Anda di halaman 1dari 324

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN

DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)


DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA, KAB.BANGGAI KEPULAUAN

“ TB PARU”

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan


Penyelesaian Praktik Klinik Kebidanan DTPK

Disusun Oleh :
Wulan Eka Dewiyanti Marisu (PO7124119036)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


KEMENTRIAN KESEHATATAN RI
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpatkan
rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan Praktik Daerah Terpencil
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat menyelesaikan laporan kami.

Laporan praktik DTPK di Desa Koyobunga Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten Banggai
Kepulauan Tahun 2021 memuat informasi yang ada di Desa koyobunga serta pelaksanaan
kegiatan sampai dengan pencapaian dalam rangka penyelesaian program kerja kami.

Kami berterimakasih kepada Bapak Camat Bulagi Utara , Bapak Kepala Puskesmas sabang,
Bapak Kepala Desa Koyobunga, Aparat Desa Koyobunga dan Bidan Desa Koyobunga yang
telah membantu kami dalam penyelesaian program kerja kami, Bapak Ibu dosen yang telah
membimbing kami. Dan kami juga berterimakasih kepada masyarakat Desa Koyobunga yang
telah menerima kami dengan baik.

sAkhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan praktik, semoga
laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai pertanggungjawaban
pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik DTPK selanjutnya

Koyobunga, Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. LATAR BELAKANG...................................................................................
B. TINJAUAN TEORI.......................................................................................
1. Definisi………………………………………………………………….
2. Etiologi …………………………………………………………………
3. Tanda dan Gejala……………………………………………………….
4. Patofisiologi ……………………………………………………………
5. Epdemiologi dan penularan TBC…………..…………………………..
6. Komplikasi……………………………………………………………..
7. Penanganan …………………………………………………………….
8. Tuberkolosis pada kehamilan……………………………………………
9. Pengaruh Tuberkolosis pada Janin………………………………………
10. Pengobatan TB pada kehamilan…………………………………………
BAB II HASIL PENDATAAN SELAMA DTPK.................................................
A. PENYULUHAN TB PARU…………………………………………………
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PROGRAM KERJA............................
A. LAPORAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN.………………………..
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
A. KESIMPULAN..............................................................................................
B. SARAN..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………

LAMPIRAN………………………………………………………………………..

A. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)……………………………………………


B. Leaflet……………………………………………………………………….
C. Dokumentasi ………………………………………………………………..
D. Absen……………………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang prevalensinya
paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012) sepertiga
populasi dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis.
Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih
dari 90% kasus TB dan kematian berasal dari negara berkembang salah satunya Indonesia
(Depkes RI, 2012) Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga Maret 2011,
di Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah 61.000.
Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian tahun 2009 yang mencapai 528.063 penderita TB
paru dengan 91.369 orang meninggal (WHO Tuberculosis Profile, 2012).
Di Indonesia, tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dengan jumlah
menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah Cina dan India, dengan jumlah sekitar 10%
dari total jumlah pasien tuberculosis di dunia. Diperkirakan terdapat 539.000 kasus baru dan
kematian 101.000 orang setiap tahunnya. Jumlah kejadian TB paru di Indonesia yang ditandai
dengan adanya Basil Tahan Asam (BTA) positif pada pasien adalah 110 per 100.000 2
penduduk (Riskesdas, 2013). Di Jawa Tengah angka penemuan penderita TB paru dengan
BTA positif tahun 2005 sebanyak 14.227 penderita, dengan rata-rata kasus atau case detection
rate (CDR) sebesar 40,09% meningkat menjadi 17.318 penderita dengan CDR 49,82% tahun
2006. Berdasarkan data terbaru di provinsi Jawa Tengah sebesar 107/100.000 penduduk yang
terdeteksi atau case detection rate (CDR) per kabupaten capainnya dibawah rata-rata sebanyak
18 Kabupaten dengan angka terendah berada di Kabupaten Boyolali (Riskesdas, 2013).
Pengobatan TB paru dapat dilaksanakan secara tuntas dengan kerjasama yang baik antara
penderita TB Paru 3 dan tenaga kesehatan atau lembaga kesehatan, sehingga penyembuhan
pasien dapat dilakukan secara maksimal (Aditama, 2006) Penanganan TB paru oleh tenaga dan
lembaga kesehatan dilakukan menggunakan metode Direct Observe Treatment Shortcourse
(DOTS) atau observasi langsung untuk penanganan jangka pendek. DOTS terdiri dari lima hal,
yaitu komitmen politik, pemeriksaan dahak di laboratorium, pengobatan berkesinambungan
yang harus disediakan oleh negara, pengawasan minum obat dan pencatatan laporan
(Resmiyati, 2011).
Pasien tuberculosis yang menjalani tahap pengobatan di Puskesmas Jekulo pada bulan
Agustus 2015 sebanyak 39 orang. Selama pengobatan terdapat pasien yang gagal sebanyak
16,6% yang artinya dari 39 orang penderita TB paru, lima diantara penderita tersebut, kembali
berobat setelah lost to follow up atau berhenti berobat paling sedikit 2 bulan dengan
pengobatan kategori 2 (kasus kambuh atau gagal dengan BTA positif) serta hasil pemeriksaan
dahak menunjukkan BTA positif. Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada
pengetahuan pasien dan dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau
motivasi dari keluarga yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan
mempengaruhi kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Apabila ini dibiarkan, dampak
yang akan muncul jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya kuman tuberculosis
yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi dan kuman tersebut terus menyebar
pengendalian obat tuberculosis akan semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya angka
kematian terus bertambah akibat penyakit tuberculosis (Amin dan Bahar, 2007).
B. Tinjauan Teori
1. Definisi
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang disebabkan oleh
Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang ditularkan melalui udara yang
ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium
tuberculosis merupakan kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ
tubuh lainnya yang bertekanan parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang
paru tetapi dapat menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang,
nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan. Individu kemudian
dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun.

2. Etiologi
TB paru disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis yang merupakan batang aerobic
tahan asam yang tumbuh lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar UV. Bakteri yang
jarang sebagai penyebab, tetapi pernah terjadi adalah M. Bovis dan M. Avium.

3. Tanda Dan Gejala


1. Tanda
a. Penurunan berat badan
b. Anoreksia
c. Dispneu
d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.
2. Gejala
a. Demam
Biasanya menyerupai demam influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh penderita dengan berat-ringannya infeksi kuman TBC yang masuk.
b. Batuk
Terjadi karena adanya infeksi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum).
Pada keadaan lanjut berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
Kebanyakan batuk darah pada ulkus dinding bronkus.
c. Sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian paru.
d. Nyeri dada
Timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis)
e. Malaise
Dapat berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam.

4. Patofisiologi
Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang aneh di
dalam paru-paru meliputi: penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag, pembentukan
dinding di sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan
tuberkel. Banyaknya area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk
ventilasi paru dan oleh karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total
permukaan membrane respirasi yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara
progresif, dan rasio ventilasi-perfusi yang abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi
oksigenasi

5. Epidemiologi Dan Penularan TBC


Dalam penularan infeksi Mycobacterium tuberculosis hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah :

a. Reservour, sumber dan penularan


Manusia adalah reservoar paling umum, sekret saluran pernafasan dari orang dengan
lesi aktif terbuka memindahkan infeksi langsung melalui droplet.
b. Masa inkubasi
Yaitu sejak masuknya sampai timbulnya lesi primer umumnya memerlukan waktu
empat sampai enam minggu, interfal antara infeksi primer dengan reinfeksi bisa
beberapa tahun.
c. Masa dapat menular
Selama yang bersangkutan mengeluarkan bacil Turbekel terutama yang dibatukkan
atau dibersinkan.
d. Immunitas
Anak dibawah tiga tahun paling rentan, karena sejak lahir sampai satu bulan bayi
diberi vaksinasi BCG yang meningkatkan tubuh terhadap TBC.
6. Komplikasi
Komplikasi Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,TB usus. Menurut Dep.Kes
(2003) komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB Paru stadium lanjut: 1) Hemoptisis
berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok
hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. 2) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial. 3)
Bronkiectasis dan fribosis pada Paru. 4) Pneumotorak spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan Paru. 5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian,
ginjal dan sebagainya. 6) Insufisiensi Kardio Pulmoner

7. Penanganan
a. Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara penularan, cara
pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui secara dini.

c. Kuratif
Pengobatan tuberkulosis terutama pada pemberian obat antimikroba dalam jangka
waktu yang lama. Obat-obat dapat juga digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit
klinis pada seseorang yang sudah terjangkit infeksi. Penderita tuberkulosis dengan gejala
klinis harus mendapat minuman dua obat untuk mencegah timbulnya strain yang resisten
terhadap obat. Kombinasi obat-obat pilihan adalah isoniazid (hidrazid asam isonikkotinat =
INH) dengan etambutol (EMB) atau rifamsipin (RIF). Dosis lazim INH untuk orang dewasa
biasanya 5-10 mg/kg atau sekitar 300 mg/hari, EMB, 25 mg/kg selama 60 hari, kemudian 15
mg/kg, RIF 600 mg sekali sehari. Efek samping etambutol adalah Neuritis retrobulbar
diserti penurunan ketajaman penglihatan. Uji ketajaman penglihatan dianjurkan setiap bulan
agar keadaan tersebut dapat diketahui. Efek samping INH yang berat jarang terjadi.

Komplikasi yang paling berat adalah hepatitis. Resiko hepatitis sangat rendah pada
penderita dibawah usia 20 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 60 tahun keatas.
Disfungsi hati, seperti terbukti dengan peningkatan aktivitas serum aminotransferase,
ditemukan pada 10-20% yang mendapat INH. Waktu minimal terapi kombinasi 18 bulan
sesudah konversi biakan sputum menjadi negatif. Sesudah itu masuk harus dianjurkan terapi
dengan INH saja selama satu tahun.

Baru-baru ini CDC dan American Thoracis Societty (ATS) mengeluarkan pernyataan
mengenai rekomendasi kemoterapi jangka pendek bagi penderita tuberkulosis dengan
riwayat tuberkulosis paru pengobatan 6 atau 9 bulan berkaitan dengan resimen yang terdiri
dari INH dan RIF (tanpa atau dengan obat-obat lainnya), dan hanya diberikan pada pasien
tuberkulosis paru tanpa komplikasi, misalnya : pasien tanpa penyakit lain seperti diabetes,
silikosis atau kanker didiagnosis TBC setelah batuk darah, padahal mengalami batu dan
mengeluarkan keringat malam sekitar 3 minggu.
8. Tuberkulosis pada kehamilan
Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe, letak dan
keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan antituberkulosis, status nutrisi
ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status imunitas, dan kemudahan mendapatkan
fasilitas diagnosa dan pengobatan TB. Status nutrisi yang jelek, hipoproteinemia, anemia dan
keadaan medis maternal merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal.

Usia kehamilan saat wanita hamil mendapatkan pengobatan antituberkulosa merupakan


factor yang penting dalam menentukan kesehatan maternal dalam kehamilan dengan TB. Jika
pengobatan tuberkulosis diberikan awal kehamilan, dijumpai hasil yang sama dengan pasien
yang tidak hamil, sedangkan diagnosa dan perewatan terlambat dikaitkan dengan
meningkatnya resiko morbiditas obstetric sebanyak 4x lipat dan meningkatnya resiko preterm
labor sebanyak 9x lipat. Status sosio-ekonomi yang jelek, hypo-proteinaemia, anemia
dihubungkan ke morbiditas ibu.

Kehamilan dapat berefek terhadap tuberculosis dimana peningkatan diafragma akibat


kehamilan akan menyebabkan kavitas paru bagian bawah mengalami kolaps yang disebut
pneumo-peritoneum. Pada awal abad 20, induksi aborsi direkomondasikan pada wanita hamil
dengan TB.

Selain paru-paru, kuman TB juga dapat menyerang organ tubuh lain seperti usus, selaput
otak, tulang, dan sendi, serta kulit. Jika kuman menyebar hingga organ reproduksi,
kemungkinan akan memengaruhi tingkat kesuburan (fertilitas) seseorang. Bahkan, TB pada
samping kiri dan kanan rahim bisa menimbulkan kemandulan. Hal ini tentu menjadi
kekhawatiran pada pengidap TB atau yang pernah mengidap TB, khususnya wanita usia
reproduksi. Jika kuman sudah menyerang organ reproduksi wanita biasanya wanita tersebut
mengalami kesulitan untuk hamil karena uterus tidak siap menerima hasil konsepsi.

Harold Oster MD,2007 mengatakan bahwa TB paru (baik laten maupun aktif) tidak akan
memengaruhi fertilitas seorang wanita di kemudian hari. Namun, jika kuman menginfeksi
endometrium dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Tapi tidak berarti kesempatan untuk
memiliki anak menjadi tertutup sama sekali, kemungkinan untuk hamil masih tetap ada.
Idealnya, sebelum memutuskan untuk hamil, wanita pengidap TB mengobati TB-nya terlebih
dulu sampai tuntas. Namun, jika sudah telanjur hamil maka tetap lanjutkan kehamilan dan
tidak perlu melakukan aborsi.

9. Pengaruh tuberkulosis terhadap janin


Menurut Oster, 2007 jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada sedikit
risiko terhadap janin. Untuk meminimalisasi risiko,biasanya diberikan obat-obatan TB yang
aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan Etambutol. Kasusnya akan berbeda jika
TB juga menginvasi organ lain di luar paru dan jaringan limfa, dimana wanita tersebut
memerlukan perawatan di rumah sakit sebelum melahirkan. Sebab kemungkinan bayinya
akan mengalami masalah setelah lahir. Penelitian yang dilakukan oleh Narayan Jana,
KalaVasistha, Subhas C Saha, Kushagradhi Ghosh, 1999 tentang efek TB ekstrapulmoner
tuberkuosis, didapatkan hasil bahwa tuberkulosis pada limpha tidak berefek terhadap
kahamilan, persalinan dan hasil konsepsi.

Selain itu, risiko juga meningkat pada janin, seperti abortus, terhambatnya pertumbuhan
janin, kelahiran prematur dan terjadinya penularan TB dari ibu ke janin melalui aspirasi
cairan amnion (disebut TB congenital). Gejala TB congenital biasanya sudah bisa diamati
pada minggu ke 2-3 kehidupan bayi,seperti prematur, gangguan napas, demam, berat badan
rendah, hati dan limpa membesar. Penularan kongenital sampai saat ini masih belum
jelas,apakah bayi tertular saat masih di perut atau setelah lahir

10. Pengobatan TB pada kehamilan


Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan pengobatan TB
pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk kehamilan, kecuali
streptomisin. Streptomisin tidak dapat dipakai pada kehamilan karena bersifat permanent
ototoxic dan dapat menembus barier placenta. Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan dilahirkan.
Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan pengobatannya sangat penting artinya
supaya proses kelahiran dapat berjalan lancar dan bayi yang akan dilahirkan terhindar dari
kemungkinan tertular TB.
BAB II
PENATALAKSANAAN

A. Pelaksanaan Kegiatan
Adapun penatalaksaan yang di lakukan Antara Lain :
1. Perkenalan antara mahasiswa dan Masyarakat desa.
2. Peserta pada kegiatan ini adalah bapak-bapak dan ibu-bu beserta karang taruna Desa
Koyobunga
3. Kegiatan ini berlangsung pada hari Jumat, 28 Mei 2021 pukul 08.00 Wita s.d Selesai
4. Menjelaskan kegiatan apa yang akan di lakuakan “ Kegiatan penyuluhan tentang TB
PARU”
5. Pembagian leaflet kepada masyarakat yang mengikuti penyuluhan
6. Memberikan evaluasi kepada masyarakat
a. Apa itu Penyakit TB Paru?
b. Tanda dan Gejala TB Paru?
7. Melaksanakan penyuluhan tentang TB Paru melalui media leafleat.
8. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya mengenai penyuluhan yang
telah di berikan.
B. Penutupan
1. Ucapan terimakasih kepada masyarakat yang telah berpartisipasi mengikuti penyuluhan
2. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan.
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Laporan pelaksanaan kegiatan


1. Tahapan persiapan
Pada tahapan ini, kami melakukan penyuluhan setelah kegiatan senam pagi. Di mana
sasaran penyuluhann yaitu masyarakat yang menghadiri kegiata senam tersebut, seperti
para ibu-ibu dan karang taruna, dan kegiatan penyuluhan ini telah di beri izin dari oleh
aparat desa koyobunga, kegiatan penyuluhan ini berlangsung selama 20 menit, dengan
media penyuluhan berupa leaflet, pihak aparat desa menyatakan dukungannya terkait
penyuluhan koyobunga, kegiatan di laksanakan pada tanggal 28 mei 2021, yang
bertempatan dilapangan SD Inpers desa Koyobunga, kecamatan bulagi utara, kabupaten
Banggai Kepulauan. Kegiatan berjalan dengan lancar hingga selesai..
2. Hambatan
Hambatan yang dihadapi pada saat pelaksanaan yaitu banyak masyarakat yang belum
tahu apa itu penyakit TB Paru.

3. Hasil kegiatan
Setelah melakukan penyuluhan TB Paru, masyarakat telah :

a. Mengetahui Pengertian TB Paru


b. Mengetahui Gejala TB Paru
c. Mengetahui Cara Penularan TB Paru
d. Mengetahui Cara Penanganan TB Paru
e. Mengetahui Tuberkulosis pada kehamilan
f. Mengetahui Pengaruh Tuberkolosis terhadap janin
g. Mengetahui Pengobatan TB pada kehamilan
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki dampak positif karena
dapat meningkatkan kesadaran untuk memeriksakan kesehatan dan mencegah agar terhindar
dari penyakit TB Paru. sehingga tingkat kesehatan masyarakat lebih meningkat.
B. SARAN
Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan tentang Penyuluhan
TB Paru antara lain :
1. Pada pra pelaksanaan program dan saat pembentukan program seharusnya melakukan
perundingan dengan warga sehingga antusias warga bisa lebih baik.
2. Masyarakat seharusnya tahu tentang penyakit tuberkulosis paru, tanda dan gejala, penyebab, cara
penularan dan cara pencegahan penularan agar tidak terjadi penularan terhadap yang lain. Dan
selalu menjaga kesehatan lingkungan, kondisi ruangan tidak pengap, terdapat ventilasi dalam
rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Z.,Bahar, A.,2007. Tuberkulosis Paru, dalam B. Setyohadi, I. Alwi, M. Simadibarata, S. Setiati
(Editor). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. pp. 988 – 994

http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/136/jtptunimus-gdl-sitiumaero-6766-3-babv.pdf

http://eprints.ums.ac.id/42204/8/04.BAB%20I.pdf
Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI

Masalah : TB Paru
Pokok Pembahasan : TB Paru
Sasaran : Mayarakat desa Koyobunga
Jam : 08.00- Selesai
Waktu : 20 Menit
Tanggal : 28 Mei 2021
Tempat : lapangan SD Inpers Desa Koyobunga
Pemateri : Mahasiswa

A. Latar Belakang
Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang
prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health
Organitation (WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua milyar
penduduk terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi
terkena TB aktif setiap tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90%
kasus TB dan kematian berasal dari negara berkembang salah satunya Indonesia
(Depkes RI, 2012) Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga
Maret 2011, di Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban
meninggal sejumlah 61.000. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian tahun
2009 yang mencapai 528.063 penderita TB paru dengan 91.369 orang meninggal
(WHO Tuberculosis Profile, 2012).
B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan masyarakat dapat mengerti
tentang penyakit TB Paru dan Gejalanya.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang TB Paru, diharapkan
massyarakat dapat:
1. Pengertian TB Paru
2. Gejala TB Paru
3. Cara Penularan TB Paru
4. Cara Penanganan TB Paru
5. Tuberkulosis pada kehamilan
6. Pengaruh Tuberkolosis terhadap janin
7. Pengobatan TB pada kehamilan
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
F. Media
Leaflet
G. Kegiatan penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media

Kegiatan
1. Pembukaan 3 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab Kata-
Menit salam kata/
2. Memperkenalkan
2. Mendengarkan kalimat
diri
dan menyimak
3. Menyampaikan
3. Bertanya
tentang tujuan
mengenai
pokok materi
perkenalan dan
4. Meyampakaikan
tujuan jika ada
pokok
yang kurang
pembahasan
Jelas
5. Kontrak waktu
2. Pelaksanaan 20 1. Penyampaian 1. Mendengarkan Leaflet
Materi dan menyimak
Menit
a) Menjelaskan 2. Bertanya
Pengertian TB mengenai hal-
Paru hal yang belum
b) Menjelaskan jelas dan
Gejala TB Paru dimengerti
c) Menjelaskan
Cara Penularan
TB Paru
d) Menjelaskan
Cara
Penanganan TB
Paru
e) Menjelaskan
Tuberkulosis
pada kehamilan
f) Menjelaskan
Pengaruh
Tuberkolosis
terhadap janin
g) Menjelaskan
Pengobatan TB
pada kehamilan

3. Penutup 5 1.Tanya jawab 1. Mendengar Kata-kata/


2.Memberikan 2. Memperhatikan kalimat
Menit
kesempatan pada 3. Menjawab salam
peserta untuk
bertanya
3.Mengakhiri
pertemuan dan
4.Mengucapkan salam

H. Evaluasi
Diharapkan masyarakat mampu :
1. Menjelaskan Pengertian TB Paru
2. Menjelaskan Gejala TB Paru
3. Menjelaskan Cara Penularan TB Paru
4. Menjelaskan Cara Penanganan TB Paru
5. Menjelaskan Tuberkulosis pada kehamilan
6. Menjelaskan Pengaruh Tuberkolosis terhadap janin
7. Menjelaskan Pengobatan TB pada kehamilan
Pertanyaan:

Apa gejala umum TB paru?


Jawaban :

Batuk berdahak lebih dari 2 minggu dan mengeluarkan darah

I. Lampiran Materi
1. Definisi
Tuberculosis merupakan penyakit infeksi bakteri menahun pada paru yang
disebabkan oleh Mycobakterium tuberculosis, yaitu bakteri tahan asam yang
ditularkan melalui udara yang ditandai dengan pembentukan granuloma pada
jaringan yang terinfeksi. Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman aerob
yang dapat hidup terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan
parsial tinggi. Penyakit tuberculosis ini biasanya menyerang paru tetapi dapat
menyebar ke hampir seluruh bagian tubuh termasuk meninges, ginjal, tulang,
nodus limfe. Infeksi awal biasanya terjadi 2-10 minggu setelah pemajanan.
Individu kemudian dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau
ketidakefektifan respon imun.

2. Tanda Dan Gejala


1. Tanda
a. Penurunan berat badan
b. Anoreksia
c. Dispneu
d. Sputum purulen/hijau, mukoid/kuning.
2. Gejala
a. Demam
b. Batuk
c. Sesak nafas.
d. Nyeri dada
e. Malaise

3. Epidemiologi Dan Penularan TBC


Dalam penularan infeksi Mycobacterium tuberculosis hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah :

1. Reservour, sumber dan penularan


2. Masa inkubasi
3. Masa dapat menular
4. Immunitas

4. Komplikasi
Komplikasi Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,TB
usus.

5. Penanganan
a. Promotif
1. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
2. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC,
cara penularan, cara pencegahan, faktor resiko
3. Mensosialisasiklan BCG di masyarakat.
b. Preventif
1. Vaksinasi BCG
2. Menggunakan isoniazid (INH)
3. Membersihkan lingkungan dari tempat yang kotor dan lembab.
4. Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat
diketahui secara dini.
c. Kuratif
6. Tuberkulosis pada kehamilan
Efek TB pada kehamilan tergantung pada beberapa factor antara lain tipe,
letak dan keparahan penyakit, usia kehamilan saat menerima pengobatan
antituberkulosis, status nutrisi ibu hamil, ada tidaknya penyakit penyerta, status
imunitas, dan kemudahan mendapatkan fasilitas diagnosa dan pengobatan TB.
Status nutrisi yang jelek, hipoproteinemia, anemia dan keadaan medis maternal
merupakan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal.

7. Pengaruh tuberkulosis terhadap janin


Menurut Oster, 2007 jika kuman TB hanya menyerang paru, maka akan ada
sedikit risiko terhadap janin. Untuk meminimalisasi risiko,biasanya diberikan
obat-obatan TB yang aman bagi kehamilan seperti Rifampisin, INH dan
Etambutol. Kasusnya akan berbeda jika TB juga menginvasi organ lain di luar
paru dan jaringan limfa, dimana wanita tersebut memerlukan perawatan di rumah
sakit sebelum melahirkan.

8. Pengobatan TB pada kehamilan


Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan
pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman untuk
kehamilan, kecuali streptomisin.
Lampiran 2

LEAFLET
Lampiran 3

DOKUMENTASI

Jumat, 28 Mei 2021 diakukan penyuluhan TB Paru kepada masyarakat desa


Koyobunga setelah kegiatan senam pagi di lapangan SD Inpers Koyobunga
Lampiran 4

ABSEN
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN
DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA, KAB.BANGGAI KEPULAUAN

“AIR BERSIH”

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan


Penyelesaian Praktik Klinik Kebidanan DTPK

Disusun Oleh :
Eunike Ayu Ch Tumuahi (PO7124119020)
Zainab (PO7124119040)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpatkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami.

Laporan praktik DTPK di Desa Koyobunga Kecamatan Bulagi Utara


Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun 2021 memuat informasi yang ada di Desa
koyobunga serta pelaksanaan kegiatan sampai dengan pencapaian dalam rangka
penyelesaian program kerja kami.

Kami berterimakasih kepada Bapak Camat Bulagi Utara, Bapak Kepala


Puskesmas sabang, Bapak Kepala Desa Koyobunga, Aparat Desa Koyobunga dan
Bidan Desa Koyobunga yang telah membantu kami dalam penyelesaian program
kerja kami, Bapak Ibu dosen yang telah membimbing kami. Dan kami juga
berterimakasih kepada Masyarakat Desa Koyobunga yang telah menerima kami
dengan baik.

Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik, semoga laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik DTPK
selanjutnya

Koyobunga, Juni 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………...…………..…………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………….……………………………...…….
A. LATAR BELAKANG…………………………….…………………..…….
B. TINJAUAN TEORI……………………………….…………………….….
1. Pengertian Air Bersih……………………………………………………...
2. Sumber Air Bersih………………………..……………………………….
3. Standar Kualitas Air……………………...………………………………..
4. Sistem Penyediaan Air Bersih.…………………………………………….
5. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih…..………………………………………..
6. Satuan Kebutuhan Air Bersih……………...………………………………
BAB II PENATALAKSANAAN…………………………………………………

BAB III HASIL…………………………………………………………………..

BAB IV PENUTUP………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………

LAMPIRAN………………………………………………………….…………..
A. LAMPIRAN 1 SAP
B. LAMPIRAN 2 LEAFLET
C. LAMPIRAN 3 ABSEN
D. LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, sehingga ketersediaannya amatlah penting. Pemanfaatannya
tidak hanya terbatas untuk keperluan rumah tangga, tetapi juga untuk fasilitas
umum, sosial maupun ekonomi. Air bersih yang digunakan sehari-hari harus
memiliki kualitas yang baik untuk konsumsi sesuai dengan standar air minum di
Indonesia yaitu PP No.82 Tahun 2001 dan KepMen No.907 Tahun 2002. Begitu
pentingnya air bersih bagi kehidupan manusia, sehingga memungkinkan
penyediaan menjadi terbatas bila pemanfaatannya tidak diatur dengan baik,
sehingga harus dibuat suatu jaringan perpipaan yang tertata baik untuk
mendistribusikan air bersih secara merata kesetiap konsumen.
Secara umum kebijakan pemerintah dalam bidang pembangunan prasarana
penyediaan air bersih direalisasikan dengan membangun sistem perpipaan. Sasaran
pembangunan prasarana air bersih meliputi kota-kota besar maupun perdesaan baik
dengan sistem perpipaan ataupun non perpipaan. Sistem perpipaan dikelola oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sistem non perpipaan dikelola oleh
penduduk setempat. Salah satu cara untuk memperoleh air bersih adalah dengan
memanfaatkan pelayanan PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Untuk
mencapai pengadaan air bersih yang merata sangatlah tidak mudah, hal ini
dikarenakan banyaknya resiko maupun biaya dalam pemenuhan kebutuhan ini.
Resiko ini dapat bersifat teknis maupun non teknis.
B. Tinjauan Teori
1. Pengertian Air Bersih
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air
yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi
persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, didapat
beberapa pengertian mengenai :
a. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air
baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan
air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai
air baku untuk air minum.
b. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
c. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk
tinja manusia dari lingkungan permukiman.
d. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang
sehat, bersih, dan produktif.
e. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM
merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari
prasarana dan sarana air minum.
Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan/atau meningkatkan sistemfisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen,keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam
kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada
masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan,
melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi,
memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik
penyediaan air minum.
Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut
Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah,
koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang
melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.
2. Sumber Air Bersih
Berdasarkan petunjuk Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu
perihal Pedoman Perencanaan dan Desain Teknis Sektor Air Bersih,
disebutkan bahwa sumber air baku yang perlu diolah terlebih dahulu adalah
mata air, yaitu sumber air yang berada di atas permukaan tanah. Debitnya
sulit untuk diduga, kecuali jika dilakukan penelitian dalam jangka beberapa
lama. Sumur dangkal (shallow wells), Yaitu sumber air hasil penggalian
ataupun pengeboran yang kedalamannya kurang dari 40 meter. Sumur dalam
(deep wells), Yaitu sumber air hasil penggalian ataupun pengeboran yang
kedalamannya lebih dari 40 meter.
Sungai, Yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di
daerah pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Secara umum air
baku yang didapat dari sungai harus diolah terlebih dahulu, karena
kemungkinan untuk tercemar polutan sangat besar. Danau dan Penampung
Air (lake and reservoir), Yaitu unit penampung air dalam jumlah tertentu
yang airnya berasal dari aliran sungai maupun tampungan dari air hujan.
Sumber-sumber air yang ada dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum
adalah (Budi D. Sinulingga, Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan
Lokal, 1999): Air hujan. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan
mengalami pencemaran sehingga tidak memenuhi syarat apabila langsung
diminum.
Air permukaan tanah (surface water). Yaitu rawa, sungai, danau yang
tidak dapat diminum sebelum melalui pengolahan karena mudah tercemar.
Air dalam tanah (ground water). Yang terdiri dari air sumur dangkal dan air
sumur dalam. Air sumur dangkal dianggap belum memenuhi syarat untuk
diminum karena mudah tercemar. Sumber air tanah ini dapat dengan mudah
dijumpai seperti yang terdapat pada sumur gali penduduk, sebagai hasil
budidaya manusia. Keterdapatan sumber air tanah ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti topografi, batuan, dan curah hujan yang jatuh di
permukaan tanah. Kedudukan muka air tanah mengikuti bentuk topografi,
muka air tanah akan dalam di daerah yang bertopografi tinggi dan dangkal di
daerah yang bertopografi rendah.
Di lain pihak sumur dalam yang sudah mengalami perjalanan panjang
adalah air yang jauh lebih murni, dan pada umumnya dapat langsung
diminum, namun memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan
kualitasnya. Keburukan dari pemakaian sumur dalam ini adalah apabila
diambil terlalu banyak akan menimbulkan intrusi air asin dan air laut yang
membuat sumber air jadi asin, biasanya daerah-daerah sekitar pantai. Mata
air (spring water). Sumber air untuk penyediaan air minum berdasarkan
kualitasnya dapat dibedakan atas:
a. Sumber yang bebas dari pengotoran (pollution).
b. Sumber yang mengalami pemurniaan alamiah (natural purification).
c. Sumber yang mendapatkan proteksi dengan pengolahan buatan (artificial
treatment).
3. Standar Kualitas Air Baku
Air bersifat universal dalam pengertian bahwa air mampu melarutkan zat-
zat yang alamiah dan buatan manusia. Untuk menggarap air alam,
meningkatkan mutunya sesuai tujuan, pertama kali harus diketahui dahulu
kotoran dan kontaminan yang terlarut di dalamnya. Pada umumnya kadar
kotoran tersebut tidak begitu besar. Dengan berlakunya baku mutu air untuk
badan air, air limbah dan air bersih, maka dapat dilakukan penilaian kualitas
air untuk berbagai kebutuhan. Di Indonesia ketentuan mengenai standar
kualitas air bersih mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan berdasarkan
Peraturan Pemerintah No. 416 tahun 1990 tentang Syarat-Syarat dan
Pengawasan Kualitas Air Bersih. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan 1990
Kriteria penentuan standar baku mutu air dibagi dalam tiga bagian yaitu:
a. Persyaratan kualitas air untuk air minum.
b. Persyaratan kualitas air untuk air bersih.
c. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah
beroperasi.
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka
kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu syarat fisik, antara
lain:

a. Air harus bersih dan tidak keruh.


b. Tidak berwarna
c. Tidak berasa
d. Tidak berbau
e. Suhu antara 10o-25 o C (sejuk)
f. Syarat kimiawi, antara lain:
g. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun.
h. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.
i. Cukup yodium.
j. pH air antara 6,5 – 9,2.
k. Syarat bakteriologi, antara lain:
l. Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera,
dan bakteri patogen penyebab penyakit.
Pada umumnya kualitas air baku akan menentukan besar kecilnya investasi
instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta pemeliharaannya. Sehingga
semakin jelek kualitas air semakin berat beban masyarakat untuk membayar
harga jual air bersih. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi
kuantitas dan kualitas, yaitu:

a. Aman dan higienis.


b. Baik dan layak minum.
c. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
d. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.
Mengenai parameter kualitas air baku, Depkes RI telah menerbitkan standar
kualitas air bersih tahun 1977 (Ryadi Slamet, 1984:122). Dalam peraturan
tersebut standar air bersih dapat dibedakan menjadi tiga kategori (Menkes No.
173/per/VII tanggal 3 Agustus 1977):
a. Kelas A. Air yang dipergunakan sebagai air baku untuk keperluan air
minum.
b. Kelas B. Air yang dipergunakan untuk mandi umum, pertanian dan air
yang terlebih dahulu dimasak.
c. Kelas C. Air yang dipergunakan untuk perikanan darat
4. Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok antara
lain: unit sumber air baku, unit pengolahan, unit produksi, unit transmisi, unit
distribusi dan unit konsumsi. Unit sumber air baku merupakan awal dari
sistem penyediaan air bersih yang mana pada unit ini sebagai penyediaan air
baku yang bisa diambil dari air tanah, air permukaan, air hujan yang
jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan.
Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya memenuhi
kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika, kimia, dan
bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi syarat kesehatan
akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman bagi manusia. Unit
produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air bersih yang menentukan
jumlah produksi air bersih atau minum yang layak didistribusikan ke beberapa
tandon atau reservoir dengan sistem pengaliran gravitasi atau pompanisasi.
Unit produksi merupakan unit bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air
menjadi air bersih. Teknologi pengolahan disesuaikan dengan sumber air yang
ada. Unit transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke
beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa. Unit distribusi adalah
merupakan jaringan pipa yang mengantarkan air bersih atau minum dari
tandon atau reservoir menuju ke rumah-rumah konsumen dengan tekanan air
yang cukup sesuai dengan yang diperlukan konsumen. Unit konsumsi adalah
merupakan instalasi pipa konsumen yang telah disediakan alat pengukur
jumlah air yang dikonsumsi pada setiap bulannya.
5. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Semakin padat jumlah penduduk dan semakin tinggi tingkat kegiatan akan
menyebabkan semakin besarnya tingkat kebutuhan air. Variabel yang
menentukan besaran kebutuhan akan air bersih antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Jumlah penduduk
b. Jenis kegiatan
c. Standar konsumsi air untuk individu
d. Jumlah sambunga
Target pelayanan dapat merupakan potensi pasar atau mengacu pada
kebijaksanaan nasional. Asumsi-asumsi lain yang digunakan mengikuti
kecenderungan data yang ada di lapangan serta kriteria dan standar yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, yaitu seperti:

a. Cakupan pelayanan
b. Jumlah pemakai untuk setiap jenis sambungan
c. Jenis sambungan
d. Tingkat kebutuhan konsumsi air
e. Perbandingan SR/HU
f. Kebutuhan Domestik dan Non Domestik
g. Angka kebocoran
h. Penanggulangan kebakaran
Perencanaan pengadaan sarana prasarana air bersih dilakukan dengan
memperhitungkan jumlah kebutuhan air yang diperlukan bagi daerah
perencanaan. Proyeksi kebutuhan air dihitung dengan menggunakan data
proyeksi jumlah penduduk, standar kebutuhan air bersih, cakupan pelayanan,
koefisien kehilangan air, dan faktor puncak yang diperhitungkan untuk
keamanan hitungan perencanaan.

6. Satuan Kebutuhan Air Bersih


Kebutuhan air terbagi atas kebutuhan untuk:
a. Rumah Tangga
b. Non Rumah Tangga

Pemerintah Indonesia telah menyusun program pelayanan air bersih sesuai


dengan kategori daerah yang dikelompokkan berdasarkan jumlah penduduk.
BAB II
PENATALAKSANAAN

A. Penyuluhan Air Bersih


Pelaksanaan Kegiatan
Adapun penatalaksaan yang di lakukan Antara Lain :
9. Perkenalan antara mahasiswa dan Masyarakat desa.
10. Penyuluhan ini dilakukan pada tanggal 28 mei 2021
11. Tempat terlaksana penyuluhan di lapangan SD INPRES Desa
Koyobunga
12. Yang mengikuti Penyuluhan Air Bersih yaitu masyarakat Desa
Koyobunga yang mengikuti Senam Pagi
13. Menjelaskan kegiatan apa yang akan di lakukan “ Kegiatan penyuluhan
tentang AIR BERSIH”
14. Pembagian leaflet kepada masyarakat yang mengikuti penyuluhan
15. Memberikan evaluasi kepada masyarakat
a. Apa itu Air Bersih?
b. Ciri-ciri Air Bersih?
16. Melaksanakan penyuluhan tentang Air Bersih melalui media leafleat.
17. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya mengenai
penyuluhan yang telah di berikan dan di sesi ini tidak ada masyarakat
yang ingin bertanya.
18. Penutupan
a. Ucapan terimakasih kepada masyarakat yang telah berpartisipasi
mengikuti penyuluhan
b. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan.
BAB III
HASIL KEGIATAN

B. Laporan pelaksanaan kegiatan


1. Tahapan persiapan
Pada tahapan ini, kami melakukan penyuluhan setelah kegiatan senam pagi.
Di mana sasaran penyuluhann yaitu masyarakat yang menghadiri kegiatan
senam tersebut, seperti para ibu-ibu dan karang taruna, dan kegiatan
penyuluhan ini telah di beri izin dari oleh aparat Desa Koyobunga, kegiatan
penyuluhan ini berlangsung selama 20 menit, dengan media penyuluhan
berupa leaflet, pihak aparat desa menyatakan dukungannya terkait
penyuluhan di desa koyobunga, kegiatan di laksanakan pada tanggal 28 mei
2021, yang bertempatan dilapangan SD Inpers desa Koyobunga, kecamatan
bulagi utara, kabupaten Banggai Kepulauan. Kegiatan berjalan dengan lancar
hingga selesai..
2. Hambatan
Hambatan yang dihadapi pada saat pelaksanaan yaitu banyak masyarakat
yang belum tahu apa itu Air Bersih.
sehingga dalam penyampaian materi membutuhkan fasilitator untuk
memberikan pemahaman.

3. Hasil Kegiatan

Setelah melakukan penyuluhan air bersih, masyarakat telah :

a. Mengetahui definisi air bersih

b. Mengetahui sumber air bersih

c. Mengetahui standar kualitas air bersih

d. Mengetahui sistem penyediaan air bersih


e. Mengetahui proyeksi kebutuhan air bersih

f. Mengetahui satuan kebutuhan air bersih

BAB IV
PENUTUP

C. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki dampak
positif karena dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
pentingnya menggunakan sumber air bersih.

D. SARAN
Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan tentang
Air Bersih antara lain :
1. Pemerintah dapat meningkatkan lagi kualitas air bersihnya seperti
dengan membuat air bersih yang dapat langsung diminum atau air
golongan A dan juga menambahkan fluor untuk mencegah caries gigi.
2. Pemerintah dapat meningkatkan lagi jumlah produksi air bersihnya,
agar seluruh masyarakat dapat menikmati pelayanan dari Pemerintah
tersebut.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam menghasilkan metode
baru yang lebih baik dalam pengolahan air.
4. memberikan perlindungan terhadap sumber-sumber air baku dari
pencemaran lingkungan yang membahayakan kesehatan manusia.
5. Perlindungan dan pemeliharaan terhadap instalasi penyaluran air
bersih.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/850/4/4%20BAB%20II.pdf

(Di akses Rabu 16 juni 2021, pukul 12.00 Wita)

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/333/4/BAB%20II.pdf

(Di akses Rabu 16 juni 2021, pukul 12.00 Wita)


Lampiran I

SATUAN ACARA PENYULUHAN AIR BERSIH

Masalah : Air Bersih


Pokok Pembahasan : Air Bersih
Sasaran : Masyarakat Desa Koyobunga
Jam : 08.00- Selesai
Waktu : 20 Menit
Tanggal : 28 Mei 2021
Tempat :Lapangan SD Inpers Desa Koyobunga
Pemateri : Mahasiswa

B. Latar Belakang
Air bersih merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia, sehingga ketersediaannya amatlah penting.
Pemanfaatannya tidak hanya terbatas untuk keperluan rumah tangga, tetapi
juga untuk fasilitas umum, sosial maupun ekonomi. Air bersih yang digunakan
sehari-hari harus memiliki kualitas yang baik untuk konsumsi sesuai dengan
standar air minum di Indonesia yaitu PP No.82 Tahun 2001 dan KepMen
No.907 Tahun 2002. Begitu pentingnya air bersih bagi kehidupan manusia,
sehingga memungkinkan penyediaan menjadi terbatas bila pemanfaatannya
tidak diatur dengan baik, sehingga harus dibuat suatu jaringan perpipaan yang
tertata baik untuk mendistribusikan air bersih secara merata kesetiap
konsumen.
Secara umum kebijakan pemerintah dalam bidang pembangunan prasarana
penyediaan air bersih direalisasikan dengan membangun sistem perpipaan.
Sasaran pembangunan prasarana air bersih meliputi kota-kota besar maupun
perdesaan baik dengan sistem perpipaan ataupun non perpipaan. Sistem
perpipaan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sistem
non perpipaan dikelola oleh penduduk setempat. Salah satu cara untuk
memperoleh air bersih adalah dengan memanfaatkan pelayanan PDAM
(Perusahaan Daerah Air Minum). Untuk mencapai pengadaan air bersih yang
merata sangatlah tidak mudah, hal ini dikarenakan banyaknya resiko maupun
biaya dalam pemenuhan kebutuhan ini. Resiko ini dapat bersifat teknis
maupun non teknis.
C. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan masyarakat dapat
mengerti tentang Air Bersih dan Kriteria Air bersih.
D. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang Air bersih,
diharapkan masyarakat dapat:
8. Pengertian Air Bersih
9. Sumber Air Bersih
10. Standar Kualitas Air
11. Sistem Penyediaan Air Bersih
12. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
13. Satuan Kebutuhan Air Bersih
E. Materi Penyuluhan
Terlampir
F. Metode Penyuluhan
Ceramah
G. Media
Leaflet
H. Kegiatan Penyuluhan
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media
Kegiatan
1. Pembukaan 3 Menit 6. Mengucapkan salam 4. Menjawab
salam
7. Memperkenalkan diri
5. Mendengarkan
8. Menyampaikan dan menyimak
tentang tujuan pokok 6. Bertanya Kata-kata/
materi mengenai kalimat
9. Meyampakaikan perkenalan dan
pokok pembahasan tujuan jika ada
10. Kontrak waktu yang kurang
jelas
2. Pelaksanaan 20 2. Penyampaian Materi 3. Mendengarkan
h) Menjelaskan dan menyimak
Menit pengertian air 4. Bertanya
bersih mengenai hal-
i) Menjelaskan hal yang belum
sumber air bersih jelas dan
j) Menjelaskan dimengerti
standar kualitas
air
k) Menjelaskan Leaflet
sistem penyediaan
air bersih
l) Menjelaskan
proyeksi
kebutuhan air
bersih
m) Menjelaskan
satuan kebutuhan
air bersih
3. Penutup 5 5. Tanya jawab 4. Mendengar
6. Memberikan 5. Memperhatikan
Menit kesempatan pada 6. Menjawab salam
peserta untuk Kata-kata/
bertanya kalimat
7. Mengakhiri
pertemuan dan
8. mengucapkan salam

I. Evaluasi
Diharapkan masyarakat mampu :
1. Menjelaskan Pengertian Air Bersih
2. Menjelaskan Sumber Air Bersih
3. Menjelaskan Standar Kualitas Air
4. Menjelaskan Sistem Penyediaan Air Bersih
5. Menjelaskan Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
6. Menjelaskan Satuan Kebutuhan Air Bersih
J. Lampiran Materi
1. Pengertian Air Bersih
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai
Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan
kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila
dimasak.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum,
didapat beberapa pengertian mengenai :
a. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air
baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan,
cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu
tertentu sebagai air baku untuk air minum.
b. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
c. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga
termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman.
d. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang
sehat, bersih, dan produktif.
e. Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM
merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari
prasarana dan sarana air minum.
Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun,
memperluas dan/atau meningkatkan sistemfisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen,keuangan, peran masyarakat, dan hukum)
dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum
kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan


merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara,
merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik)
dan non fisik penyediaan air minum.

Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut


Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik
daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat
yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air
minum.

2. Sumber Air Bersih


Berdasarkan petunjuk Program Pembangunan Prasarana Kota Terpadu
perihal Pedoman Perencanaan dan Desain Teknis Sektor Air Bersih,
disebutkan bahwa sumber air baku yang perlu diolah terlebih dahulu
adalah mata air, yaitu sumber air yang berada di atas permukaan tanah.
Debitnya sulit untuk diduga, kecuali jika dilakukan penelitian dalam
jangka beberapa lama. Sumur dangkal (shallow wells), Yaitu sumber air
hasil penggalian ataupun pengeboran yang kedalamannya kurang dari 40
meter. Sumur dalam (deep wells), Yaitu sumber air hasil penggalian
ataupun pengeboran yang kedalamannya lebih dari 40 meter. Sungai,
Yaitu saluran pengaliran air yang terbentuk mulai dari hulu di daerah
pegunungan/tinggi sampai bermuara di laut/danau. Secara umum air baku
yang didapat dari sungai harus diolah terlebih dahulu, karena
kemungkinan untuk tercemar polutan sangat besar. Danau dan
Penampung Air (lake and reservoir), Yaitu unit penampung air dalam
jumlah tertentu yang airnya berasal dari aliran sungai maupun tampungan
dari air hujan. Sumber-sumber air yang ada dapat dimanfaatkan untuk
keperluan air minum adalah (Budi D. Sinulingga, Pembangunan Kota
Tinjauan Regional dan Lokal, 1999): Air hujan. Biasanya sebelum jatuh
ke permukaan bumi akan mengalami pencemaran sehingga tidak
memenuhi syarat apabila langsung diminum.
Air permukaan tanah (surface water). Yaitu rawa, sungai, danau yang
tidak dapat diminum sebelum melalui pengolahan karena mudah
tercemar. Air dalam tanah (ground water). Yang terdiri dari air sumur
dangkal dan air sumur dalam. Air sumur dangkal dianggap belum
memenuhi syarat untuk diminum karena mudah tercemar. Sumber air
tanah ini dapat dengan mudah dijumpai seperti yang terdapat pada sumur
gali penduduk, sebagai hasil budidaya manusia. Keterdapatan sumber air
tanah ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti topografi,
batuan, dan curah hujan yang jatuh di permukaan tanah. Kedudukan muka
air tanah mengikuti bentuk topografi, muka air tanah akan dalam di
daerah yang bertopografi tinggi dan dangkal di daerah yang bertopografi
rendah.
Di lain pihak sumur dalam yang sudah mengalami perjalanan panjang
adalah air yang jauh lebih murni, dan pada umumnya dapat langsung
diminum, namun memerlukan pemeriksaan laboratorium untuk
memastikan kualitasnya. Keburukan dari pemakaian sumur dalam ini
adalah apabila diambil terlalu banyak akan menimbulkan intrusi air asin
dan air laut yang membuat sumber air jadi asin, biasanya daerah-daerah
sekitar pantai. Mata air (spring water). Sumber air untuk penyediaan air
minum berdasarkan kualitasnya dapat dibedakan atas:
a. Sumber yang bebas dari pengotoran (pollution).
b. Sumber yang mengalami pemurniaan alamiah (natural purification).
c. Sumber yang mendapatkan proteksi dengan pengolahan buatan
(artificial treatment).
3. Standar Kualitas Air Baku
Air bersifat universal dalam pengertian bahwa air mampu melarutkan
zat-zat yang alamiah dan buatan manusia. Untuk menggarap air alam,
meningkatkan mutunya sesuai tujuan, pertama kali harus diketahui dahulu
kotoran dan kontaminan yang terlarut di dalamnya. Pada umumnya kadar
kotoran tersebut tidak begitu besar. Dengan berlakunya baku mutu air
untuk badan air, air limbah dan air bersih, maka dapat dilakukan penilaian
kualitas air untuk berbagai kebutuhan. Di Indonesia ketentuan mengenai
standar kualitas air bersih mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 416 tahun 1990 tentang Syarat-
Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih. Berdasarkan SK Menteri
Kesehatan 1990 Kriteria penentuan standar baku mutu air dibagi dalam
tiga bagian yaitu:

a. Persyaratan kualitas air untuk air minum.


b. Persyaratan kualitas air untuk air bersih.
c. Persyaratan kualitas air untuk limbah cair bagi kegiatan yang telah
beroperasi.
Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka
kualitas air tersebut harus memenuhi persyaratan, yaitu syarat fisik,
antara lain:

a. Air harus bersih dan tidak keruh.


b. Tidak berwarna
c. Tidak berasa
d. Tidak berbau
e. Suhu antara 10o-25 o C (sejuk)
f. Syarat kimiawi, antara lain:
g. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun.
h. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.
i. Cukup yodium.
j. pH air antara 6,5 – 9,2.
k. Syarat bakteriologi, antara lain:
1.) Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri,
tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.
Pada umumnya kualitas air baku akan menentukan besar kecilnya
investasi instalasi penjernihan air dan biaya operasi serta
pemeliharaannya. Sehingga semakin jelek kualitas air semakin berat
beban masyarakat untuk membayar harga jual air bersih. Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
173/Men.Kes/Per/VII/1977, penyediaan air harus memenuhi kuantitas
dan kualitas, yaitu:

a. Aman dan higienis.


b. Baik dan layak minum.
c. Tersedia dalam jumlah yang cukup.
d. Harganya relatif murah atau terjangkau oleh sebagian besar
masyarakat.
Mengenai parameter kualitas air baku, Depkes RI telah menerbitkan
standar kualitas air bersih tahun 1977 (Ryadi Slamet, 1984:122). Dalam
peraturan tersebut standar air bersih dapat dibedakan menjadi tiga
kategori (Menkes No. 173/per/VII tanggal 3 Agustus 1977):

a. Kelas A. Air yang dipergunakan sebagai air baku untuk keperluan air
minum.
b. Kelas B. Air yang dipergunakan untuk mandi umum, pertanian dan
air yang terlebih dahulu dimasak.
c. Kelas C. Air yang dipergunakan untuk perikanan darat
7. Sistem Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih meliputi besarnya komponen pokok
antara lain: unit sumber air baku, unit pengolahan, unit produksi, unit
transmisi, unit distribusi dan unit konsumsi. Unit sumber air baku
merupakan awal dari sistem penyediaan air bersih yang mana pada unit ini
sebagai penyediaan air baku yang bisa diambil dari air tanah, air
permukaan, air hujan yang jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan.
Unit pengolahan air memegang peranan penting dalam upaya
memenuhi kualitas air bersih atau minum, dengan pengolahan fisika,
kimia, dan bakteriologi, kualitas air baku yang semula belum memenuhi
syarat kesehatan akan berubah menjadi air bersih atau minum yang aman
bagi manusia. Unit produksi adalah salah satu dari sistem penyediaan air
bersih yang menentukan jumlah produksi air bersih atau minum yang
layak didistribusikan ke beberapa tandon atau reservoir dengan sistem
pengaliran gravitasi atau pompanisasi. Unit produksi merupakan unit
bangunan yang mengolah jenis-jenis sumber air menjadi air bersih.
Teknologi pengolahan disesuaikan dengan sumber air yang ada. Unit
transmisi berfungsi sebagai pengantar air yang diproduksi menuju ke
beberapa tandon atau reservoir melalui jaringan pipa. Unit distribusi
adalah merupakan jaringan pipa yang mengantarkan air bersih atau minum
dari tandon atau reservoir menuju ke rumah-rumah konsumen dengan
tekanan air yang cukup sesuai dengan yang diperlukan konsumen. Unit
konsumsi adalah merupakan instalasi pipa konsumen yang telah
disediakan alat pengukur jumlah air yang dikonsumsi pada setiap
bulannya.
8. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Semakin padat jumlah penduduk dan semakin tinggi tingkat kegiatan
akan menyebabkan semakin besarnya tingkat kebutuhan air. Variabel yang
menentukan besaran kebutuhan akan air bersih antara lain adalah sebagai
berikut:
a. Jumlah penduduk
b. Jenis kegiatan
c. Standar konsumsi air untuk individu
d. Jumlah sambunga
Target pelayanan dapat merupakan potensi pasar atau mengacu pada
kebijaksanaan nasional. Asumsi-asumsi lain yang digunakan mengikuti
kecenderungan data yang ada di lapangan serta kriteria dan standar yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, yaitu seperti:

a. Cakupan pelayanan
b. Jumlah pemakai untuk setiap jenis sambungan
c. Jenis sambungan
d. Tingkat kebutuhan konsumsi air
e. Perbandingan SR/HU
f. Kebutuhan Domestik dan Non Domestik
g. Angka kebocoran
h. Penanggulangan kebakaran
Perencanaan pengadaan sarana prasarana air bersih dilakukan dengan
memperhitungkan jumlah kebutuhan air yang diperlukan bagi daerah
perencanaan. Proyeksi kebutuhan air dihitung dengan menggunakan data
proyeksi jumlah penduduk, standar kebutuhan air bersih, cakupan
pelayanan, koefisien kehilangan air, dan faktor puncak yang
diperhitungkan untuk keamanan hitungan perencanaan.

9. Satuan Kebutuhan Air Bersih


Kebutuhan air terbagi atas kebutuhan untuk:
a. Rumah Tangga
b. Non Rumah Tangga
Pemerintah Indonesia telah menyusun program pelayanan air bersih
sesuai dengan kategori daerah yang dikelompokkan berdasarkan jumlah
penduduk.
Lampiran 2

LEAFLET
1. AIR HUJAN

2. AIR
PERMUKAAN

Lampiran 3

DOKUMENTASI
Jumat, 28 Mei 2021 dilakukan penyuluhan Air Bersih

kepada masyarakat Desa Koyobunga setelah kegiatan

senam pagi di lapangan SD Inpres Koyobunga


Lampiran 4

ABSEN
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN
DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA, KAB. BANGGAIKEPULAUAN

“PENYULUHAN JAMBAN SEHAT”


Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan
Penyelesaian Praktik Klinik Kebidanan DTPK

Disusun Oleh :
Nuraini (PO7124119026)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami dapat menyelesaikan
Laporan Kegiatan Lomba pada Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan
Kepulauan (DTPK).

Laporan ini memuat informasi tentang pelaksanaan Penyuluhan Jamban


Sehat yang dilaksanakan di Desa Koyobunga, Kecamatan Bulagi Utara,
Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2021.

Kami berterimakasih kepada Bapak Kepala Desa Koyobunga, Aparat Desa


Koyobunga dan Bidan Desa Koyobunga yang telah membantu kami dalam
menjalankan kegiatan kami, serta Bapak/Ibu Dosen yang telah membimbing kami.
Dan kami juga berterimakasih kepada masyarakat Desa Koyobunga yang telah
berpartisipasi pada kegiatan lomba kami.

Akhir kata, kami mohon maaf atas kekurangan kami pada saat pelaksanaan
kegiatan lomba, semoga laporan kegiatan lomba pada praktik DTPK tahun 2021
ini dapat dipergunakan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan program dan
bahan evaluasi pada kegiatan praktik DTPK selanjutnya.

Koyobunga, Juni 2021

Penulisan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................3

DAFTAR ISI...........................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................5

A. Latar Belakang.............................................................................................5
B. Tinjauan Teori..............................................................................................9

BAB II PENATALAKSANAAN.........................................................................13

A. Penyuluhan Persalinan Faskes...................................................................13

BAB III HASIL KEGIATAN..............................................................................14

A. Laporan Pelaksanaan Kegiatan..................................................................14

BAB IV PENUTUP..............................................................................................15

A. Kesimpulan................................................................................................15
B. Saran...........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

Lampiran
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan yang diamanatkan dalam UUD 1945


adalah pelayanan yang mampu diperoleh oleh seluruh lapisan
masyarakat secara adil, demokrasi, terbuka dan partisipatif,
pemerintah bertanggung jawab serta wajib menyediakannya bagi
seluruh masyarakat indonesia. Salah satu prioritas pembangunan
nasional adalah pembangunan daerah terpencil, perbatasan dan
kepulauan, hal ini di dukung oleh berbagai kebijakan lainnya seperti
perpres No 78 tahun 2005 tentang pengelolaan pulau-pulau kecil
terluar, Renstra Kementrian Kesehatan 2015-2019 No
HK.02.02/MENKES/52/2015 dimana salah satu sasaran pokok
adalah meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan
melalui tiga pilar utama yaitu pertama pilar paradigma sehat
dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan,
penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat : pilar
kedua penguatan pelayanan kesehatan di lakukan dengan strategi
peningkatan Akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem
rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan
pendekatan continuity of care dan intervensi berbasis resiko
kesehatan; pilar ketiga jaminan kesehatan nasional dilakukan
dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu
dan kendali biaya.
Daerah yang dikategorikan terpencil yaitu daerah yang kurang
berkembang jika di bandingkan dengan daerah lain dalam skala
nasional dan berpenduduk relatif tertinggal hal ini secara umum
disebabkan karena letak geografis terlalu sulit dijangkau baik oleh
media komunikasi maupun transportasi. PERMENKES RI No 6 tahun
2013, Daerah terpencil adalah daerah yang sulit dijangkau karena
sebab seperti keadaan geografi (Kepulauan, pegunungan, daratan,
hutan dan rawa), transportasi, sosial dan ekonomi.
Penetapan dalam Peraturan Presiden (perpres) Nomor
131/2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015–2019,
dimana Presiden RI telah menetapkan 122 kabupaten sebagai
daerah tertinggal. Dalam Perpres disebutkan,  daerah tertinggal
yakni daerah Kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang
berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional.
Suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tertinggal berdasarkan
kriteria :

1. perekonomian masyarakat
2. sumber daya manusia
3. sarana dan prasarana
4. kemampuan keuangan daerah
5. aksesibilitas; dan
6. karakteristik daerah.

Kriteria ketertinggalan sebagaimana dimaksud diukur berdasarkan indikator


dan sub indikator. Ketentuan mengenai indikator dan sub indikator diatur dengan
peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pembangunan daerah tertinggal. Menurut perpres, pemerintah menetapkan daerah
tertinggal setiap 5 tahun sekali secara nasional berdasarkan kriteria, indikator, dan
sub indikator ketertinggalan daerah. Penetapan daerah tertinggal dilakukan
berdasarkan usulan menteri dengan melibatkan kementerian/lembaga terkait dan
pemerintah daerah.
Dalam hal adanya pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah
kabupaten; atau upaya mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau
bencana alam, menurut perpres ini, presiden dapat menetapkan daerah tertinggal
baru. Dalam perpres ditetapkan salah satu daerah tertinggal tahun 2015-2019
adalah Provinsi Sulawesi Tengah yang terdiri dari :
1. Kab. Banggai Kepulauan
2. Kab. Donggala
3. Kab. Toli-Toli
4. Kab. BuolKab. Parigi MoutongKab. Tojo Una-Una
5. Kab. Sigi
6. Kab. Banggai Laut
7. Kab. Morowali Utara.

Daerah tertinggal, perbatasan, kepulauan dan terpencil memiliki wilayah


topografi yang ekstrim sehingga pelayanan kesehatan tidak dapat diperoleh
masyarakat secara maksimal, keterbatasan tersebut bukan hanya karena letak
geografis tetapi kekurangan tenaga kesehatan yang ada, sarana dan prasaran
terbatas seperti obat, alat penunjang medis dan diagnostik. juga infrastruktur yang
tertinggal.
Berbagai kebijakan telah diterbitkan dan program pelayanan kesehatan di
DTPK sudah dikembangkan oleh kementrian kesehatan sejak tahun 1985 melalui
program Inpres untuk mendukung percepatan pembangunan secara khusus
kesehatan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK) tersebut namun
hasil yang di peroleh belum maksimal. kendala utama adalah letak geografis
yang sulit sehingga berdampak bagi penyediaan pelayanan kesehatan yang
bermutu. Kemudian, pada tahun 2012 Kementrian Kesehatan mengembangkan
program Nusantara Sehat yang merupakan program lintas unit utama di
Kemenkes yang fokus tidak hanya pada kegiatan kuratif tetapi juga promotif dan
preventif, tujuannya untuk menguatkan layanan kesehatan primer melalui
peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan primer di DTPK dan di
daerah yang paling membutuhkan sesuai Nawa Cita.
Pelayanan didaerah terpencil, perbatasan, kepulauan dan terpencil di tujukan
untuk menganalisa permasalahan yang ada dikalangan masyarakat dengan
menggunakan pendekatan keluarga (PIS-PK) sehingga data yang didapatkan
nantinya dapat digunakan untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan
kesehatan bagi masyarakat melalui penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan
dasar. baik Puskesmas maupun sarana pelayanan kesehatan dasar lainnya seperti
Rumah sakit pemerintah, Rumah sakit swasta, Polindes, poskesdes/poskestren,
praktek dokter/klinik, praktek bidan/klinik bersalin dengan tujuan masyarakat
dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang di sesuaikan dengan kemampuan
dan kebutuhan masyarakat, dimana tujuan akhir (outcome) yang diharapkan
adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan, sehingga terjadi peningkatan indeks pembanguanan manusia (IPM).
Salah satu faktor yang mempengaruhi menurunnya keberadaan tenaga
kesehatan di daerah terpencil perbatasan dan kepulauan adalah ketidakmampuan
para tenaga kesehatan bekerja di wilayah tersebut dikarenakan kurangnya
memiliki pengalaman nyata tentang praktik pada kondisi daerah tersebut saat
mengikuti proses pembelajaran praktik. Institusi pendidikan belum memberikan
pengalaman nyata kepada mahasiswa untuk melaksanakan praktik pada
wilayah/daerah terpencil dan kepulauan dengan segala keterbatasan, sehingga
mahasiswa secara mental, pengetahuan dan ketrampilan komunikasi pada proses
pengambilan keputusan masih sangat kurang.
Sebagian besar pembelajaran praktik masih terfokus pada klinik dan
komunitas/ lapangan/ lahan praktik yang terjangkau dengan perkotaan, dengan
kondisi lahan praktik yang memiliki fasilitas/sarana kesehatan yang lengkap.
Sehingga mahasiswa terbiasa praktik pada kondisi yang cukup kondusif. Namun
kenyataan dilapangan khususnya di Provinsi Sulawesi Tengah, Puskesmas pada
wilayah daerah sangat terpencil dan terpencil masih terdapat 157 dengan fasilitas,
sarana dan SDM yang kurang memadai.
Poltekkes Kemenkes Palu Jurusan Kebidanan Prodi DIII Kebidanan Sesuai
Visi dan Misi, Prodi D-III Kebidanan melalui workshop implementasi kurikulum
kebidanan tahun 2014 menyepakati untuk menambahkan “Praktik Daerah
Terpencil, perbatasan dan Kepulauan” sebagai mata kuliah dalam kurikulum
institusional. Hal ini untuk menunjang mata kuliah yang sebelumnya diadopsi
oleh Jurusan Kebidanan yaitu mata kuliah “Ilmu Sosial Budaya Dasar” dengan
harapan mahasiswa dapat memberikan asuhan kebidanan komprehensif kepada
masyarakat dengan pendekatan budaya yang ada di daerah kabupaten DTPK.
Sehubungan dengan hal tersebut, pembelajaran praktik di daerah terpencil
perbatasan dan kepulauan pada Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu
akan dilaksanakan pada mahasiswa tingkat II Semester IV Prodi DIII Kebidanan.
Mengingat pentingnya kegiatan tersebut maka kami sangat mengharapkan agar
seluruh pihak khususnya Pemerintah Daerah Kecamatan Bulagi Utara, Kepala
Puskesmas Sabang, aparat desa, dan pihak-pihak yang terkait kiranya dapat
memberikan bantuan dan menjalin kerja sama yang baik dengan Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu.
Desa Koyobunga Kecamatan Bulagi Utara terletak di Kabupaten Banggai
Kepulauan, sebagian besar mata pencaharian masyarakat sebagai nelayan, berada
didaerah pesisir pantai. Masih kekurangan akses internet, air bersih yang masih
kurang

B. Tinjauan Teori
1. Hidup Bersih Dengan Jamban Sehat

Suatu negara yang sehat berawal dari diri sendiri dan keluarga yang sehat
juga. Banyak fasilitas yang sehat itu harus memiliki peralatan penunjang
kesehatan dan memadai, sehingga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tidak
harus demikian, langkah yang paling sederhana untuk menjaga kesehatan
sekaligus mencegah penyakit adalah hanya dengan melakukan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat atau yang disingkat PHBS. Disini, pengertian PHBS adalah
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri
(mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan.

Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan cerminan pola hidup
keluarga yang memperhatikan dan menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga.
Mencegah lebih baik daripada mengobati, prinsip-prinsip inilah yang menjadi
dasar pelaksanaan Program PHBS. PHBS dapat dilakukan di rumah tangga; di
tempat umum; di sekolah. Dalam artikel ini yang akan dibahas adalah PHBS
dalam lingkungan rumah tangga yang berkaitan dengan penggunaan jamban sehat.
Akses pada sanitasi khususnya pada penggunaan jamban sehat, saat ini memang
masih menjadi masalah serius di banyak negara berkembang, seperti Indonesia.
masih angka buang air besar pada tempat atau open defecation, menjadi salah satu
indikator rendahnya akses ini. Sanitasi sesuai nomenklatur MDGs adalah
pembuangan tinja. Termasuk dalam pengertian ini meliputi penggunaan jenis atau
penggunaan tempat buang air besar, jenis kloset yang digunakan dan jenis tempat
pembuangan akhir tinja. Adapun dampak buruk dari BAB di sembarang tempat
adalah penularan penyakit, mengingat adanya transmisi penyakit dari tinja.

Berbagai penyakit menular seperti hepatitis A, polio, kholera, dan lainnya


merupakan penyakit yang terkait dengan akses penyediaan jamban. Dan sebagai
salah satu indikator utama terjadinya pencemaran karena tinja ini adalah bakteri
E.Coli. Diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya proses penularan penyakit
antara lain kuman penyebab penyakit, sumber infeksi (reservoir) dari kuman
penyebab, cara keluar dari sumber, cara berpindah dari sumber ke inang (host)
baru yang potensial, cara masuk ke inang yang baru, serta inang yang peka
(rentan). Sedangkan proses pemindahan kuman penyakit dari tinja sampai diang
baru dapat melalui berbagai perantara, antara lain udara, tanah, makanan, tangan,
atau serangga.

Fungsi jamban dari aspek kesehatan lingkungan antara lain dapat mencegah
berkembangnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh kotoran manusia.
Sementara dampak utama membuang di sembarang tempat menyebabkan tanah,
udara dan udara menimbulkan bau. Pembuangan tinja yang tidak dikelola dengan
baik dengan dampak mengkawatirkan terutama pada kesehatan dan kualitas udara
untuk rumah tangga maupun keperluan komersial.

2. Jamban Keluarga
a. Pengertian jamban keluarga

Jamban merupakan fasilitas atau sarana pembuangan tinja.


Menurut Kusnoputranto (1997), pengertian jamban keluarga adalah
suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan
suatu kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam tempat
tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak
mengotori permukaan. Sedangkan pengertian lain menyebutkan bahwa
pengertian jamban adalah pengumpulan kotoran manusia di suatu
tempat sehingga tidak menyebabkan bibit penyakit yang ada pada
kotoran manusia dan mengganggu estetika.

Pemanfaatan jamban keluarga sangat penting oleh tingkat


pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA
(jamban keluarga) yaitu tidak membuangnya di tempat terbuka untuk
membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga. Penggunaan
jamban yang baik adalah kotoran yang masuk ke dalam air dengan air
yang cukup, hal ini selalu dilakukan sehabis buang tinja sehingga
kotoran tidak tampak lagi. Secara periodik Bowl, leher angsa dan lantai
jamban dimasukkan dan dipelihara dengan baik, sedangkan pada
jamban cemplung lubang harus selalu ditutup jamban tidak digunakan
lagi, agar tidak ke benda-benda lain. Faktor penting lainnya yang
harus diperhatikan adalah dalam menentukan jarak jamban dan sumber
air bersih, disarankan 10 meter agar air bersih tidak terkontaminasi.
Pemeliharaan jamban keluarga sehat yang baik adalah lantai jamban
selalu bersih dan tidak ada udara, bersihkan jamban secara teratur
sehingga ruang jamban selalu dalam keadaan bersih, didalam jamban
tidak ada terlihat, tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus alat
pembersih dan bila ada perbaikan segera diperbaiki.

b. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga

Jamban bekerja sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban


yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin beberapa hal,
yaitu: melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit; melindungi dari
gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang aman; Bukan
tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit; Perlindungan
pada penyediaan air bersih dan lingkungan .

c. Jamban Komunal

Pada kawasan padat penduduk, aspek kesehatan masyarakat kerap


dipertaruhkan. Jangankan ide rumah yang sehat, jarak antara jamban
dan pusat air bersih pun tidak terpikirkan. Jelas, kondisi ini berpengaruh
buruk pada kesehatan dan kemungkinan penyebab penyakit seperti
diare. Maka dari itu ketersediaan jamban dan penyediaan air bersih.
Dua hal ini sangat berkaitan dengan potensi timbulnya penyakit di
musim panas, seperti diare, demam berdarah, thypus dan infeksi saluran
pernafasan. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar karena kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya sanitasi. Misalnya saja, ada
orang yang BAB di sungai. Ketika air sungai mengering pada musim
panas, kuman dan bakteri pada tinja mungkin berpotensi menularkan
penyakit. Solusi agar masyarakat tidak BAB di sungai adalah dengan
membangun jamban komunal. Misalnya untuk 10 keluarga jambannya
di satu tempat begitu seterusnya. Namun, jamban komunal ini pada
prakteknya mudah. Masyarakat harus memiliki komitmen kuat untuk
terus menjaga keberlangsungan jamban dalam jangka waktu panjang.

Pertimbangan tempat yang akan dijadikan jamban komunal, lalu


bagaimana pengelolaannya, juga jalur septictanknya dimana, iuran
perawatannya seperti apa. Belum lagi ada warga yang suka kebersihan
tapi ada juga yang tidak peduli. Masalah jamban komunal memang
sangat kompleks. Pembangunan Jamban Komunal untuk tujuan tujuan;
Mengurangi pencemaran air dan tanah yang merupakan dampak yang
luas bagi masyarakat sekitar; penyediaan sarana dasar sanitasi yang
layak bagi masyarakat sesuai dengan tujuan MDG's; Peningkatan
Kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap kesehatan sanitasi
lingkungan; Mencegah penyebaran penyakit terutama akibat
pembuangan limbah di sembarang tempat. Sebagai penutup diharapkan
untuk menumbuhkan kesadaran dari dalam diri masyarakat untuk selalu
menggunakan jamban yang sehat tidak merusak lingkungan dan
pencemarannya. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya
masyarakat untuk lebih menghargai sanitasi lingkungan.
BAB II
PENATALAKSANAAN

A. Penyuluhan Persalinan di Faskes


1. Pelaksanaan Kegiatan

Adapun penatalaksaan yang di lakukan, antara lain :

a. Perkenalan antara mahasiswa dan masyarakat di Desa Koyobunga


b. Menjelaskan tentang kegiatan apa yang akan di lakuakan
c. Pembagian leafleat kepada masyarakat yang mengikuti penyuluhan
d. Memberikan evaluasi kepada masyarakat
e. Melaksanakan penyuluhan tentang persalinan difaskes melalui media
leafleat
f. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya mengenai
penyuluhan yang telah di berikan dan di sesi ini tidak ada masyarakat
yang ingin bertanya
g. Penutupan ;

1. Ucapan terimakasih kepada ibu hamil yang telah berpartisipasi


mengikuti penyuluhan
2. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Laporan Pelaksanaan Kegiatan


1. Tahapan persiapan
Pada tahapan ini, kami melakukan penyuluhan di Sd Inpres
Desa koyobunga , yaitu masyarakat dikumpulkan disatu tempat ,
dan kegiatan penyuluhan ini telah di beri izin oleh aparat desa
koyobunga, kegiatan penyuluhan ini berlangsung selama 20 menit,
dengan media penyuluhan berupa liflet, pihak aparat desa
menyatakan dukungannya terkait penyuluhan jamban sehat ,
kegiatan di laksanakan pada tanggal 28 april 2021, yang bertempat
dipolindes desa koyobunga, kecamatan bulagi utara, kabupaten
Banggai Kepulauan. Kegiatan berjalan dengan lancar hingga selesai,
dan tidak ada pertanyaan dari masyarakat

2. Hambatan
Hambatan yang dihadapi meliputi 2 hal sebelum kegiatan (persiapan) dan
pada saat pelaksanaan.
3. Hasil
a. Mengetahui Pengertian Jamban Sehat
b. Mengetahui Syarat Jamban Sehat
c. Mengetahui Bagaimana Pemeliharaan Jamban Sehat
d. Mengetahui Bagaimana Memilih jenis Jamban Sehat
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Telah diadakanya program kerja kelompok 1 yaitu penyuluhan Jamban


Sehat yang dihadiri oleh masyarakat yang ingin mengetahui lebih tentang Jamban
Sehat.

C. Saran

Semoga dengan adanya kegiatan penyuluhan Jamban Sehat, seluruh


masyarakat desa koyobunga lebih bijak dalam mengambil keputusan untuk
menggunakan Jamban Sehat.
DAFTAR PUSTAKA

http://bapelkescikarang.bppsdmk.kemkes.go.id/kamu/kurmod/pengolahanairlimba
h/mi-2b%20modul%20pembuatan%20jamban%20keluarga.pdf
https://dinkes.malangkota.go.id/2016/04/18/menggunakan-jamban-sehat/
Lampiran I
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PERSALINAN DI FASILITAS KESEHATAN (FASKES)

Masalah : Jamban Sehat

Pokok Pembahasan : Jamban Sehat

Sasaran : Masyarakat Desa Koyobunga

Jam : 08 : 00- Selesai

Waktu : 20 Menit

Hari/Tanggal      : Jum’at, 28 mei 2

Tempat : Lapangan SD Inpres


Pemateri : Mahasiswa

A. Latar Belakang

Pelayanan kesehatan yang diamanatkan dalam UUD 1945


adalah pelayanan yang mampu diperoleh oleh seluruh lapisan
masyarakat secara adil, demokrasi, terbuka dan partisipatif,
pemerintah bertanggung jawab serta wajib menyediakannya bagi
seluruh masyarakat indonesia. Salah satu prioritas pembangunan
nasional adalah pembangunan daerah terpencil, perbatasan dan
kepulauan, hal ini di dukung oleh berbagai kebijakan lainnya seperti
perpres No 78 tahun 2005 tentang pengelolaan pulau-pulau kecil
terluar, Renstra Kementrian Kesehatan 2015-2019 No
HK.02.02/MENKES/52/2015 dimana salah satu sasaran pokok
adalah meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar
dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan
melalui tiga pilar utama yaitu pertama pilar paradigma sehat
dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan,
penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat: pilar
kedua penguatan pelayanan kesehatan di lakukan dengan strategi
peningkatan Akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem
rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan
pendekatan continuity of care dan intervensi berbasis resiko
kesehatan; pilar ketiga jaminan kesehatan nasional dilakukan
dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu
dan kendali biaya.
Desa Koyobunga Kecamatan Bulagi Utara terletak di
Kabupaten Banggai Kepulauan, sebagian besar mata pencaharian
masyarakat sebagai nelayan, berada didaerah pesisir pantai. Masih
kekurangan akses internet, air bersih yang masih kurang

B. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan


masyarakat dapat mengerti tentang pentingnya menggunakan Jamban Sehat

C. Tujuan Instruksiona Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan


masyarakat akan dapat menjelaskan tentang:
1. Pengertian Jamban Sehat
2. Syarat Jamban Sehat
3. Bagaimana Pemeliharaan Jamban Sehat
D. Manfaat
Agar masyarakat mengetahui pentingnya menggunakan Jamban Sehat

E. Profil Institusi Tempat Praktik


1. Laporan DTPK diambil dari hasil pendataan yang dilakukan didesa
Koyobunga. Durasi pendataan yang diambil adalah selama 2 minggu 6
hari yaitu pada tanggal 21 Mei - 09 Juni 2021.
2. Mahasiswa melakukan pendataan menggunakan aplikasi ODK.
3. Data yang diambil oleh merupakan data yang menyangkut tentang
kesehatan penduduk dan data yang di perlukan untuk melengkapi data
Desa.
4. Data yang di ambil terfokus pada Desa Koyobunga.
F. Materi Penyuluhan
Terlampir
G. Metode Penyuluhan
1. Penyuluhan
2.  Tanya jawab
H. Media
1. Materi SAP
2. Leaflet

I. Kegiatan penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. 5 menit Pembukaan :
1. Mmemberi salam Menjawab salam
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan Mendengarkan dan
3. Menyebutkan materi/pokok memperhatikan
bahasan yang akan disampaikan
2. 15 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
Menjelaskan materi penyuluhan secara memperhatikan
berurutan dan teratur.
Materi :
1. Pengertian Jamban Sehat
2. Syarat Jamban Sehat
3. BagaimanaPemeliharaan Jamban
Sehat
4. Bagaimana Memilih jenis
Jamban Sehat

3. 5 menit Evaluasi Menyimak dan


-Menyimpulkan inti penyuluhan mendengarkan
-Menyampaikan secara singkat  materi
penyuluhan
-memberi kesempatan kepada
responden untuk bertanya
-memberi kesempatan kepada
responden untuk menjawab
pertantanyaan yang dilontarkan
4. 5 menit Penutup Menjawab salam
-menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
-menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan waktu yanga telah
dibarikan kepada peserta
-Mengucapkan salam
J. Evaluasi
Diharapkan keluarga mampu :
1. Menjelaskan Pengertian Jamban Sehat
2. Menjelaskan Syarat Jamban Sehat
3. Menjelaskan BagaimanaPemeliharaan Jamban Sehat
4. Menejalskan Bagaimana Memilih jenis Jamban Sehat

K. Lampiran Materi
1. Jamban Keluarga
a. Pengertian jamban keluarga

Jamban merupakan fasilitas atau sarana pembuangan tinja.


Menurut Kusnoputranto (1997), pengertian jamban keluarga adalah
suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan
mengumpulkan suatu kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan
dalam tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit
serta tidak mengotori permukaan. Sedangkan pengertian lain
menyebutkan bahwa pengertian jamban adalah pengumpulan
kotoran manusia di suatu tempat sehingga tidak menyebabkan bibit
penyakit yang ada pada kotoran manusia dan mengganggu estetika.

Pemanfaatan jamban keluarga sangat penting oleh tingkat


pengetahuan dan kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA
(jamban keluarga) yaitu tidak membuangnya di tempat terbuka
untuk membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga.
Penggunaan jamban yang baik adalah kotoran yang masuk ke
dalam air dengan air yang cukup, hal ini selalu dilakukan sehabis
buang tinja sehingga kotoran tidak tampak lagi. Secara periodik
Bowl, leher angsa dan lantai jamban dimasukkan dan dipelihara
dengan baik, sedangkan pada jamban cemplung lubang harus
selalu ditutup jamban tidak digunakan lagi, agar tidak ke benda-
benda lain. Faktor penting lainnya yang harus diperhatikan adalah
dalam menentukan jarak jamban dan sumber air bersih, disarankan
10 meter agar air bersih tidak terkontaminasi. Pemeliharaan
jamban keluarga sehat yang baik adalah lantai jamban selalu bersih
dan tidak ada udara, bersihkan jamban secara teratur sehingga
ruang jamban selalu dalam keadaan bersih, didalam jamban tidak
ada terlihat, tidak ada serangga (kecoa, lalat) dan tikus alat
pembersih dan bila ada perbaikan segera diperbaiki.

b. Manfaat dan Fungsi Jamban Keluarga

Jamban bekerja sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan.


Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin
beberapa hal, yaitu: melindungi kesehatan masyarkat dari penyakit;
melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan saran yang
aman; Bukan tempat berkembangnya serangga sebagai vektor
penyakit; Perlindungan pada penyediaan air bersih dan
lingkungan .

c. Jamban Komunal

Pada kawasan padat penduduk, aspek kesehatan masyarakat


kerap dipertaruhkan. Jangankan ide rumah yang sehat, jarak antara
jamban dan pusat air bersih pun tidak terpikirkan. Jelas, kondisi ini
berpengaruh buruk pada kesehatan dan kemungkinan penyebab
penyakit seperti diare. Maka dari itu ketersediaan jamban dan
penyediaan air bersih. Dua hal ini sangat berkaitan dengan potensi
timbulnya penyakit di musim panas, seperti diare, demam
berdarah, thypus dan infeksi saluran pernafasan. Penyakit-penyakit
ini dapat menyebar karena kurangnya kesadaran masyarakat
terhadap pentingnya sanitasi. Misalnya saja, ada orang yang BAB
di sungai. Ketika air sungai mengering pada musim panas, kuman
dan bakteri pada tinja mungkin berpotensi menularkan penyakit.
Solusi agar masyarakat tidak BAB di sungai adalah dengan
membangun jamban komunal. Misalnya untuk 10 keluarga
jambannya di satu tempat begitu seterusnya. Namun, jamban
komunal ini pada prakteknya mudah. Masyarakat harus memiliki
komitmen kuat untuk terus menjaga keberlangsungan jamban
dalam jangka waktu panjang.

Pertimbangan tempat yang akan dijadikan jamban komunal,


lalu bagaimana pengelolaannya, juga jalur septictanknya dimana,
iuran perawatannya seperti apa. Belum lagi ada warga yang suka
kebersihan tapi ada juga yang tidak peduli. Masalah jamban
komunal memang sangat kompleks. Pembangunan Jamban
Komunal untuk tujuan tujuan; Mengurangi pencemaran air dan
tanah yang merupakan dampak yang luas bagi masyarakat sekitar;
penyediaan sarana dasar sanitasi yang layak bagi masyarakat sesuai
dengan tujuan MDG's; Peningkatan Kesadaran masyarakat untuk
peduli terhadap kesehatan sanitasi lingkungan; Mencegah
penyebaran penyakit terutama akibat pembuangan limbah di
sembarang tempat. Sebagai penutup diharapkan untuk
menumbuhkan kesadaran dari dalam diri masyarakat untuk selalu
menggunakan jamban yang sehat tidak merusak lingkungan dan
pencemarannya. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya
masyarakat untuk lebih menghargai sanitasi lingkungan.
Lampiran II

LEAFLET PENYULUHAN JAMBAN SEHAT


Lampiran VI

ABSEN
Lampiran III

DOKUMENTASI KEGIATAN
Selasa, 08 Juni 2021 diakukan penyuluhan Jamban Sehat kepada
masyarakat desa Koyobunga setelah kegiatan senam pagi di lapangan SD
Inpers Koyobunga

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN


DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA, KAB. BANGGAI
KEPULAUAN
“PENYULUHAN IMUNISASI DASAR LENGKAP”

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan


Penyelesaian Praktik Klinik Kebidanan DTPK

Disusun Oleh :

MELDIANA LAHATI (PO7124119024)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun Laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami dengan baik.
Laporan Praktik DTPK di Desa Koyobunga, Kecamatan Bulagi Utara,
Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2021 ini memuat informasi yang ada di
Desa Koyobunga serta pelaksanaan kegiatan sampai dengan pencapaian dalam
rangka penyelesaian program kerja kami.
Kami berterimakasih kepada Bapak Camat Bulagi Utara, Bapak Kepala
Puskesmas Sabang, Bapak Kepala Desa Koyobunga, Aparat Desa Koyobunga,
dan Bidan Desa Koyobunga yang telah membantu kami dalam penyelesaian
program kerja kami, serta Bapak/Ibu Dosen yang telah membimbing kami. Dan
kami juga berterimakasih kepada seluruh masyarakat Desa Koyobunga yang telah
menerima kami dengan baik.
Akhir kata, kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik. Semoga Laporan Praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan
sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada
praktik DTPK selanjutnya.

Koyobunga, Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
C. LATAR BELAKANG...................................................................................
D. TINJAUAN TEORI.......................................................................................
11. Definisi………………………………………………………………….
12. Etiologi …………………………………………………………………
13. Tanda dan Gejala……………………………………………………….
14. Patofisiologi ……………………………………………………………
15. Epdemiologi dan penularan TBC…………..…………………………..
16. Komplikasi……………………………………………………………..
17. Penanganan …………………………………………………………….
18. Tuberkolosis pada
kehamilan……………………………………………
19. Pengaruh Tuberkolosis pada
Janin………………………………………
20. Pengobatan TB pada
kehamilan…………………………………………
BAB II HASIL PENDATAAN SELAMA DTPK.................................................
B. PENYULUHAN TB
PARU…………………………………………………
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PROGRAM KERJA............................
B. LAPORAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN.………………………..
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
C. Kesimpulan....................................................................................................
D. Saran..............................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………
LAMPIRAN 1 SAP
LAMPIRAN 2 LEAFLET
LAMPIRAN 3 ABSEN
LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal dengan sasaran


pada bayi baru lahir sampai usia 11 bulan untuk mencapai kadar
kekebalan di atas ambang perlindungan. Kelengkapan imunisasi
dasar mencakup imunisasi Hepatitis B diberikan dalam 12 jam
setelah lahir sebanyak 1 kali, BCG sebanyak 1 kali, DPT-HB-Hib
sebanyak 3 kali, polio sebanyak 4 kali dan campak sebanyak 1 kali,
sedangkan untuk imunisasi lanjutan dilakukan pada usia 18 bulan
dengan pemberian polio sebanyak 4 kali dan campak sebanyak 1
kali.
Imunisasi BCG dilakukan dengan memberikan vaksin BCG yang
bertujuan memberi kekebalan tubuh terhadap penyakit tuberkulosis,
imunisasi DPT dilakukan dengan pemberian vaksin DPT dengan
tujuan meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit difteri,
pertusis dan tetanus. Imunisasi HB (Hepatitis B) dengan memberikan
vaksin Hepatitis B ke tubuh untuk melindungi tubuh dari penyakit
Hepatitis B. Imunisasi Hib memberikan kekebalan tubuh terhadap
penyakit yang meningitis (radang otak) yang disebabkan bakteri
Haemophilus Influenza type B. Imunisasi polio dengan memberikan
vaksin polio (oral) untuk melindungi tubuh terhadap penyakit polio.
Imunisasi campak dengan tindakan memberikan vaksin campak
untuk melindungi tubuh dari penyakit campak.
Akibat yang ditimbulkan jika tidak mendapatkan imunisasi lengkap
adalah tingginya angka kesakitan dan kematian penyakit antara lain
campak, ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) dan Tuberkulosis.
Pemerintah berusaha menurunkan angka kesakitan penyakit tersebut
dengan pengobatan kasus secara standar dan pentingnya pencegahan
dengan cara imunisasi.
Penelitan mengatakan ada hubungan status imunisasi dengan
kejadian ISPA pada balita. Tuberkulosis adalah suatu penyakit
infeksi yang disebabkan bakteri Mycobacterium Tuberculosis dan
penularan melalui dahak penderita. Penelitian membuktikan ada
hubungan antara pemberian imunisasi BCG dengan kejadian
penyakit TB Paru pada anak dan balita. Campak adalah infeksi akut
yang disebabkan oleh virus campak dan sangat menular, kematian
pada penyakit campak disebabkan karena komplikasinya.Status
imunisasi tidak lengkap pada anak merupakan faktor risiko kejadian
campak.
B. Tinjauan Teori
1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau


meningkatkan kekebalan tubuh seseorang secara aktif terhadap suatu
penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut
tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Permenkes RI 12,
2017).
2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi terutama untuk memberikan perlindungan


terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Menurut
Permenkes RI (2017), program imunisasi di Indonesia memiliki tujuan
umum untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian
akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).
Sedangkan, tujuan khusus dari imunisasi ini diantaranya, tercapainya
cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL) pada bayi sesuai target RPJMN
(target tahun 2019 yaitu 93%), tercapainya Universal Child
Immunization/UCI (prosentase minimal 80% bayi yang mendapat IDL
disuatu desa/kelurahan) di seluruh desa/kelurahan, dan tercapainya
reduksi, eliminasi, dan eradikasi penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi.
2. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengan
menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi, tetapi dapat dirasakan oleh :
a. Anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit
dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila
anak sakit, mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang
nyaman.
c. Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara
(Proverawati, 2010 : 5-6).

4. Jenis Penyelenggaraan Program Imunisasi


Program Imunisasi adalah program yang diwajibkan kepada
seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi
yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat
dicegah dengan Imunisasi. Imunisasi program terdiri dari imunisasi
rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus (Permenkes RI 12,
2017).
a. Imunisasi Rutin
Imunisasi rutin merupakan imunisasi yang dilaksanakan secara
terus menerus dan berkesinambungan yang terdiri dari imunisasi
dasar dan imunisasi lanjutan (Permenkes RI 12, 2017).
1. Imunisasi Dasar merupakan imunisasi awal yang diberikan
kepada bayi sebelum berusia 1 tahun. Pada kondisi ini,
diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara
optimal. Setiap bayi (usia 0-11 bulan) diwajibkan untuk
mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis
Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HB-HiB, 4 dosis polio
tetes, dan 1 dosis campak/MR (Kemenkes RI, 2018).
2. Imunisasi Lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk
menjamin terjaganya tingkat imunitas pada anak baduta, anak
usia sekolah, dan wanita usia subur (Permenkes RI 12, 2017).
Imunisasi lanjutan merupakan ulangan imunisasi dasar untuk
mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang
masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan imunisasi
dasar yaitu dengan diberikan 1 dosis DPT-HB-Hib pada usia 18
bulan dan 1 dosis campak/MR pada usia 24 bulan. Perlindungan
optimal dari pemberian imunisasi lanjutan ini hanya didapatkan
apabila anak tersebut telah mendapatkan imunisasi dasar secara
lengkap (Kemenkes RI, 2018). Imunisasi anak sekolah
merupakan imunisasi lanjutan yang diberikan pada anak usia SD
diberikan pada kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS)
yang diintegrasikan dengan kegiatan UKS. Imunisasi yang
diberikan adalah imunisasi campak, tetanus, dan difteri
(Kemenkes RI, 2018).

b. Imunisasi Tambahan

Imunisasi tambahan merupakan jenis imunisasi tertentu yang


diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko
terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode
waktu tertentu (Kemenkes RI, 2018).
c. Imunisasi Khusus

Imunisasi khusus dilaksanakan untuk melindungi seseorang dan


masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu seperti
persiapan keberangkatan calon jemaah haji/umroh, persiapan
perjalanan menuju atau dari negara endemis penyakit tertentu, dan
15 kondisi kejadian luar biasa/wabah penyakit tertentu (Kemenkes
RI, 2018).
5. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

Menurut buku ajar imunisasi yang disusun oleh pusat pendidikan


dan pelatihan tenaga kesehatan (2014), dijelaskan bahwa terdapat
beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu sebagai
berikut :
a. Tuberculosis (TBC)

Penyakit TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh


Mycobacterium Tuberculosa disebut juga batuk darah yang
ditularkan melalui pernafasan dan melalui bersin atau batuk. Gejala
awal penyakit ini adalah lemah badan, penurunan berat badan,
demam, dan keluar keringat pada malam hari, gejala selanjutnya
yaitu batuk terus menerus, nyeri dada dan mungkin batuk darah,
sedangkan gejala lain timbul tergantung pada organ yang diserang.
Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit TBC adalah
kelemahan dan kematian.
b. Difteri

Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri


Corynebacterium Diphtheriae yang ditularkan melalui kontak fisik
dan pernafasan. Gejala yang timbul berupa radang tenggorokan,
hilang nafsu makan, demam ringan,dalam 2-3 hari timbul selaput
putih kebirubiruan pada tenggorokan dan tonsil. Komplikasi yang
dapat diakibatkan dari penyakit difteri adalah gangguan pernafasan
yang berakibat kematian.

c. Pertusis

Pertusis merupakan penyakit pada saluran pernafasan yang


disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertusis yang ditularkan melalui
percikan ludah (droplet infection) dari batuk atau bersin. Gejala yang
timbul berupa pilek, mata merah, bersin, demam, batuk ringan yang
lama kelamaan menjadi parah dan menimbulkan batuk yang cepat
dan keras. Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit pertusis
adalah Pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian. d.
Tetanus Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin dan ditularkan
melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal
yang timbul berupa kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher,
kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada
bayi terdapat gejala berhenti menetek antara 3-28 hari setelah lahir
dan gejala berikutnya berupa kejang yang hebat dan tumbuh menjadi
kaku. Komplikasi yang dapat diakibatkan dari penyakit tetanus
adalah patah tulang akibat kejang, Pneumonia, infeksi lain yang
dapat menimbulkan kematian.
d. Hepatitis B

Hepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus


hepatitis B yang merusak hati (penyakit kuning). Ditularkan secara
horizontal dari produknya, suntikan yang tidak aman, transfusi darah,
17 melalui hubungan seksual dan secara vertikal dari ibu ke bayi
selama proses persalinan. Gejala yang ditimbul berupa merasa
lemah, gangguan perut, flu, urin menjadi kuning, kotoran menjadi
pucat, dan warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit.
Komplikasi yang diakibatkan dari penyakit hepatitis B adalah
penyakit bisa menjadi kronis yang menimbulkan pengerasan hati
(Cirhosis Hepatitis), kanker hati (Hepato Cellular Carsinoma) dan
menimbulkan kematian.
e. Campak

Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus myxovirus


viridae measles dan ditularkan melalui udara (percikan ludah) dari
bersin atau batuk penderita. Gejala awal yang timbul berupa demam,
bercak kemerahan, batuk, pilek, konjungtivitis (mata merah) dan
koplik spots, selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher,
kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi
yang diakibatkan dari penyakit campak adalah diare hebat,
peradangan pada telinga, infeksi saluran nafas (Pneumonia).
f. Rubella

Rubella atau campak jerman merupakan penyakit yang disebabkan


oleh virus rubella, sebuah togavirus yang menyelimuti dan memiliki
RNA genom untai tunggal. Virus ini ditularkan melalui jalur
pernafasan dan bereplikasi dalam nasofaring dan kelenjar getah
bening serta ditemukan dalam darah 5-7 hari setelah infeksi dan
menyebar ke seluruh tubuh. Gejala rubella pada anak biasanya
berlangsung dua hari yang ditandai dengan ruam awal pada wajah
yang menyebar ke seluruh tubuh. Sedangkan gejala pada anak yang
lebih tua dan orang dewasa gejala tambahan berupa pembengkakan
kelenjar, dingin seperti gejala, dan sakit sendi terutama pada wanita
muda. Masalah serius dapat terjadi berupa infeksi otak dan
perdarahan (Ankas, 2015).
g. Poliomielitis

Poliomielitis merupakan penyakit pada susunan saraf pusat yang


disebabkan oleh virus polio tipe 1, 2, atau 3 dan secara klinis
menyerang anak di bawah usia 15 tahun dan menderita lumpuh layu
akut dengan ditularkan melalui kotoran manusia (tinja) yang
terkontaminasi. Gejala yang timbul berupa demam, nyeri otot dan
kelumpuhan terjadi pada minggu pertama. Komplikasi yang
diakibatkan dari penyakit poliomielitis adalah bisa menyebabkan
kematian jika otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.
h. Radang Selaput Otak

Radang selaput otak (meningitis) adalah penyakit yang disebabkan


oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing, dan protozoa. Penyebab
paling sering adalah virus dan bakteri. Meningitis yang disebabkan
oleh bakteri berakibat lebih fatal dibandingkan meningitis penyebab
lain karena mekanisme kerusakan dan gangguan otak yang
disebabkan oleh bakteri maupun produk bakteri lebih berat.
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan
penderita dan droplet (tetesan) infection yaitu terkena percikan
ludah, dahak, ingus, cairan bersin, dan cairan tenggorokan penderita
(Ariya, 2012). Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala
seperti panas mendadak, letargi, muntah, dan kejang. Diagnosis pasti
ditegakkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal (CSS) melalui
fungsi lumbal. Pada stadium I selama 2-3 minggu ditandai dengan
gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi biasa, stadium II
berlangsung selama 1-3 minggu ditandai dengan gejala penyakit
lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan
sangat gelisah, sedangkan stadium III ditandai dengan kelumpuhan
dan gangguan kesadaran sampai koma. Pada stadium ini penderita
dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat
pengobatan sebagaimana mestinya (Ariya, 2012).
i. Radang Paru-Paru

Radang paru-paru (pneumonia) adalah sebuah penyakit pada paru-


paru dimana (alveoli) yang bertanggungjawab menyerap oksigen dari
atmosfer meradang dan terisi oleh cairan. Radang paru-paru dapat
disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteri,
virus, jamur, atau parasit. Radang paru-paru dapat juga disebabkan
oleh penyakit lainnya, seperti kanker paru-paru atau terlalu
berlebihan minum alkohol. Gejala yang berhubungan dengan radang
paru-paru termasuk batuk, demam. Radang paru-paru terjadi di
seluruh kelompok 20 umur dan merupakan penyebab kematian
peringkat atas di antara orangtua dan orang yang sakit menahun
(Sahroni, 2012).
BAB II
PENATALAKSANAAN

A. Penyuluhan Imunisasi Dasar Lengkap


1. Pelaksanaan Kegiatan

Adapun penatalaksanaan yang dilakukan, antara lain :


b. Perkenalan antara mahasiswa praktek dan peserta penyuluhan
c. Menjelaskan tentang kegiatan apa yang akan di lakukan
d. Pembagian leaflet kepada peserta penyuluhan
e. Memberikan evaluasi kepada peserta penyuluhan
1. Apakah ibu ibu sudah mengetahui apa itu imunisasi?
2. Apa yang terjadi jika bayi tidak di imunisasi?
f. Melaksanakan penyuluhan tentang imunisasi dasar lengkap melalui
media leaflet
g. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya
mengenai penyuluhan yang telah diberikan, dan pada sesi ini tidak
ada ibu ibu yang bertanya
2. Penutup
a. Ucapan terimakasih kepada masyarakat yang telah berpartisipasi
mengikuti penyuluhan
b. Mengucapkan salam sekaligus menutup kegiatan penyuluhan
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Laporan Pelaksanaan Kegiatan


1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, kami melakukan kegiatan penyuluhan di tengah-


tengah kegiatan lomba balita sehat, dimana sasaran penyuluhan yaitu
ibu ibu yang mempunyai bayi dan balita. Kegiatan penyuluhan ini
sudah mendapat izin dari aparat desa dan ibu ibu yang akan menjadi
peserta kegiatan penyuluhan. Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan
pada hari Sabtu, 29 Mei 2021, bertempat di Polindes Desa Koyobunga
dan berlangsung selama 20 menit. Kegiatan ini berjalan dengan lancar
dan mendapat respon yang baik.
2. Hambatan

Hambatan yang dihadapi pada saat pelaksanaan yaitu, ada beberapa


ibu yang belum mengetahui apa yang terjadi jika bayi atau balitanya
tidak di imunisasi, sehingga dalam penyampaian materi membutuhkan
fasilitator dan memberikan pemahaman.
3. Hasil kegiatan

Setelah dilakukan penyuluhan imunisasi ibu ibu desa koyobunga telah :


a.Mengetahui Pengertian Imunisasi
b.MengetahuiTujuan Imunisasi
c.Mengetahui Manfaat Imunisasi
d.Mengetahui Jenis Penyelenggaraan Program Imunisasi
e.Mengetahui Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki dampak


positif karena dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang
pentingnya imunisasi dasar lengkap untuk bayi dan balita untuk
mengurangi angka kematian bayi dan kecacatan.
B. Saran

Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan


tentang imunisasi dasar lengkap, yaitu :
1. Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk lebih memperhatikan
pengetahuan tentang imunisasi dan efek samping serta bahaya jika
tidak mendapat imunisasi.
DAFTAR PUSTAKA

http://repositori.unsil.ac.id/817/3/BAB%20II.pdf

http://eprints.undip.ac.id/61461/5/BAB_I.pdf
LAMPIRAN

Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN IMUNISASI DASAR LENGKAP

Masalah : Imunisasi Dasar Lengkap


Pokok Pembahasan : Imunisasi Dasar Lengkap
Sasaran : Ibu Ibu yang memiliki bayi
Jam : 11:00 WITA s.d Selesai
Waktu : 20 menit
Tanggal : 29 Mei 2021
Tempat : Polindes Desa Koyobunga
Pemateri : Mahasiswa
B. Latar Belakang

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), imunisasi diartikan


“pengebalan” (terhadap penyakit). Kalau dalam istilah kesehatan, imunisasi
diartikan pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu.
Biasanya imunisasi bisa diberikan dengan cara disuntikkan maupun
diteteskan pada mulut anak balita (bawah lima tahun).
C. Tujuan Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan ibu ibu dapat


mengertian tentang pentingnya imunisasi dasar lengkap bagi bayi dan balita.
D. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang imunisasi dasar
lengkap, diharapkan ibu ibu dapat :
1. Pengertian Imunisasi
2. Tujuan Imunisasi
3. Manfaat Imunisasi
4. Jenis Penyelenggaraan Program Imunisasi
5. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
E. Materi Penyuluhan

Terlampir
F. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
G. Media

Leaflet
H. Kegiatan Penyuluhan

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media


Kegiatan

1. Pembukaan 5 Menit 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab Kata-kata/


salam kalimat
2. Memperkenalkan diri
2. Mendengarkan
3. Menyampaikan dan menyimak
tentang tujuan pokok 3. Bertanya
materi mengenai
4. Meyampakaikan perkenalan dan
pokok pembahasan tujuan jika ada
5. Kontrak waktu yang kurang
jelas
2. Pelaksanaan 10 1.Penyampaian Materi 1. Mendengarkan Leaflet
Menit 2.Menjelaskan pengertian dan menyimak
imunisasi dasar lengkap 2. Bertanya
3.Menyebutkan jenis jenis mengenai hal-
imunisasi hal yang belum
4.Mengetahui akibat yang jelas dan
terjadi jika tidak melakukan
dimengerti
imunisasi

3. Penutup 5 1. Tanya jawab 1. Mendengar Kata-kata/


Menit 2. Memberikan 2. Memperhatikan kalimat
kesempatan 3. Menjawab salam
pada
3. peserta untuk
bertanya
4. Mengakhiri
pertemuan dan
5. mengucapkan salam

a) Evaluasi

Diharapkan ibu ibu mampu :


1. Menjelaskan Pengertian Imunisasi
2. Menjelaskan Tujuan Imunisasi
3. Menjelaskan Manfaat Imunisasi
4. Menjelaskan Jenis Penyelenggaraan Program Imunisasi
5. Menjelaskan Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi
I. Lampiran Materi
1. Definisi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), imunisasi diartikan


“pengebalan” (terhadap penyakit). Kalau dalam istilah kesehatan,
imunisasi diartikan pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya
penyakit tertentu. Biasanya imunisasi bisa diberikan dengan cara
disuntikkan maupun diteteskan pada mulut anak balita (bawah lima
tahun).
2. Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi terutama untuk memberikan perlindungan terhadap
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
3. Manfaat Imunisasi

a. Anak, yaitu mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit


dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Keluarga, yaitu menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan
bila anak sakit, mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yakin bahwa anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang
nyaman.
c. Negara, yaitu memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara
(Proverawati, 2010 : 5-6).
4. Jenis Penyelenggaraan Program Imunisasi
Program Imunisasi adalah program yang diwajibkan kepada
seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi
yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat
dicegah dengan Imunisasi. Imunisasi program terdiri dari imunisasi
rutin, imunisasi tambahan, dan imunisasi khusus (Permenkes RI 12,
2017).
4. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi

Menurut buku ajar imunisasi yang disusun oleh pusat pendidikan


dan pelatihan tenaga kesehatan (2014), dijelaskan bahwa terdapat
beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu sebagai
berikut :
a. Tuberculosis (TBC)
b. Difteri
c. Pertutis
d. Hepatitis B
e. Campak
f. Rubella
g. Poliomielitis
h. Radang Selaput Otak
i. Radang Paru-Paru

Lampiran 2

Leaflet Imunisasi Dasar Lengkap


Lampiran 3

Dokumentasi
Selasa, 29 Mei 2021, dilakukan Penyuluhan Imunisasi Dasar Lengkap kepada ibu
ibu yang memiliki bayi dan balita di Polindes Desa Koyobunga, Kecamatan
Bulagi Utara, Kabupaten Banggai Kepulauan
Lampiran 4

Absen Kegiatan Penyuluhan Imunisasi Dasar Lengkap


\

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN


DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA MONTOP KEC. BULAGI UTARA KAB. BANGGAI
KEPULAUAN

“Penyuluhan Tumbuh Kembang”

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan


Penyelesaian Praktik Klinik Kebidanan DTPK

Disusun Oleh :
Suci Pratiwi (PO7124119056)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEBIDANAN RI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpatkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami.

Laporan praktik DTPK di Desa koyobunga Kecamatan Bulagi Utara


Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun 2021 memuat informasi yang ada di Desa
koyobunga serta pelaksanaan kegiatan sampai dengan pencapaian dalam rangka
penyelesaian program kerja kami.

Kami berterimakasih kepada Bapak Camat Bulagi Utara , Bapak Kepala


Puskesmas sabang, Bapak Kepala Desa koyobunga, Aparat Desa koyobunga dan
Bidan Desa koyobunga yang telah membantu kami dalam penyelesaian program
kerja kami, Bapak Ibu dosen yang telah membimbing kami. Dan kami juga
berterimakasih kepada masyarakat Desa koyobunga yang telah menerima kami
dengan baik.

Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik, semoga laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik DTPK
selanjutnya

koyobunga, Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.............................................................................
B. TINJAUAN TEORI.................................................................................

BAB II PENATALAKSANAAN

A. PENYULUHAN TUMBUH KEMBANG

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PROGRAM KERJA

A. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN…………………………

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN........................................................................................
B. SARAN....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

SAP............................................................................................................................

LAMPIRAN...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakan

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang


sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa
yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan per definisi
adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu,
yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran
panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang,termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai
dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan
pematangan fungsi organ/ individu. Walaupun demikian, kedua peristiwa
itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.
Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia
setelah terlahir dari rahim seorang ibu. Sedangkan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, bayi adalah anak yang belum lahir. Bayi adalah anak
berusia 0 – 12 bulan (Husaini, 2002).

Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang
dari lima tahun sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk
dalam golongan ini. Namun faal (kerja alat tubuh semestinya) bagi usia di
bawah satu tahun berbeda dengan anak usia di atas satu tahun, maka anak
di bawah satu tahun tidak termasuk ke dalam golongan yang dikatakan
balita.
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai lima
tahun. Pada masa ini, terjadi pertumbuhan biologis, psikososial,
kognitif, dan spiritual yang begitu signifikan. Kemampuan mereka
dalam mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain, dan
penggunaan bahasa dalam berinteraksi merupakan modal awal anak
dalam mempersiapkan tahap perkembangan berikutnya, yaitu tahap
sekolah. (Whaley dan Wong, 1995).
Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor bawaan dan
lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian
kemampuan perkembangannya juga berbeda tetapi tetap akan
menuruti patokan umum. Sehingga di perlukan kriteria sampai
seberapa jauh keunikan seorang anak tersebut, apakah masih dalam
batas – batas normal/ tidak. Dikenal normal dalam arti medis dan
normal dalam arti stastistik. Yang di maksud normal dalam arti medis
yaitu apabila pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun
inteleg dan kepribadian berlangsung harmonis yang meningkat dan
dapat diramalkan kecepatan serta hasil akhirnya sesuai dengan
kemampuan ginetik.
Sedangkan yang di maksud normal dalam arti statistik adalah
apabila anak tersebut berada dalam batas 2 SD di bawah atau di atas
mean, kurva, sebaran normal menurut Gauss, dimana seorang anak di
bandingkan dengan anak sebayanya. Jadi mungkin saja seorang anak
termasuk abnormal dalam arti statistik tetapi sesungguhnya masih
normal dalam arti medis misalnya : anak dari keluarga yang bertubuh
kecil.
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang
terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan
kecepatan pembelahan, derajat sensivitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.
Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan
yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa, atau bangsa.
Gangguan pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh
faktor genetik ini.
B. Tinjauan Teori
1. Definisi Tumbuh Kembang Bayi, Balita, dan Anak Pra-Sekolah

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang


sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa
yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan per definisi
adalah sebagai berikut:
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun
individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound,
kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam
pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses
pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-
sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkembang,termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai
dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan
dengan pematangan fungsi organ/ individu. Walaupun demikian,
kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.
Bayi adalah masa tahapan pertama kehidupan seorang manusia
setelah terlahir dari rahim seorang ibu. Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, bayi adalah anak yang belum lahir. Bayi
adalah anak berusia 0 – 12 bulan (Husaini, 2002).
Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang
dari lima tahun sehingga bagi usia di bawah satu tahun juga termasuk
dalam golongan ini. Namun faal (kerja alat tubuh semestinya) bagi
usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia di atas satu tahun,
maka anak di bawah satu tahun tidak termasuk ke dalam golongan
yang dikatakan balita.
Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai lima tahun.
Pada masa ini, terjadi pertumbuhan biologis, psikososial, kognitif, dan
spiritual yang begitu signifikan. Kemampuan mereka dalam
mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain, dan penggunaan
bahasa dalam berinteraksi merupakan modal awal anak dalam
mempersiapkan tahap perkembangan berikutnya, yaitu tahap sekolah.
(Whaley dan Wong, 1995).
2. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang

Ciri perkembangan anakproses tumbuh kembang anak mempunyai


beberapa ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Perkembangkan menimbulkan perubahan.

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan.Setiap


pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya.

Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan


sebelum ia mengalami tahapan sebelumnya.
Contoh: seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri,
dan tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh
lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terlambat.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda.
d. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun
perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-
masing anak.
e. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun


demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi
dan lain-lain. Perkembangan mempunyai pola yang tetap
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang
tetap, yaitu:
- Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian
menuju ke arah anggota tubuh
- Perkembangan terjadi lebih dahulu pada kemampuan gerak
kasar diikuti kemampuan gerak halus.
f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.

Tahap perkembangan seorang anak memiliki pola yang teratur dan


berurutan, dan tahapan tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya
anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu
gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan, dan
sebagainya.
Ciri – Ciri Tumbuh Kembang Anak
Tumbuh kembang anak yang sudah mulai sejak konsepsi sampai
dewasa itu mempunyai ciri – ciri tersendiri, yaitu :
a) Tumbuh kembang adalah proses yang kontinue sejak dari
konsepsi sampai maturitas/ dewasa, yang di pengaruhi oleh
faktor bawaan lingkungan.
b) Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan
atau masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang
berlainan di antara organ–organ. Terdapat 3 periode
peryumbuhan cepat adalah pada masa janin , masa bayi, 0-1
th dan masa pubertas.
c) Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,
tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan
lainnya.Contoh : anak akan belajar duduk, sebelum belajar
jalan, tetapi umur saat anak belajar duduk/ berjalan berbeda
antara anak satu dengan lainnya.
d) Perkembangan erat hubungannya dengan aturasi sistem
susunan saraf.Contoh : tidak ada latian yang dapat
menyebabkan anak dapat berjalan sampai sistem saraf siap
untuk itu, tetapi tidak adanya kesempatan praktek akan
menghambat kemampuan ini.
e) Aktifitas seluruh tubuh di ganti respon individu yang
khas.Contoh : bayi akan menggerakkan seluruh
tubuhnya,tangan dan kakinya kalau melihat sesuatu yang
menarik, tetapi pada anak yang lebih besar reaksinya hanya
tertawa atau meraih benda tersebut.
f) Arah perkembangan anak adalah sepalokaudal.Langkah
pertama sebelum berjalan adalah perkembangan
menegakkan kepala.
g) Refleks primitif seperti reflek memegang dan berjalan akan
menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.

Setiap anak adalah individu yang unik, karena


faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka
pertumbuhan dan pencapaian kemampuan
perkembangannya juga berbeda tetapi tetap akan menuruti
patokan umum. Sehingga di perlukan kriteria sampai
seberapa jauh keunikan seorang anak tersebut, apakah
masih dalam batas – batas normal/ tidak. Dikenal normal
dalam arti medis dan normal dalam arti stastistik. Yang di
maksud normal dalam arti medis yaitu apabila pertumbuhan
dan perkembangan baik fisik maupun inteleg dan
kepribadian berlangsung harmonis yang meningkat dan
dapat diramalkan kecepatan serta hasil akhirnya sesuai
dengan kemampuan ginetik.
Sedangkan yang di maksud normal dalam arti
statistik adalah apabila anak tersebut berada dalam batas 2
SD di bawah atau di atas mean, kurva, sebaran normal
menurut Gauss, dimana seorang anak di bandingkan dengan
anak sebayanya. Jadi mungkin saja seorang anak termasuk
abnormal dalam arti statistik tetapi sesungguhnya masih
normal dalam arti medis misalnya : anak dari keluarga yang
bertubuh kecil.
3. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Secara umum, terdapat dua faktor utama yang berpengaruh


terhadap tumbuh kembang anak, yaitu:
1) Faktor genetic

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai


hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi
genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi,
dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai
dengan intensitas dan kecepatan pebelahan, derajat sensivitas
jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya
pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain
adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik,
jenis kelamin, suku bangsa, atau bangsa. Gangguan
pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh
faktor genetik ini.
Sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan
pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik, juga
faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh
kembang anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini dapat
menyebabkan kematian anak-anak sebelum mencapai usia
balita.Disamping itu, banyak penyakit keturunan yang
disebabkan oleh kelainan kromosom, seperti sindrom Down,
sindrom Turner, dll.
2) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan


tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang
cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan,
begitu juga sebaliknya. Lingkungan ini merupakan lingkungan
“bio-fisiko-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap
hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.Faktor
lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi:
1) Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada
waktu masih di dalam kandungan (faktor pranatal).
2) Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak setelah lahir (faktor postnatal).
1. Hasil Penyuluhan tumbuh kembang
Pada hari sabtu, 29 mei 2021 pukul 09.15 Wita dipolindes di
lakukan penyuluhan tumbuh kembang oleh kelompok 1 yang
dihadiri oleh beberapa ibu-ibu desa koyobunga yang ikut
berpartisispasi dalam kegiatan ini.
Penatalaksanaannya :
a) Penyuluhan dilaksanakan pukul 09.15 di polindes desa
Koyobunga
b) Di hadiri oleh beberapa ibu-ibu dan balita desa koyobunga
c) Pemaparan Materi tentang tumbuh kembang
d) Sesi Tanya Jawab
e) Penutup
BAB II
PENATALAKSANAAN

A. Penyuluhan Tumbuh kembang


1. Pelaksanaan Kegiatan

Adapun penatalaksaan yang di lakukan Antara Lain :


1. Perkenalan antara mahasiswa dan Masyarakat desa koyobunga
2. Menjelaskan kegiatan apa yang akan di lakuakan “ Kegiatan
Penyuluhan Tentang Tumbuh Kembang”
3. Pembagian liflet kepada masyarakat yang mengikuti penyuluhan
4. Memberikan evaluasi kepada masyarakat
c. Di sini ibu ibu ada yang tau apa itu tumbuh kembang?
d. Apa penyebab bayi dan balita tidak tumbuh dan tidak
berkembang?
5. Melaksanakan penyuluhan tentang tumbuh kembang melalui media
leafleat.
6. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya
mengenai penyuluhan yang telah di berikan dan di sesi ini tidak
ada masyarakat yang ingin bertanya.
7. Penutupan
c. Ucapan terimakasih kepada masyarakat yang telah
berpartisipasi mengikuti penyuluhan
d. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan.

BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Laporan pelaksanaan kegiatan


1. Tahapan persiapan
Pada tahapan ini, kami melakukan penyuluhan di tengah-tengah
kegiatan lomba, yaitu lomba balita sehat. Di mana sasaran penyuluhann
yaitu ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita yang menghadiri kegiatan
lomba balita sehat, seperti para supporter dan peserta lomba balita
sehat, dan kegiatan penyuluhan ini telah di beri izin dari oleh aparat
desa koyobunga, kegiatan penyuluhan ini berlangsung selama 20 menit,
dengan media penyuluhan berupa liflet, pihak aparat desa menyatakan
dukungannya terkait penyuluhan tumbuh kembng, kegiatan di
laksanakan pada tanggal 29 mei 2021, yang bertempatan di polindes
desa koyobunga, kecamatan bulagi utara, kabupaten Banggai
Kepulauan. Kegiatan berjalan dengan lancar hingga selesai, dan tidak
ada pertanyaan dari masyarakat.
2. Hambatan

Hambatan yang dihadapi meliputi 2 hal sebelum kegiatan (persiapan)


dan pada saat pelaksanaan. Sebagian besar masyarakat tidak
mengetahui tentang apa itu tumbuh kembang dan apa saja penyebabnya.
sehingga dalam penyampaian materi membutuhkan fasilitator untuk
memberikan pemahaman.
3. Hasil kegiatan

Pada hari sabtu, 29 mei 2021 pukul 09.15 Wita dilapangan, di


lakukan penyuluhan tumbuh kembang oleh kelompok 1 yang dihadiri
oleh beberapa ibu-ibu bersama dengan anak-anak bayi dan anak balita
di desa koyobunga yang ikut berpartisispasi dalam kegiatan ini.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki


dampak positif karena dapat meningkatkan Kesadaran para ibu
betapa pentingnya memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan
bayi dan balita, apa saja penyebab balita tidak tumbuh dan
berkembang. sehingga para ibu agar lebih memperhatikan
pentingnya asupan gizi untuk bayi dan balita agar pertumbuhan dan
perkembangannya tidak terhambat.

B. SARAN
Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan
tentang Penyuluhan Tumbuh Kembang antara lain :
1. Di sarankan untuk para ibu dapat memperhatikan, menambah
wawasa, tentang perkembangan anak meliputi gerak kasar, gerak
halus, bicara dan bahasa, serta sosial kemandirian.
2. Khusus untuk anakyg di kategorikan anak stunting perlu di
perhatikan secara terus di stimulasi pertubuhan dan
perkembangannyapada domain kemandiriannya.
3. Di harapkan ibu mengetahui cara dan dapat menstimulasi
perkembangan anak sesuai dengan usiannya.

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2244/6/CHAPTER%20V.pdf
Lampiran I

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


TUMBUH KEMBANG

Masalah : Tumbuh Kembang

Pokok Pembahasan : Tumbuh Kembang

Sasaran : Ibu-Ibu Yang Memiliki Bayi Dan Balita

Jam : 09.15- Selesai

Waktu : 20 Menit

Tanggal : 29 mei 2021

Tempat : Polindes desa koyobunga

Pemateri : Mahasiswa
A. Latar Belakang
Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif yaitu,
bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi, pada tingkat sel, organ, maupun individu
dan proses pertumbuhan dan perkembangan diawali pada masa bayi dan balita,
dan ini merupakan proses yang amat penting, karena pada masa inilah proses
tumbuh kembang menetukan masa depan bayi baik secara fisik, mental maupun
prilaku. Laju pertumbuhan dan perkembangan pada setiap tahapan usia tidak
selalu sama, tergantung dari factor keturunan, komsumsi gizi, perlakuan orang tua
dan dewasa, dan lingkungan sekitar.
Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang pentingnya tumbuh kembang
bayi dan balita, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
balita.
B. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan
masyarakat desa Koyobunga dapat mengerti tentang pentingnya memperhatikan
tumbuh kembng bayi dan balita.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan
masyarakat akan dapat menjelaskan tentang:
1.  Pengertian tumbuh kembang
2.  Tujuan dan Manfaat tumbuh kembang
3. ciri-ciri tumbuh kembang
4. faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang

D. Materi penyuluhan
Terlampir

E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab

F. Media
Leaflet

G. Kegiatan penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
Mmemberi salam Menjawab salam
2.   Menjelaskan tujuan penyuluhan Mendengarkan dan
3.   Menyebutkan materi/pokok bahasan memperhatikan
yang akan disampaikan
2. 15 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
Menjelaskan materi penyuluhan secara memperhatikan
berurutan dan teratur.
Materi :
1. - Pengertian tumbuh
kembang
– - tujuan dan Manfaat tumbuh kembang
- ciri-ciri tumbuh kembang
- faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang

3. 5 menit Evaluasi Menyimak dan


-Menyimpulkan inti penyuluhan mendengarkan
-Menyampaikan secara singkat  materi
penyuluhan
-memberi kesempatan kepada responden
untuk bertanya

4. 5 menit Penutup Menjawab salam


-menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
-menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan waktu yanga telah
dibarikan kepada peserta
-Mengucapkan salam

H.   Evaluasi
Diharapkan keluarga mampu :
1. Menjelaskan pengertian tumbuh kembang
2. Menjelaskan ciri-ciri tumbuh kembang
3. Mengerti tentang factor hambatan tumbuh kembang anak
I. Lampiran Materi
1. Definisi Tumbuh Kembang Bayi, Balita, dan Anak Pra-Sekolah

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya


berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan
dan perkembangan. Sedangkan pengertian mengenai apa yang dimaksud
dengan pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah sebagai
berikut:
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,
meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan sistem organ yang berkembang,termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya.
2. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang
a. Perkembangkan menimbulkan perubahan.
b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya.
c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda.
d. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-
beda, baik dala
e. pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan
perkembangan pada masing-masing anak.
f. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan.

Perkembangan mempunyai pola yang tetap Perkembangan fungsi organ


tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu:
1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju
ke arah anggota tubuh
2) Perkembangan terjadi lebih dahulu pada kemampuan gerak kasar
diikuti kemampuan gerak halus.
3. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Secara umum, terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang anak, yaitu:
a. Faktor genetic

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir


proses tumbuh kembang anak.
b. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau


tidaknya. sampai akhir hayatnya.Faktor lingkungan ini secara garis
besar dibagi menjadi:
1) Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di
dalam kandungan (faktor pranatal).
2) Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
setelah lahir (faktor postnatal).

Lampiran II
Leaflet tumbuh kembang
Lampiran III
Dokumentasi
Sabtu, 29 mei 2021, di lakukan penyuluhan tumbuh kembang kepada ibu-ibu
yang memiliki bayi dan balita desa koyobunga di tengah-tengah kegiatan
lomba mewarnai untuk balita.
Lampiran IV
ABSEN
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN
DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA KAB. BANGGAI
KEPULAUAN

“PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF”

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan


Penyelesaian Praktik Plinik Kebidanan DTPK

Disusun Oleh :
Gledis Veronika (PO7124119022)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpatkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami.

Laporan praktik DTPK di Desa Paisuluno Kecamatan Bulagi Utara


Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun 2021 memuat informasi yang ada di Desa
Paisuluno serta pelaksanaan kegiatan sampai dengan pencapaian dalam rangka
penyelesaian program kerja kami.

Kami berterimakasih kepada Bapak Camat Bulagi Utara , Bapak Kepala


Puskesmas sabang, Bapak Kepala Desa Paisuluno, Aparat Desa Paisulunno dan
Bidan Desa Paisuluno yang telah membantu kami dalam penyelesaian program
kerja kami, Bapak Ibu dosen yang telah membimbing kami. Dan kami juga
berterimakasih kepada masyarakat Desa Montop yang telah menerima kami
dengan baik.

Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik, semoga laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik DTPK
selanjutnya

Koyobunga Juni 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................

DAFTAR ISI.............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................

A. LATAR BELAKANG...................................................................................
B. TINJAUAN TEORI........................................................................................
1. Pengertian Asi Ekslusuf.............................................................................
2. Manfaat Pemberian Asi Ekslusuf..............................................................
3. Komposisi dan zat gizi yang terkandung dalam asi...................................
4. Kebaikan Asi dan Menyusui......................................................................
5. Tanda Cukup Asi.......................................................................................
BAB II PENATALAKSANAAN...........................................................................
A. Penyuluhan Asi ekklusif.................................................................................
B. Penutup...........................................................................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PROGRAM KERJA...........................
A. Tahapan persiapan .........................................................................................
B. Hambatan.......................................................................................................
C. Hasil kegiatan.................................................................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................
A. KESIMPULAN..............................................................................................
B. SARAN..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................
A. Satuan Acara Penyuluhan..............................................................................
B. Leaflet............................................................................................................
C. Dokumentasi..................................................................................................
D. Absen..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI dari seorang ibu kepada bayinya
sampai dengan 4-6 bulan pertama tanpa tambahan makanan apapun. Jadi
hanya diberikan ASI saja selama 4-6 bulan tanpa tambahan seperti
susu formula, madu, air putih, sari buah, biskuit atau bubur bayi. Karena
manfaat ASI begitu besar baik itu manfaat pemberian ASI bagi ibu maupun
manfaat pemberian ASI bagi bayi itu sendiri.
Manfaat asi ekslusif : Pemberian ASI merupakan metode pemberian
makan bayi yang terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan,
selain juga bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan
yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama
kehidupannya

B. Tinjauan Teori

1. Pengertian ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,
laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu,
yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif adalah
pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi
berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam
tahap ASI eksklusif ini.ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan
terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan
pertama.ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama bagi
bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal.Pada tahun
2001 World Health Organization / Organisasi Kesehatan Dunia
menyatakan bahwa ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidup bayi
adalah yang terbaik.Dengan demikian, ketentuan sebelumnya (bahwa ASI
eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.
2. Manfaat pemberian ASI eksklusif
a. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang
terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga
bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang
dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama
kehidupannya.
b. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan utama
bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi. Guna
memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI).
c. Mengurangi resiko bayi terkena diare dan muntah.
d. Komposisi ASI ideal untuk bayi.
e. Mengurangi kemungkinan terkena infeksi pada dada dan telinga,
mengurangi resiko penyakit kulit, mengurangi kemungkinan terkena
sembelit, sehingga berkurang juga kemungkinan bayi dirawat di rumah
sakit.
f. Mengurangi kemungkinan bayi mengalami masalah kegemukan di saat
dewasanya sehingga juga mencegah penyakit diabetes dan penyakit
yang terkait kegemukan.
g. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu
sapi adalah yang terbaik untuk sapi. Sehingga tentunya komposisi ASI
berbeda dengan komposisi susu formula.
3. Komposisi& zat gizi yang terkandung dalam ASI
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik yang diberikan ibu
kepada bayinya. Komposisi ASI berubah menurut stadium penyusuan
(kolostrum, susu peralihan, susu matur) yang sesuai dengan kebutuhan
bayi pada stadium itu, dan tidak dapat ditiru  dengan pemberian susu
formula.
Komposisi zat-zat yang terkandung dalam ASI adalah karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral dan air dengan komposisi yang seimbang
dan sesuai dengan kebutuhan bayi.ASI mengandung 200 zat gizi dan
memberikan kekebalan buat bayi hingga 20 kali lipat.Zat-zat itu antara
lain putih telur, lemak, protein, karbohidrat, vitamin, mineral, hormon
pertumbuhan, berbagai enzim dan zat kekebalan.
4. Kebaikan Asi dan Menyusui 

ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai berikut:

a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,


ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang ideal
sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
b. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu
buatan.

Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat. yang


bermanfaat untuk:
1) Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
2) Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
3) Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
4) Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti calsium,
magnesium.
c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi
selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme,
Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus,
Lactoferrin.
d. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan
alergi pada bayi.
e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu
dan bayi.

Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga


dapat memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
1) Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan
“kehidupan” kepada bayinya.
2) Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit
yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan
anak.
3) Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat
menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil
4) Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
5) Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk
beberpa bulan (menjarangkan kehamilan)
6) Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan
datang.
7) Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan, sehingga
8) Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan
berikutnya
9) Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak
membutuhkan zat besisebanyak ketika mengalami menstruasi
10) Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui
enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding ibu yang menyusui
empat bulan.
5. Tanda cukup ASI
Banyak ibu yang kurang memperhatikan apakah bayinya sudah
cukup mendapatkan ASI, atau bahkan banyak juga ibu yang bingung
dengan berapa banyakatau berapa sering pemberian ASI yang baik
itu.Oleh karena itu, berbagai tanda dibawah ini dapat dijadikan pedoman
untuk mengevaluasi kecukupan pemberian ASI, yaitu :
a. Bayi menunjukan kzeinginan dan gairah yang kuat untuk bangun
secara teratur untuk menyusui.
b. Irama hisapan yang ritmis dan teratur, bagian depan telinga bayi akan
terlihat sedikit bergerak dan ibu bisa mendengar bayinya menghisap
dan menelan ASI yang diberikan.
c. Berikan ASI selama rata-rata 15-20 menit pada masng-masing
payudara setiap menyusui.
d. Berikan ASI setidaknya setiap 1-3 jam selama dua bulan pertama.
Disarankan juga untuk membangunkan bayi setiap 2-3 jam untuk
memberikan ASI selama beberapa minggu awal. Setelah lebih dari dua
bulan bayi akan mampu menghabiskan ASI lebih cepat, maka
pemberian ASI dilakukan lebih jarang hingga setiap 3-5 jam dan durasi
menyusui menjadi lebih singkat.
e. Bayi ngompol hingga 6-8 kali menandakan masukan cairan yang
cukup.
f. Bayi tubuh dengan kecepatan pertumbuhan yang normal, mengalami
peningkatan berat, tinggi badan, dan ukuran lingkar kepala.
g. Memiliki tonus otot yang baik, kulit yang sehat dan warna kulit yang
sehat pula
BAB II

PENATALAKSANAAN

A. Pelaksanaan Kegiatan
Adapun penatalaksaan yang di lakukan antara lain :
1. Perkenalan antara mahasiswa dan masyarakat desa.
2. Peserta pada kegiatan ini adalah ibu hamil dan ibu menyusui yang ada di
Desa Koyobunga
3. Kegiatan ini berlangsung pada hari Sabtu, 29 Mei 2021 pukul 11.30 Wita
s.d Selesai
4. Menjelaskan kegiatan apa yang akan di lakuakan “ Kegiatan penyuluhan
tentang Asi Eksklusif”
5. Pembagian laeflet kepada masyarakat yang mengikuti penyuluhan
6. Memberikan evaluasi kepada masyarakat Desa Koyobunga
a. Di sini ibu ibu ada yang tau apa itu Asi Eksklusif?
b. Apa manfaat dari Asi Eksklusif?
7. Melaksanakan penyuluhan tentang hipertensi melalui media leafleat.
8. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya mengenai
penyuluhan yang telah di berikan, dan di sesi ini tidak ada masyarakat
yang bertanya.
B. Penutupan
1. Ucapan terimakasih kepada masyarakat yang telah berpartisipasi
mengikuti penyuluhan
2. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan.
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Laporan Pelaksanaan Kegiatan


1. Tahapan Persiapan
Pada hari Sabtu, 29 Mei 2021 di Polindes Desa Koyobunga dilakukan
penyuluhan tentang Asi Eksklusif kegiatan penyuluhan ini berlangsung
selama 20 menit. dengan media penyuluhan berupa leaflet. Yang menjadi
sasaran dari penyuluhan ini adalah ibu hamil dan ibu menyusui yang ada di
Desa Koyobunga. Para ibu sangat antusias dalam mengikuti penyuluhan yang
kami laksanakan dan mengatakan sudah mengerti tentang Asi Ekslusif.
Kegiatan berjalan dengan lancar hingga selesai dan tidak ada pertanyaan.
2. Hambatan
Dalam penyuluhan tentang Asi Ekslusif tidak ada hambatan, semua
masyarakat mengerti dengan penyuluhan yang di berikan dan kegiatan
berjalan dengan baik

3. Hasil kegiatan
Setelah dilakukan penyuluhan Asi Ekslusif para ibu Desa Koyobunga
telah:
a. Mengetahui pengertian Asi ekslusif
b. Mengetahui manfaat Asi Ekslusif
c. Mengetahui komposisi dan zat gizi yang terkadung dalam Asi
d. Mengetahui kebaikan Asi dan Menyusui
e. Mengetahui tanda cukup Asi
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki dampak positif
karena dapat meningkatkan pengetahuan ibu-ibu tentang penting nya pemberian
Asi Eksklusif bagi bayi dan apa saja manfaat yang di dapatkan dari pemberian Asi
ekslusif bagi bayi . sehingga ibu ibu lebih paham tentang Asi Eksklusif dan dapat
memberikan Asi Ekslusif bagi bayi nya.

B. SARAN
Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan tentang
1. Perlu peningkatan penyuluhan kesehatan secara umum khususnya tentang
ASI dan menyusui kepada masyarakat, khususnya kepada ibu hamil
tentang gizi dan perawatan payudara selama masa kehamilan, sehingga
produksi ASI cukup.
2. Perlu ditingkatkan peranan tenaga kesehatan baik di rumah sakit, klinik
bersalin, Posyandu di dalam memberikan penyuluhan atau petunjuk
kepada ibu hamil, ibu baru melahirkan dan ibu menyusui tentang ASI dan
menyusui.
DAFTAR PUSTAKA

http://tamannya-hati.blogspot.com/2012/12/manfaat-pemberian-asi.html

Purwanti. 2004. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Bandung : Cendekia.


Roesli, U. 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Asuhan kebidanan nifas. Yogyakarta: mitra cendikia (hlm: 11-17)


Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSLUSIF

Masalah : Penting nya Pemberian Asi Ekslusif

Pokok Pembahasan : Asi Ekslusif

Sasaran : Ibu hamil dan Ibu menyusui

Jam : 11.30 Wita-Selesai

Waktu : 20 Menit

Tanggal : 29 Mei 2021

Tempat : Polindes

Pemateri : Mahasiswa

A. Latar Belakang
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI dari seorang ibu kepada bayinya
sampai dengan 4-6 bulan pertama tanpa tambahan makanan apapun. Jadi
hanya diberikan ASI saja selama 4-6 bulan tanpa tambahan seperti
susu formula, madu, air putih, sari buah, biskuit atau bubur bayi. Karena
manfaat ASI begitu besar baik itu manfaat pemberian ASI bagi ibu
maupun manfaat pemberian ASI bagi bayi itu sendiri.
B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan ibu hamil dan ibu
menyusui mengetahui apa manfaat dari Asi Ekslusuf.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang Asi Ekslusif,
diharapkan ibu hamil dan ibu menyusui dapat :
1. Menjelaskan pengertian Asi ekslusif
2. Mengetahui manfaat Asi Ekslusif
3. Mengetahui komposisi dan zat gizi yang terkadung dalam Asi
4. Menjelaskan kebaikan Asi dan Menyusui
5. Mengetahui tanda cukup Asi
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
E. Metode Penyuluhan
Ceramah

F. Media
Leaflet
G. Kegiatan penyuluhan

No Tahap Wakt Kegiatan Sasaran Media


u Penyuluhan
Kegiatan
1. Pembukaan 11.30 1. Mengucapkan 1. Menjawab Kata-
salam salam kata/
kalimat
2. Memperkenalkan 2. Mendengarkan
diri dan menyimak

3. Menyampaikan 3. Bertanya
tentang tujuan mengenai
pokok materi perkenalan dan
tujuan jika ada
4. Meyampakain yang kurang
pokok Jelas
pembahasan

5. Kontrak waktu
2. Pelaksanaan 11.40 1. Penyampaian 1. Mendengarkan dan Leaflet
materi menyimak

2. Menjelaskan 2. Bertanya
pengertian Asi mengenai hal- hal
ekslusif yang belum jelas
dan dimengerti
3. manfaat Asi
Ekslusif

4. Menjelaskan
komposisi dan
zat gizi yang
terkadung dalam
Asi

5. kebaikan Asi dan


Menyusui

6. Menjelaskan
tanda cukup Asi

3. Penutup 1. Tanya jawab 1. Mendengar Kata-kata/


2. Memperhatikan
kalimat
11.50 2. Memberikan 3. Menjawab salam
kesempatan pada
peserta untuk
bertanya

3. Mengakhiri
pertemuan dan

4. mengucapkan
salam

H. Evaluasi
Diharapkan Keluarga mampu :
1. Menjelaskan pengertian Asi ekslusif
2. Mengetahui manfaat Asi Ekslusif
3. Mengetahui komposisi dan zat gizi yang terkadung dalam Asi
4. Menjelaskan kebaikan Asi dan Menyusui
5. Mengetahui tanda cukup Asi
I. Lampiran Materi
1. Pengertian ASI ekslusif
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar
mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bagi bayinya. ASI eksklusif
adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak
diberikan dalam tahap ASI eksklusif ini.
2. Manfaat pemberian ASI eksklusif
a. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang
terbaik, terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga
bermanfaat bagi ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan
yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan
pertama kehidupannya.
b. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan
utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi.
Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah
dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
c. Mengurangi resiko bayi terkena diare dan muntah.
d. Komposisi ASI ideal untuk bayi.
e. Mengurangi kemungkinan terkena infeksi pada dada dan telinga,
mengurangi resiko penyakit kulit, mengurangi kemungkinan terkena
sembelit, sehingga berkurang juga kemungkinan bayi dirawat di
rumah sakit.
f. Mengurangi kemungkinan bayi mengalami masalah kegemukan di
saat dewasanya sehingga juga mencegah penyakit diabetes dan
penyakit yang terkait kegemukan.
g. ASI disesuaikan secara unik bagi bayi manusia, seperti halnya susu
sapi adalah yang terbaik untuk sapi. Sehingga tentunya komposisi
ASI berbeda dengan komposisi susu formula.
3. Komposisi& zat gizi yang terkandung dalam ASI
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik yang diberikan ibu
kepada bayinya. Komposisi ASI berubah menurut stadium penyusuan
(kolostrum, susu peralihan, susu matur) yang sesuai dengan kebutuhan
bayi pada stadium itu, dan tidak dapat ditiru  dengan pemberian susu
formula.
Komposisi zat-zat yang terkandung dalam ASI  adalah karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral dan air dengan komposisi yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan bayi.ASI mengandung 200 zat
gizi dan memberikan kekebalan buat bayi hingga 20 kali lipat.Zat-zat
itu antara lain putih telur, lemak, protein, karbohidrat, vitamin,
mineral, hormon pertumbuhan, berbagai enzim dan zat kekebalan.
4. Kebaikan Asi dan Menyusui 

ASI sebagai makanan bayi mempunyai kebaikan/sifat sebagai


berikut:
a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,
ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang
ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
b. ASI mengadung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan
susu buatan.

1) Didalam usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat.


yang bermanfaat untuk:
2) Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
3) Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat
menghasilkan asam organik dan mensintesa beberapa jenis
vitamin.
4) Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
5) Memudahkan penyerahan herbagai jenis mineral, seperti
calsium,
magnesium.
c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi
bayi selama 5-6 bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme,
Complemen C3 dan C4, Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus,
Lactoferrin.
d. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan
alergi pada bayi.
e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara
ibu dan bayi.

f. Selain memberikan kebaikan bagi bayi, menyusui dengan bayi juga


dapat memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
1) Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan
“kehidupan” kepada bayinya.
2) Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak
kulit yang erat, bagi perkembangan psikis dan emosional antara
ibu dan anak.
3) Dengan menyusui bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat
menyebabkan pengembalian keukuran sebelum hamil
4) Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
5) Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk
beberpa bulan (menjarangkan kehamilan)
6) Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan
datang.
7) Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan,
sehingga
8) Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda
kehamilan berikutnya:
a) Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak
membutuhkan zat besisebanyak ketika mengalami menstruasi
b) Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu
menyusui enam bulan lebih langsing setengah kg dibanding
ibu yang menyusui empat bulan.
5. Tanda cukup ASI
Banyak ibu yang kurang memperhatikan apakah bayinya sudah
cukup mendapatkan ASI, atau bahkan banyak juga ibu yang bingung
dengan berapa banyakatau berapa sering pemberian ASI yang baik
itu.Oleh karena itu, berbagai tanda dibawah ini dapat dijadikan pedoman
untuk mengevaluasi kecukupan pemberian ASI, yaitu :
a. Bayi menunjukan kzeinginan dan gairah yang kuat untuk bangun
secara teratur untuk menyusui.
b. Irama hisapan yang ritmis dan teratur, bagian depan telinga bayi akan
terlihat sedikit bergerak dan ibu bisa mendengar bayinya menghisap
dan menelan ASI yang diberikan.
c. Berikan ASI selama rata-rata 15-20 menit pada masng-masing
payudara setiap menyusui.
d. Berikan ASI setidaknya setiap 1-3 jam selama dua bulan pertama.
Disarankan juga untuk membangunkan bayi setiap 2-3 jam untuk
memberikan ASI selama beberapa minggu awal. Setelah lebih dari
dua bulan bayi akan mampu menghabiskan ASI lebih cepat, maka
pemberian ASI dilakukan lebih jarang hingga setiap 3-5 jam dan
durasi menyusui menjadi lebih singkat.
e. Bayi ngompol hingga 6-8 kali menandakan masukan cairan yang
cukup.
f. Bayi tubuh dengan kecepatan pertumbuhan yang normal, mengalami
peningkatan berat, tinggi badan, dan ukuran lingkar kepala.
g. Memiliki tonus otot yang baik, kulit yang sehat dan warna kulit yang
sehat pula
Lampiran 2
Leaflet Penyuluhan Asi Eksklusif
Lampiran 3

DOKUMENTASI

Sabtu, 29 Mei 2021 dilakukan penyuluhan Asi Eksklusif kepada masyarakat Desa
Koyobunga tengah-tengah lomba balita sehat di Polindes Desa Koyobunga
Lampiran 4

ABSEN
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN
DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA KAB. BANGGAI
KEPULAUAN

“ PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK ”

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan


Penyelesaian Praktik Klinik Kebidanan DTPK

Disusun Oleh :
Suci Pratiwi (PO7124119056)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpatkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami.

Laporan praktik DTPK di Desa koyobunga Kecamatan Bulagi Utara


Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun 2021 memuat informasi yang ada di Desa
koyobunga serta pelaksanaan kegiatan sampai dengan pencapaian dalam rangka
penyelesaian program kerja kami.

Kami berterimakasih kepada Bapak Camat Bulagi Utara , Bapak Kepala


Puskesmas sabang, Bapak Kepala Desa koyobunga, Aparat Desa koyobunga dan
Bidan Desa koyobunga yang telah membantu kami dalam penyelesaian program
kerja kami, Bapak Ibu dosen yang telah membimbing kami. Dan kami juga
berterimakasih kepada masyarakat Desa koyobunga yang telah menerima kami
dengan baik.

Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik, semoga laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai
pertanggung jawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik
DTPK selanjutnya.

koyobunga, Juni 2021


Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..

DAFTAR ISI……………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….

A. LATAR BELAKANG.............................................................................
B. TINJAUAN TEORI.................................................................................

BAB II PENATALAKSANAAN…………………………………………………..

A. PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK……………………………...

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PROGRAM KERJA……………………

A. LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN…………………………..

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN,…………………………………………..

A. KESIMPULAN…………………………………………………………
B. SARAN....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

SAP............................................................................................................................

LAMPIRAN...............................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok yang di


lakukan dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan
yang tidak bisa di hindari bagi orang yang mengalami
kecenderungan terhadap rokok. Rokok merupakan salah satu bahan
adiktif artinya dapat menimbulkan ketergantungan bagi pemakai atau
pengunanya.
Mengapa rokok begitu berbahaya dan apa saja efek negatif lainnya dari
rokok? Bahaya merokok dapat ditimbulkan dari kandungan-kandungan yang
terdapat pada sebatang rokok.
Lebih dari 4000 bahan kimia terdapat di dalamnya. Setidaknya, 60 dari
bahan kimia tersebut mampu menyebabkan kanker.

Zat yang ditambahkan ke dalam bahan bakar minyak ini bisa


merusak sel pada tingkat genetik. Zat ini juga dikaitkan dengan
berbagai jenis kanker seperti kanker ginjal dan leukimia.
Selain bahan-bahan di atas, masih banyak kandungan zat kimia
beracun pada sebatang rokok seperti arsenic (digunakan dalam
pestisida), formalin atau formaldehyde (digunakan untuk
mengawetkan mayat), hydrogen cyanide (digunakan untuk membuat
senjata kimia), dan amonia.
Ketika Anda merokok, Anda akan lebih mungkin terkena serangan
jantung. Perokok berisiko dua hingga empat kali lebih tinggi menderita
penyakit jantung. Risiko lebih tinggi lagi jika Anda perokok wanita yang
sedang mengonsumsi pil KB.
Saat merokok, Anda memasukkan zat-zat berbahaya yang bisa
berdampak buruk bagi tubuh, khususnya jantung, contohnya zat nikotin.
Ketika nikotin masuk ke tubuh, zat itu bisa mengurangi kadar oksigen
yang dapat masuk ke darah. Zat yang bersifat candu ini juga bisa
mempercepat detak jantung, menaikkan tekanan darah, merusak
pembuluh darah dalam jantung, dan meningkatkan kemungkinan
terjadinya penggumpalan darah yang bisa memicu serangan jantung.
Begitu juga dengan akibat-akibat buruk terhadap organ tubuh yang
lainnya. Bahaya merokok juga bisa dirasakan oleh orang yang tidak
merokok sama sekali. Asap rokok bisa menyebabkan penyakit jantung
dan kanker paru-paru pada perokok pasif, yaitu orang yang tidak
merokok namun tetap menghirup asapnya.
Selain penyakit pada fisik, perokok juga mengalami tingkat stres
yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak merokok. Selama ini
mungkin Anda mengira merokok bisa membuat lebih rileks. Anda
menganggap kandungan nikotin bisa menenangkan pikiran Anda, tapi
ternyata itu salah. Yang membuat perokok gelisah dan cemas adalah
gejala putus obat terhadap nikotin. Dengan merokok, kecanduan
terhadap nikotin akan terpenuhi dan perokok merasa seperti rokok
tersebut menurunkan stres.
Memang tidak semua perokok akan meninggal karena penyakit
jantung, kanker paru-paru, atau stroke, namun kebiasaan merokok bisa
sangat mengganggu kesehatan dan mengurangi kualitas hidup Anda.
Bahaya merokok yang bisa Anda rasakan sehari-hari adalah batuk-batuk,
sesak napas, lebih mudah lelah, lebih rentan terhadap infeksi, atau
mengalami gangguan tidur yang ditandai dengan sulit bernapas pada
malam hari kemudian merasa kelelahan di pagi hari.
Mungkin Anda sudah terbiasa mendengar bahaya merokok
terhadap tubuh, namun Anda tetap tidak menghentikan kebiasaan
merokok karena merasa saat ini kesehatan Anda masih baik-baik saja.
Perlu diingat, merokok sama saja seperti menabung racun pada tubuh
yang sedikit demi sedikit bisa menumpuk jika dilakukan terus-menerus.
Dengan begitu, risiko menderita penyakit pun akan lebih tinggi pada
masa tua. Tidak hanya Anda, orang-orang terdekat pun akan merasakan
efeknya karena turut menghirup asap rokok yang beracun. Oleh
karenanya, segera hentikan kebiasaan yang merugikan.
B. Tinjauan Materi
2. Definisi Bahaya Merokok

Merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok yang di


lakukan dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan
yang tidak bisa di hindari bagi orang yang mengalami
kecenderungan terhadap rokok. Rokok merupakan salah satu bahan
adiktif artinya dapat menimbulkan ketergantungan bagi pemakai atau
pengunanya.
1. Kandungan pada Rokok yang Berbahaya

Mengapa rokok begitu berbahaya dan apa saja efek negatif lainnya
dari rokok? Bahaya merokok dapat ditimbulkan dari kandungan-
kandungan yang terdapat pada sebatang rokok.
Lebih dari 4000 bahan kimia terdapat di dalamnya. Setidaknya, 60
dari bahan kimia tersebut mampu menyebabkan kanker. Bahan-
bahan berbahaya pada sebatang rokok, di antaranya:
a. Karbon monoksida
Zat yang tidak bisa terlihat atau terasa ini, kerap ditemukan pada
asap knalpot mobil. Zat ini bisa mengikat diri pada hemoglobin
dalam darah secara permanen, sehingga menghalangi suplai
oksigen ke seluruh bagian tubuh. Karbon monoksida ini
cenderung membuat Anda merasa kehabisan napas dan juga
menjadi lebih mudah lelah.
b. Tar
Ketika merokok, kandungan tar di dalam rokok akan ikut terisap.
Zat ini akan mengendap di paru-paru Anda dan berdampak
negatif pada kinerja rambut halus yang melapisi paru-paru.
Padahal, rambut tersebut bertugas untuk mendorong kuman serta
partikel asing lainnya keluar dari paru-paru Anda. Tar dalam
asap rokok mengandung berbagai bahan kimia karsinogen, yang
dapat memicu perkembangan sel kanker di tubuh.
c. Gasoksidan
Gas ini bisa bereaksi dengan oksigen. Keberadaan oksidan dalam
tubuh meningkatkan risiko terjadinya stroke dan serangan
jantung.
d. Benzene
Zat yang ditambahkan ke dalam bahan bakar minyak ini bisa
merusak sel pada tingkat genetik. Zat ini juga dikaitkan dengan
berbagai jenis kanker seperti kanker ginjal dan leukimia.

Selain bahan-bahan di atas, masih banyak kandungan zat


kimia beracun pada sebatang rokok seperti arsenic (digunakan
dalam pestisida), formalin atau formaldehyde (digunakan untuk
mengawetkan mayat), hydrogen cyanide (digunakan untuk
membuat senjata kimia), dan amonia.
2. Berbagai Gangguan Kesehatan Akibat Merokok

Kandungan zat kimia yang terdapat dalam rokok sangat


berbahaya bagi kesehatan Anda dan juga orang-orang di sekitar Anda.
Bahaya merokok bagi kesehatan di antaranya yaitu:
a. Gangguan Kardiovaskular
Ketika Anda merokok, Anda akan lebih mungkin terkena
serangan jantung. Perokok berisiko dua hingga empat kali lebih
tinggi menderita penyakit jantung. Risiko lebih tinggi lagi jika
Anda perokok wanita yang sedang mengonsumsi pil KB.

Saat merokok, Anda memasukkan zat-zat berbahaya yang


bisa berdampak buruk bagi tubuh, khususnya jantung, contohnya
zat nikotin. Ketika nikotin masuk ke tubuh, zat itu bisa mengurangi
kadar oksigen yang dapat masuk ke darah. Zat yang bersifat candu
ini juga bisa mempercepat detak jantung, menaikkan tekanan
darah, merusak pembuluh darah dalam jantung, dan meningkatkan
kemungkinan terjadinya penggumpalan darah yang bisa memicu
serangan jantung. Begitu juga dengan akibat-akibat buruk terhadap
organ tubuh yang lainnya. Bahaya merokok juga bisa dirasakan
oleh orang yang tidak merokok sama sekali. Asap rokok bisa
menyebabkan penyakit jantung dan kanker paru-paru pada perokok
pasif, yaitu orang yang tidak merokok namun tetap menghirup
asapnya
b. Otak
Bahaya merokok bisa meningkatkan risiko terkena stroke
sebesar 50 persen. Hal tersebut bisa menyebabkan kerusakan otak
dan kematian. Merokok juga dapat meningkatkan risiko mengalami
aneurisma otak. Aneurisma otak adalah pembengkakan pembuluh
darah yang terjadi akibat melemahnya dinding pembuluh darah.
Sewaktu-waktu bisa pecah dan mengakibatkan pendarahan di otak.
c. Mulut dan tenggorokan
Bau mulut dan gigi bernoda (hitam atau kuning) merupakan
efek yang akan timbul akibat merokok. Penyakit gusi dan
kerusakan indera perasa pun dapat timbul akibat bahaya merokok.
Masalah serius yang akan hinggap pada mulut dan tenggorokan
adalah meningkatnya risiko kanker pada lidah, tenggorokan, bibir,
dan pita suara.
d. Paru-paru
Salah satu efek paling berbahaya akibat merokok adalah
kanker paru-paru. Bahan-bahan kimia pada rokok berpotensi
merusak sel paru-paru yang kemudian bisa berubah menjadi sel
kanker. Penyakit serius lainnya yang bisa Anda alami adalah
bronkitis, pneumonia, PPOK, dan emfisema. Selain itu, merokok
juga merupakan salah satu faktor penyebab TBC yang bisa
membuat Anda lebih rentan terkena penyakit infeksi ini.
e. Lambung
Merokok bisa melemahkan otot yang mengontrol bagian
bawah kerongkongan Anda. Hal tersebut memungkinkan asam dari
lambung bergerak ke arah yang salah, yaitu naik ke kerongkongan.
Kondisi tersebut dinamakan penyakit asam lambung atau GERD.
Beberapa risiko penyakit lambung lainnya yang dapat terjadi pada
seorang perokok adalah ulkus atau tukak lambung dan kanker
lambung.
f. Tulang
Racun pada rokok bisa menimbulkan kerapuhan pada
tulang. Oleh sebab itu, perokok lebih berisiko mengalami tulang
rapuh atau osteoporosis. Wanita perokok lebih rentan menderita
osteoporosis dibanding dengan wanita bukan perokok.
g. Kulit
Perokok akan terlihat lebih tua daripada yang bukan
perokok, karena kurangnya asupan oksigen ke kulit. Penuaan dini
akan dirasakan, seperti kemunculan kerutan di sekitar mata dan
mulut. Racun rokok juga bisa menyebabkan selulit pada kulit.
h. Organ reproduksi
Merokok bisa mengganggu sistem reproduksi dan
kesuburan Anda. Pada pria, merokok bisa menyebabkan impotensi,
mengurangi produksi sperma, dan kanker testis. Sementara pada
wanita, merokok dapat mengurangi kesuburan. Selain itu, risiko
terkena kanker serviks pun lebih tinggi karena rokok mengurangi
kemampuan alami tubuh dalam melawan infeksi human
papillomavirus atau HPV.
i. Gangguanpsikologis
Selain penyakit pada fisik, perokok juga mengalami tingkat
stres yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak merokok.
Selama ini mungkin Anda mengira merokok bisa membuat lebih
rileks. Anda menganggap kandungan nikotin bisa menenangkan
pikiran Anda, tapi ternyata itu salah. Yang membuat perokok
gelisah dan cemas adalah gejala putus obat terhadap nikotin.
Dengan merokok, kecanduan terhadap nikotin akan terpenuhi dan
perokok merasa seperti rokok tersebut menurunkan stres.

Memang tidak semua perokok akan meninggal karena


penyakit jantung, kanker paru-paru, atau stroke, namun kebiasaan
merokok bisa sangat mengganggu kesehatan dan mengurangi
kualitas hidup Anda. Bahaya merokok yang bisa Anda rasakan
sehari-hari adalah batuk-batuk, sesak napas, lebih mudah lelah,
lebih rentan terhadap infeksi, atau mengalami gangguan tidur yang
ditandai dengan sulit bernapas pada malam hari kemudian merasa
kelelahan di pagi hari.
Mungkin Anda sudah terbiasa mendengar bahaya merokok
terhadap tubuh, namun Anda tetap tidak menghentikan kebiasaan
merokok karena merasa saat ini kesehatan Anda masih baik-baik
saja. Perlu diingat, merokok sama saja seperti menabung racun
pada tubuh yang sedikit demi sedikit bisa menumpuk jika
dilakukan terus-menerus. Dengan begitu, risiko menderita penyakit
pun akan lebih tinggi pada masa tua. Tidak hanya Anda, orang-
orang terdekat pun akan merasakan efeknya karena turut
menghirup asap rokok yang beracun. Oleh karenanya, segera
hentikan kebiasaan yang merugikan.
a. Hasil Penyuluhan Bahaya Merokok

Pada hari minggu, 30 mei 2021 pukul 15.30 Wita dilapangan di


lakukan penyuluhan bahaya merokok oleh kelompok 1 yang
dihadiri oleh beberapa Masyarakat desa yang ikut berpartisispasi
dalam kegiatan ini.
Penatalaksanaannya
f) Penyuluhan dilaksanakan pukul 15.30 di lapangan desa Koyobunga
g) Di hadiri oleh beberapa masyarakat desa
h) Pemaparan Materi tentang bahaya meroko
i) Sesi Tanya Jawab
j) Penutup

BAB II
PENATALAKSANAAN

B. Penyuluhan Bahaya merokok


Pelaksanaan Kegiatan
Adapun penatalaksaan yang di lakukan Antara Lain :
8. Perkenalan antara mahasiswa dan Masyarakat desa Koyobunga
9. Menjelaskan kegiatan apa yang akan di lakuakan “ Kegiatan
penyuluhan tentang Bahaya merokok”
10. Pembagian liflet kepada masyarakat yang mengikuti penyuluhan
11. Memberikan evaluasi kepada masyarakat
e. Di sini bapak-bapak, pemuda dan remaja apakah ada yang
tahu Bahaya Merokok?
f. Apakah bapak-bapak atau anak muda tahu kandungan yg
berbahaya dalam rokok?
12. Melaksanakan penyuluhan tentang bahaya merokok melalui media
leafleat.
13. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya
mengenai penyuluhan yang telah di berikan dan di sesi ini tidak
ada masyarakat yang ingin bertanya.
14. Penutupan
e. Ucapan terimakasih kepada masyarakat yang telah
berpartisipasi mengikuti penyuluhan
f. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan.

BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Laporan pelaksanaan kegiatan


1. Tahapan persiapan
Pada tahapan ini, kami melakukan penyuluhan di tengah-tengah
kegiatan lomba, yaitu lomba voly putra. Di mana sasaran penyuluhann
yaitu bapak-bapak, anak muda dan para remaja yang menghadiri
kegiatan lomba voly, seperti para supporter dan peserta lomba voly, dan
kegiatan penyuluhan ini telah di beri izin dari oleh aparat desa
koyobunga, kegiatan penyuluhan ini berlangsung selama 20 menit,
dengan media penyuluhan berupa liflet, pihak aparat desa menyatakan
dukungannya terkait penyuluhan bahaya merokok, kegiatan di
laksanakan pada tanggal 30 mei 2021, yang bertempatan di lapangan
SD Imp. Desa koyobunga, kecamatan bulagi utara, kabupaten Banggai
Kepulauan. Kegiatan berjalan dengan lancar hingga selesai, dan tidak
ada prtanyaan dari masyarakat.
2. Hambatan
Hambatan yang dihadapi meliputi 2 hal sebelum kegiatan
(persiapan) dan pada saatpelaksanaan. Sebagian besar masyarakat
tidak mengetahui tentang apa itu bahaya merokok dan kandungan apa
saja yang berbahaya dalam rokok. sehingga dalam penyampaian materi
membutuhkan fasilitator untuk memberikan pemahaman.

3. Hasil kegiatan
Pada hari minggu 30 mei 2021 pukul 15.30 Wita dilapangan, di
lakukan penyuluhan bahaya merokok oleh kelompok 1 yang dihadiri
oleh beberapa bapak-bapak, anak muda dan para remaja di desa
koyobunga yang ikut berpartisispasi dalam kegiatan ini.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki dampak
positif karena dapat meningkatkan Kesadaran bapak-bapak dan para
pemuda Desa Koyobunga tentang bahaya merokok bagi kesehatan tubuh
dan apa saja kandungan yang berbahaya dalam merokok. sehingga
masyarakat lebih memperhatikan pentingnya kesehatan dan tidak
mengkonsumsi rokok lagi.

B. SARAN
Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan
tentang Penyuluhan bahaya merokok antara lain :
C. Perlunya kesadaran diri dari setiap bapak-bapak dan para anak
muda di desa koyobunga untuk tidak mengonsumsi rokok.
D. Keinginan dan motivasi yang tinggi untuk berhenti merokok sangat
di perlukan dalam pengontrolan diri untuk menahan keinginan
keinginan merokok dengan menambah poster, liflate maupun stiker
mengenai cara-cara berhenti merokok atau membuat spanduk
berukuran besar yang bertuliskan “BEBAS ASAP ROKOK”.
E. Kita sebagai generasi muda harus selalu menjaga kesehatan dalam
diri kita, salah satunya yaitu untuk tidak merokok. Karena sudah di
jelaskan pada pembahasan sebelumnya dampak yang akan timbul
bagi kesehatan sangat besar sekali dan merokok tidak ada
manfaatnya, hanya merugikan diri sendiri bahkan dapat merugikan
orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Brainly.co.id

http://lib.ui.ac.id./file?file=digital/125881-s-5377-studi%20kualitatif-
kesimpulan.pdf
Lampiran I
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
“BAHAYA MEROKOK”

Masalah : Bahaya Merokok

Pokok Pembahasan : Bahaya Merokok

Sasaran : Bapak-bapak, anak muda dan para remaja


desa koyobunga

Jam : 15.30 - Selesai

Waktu : 20 Menit

Tanggal : 30 mei 2021

Tempat : Lapangan SD Inp. Koyobunga

Pemateri : Mahasiswa

A. Latar Belakang
Merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok yang di lakukan dalam
kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa di
hindari bagi orang yang mengalami kecenderungan terhadap rokok. Rokok
merupakan salah satu bahan adiktif artinya dapat menimbulkan
ketergantungan bagi pemakai atau pengunanya.

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahayanya merokok bagi


tubu, sehingga dapat mempengaruhi kesehata tubuh.

B. Tujuan Umum

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan


masyarakat desa Koyobunga dapat mengerti tentang bahaya merokok.

C. Tujuan Khusus

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan


masyarakat akan dapat menjelaskan tentang:
1.   Pengertian bahaya merokok
2.  Kandungan pada Rokok yang Berbahaya
3. Berbagai Gangguan Kesehatan Akibat Merokok
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
E. Media
1. Materi SAP
2. Leaflet
F. Metode Penyuluhan
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab
 G. Kegiatan Pembelajaran

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1. 3 menit Pembukaan :
1.   Mmemberi salam Menjawab salam
2.   Menjelaskan tujuan penyuluhan Mendengarkan dan
3.   Menyebutkan materi/pokok memperhatikan
bahasan yang akan disampaikan
2. 15 menit Pelaksanaan : Menyimak dan
Menjelaskan materi penyuluhan memperhatikan
secara berurutan dan teratur.
Materi :
- Pengertian bahaya merokok
- Kandungan pada Rokok yang
Berbahaya
- Berbagai Gangguan Kesehatan
Akibat Merokok

3. 5 menit Evaluasi Menyimak dan


-Menyimpulkan inti penyuluhan mendengarkan
-Menyampaikan secara singkat
materi penyuluhan
-memberi kesempatan kepada
responden untuk bertanya

4. 5 menit Penutup Menjawab salam


-menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
-menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan waktu yanga telah
dibarikan kepada peserta
-Mengucapkan salam

H. Evaluasi
Di harapkan keluarga mampu :
1. Menjelaskan pengertian bahayanya merokok
2. Menjelaskan Kandungan pada Rokok yang Berbahaya
3. Menjelaskan Berbagai Gangguan Kesehatan Akibat Merokok
I. Lampiran Materi
1. Definisi Bahaya Merokok

Merokok adalah suatu kebiasaan menghisap rokok yang di lakukan


dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu kebutuhan yang tidak
bisa di hindari bagi orang yang mengalami kecenderungan terhadap
rokok. Rokok merupakan salah satu bahan adiktif artinya dapat
menimbulkan ketergantungan bagi pemakai atau pengunanya.
2. Kandungan pada Rokok yang Berbahaya

Mengapa rokok begitu berbahaya dan apa saja efek negatif lainnya
dari rokok? Bahaya merokok dapat ditimbulkan dari kandungan-
kandungan yang terdapat pada sebatang rokok.
Lebih dari 4000 bahan kimia terdapat di dalamnya. Setidaknya, 60
dari bahan kimia tersebut mampu menyebabkan kanker. Bahan-bahan
berbahaya pada sebatang rokok, di antaranya:
a) Karbon monoksida
b) Tar
c) Gas oksidan
d) Benzene
3. Berbagai Gangguan Kesehatan Akibat Merokok
a) Gangguan Kardiovaskular
b) Otak
c) Mulut dan tenggorokan
d) Paru-paru
e) Lambung
f) Tulang
g) Kulit
h) Organ reproduksi
i) Gangguan psikologis

Lampiran II

LEAFLET BAHAYA MEROKOK


Lampiran III

DOKUMENTASI
Minggu, 30 Mei 2021, di lakukan penyuluhan Bahaya Merokok kepada
masyarakat Desa Koyobunga di tengah-tengah kegiatan Lomba Cerdas
Tangkas Sayang Ibu dan Anak.
Lampiran IV
ABSEN KEGIATAN
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN
DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA, KAB.BANGGAI KEPULAUAN

“KELUARGA BERENCANA (KB)”

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan


Penyelesaian Praktik Klinik Kebidanan DTPK

Disusun Oleh :
Eunike Ayu Ch Tumuahi (PO7124119020)
Zainab (PO7124119040)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpatkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami.

Laporan praktik DTPK di Desa Koyobunga Kecamatan Bulagi Utara


Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun 2021 memuat informasi yang ada di Desa
koyobunga serta pelaksanaan kegiatan sampai dengan pencapaian dalam rangka
penyelesaian program kerja kami.

Kami berterimakasih kepada Bapak Camat Bulagi Utara , Bapak Kepala


Puskesmas sabang, Bapak Kepala Desa Koyobunga, Aparat Desa Koyobunga dan
Bidan Desa Koyobunga yang telah membantu kami dalam penyelesaian program
kerja kami, Bapak Ibu dosen yang telah membimbing kami. Dan kami juga
berterimakasih kepada masyarakat Desa Koyobunga yang telah menerima kami
dengan baik.

Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik, semoga laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik DTPK
selanjutnya

Koyobunga, Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………...…………..…………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………….……………………......………….
A. LATAR BELAKANG…………………………….………………………….
B. TINJAUAN TEORI……………………………….………………………….
1. Definisi Keluarga Berencana (KB)………………………………………...
2. Tujuan Program Keluarga Berencana (KB)……………………………….
3. Ruang Lingkup Keluarga Berencana (KB)………………………………..
4.Definisi Kontrasepsi………………………………………………………..
5.Macam – Macam Kontrasepsi……………………………………………...
BAB II PENATALAKSANAAN……………………………………………..…..

BAB III HASIL……………………………………………………………………

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….….

LAMPIRAN………………………………………………………….…………….
A. LAMPIRAN 1 SAP
B.LAMPIRAN 2 LEAFLET
C. LAMPIRAN 3 ABSEN
D. LAMPIRAN 4 DOKUMENTASI
BAB I

PENDAHULUAN

C. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan satu program pemerintah yang dirancang
untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga
berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit kecil kehidupan
bangsa diharapakan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS) yang berorientasi pada pertumbahan yang seimbang.
Dalam pengertian keluarga berencana secara umum ialah, dapat diuraikan
bahwa keluarga berencana suatu usaha yang mengatur banyak jumlah kelahiran
sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta
keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian
sebagaia akibat langgsung dari kelahiran tersebut. Atau meningkatkan
kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk. Dalam pengertian sempitnya keluarga berencana dalam
kehidupan sehari hari berkisar pada pencegahan konsepsi atau pencegahan
terjadinya pembuahan mencegah pertemuan antara sel mani (spermatozoa) dari
pria dan sel telur (ovum) dari wanita sekitar persetubuhan (Irianto, 2014).
Perkembangan keluarga berencana di Indonesia di pengaruhi oleh berbagai
faktor yang dibagi manjadi dua, yaitu faktor penghambat dan faktor pendukung.
Faktor yang menghambat penyebarluaskan program keluarga berencana di
Indonesia antara lain budaya, agama, tingkat pengetahuan masyarakat dan
wawasan kebangsaan. Faktor pendukung penyebarluaskan program keluarga
berencana, antara lain adanya komitmen politis, dukungan pemerintah, dukungan
tokoh agama atau tokot masyarakat dan dukungan masyarakat terkait masalah
kependudukan (Lucky, 2014).
D. Tinjauan Teori
1. Definisi Keluarga Berencana (KB)
Merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran anak yang
diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk
mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
2. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013). Tujuan program KB
lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang bermakna, untuk
mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang dikategorikan dalam
tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud dari kebijakaan
tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia
muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua
(Hartanto, 2002).
3. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
4. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007).
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi)
atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim
(Nugroho dan Utama, 2014).
5. Macam-macam Kontrasepsi
a. Metode Kontrasepsi Sederhana Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2
yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi
dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe
Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir
Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan
antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi
sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida
(Handayani, 2010)
b. Metode Kontrasepsi Hormonal Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya
dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan
estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi
hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan
kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan
implant (Handayani, 2010).
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR
yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak
mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung
hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T
dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel (Hartanto,
2002).
d. Metode Kontrasepsi Mantap Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2
macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria
(MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini
adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga
mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering
dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat
saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau
ejakulasi (Handayani, 2010).
1.) Definisi Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi hormonal merupakan salah
satu metode kontrasepsi yang paling efektif dan reversibel untuk
mencegah terjadinya konsepsi (Baziad, 2008). Kontrasepsi hormonal
merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan
umpan balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga
terjadi hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).
2.) Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal Hormon estrogen dan
progesteron memberikan umpan balik, terhadap kelenjar hipofisis
melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap perkembangan
folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen
dapat menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH)
sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak
terjadi. Di samping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran
Hormone Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba
sehingga hasil konsepsi mencapai uterus endometrium yang belum siap
untuk menerima implantasi (Manuaba, 2010).
Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesteron
bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya,
suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula
hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat
kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan
menambah sekresi dari hormon lainnya.
Bila terjadi kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap
dibuat bahkan dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-
puncak siklus, sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen
bekerja secara primer untuk membantu pengaturan hormon realising
factors of hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari
ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium.
Progesteron bekerja secara primer menekan atau depresi dan melawan
isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang
terlalu dini atau prematur dari ovarium, serta juga merangsang
perkembangan dari endometrium (Hartanto, 2002).

Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek samping


yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada
payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual kadang-kadang
disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan disebabkan
oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan dapat meningkatkan berat
badan. Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita
pemberian garam perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. Kadang-
kadang efek samping demikian mengganggu akseptor, sehingga hendak
menghentikan kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam kondisi tersebut,
akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal dengan
kandungan hormon estrogen yang lebih rendah.
Selain efek samping kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron
juga memiliki efek samping jika dalam dosis yang berlebihan dapat
menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan disertai
bertambahnya berat badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-kadang
payudara mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang
kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan progesteron
dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan candida
albicans (Wiknjosastro, 2007). Komponen estrogen menyebabkan mudah
tersinggung, tegang, retensi air, dan garam, berat badan bertambah,
menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi,
meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan perlunakan
serviks. Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang, acne
(jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan tangan
sering kram (Manuaba, 2010).
Macam-Macam Kontrasepsi Hormonal
1.) Kontrasepsi Pil
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan progesteron
oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama siklus
haid yang normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak
dan akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya
untuk mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala
pseudo pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara
membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).
a.) Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9%
dan 97% (Handayani, 2010).
b.) Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
(1) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin,
dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari.
(2) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan
dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis
hormon bervariasi.
(3) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen atau progestin,
dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon
aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.
c.) Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:
(1) Menekan ovulasi
(2) Mencegah implantasi
(3) Mengentalkan lendir serviks
(4) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan
terganggu.
d.) Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:
(1) Tidak mengganggu hubungan seksual
(2) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
(3) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
(4) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopouse
(5) Mudah dihentikan setiap saat
(6) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
(7) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker ovarium,
kanker endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.
e.) Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu:
(1) Amenorhea
(2) Perdarahan haid yang berat
(3) Perdarahan diantara siklus haid
(4) Depresi
(5) Kenaikan berat badan
(6) Mual dan muntah
2.) Kontrasepsi Suntik
Efektivitas kontrasepsi Suntik. Menurut Sulistyawati (2013), kedua
jenis kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan
30% kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya
dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA
maupun NET EN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang
dari 1 per 100 wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun
pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita per tahun pemakain NET EN
(Hartanto, 2002).
a.) Jenis kontrasepsi Suntik Menurut Sulistyawati (2013), terdapat
dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin, yaitu :
(1) Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung 150
mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan cara di
suntik intramuscular (di daerah pantat).
(2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung
200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap dua bulan
dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat atau
bokong).
b.) Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
(1) Mencegah ovulasi
(2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
(3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
(4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
c.) Keuntungan kontrasepsi Suntik Keuntungan pengguna KB suntik
yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan jangka panjang, tidak
berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung estrogen
sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan
gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek
samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik,
dapat digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai
perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara,
dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
(Sulistyawati, 2013).
3.) Kontrasepsi Implant
a.) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
(1) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena,
Indoplant, atau Implanon
(2) Nyaman
(3) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
(4) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
(5) Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
(6) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur,
perdarahan bercak, dan amenorea
(7) Aman dipakai pada masa laktasi.
b.) Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
(1) Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga
dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang
diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5
tahun.
(2) Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan
panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi
dengan 68 mg 3- Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3
tahun. 23
(3) Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi
dengan 75 mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3
tahun.
c.) Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
(1) Lendir serviks menjadi kental
(2) Mengganggu proses pembentukan endometrium
sehingga sulit terjadi implantasi
(3) Mengurangi transportasi sperma
(4) Menekan ovulasi.
d.) Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
(1) Daya guna tinggi
(2) Perlindungan jangka panjang
(3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan
(4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
(5) Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
(6) Tidak mengganggu ASI
(7) Klien hanya kembali jika ada keluhan
(8) Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
(9) Mengurangi nyeri haid
(10) Mengurangi jumlah darah haid
(11) Mengurangi dan memperbaiki anemia
(12) Melindungi terjadinya kanker endometrium
(13) Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
(14) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang
panggul
(15) Menurunkan kejadian endometriosis.
e.) Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010)
yaitu: Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan perubahan
pola haid berupa perdarahan bercak (spooting), hipermenorea
atau meningkatnya jumlah darah haid, serta amenorhea.
BAB II
PENATALAKSANAAN

A. Penyuluhan Keluarga Berencana (KB)


Pelaksanaan Kegiatan

Adapun penatalaksaan yang di lakukan Antara Lain :

1. Perkenalan antara mahasiswa dan Masyarakat desa.


2. Kegiatan penyuluhan keluarga berencana (KB) di lakukan pada tanggal 01
juni 2021
3. Tempat terlaksananya kegiatan Penyuluhan Keluarga Berencana ialah di
balai Desa Koyobunga. Peserta penyuluhan pada kegiatan ini ialah
masyarakat Desa Koyobunga yang menghadiri kegiatan pembuatan Bakso
dan Nugget
4. Menjelaskan kegiatan apa yang akan di lakuakan “ Kegiatan penyuluhan
tentang Keluarga Berencana (KB)”
5. Pembagian leaflet kepada masyarakat yang mengikuti penyuluhan
6. Memberikan evaluasi kepada masyarakat
a. Apa itu KB?
b. Jenis-jenis KB?
c. Keuntungan dan Kerugian dalam penggunaan KB
7. Melaksanakan penyuluhan tentang Keluarga Berencana (KB) melalui
media leafleat.
8. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya mengenai
penyuluhan yang telah di berikan dan di sesi ini tidak ada masyarakat yang
ingin bertanya.
Penutupan

1. Ucapan terimakasih kepada masyarakat yang telah berpartisipasi


mengikuti penyuluhan
2. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan.

BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Laporan pelaksanaan kegiatan


1. Tahapan persiapan
Pada tahapan ini, kami melakukan penyuluhan tentang Keluarga
Berencana (KB). Di mana sasaran penyuluhann yaitu masyarakat yang
menghadiri kegiata pembuatan bakso dan nuget ikan, seperti para ibu-
ibu, dan kegiatan penyuluhan ini telah di beri izin dari oleh aparat
Desa Koyobunga, kegiatan penyuluhan ini berlangsung selama 20
menit, dengan media penyuluhan berupa leaflet, pihak aparat desa
menyatakan dukungannya terkait penyuluhan di Desa Koyobunga,
kegiatan di laksanakan pada tanggal 01 Juni 2021, yang bertempat di
Balai Desa Koyobunga, Kecamatan Bulagi Utara, Kabupaten Banggai
Kepulauan. Kegiatan berjalan dengan lancar hingga selesai..
2. Hambatan
Hambatan yang dihadapi pada saat pelaksanaan yaitu banyak
masyarakat yang kurang mengetahui apa saja jenis jenis KB.
3. Hasil Kegiatan

Setelah melakukan penyuluhan Keluarga Berencana, masyarakat telah :

a. Mengetahui Definisi Keluarga Berencana (KB)


b. Mengetahui Tujuan Program Keluarga Berencana (KB)
c. Mengetahui Ruang Lingkup Keluarga Berencana (KB)
d. Mengetahui Definisi Kontrasepsi
e. Mengetahui Macam – Macam Kontrasepsi
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Telah diadakanya program kerja kelompok 1 yaitu penyuluhan keluarga
berencana yang dihadiri oleh ibu-ibu yang ingin mengetahui lebih tentang
kelurga berencana.

B. SARAN
Semoga dengan adanya kegiatan penyuluhan keluarga berencana, para
ibu-ibu lebih bijak dalam mengambil keputusan untuk menggunakan KB.
Dan di harapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang KB melalui
berbagai macam media informasi yang ada seperti majalah, radio, televisi,
dan petugas kesehatan, khususnya tentang metode kontrasepsi jangka
panjang dan non metode kontrasepsi jangka panjang ( suntik dan pil).
DAFTAR PUSTAKA

https://sumerta.denpasarkota.go.id/uploads/download/Jenis%20Jenis%20Alat
%20Kontrasepsi_036754.pdf
(Diakses Selasa 15 juni 2021, pukul 10.00 Wita)
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Kespro-dan-KB
Komprehensif.pdf

(Diakses Selasa 15 juni 2021, pukul 10.00 Wita)


Lampiran I

SATUAN ACARA PENYULUHAN KELUARGA BERENCANA (KB)


Masalah : Keluarga Berencana (KB)
Pokok Pembahasan : Keluarga Berencana (KB)
Sasaran : Masyarakat Desa Koyobunga
Jam : 12.00- Selesai
Waktu : 20 Menit
Tanggal : 01 Juni 2021
Tempat : Balai Desa Koyobunga
Pemateri : Mahasiswa

d. Latar Belakang
Keluarga Berencana (KB) merupakan satu program pemerintah yang
dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.
Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai
unit kecil kehidupan bangsa diharapakan menerima Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbahan yang
seimbang.
Dalam pengertian keluarga berencana secara umum ialah, dapat diuraikan
bahwa keluarga berencana suatu usaha yang mengatur banyak jumlah
kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi ibu maupun bayinya dan bagi ayah
serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagaia akibat langgsung dari kelahiran tersebut.
Atau meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk. Dalam pengertian
sempitnya keluarga berencana dalam kehidupan sehari hari berkisar pada
pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan mencegah
pertemuan antara sel mani (spermatozoa) dari pria dan sel telur (ovum) dari
wanita sekitar persetubuhan (Irianto, 2014).
Perkembangan keluarga berencana di Indonesia di pengaruhi oleh berbagai
faktor yang dibagi manjadi dua, yaitu faktor penghambat dan faktor
pendukung. Faktor yang menghambat penyebarluaskan program keluarga
berencana di Indonesia antara lain budaya, agama, tingkat pengetahuan
masyarakat dan wawasan kebangsaan. Faktor pendukung penyebarluaskan
program keluarga berencana, antara lain adanya komitmen politis, dukungan
pemerintah, dukungan tokoh agama atau tokot masyarakat dan dukungan
masyarakat terkait masalah kependudukan (Lucky, 2014).
e. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan masyarakat dapat
mengerti tentang KB.
f. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang Keluarga
Berencana (KB), diharapkan masyarakat dapat:
14. Definisi Keluarga Berencana (KB)
15. Tujuan Program KB
16. Ruang Lingkup Program KB
17. Definisi Kontrasepsi
18. Macam-macam Kontrasepsi
g. Materi Penyuluhan
Terlampir
h. Metode Penyuluhan
3. Ceramah
4. Tanya Jawab
i. Media
Leaflet
j. Kegiatan Penyuluhan

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media


Kegiatan
1. Pembukaan 3 Menit 11. Mengucapkan salam 7. Menjawab Kata-kata/
salam kalimat
12. Memperkenalkan diri
8. Mendengarkan
13. Menyampaikan dan menyimak
tentang tujuan pokok 9. Bertanya
materi mengenai
14. Meyampakaikan perkenalan dan
pokok pembahasan tujuan jika ada
15. Kontrak waktu yang kurang jelas
2. Pelaksanaan 20 3. Penyampaian Materi 5. Mendengarkan Leaflet
n) Menjelaskan dan menyimak
Menit
Definisi Keluarga 6. Bertanya
Berencana (KB) mengenai hal-
o) Menjelaskan hal yang belum
Tujuan Program jelas dan
KB dimengerti
p) Menjelaskan
Ruang Lingkup
Program KB
q) Menjelaskan
Definisi
Kontrasepsi
r) Menjelaskan
Macam-macam
Kontrasepsi
3. Penutup 5 9. Tanya jawab 10. Mendengar Kata-kata/
10. Memberikan 11. Memperhatikan kalimat
Menit
kesempatan pada 12. Menjawab salam
peserta untuk
bertanya
11. Mengakhiri
pertemuan dan
12. mengucapkan salam
k. Evaluasi
Diharapkan masyarakat mampu :
1. Menjelaskan Definisi Keluarga Berencana (KB)
2. Menjelaskan Tujuan Program KB
3. Menjelaskan Ruang Lingkup Program KB
4. Menjelaskan Definisi Kontrasepsi
5. Menjelaskan Macam-macam Kontrasepsi
l. Lampiran Materi
1. Definisi Keluarga Berencana (KB)
Merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran anak
yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau
cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
2. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).
Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran
yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan
kebijakaan yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda,
dan menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk
menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak
kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua (Hartanto,
2002).
3. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.
4. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen
(Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel
telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur
yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
5. Macam-macam Kontrasepsi
a. Metode Kontrasepsi Sederhana Metode kontrasepsi sederhana terdiri
dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode
kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain:
Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode
Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan
Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik.
Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom,
diafragma, cup serviks dan spermisida (Handayani, 2010)
b. Metode Kontrasepsi Hormonal Metode kontrasepsi hormonal pada
dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon
progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron
saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan
suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi
progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani,
2010).
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR) Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2
yaitu AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik
progesteron) dan yang tidak mengandung hormon (Handayani,
2010). AKDR yang mengandung hormon Progesterone atau
Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T dengan daya kerja 1
tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel (Hartanto, 2002).
d. Metode Kontrasepsi Mantap Metode kontrasepsi mantap terdiri dari
2 macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode
Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi
karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran
tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan
sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi,
vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens
sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi
(Handayani, 2010).
a. Definisi Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi hormonal
merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling efektif
dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi (Baziad,
2008). Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana
estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap
kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi
hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).
b. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal Hormon estrogen dan
progesteron memberikan umpan balik, terhadap kelenjar
hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan
terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui
hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat
pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga
perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi.
Di samping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran
Hormone Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik
tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus endometrium
yang belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba, 2010).
Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesteron
bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai
puncaknya, suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan
mula-mula hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan
isyarat-isyarat kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari
hormon tersebut dan menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila
terjadi kehamilan, maka estrogen dan progesteron akan tetap dibuat
bahkan dalam jumlah lebih banyak tetapi tanpa adanya puncak-
puncak siklus, sehingga akan mencegah ovulasi selanjutnya.
Estrogen bekerja secara primer untuk membantu pengaturan hormon
realising factors of hipotalamus, membantu pertumbuhan dan
pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang
perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara primer
menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus
dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau prematur dari
ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari endometrium
(Hartanto, 2002).
Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek
samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit
kepala, nyeri pada payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa
mual kadang-kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut
kembung. Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air
dan natrium, dan dapat meningkatkan berat badan. Sakit kepala
disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian garam
perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. Kadang- kadang efek
samping demikian mengganggu akseptor, sehingga hendak
menghentikan kontrasepsi hormonal tersebut.
Dalam kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan
kontrasepsi hormonal dengan kandungan hormon estrogen yang
lebih rendah. Selain efek samping kelebihan hormon estrogen,
hormon progesteron juga memiliki efek samping jika dalam dosis
yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur,
bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan, acne
(jerawat), alopsia, kadang-kadang payudara mengecil, fluor albus
(keputihan), hipomenorea. Fluor albus yang kadang-kadang
ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan progesteron dalam
dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi dengan candida
albicans (Wiknjosastro, 2007). Komponen estrogen menyebabkan
mudah tersinggung, tegang, retensi air, dan garam, berat badan
bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat
menstruasi, meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan
perlunakan serviks. Komponen progesteron menyebabkan payudara
tegang, acne (jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi
berkurang, kaki dan tangan sering kram (Manuaba, 2010).
Macam-Macam Kontrasepsi Hormonal
1.) Kontrasepsi Pil
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon
ovarium selama siklus haid yang normal, sehingga juga
menekan releasingfactors di otak dan akhirnya mencegah
ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah
ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo
pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara
membesar, dan terasa nyeri (Hartanto, 2002).
a.) Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5-
99,9% dan 97% (Handayani, 2010).
b.) Jenis KB Pil menurut Sulistyawati (2013) yaitu:
(1) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengamdung hormon aktif estrogen atau progestin,
dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari.
(2) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen, progestin, dengan
dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon aktif, dosis
hormon bervariasi.
(3) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen atau progestin,
dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa hormon
aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.
c.) Cara kerja KB Pil menurut Saifuddin (2010) yaitu:
(1) Menekan ovulas
(2) Mencegah implantasi
(3) Mengentalkan lendir serviks
(4) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum
akan terganggu.
d.) Keuntungan KB Pil menurut Handayani (2010) yaitu:
(1) Tidak mengganggu hubungan seksual
(2) Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
(3) Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
(4) Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopause
(5) Mudah dihentikan setiap saat
(6) Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil
dihentikan
(7) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker
ovarium, kanker endometrium, kista ovarium, acne,
disminorhea.
e.) Keterbatasan KB Pil menurut Sinclair (2010) yaitu:
(1) Amenorhea
(2) Perdarahan haid yang berat
(3) Perdarahan diantara siklus haid
(4) Depresi
(5) Kenaikan berat badan
(6) Mual dan muntah
2.) Kontrasepsi Suntik
Efektivitas kontrasepsi Suntik. Menurut Sulistyawati (2013),
kedua jenis kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang
tinggi, dengan 30% kehamilan per 100 perempuan per tahun,
jika penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang
telah ditentukan. DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai
metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan
mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2
per 100 wanita per tahun pemakain NET EN (Hartanto, 2002).
a.) Jenis kontrasepsi Suntik Menurut Sulistyawati (2013),
terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang hanya
mengandung progestin, yaitu :
(1) Depo Mendroksi Progesteron (DMPA), mengandung
150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan dengan
cara di suntik intramuscular (di daerah pantat).
(2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat),
mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan
setiap dua bulan dengan cara di suntik intramuscular (di
daerah pantat atau bokong).
b.) Cara kerja kontrasepsi Suntik menurut Sulistyawati (2013)
yaitu:
(1) Mencegah ovulasi
(2) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma
(3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
(4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii.
c.) Keuntungan kontrasepsi Suntik Keuntungan pengguna KB
suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan jangka
panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak
mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah,
tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat kecil, klien
tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh
perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause,
membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan
mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul
(Sulistyawati, 2013).
3.) Kontrasepsi Implant
a.) Profil kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
(1) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena,
Indoplant, atau Implanon
(2) Nyaman
(3) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
(4) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
(5) Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
(6) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur,
perdarahan bercak, dan amenorea
(7) Aman dipakai pada masa laktasi.
b.) Jenis kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010) yaitu:
(1) Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga
dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang
diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan lama kerjanya 5
tahun.
(2) Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan
panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi
dengan 68 mg 3- Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3
tahun. 23
(3) Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi
dengan 75 mg. Levonorgestrel dengan lama kerja 3
tahun.
c.) Cara kerja kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010)
yaitu:
(1) Lendir serviks menjadi kental
(2) Mengganggu proses pembentukan endometrium
sehingga sulit terjadi implantasi
(3) Mengurangi transportasi sperma
(4) Menekan ovulasi.
d.) Keuntungan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010)
yaitu:
(1) Daya guna tinggi
(2) Perlindungan jangka panjang
(3) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan
(4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
(5) Tidak mengganggu dari kegiatan senggama
(6) Tidak mengganggu ASI
(7) Klien hanya kembali jika ada keluhan
(8) Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan
(9) Mengurangi nyeri haid
(10) Mengurangi jumlah darah haid
(11) Mengurangi dan memperbaiki anemia
(12) Melindungi terjadinya kanker endometrium
(13) Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara
(14) Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit
radang panggul
(15) Menurunkan kejadian endometriosis.
e.) Keterbatasan kontrasepsi Implant menurut Saifuddin (2010)
yaitu: Pada kebanyakan pasien dapat menyebabkan
perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spooting),
hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid, serta
amenorhea.
Lampiran 2

LEAFLET
Lampiran 3

ABSEN
Lampiran 4

DOKUMENTASI

Selasa, 01 Juni 2021 dilakukan penyuluhan Keluarga Berencana (KB)

kepada masyarakat Desa Koyobunga disela-sela kegiatan pemberdayaan kearifan


lokal (pembuatan bakso dan nugget ikan) di Balai Desa Koyobunga
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN
DERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA KAB. BANGGAI KEPULAUAN

“PENYULUHAN HEALT EDUCATION PADA IBU HAMIL”


Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan
Penyelesaian Praktik Klinik Kebidanan DTPK

Disusun Oleh:
Evlin Yerisusanto (PO7124119065)
Nuraini (PO71241190)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami dapat menyelesaikan
Laporan Kegiatan Lomba pada Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan
Kepulauan (DTPK).

Laporan ini memuat informasi tentang pelaksanaan Penyuluhan Persalinan di


Faskes yang dilaksanakan di Desa Koyobunga, Kecamatan Bulagi Utara,
Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2021.

Kami berterimakasih kepada Bapak Kepala Desa Koyobunga, Aparat Desa


Koyobunga dan Bidan Desa Koyobunga yang telah membantu kami dalam
menjalankan kegiatan kami, serta Bapak/Ibu Dosen yang telah membimbing kami.
Dan kami juga berterimakasih kepada masyarakat Desa Koyobunga yang telah
berpartisipasi pada kegiatan lomba kami.

Akhir kata, kami mohon maaf atas kekurangan kami pada saat pelaksanaan
kegiatan lomba, semoga laporan kegiatan lomba pada praktik DTPK tahun 2021
ini dapat dipergunakan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan program dan
bahan evaluasi pada kegiatan praktik DTPK selanjutnya.

Koyobunga, Juni 2021

Penulisan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang.....................................................................................................
..
B. TinjauanTeori......................................................................................................
1. ANC Teratur............................................ ...................................................
2. Ketidaknyamanan Selama Kehamilan dan Cara Mengatasinya..................
3. Kebutuhan Fisik dan Psikoologi Ibu Hamil................................................
4. Kebutuhan Gizi dan Nutrisi Ibu Hamil.......................................................
5. Tanda dan Bahaya Pada Kehamilan............................................................
6. Persiapan Persalinan...................................................................................
7. Pentingnya Pertolongan Persalinan di Fasilitas Kesahatan dan Oleh
Tenaga Kesehatan........................................................................................
BAB II PENATALAKSANAAN
A. Pelaksanaan Kegiatan.........................................................................................
B. Penutupan............................................................................................................
BAB III HASIL KEGIATAN
A. Laporan Pelaksanaan Kegiatan...........................................................................
1. Tahapan
Persiapan......................................................................................................
2. Hambatan ....................................................................................................
3. Hasil Kegiatan ............................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................................
B. Saran ..................................................................................................................
DAFTARPUSTAKA...............................................................................................
LAMPIRAN..............................................................................................................
A. LAMPIRAN 1 SAP
B. LAMPIRAN 2 LEAFLET
C. LAMPIRAN 3 DOKUMENTASI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita. Pada
proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Decherney et al, 2007). Tujuan dari
pengelolaan proses persalinan adalah mendorong kelahiran yang aman bagi ibu
dan bayi sehingga dibutuhkan peran dari petugas kesehatan untuk mengantisipasi
dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan bayi, sebab
kematian ibu dan bayi sering terjadi terutama saat proses persalinan (Koblinsky et
al, 2006).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Angka
Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan di Indonesia masih tinggi yaitu
208/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 26/1.000
kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2013). Angka Kematian Ibu untuk Provinsi Jawa
Tengah tahun 2012 sebesar 116/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka
Kematian Bayi sebesar 12/1.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu
merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesejahteraan perempuan
dan target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan Millennium
Development Goals (MDGs) tujuan ke 5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu
dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai ¾
resiko 2 jumlah kematian ibu atau 102/100.000 kelahiran hidup, maka dari itu
upaya untuk mewujudkan target tersebut masih membutuhkan komitmen dan
usaha keras yang terus menerus (Kemenkes RI, 2013).
Penyebab tingginya angka kematian ibu antara lain, terlalu muda atau terlalu
tua saat melahirkan, tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, dan
banyaknya persalinan yang ditolong oleh tenaga non profesional (Koblinsky et al,
2006). Hal ini sejalan dengan penelitian Misar (2012) yang menyatakan bahwa
kejadian komplikasi persalinan ibu melahirkan dengan kualitas pelayanan
kesehatan yang tidak baik beresiko lebih besar untuk mengalami komplikasi
dibanding ibu yang mendapatkan kualitas pelayanan yang baik.
Faktor yang berperan penting untuk mengurangi angka kematian maternal
antara lain, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih dan pelayanan yang
baik ketika persalinan (Reeves, 2010). Faktor lain yang dapat mengurangi angka
kematian maternal yaitu akses ke tempat pelayanan kesehatan terjangkau dan
fasilitas kesehatan yang memadai (Aboagye, 2013).
Berdasarkan data SPM cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
tingkat Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 97,14%, lebih tinggi dibanding
cakupan tahun 2011 yaitu sebesar 96,79%. Cakupan pertolongan persalinan
khususnya di Kabupaten Sukoharjo tahun 2012 sebesar 96,39%. Semua
Kabupaten/Kota sudah mencapai target SPM tahun 2015 (90%). Naiknya cakupan
pertolongan persalinan menunjukkan 3 meningkatnya kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan dan perencanaan persalinan
yang baik dari ibu maupun keluarga (Dinkes Jateng, 2012).
Meskipun cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan selalu
meningkat dari tahun ke tahun, namun masih banyak permasalahan yang
ditemukan terkait komplikasi saat persalinan antara lain kelainan letak/presentasi
janin, partus macet/distosia, perdarahan pasca persalinan, infeksi berat/sepsis,
placenta previa, Intra Uterine Fetal Death (IUFD). Timbulnya berbagai
permasalahan yang terjadi saat persalinan, pemerintah selalu berupaya
menurunkan angka kematian ibu dengan melakukan perluasan pelayanan
kesehatan berkualitas melalui pelayanan obstetrik yang komprehensif seperti
penyediaan fasilitas Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK) dan Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar (PONED)
(Kemenkes RI, 2013).
Tata laksana ideal persalinan memerlukan dua sudut pandang yang berbeda.
Pertama, persalinan harus dikenali sebagai proses fisiologis normal yang sebagian
besar perempuan mengalaminya tanpa komplikasi. Kedua, komplikasi intrapartum
yang muncul secara cepat dan tiba-tiba harus diantisipasi. Petugas kesehatan harus
bisa membuat setiap perempuan yang melahirkan dan keluarga merasa nyaman
dan memastikan keselamatan ibu serta neonatus jika sewaktu-waktu terjadi
komplikasi (Cunningham et al, 2006). 4 Sebagian besar wanita pada proses
persalinan mengalami perubahan fisik dan psikologis sebagai respon dari apa
yang dirasakan dalam proses persalinannya. Perubahan ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemajuan persalinan pada pasien. Dukungan sosial dan emosional
serta pelayanan selama persalinan adalah salah satu intervensi yang tepat
digunakan untuk mencapai pengalaman melahirkan yang positif (Alexander et al,
2013). Petugas kesehatan harus memiliki sikap empati dan kesabaran untuk
mendukung calon ibu yang melahirkan dan keluarga. Petugas kesehatan sebagai
pemberi perawatan dalam persalinan juga harus mampu memenuhi tugas
diantaranya mendukung wanita; pasangan dan keluarga selama proses persalinan,
mengobservasi saat persalinan berlangsung; memantau kondisi janin dan kondisi
bayi setelah lahir; mengkaji faktor resiko; mendeteksi masalah sedini mungkin,
melakukan intervensi minor jika diperlukan seperti amniotomi dan episiotomi;
perawatan bayi baru lahir, merujuk ke tingkat perawatan yang lebih tinggi jika
terjadi komplikasi (Tasnim et al, 2011).
Sebagian besar wanita menyatakan bahwa kehadiran petugas kesehatan saat
persalinan sangat penting karena mereka memberikan dukungan dan informasi
terkait proses persalinannya. Wanita merasa bahwa bentuk dukungan yang
diberikan oleh petugas kesehatan saat proses persalinan menimbulkan dampak
yang positif diantaranya dapat menurunkan kecemasan, menurunkan rasa sakit,
menghindari stres dan 5 trauma saat persalinan (Deitrick, 2008). Hal ini sejalan
dengan penelitian Enkin (2000) yang menyatakan bahwa jika wanita diperhatikan
dan diberi dukungan selama proses persalinan, maka mereka akan aman dan
merasa nyaman serta persalinan juga akan berlangsung lebih cepat. Menurut hasil
wawancara empat petugas kesehatan dari empat Puskesmas di Sukoharjo
menyatakan bahwa masalah-masalah yang terjadi pada saat proses persalinan
menjadi stressor bagi mereka.
B. Tinjauan Teori
1. Antenatal Care teratur

Asuhan Antental Care adalah suatu program yang terencana berupa


absorvasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh
suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan
memuaskan.Melakukan kunjungan saat hamil secara teratur minimal 6 kali
kunjungan akan menyehatkan ibu dan bayi yang di kandungnya. Dalam
pemeriksaan kehamilan tersebut jika ada tanda, keluhan atau gangguan
kehamilan baik pada ibu maupun janin dapat segera diketahui dan dilakukan
tindak lanjut. Adanya pemeriksaan kahamilan secara teratur dapat mendeteksi
adanya gangguan kesehatan dan kelainan baik pada ibu maupun janin secara
dini.Apabila ibu hamil tidak melalukan pemeriksaan kehamilan maka tidak
akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami
keadaan resiko tinggi. Dan komplikasi obstetric yang dapat membahayakan
kehidupan ibu dan janinnya dan dapat menyebabkan morbilitas dan mortalitas
yang tinggi.
2. Ketidaknyamanan selama kehamilan dan cara mengatasinya
Kehamilan merupakan suatu anugerah yang didambakan semua wanita
sebagai calon ibu. Fase awal kehamilan disebut trimester pertama yang
dimulai dari konsepsi sampai minggu ke-12 kehamilan. Pada fase ini,
umumnya terjadi pengaruh hormonal dan perubahan produksi, anatomi, dan
fisiologi. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan tubuh secara aktif
melakukan penyesuian yang menimbulkan perubahan fisik maupun
psikologis ibu. Wanita yang hamil muda akan merasa mual, muntah, pusing,
meriang dan lemas.

a. Mual Muntah
1) Penyebab
a) Faktor hormone kehamilan (HCG), yang menstimulasi produksi
estrogen pada ovarium dan hormon estrogen diketahui
meningkatkan mual muntah
b) Faktor pencernaan, hormon estrogen dapat memicu peningkatan
asam lambung sehingga membuat mual muntah
c) Faktor psikologis, perasaan bersalah, marah, ketakutan dan
cemas dapat menambah mual dan muntah
d) Faktor keturunan, ibu yang mengalami mual muntah maka anak
yang dilahirkan memiliki resiko 3 % mengalami mual muntah
sampai mengalami HEG.
2) Penanganan
a) Pada pagi hari setelah bangun tidur minum air teh manis atau air
jahe manis hangat
b) Makan makanan kering yang mengandung karbohidrat seperti
biscuit.
c) Makan dengan jumlah kecil tapi sering setiap 1-2 jam
d) Hindari makanan pedas, makanan berminyak/berlemak seperti
gorengan
e) Konsumsi makanan yang mengandung rendah lemak tetapi kaya
protein seperti telur, ikan, keju, kacang hijau.
f) Hindari makanan yang asam seperti buah jeruk, tomat, jambu.
g) Minum minimal 2 liter atau 8-10 gelas sehari
h) Konsumsi makanan yang mengandung tinggi asam folat seperti:
bayam, kubis, jagung, brokoli dan selada
i) Jika mual dan muntah terus berlanjut segera ke bidan atau
dokter
b. Sembelit/Susah buang air besar
1) Penyebab
a) Pengaruh hormon kehamilan (progesteron) dan hormon
pencernaan (motilin)
Hormon kehamilan (progesteron) berperan dalam proses
relaksasi pada kerja otot halus. Peningkatan hormon ini,
mengakibatkan gerakan atau mobilitas organ pencernaan
menjadi relaks atau lambat. Akibatnya, proses pengosongan
lambung jadi lebih lama dan waktu transit makanan di
lambung meningkat. Selain itu, penurunan hormon motilin
(hormon pencernaan) mempengaruhi gerakan peristaltik
usus (pijatan di usus, salah satu aktivitas mencerna
makanan) juga melambat sehingga daya dorong dan
kontraksi usus terhadap sisa-sisa makanan melemah.
Alhasil, sisa makanan menumpuk lebih lama di usus dan
sulit dikeluarkan
b) Penurunan aktifitas ibu hamil
Kurangnya aktivitas dapat mempengaruhi proses metabolisme
di dalam tubuh sehingga mempengaruhi gerakan peristaltik
usus yang menyebabkan terjadinya sembelit/ susah buang
air besar
2) Penanganan
a) Konsumsi makanan tinggi serat seperti: roti gandum,
buah(papaya), kacangkacangan dan sayuran (seledri, kubis,
bayam, selada air dl)
b) Hindari minum kopi, minuman bersoda dan alkohol serta
hindari rokok
c) Minum minimal 2 liter atau 8-10 gelas sehari
d) Lakukan latihan fisik (olahraga) ringan seperti jalan pagi
e) Mandi atau berendam dengan air hangat
f) Lakukan pijat refleksi pada daerah lengkungan kaki secara
melingkar selama 5 menit
g) Jika keluhan terus berlanjut segera ke bidan atau dokter
c. Heartburn/ Rasa Panas Pada Bagian Dada
1) Penyebab
a) Hormon Kehamilan (Progesterone)
Peningkatan hormone kehamilan (progesterone) sehingga
menyebabakan penurunan kerja lambung dan esophagus
bawah akibatnya makanan yang masuk cenderung lambat
dicerna sehingga makanan menumpuk hal ini
menyebabakan
rasa penuh atau kenyang dan kembung.
b) Tekanan dari rahim yang semakin membesar karena
kehamilan pada isi lambung
2) Penanganan.
a) Makan dengan jumlah kecil tapi sering setiap 1-2 jam.
b) Hindari makan sebelum tidur, beri jeda 2-3 jam agar
makanan dapat dicerna terlebih dahulu
c) Hindari makanan pedas, makanan berminyak/berlemak
seperti gorengan
d) Hindari makanan yang asam seperti buah jeruk, tomat,
jambu
e) Kurangi makanan yang mengandung gas seperti kacang-
kacangan,
f) Konsumsi makanan tinggi serat seperti roti gandum, buah
(papaya), kacangkacangan dan sayuran (seledri, kubis,
bayam, selada air, dll)
g) Sebaiknya minum setelah selesai makan dan hindari makan
dengan terburu-buru.
h) Hindari minum kopi, minuman bersoda dan alcohol serta
hindari rokok
i) Atur posisi tidur senyaman mungkin dengan posisi setengah
duduk
j) Gunakan pakaian yang longgar dan nyaman
d. Keputihan
1) Penyebab
a) Keputihan yang keluar dari vagina dikatakan normal karena
meningkatnya hormon kehamilan (estrogen)
b) Stress
c) Kelelahan yang sangat. Jika kadar gula darah ibu tinggi
2) Penanganan
a) Menjaga kebersihan diri terutama daerah kewanitaan
(vagina)
b) Mengganti celana dalam sesering mungkin apabila terasa
basah dan lembab
c) Membersihkan vagina dengan benar yaitu dengan cara
membasuh vagina dari depan kebelakang setelah buang air
kecil dan buang air besar kemudian mengeringkan dengan
handuk bersih atau tissue.
d) Menggunakan bahan celana katun atau yang mudah diserap
keringat
e) Jika keputihan bertambah banyak disertai dengan rasa gatal,
nyeri, panas, demam, cairan bebau dan berubah warna
menjadi kehijauan atau kuning segera ke bidan atau dokter
e. Pusing
1) Penyebab
a) Hormon kehamilan (progesterone)
Peningkatan hormone menyebabkan pembuluh darah melebar
sehingga darah cenderung berkumpul di kaki, sehingga
menyebabkan tekanan darah ibu lebih rendah dari biasanya,
yang dapat mengurangi aliran darah ke otak Anda,
menyebabkan pusing sementara
b) Anemia
Hal ini terjadi karena peningkatan volume plasma darah yang
akan mempengaruhi kadar haemoglobin darah, sehingga
jika peningkatan volume dan sel darah merah tidak
diimbangi dengan kadar hemoglobin yang cukup, akan
mengakibatkan terjadinya anemia.
c) Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Karena aliran darah ke otak berkurang, maka asupan oksigen
pun berkurang sehingga menyebabkan pusing.
d) Kadar gula darah rendah yang terjadi karena tubuh
menyesuaikan dengan perubahan pada tubuh selama
kehamilan
e) Varises
Hal ini terjadi yaitu karena adanya peningkatan volume plasma
darah yang akan mempengaruhi pada kadar haemoglobin
darah ibu sehingga menyebabkan pusing
2) Penanganan
a) Konsumsi makanan yang mengandung zat besi seperti
bayam, kangkung, brokoli, daun ubi jalar, dan sayur-
sayuran berwarna hijau dan daging merah
b) Konsumsi makanan bergizi seimbang ( mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral
c) Minum minimal 2 liter atau 8-10 gelas perhari
d) Atur posisi tidur yang nyaman sebaiknya berbaring miring
kiri
e) Berbaring dengan posisi kaki lebih ditinggikan
f) Hindari posisi tidur terlentang lebih dari 5 menit.
g) Istirahat dan tidur yang cukup, siang hari 1-2 jam dan
malam ± 8 jam
h) Lakukan gerakan ringan ketika berdiri lama
i) Kurangi aktivitas yang berat dan melelahkan.
j) Hindari perubahan posisi secara tiba-tiba seperti dari posisi
jongkok ke posisi berdiri
k) Gunakan pakaian yang longgar dan nyaman
l) Lakukan tehnik nafas dalam.
m) Hindari stress
n) Buka jendela di pagi hari untuk mendapat udara yang bersih
o) Jika pusing menetap dan bertambah disertai sakit kepala
yang hebat, pandangan kabur, mata berkunang-kunang ,
lemas, nyeri ulu hati
f. Mudah Lelah
1) Penyebab
Selama awal kehamilan, perubahan hormonal mungkin
penyebab kelelahan. Tubuh ibu memproduksi lebih banyak
darah untuk membawa nutrisi ke bayi ibu tumbuh. Kadar gula
darah ibu dan tekanan darah juga lebih rendah. Hormon,
terutama peningkatan kadar progesteron, yang bertanggung
jawab untuk membuat ibu mengantuk. Selain perubahan fisik
yang terjadi dalam tubuh , perubahan emosi dapat berkontribusi
untuk penurunan energi. Pada akhir kehamilan cepat lelah
terjadi disebabkan nokturia (sering berkemih di malamm hari).
2) Penanganan
a) Minum minimal 2 liter atau 8-10 gelas sehari
b) Hindari minum kopi, minuman bersoda dan alcohol serta
hindari rokok
c) Konsumsi makanan bergizi seimbang (mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral)
d) Minum susu hangat ± 2 jam sebelum tidur
e) Istirahat dan tidur yang cukup, siang hari 1-2 jam dan
malam ± 8 jam
f) Lakukan latihan fisik ( olahraga) ringan seperti jalan pagi
g) Jika keluhan bertambah buruk,disertai rasa sesak nafas,
jantung berdebar-debar, disertai pusing maka segera datang
ke tenaga kesehatan.
g. Perdarahan dari kemaluan (vagina)
1) Penyebab
a) Perdarahan dapat berasal dari vagina, serviks dan uterus
b) Keguguran
c) Perdarahan dari tempat tertanamnya ari-ari didalam rahim
d) Hamil anggur (molahidatidosa)
e) Hamil diluar rahim (kehamilan ektopik)
2) Penanganan
a) Bila terjadi perdarahan pada trimester I tindakan
pertolongan pertama yang paling efektif adalah banyak
istirahat untuk mengurangi resiko terjadi keguguran dan
tingkatkan asupan asam folat
b) Apabila ibu mengalami flek darah segera datang ke bidan
atau dokter kandungan.

h. Sering kencing
1) Penyebab
a) Trimester I
Selama kehamilan terjadi perubahan pada sistem
perkemihan mulai usia kehamilan 7 minggu, keinginan
sering buang air kecil pada awal kehamilan ini dikarenakan
rahim yang membesar dan menekan kandung kencing
b) Trimester II dan III
Seiring bertambah usia kehamilan, berat rahim akan
bertambah dan ukuran rahim mengalami peningkatan
sehingga rahim membesar kearah luar pintu atas panggul
menuju rongga perut. Perubahan ini menyebabkan
tertekannya kandung kemih yang terletak di depan rahim.
Tertekannya kandung kemih oleh volume rahim
menyebabkan kapasitas kandung kemih berkurang,
akibatnya daya tampung kandung kemih berkurang. HaL ini
memicu meningkatnya frekuensi berkemih
2) Penanganan
a) Tetap minum pada siang hari dan mengurangi minum pada
2 jam sebelum tidur
b) Hindari minum kopi, minuman bersoda dan alcohol serta
hindari rokok
c) Lakukan latihan untuk memperkuat otot-otot dasar panggul,
otot-otot vagina, perut (latihan kegel) Caranya, kerutkan
otot-otot sekitar lubang vagina, saluran kemih dan anus
(seperti ketika menahan kencing). Tahan selama beberapa
saat, lalu lepaskan. Lakukan setidaknya 25 kali pengulangan
pada waktu yang berbeda dalam sehari
d) Menjaga kebersihan diri terutama daerah kewanitaan
(vagina)
e) Mengganti celana dalam sesering mungkin apabila terasa
basah dan lembab
f) Gunakan pakaian yang mudah menyerap keringat seperti
katun
g) Tidak menahan buang air kecil dan bak sampai kandung
kemih kosong
h) Apabila buang air kecil terasa perih, panas, dan keluar darah
segera ke bidan atau dokter
i. Nyeri perut bagian bawah
1) Penyebab
a) Penyebab yang berhubungan dengan kehamilan
1.) Ancaman kegururan
2.) Kehamilan di luar rahim (tuba fallopi)
b) Penyebab di luar kehamilan
1.) Adanya kista
2.) Mioma uteri
3.) Usus buntu (appendiksitis)
2) Penanganan
a) Jangan panik
b) Beritahu suami dan keluarga
c) Siapkan perlengkapan pakaian ibu
d) Segera periksakan ke tenaga kesehatan terdekat (bidan atau
dokter)
3. Kebutuhan fisik dan psikologis ibu hamil
a. Kebutuhan Fisik
1) Mandi secara teratur minimal 2 kali sehari
2) Olahraga seperti senam pagi, senam yoga, dan lain lain
3) Menjaga personal hygiene
b. Kebutuhan psikologi
1) Dukungan suami dan keluarga
2) Dukungan lingkungan
3) Peran bidan dalam persiapan psikologi ibu hamil
4. Kebutuhan gizi dan nutrisi ibu hamil
a. Nasi atau gandum
b. Buah-buahan
c. Sayuran
d. Protein hewani nabati
e. Lemak
f. Susu
g. Air putih 2 liter (8 gelas perhari)
5. Tanda - tanda bahaya persalinan :
a. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas – mulas
b. Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan
c. Tali pusat, tangan, dan kaki bayi keluar lebih dahulu dari jalan lahir
d. Tidak kuat mengejan
e. Mengalami kejang-kejang
f. Air ketuban keruh dan berbau
g. Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas – mulas
h. Setelah bayi lahir ari-ari tidak keluar
i. Gelisah mengalami kesakitan yang hebat
j. Pendarahan setelah bayi lahir.

6. Persiapan persalinan
a. Menyiapkan perlengkapan (perlengkapan ibu dan bayi) seperti baju
ganti, pembalut khusus untuk ibu pasca bersalin, sarung, dan
sebagainya.
b. Tetap menjaga kebugaran ( menjaga tubuh tetap bugar dan sehat bagi
ibu hamil cenderung memiliki proses yang lebuh mudah, oleh sebab
itu ibu hamil di anjurkan berolahraga seperti berjalan kaki perhari atau
ikut kelas yoga untuk ibu hamil)
c. Menyiapkan keluarga yang golongan darahnya sama dengan ibu hamil
d. Pelajari beberapa posisi persalinan yang umum
e. Menentukan tempat bersalin
7. Pentingnya pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan dan oleh tenaga
kesehatan
Apa yang dimaksud dengan persalinan ditolong tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan terampil sesuai standar (bidan, dokter, dan tenaga
paramedis lainnya di fasilitas kesehatan).
Mengapa harus mendapatkan pertolongan persalinan di fasilitas
kesehatanAgar ibu hamil dan bayi secara cepat dan tepat mendapat
fasilitas kesehatan yang bersih dan aman. mendapat pertolongan dan
pelayanan  dari tenaga Kesehatan siap di tempat. Penolong
persalinan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan dalam proses
persalinan. Pemeriksaan kehamilan yang berkualitas baik, bukan
jaminan untuk terjadinya komplikasi pada saat persalinan, karena
masih ada faktor lain yang juga penting yaitu penolong persalinan.
Persalinan akan berlangsung aman dan lancar bila dilaksanakan oleh
tenaga terlatih.
a. Pertolongan persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan di
Fasilitas Kesehatan?
1) Menurunkan kesakitan dan komplikasi persalinan
2) Memberikan pelayanan yang cepat dan tepat bila terjadi
komplikasi
3) Memberikan kenyamanan keamanan dan keselamatan pada ibu
hamil, bersalin dan nifas

Untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui strategi MPS,
yang mana salah satu pesan kuncinya yaitu setiap persalinan ditolong oleh
14 tenaga kesehatan. Pembagian tenaga persalinan di Indonesia dibagi
menjadi tenaga profesional meliputi dokter spesialis obstetri dan
ginekologi, dokter umum, bidan, pembantu bidan dan perawat kesehatan.
Tenaga non professional meliputi dukun bayi terlatih dan dukun bayi tidak
terlatih.

BAB II
PENATALAKSANAAN

A. Pelaksanaan kegiatan
Adapun penatalaksanaan yang dilakukan antara lain:
1. Perkenalan antara mahasiswa dan para ibu hamil yang di Desa Koyobunga
2. Penyuluhan ini dilakukan pada tanggal 03 Juni 2021 pukul 09.00 s.d
Selesai di setiap rumah Ibu hamil Desa Koyobunga
3. Yang mengikuti penyuluhan HE yaitu Ibu hamil yang ada di Desa
Koyobunga
4. Menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan “kegiatan penyuluhan
tentang HE ibu hamil”
5. Pembagian leaflet kepada ibu hamil
6. Memberikan evaluasi pada ibu hamil
a. Apakah Ibu sudah mengetahui pemeriksaan kehamilan dilakukan
minimal berapa kali ?
b. Apa yang perlu disiapkan sebulum menjalani proses persalinan ?
7. Melaksanakan penyuluhan tentang HE pada ibu hamil melalui media
leaflet
8. Memberikan kesempatan kepada ibu hamil untuk bertanya mengenai
penyuluhan yang telah diberikan dan disesi ini tidak ada masyarakat yang
ingin bertanya
B. Penutup
1. Ucapan terimakasih kepada ibu hamil yang telah berpartisipasi mengikuti
penyuluhan
2. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan

BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Laporan pelaksanaan kegiatan


1. Tahapan persiapan
Pada tahapan ini, kami melakukan penyuluhan di setiap Rumah Ibu
Hamil. Kegiatan penyuluhan ini telah diberi izin oleh Aparat Desa
Koyobunga dan berlangsung selama 20 menit, dengan media penyuluhan
berupa lifleat. Pihak Aparat Desa menyatakan dukungannya terkait
penyuluhan HE Pada Ibu Hamil dan kegiatan dilaksanakan pada tanggal
3 juni 2021 yang bertempat di setiap rumah ibu hamil Desa Koyobunga,
Kecamatan Bulagi Utara, Kabupaten Banggai Kepulauan. Kegiatan
berjalan dengan lancar hingga selesai dan tidak ada pertanyaan dari ibu
hamil
2. Hambatan
Tidak ada hambatan yang di hadapi selama penyuluhan
berlangsung
3. Hasil
Setelah melakukan Penyuluhan HE pada ibu hamil, ibu telah :
a. Mengetahui ANC teratur
b. Mengetahui cara mengatasi ketidaknyamanan yang dirasakan Ibu
hamil selama masa kehamilan
c. Mengetahui kebutuhan fisik dan psikologis ibu hamil
d. Mengetahui kebutuhan gizi dan nutrisi ibu hamil
e. Mengetahui tanda dan bahaya pada kehamilan
f. Mengetahui persiapan persalinan

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki dampak positif
karena dapat meningkatkan kesadaran pada ibu hamil tentang pentingnya
bersalin fasilitas kesehatan agar mereka tahu apa saja tanda gejala bahaya
kehamilan, sehingga ibu hamil lebih memperhatikan pentingnya untuk selalu
melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di fasilitas kesehatan
terdekat.Program penyuluhan tentang HE Ibu hamil yang dihadiri oleh ibu
hamil.Asuhan Antental Care adalah suatu program yang terencana berupa
absorvasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh
suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan.
B. Saran
D. Semoga dengan adanya kegiatan penyuluhan HE Ibu hamil, para
ibu hamil lebih bijak dalam mengambil keputusan. Dan para ibu hamil dapat
lebih memperhatikan kesehatannya dan bayinya sehingga angka kematian dan
kesakitan ibu dan bayi dapat berkurang.
E. Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan tentang
HE ibu hamil, antara lain :
1. Ibu hamil wajib mengetahui betapa pentingnya bersalin di fasilitas
kesehatan
2. Ibu hamil wajib melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di fasilitas
kesehatan terdekat
3. Ibu hamil wajib mengkonsumsi tablet penambah darah (Tablet Fe)
4. Ibu hamil wajib mengonsumsi makanan bergizi (sayur, daging, ikan, telur
dan susu)
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.ums.ac.id/30733/2/BAB_I.pdf.persalinandifasilitaskesehatan.
(Di akses pada Minggu, 19 Juni 2021 Pukul 10.00 Wita)
Ermawati, B. L., Pratiwi, D. R., & Maryam, S. (2018). Hubungan Keteraturan
Antenalcare Dengan Persalinan Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Mangkung
Kabupaten Lombok Tengah Tahun 2018. 6, 36–40.
Hamil, S., & Ketidaknyamanan, D. A. N. (2018). pISSN 2477-3441 eISSN 2477-
345X PREGNANCY EXERCISE AND PREGNANCY DISCOMFORT IN
THE THIRD Jurnal Bidan “ Midwife Journal ” Volume 5 No . 01 , Jan 2018
pISSN 2477-3441 eISSN 2477-345X PENDAHULUAN. 5(01), 33–39.
( Di akses pada Minggu, 19 Juni 2021 Pukul 10.00 Wita)
Lampiran I
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PERSALINAN DI FASILITAS KESEHATAN (FASKES)

Masalah : HE pada Ibu Hamil

Sasaran : Ibu Hamil

Jam : 09 : 00-Selesai

Waktu : 20Menit

Tanggal : 03 juni 2021

Tempat : Di Setiap Rumah Ibu Hamil


Pemateri : Mahasiswa

A. Latar Belakang

Persalinan merupakan suatu proses fisiologis yang dialami oleh wanita.


Pada proses ini terjadi serangkaian perubahan besar yang terjadi pada ibu
untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir (Decherney et al, 2007).
Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor
resiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal
care untuk mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan
persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau
keadaan janin.
B. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan penyuluhan/HE pada Ibu hamil, ibu dan keluarga


dapatmengetahuipentingnya pemeriksaan ANC teratur.
C. Tujuan khusus
Setelah mendapatkan HE tentang Persalinan DiFaskes, ibu dan keluarga
dapat :
1. Mengetahui ANC teratur
2. Mengetahui cara mengatasi ketidaknyamanan yang dirasakan Ibu hamil
selama masa kehamilan

3. Mengetahui kebutuhan fisik dan psikologis ibu hamil

4. Mengetahui kebutuhan gizi dan nutrisi ibu hamil

5. Mengetahui tanda dan bahaya pada kehamilan

6. Mengetahui persiapan persalinan

7. Mengetahui pentingnya pertolongan persalinan di Fasilitas kesehatan


dan oleh Tenaga kesehatan

D. Materi Penyuluhan
1. Materi
HE pada ibu hamil
2. Sub pokok pembahasan
a. ANC teratur

b. Ketidaknyamanan selama kehamilan dan cara mengatasinya

c. Kebutuhan fisik dan psikologis ibu hamil

d. Kebutuhan gizi dan nutrisi ibu hamil

e. Tanda dan bahaya pada kehamilan

f. Persiapan persalinan

g. Pentingnya pertolongan persalinan di Fasilitas kesehatan dan oleh


Tenaga kesehatan

E. Metode Penyuluhan
Ceramah
F. Media
Leaflet
G. Kegiatanpenyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Kegiatan

1. 09.00 WITA Pembukaan 1. Menjawab Salam


1. Salam pembuka 2. Memperhatikan
2. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
3. Menyebutkan materi
yang akan diberikan
2. 09.15- Pelaksanaan Memperhatikan
10.30WITA 1. ANC teratur

2. Ketidaknyamanan
selama kehamilan dan
cara mengatasinya

3. Kebutuhan fisik dan


psikologis ibu hamil

4. Kebutuhan gizi dan


nutrisi ibu hamil

5. Tanda dan bahaya pada


kehamilan

6. Persiapan persalinan

7. Pentingnya pertolongan
persalinan di Fasilitas
kesehatan dan oleh
Tenaga kesehatan

3. 10.35 WITA Penutup 1. Memperhatikan


1. Memberikan 2. Menjawab Salam
kesempatan kepada Ibu
hamil untuk bertanya
2. Mengakhiri pertemuan
dan mengucapkan salam
H. Evaluasi
Diharapkan keluarga mampu :
1. Menjelaskan kapan pemeriksaan ANC teratur
2. Menjelaskan apa saja ketidaknyamanan selama kehamilan dan cara
mengatasinya
3. Menjelaskan kebutuhan fisik dan psikologis ibu hamil
4. Menjelaskan kebutuhan gizi dan nutrisi ibu hamil
5. Menjelaskan tanda bahaya kehamilan
6. Menjelaskan persiapan persalinan
7. Menjelaskan pentingnya pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan
dan oleh tenaga kesehatan
I. Lampiran Materi
1. Antenatal Care teratur

Asuhan Antental Care adalah suatu program yang terencana berupa


absorvasi, edukasi, dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk
memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang
aman dan memuaskan.Melakukan kunjungan saat hamil secara teratur
minimal 6 kali kunjungan akan menyehatkan ibu dan bayi yang di
kandungnya.

2. Ketidaknyamanan selama kehamilan dan cara mengatasinya


Kehamilan merupakan suatu anugerah yang didambakan semua
wanita sebagai calon ibu. Fase awal kehamilan disebut trimester
pertama yang dimulai dari konsepsi sampai minggu ke-12 kehamilan.
Pada fase ini, umumnya terjadi pengaruh hormonal dan perubahan
produksi, anatomi, dan fisiologi. Perubahan-perubahan ini
mengakibatkan tubuh secara aktif melakukan penyesuian yang
menimbulkan perubahan fisik maupun psikologis ibu. Wanita yang
hamil muda akan merasa mual, muntah, pusing, meriang dan lemas.
3. Kebutuhan fisik dan psikologis ibu hamil
a. Kebutuhan Fisik
1) Mandi secara teratur minimal 2 kali sehari
2) Olahraga seperti senam pagi, senam yoga, dan lain lain
3) Menjaga personal hygiene
b. Kebutuhan psikologi
1.) Dukungan suami dan keluarga
2.) Dukungan lingkungan
3.) Peran bidan dalam persiapan psikologi ibu hamil
4. Kebutuhan gizi dan nutrisi ibu hamil
a. Nasi atau gandum
b. Buah-buahan
c. Sayuran
d. Protein hewani nabati
e. Lemak
f. Susu
g. Air putih 2 liter (8 gelas perhari)
5. Tanda - tanda bahaya persalinan :
a. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mulas – mulas
b. Keluar darah dari jalan lahir sebelum melahirkan
c. Tali pusat, tangan, dan kaki bayi keluar lebih dahulu dari jalan
lahir
d. Tidak kuat mengejan
e. Mengalami kejang-kejang
f. Air ketuban keruh dan berbau
g. Air ketuban keluar dari jalan lahir sebelum terasa mulas – mulas
h. Setelah bayi lahir ari-ari tidak keluar
i. Gelisah mengalami kesakitan yang hebat
j. Pendarahan setelah bayi lahir.

6. Persiapan persalinan
a. Menyiapkan perlengkapan (perlengkapan ibu dan bayi) seperti
baju ganti, pembalut khusus untuk ibu pasca bersalin, sarung, dan
sebagainya.
b. Tetap menjaga kebugaran ( menjaga tubuh tetap bugar dan sehat
bagi ibu hamil cenderung memiliki proses yang lebuh mudah,
oleh sebab itu ibu hamil di anjurkan berolahraga seperti berjalan
kaki perhari atau ikut kelas yoga untuk ibu hamil)
c. Menyiapkan keluarga yang golongan darahnya sama dengan ibu
hamil
d. Pelajari beberapa posisi persalinan yang umum
e. Menentukan tempat bersalin
7. Pentingnya pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan dan oleh
tenaga kesehatan
Apa yang dimaksud dengan persalinan ditolong tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
terampil sesuai standar (bidan, dokter, dan tenaga paramedis lainnya
di fasilitas kesehatan).
Mengapa harus mendapatkan pertolongan persalinan di fasilitas
kesehatanAgar ibu hamil dan bayi secara cepat dan tepat mendapat
fasilitas kesehatan yang bersih dan aman. mendapat pertolongan dan
pelayanan  dari tenaga kesehatan siap di tempat. Penolong persalinan
merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan dalam proses persalinan.
Lampiran II

LEAFLET
Lampiran III

DOKUMENTASI

Kegiatan : Kamis, 03 Juni 2021, dilakukan penyuluhan HE kepada ibu hamildi


Dusun 2 dan 3 Desa Koyobunga

Pemeriksaan TTV dan Leopold pada ibu hamil


LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN
DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA KAB. BANGGAI
KEPULAUAN

“PENYULUHAN HIPERTENSI”

Diajukan untuk melengkapi salah satu persyaratan


penyelesaian praktik klinik kebidanan DTPK

Disusun Oleh :

Gledis Veronika (PO7124119022)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpatkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami.

Laporan praktik DTPK di Desa Paisuluno Kecamatan Bulagi Utara Kabupaten


Banggai Kepulauan Tahun 2021 memuat informasi yang ada di Desa Paisuluno
serta pelaksanaan kegiatan sampai dengan pencapaian dalam rangka penyelesaian
program kerja kami.

Kami berterimakasih kepada Bapak Camat Bulagi Utara , Bapak Kepala


Puskesmas sabang, Bapak Kepala Desa Paisuluno, Aparat Desa Paisulunno dan
Bidan Desa Paisuluno yang telah membantu kami dalam penyelesaian program
kerja kami, Bapak Ibu dosen yang telah membimbing kami. Dan kami juga
berterimakasih kepada masyarakat Desa Montop yang telah menerima kami
dengan baik.

Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik, semoga laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik DTPK
selanjutnya

Koyobunga, Juni 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...
A. LATAR BELAKANG…………………………………………………..
B. TINJAUAN TEORI……………………………………………………..
1. Pengertian Hipertensi………………………………………………..
2. Tanda dan Gejala Hipertensi………………………………………..
3. Penyebab Hipertensi…………………………………………………
4. Jenis Hipertensi…………………………………………………...….
5. Mekanisme Garam Menyebabkan Hipertensi……………………….
6. Klarifikasi Hipertensi………………………………………………..
7. Komplikasi Hipertensi……………………………………………….
8. Pencegahan Hipertensi……………………………………………….

BAB II PENATALAKSANAAN……………………………………………..

A. Penyuluhan Asi ekklusif…………………………………………………


B. Penutup…………………………………………………………………..

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PROGRAM KERJA……………..

A. Tahapan persiapan……………………………………………………….
B. Hambatan………………………………………………………………..
C. Hasil kegiatan……………………………………………………………

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………………………………………

A. KESIMPULAN…………………………………………………………...............
B. SARAN…………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………

LAMPIRAN……………………………………………………………………

A. Satuan Acara Penyuluhan………………………………………………


B. Leaflet…………………………………………………………………..
C. Dokumentasi ……………………………………………………………
D. Absen……………………………………………………………………

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan
perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara
maju maupun Negara berkembang. Data WHO tahun 2000 menunjukkan,
di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi
menderita hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita.
Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025.
Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639
sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia.
Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia terus terjadi
peningkatan. Hasil Pengawasan Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada
tahun 2000 sebesar 21% menjadi 26,4% dan 27,5% pada tahun 2001 dan
2004. Selanjutnya, diperkirakan meningkat menjadi 37% pada tahun 2015
dan menjadi 42% pada tahun 2025. Menurut Data Kementerian Kesehatan
RI tahun 2009 menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi sebesar 29,6%
dan meningkat 34,1% tahun 2010. Data Dinas Kesehatan kota Semarang
tahun 2009 menyebutkan prevalensi hipertensi sebesar 12,85 % dengan
jumlah kasus sebanyak 2063 (Apriany, 2012)
Prevalensi Penyakit Hipertensi pada tahun 2008 hingga tahun 2010
menunjukkan adanya penurunan kasus yang cukup tinggi, pada tahun 2008
sebesar 865204 jiwa, pada tahun 2009 sebesar 698816 jiwa, pada tahun
2010 sebesar 562117 jiwa. Namun, pada tahun 2011 terjadi peningkatan
jumlah kasus sebesar 634860 jiwa (Dinkesprov, 2011).
Salah satu komplikasi utama dari hipertensi adalah stroke. Zat-zat yang
terlarut seperti kolesterol, kalsium dan lain-lain akan mengendap pada
dinding pembuluh yang dikenal dengan istilah penemuan pembuluh darah.
Bila pembuluh darah terjadi dalam waktu yang lama dengan tekanan darah
yang sangat tinggi, maka pembuluh darah akan pecah yang akan
mengakibatkan suplai darah ke otak berkurang dan tidak adekuat lagi,
bahkan terhenti selanjutnya menimbulkan stroke (Pudiastuti, 2011).
B. Tinjauan Teori
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi ( HTN ) atau tekanan darah tinggi , kadang-kadang disebut
juga dengan hipertensi arteri ,adalah kondisi medis kronis dengan tekanan
darah di arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus
bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui
pembuluh darah.
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO,
2013; Ferri, 2017).
Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk stroke , infark miokard
(serangan jantung), gagal jantung , aneurisma arteri (misalnya aneurisma
aorta ), penyakit arteri perifer , dan penyebab penyakit ginjal kronik.
2. Tanda dan Gejala Hipertensi
Hipertensi jarang menunjukkan gejala, dan pengenalannya biasanya
melalui skrining, atau saat mencari penanganan medis untuk masalah
kesehatan yang tidak berkaitan. Beberapa orang dengan tekanan darah
tinggi melaporkan sakit kepala (terutama di bagian belakang kepala dan
pada pagi hari), serta pusing, vertigo, tinitus (dengung atau desis di dalam
telinga), gangguan penglihatan atau pingsan. Sedangkan gejala umum
yang mungkin terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi meliputi:
a. Sakit kepala saat bangun tidur yang kemudian menghilang setelah
beberapa jam.
b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.
c. Mudah lelah, lesu, Impoten.
d. Telinga berdenging.
e. Detak jantung berdebar cepat.
f. Pandangan agak kabur, susah tidur, sakit pinggang, dan mudah
menjadi marah.
3. Penyebab Hipertensi
Tekanan darah tinggi adalah salah satu faktor resiko untuk stroke,
serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan
penyebab utama gagal jantung kronis. Selain faktor genetika, usia, dan
jenis kelamin, ada beberapa faktor penyebab lain, antara lain:

a.Stres atau perasaan tertekan.


b. Kegemukan (Obesitas).
c. Kebiasaan merokok.
d. Kurang berolahraga.
e. Kelainan kadar lemak dalam darah (Dislipidemia).
f. Konsumsi yang berlebihan atas garam, alkohol, dan makanan yang
berlemak tinggi.
g. Kurang mengonsumsi makanan yang berserat dan diet yang tidak
seimbang.
4. Jenis Hipertensi
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer (esensial) adalah jenis hipertensi yang paling
umum, meliputi sebanyak 90–95% dari seluruh kasus hipertensi. Dalam
hampir semua masyarakat kontemporer, tekanan darah meningkat
seiring penuaan dan risiko untuk menjadi hipertensi di kemudian hari
cukup tinggi. Hipertensi diakibatkan oleh interaksi gen yang kompleks
dan faktor lingkungan. Berbagai gen yang sering ditemukan sedikit
berpengaruh pada tekanan darah, sudah diidentifikasi, demikian juga
beberapa gen yang jarang yang berpengaruh besar pada tekanan darah
tetapi dasar genetik dari hipertensi masih belum sepenuhnya
dimengerti.
Beberapa faktor lingkungan mempengaruhi tekanan darah. Faktor
gaya hidup yang menurunkan tekanan darah di antaranya mengurangi
asupan garam dalam makanan, meningkatkan konsumsi buah-buahan
dan produk rendah lemak (Pendekatan Diet untuk Menghentikan
Hipertensi (diet DASH)). Olah Raga, penurunan berat badan dan
menurunkan asupan alkohol juga membantu menurunkan tekanan
darah. Kemungkinan peranan faktor lain seperti stres, konsumsi kafein,
dan defisiensi Vitamin D kurang begitu jelas. Resistensi insulin, yang
umum ditemukan pada obesitas dan merupakan komponen dari sindrom
X (atau sindrom metabolik), juga diduga ikut berperan dalam
mengakibatkan hipertensi. Studi terbaru juga memasukkan kejadian-
kejadian pada awal kehidupan (contohnya, berat lahir rendah, ibu
merokok, dan kurangnya air susu ibu) sebagai faktor risiko bagi
hipertensi esensial dewasa. Namun, mekanisme yang menghubungkan
paparan ini dengan hipertensi dewasa tetap tidak jelas.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadi akibat suatu penyebab yang diketahui.
Penyakit ginjal adalah penyebab sekunder tersering dari hipertensi.
Hipertensi juga bisa disebabkan oleh kondisi endokrin, seperti sindrom
Cushing, hipertiroidisme, hipotiroidisme, akromegali, sindrom Conn
atau hiperaldosteronisme, hiperparatiroidisme, dan feokromositoma.
Penyebab lain dari hipertensi sekunder di antaranya obesitas, henti
nafas saat tidur, kehamilan, koarktasio aorta, konsumsi akar manis
(licorice) yang berlebihan, serta obat resep, obat herbal, dan obat-obat
terlarang. Adapun lagi penyebab dari hipertensi sekunder yaitu :

1. Stenosis arteri renalis

Stenosis arteri renalis ini memerangi aliran darah ginjal dan laju
filtrasi glomerulus (LFG), menstimulasi pelepasan rennin dan
produksi angiotensin II. Angiotensin II menyebabkan hipertensi
melalui fase konstriksi dan stimulasi pelepasan aldosteron dan
retensi natrium. Jika kedua ginjal terkena, hipervolemia dan
hipertensi akhirnya mengembalikan perfusi ginjal dan kadar rennin
sedikit turun. Jika salah satu ginjal normal, hipertensi akan
meningkatkan LFG. Hal ini memacu eksresi natrium oleh ginjal yang
sehat, namun perfusi pada ginjal yang mengalami stenosis tetap
kurang dan terus menghasilkan kadar rennin yang sangat tinggi.

2. Hiperaldosteronisme primer

Hiperaldosteronisme primer mencakup satu sampai dua persen


dari semua kasus hipertensi. Kelebihan aldosteron meningkatkan
retensi natrium dan sekresi kalium oleh ginjal. Hipervolemia yang
terjadi menyebabkan hipertensi. Produksi rennin disupresi karna
tekanan perfusi ginjal dan penyampaian nantrium klorida ke macula
densal meningkat.

3. Penyakit ginjal interinsik

Setiap penyakit ginjal dapat menyebabkan hipertensi. Gangguan


ginjal berat mengurangi eksresi natrium serta menyebaban
hipervolemia dan hipertensi, yang bersifat ‘sensitif terhadap garam’
karna hipertensi meningkat seiring dengan asupan garam. Pada
gangguan ginjal ringan hipoperfusi ginjal yang dipersepsi memacu
sekresi rennin dan vasokontriksi yang di mediasi oleh angiotensin II.
Hipertensi ini tidak sensitive terhadap garam dan disebut resisten
garam.

5. Mekanisme Garam Menyebabkan Hipertensi


Garam menyebabkan tekanan darah seseorang. Jika kadar garam
dalam tubuh kita tinggi, maka otomatis tubuh akan berusaha menetralkan,
yaitu dengan cara mengencerkannya. Caranya adalah dengan air, melalui
dua proses mekanisme:
a. Kadar garam yang tinggi akan merangsang pusat haus di otak,
sehingga seseorang akan minum air dengan kadar lebih banyak.
(cepat haus)
b. Kadar garam yang tinggi juga menyebabkan pelepasan hormon
antidiuretik, yaitu hormon yang menyebabkan ginjal menyerap
kembali sebagian besar air yang telah disaring, sebelum dikeluarkan
menjadi air kemih. Sehingga menjadikan sejumlah besar air masuk
kembali ke dalam pembuluh darah. Kedua mekanisme diatas
menyebabkan volume darah di dalam tubuh bertambah. Itulah yang
menyebabkan tekanan darah dalam tubuh kita meningkat.
c. Salah satu cara bagaimana menjaga agar tekanan darah dalam tubuh
stabil, yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang menandung
potassium, karena potassium dalam tubuh akan bereaksi untuk
membuang sodium (yang ada dalam garam), sehingga dapat
menurunkan kadar garam dalam tubuh. Potasium banyak terdapat
pada buah-buahan dan sayur-sayuran.
6. Klarifikasi Hipertensi

Klarifikasi Tekanan sistolik Tekanan Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Normal 120 80
Pra hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat 140-159 90-99
1
Hipertensi derajat >160 >100
2

7. Komplikasi
a. Komplikasi ginjal
Mikroalbuminuria dan proteinuria dipstick merupakan tanda awal
nefropati hipertensif. Pengendalian tekanan darah memperlambat laju
kerusakan ginjal. Dampak primernya adalah kerusakan pada
pembuluh darah ginjal akibat tekanan yang mengingkat. Kerusakan
pada pembuluh resisten ini membuat endotel kapiler glomerulus
terkena hipertensi yang merusak.
b. Komplikasi kardiovaskular
Resistensi vascular yang tinggi membuat jantung teregang dan
menyebabkan hipertopi ventrikel kiri. Hipertensi juga meningkatkan
aterosklerosis arteri.
8. Pencegahan
Cukup banyak orang yang mengalami hipertensi tetapi tidak
menyadarinya. Diperlukan tindakan yang mencakup seluruh populasi
untuk mengurangi akibat tekanan darah tinggi dan meminimalkan
kebutuhan terapi dengan obat antihipertensi. Dianjurkan perubahan gaya
hidup untuk menurunkan tekanan darah, sebelum memulai terapi obat.
Pedoman British Hypertension Society 2004 mengajukan perubahan gaya
hidup yang konsisten dengan pedoman dari US National High BP
Education Program tahun 2002 untuk pencegahan utama bagi hipertensi
sebagai berikut:

a. Menjaga berat badan normal (misalnya, indeks massa tubuh 20–25


kg/m2).
b. Mengurangi asupan diet yang mengandung natrium sampai <100
mmol/ hari (<6 g natrium klorida atau <2,4 g natrium per hari). Banyak
yang tidak menyadari bahwa makanan ringan dan juga mie instan
banyak mengandung garam, demikian juga vetsin yang sebenarnya
adalah monosodium glutamate, karena sodium sebenarnya adalah
nama lain dari natrium.
c. Melakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur, misalnya jalan cepat
(≥30 menit per hari, pada hampir setiap hari dalam seminggu).
d. Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 3 unit/hari pada laki-laki dan
tidak lebih dari 2 unit/hari pada perempuan.
e. Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran (misalnya,
sedikitnya lima porsi per hari).
f. Lakukan pengecekan tekanan darah secara rutin.
Beberapa orang yang memiliki sistem metabolisme tubuh yang buruk,
biasanya tidak akan mengalami perubahan yang signifikan bahkan
setelah menjalankan hal-hal di atas. Perubahan gaya hidup yang efektif
dapat menurunkan tekanan darah setara dengan masing-masing obat
antihipertensi.
BAB II
PENATALAKSANAAN

A. Pelaksanaan Kegiatan
Adapun penatalaksaan yang di lakukan antara lain :
1. Perkenalan antara mahasiswa dan masyarakat desa.
2. Peserta pada kegiatan ini adalah bapak dan ibu di Desa Koyobunga
3. Kegiatan ini berlangsung pada hari Jumat, 04 Juni 2021 pukul 07.30
Wita
4. Menjelaskan kegiatan apa yang akan di lakuakan “ Kegiatan
penyuluhan tentang hipertensi”
5. Pembagian laeflet kepada masyarakat yang mengikuti penyuluhan
6. Memberikan evaluasi kepada masyarakat Desa Koyobunga
a. Di sini ibu ibu ada yang tau apa itu Hipertensi?
b. Apa penyebab dari Hipertensi?
7. Melaksanakan penyuluhan tentang hipertensi melalui media leafleat.
8. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya mengenai
penyuluhan yang telah di berikan, dan di sesi ini tidak ada masyarakat
yang bertanya.
B. Penutupan
1. Ucapan terimakasih kepada masyarakat yang telah berpartisipasi
mengikuti penyuluhan
2. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan.
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Laporan pelaksanaan kegiatan


1. Tahapan persiapan
Pada hari Jumat, 04 Juni2021 di lapangan Sd Inpre Desa
Koyobunga dilakukan penyuluhan tentang hipertensi kegiatan
penyuluhan ini berlangsung selama 20 menit. dengan media
penyuluhan berupa liflet Yang menjadi sasaran dari penyuluhan ini
yaitu bapak dan ibu yang ada di Desa Koyobunga. masyarakat sangat
antusias dalam mengikuti penyuluhan yang kami laksanakan dan
mengatakan sudah mengerti tentang hipertensi. Kegiatan berjalan
dengan lancar hingga selesai dan tidak ada pertanyaan.
2. Hambatan
Dalam penyuluhan tentang Hipertensi tidak ada hambatan, semua
masyarakat mengerti dengan penyuluhan yang di berikan dan kegiatan
berjalan dengan baik
3. Hasil kegiatan
Setelah dilakukan penyuluhan hipertensi masyarakat telah :
a. Mengetahui Pengertian hipertensi
b.   Mengetahui tanda dan gejala hipertensi
c.   Mengetahui penyebab Hipertensi
d. Mengetahui Jenis Hipertensi
e.   Mengetahui mekanisme garam menyebabkan hipertensi
f.   Mengetahui klarifikasi Hipertensi
g. Mengetahui komplikasi
h. Mengetahui pencegahan Hipertensi
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki dampak
positif karena dapat meningkatkan Kesadaran masyarakat tentang apa saja
bahaya dari tekanan darah tinggi (Hipertensi) dan apa saja penyebabnya.
sehingga masyarakat lebih memperhatikan pentingnya untuk selalu
melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin di fasilitas kesehatan
terdekat.
B. SARAN
Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan
tentang Hipertensi antara lain :
1. Pada pra pelaksanaan program dan saat pembentukan program
seharusnya melakukan perundingan dengan warga sehingga antusias
warga bisa lebih baik.
2. Perlu dibentuknya kader-kader sehingga program dapat belangsung
jangka panjang
3. Dalam menentukan sebuah program harus memeperhatikan kultur
masyarakat setempat
DAFTAR PUSTAKA

Carretero OA, Oparil S (January 2000). “Essential hypertension. Part I: Definition and
etiology”. Circulation 101 (3): 329–35. Doi:10.1161/01.CIR.101.3.329. PMID 10645931.

Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al. (December 2003). “Seventh report of the
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure”. Hypertension 42 (6): 1206–52.
Doi:10.1161/01.HYP.0000107251.49515.c2. PMID 14656957.

National Clinical Guidance Centre (August 2011). “7 Diagnosis of Hypertension, 7.5


Link from evidence to recommendations”. Hypertension (NICE CG 127). National
Institute for Health and Clinical Excellence. Hlm. 102. Diakses 2011-12-22.
Lampiran I

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI

Masalah : Hipertensi

Pokok Pembahasan : Hipertensi

Sasaran : Bapak dan ibu desa Koyobunga

Jam : 07.30- Selesai

Waktu : 20 Menit

Tanggal : 04 Juni 2021

Tempat : Lapangan Sd Inpres Koyobunga

Pemateri : Mahasiswa

A Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan
perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju
maupun Negara berkembang. Data WHO tahun 2000 menunjukkan, di seluruh
dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi menderita hipertensi
dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita. Angka ini kemungkinan
akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya berada di negara
sedang berkembang, temasuk Indonesia.
B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan bapak dan ibu di desa
Koyobunga mampu memahami dan mengerti tentang Hipertensi.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang Hipertensi, diharapkan
bapak dan ibu di desa Koyobunga dapat:
1.   Menjelaskan pengertian hipertensi
2.   Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
3.   Mengetahui penyebab Hipertensi
4. Menyebutkan Jenis Hipertensi
5.    Menjelaskan mekanisme garam menyebabkan hipertensi
6.    Mengetahui klarifikasi Hipertensi
7.    Mengetahui komplikasi
8.     Menjelaskan pencegahan Hipertensi
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
E. Metode Penyuluhan
Ceramah

F. Media
Leaflet
G. Kegiatan penyuluhan

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media

Kegiatan
1. Pembukaan 3 16. Mengucapkan salam 10. Menjawa Kata-
Menit 17. Memperkenalkan b salam
kata/
diri 11. Mendengarka
18. Menyampaikan n dan menyimak kalimat
tentang tujuan pokok 12. Bertany
materi a mengenai
19. Meyampakain perkenalan dan
pokok pembahasan tujuan jika ada
20. Kontrak waktu yang kurang
Jelas
2. Pelaksanaan 20 1. Penyampaian 7. Mendengarkan dan Leaflet
materi menyimak
Menit 2. Menjelaskan peng 8. Bertanya mengenai
ertian hipertensi hal- hal yang belum
3. Menjelaskan jelas dan dimengerti
tanda dan gejala
hipertensi
4. Menjelaskan
penyebab
Hipertensi
5. Menjelaskan Jenis
Hipertensi
6. Menjelaskan
mekanisme garam
menyebabkan
hipertensi
7. Menjelaskan
klarifikasi
Hipertensi
8. menjelaskan
komplikasi
9. Menjelaskan
pencegahan
Hipertensi

3. Penutup 5 13. Tanya jawab 13. Mendengar Kata-kata/


14. Memberikan 14. Memperhatikan kalimat
Menit kesempatan pada 15. Menjawab salam
peserta untuk
bertanya
15. Mengakhiri
pertemuandan
16. mengucapkan
salam

H. Evaluasi
Diharapkan keluarga mampu :
1. Menjelaskan Pengertian hipertensi
2.   Menyebutkan tanda dan gejala hipertensi
3.   Mengetahui penyebab Hipertensi
4. Menyebutkan Jenis Hipertensi
5.    Menjelaskan mekanisme garam menyebabkan hipertensi
6.    Mengetahui klarifikasi Hipertensi
7.    Mengetahui komplikasi
8.    Menjelaskan pencegahan Hipertensi
I. Materi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi ( HTN ) atau tekanan darah tinggi , kadang-kadang disebut
juga dengan hipertensi arteri ,adalah kondisi medis kronis dengan tekanan
darah di arteri meningkat. Peningkatan ini menyebabkan jantung harus
bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui
pembuluh darah.
Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk stroke , infark miokard
(serangan jantung), gagal jantung , aneurisma arteri (misalnya aneurisma
aorta ), penyakit arteri perifer , dan penyebab penyakit ginjal kronik.
2. Tanda dan Gejala Hipertensi
Hipertensi jarang menunjukkan gejala, dan pengenalannya biasanya
melalui skrining, atau saat mencari penanganan medis untuk masalah
kesehatan yang tidak berkaitan. Beberapa orang dengan tekanan darah
tinggi melaporkan sakit kepala (terutama di bagian belakang kepala dan
pada pagi hari), serta pusing, vertigo, tinitus (dengung atau desis di dalam
telinga), gangguan penglihatan atau pingsan. Sedangkan gejala umum
yang mungkin terjadi pada orang dengan tekanan darah tinggi meliputi:
a. Sakit kepala saat bangun tidur yang kemudian menghilang setelah
beberapa jam.

b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk.


c. Mudah lelah, lesu, Impoten.
d. Telinga berdenging.
e. Detak jantung berdebar cepat.
f. Pandangan agak kabur, susah tidur, sakit pinggang, dan mudah
menjadi marah.
3. Penyebab Hipertensi
Tekanan darah tinggi adalah salah satu faktor resiko untuk stroke,
serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan
penyebab utama gagal jantung kronis. Selain faktor genetika, usia, dan
jenis kelamin, ada beberapa faktor penyebab lain, antara lain:

a. Stres atau perasaan tertekan.


b. Kegemukan (Obesitas).
c. Kebiasaan merokok.
d. Kurang berolahraga.
e. Kelainan kadar lemak dalam darah (Dislipidemia).
f. Konsumsi yang berlebihan atas garam, alkohol, dan makanan yang
berlemak tinggi.
g. Kurang mengonsumsi makanan yang berserat dan diet yang tidak
seimbang.
2. Jenis Hipertensi
a. Hipertensi primer
b. Hipertensi sekunder
c. Hiperaldosteronisme
d. Penyakit ginjal interinsik
16. Mekanisme Garam Menyebabkan Hipertensi
Garam menyebabkan tekanan darah seseorang. Jika kadar garam
dalam tubuh kita tinggi, maka otomatis tubuh akan berusaha menetralkan,
yaitu dengan cara mengencerkannya. Caranya adalah dengan air, melalui
dua proses mekanisme..
5. Pencegahan
Pedoman British Hypertension Society 2004 mengajukan perubahan
gaya hidup yang konsisten dengan pedoman dari US National High BP
Education Program tahun 2002 untuk pencegahan utama bagi hipertensi
sebagai berikut:

a. Menjaga berat badan normal (misalnya, indeks massa tubuh 20–25


kg/m2).
b. Mengurangi asupan diet yang mengandung natrium sampai <100
mmol/ hari (<6 g natrium klorida atau <2,4 g natrium per hari). Banyak
yang tidak menyadari bahwa makanan ringan dan juga mie instan
banyak mengandung garam, demikian juga vetsin yang sebenarnya
adalah monosodium glutamate, karena sodium sebenarnya adalah
nama lain dari natrium.
c. Melakukan aktivitas fisik aerobik secara teratur, misalnya jalan cepat
(≥30 menit per hari, pada hampir setiap hari dalam seminggu).
d. Batasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 3 unit/hari pada laki-laki dan
tidak lebih dari 2 unit/hari pada perempuan.
e. Mengonsumsi makanan yang kaya buah dan sayuran (misalnya,
sedikitnya lima porsi per hari).
f. Lakukan pengecekan tekanan darah secara rutin.
Lampiran 2

Leaflet Hipertensi
Lampiran 3

DOKUMENTASI

Jumat, 04 Juni 2021 dilakukan penyuluhan Hipertensi kepada masyarakat desa


Koyobunga setelah kegiatan senam pagi di lapangan SD Inpers Koyobunga
Lampiran 4

ABSEN
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN
DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA, KAB.BANGGAI KEPULAUAN

“ PENYULUHAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL”

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan


Penyelesaian Praktik Klinik Kebidanan DTPK

Disusun Oleh :
Wulan Eka Dewiyanti Marisu (PO7124119036)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JUSURAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpatkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami.
Laporan praktik DTPK di Desa Koyobunga Kecamatan Bulagi Utara
Kabupaten Banggai Kepulauan Tahun 2021 memuat informasi yang ada di Desa
koyobunga serta pelaksanaan kegiatan sampai dengan pencapaian dalam rangka
penyelesaian program kerja kami.
Kami berterimakasih kepada Bapak Camat Bulagi Utara , Bapak Kepala
Puskesmas sabang, Bapak Kepala Desa Koyobunga, Aparat Desa Koyobunga dan
Bidan Desa Koyobunga yang telah membantu kami dalam penyelesaian program
kerja kami, Bapak Ibu dosen yang telah membimbing kami. Dan kami juga
berterimakasih kepada masyarakat Desa Koyobunga yang telah menerima kami
dengan baik.
Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik, semoga laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik DTPK
selanjutnya

Koyobunga, Juni 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................


DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................
B. TINJAUAN TEORI........................................................................................
1. DefinisI JKN……………………………………………………………..
2. Prinsip JKN………………………………………………………………
3. Kepersetaan JKN…………………………………………………………
4. Badan Penyelenggara Kesehatan Sosial………………………………….
5. Pelayanan Kesehatan Primer………………..……………………………
6. Puskesmas………………………………………………………………..
7. Perilaku pemanfaatan layanan Kesehatan menurut WHO ………………
BAB II HASIL PENDATAAN SELAMA DTPK.................................................
A. PENYULUHAN JKN………………………………………………………
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN PROGRAM KERJA............................
A. LAPORAN DAN PELAKSANAAN KEGIATAN………………………..
BAB IV PENUTUP..................................................................................................
A. KESIMPULAN...............................................................................................
B. SARAN...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
LAMPIRAN……………………………………………………………………….
A. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)……………………………………………
B. Leaflet……………………………………………………………………….
C. Dokumentasi………………………………………………………………...
D. Absen ……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

E. Latar Belakang
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan
menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib
(mandatory) berdasarkan Undang-undang nomor 40 tahun 2004 tentang
SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.
Penyelengaraan pelayanan kesehatan di era JKN meliputi semua
fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). FKTP
berupa Puskesmas atau yang setara, seperti dokter, praktek dokter gigi,
klinik pratama atau yang setara dan rumah sakit kelas D pratama atau yang
setara, yang harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara
komprehensif.
Fasilitas Kesehatan (faskes) yang dicakup sebelum era JKN seperti
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) menggunakan
Puskesmas dan jaringannya, Jaminan Sosial bagi Tenaga Kerja (Jamsostek)
menggunakan praktek dokter swasta, Asuransi Kesehatan (Askes) bagi PNS
menggunakan Puskesmas dan dokter praktek swasta, penerima pensiun,
veteran, perintis kemerdekaan beserta keluarga dan Program Jaminan
Kesehatan Daerah (Jamkesda) hanya menggunakan Pemberi Pelayanan
Kesehatan milik Pemerintah. Peserta BPJS Kesehatan berdasarkan Undang-
undang terbagi dua yaitu peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan bukan
Penerima Bantuan Iuran (bukan PBI).
Peserta BPJS yang tergolong PBI adalah masyarakat yang tergolong
fakir miskin atau keluarga miskin dan tidak mampu, sedangkan Peserta
bukan PBI merupakan peserta yang terdiri atas pekerja penerima upah dan
anggota keluarganya, pekerja bukan penerima upah dan anggota
keluarganya dan bukan pekerja dan anggota keluarganya. Peserta bukan PBI
yang tergolong pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja membayar
iuran jaminan kesehatan sebesar Rp.30.000,- per orang per bulan dengan
manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III, Rp.51.000,- per orang per
bulan dengan manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II, dan
Rp.80.000,- per orang per bulan dengan manfaat pelayanan di ruang
perawatan kelas I.
Puskesmas dalam sistem JKN/ BPJS memiliki peran yang besar
kepada peserta BPJS kesehatan. Apabila pelayanan Puskesmas yang
diberikan baik maka akan semakin banyak peserta BPJS yang
memanfaatkan pelayanan kesehatan, namun apabila pelayanan Puskesmas
yang diberikan kurang baik maka dapat terjadi sebaliknya. Permasalahan
klasik yang sering timbul di Puskesmas adalah berupa ketersediaan tenaga
kesehatan yang kurang, kelengkapan obat yang belum memadai, ditambah
pula dengan sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap pasien.
Terkadang hubungan antara petugas kesehatan dengan pasien belum tercipta
secara baik menimbulkan rendahnya tingkat kepercayaan terhadap layanan
yang diberikan. Hal tersebut banyak mempengaruhi minat masyarakat
khususnya peserta BPJS kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan
di Puskesmas. Pelayanan yang berkualitas adalah pelayanan yang harus
memiliki persyaratan pokok yaitu, tersedia dan berkesinambungan, mudah
dicapai, mudah dijangkau, dapat diterima dan wajar, serta bermutu (Azwar,
1996).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan jumlah
Puskesmas di Indonesia sampai dengan Desember 2015 sebanyak 9.754
unit, terdiri dari 3.396 unit Puskesmas rawat inap dan 6.358 unit Puskesmas
non rawat inap. Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang
memiliki Puskesmas sebanyak 264 unit, dengan rincian jumlah Puskesmas
perawatan sebanyak 91 dan jumlah Puskesmas non perawatan 173. Jumlah
peserta BPJS secara nasional yang terdata hingga 13 Januari 2017 adalah
sebanyak 172.620.269 jiwa.

F. Tinjauan Teori
1. Definisi JKN
Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat
wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko
sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU
SJSN No.40 tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata
cara penyelenggaraan program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.
Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di
Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Sistem Jaminan Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme
Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan
Undang-Undang No.40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Tujuannya adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem
asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
masyarakat yang layak.
2. Prinsip JKN
Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-prinsip
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:
a.Prinsip kegotongroyongan Dalam SJSN, prinsip gotong royong berarti
peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta
yang sehat membantu yang sakit atau yang berisiko tinggi, dan peserta
yang sehat membantu yang sakit.
b. Prinsip nirlaba Pengelolaan dana amanat oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah nirlaba bukan untuk
mencari laba (for profit oriented). Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk
memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta.
c.Prinsip portabilitas Prinsip portabilitas jaminan sosial dimaksudkan untuk
memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka
berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
d. Prinsip kepesertaan bersifat wajib Kepesertaan wajib dimaksudkan agar
seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi.
e.Prinsip dana amanat Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan
dana titipan kepada badan-badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-
baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan
peserta.
f. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial dipergunakan seluruhnya
untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan
peserta.

3. Kepesertaan JKN
Peserta JKN adalah meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan
bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN.
a.Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu, sebagaimana diamanatkan UU SJSN
yang iurannya dibayari pemerintah sebagai peserta program Jaminan
Kesehatan.
b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin
dan orang tidak mampu, yang membayar iurannya secara sendiri ataupun
kolektif ke BPJS Kesehatan. Peserta Non PBI JKN terdiri dari :
1. Peserta penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu Setiap orang
yang bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji atau upah,
antara lain Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri,
Pejabat Negara, Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Sipil,
Pegawai Swasta, dan Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja
penerima upah
2. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu setiap
orang yang bekerja atau berusaha atas risiko sendiri, antara lain
pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, dan lain
sebagainya
3. Bukan pekerja penerima dan anggota keluarganya, setiap orang yang
tidak bekerja tapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan, antara
lain Investor, Pemberi kerja, Penerima pensiun, Veteran, Perintis
kemerdekaan, dan bukan pekerja lainnya yang memenuhi kriteria bukan
pekerja penerima upah Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang
yang dibayarkan secara teratur oleh Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau
Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan (pasal 16, Perpres No.
12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013, menyatakan bahwa Jaminan
Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Secara
operasional, pelaksanaaan JKN dituangkan dalam Peraturan Pemerintah No.
101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI).

4. Badan Penyelenggara Kesehatan Sosial (BPJS)


Jaminan Kesehatan Nasional diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan
yang merupakan badan hukum publik milik negara yang bersifat non profit
dan bertanggungjawab kepada Presiden. BPJS terdiri atas Dewan Pengawas
dan Direksi. Dewan Pengawas terdiri atas 2 (dua) orang unsur Pemerintah,
2(dua) orang unsur Pekerja, 1 (satu) orang unsur Pemberi Kerja, 1 (satu) orang
Masyarakat, 1 (satu) orang unsur Tokoh Masyarakat. Dewan Pengawas
diangkat 12 dan diberhentikan oleh Presiden. Layanan BPJS meliputi
pelayanan kesehatan primer, dan sebagainya.
5. Pelayanan Kesehatan Primer
Pelayanan Kesehatan Perseorangan Primer adalah pelayanan kesehatan
dimana terjadi kontak pertama secara perorangan sebagai proses awal
pelayanan kesehatan. Berdasarkan Permenkes No 71 Tahun 2013, pelayanan
kesehatan tingkat primer ini terdiri dari puskesmas atau yang setara, praktik
dokter, praktik dokter gigi, klinik pratama atau yang setara, dan Rumah Sakit
Kelas D Pratama atau yang setara.

6. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja dan merupakan unjung tombak pelayanan kesehatan
pemerintah yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat.

7. Perilaku Pemanfaatan Layanan Kesehatan Menurut WHO


Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang berperilaku dalam hal
pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah sumber daya dan sumber dana yang
dimiliki antara lain kesempatan dan kemampuan membayar. Hasil penelitian
terdahulu yang terkait dengan pencarian pengobatan seperti penelitian
Wicaksono tentang faktor–faktor yang memengaruhi penentuan pemilihan
pengobatan pada penduduk Kelurahan Gowongan Kecamatan Jetis
Kotamadya Yogyakarta menyimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh
pada penentuan pemilihan pengobatan adalah pendidikan dan status ekonomi.
BAB II
PENTALAKSANAAN

A. Pelaksanaan Kegiatan
Adapun penatalaksaan yang di lakukan Antara Lain :
1. Perkenalan antara mahasiswa dan Masyarakat desa.
2. Peserta pada kegiatan ini adalah bapak-bapak dan ibu-bu beserta karang
taruna Desa Koyobunga
3. Kegiatan ini berlangsung pada hari Jumat, 04 Juni 2021 pukul 08.00 Wita
s.d Selesai
4. Menjelaskan kegiatan apa yang akan di lakuakan “ Kegiatan penyuluhan
tentang Jaminan Kesehatan Nasional”
5. Pembagian leaflet kepada masyarakat yang mengikuti penyuluhan
6. Memberikan evaluasi kepada masyarakat
a. Apa itu Jaminan Kesehatan Nasional?
b. Pentingnya memiliki JKN?
7. Melaksanakan penyuluhan tentang JKN melalui media leafleat.
8. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk bertanya mengenai
penyuluhan yang telah di berikan.
B. Penutupan
1. Ucapan terimakasih kepada masyarakat yang telah berpartisipasi
mengikuti penyuluhan
2. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan.
BAB III
HASIL KEGIATAN

B. Laporan pelaksanaan kegiatan


1. Tahapan persiapan
Pada tahapan ini, kami melakukan penyuluhan setelah kegiatan senam pagi.
Di mana sasaran penyuluhann yaitu masyarakat yang menghadiri kegiata
senam tersebut, seperti para ibu-ibu dan karang taruna, dan kegiatan
penyuluhan ini telah di beri izin dari oleh aparat desa koyobunga, kegiatan
penyuluhan ini berlangsung selama 20 menit, dengan media penyuluhan
berupa leaflet, pihak aparat desa menyatakan dukungannya terkait
penyuluhan koyobunga, kegiatan di laksanakan pada tanggal 04 Juni 2021,
yang bertempatan dilapangan SD Inpers desa Koyobunga, kecamatan bulagi
utara, kabupaten Banggai Kepulauan. Kegiatan berjalan dengan lancar hingga
selesai.
2. Hambatan
Hambatan yang dihadapi pada saat pelaksanaan yaitu banyak masyarakat
yang belum paham pentingnya memiliki JKN.
4. Hasil kegiatan
Setelah mengikuti kegiatan penuyuluhan Jaminan Kesehatan Nasioanl
masyarakat telah :
a. Mengetahui pengertian JKN
b. Mengetahui tujuan dan manfaat JKN
c. Mengetahui prinsip JKN
d. Mengetahu Kepersetaan JKN
e. Mengetahui tentang BPJS
BAB IV
PENUTUP

C. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki dampak
positif karena dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
memiliki kartu Jaminan Kesehatan Nasional. sehingga kesejahteraan
masyarakat lebih meningkat.
D. SARAN
Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan
tentang Penyuluhan JKN antara lain :
1. Pada pra pelaksanaan program dan saat pembentukan program
seharusnya melakukan perundingan dengan warga sehingga antusias
warga bisa lebih baik.
2. Disarankan kepada Puskesmas Sabang untuk membentuk kader
JKN-KIS serta melakukan pemberdayaan kader JKN-KIS dalam upaya
peningkatan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat sehingga
terjadi peningkatan jumlah peserta JKN-KIS Mandiri di wilayah kerja
Puskesmas Sabang.
3. Disarankan kepada Perangkat Kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Sabang untuk melakukan pendataan kembali dengan
mengutamakan masyarakat yang tidak mampu (dengan kriteria memiliki
pendapatan rendah 3 dan memiliki jumlah anggota keluarga yang besar)
agar masuk ke dalam jaminan kesehatan yang ditanggung pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, AH. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
http://eprints.ums.ac.id/31081/3/BAB_I.pdf
http://scholar.unand.ac.id/28694/2/BAB%20I%20PENDAHULUAN.pdf
http://scholar.unand.ac.id/30740/3/PENUTUP.pdf
Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN HIPERTENSI

Masalah : Pentingnya Memiliki Kartu JKN


Pokok Pembahasan : Jaminan Kesehatan Nasional
Sasaran : Mayarakat desa Koyobunga
Jam : 08.00- Selesai
Waktu : 20 Menit
Tanggal : 04 Juni 2021
Tempat : lapangan SD Inpers Desa Koyobunga
Pemateri : Mahasiswa

A. Latar Belakang
Jaminan Sosial adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin
seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
Dengan demikian, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan
di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN).
Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang pentingnya mempunyai
kartu JKN, sehingga mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat.
B. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 20 menit, diharapkan masyarakat yang
belum memiliki kartu JKN mampu memahami dan mengerti tentang
Jaminan Kesehatan Nasional.
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit tentang JKN,
diharapkan massyarakat dapat:
1. Pengertian JKN
2. Tujuan dan Manfaat JKN
3. Prinsip JKN
4. Kepersetaan JKN
5. Pengertian BPJS
D. Materi Penyuluhan
Terlampir
E. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
F. Media
Leaflet
G. Kegiatan penyuluhan

No Tahap Waktu Kegiatan Sasaran Media


Penyuluhan
Kegiatan
1. Pembukaan 3 6. Mengucapkan 4. Menjawab Kata-
Menit salam salam kata/
7. Memperkenalkan 5. Mendengarkan kalimat
diri dan menyimak
8. Menyampaikan 6. Bertanya
tentang tujuan mengenai
pokok materi perkenalan dan
9. Meyampakain tujuan jika ada
pokok yang kurang
pembahasan Jelas
10. Kontrak waktu
2. Pelaksanaan 20 1. Penyampaian 3. Mendengarkan Leaflet
Materi dan menyimak
Menit 2. Menjelaskan 4. Bertanya
pengertian JKN mengenai hal- hal
3. Menjelaskan yang belum jelas
tujuan dan dan dimengerti
manfaat JKN
4. Menjelaskan
prinsip JKN
5. Menjelaskan
Kepersetaan JKN
6. Menjelaskan
pengertian BPJS
3. Penutup 5 6. Tanya jawab 4. Mendengar Kata-kata/
7. Memberikan 5. Memperhatikan kalimat
Menit kesempatan 6. Menjawab salam
pada
peserta untuk
bertanya
8. Mengakhiri
pertemuandan
9. mengucapkan
salam

H. Evaluasi
Diharapkan masyarakat mampu :
1. Menjelaskan pengertian JKN
2. Menjelaskan tujuan dan manfaat JKN
3. Menjelaskan prinsip JKN
4. Menjelaskan Kepersetaan JKN
5. Menjelaskan pengertian BPJS
I. Lampiran Materi
1. Definisi JKN
Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat
wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada peserta atas risiko
sosial ekonomi yang menimpa mereka dan atau anggota keluarganya (UU
SJSN No.40 tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata
cara penyelenggaraan program Jaminan Sosial oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Jaminan Sosial
adalah bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Dengan demikian, Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan
bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan Sosial
Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial
yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun
2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar semua
penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.

2. Prinsip JKN
Prinsip-prinsip Jaminan Kesehatan Nasional mengacu pada prinsip-
prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) berikut:
a. Prinsip kegotongroyongan Dalam SJSN
b. Prinsip nirlaba Pengelolaan dana amanat oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS)
c. Prinsip portabilitas Prinsip
d. Prinsip kepesertaan bersifat wajib.
e. Prinsip dana

f. Prinsip hasil pengelolaan Dana Jaminan Sosial

3. Kepesertaan JKN

Peserta JKN adalah meliputi Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan
bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN.

5. Badan Penyelenggara Kesehatan Sosial (BPJS)


Jaminan Kesehatan Nasional diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan
yang merupakan badan hukum publik milik negara yang bersifat non profit
dan bertanggungjawab kepada Presiden. BPJS terdiri atas Dewan Pengawas
dan Direksi.

6. Pelayanan Kesehatan Primer


Pelayanan Kesehatan Perseorangan Primer adalah pelayanan kesehatan
dimana terjadi kontak pertama secara perorangan sebagai proses awal
pelayanan kesehatan.

7. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja dan merupakan unjung tombak pelayanan kesehatan
pemerintah yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat.

8. Perilaku Pemanfaatan Layanan Kesehatan Menurut WHO,


Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang berperilaku dalam hal
pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah sumber daya dan sumber dana yang
dimiliki antara lain kesempatan dan kemampuan membayar
Lampiran 2
LEAFLET
Lampiran 3

DOKUMENTASI

Jumat, 04 Juni 2021 diakukan penyuluhan JKN kepada masyarakat desa


Koyobunga setelah kegiatan senam pagi di lapangan SD Inpers Koyobunga
Lampiran 4

ABSEN
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN
DAERAH TERPENCIL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)
DI DESA KOYOBUNGA KEC. BULAGI UTARA KAB. BANGGAI
KEPULAUAN

“ Penyuluhan Stunting”

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan


Penyelesaian Praktik Klinik Kebidanan DTPK

Disusun Oleh :
Chikita (PO7124119066)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


KEMENTRIAN KESEHATAN RI
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpatkan rahmatNya, sehingga pada saat ini kami tim penyusun laporan
Praktik Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) ini dapat
menyelesaikan laporan kami.

Laporan praktik DTPK di Desa Koyobunga Kecamatan Bulagi Utara


Kabupaten Banggai Kepulauan tahun 2021 memuat informasi yang ada di Desa
Koyobunga serta pelaksanaan kegiatan sampai dengan pencapaian dalam rangka
penyelesaian program kerja kami.

Kami berterimakasih kepada Bapak Camat Bulagi Utara , Bapak Kepala


Puskesmas Sabang, Bapak Kepala Desa Koyobunga, Aparat Desa Koyobunga dan
Bidan Desa Koyobunga yang telah membantu kami dalam penyelesaian program
kerja kami, Bapak Ibu dosen yang telah membimbing kami. Dan kami juga
berterimakasih kepada masyarakat Desa Koyobunga yang telah menerima kami
dengan baik.

Akhir kata kami mohon maaf atas kekurangan kami selama melaksanakan
praktik, semoga laporan praktik DTPK tahun 2021 ini dapat dipergunakan sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan program dan bahan evaluasi pada praktik DTPK
selanjutnya

Koyobunga, Juni 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................
B. Tinjauan Teori.............................................................................................
1. Pengertian Stunting.........................................................................................
2. Faktor Risiko Stunting.................................................................................
3. Penyebab Stunting........................................................................................
4. Gejala Stunting.............................................................................................
5. Diagnosis Stunting.........................................................................................
6. Pengobatan Stunting......................................................................................
BAB II PENATALAKSANAAN

A. Penyuluhan Stunting...................................................................................

BAB III HASIL KEGIATAN

A. Laporan Pelaksanaan Kegiatan..................................................................

BAB IV PENUTUP

C. Kesimpulan............................................................................................
D. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................

LAMPIRAN

A. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)…………………………………………...


B. Leaflet Penyuluhan Stunting pada Balita…………………………..……..
C. Dokumentasi……………………………………………..………………..
D. Absen.............................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

G. Latar Belakang
Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi (PE/
mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal setelah
lahir,terkait dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan janin.
Menurut Sudiman dalam Ngaisyah, stunting pada anak balita merupakan
salah satu indikator status gizi kronis yang dapat memberikan gambaran
gangguan keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan
pada 2 tahun awal kehidupan anak dapat memberikan dampak yang sulit
diperbaiki. Salah satu faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi stunting
yaitu status ekonomi orang tua dan ketahanan pangan keluarga. Status
ekonomi orang tua dapat dilihat berdasarkan pendapatan orang tua.
Pendapatan keluarga merupakan pendapatan total keluarga yang
diperoleh dari berbagai sumber, yaitu hasil kepala keluarga, hasil istri, hasil
pemberian, hasil pinjaman, dan hasil usaha sampingan per bulan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Ngaisyah pada tahun 2015 menunjukkan
bahwa pada kelompok stunting lebih banyak pendapatannya adalah dibawah
UMR yakni sebanyak 67 responden (35,8%) , sedangkan yang memiliki
pendapatan diatas UMR hanya sedikit yakni sebanyak 45 orang (22%).2 Hasil
penelitian lain yang dilakukan oleh Lestari et all. tahun 2014 menunjukkan
bahwa pendapatan keluarga yang rendah merupakan faktor resiko kejadian
stunting pada balita 6-24 bulan. Anak dengan pendapatan keluarga yang
rendah memiliki resiko menjadi stunting sebesar 8,5 kali dibandingkan pada
anak dengan pendapatan tinggi.
Rendahnya tingkat pendapatan secara tidak langsung akan
menyebabkan terjadinya stunting hal ini dikarenankan menurunnya daya beli
pangan baik secara kuantitas maupun kualitas atau terjadinya ketidaktahanan
pangan dalam keluarga. Menurut Peraturan Pemerintah No 68 Tahun 2002
dan UU Pangan No 18 Tahun 2012 tentang Ketahanan Pangan, maka
ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga
yang tercermin dari ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah, maupun
mutunya, aman,merata, dan konsumsi pangan yang cukup merupakan syarat
mutlak terwujudnya ketahanan pangan rumah tangga. Ketidaktahanan pangan
dapat digambarkan dari perubahan konsumsi pangan yang mengarah pada
penurunan kuantitas dan kualitas termasuk perubahan frekuensi konsumsi
makanan pokok. Ketahanan pangan keluarga erat hubungannya dengan
ketersediaan pangan yang merupakan salah satu faktor atau penyebab tidak
langsung yang berpengaruh pada status gizi anak. Gizi buruk menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan pada balita, sehingga tinggi badan anak tidak
sesuai dengan umurnya atau disebut dengan balita pendek atau stunting.
Berdasarkan hasil RISKESDAS pada tahun 2013 kasus stunting di Indonesia
mencapai (37,2 %), tahun 2010 (35,6%), dan tahun 2007 (36,8 %).
Hal tersebut tidak menunjukkan penurunan yang signifikan.
Sementara itu dari presentase menurut Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
memiliki prevalensi stunting sebanyak 27,2%.5 Berdasarkan hasil
Pemantauan Status Gizi tahun 2017 di Provinsi Yogyakarta prevalensi
stunting sebanyak 19,8%. Senada dengan hal itu prevalensi stunting di
kabupaten Gunungkidul 27,9% atau terbanyak di provinsi DIY.Stunting yang
terjadi pada balita dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan
intelektual anak. Secara tidak langsung dampak tersebut dapat berakibat pada
penurunan produktivitas, peningkatan risiko penyakit degenaratif,
peningkatan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah di masa
mendatang. Dampak tersebut dapat meningkatkan kemiskinan dimasa yang
akan datang dan secara tidak langsung akan mempengaruhi ketahanan pangan
keluarga.
Stunting pada balita di negara berkembang dapat disebabkan karena
faktor genetik dan faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh
kembang anak yang optimal. Salah satu faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi terjadinya stunting pada balita yaitu pendapatan orang
tua.Pendapatan orang tua yang memadai akan menunjang tumbuh kembang
anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang
primer maupun yang sekunder. Sedangkan, apabila pendapatan orang tua
rendah maka sebagian besar pendapatan akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pangan sehingga dapat menyebabkan keluarga rawan pangan.
Keluarga yang pemiliki pendapatan rendah dan rawan pangan dapat
menghambat tumbuh kembang balita (stunting).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Dinas
kesehatan kabupaten Gunungkidul, diketahui bahwa jumlah balita stunting
diKabupaten Gunungkidul sebanyak 6396 balita (20,60%), dan jumlah balita
tidak stunting sebanyak 11970 (78,40%). Beberapa wilayah yang termasuk
dalam 3 terbanyak jumlah balita stunting yaitu wilayah kerja Puskesmas
Gendangsari II sebanyak 346 balita (35,60%), wilayah kerja Puskesmas
Rongkop sebanyak 387 balita (33,48%), wilayah kerja Puskesmas
Karangmojo II sebanyak 337 balita (30,25%). Prevalensi tersebut merupakan
hasil penilaian status gizi tahun 2017.
H. Tinjauan Teori
1. Pengertian Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah
lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada
masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah
bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely
stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U)
menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS
(Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi stunting
menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai
z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari -3SD
(severely stunted). (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
Sekretariat Wakil Presiden, 2017)
Di Indonesia, sekitar 37% (hampir 9 juta) anak balita mengalami
stunting Indonesia adalah negara dengan prevalensi stunting kelima terbesar.
Balita/baduta (bayi dibawah usia dua tahun) yang mengalami stunting akan
memiliki tingkat kecerdasan tidak maksimal, menjadikan anak menjadi lebih
rentan terhadap penyakit dan di masa depan dapat beresiko pada menurunnya
tingkat produktivitas. Pada akhirnya secara luas stunting akan dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan
memperlebar ketimpangan. (Riset Kesehatan Dasar/Riskesdas 2013)
Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth
(tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan. Masalah stunting
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan
meningkatnya risiko kesakitan, kematian, dan hambatan pada pertumbuhan
baik motorik maupun mental. Stunting dibentuk oleh growth faltering dan
catcth up growth yang tidak memadai yang mencerminkan ketidakmampuan
untuk mencapai pertumbuhan optimal. Hal tersebut mengungkapkan bahwa
kelompok balita yang lahir dengan berat badan normal dapat mengalami
stunting bila pemenuhan kebutuhan selanjutnya tidak terpenuhi dengan baik.
(Kemenkes 2013).
2. Faktor Risiko Stunting

B. Status gizi pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu: makanan
yang dimakan dan keadaan kesehatan. Kualitas dan kuantitas makanan
seorang tergantung pada kandungan zat gizi makanan tersebut, ada
tidaknyapemberian makanan tambahan di keluarga, daya beli keluarga
dankarakteristik ibu tentang makanan dan kesehatan. Keadaan kesehatan
juga berhubungan dengan karakteristik ibu terhadap makanan dan kesehatan,
daya beli keluarga, ada tidaknya penyakit infeksi dan jangkauan terhadap
pelayanan kesehatan (Pramuditya SW, 2010).

a. Faktor risiko riwayat berat badan lahir rendah


Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tim Studi Kasus Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, berat badan lahir rendah
ternyata tidak berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Namun,
berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
stunting pada masa balita.
Bahkan pada penelitian yang dilakukan oleh Ni Ketut Ayastami berat badan
lahir rendah merupakan faktor utama dari kejadian stunting pada anak umur
12-23 bulan di seluruh wilayah Indonesia. Melihat fakta bahwa terjadinya
stunting memang dipengaruhi oleh 1000 hari pertama kehidupan, maka kita
harus hati-hati dan segera melakukan perbaikan gizi ya jika berat badan
lahir bayi rendah.
b. Faktor risiko tingkat perekonomian keluarga
Penelitian di Tanzania (dilansir dari Prevalence and determinants
of stunting in under five children in central Tanzania, BMC Public Health)
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat ekonomi atau
kesejahteraan keluarga dengan kejadian stunting pada anak di bawah lima
tahun. Faktor pemerataan ekonomi pada sebuah negara ternyata tidak hanya
berdampak pada satu faktor saja ya, pastinya dengan tingkat kesejahteraan
keluarga yang baik maka pemenuhan gizi seimbang akan tercukupi.
c. Faktor risiko tingkat kecukupan energi
Salah satu faktor terjadinya stunting adalah terpenuhinya status gizi
balita. Semakin tinggi tingkat kecukupan energi maka semakin baik status
gizi balita tersebut. (Solihin RDM dalam bukunya Penelitian Gizi dan
makanan, 2013(1) : 62-72).
d. Faktor risiko tingat kecukupan protein
Tingkat kecukupan protein memiliki hubungan yang erat dengan
kejadian stunting. Karena jumlah balita yang kecukupan proteinnya rendah
paling banyak pada balita stunting. Balita normal umumnya memiliki
tingkat kecukupan protein dalam tubuhnya, sedangkan balita stunting tidak
terpenuhi kebutuhan proteinnya dengan baik (Hasil Uji chi square yang
dilakukan oleh Tim Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP).
e. Faktor risiko perilaku hidup bersih
Hidup bersih adalah salah satu kunci menuju hidup yang sehat.
Karena dengan mengedepankan kebersihan, maka akan memperkecil angka
infeksi yang terjadi pada tubuh kita dan balita tentu saja. Infeksi juga
berkaitan erat dengan imunitas tubuh kita yang ditopang oleh gizi yang
seimbang. Tentu saja dengan kebersihan ini akan membantu tubuh kita
memiliki imunitas tinggi yang dapat mencegah infeksi apapun menyerang
tubuh kita.

2. Penyebab Stunting

a. Pengetahuan ibu yang kurang memadai

C. Sejak di dalam kandungan, bayi sudah membutuhkan


berbagai nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk
mencapai ini, ibu harus berada dalam keadaan sehat dan bergizi baik.
Jika ibu tidak memiliki pengetahuan akan asupan nutrisi yang baik
untuknya dan janin, hal ini akan sulit didapatkan.
D. Begitu pula setelah lahir, 1000 hari pertama kehiduan (0-2
tahun) adalah waktu yang sangat krusial untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Pada masa ini, bayi membutuhkan ASI eksklusif
selama 6 bulan dan tambahan makanan pendamping ASI (MPASI)
yang berkualitas setelahnya. Oleh karena itu, ibu harus memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai gizi anak.

b. Infeksi berulang atau kronis


Tubuh mendapatkan energi dari asupan makanan. Penyakit
infeksi berulang yang dialami sejak bayi menyebabkan tubuh anak
selalu membutuhkan energi lebih untuk melawan penyakit. Jika
kebutuhan ini tidak diimbangi dengan asupan yang cukup, anak akan
mengalami kekurangan gizi dan akhirnya berujung dengan stunting.
c. Sanitasi yang buruk
Sulitnya air bersih dan sanitasi yang buruk dapat menyebabkan
stunting pada anak. Penggunaan air sumur yang tidak bersih untuk
masak atau minum disertai kurangnya ketersediaan kakus merupakan
penyebab terbanyak terjadinya infeksi. Kedua hal ini bisa
meninggikan risiko anak berulang-ulang menderita diare dan infeksi
cacing usus (cacingan).
d. Terbatasnya Layanan Kesehatan
Kenyataannya, masih ada daerah tertinggal di Indonesia yang
kekurangan layanan kesehatan. Padahal, selain untuk memberikan
perawatan pada anak atau ibu hamil yang sakit, tenaga kesehatan juga
dibutuhkan untuk memberi pengetahuan mengenai gizi untuk ibu
hamil dan anak di masa awal kehidupannya.

3. Gejala Stunting
Stunting memiliki gejala-gejala yang bisa dikenali, misalnya:

a. Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya


b. Pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat
c. Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk
d. Pubertas yang lambat
e. Saat menginjak usia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan
tidak banyak melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya
f. Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya
4. Diagnosis Stunting
Penentuan perawakan pendek, dapat menggunakan beberapa
standar antara lain Z-score baku National center for Health Statistic/center
for diseases control (NCHS/CDC) atau Child Growth Standars World
Health Organization (WHO) tahun 2005.16 Kurva (grafik) pertumbuhan
yang dianjurkan saat ini adalah kurva WHO 2005 berdasarkan penelitian
pada bayi yang mendapat ASI ekslusif dari ibu yang tidak merokok, yang
diikuti dari lahir sampai usia 24 bulan dan penelitian potong lintang pada
anak usia 18-71 bulan, dengan berbagai etnis dan budaya yang mewakili
berbagai negara di semua benua. Kurva NCHS dibuat berdasarkan
pertumbuhan bayi kulit putih yang terutama mendapatkan susu formula.
Beberapa penelitian menunjukkan proporsi perawakan pendek pada anak
lebih tinggi dengan menggunakan kurva WHO 2005 dibandingkan
NCHS/CDC sehingga implikasinya penting pada program kesehatan.

5. Pengobatan Stunting
Penatalaksanaan stunting meliputi perbaikan nutrisi, mengatasi
infeksi dan penyakit kronis yang ada, perbaikan sanitasi dan lingkungan,
serta edukasi ibu atau pengasuh utama tentang perilaku hidup bersih dan
sehat.
a. Makanan Pendamping ASI Berkualitas

Pada bayi >6 bulan, WHO menganjurkan variasi makanan minimal


mengandung 4 dari 7 kelompok bahan makanan berikut:

1. Biji-bijian, akar-akaran, umbi-umbian


2. Kacang-kacangan
3. Produk susu (susu, yoghurt, keju)
4. Daging-dagingan (daging sapi, ikan, unggas, hati)
5. Telur
6. Buah dan sayur yang kaya vitamin A
7. Buah dan sayur lain
b. Pemberian Makanan Sumber Protein Hewani
c. Pemberian Makanan Pendamping Kaya Lemak
d. Suplementasi Zinc
e. Suplementasi Vitamin A
f. Melakukan stimulasi dini perkembangan anak.
g. Memberikan makanan tambahan (PMT) untuk balita.
h. Rutin memantau pertumbuhan perkembangan balita.
i. Memberikan pelayanan dan perawatan kesehatan yang optimal untuk
anak.
BAB II
PENATALAKSNAAN

A. Penyuluhan Stunting
Pelaksanaan Kegiatan
Adapun penatalaksaan yang di lakukan antara lain :
1. Perkenalan antara mahasiswa dengan anak dan keluarga dari anak yang
stunting
2. Menjelaskan kegiatan apa yang akan di lakuakan “ Kegiatan
penyuluhan tentang Stunting”
3. Peserta yang mengikuti kegiatan ini dengan kriteria Ibu-ibu dan Bapak-
bapak yang masih kurang paham pentingnya pertumbuhan anak.
Kegiatan ini di lakukan di rumah-rumah anak Stunting di Desa
Koyobunga pada hari Selasa 08 Juni 2021 jam 10.00 WITA.
4. Pembagian liflet kepada keluarga anak Stunting yang mengikuti
penyuluhan
5. Memberikan evaluasi kepada keluarga anak Stunting
a. Apa ibu sudah memahami apa itu Stunting?
b. Apa penyebab dari stunting?
6. Melaksanakan penyuluhan tentang Stunting melalui media leafleat.
7. Memberikan kesempatan kepada ibu/bapak/keluarga untuk bertanya
mengenai penyuluhan yang telah di berikan dan di sesi ini tidak ada
keluarga yang ingin bertanya.
Penutupan
1. Ucapan terimakasih kepada keluarga anak yang menderita Stunting
yang telah berpartisipasi memberikan waktunya untuk penyuluhan
Stunting.
2. Mengucapkan salam sekaligus menutup penyuluhan.
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Laporan pelaksanaan kegiatan


1. Tahapan persiapan
Pada tahapan ini, kami melakukan penyuluhan di rumah anak-anak
Stunting, dan kegiatan penyuluhan ini telah di beri izin dari oleh aparat
desa Koyobunga dan keluarga anak-anak yang menderita Stunting.
Kegiatan penyuluhan ini berlangsung selama 30 menit, dengan media
penyuluhan berupa liflet, pihak aparat desa menyatakan dukungannya
terkait penyuluhan Stunting, kegiatan di laksanakan pada tanggal 08
mei 2021, yang bertempatan di rumah anak-anak yang Stunting di desa
Koyobunga, kecamatan bulagi utara, kabupaten Banggai Kepulauan.
Kegiatan berjalan dengan lancar hingga selesai, dan tidak ada
pertanyaan dari keluarga.
2. Hambatan
Hambatan yang dihadapi meliputi anak yang menderita Stunting
agak rewel ketika penyuluhan berlangsung sehingga saat memberikan
penyuluhan sedikit terhenti karena ibu menenangkan anaknya terlebih
dahulu.

3. Hasil
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Stunting, diharapkan Keluarga An. A
dapat:
1. Mengetahui pengertian
2. Mengetahui penyebab
3. Mengetahui tanda dan gejala
4. Mengetahui faktor resiko
5. Mengetahui mengapa stunting sangat berbahaya

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kegiatan penyuluhan ini merupakan kegiatan yang memiliki
dampak positif karena dapat meningkatkan Kesadaran keluarga tentang
pentingnya gizi seimbang untuk anak maupun ibu dan calon ibu, menjaga
kebersihan lingkungan sekitar, dan lebih mengetahui gejala apa saja yang
bisa dikenali dari Stunting dan bagaimana Stunting tersebut.
B. SARAN
Berikut saran-saran yang bisa diberikan terkait dengan penyuluhan
tentang Penyuluhan Stunting yaitu, Perlunya kerja sama antara kader-
kader dan tenaga kesehatan untuk memperhatikan gizi pada setiap anak
khususnya anak yang stunting. Bukan hanya kepada anak-anak yang
tetapi juga kepada catin dan bumil.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1126/3/3.%20Chapter1.pdf ( di akses pada Rabu, 23


Juni 2021 pukul 19.00 Wib )

http://repository.unimus.ac.id/2000/3/bab%202.pdf ( di akses pada Rabu, 23 Juni 2021


pukul 19.20 Wib )

https://www.alodokter.com/bayi-lahir-stunting-faktor-penyebab-dan-risiko ( di akses
pada Rabu, 23 Juni 2021 pukul 20.05 Wita )

https://www.idntimes.com/life/family/jihan-mawaddah/faktor-risiko-stunting-pada-anak-
balita-c1c2 ( di akses pada Rabu, 23 Juni 2021 pukul 19.40 Wib )

https://www.lifebuoy.co.id/semua-artikel/berita-kesehatan/mengenal-stunting-penyebab-
hingga-cara-pencegahannya.html ( di akses pada Rabu, 23 Juni 2021 pukul 20.30 Wib )

http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/888/2/BAB%20II.pdf

Diakses pada hari Selasa, 29 Juni 2021


Pada pukul 17.00 WITA
LAMPIRAN
Lampiran I

SATUAN ACARA PENYULUHAN STUNTING

Masalah : Stunting

Pokok Pembahasan : Stunting

Sasaran : Anak-anak Stuntimg Desa Koyobunga

Jam :08.00 - Selesai

Waktu : 30 Menit

Tanggal : 08 juni 2021

Tempat : Rumah anak-anak Stunting

Pemateri : Mahasiswa
J. Latar Belakang
Stunting adalah keadaan paling umum dari bentuk kekurangan gizi (PE/
mikronutrien), yang mempengaruhi bayi sebelum lahir dan awal setelah lahir,terkait
dengan ukuran ibu, gizi selama ibu hamil, dan pertumbuhan janin. Menurut Sudiman
dalam Ngaisyah, stunting pada anak balita merupakan salah satu indikator status gizi
kronis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan sosial ekonomi secara
keseluruhan di masa lampau dan pada 2 tahun awal kehidupan anak dapat memberikan
dampak yang sulit diperbaiki. Salah satu faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi
stunting yaitu status ekonomi orang tua dan ketahanan pangan keluarga. Status ekonomi
orang tua dapat dilihat berdasarkan pendapatan orang tua.

K. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan 30 menit, diharapkan Keluarga An. A mampu memahami dan
mengerti tentang Stunting
L. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit tentang Stunting, diharapkan Keluarga An. A
dapat:
1. Menjelaskan pengertian
2. Menyebutkan penyebab
3. Menyebutkan tanda dan gejala
4. Menyebutkan faktor resiko
5. Menjelaskan mengapa stunting sangat berbahaya
M. Materi Penyuluhan
Terlampir
N. Metode Penyuluhan
3. Ceramah
4. Dokumentasi
O. Media
Leaflet
P. Kegiatan penyuluhan

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran Media


Kegiatan
1. Pembukaan 5 Menit 11. Mengucapkan salam 7. Menjawab Kata-kata/
salam kalimat
12. Memperkenalkan diri
8. Mendengarkan
13. Menyampaikan dan menyimak
tentang tujuan pokok 9. Bertanya
materi mengenai
14. Meyampakaikan perkenalan dan
pokok pembahasan tujuan jika ada
15. Kontrak waktu yang kurang
Jelas
2. Pelaksanaan 20 7. Penyampaian Materi 5. Mendengarkan Leaflet
8. Menjelaskan dan menyimak
Menit pengertian 6. Bertanya
9. Menjelaskan mengenai hal-
penyebab hal yang belum
10. Menjelaskan tanda jelas dan
dan gejala dimengerti
11. Menjelaskan faktor
resiko
12. Menjelaskan upaya
pencegahan
3. Penutup 5 10. Tanya jawab 7. Mendengar Kata-kata/
11. Memberikan 8. Memperhatikan kalimat
Menit kesempatan pada 9. Menjawab salam
12. Peserta untuk
bertanya
13. Mengakhiri
pertemuan dan
14. mengucapkan salam

Q. Evaluasi
Diharapkan keluarga mampu :
4. Menjelaskan pengertian Stunting
5. Menyebutkan penyebab Stunting
6. Menyebutkan tanda dan gejala Stunting
7. Menyebutkan cara pencegahan /Pengobatan Stunting
8. Menjelaskan faktor resiko Stunting

R. Lampiran Materi
1. Pengerian Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi dibawah lima tahun)
akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi
lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita
pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan panjang
badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar
baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi
stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai
z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari -3SD (severely
stunted). (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wakil
Presiden, 2017).
2. Faktor Risiko Stunting
a) Faktor risiko riwayat berat badan lahir rendah
Menurut penelitian yang dilakukan oleh tim studi kasus fakultas kesehatan
masyarakat universitas diponegoro, berat badan lahir rendah ternyata tidak
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Namun, berat badan lahir
rendah merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stunting pada masa balita.

b) Faktor risiko tingkat perekonomian keluarga


Penelitian di tanzania (dilansir dari prevalence and determinants of stunting
in under five children in central tanzania, bmc public health) menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat ekonomi atau kesejahteraan keluarga dengan
kejadian stunting pada anak di bawah lima tahun.

c) Faktor risiko tingkat kecukupan energi


Salah satu faktor terjadinya stunting adalah terpenuhinya status gizi balita.
Semakin tinggi tingkat kecukupan energi maka semakin baik status gizi balita
tersebut. (solihin rdm dalam bukunya penelitian gizi dan makanan, 2013(1) : 62-
72).

d) Faktor risiko tingat kecukupan protein


Tingkat kecukupan protein memiliki hubungan yang erat dengan kejadian
stunting. Karena jumlah balita yang kecukupan proteinnya rendah paling banyak
pada balita stunting. Balita normal umumnya memiliki tingkat kecukupan protein
dalam tubuhnya, sedangkan balita stunting tidak terpenuhi kebutuhan proteinnya
dengan baik (hasil uji chi square yang dilakukan oleh tim fakultas kesehatan
masyarakat undip).

e) Faktor risiko perilaku hidup bersih


Hidup bersih adalah salah satu kunci menuju hidup yang sehat. Karena
dengan mengedepankan kebersihan, maka akan memperkecil angka infeksi yang
terjadi pada tubuh kita dan balita tentu saja. Infeksi juga berkaitan erat dengan
imunitas tubuh kita yang ditopang oleh gizi yang seimbang.

7. Penyebab Stunting
a) Pengetahuan ibu yang kurang memadai
Sejak di dalam kandungan, bayi sudah membutuhkan berbagai nutrisi untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk mencapai ini, ibu harus berada dalam
keadaan sehat dan bergizi baik. Jika ibu tidak memiliki pengetahuan akan asupan
nutrisi yang baik untuknya dan janin, hal ini akan sulit didapatkan.
b) Infeksi berulang atau kronis
Tubuh mendapatkan energi dari asupan makanan. Penyakit infeksi berulang
yang dialami sejak bayi menyebabkan tubuh anak selalu membutuhkan energi
lebih untuk melawan penyakit. Jika kebutuhan ini tidak diimbangi dengan asupan
yang cukup, anak akan mengalami kekurangan gizi dan akhirnya berujung dengan
stunting.

c) Sanitasi yang buruk


Sulitnya air bersih dan sanitasi yang buruk dapat menyebabkan stunting pada
anak. Penggunaan air sumur yang tidak bersih untuk masak atau minum disertai
kurangnya ketersediaan kakus merupakan penyebab terbanyak terjadinya infeksi.
Kedua hal ini bisa meninggikan risiko anak berulang-ulang menderita diare dan
infeksi cacing usus (cacingan).

d) Terbatasnya layanan kesehatan


Kenyataannya, masih ada daerah tertinggal di Indonesia yang kekurangan
layanan kesehatan. Padahal, selain untuk memberikan perawatan pada anak atau
ibu hamil yang sakit, tenaga kesehatan juga dibutuhkan untuk memberi
pengetahuan mengenai gizi untuk ibu hamil dan anak di masa awal kehidupannya.

8. Gejala Stunting
Stunting memiliki gejala-gejala yang bisa dikenali, misalnya:

a) Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya


b) Pertumbuhan tubuh dan gigi yang terlambat
c) Memiliki kemampuan fokus dan memori belajar yang buruk
d) Pubertas yang lambat
e) Saat menginjak usia 8-10 tahun, anak cenderung lebih pendiam dan tidak banyak
melakukan kontak mata dengan orang sekitarnya
f) Berat badan lebih ringan untuk anak seusianya
9. Diagnosis Stunting
Penentuan perawakan pendek, dapat menggunakan beberapa standar antara lain Z-
score baku National center for Health Statistic/center for diseases control (NCHS/CDC) atau
Child Growth Standars World Health Organization (WHO) tahun 2005.16 Kurva (grafik)
pertumbuhan yang dianjurkan saat ini adalah kurva WHO 2005 berdasarkan penelitian pada
bayi yang mendapat ASI ekslusif dari ibu yang tidak merokok, yang diikuti dari lahir sampai
usia 24 bulan dan penelitian potong lintang pada anak usia 18-71 bulan, dengan berbagai etnis
dan budaya yang mewakili berbagai negara di semua benua. Kurva NCHS dibuat berdasarkan
pertumbuhan bayi kulit putih yang terutama mendapatkan susu formula. Beberapa penelitian
menunjukkan proporsi perawakan pendek pada anak lebih tinggi dengan menggunakan kurva
WHO 2005 dibandingkan NCHS/CDC sehingga implikasinya penting pada program
kesehatan.
10. Pengobatan Stunting
Penatalaksanaan stunting meliputi perbaikan nutrisi, mengatasi infeksi dan penyakit kronis
yang ada, perbaikan sanitasi dan lingkungan, serta edukasi ibu atau pengasuh utama tentang
perilaku hidup bersih dan sehat.
a) Makanan Pendamping ASI Berkualitas

Pada bayi >6 bulan, WHO menganjurkan variasi makanan minimal mengandung 4 dari 7
kelompok bahan makanan berikut:

1) Biji-bijian, akar-akaran, umbi-umbian

2) Kacang-kacangan

3) Produk susu (susu, yoghurt, keju)

4) Daging-dagingan (daging sapi, ikan, unggas, hati)

5) Telur

6) Buah dan sayur yang kaya vitamin A

7) Buah dan sayur lain

b) Pemberian Makanan Sumber Protein Hewani

c) Pemberian Makanan Pendamping Kaya Lemak

d) Suplementasi Zinc

e) Suplementasi Vitamin A

f) Melakukan stimulasi dini perkembangan anak.

g) Memberikan makanan tambahan (PMT) untuk balita.

h) Rutin memantau pertumbuhan perkembangan balita.

i) Memberikan pelayanan dan perawatan kesehatan yang optimal untuk anak.


Lampiran 2 .

LEAFLET STUNTING
Lampiran 3

DOKUMENTASI

Selasa, 08 juni 2021 dilakukan penyuluhan stunting kepada keluarga dari anak-
anak yang dikategorikan stunting di Desa Koyobunga, Kecamatan Bulagi Utara,
Kabupaten Bnggai Kepulauan.
Lampiran 4

ABSEN

Anda mungkin juga menyukai