Kegiatan
1. Pembukaan 3 16. Mengucapkan salam 10. Menjawa Kata-
Menit 17. Memperkenalkan b salam
kata/
diri 11. Mendengarka
18. Menyampaikan n dan menyimak kalimat
tentang tujuan pokok 12. Bertany
materi a mengenai
19. Meyampakain perkenalan dan
pokok pembahasan tujuan jika ada
20. Kontrak waktu yang kurang
Jelas
2. Pelaksanaan 20 1. Penyampaian 7. Mendengarkan dan Leaflet
materi menyimak
Menit 2. Menjelaskan peng 8. Bertanya mengenai
ertian hipertensi hal- hal yang belum
3. Menjelaskan jelas dan dimengerti
tanda dan gejala
hipertensi
4. Menjelaskan
penyebab
Hipertensi
5. Menjelaskan Jenis
Hipertensi
6. Menjelaskan
mekanisme garam
menyebabkan
hipertensi
7. Menjelaskan
klarifikasi
Hipertensi
8. menjelaskan
komplikasi
9. Menjelaskan
pencegahan
Hipertensi
H. Evaluasi
Diharapkan keluarga mampu :
1. Menjelaskan Pengertian hipertensi
2. Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
3. Mengetahui penyebab Hipertensi
4. Menyebutkan Jenis Hipertensi
5. Menjelaskan mekanisme garam menyebabkan hipertensi
6. Mengetahui klarifikasi Hipertensi
7. Mengetahui komplikasi
8. Menjelaskan pencegahan Hipertensi
I. Materi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi ( HTN ) atau tekanan darah tinggi , kadang-kadang disebut
juga dengan hipertensi arteri ,adalah kondisi medis kronis dengan tekanan
darah di arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus
bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui
pembuluh darah.
Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk stroke , infark miokard
(serangan jantung), gagal jantung , aneurisma arteri (misalnya aneurisma
aorta ), penyakit arteri perifer , dan penyebab penyakit ginjal kronik.
2. Tanda dan Gejala Hipertensi
Hipertensi jarang menunjukkan gejala, dan pengenalannya biasanya
melalui skrining, atau saat mencari penanganan medis untuk masalah
kesehatan yang tidak berkaitan. Beberapa orang dengan tekanan darah
tinggi melaporkan sakit kepala (terutama di bagian belakang kepala dan
pada pagi hari), serta pusing, vertigo, tinitus (dengung atau desis di dalam
telinga), gangguan penglihatan atau pingsan. Sedangkan gejala umum
yang mungkin terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi meliputi:
a. Sakit kepala saat bangun tidur yang kemudian menghilang setelah
beberapa jam.
Leaflet Hipertensi
Lampiran 3
DOKUMENTASI
ABSEN
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN
DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA, KAB.BANGGAI KEPULAUAN
Disusun Oleh :
Wulan Eka Dewiyanti Marisu (PO7124119036)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpatkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami.
Laporan praktik DTPK di Desa Koyobunga Kecamatan Bulagi Utara
Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun 2021 memuat informasi yang ada di Desa
koyobunga serta pelaksanaan kegiatan sampai dengan pencapaian dalam rangka
penyelesaian program kerja kami.
Kami berterimakasih kepada Bapak Camat Bulagi Utara , Bapak Kepala
Puskesmas sabang, Bapak Kepala Desa Koyobunga, Aparat Desa Koyobunga dan
Bidan Desa Koyobunga yang telah membantu kami dalam penyelesaian program
kerja kami, Bapak Ibu dosen yang telah membimbing kami. Dan kami juga
berterimakasih kepada masyarakat Desa Koyobunga yang telah menerima kami
dengan baik.
Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik, semoga laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik DTPK
selanjutnya
Penulis
DAFTAR ISI
E. Latar Belakang
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan
menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib
(mandatory) berdasarkan Undang-undang nomor 40 tahun 2004 tentang
SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Penyelengaraan pelayanan kesehatan di era JKN meliputi semua
fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). FKTP
berupa Puskesmas atau yang setara, seperti dokter, praktek dokter gigi,
klinik pratama atau yang setara dan rumah sakit kelas D pratama atau yang
setara, yang harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
komprehensif.
Fasilitas Kesehatan (faskes) yang dicakup sebelum era JKN seperti
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) menggunakan
Puskesmas dan jaringannya, Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja (Jamsostek)
menggunakan praktek dokter swasta, Asuransi Kesehatan (Askes) bagi PNS
menggunakan Puskesmas dan dokter praktek swasta, penerima pensiun,
veteran, perintis kemerdekaan beserta keluarga dan Program Jaminan
Kesehatan Daerah (Jamkesda) hanya menggunakan Pemberi Pelayanan
Kesehatan milik Pemerintah. Peserta BPJS Kesehatan berdasarkan Undang-
undang terbagi dua yaitu peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan bukan
Penerima Bantuan Iuran (bukan PBI).
Peserta BPJS yang tergolong PBI adalah masyarakat yang tergolong
fakir miskin atau keluarga miskin dan tidak mampu, sedangkan Peserta
bukan PBI merupakan peserta yang terdiri atas pekerja penerima upah dan
anggota keluarganya, pekerja bukan penerima upah dan anggota
keluarganya dan bukan pekerja dan anggota keluarganya. Peserta bukan PBI
yang tergolong pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja membayar
iuran jaminan kesehatan sebesar Rp.30.000,- per orang per bulan dengan
manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III, Rp.51.000,- per orang per
bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II, dan
Rp.80.000,- per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang
perawatan kelas I.
Puskesmas dalam sistem JKN/ BPJS memiliki peran yang besar
kepada peserta BPJS kesehatan. Apabila pelayanan Puskesmas yang
diberikan baik maka akan semakin banyak peserta BPJS yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan, namun apabila pelayanan Puskesmas
yang diberikan kurang baik maka dapat terjadi sebaliknya. Permasalahan
klasik yang sering timbul di Puskesmas adalah berupa ketersediaan tenaga
kesehatan yang kurang, kelengkapan obat yang belum memadai, ditambah
pula dengan sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap pasien.
Terkadang hubungan antara petugas kesehatan dengan pasien belum tercipta
secara baik menimbulkan rendahnya tingkat kepercayaan terhadap layanan
yang diberikan. Hal tersebut banyak mempengaruhi minat masyarakat
khususnya peserta BPJS kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan
di Puskesmas. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang harus
memiliki persyaratan pokok yaitu, tersedia dan berkesinambungan, mudah
dicapai, mudah dijangkau, dapat diterima dan wajar, serta bermutu (Azwar,
1996).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan jumlah
Puskesmas di Indonesia sampai dengan Desember 2015 sebanyak 9.754
unit, terdiri dari 3.396 unit Puskesmas rawat inap dan 6.358 unit Puskesmas
non rawat inap. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang
memiliki Puskesmas sebanyak 264 unit, dengan rincian jumlah Puskesmas
perawatan sebanyak 91 dan jumlah Puskesmas non perawatan 173. Jumlah
peserta BPJS secara nasional yang terdata hingga 13 Januari 2017 adalah
sebanyak 172.620.269 jiwa.
F. Tinjauan Teori
1. Definisi JKN
Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat
wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko
sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU
SJSN No.40 tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata
cara penyelenggaraan program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di
Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme
Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan
Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem
asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak.
2. Prinsip JKN
Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:
a.Prinsip kegotongroyongan Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti
peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta
yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta
yang sehat membantu yang sakit.
b. Prinsip nirlaba Pengelolaan dana amanat oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk
mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk
memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.
c.Prinsip portabilitas Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk
memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka
berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
d. Prinsip kepesertaan bersifat wajib Kepesertaan wajib dimaksudkan agar
seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi.
e.Prinsip dana amanat Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan
dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-
baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan
peserta.
f. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan
peserta.
3. Kepesertaan JKN
Peserta JKN adalah meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan
bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN.
a.Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu, sebagaimana diamanatkan UU SJSN
yang iurannya dibayari pemerintah sebagai peserta program Jaminan
Kesehatan.
b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin
dan orang tidak mampu, yang membayar iurannya secara sendiri ataupun
kolektif ke BPJS Kesehatan. Peserta Non PBI JKN terdiri dari :
1. Peserta penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Setiap orang
yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah,
antara lain Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri,
Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil,
Pegawai Swasta, dan Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja
penerima upah
2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu setiap
orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, antara lain
pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan lain
sebagainya
3. Bukan pekerja penerima dan anggota keluarganya, setiap orang yang
tidak bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, antara
lain Investor, Pemberi kerja, Penerima pensiun, Veteran, Perintis
kemerdekaan, dan bukan pekerja lainnya yang memenuhi kriteria bukan
pekerja penerima upah Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang
yang dibayarkan secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau
Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan (pasal 16, Perpres No.
12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013, menyatakan bahwa Jaminan
Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Secara
operasional, pelaksanaaan JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No.
101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI).
6. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja dan merupakan unjung tombak pelayanan kesehatan
pemerintah yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat.
A. Pelaksanaan Kegiatan
Adapun penatalaksaan yang di lakukan Antara Lain :
1. Perkenalan antara mahasiswa dan Masyarakat desa.
2. Peserta pada kegiatan ini adalah bapak-bapak dan ibu-bu beserta karang
taruna Desa Koyobunga
3. Kegiatan ini berlangsung pada hari Jumat, 04 Juni 2021 pukul 08.00 Wita
s.d Selesai
4. Menjelaskan kegiatan apa yang akan di lakuakan “ Kegiatan penyuluhan
tentang Jaminan Kesehatan Nasional”
5. Pembagian leaflet kepada masyarakat yang mengikuti penyuluhan
6. Memberikan evaluasi kepada masyarakat
a. Apa itu Jaminan Kesehatan Nasional?
b. Pentingnya memiliki JKN?
7. Melaksanakan penyuluhan tentang JKN melalui media leafleat.
8. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya mengenai
penyuluhan yang telah di berikan.
B. Penutupan
1. Ucapan terimakasih kepada masyarakat yang telah berpartisipasi
mengikuti penyuluhan
2. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan.
BAB III
HASIL KEGIATAN
C. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki dampak
positif karena dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
memiliki kartu Jaminan Kesehatan Nasional. sehingga kesejahteraan
masyarakat lebih meningkat.
D. SARAN
Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan
tentang Penyuluhan JKN antara lain :
1. Pada pra pelaksanaan program dan saat pembentukan program
seharusnya melakukan perundingan dengan warga sehingga antusias
warga bisa lebih baik.
2. Disarankan kepada Puskesmas Sabang untuk membentuk kader
JKN-KIS serta melakukan pemberdayaan kader JKN-KIS dalam upaya
peningkatan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat sehingga
terjadi peningkatan jumlah peserta JKN-KIS Mandiri di wilayah kerja
Puskesmas Sabang.
3. Disarankan kepada Perangkat Kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Sabang untuk melakukan pendataan kembali dengan
mengutamakan masyarakat yang tidak mampu (dengan kriteria memiliki
pendapatan rendah 3 dan memiliki jumlah anggota keluarga yang besar)
agar masuk ke dalam jaminan kesehatan yang ditanggung pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, AH. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
http://eprints.ums.ac.id/31081/3/BAB_I.pdf
http://scholar.unand.ac.id/28694/2/BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf
http://scholar.unand.ac.id/30740/3/PENUTUP.pdf
Lampiran 1
A. Latar Belakang
Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan
di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN).
Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang pentingnya mempunyai
kartu JKN, sehingga mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat.
B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan masyarakat yang
belum memiliki kartu JKN mampu memahami dan mengerti tentang
Jaminan Kesehatan Nasional.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang JKN,
diharapkan massyarakat dapat:
1. Pengertian JKN
2. Tujuan dan Manfaat JKN
3. Prinsip JKN
4. Kepersetaan JKN
5. Pengertian BPJS
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
F. Media
Leaflet
G. Kegiatan penyuluhan
H. Evaluasi
Diharapkan masyarakat mampu :
1. Menjelaskan pengertian JKN
2. Menjelaskan tujuan dan manfaat JKN
3. Menjelaskan prinsip JKN
4. Menjelaskan Kepersetaan JKN
5. Menjelaskan pengertian BPJS
I. Lampiran Materi
1. Definisi JKN
Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat
wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko
sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU
SJSN No.40 tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata
cara penyelenggaraan program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial
adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Dengan demikian, Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan
bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial
Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial
yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua
penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.
2. Prinsip JKN
Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-
prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:
a. Prinsip kegotongroyongan Dalam SJSN
b. Prinsip nirlaba Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS)
c. Prinsip portabilitas Prinsip
d. Prinsip kepesertaan bersifat wajib.
e. Prinsip dana
3. Kepesertaan JKN
Peserta JKN adalah meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan
bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN.
7. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja dan merupakan unjung tombak pelayanan kesehatan
pemerintah yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat.
DOKUMENTASI
ABSEN
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN
DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA KAB. BANGGAI
KEPULAUAN
“ Penyuluhan Stunting”
Disusun Oleh :
Chikita (PO7124119066)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpatkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami.
Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik, semoga laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik DTPK
selanjutnya
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................
B. Tinjauan Teori.............................................................................................
1. Pengertian Stunting.........................................................................................
2. Faktor Risiko Stunting.................................................................................
3. Penyebab Stunting........................................................................................
4. Gejala Stunting.............................................................................................
5. Diagnosis Stunting.........................................................................................
6. Pengobatan Stunting......................................................................................
BAB II PENATALAKSANAAN
A. Penyuluhan Stunting...................................................................................
BAB IV PENUTUP
C. Kesimpulan............................................................................................
D. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
G. Latar Belakang
Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi (PE/
mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal setelah
lahir,terkait dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan janin.
Menurut Sudiman dalam Ngaisyah, stunting pada anak balita merupakan
salah satu indikator status gizi kronis yang dapat memberikan gambaran
gangguan keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan
pada 2 tahun awal kehidupan anak dapat memberikan dampak yang sulit
diperbaiki. Salah satu faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi stunting
yaitu status ekonomi orang tua dan ketahanan pangan keluarga. Status
ekonomi orang tua dapat dilihat berdasarkan pendapatan orang tua.
Pendapatan keluarga merupakan pendapatan total keluarga yang
diperoleh dari berbagai sumber, yaitu hasil kepala keluarga, hasil istri, hasil
pemberian, hasil pinjaman, dan hasil usaha sampingan per bulan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Ngaisyah pada tahun 2015 menunjukkan
bahwa pada kelompok stunting lebih banyak pendapatannya adalah dibawah
UMR yakni sebanyak 67 responden (35,8%) , sedangkan yang memiliki
pendapatan diatas UMR hanya sedikit yakni sebanyak 45 orang (22%).2 Hasil
penelitian lain yang dilakukan oleh Lestari et all. tahun 2014 menunjukkan
bahwa pendapatan keluarga yang rendah merupakan faktor resiko kejadian
stunting pada balita 6-24 bulan. Anak dengan pendapatan keluarga yang
rendah memiliki resiko menjadi stunting sebesar 8,5 kali dibandingkan pada
anak dengan pendapatan tinggi.
Rendahnya tingkat pendapatan secara tidak langsung akan
menyebabkan terjadinya stunting hal ini dikarenankan menurunnya daya beli
pangan baik secara kuantitas maupun kualitas atau terjadinya ketidaktahanan
pangan dalam keluarga. Menurut Peraturan Pemerintah No 68 Tahun 2002
dan UU Pangan No 18 Tahun 2012 tentang Ketahanan Pangan, maka
ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga
yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah, maupun
mutunya, aman,merata, dan konsumsi pangan yang cukup merupakan syarat
mutlak terwujudnya ketahanan pangan rumah tangga. Ketidaktahanan pangan
dapat digambarkan dari perubahan konsumsi pangan yang mengarah pada
penurunan kuantitas dan kualitas termasuk perubahan frekuensi konsumsi
makanan pokok. Ketahanan pangan keluarga erat hubungannya dengan
ketersediaan pangan yang merupakan salah satu faktor atau penyebab tidak
langsung yang berpengaruh pada status gizi anak. Gizi buruk menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan pada balita, sehingga tinggi badan anak tidak
sesuai dengan umurnya atau disebut dengan balita pendek atau stunting.
Berdasarkan hasil RISKESDAS pada tahun 2013 kasus stunting di Indonesia
mencapai (37,2 %), tahun 2010 (35,6%), dan tahun 2007 (36,8 %).
Hal tersebut tidak menunjukkan penurunan yang signifikan.
Sementara itu dari presentase menurut Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
memiliki prevalensi stunting sebanyak 27,2%.5 Berdasarkan hasil
Pemantauan Status Gizi tahun 2017 di Provinsi Yogyakarta prevalensi
stunting sebanyak 19,8%. Senada dengan hal itu prevalensi stunting di
kabupaten Gunungkidul 27,9% atau terbanyak di provinsi DIY.Stunting yang
terjadi pada balita dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan
intelektual anak. Secara tidak langsung dampak tersebut dapat berakibat pada
penurunan produktivitas, peningkatan risiko penyakit degenaratif,
peningkatan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah di masa
mendatang. Dampak tersebut dapat meningkatkan kemiskinan dimasa yang
akan datang dan secara tidak langsung akan mempengaruhi ketahanan pangan
keluarga.
Stunting pada balita di negara berkembang dapat disebabkan karena
faktor genetik dan faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh
kembang anak yang optimal. Salah satu faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi terjadinya stunting pada balita yaitu pendapatan orang
tua.Pendapatan orang tua yang memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang
primer maupun yang sekunder. Sedangkan, apabila pendapatan orang tua
rendah maka sebagian besar pendapatan akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pangan sehingga dapat menyebabkan keluarga rawan pangan.
Keluarga yang pemiliki pendapatan rendah dan rawan pangan dapat
menghambat tumbuh kembang balita (stunting).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Dinas
kesehatan kabupaten Gunungkidul, diketahui bahwa jumlah balita stunting
diKabupaten Gunungkidul sebanyak 6396 balita (20,60%), dan jumlah balita
tidak stunting sebanyak 11970 (78,40%). Beberapa wilayah yang termasuk
dalam 3 terbanyak jumlah balita stunting yaitu wilayah kerja Puskesmas
Gendangsari II sebanyak 346 balita (35,60%), wilayah kerja Puskesmas
Rongkop sebanyak 387 balita (33,48%), wilayah kerja Puskesmas
Karangmojo II sebanyak 337 balita (30,25%). Prevalensi tersebut merupakan
hasil penilaian status gizi tahun 2017.
H. Tinjauan Teori
1. Pengertian Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah
lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada
masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah
bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely
stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U)
menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS
(Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi stunting
menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai
z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari -3SD
(severely stunted). (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Sekretariat Wakil Presiden, 2017)
Di Indonesia, sekitar 37% (hampir 9 juta) anak balita mengalami
stunting Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar.
Balita/baduta (bayi dibawah usia dua tahun) yang mengalami stunting akan
memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih
rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya
tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan
memperlebar ketimpangan. (Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas 2013)
Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth
(tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan. Masalah stunting
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan
meningkatnya risiko kesakitan, kematian, dan hambatan pada pertumbuhan
baik motorik maupun mental. Stunting dibentuk oleh growth faltering dan
catcth up growth yang tidak memadai yang mencerminkan ketidakmampuan
untuk mencapai pertumbuhan optimal. Hal tersebut mengungkapkan bahwa
kelompok balita yang lahir dengan berat badan normal dapat mengalami
stunting bila pemenuhan kebutuhan selanjutnya tidak terpenuhi dengan baik.
(Kemenkes 2013).
2. Faktor Risiko Stunting
B. Status gizi pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu: makanan
yang dimakan dan keadaan kesehatan. Kualitas dan kuantitas makanan
seorang tergantung pada kandungan zat gizi makanan tersebut, ada
tidaknyapemberian makanan tambahan di keluarga, daya beli keluarga
dankarakteristik ibu tentang makanan dan kesehatan. Keadaan kesehatan
juga berhubungan dengan karakteristik ibu terhadap makanan dan kesehatan,
daya beli keluarga, ada tidaknya penyakit infeksi dan jangkauan terhadap
pelayanan kesehatan (Pramuditya SW, 2010).
2. Penyebab Stunting
3. Gejala Stunting
Stunting memiliki gejala-gejala yang bisa dikenali, misalnya:
5. Pengobatan Stunting
Penatalaksanaan stunting meliputi perbaikan nutrisi, mengatasi
infeksi dan penyakit kronis yang ada, perbaikan sanitasi dan lingkungan,
serta edukasi ibu atau pengasuh utama tentang perilaku hidup bersih dan
sehat.
a. Makanan Pendamping ASI Berkualitas
A. Penyuluhan Stunting
Pelaksanaan Kegiatan
Adapun penatalaksaan yang di lakukan antara lain :
1. Perkenalan antara mahasiswa dengan anak dan keluarga dari anak yang
stunting
2. Menjelaskan kegiatan apa yang akan di lakuakan “ Kegiatan
penyuluhan tentang Stunting”
3. Peserta yang mengikuti kegiatan ini dengan kriteria Ibu-ibu dan Bapak-
bapak yang masih kurang paham pentingnya pertumbuhan anak.
Kegiatan ini di lakukan di rumah-rumah anak Stunting di Desa
Koyobunga pada hari Selasa 08 Juni 2021 jam 10.00 WITA.
4. Pembagian liflet kepada keluarga anak Stunting yang mengikuti
penyuluhan
5. Memberikan evaluasi kepada keluarga anak Stunting
a. Apa ibu sudah memahami apa itu Stunting?
b. Apa penyebab dari stunting?
6. Melaksanakan penyuluhan tentang Stunting melalui media leafleat.
7. Memberikan kesempatan kepada ibu/bapak/keluarga untuk bertanya
mengenai penyuluhan yang telah di berikan dan di sesi ini tidak ada
keluarga yang ingin bertanya.
Penutupan
1. Ucapan terimakasih kepada keluarga anak yang menderita Stunting
yang telah berpartisipasi memberikan waktunya untuk penyuluhan
Stunting.
2. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan.
BAB III
HASIL KEGIATAN
3. Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Stunting, diharapkan Keluarga An. A
dapat:
1. Mengetahui pengertian
2. Mengetahui penyebab
3. Mengetahui tanda dan gejala
4. Mengetahui faktor resiko
5. Mengetahui mengapa stunting sangat berbahaya
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki
dampak positif karena dapat meningkatkan Kesadaran keluarga tentang
pentingnya gizi seimbang untuk anak maupun ibu dan calon ibu, menjaga
kebersihan lingkungan sekitar, dan lebih mengetahui gejala apa saja yang
bisa dikenali dari Stunting dan bagaimana Stunting tersebut.
B. SARAN
Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan
tentang Penyuluhan Stunting yaitu, Perlunya kerja sama antara kader-
kader dan tenaga kesehatan untuk memperhatikan gizi pada setiap anak
khususnya anak yang stunting. Bukan hanya kepada anak-anak yang
tetapi juga kepada catin dan bumil.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.alodokter.com/bayi-lahir-stunting-faktor-penyebab-dan-risiko ( di akses
pada Rabu, 23 Juni 2021 pukul 20.05 Wita )
https://www.idntimes.com/life/family/jihan-mawaddah/faktor-risiko-stunting-pada-anak-
balita-c1c2 ( di akses pada Rabu, 23 Juni 2021 pukul 19.40 Wib )
https://www.lifebuoy.co.id/semua-artikel/berita-kesehatan/mengenal-stunting-penyebab-
hingga-cara-pencegahannya.html ( di akses pada Rabu, 23 Juni 2021 pukul 20.30 Wib )
http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/888/2/BAB%20II.pdf
Masalah : Stunting
Waktu : 30 Menit
Pemateri : Mahasiswa
J. Latar Belakang
Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi (PE/
mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal setelah lahir,terkait
dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan janin. Menurut Sudiman
dalam Ngaisyah, stunting pada anak balita merupakan salah satu indikator status gizi
kronis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi secara
keseluruhan di masa lampau dan pada 2 tahun awal kehidupan anak dapat memberikan
dampak yang sulit diperbaiki. Salah satu faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi
stunting yaitu status ekonomi orang tua dan ketahanan pangan keluarga. Status ekonomi
orang tua dapat dilihat berdasarkan pendapatan orang tua.
K. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 30 menit, diharapkan Keluarga An. A mampu memahami dan
mengerti tentang Stunting
L. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit tentang Stunting, diharapkan Keluarga An. A
dapat:
1. Menjelaskan pengertian
2. Menyebutkan penyebab
3. Menyebutkan tanda dan gejala
4. Menyebutkan faktor resiko
5. Menjelaskan mengapa stunting sangat berbahaya
M. Materi Penyuluhan
Terlampir
N. Metode Penyuluhan
3. Ceramah
4. Dokumentasi
O. Media
Leaflet
P. Kegiatan penyuluhan
Q. Evaluasi
Diharapkan keluarga mampu :
4. Menjelaskan pengertian Stunting
5. Menyebutkan penyebab Stunting
6. Menyebutkan tanda dan gejala Stunting
7. Menyebutkan cara pencegahan /Pengobatan Stunting
8. Menjelaskan faktor resiko Stunting
R. Lampiran Materi
1. Pengerian Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun)
akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi
lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita
pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang
badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar
baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi
stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai
z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari -3SD (severely
stunted). (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil
Presiden, 2017).
2. Faktor Risiko Stunting
a) Faktor risiko riwayat berat badan lahir rendah
Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim studi kasus fakultas kesehatan
masyarakat universitas diponegoro, berat badan lahir rendah ternyata tidak
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Namun, berat badan lahir
rendah merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stunting pada masa balita.
7. Penyebab Stunting
a) Pengetahuan ibu yang kurang memadai
Sejak di dalam kandungan, bayi sudah membutuhkan berbagai nutrisi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk mencapai ini, ibu harus berada dalam
keadaan sehat dan bergizi baik. Jika ibu tidak memiliki pengetahuan akan asupan
nutrisi yang baik untuknya dan janin, hal ini akan sulit didapatkan.
b) Infeksi berulang atau kronis
Tubuh mendapatkan energi dari asupan makanan. Penyakit infeksi berulang
yang dialami sejak bayi menyebabkan tubuh anak selalu membutuhkan energi
lebih untuk melawan penyakit. Jika kebutuhan ini tidak diimbangi dengan asupan
yang cukup, anak akan mengalami kekurangan gizi dan akhirnya berujung dengan
stunting.
8. Gejala Stunting
Stunting memiliki gejala-gejala yang bisa dikenali, misalnya:
Pada bayi >6 bulan, WHO menganjurkan variasi makanan minimal mengandung 4 dari 7
kelompok bahan makanan berikut:
2) Kacang-kacangan
5) Telur
d) Suplementasi Zinc
e) Suplementasi Vitamin A
LEAFLET STUNTING
Lampiran 3
DOKUMENTASI
Selasa, 08 juni 2021 dilakukan penyuluhan stunting kepada keluarga dari anak-
anak yang dikategorikan stunting di Desa Koyobunga, Kecamatan Bulagi Utara,
Kabupaten Bnggai Kepulauan.
Lampiran 4
ABSEN