DISUSUN OLEH:
202110641011016
PROFESI FISIOTERAPI
2022
i
MANAJEMEN PENANGANAN PASIEN DENGAN KASUS
TUBERCULOSIS PARU DI RUANG RAWAT INAP RSUD
DR. H. MOH. ANWAR SUMENEP MADURA
DISUSUN OLEH:
202110641011016
PROFESI FISIOTERAPI
2022
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
RINGKASAN
terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC. Hingga saat
ini, tuberkulosis tercatat sebagai salah satu masalah kesehatan dunia yang masuk
tubuhnya, lanjut usia, dan pasien yang pernah terserang TBC pada masa kanak
kanaknya. Penyebab penyakit TBC adalah infeksi yang diakibatkan dari kuman
Mycobaterium tuberkulosis yang sangat mudah menular melalui udara dengan sarana
cairan yang keluar saat penderita bersin atau batuk yang nantinya akan terhirup oleh
orang disekitar.
kehidupannya baik secara fisik, mental, maupun sosial. Secara fisik, seseorang yang
telah terinfeksi TB paru akan sering batuk, sesak nafas, nyeri dada, berat badan dan
nafsu makan menurun serta berkeringat di malam hari. Semua hal itu tentunya akan
v
telah terinfeksi TB paru umumnya akan merasakan berbagai ketakutan di dalam
orang lain, serta ketakutan akan ditolak dan didiskriminasi oleh orang-orang yang
berada di sekitarnya.
pelaksanaannya menggunakan latihan gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif.
pada tubuh seseorang sesuai dengan keluhannya. Pada kasus tuberkulosis paru
tindakan fisioterapi harus diberikan sedini mungkin untuk mencegah hal-hal yang
penting dalam proses memperbaiki keluhan yang dirasakan pada pasien dengan
tuberkulosis paru, sehingga diharapkan makalah ini disusun agar dapat memahami
vi
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
setiap tahun terdapat lebih dari 8 juta kasus baru tuberkulosa dan kurang lebih
daerah dengan penduduk yang padat, sanitasi yang buruk dan malnutrisi.
Penyakit ini menular langsung melalui droplet orang yang telah terinfeksi
minggu atau lebih, batuk disertai dengan gejala tambahan yaitu dahak disertai
darah, sesak nafas, badan terasa lemas, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, demam lebih dari 1 bulan. Munculnya berbagai gejala klinis pasien
seperti adanya nyeri dada saat beraktivitas, dyspnea saat istirahat atau
oleh gejala yang sangat umum yaitu sesak nafas berkepanjangan yang dialami
menjadi sangat terganggu. Sesak nafas akan timbul pada tahap lanjut ketika
1
infiltrasi radang sampai setengah paru dan itu akan menyebabkan peningkatan
2016 yaitu sebanyak 188.405 orang. Dan dari berbagai provinsi di Indonesia
Barat. Jumlahnya mencapai 23.487 orang, sedangkan menurut data dari Profil
Dungus sebanyak 427 penderita dalam 1 tahun (Safira & Nahdliyyah, 2014).
2
penting bagi terjadinya penyakit TB. Dengan asupan gizi yang memadai
fisioterapi yang efektif. Pemberian latihan & modalitas ini harus sesuai
intervensi sesuai dengan problematika pasien agar tujuan akhir dari intervensi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Tuberkulosis
dalam paru, kemudian bakteri tersebut dapat menyebar dari paru hingga ke
bagian tubuh lain melalui sistem peredaran, sistem saluran limfa, melalui
yang merupakan batang ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering
disebut juga dengan BTA (batang tahan asam). Dapat berbentuk lurus
ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm
4
2. Tanda & Gejala Tuberkulosis
berupa gejala umum dan gejala khusus sebagai berikut (D. Puspitasari &
Khasanah, 2022) :
a) Gejala Umum
darah)
b) Gejala Khusus
dengan sesak.
5
bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
kejang.
3. Klasifikasi Tuberkulosis
a) Tuberkulosis Paru
mudah tertular kepada manusia lain, asal kuman bisa keluar dari si
BTA positif.
6
3) Satu atau lebih specimen dahak hasilnya positif setelah 3
pengobatan.
Oleh karena itu, penyakit TBC ini kemudian dinamakan penyakit yang
7
Tuberkulosis ekstra paru berat
4. Etiologi Tuberkulosis
tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganiosme ini adalah
bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena
dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam
(BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Bakteri ini juga tahan
dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob. Bakteri
tuberculosis ini mati pada pemanasan 1000C selama 5-10 menit atau pada
detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang
lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar
8
atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan bahwa untuk
5. Patofisiologi Tuberkulosis
penularan penyakit ini terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan
kurang lebih 1-2 jam tergantung ada atau tidaknya sinar matahari serta
kualitas ventilasi ruangan dan kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan
Jika droplet terhirup oleh orang lain yang sehat, maka droplet akan masuk
dan tubuh penderita akan memberikan reaksi inflamasi. Setelah itu infeksi
9
tersebut akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama terangsang adalah
basil. Apabila proses ini berhasil dan makrofag lebih banyak maka pasien
kekebalan tubuhnya menurun pada saat itu, maka kuman tersebut akan
besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama akan timbul perkejuan
10
6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
sebagai berikut :
a) Sosial Ekonomi
yang kecil membuat orang tidak dapat hidup layak, yang memenuhi
b) Status Gizi
vitamin, zat besi, dll akan mempengaruhi daya tahan tubuh dan apabila
11
secara mudah terjangkit bakteri TBC. Untuk mengetahui indek masa
c) Usia
transisi demografi saat ini menyebabkan umur lansia lebih tinggi. Pada
d) Jenis Kelamin
Pada laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena rokok dan minuman
TBC.
e) Kebiasaan Merokok
12
bronkhitis kronik dan kanker kandung kemih. Kebiasaan merokok
a) Demam
influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah bebas dari serangan
tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman TB Paru yang masuk.
b) Batuk Darah
13
c) Sesak Nafas
nafas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
d) Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada timbul bila infiltrasi
Gejala umum yang muncul adalah batuk secara terus menerus dan
berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejala lain yang sering dijumpai
adalah dahak bercampur dengan darah, batuk darah, sesak nafas dan
rasa nyeri pada dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan
Oleh sebab itu orang yang datang dengan gejala diatas harus dianggap
Selain itu, semua kontak penderita TBC BTA positif dengan gejala
14
8. Komplikasi Tuberkulosis
radang selaput otak (meningitis). Melalui aliran darah dan kelenjar getah
mata yang ditandai dengan mata yang berwarna kemerahan karena iritasi
adalah hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
2021).
15
B. Anatomi dan Fisiologi
penghantar udara dari hidung hingga mencapai paru-paru sendiri meliputi dua
bagian, yaitu saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah (Widiastuti &
Siagian, 2019).
saluran udara (air circulation) menuju saluran napas bagian bawah untuk
hidung. Saluran pernapasan atas ini terdiri dari beberapa organ berikut :
16
b) Sinus Paranasalis
tulang dimana organ itu berada. Organ ini terdiri dari sinus frotalis,
c) Faring (Tekak)
rawan krikoid. Oleh karena itu, letak faring di belakang laring (larynx
pharyngeal).
17
d) Laring (Tenggorokan)
dan membran.
Saluran ini terdiri atas trakea, bronki dan bronkioli. Kedua, saluran
18
a) Trakea
torakalis ke-5. Dari tempat ini, trakea bercabang menjadi dua bronkus
pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari
19
Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang kanan
utama bronkus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris
c) Alveolus
20
yang mengandung udara. Melalui seluruh dinding inilah terjadi
d) Paru-Paru
yang juga dilapisi oleh pleura. Didalam rongga pleura terdapat cairan
surfaktan yang berfungsi untuk lubrikn. Paru kanan dibagi atas tiga
lobus, yaitu lobus superior, lobus medius, dan lobus inferior. Tiap
juta alveoli sehingga organ ini mempunyai permukaan yang cukup luas
21
Gambar 2.9 Paru-Paru
e) Toraks
pembuluh darah besar. Bagian rongga toraks terdiri atas 12 iga costa.
Pada bagian atas toraks di daerah leher, terdapat dua otot tambahan
dinding dada.
dada.
22
Gambar 2.10 Toraks
f) Diafragma
(spinal cord) di servikal ke-3 (C3). Oleh karena itu, jika terjadi
pada ventilasi.
g) Pleura
23
Diantar kedua pleura tersebut terdapat cairan pleura menyerupai
maka udara cairan dapat masuk kedalam rongga pleura. Hal tersebut
24
C. Pemeriksaan Penunjang
dengan mudah menentukan terapi yang diperlukan oleh pasien dan dapat
bagian atas paru, bayangan yang berwarna atau terdapat bercak, adanya
pada foto toraks. Lesi yang terdapat pada orang dewasa yaitu di segmen
apikal dan posterior lobus atas serta segemen apikal lobus bawah (Amiar
2) Pemeriksaan Laboratorium
25
pemeriksaan untuk isolasi Mycrobacterium Tuberculosa berupa (Pratama,
2021) :
a) Urine
Urine yang diambil adalah urine pertama dipagi hari atau urine
kateter maka urine yang tertampung di dalam urine bag dapat diambil.
b) Kultur
c) Sputum
26
secara pasti dapat ditegakkan apabila di dalam biakan terdapat
Mycobacterium tuberculosis.
biakan atau kultur BTA dilakukan selama 4-8 minggu. Kriteria dari
kuman BTA yang terdapat dalam satu sedian. Waktu terbaik untuk
sesudah kumur dan setelah gosok gigi. Hal ini dilakukan agar sputum
3) Pengobatan Farmakologi
dari perbaikan gejala klinis atau stabilitas klinik pasien (Permana et al.,
2021).
27
a) Isoniasid (INH)
b) Rifampisin (R)
c) Pirazinamid (Z)
d) Streptomisin (S)
28
mikroba. Saat ini streptomisin semakin jarang digunakan kecuali
kulit.
e) Etambutol (E)
29
BAB III
STATUS KLINIS
B. CATATAN KLINIS
(Medika mentosa, Hasil lab, Foto rontgen, MRI, CT-Scan, dll)
-
30
B. ANAMNESIS (AUTO / HETERO)
1. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluhkan batuk berdahak berwarna putih kekuningan &
terkadang disertai dengan darah, susah ketika bernafas, adanya rasa
nyeri pada daerah dada & punggung bawah. Sesak nafas biasanya terjadi
pada saat bangun tidur.
5. ANAMNESIS SISTEM
Sistem Keterangan
Kepala dan Leher Wajah pucat
Kardiovaskuler Tidak ada keluhan
Respirasi Batuk & sesak nafas
Gastrointestinal Tidak ada keluhan
Urogenitalis Tidak ada keluhan
Musculoskeletal Spasme pada otot bantu pernafasan
(m.pectoralis, m.trapezius, m.sternocleido),
weakness AGB kanan & kiri
31
Nervorum Paraparese (kelemahan kedua tungkai bawah)
C. PEMERIKSAAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
a) TANDA-TANDA VITAL
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Denyut Nadi : 78x/menit
Pernapasan : 20x/menit
Temperatur : 36o C
Tinggi Badan : 158 cm
Berat Badan : 52 kg (awalnya 66,5 kg)
c) PALPASI
(Nyeri, Spasme, Suhu lokal, Tonus, Bengkak, dll)
- Taktil fremitus : penurunan fremitus
- Spasme pada otot bantu pernafasan, suhu tubuh normal, tidak
ada oedem, nyeri pada bagian dada & punggung bawah
d) PERKUSI
Terdapat bunyi dull pada paru dextra
e) AUSKULTASI
Terdapat bunyi ronkhi pada paru dextra lobus upper
f) GERAK DASAR
Gerak Aktif :
Dada Pasien kesulitan saat melakukan gerakan inspirasi
& ekspirasi ketika bernafas
AGA Untuk gerakan AGA kanan & kiri pasien mampu
melakukan secara aktif
AGB Untuk gerakan AGB kanan & kiri pasien tidak
mampu melakukan secara aktif
Gerak Pasif :
AGA Untuk gerakan AGA kanan & kiri pasien mampu
32
melakukan dengan dibantu oleh terapis
AGB Untuk gerakan AGB kanan & kiri pasien mampu
melakukan dengan dibantu oleh terapis
Gerak Isometrik :
AGA Pasien mampu melawan tahanan minimal
AGB Pasien tidak mampu melawan tahanan
2. PEMERIKSAAN SPESIFIK
(Nyeri, MMT, LGS, Antropometri, Sensibilitas, Tes Khusus, dll)
Skala Borg
Nilai Keterangan
0 Tidak ada keluhan sesak
0,5 Sesak sangat ringan
1 Sesak cukup ringan
2 Sesak ringan
3 Sesak sedang
4 Sesak kadang mengganggu
33
5 Sesak mengganggu
6
7 Sesak sangat mengganggu
8
9 Sesak sangat sangat mengganggu
10 Sesak maksimal
Hasil : 5 (sesak mengganggu)
Ekspansi Thoraks
Regio Inspirasi Ekspirasi Selisih
Upper 93 cm 91 cm 2 cm
Middle 101 cm 100 cm 1 cm
Lower 95 cm 94 cm 1 cm
Hasil : Ada penurunan pada ekspansi thoraks
34
Mobilitas (berjalan 0 : Tidak mampu / berjalan kurang dari 50 0
pada permukaan yang meter
rata) 5 : Hanya bisa bergerak dengan kursi roda,
lebih dari 50 meter
10 : Berjalan dengan bantuan lebih dari 50
meter
15 : Mandiri (meski menggunakan alat
bantu)
Naik turun tangga 0 : Tidak mampu 0
5 : Memerlukan bantuan
10 : Mandiri
JUMLAH 30
KRITERIA PENILAIAN
0-20 : Ketergantungan penuh
21-61 : Ketergantungan berat/sangat bergantung
62-90 : Ketergantungan moderat
91-99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri
Tes Sensibilitas
Sensasi Penilaian
Tajam/Tumpul +/+
Kasar/Halus +/+
Panas/Dingin +/+
Hasil : Normal
KRITERIA PENILAIAN
0 0% Tidak ada kontraksi
35
1 5% Terdapat kontraksi, tidak ada gerakan
2 20% Full ROM, tidak mampu melawan gravitasi
3 50% Full ROM, mampu melawan gravitasi, tidak
mampu melawan tahanan
4 80% Full ROM, mampu melawan gravitasi,
mampu melawan tahanan minimal
5 100% Full ROM, mampu melawan gravitasi,
mampu melawan tahanan maksimal
36
D. UNDERLYING PROCCESS
Orang yang terinfeksi Basil tuberkulosis (mycobacterium
Droplet
aktif Tuberkulosis Paru tuberculosis) memasuki saluran pernafasan
Inflamasi
37
E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
(International Clatification of Functional and Disability)
Dispnea, cough, muscle spasm, hemiparese et causa CVA Infark suspect
Pulmonary Tuberculosis
Impairment
- Dispnea (sesak nafas) & batuk
- Penurunan ekspansi thorax
- Spasme otot bantu pernafasan
- Nyeri gerak & tekan pada daerah dada
- Penurunan kekuatan otot AGB kanan & kiri
Functional Limitation
- Kesulitan menggerakkan AGB kanan & kiri
- Kemampuan ADL menurun
- Kesulitan dalam ambulasi miring kanan/kiri
Disability
- Pasien tidak mampu melakukan pekerjaan rumah seperti biasanya
- Pasien belum bisa melakukan kegiatan bersosialisasi bersama
masyarakat di lingkungan rumahnya
F. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Dubia ad Bonam
Quo ad Sanam : Dubia ad Bonam
Quo ad Cosmeticam : Dubia at Bonam
Quo ad Fungsionam : Dubia at Bonam
38
2. Rencana Tindakan
a). Teknologi Fisioterapi
Pasif ROM
Tujuannya : Untuk lebih meningkatkan ROM pada pasien
Myofascial Release
Tujuannya : Untuk mengurangi spasme pada bagian otot bantu
pernafasan.
Efflurage : Teknik ini menggunakan kedua telapak tangan
dengan memberikan tekanan yang lembut pada bagian tubuh
yang mengalami spasme dengan sirkular secara berulang.
Proper Positioning
Tujuannya : Untuk menjaga tubuh agar tidak terkena ulkus
dekubitus selama pasien imobilisasi
Batuk Efektif
Tujuannya : Untuk mengeluarkan dahak yang tidak bisa keluar.
Posisi pasien bisa terlentang atau duduk (sesuai dengan
kenyamanan pasien). Setelah itu, terapis mengarahkan
kepada pasien untuk melakukan inspirasi dalam. Hal ini
dilakukan selama 2x, setelah inspirasi yang ke 3 pasien
dianjurkan untuk membatukkan dengan kuat.
Breathing Exercise
Tujuannya : Untuk memperbaiki pola nafas dan meningkatkan
ekspansi thorax
Diaphragmatic Breathing Exercise
Pasien diminta untuk melakukan inspirasi sekuat-kuatnya
melalui hidung lalu tahan selama 3-5 detik (sesuai dengan
toleransi pasien). Selanjutnya ekspirasikan secara perlahan
dan panjang dengan menghembuskan melalui mulut yang
akan mendorong perut ke dalam dan ke atas. Gerakan tangan
menunjukkan penderita telah melakukan latihan dengan
benar atau tidak yaitu apabila tangan di atas perut bergerak
selama inspirasi, maka penderita sudah bekerja dengan benar,
dan apabila tangan pada dada bergerak berarti penderita
menggunakan otot-otot dada.
39
Pursed Lips Breathing
Pasien terlentang dengan posisi kepala agak tinggi atau posisi
lain yang sesuai dengan kenyamanan pasien. Kemudian
mengajarkan pasien untuk mengambil nafas secara perlahan
dan dalam melalui mulut dan hidung (sampai perut terdorong
maksimal atau mengembang). Tahan selama 5 hitungan
(semampu toleransi pasien) selanjutnya pasien diminta untuk
menghembuskan udara secara perlahan melalui mulut dengan
bibir yang dikuncupkan.
H. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
a) Pasif ROM
F : 2x sehari
I : 3-5x rep / gerakan
T : 5-10 menit
T : Pasif exercise
b) Myofascial Release
F : Setiap sehari
I : Sesuai kemampuan pasien
T : 3-5 menit
T : Efflurage
c) Batuk Efektif
F : Setiap hari
I : 3x pengulangan
T : Disesuaikan
T : Batuk setelah melakukan inspirasi dalam
d) Breathing Exercise
F : Setiap hari
I : 3x pengulangan
T : 3-5 menit
T : Diaphragmatic, pursed lips breathing exercise
e) Proper Positioning
F : Setiap 2 jam sekali
I :-
T : 10-15 menit
40
T : Latihan miring kanan & kiri
L. CATATAN TAMBAHAN
Tidak ada
41
DAFTAR PUSTAKA
Aini, D. N., Arifianto, & Sapitri. (2017). Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler
Terhadap Respiratory Rate Pasien Tuberkulosisi Paru di Ruang Flamboyan
RSUD Soewondo Kendal, 6(1), 1–9.
Amiar, W., & Setiyono, E. (2020). Efektivitas Pemberian Teknik Pernafasan Pursed
Lips Breathing dan Posisi Semi Fowler Terhadap Peningkatan Saturasi Oksigen
Pada Pasien Dengan Tuberkulosis Paru. Indonesian Journal of Nursing Science
and Practice, 3(1), 7–13.
Febriyani, M., Faradisi, F., & Fajriyah, N. N. (2021). Penerapan Fisioterapi Dada dan
Batuk Efektif Terhadap Ketidakefektifan Bersihan jalan Nafas Pada Pasien
Dengan Tuberculosis Paru. Seminar Nasional Kesehatan, 3(2), 1706–1712.
Hasaini, A. (2018). Pengaruh Teknik Relaksasi Napas Dalam dan Batuk Efektif
Terhadap Bersihan Jalan Napas Pada Pasien Dengan Tuberkulosis Paru di
Ruang Al-Hakim RSUD Ratu Zalecha Martapura Tahun 2018. Jurnal Dinamika
Kesehatan, 9(2), 240–251.
Iryanita, E., & Afifah, I. A. (2015). Efektivitas Slow Deep Breathing Terhadap
Perubahan Saturasi Oksigen Perifer Pasien Tuberkulosis Paru Di Rumah Sakit
Kabupaten Pekalongan.
Lestari, E. D., Umara, A. F., & Immawati, S. A. (2020). Pengaruh Batuk Efektif
Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tuberkulosis Paru. Jurnal Ilmiah
Keperawatan Indonesia, 4(1), 1–10.
Mahendrani, C. R. M., Subkhan, M., Nurida, A., Prahasanti, K., & Yelvi, L. (2020).
Analisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Konversi Sputum Basil Tahan
Asam Pada Penderita Tuberkulosis. Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran, 3(1), 1–
9.
Mar’iyah, K., & Zulkarnain. (2021). Patofisiologi Penyakit Infeksi Pada Pasien
Dengan Tuberkulosis. Journal UIN Alauddin, 7(November), 88–92.
Maulana, A., Azniah, & Suarnianti. (2021). Pengaruh Intervensi Teknik Batuk Efektif
Dengan Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tuberkulosis. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa & Penelitian Keperawatan, 1(1), 77–82.
Permana, B., Nurhayati, N., Supriatin, E., & Lindayani, L. (2021). Effect of
Diaphragmatic Breathing and Pocketed Lip Breathing Techniques on The
Management of Breathlessness in Patients Inefective Respiratory Pattern
Disorders With Mycobacterium Tuberculosis (Pulmonary Tuberculosis).
Scientific Journal of Nursing, 7(3), 8–17.
42
Pratama, A. D. (2021). Efektivitas Active Cycle of Breathing Technique (ACBT)
Terhadap Peningkatan Kapasitas Fungsional Pada Pasien Dengan Bronkiektasis
Post Tuberkulosis Paru. Jurnal Vokasi Indonesia, 9(1), 65–72.
Puspitasari, D., & Khasanah, S. (2022). Implementasi Batuk Efektif dan Fisioterapi
Dada Pada Tn.M Dengan Tuberculosis Paru. Mahakam Nursing Journal, 2(11),
456–464.
Puspitasari, F., Purwono, J., & Immawati. (2021). Penerapan Teknik Batuk Efektif
Untuk Mengatasi Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Pada Pasien Tuberkulosis Paru. Jurnal Cendikia Muda, 1(2), 230–235.
Puspitasari, N. D., Widiastutik, D. U., & Najib, M. (2019). Teknik Batuk Efektif dan
Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien Tuberkulosis Paru di RSUD M.Soewandhie
Surabaya. Jurnal Keperawatan, XII(2), 121–128.
Safira, A. R., & Nahdliyyah, A. I. (2014). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi
Tuberkulosis Paru Dengan Modalitas Infrared dan Active Cycle of Breathing
Technique (ACBT) di BBKPM Surakarta, 37–43.
Sitorus, E. D., Lubis, R. M., & Kristianti, E. (2018). Penerapan Batuk Efektif dan
Fisioterapi Dada Pada Pasien Tuberkulosis Paru Yang Mengalami
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di RSUD Kota Jakarta Utara, 4(2), 40–
45.
Suarniati, S. (2020). Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tuberkulosis Paru
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Rsud Labuang Baji Makassar.
Jornal of Health Education and Literacy (J-Health), 3(1), 34–43.
Widiastuti, L., & Siagian, Y. (2019). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran
Sputum Pada Pasien Dengan Tuberkulosis di Puskesmas Kampung Bugis
Tanjung Pinang. Jurnal Keperawatan, 9(1), 1069–1076.
43
LAMPIRAN
44
45