Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR


Dosen pengampu : Meliana Depo’S.KM.,MPH

Oleh :
LOISA PEKPEKAY
201601022

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA ( YPMP )


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES) PAPUA SORONG
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur, Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat ALLAH yang Maha


Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini pada waktunya. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR,
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Dalam menyusun makalah ini, saya banyak memperoleh bantuan dari
berbagai layanan internet. Oleh karena itu, Saya menyadari bahwa dalam
menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya
makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya
maupun untuk semuanya.

Sabtu, 13 Juni 2020

Loisa Pekpekay

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan ............................................................................................... 2
D. Manfaat ............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Agent Penyebab Penyakit Tuberculosis .......................................... 3
B. Faktor Resiko dari Segi Perilaku dan Lingkungan .......................... 7
C. Proses Penularan TB ....................................................................... 8
D. Cara Pencegahan Penularan TB berdasarkan 5 Level Prevention. . . 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ....................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Meskipun bisa menginfeksi beragam organ
tubuh seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening, namun lebih
sering menginfeksi paru-paru. Jika tidak segera ditangani TBC bisa menjadi
kronis dan berlangsung bertahun-tahun.
Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium Tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
tahan asam sehinggga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam ( BTA).
Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret
1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil
Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch
Purmonum ( KP ). Bakteri Mikobakterium tuberkulosa-Sumber penularannya
berasal dari percikan dahak penderitanya yang dibawa melalui udara ketika
penderita TBC bersin, batuk atau berbicara. Masa inkubasi seseorang menjadi
terinfeksi setelah tertular bervariasi, antara mingguan hingga tahunan,
tergantung dari orang itu sendiri dan jenis infeksinya, apakah primer,
progresif, atau reaktiva. Anak yang mengidap TBC biasanya tertular dari
orang dewasa, mungkin saja berasal dari keluarga penderita (kontak
serumah), masyarakat (kunjungan Posyandu), atau pembantu rumah tangga
dan pengasuh anak. Bahkan sumber penularan bisa terjadi dari pasien TB yang
berobat ke Rumah Sakit/Puskesmas. Pada TBC anak, kuman berkembang biak
di kelenjar paru-paru. Sementara pada orang dewasa, kuman TB berada di
paru-parunya dan membuat lubang untuk keluar melalui jalan napas.
Sistem kekebalan yang sehat mungkin dapat mematikan TB dengan
segera. Kalau tidak berhasil diatasi oleh tubuh, kuman biasanya bersarang di
paru-paru, tetapi kadang-kadang menular ke bagian lain di tubuh. Begitu TB
sampai di paru-paru, tubuh langsung mulai melawannya. Perlawanan tersebut

1
biasanya berhasil, dan sistem kekebalan dapat menghentikan menularnya
kuman. Namun demikian, untuk orang tertentu, TB dapat menular lebih jauh.
TB yang mungkin sudah lama tidak aktif dapat menjadi aktif kembali
bertahun-tahun kemudian, dan infeksi dapat menular ke bagian lain di tubuh.
Infeksi yang sudah sembuh juga dapat menjadi aktif kembali. Hal ini dapat
terjadi kalau kekebalan tubuh menjadi lemah, misalnya pada masa stres,
infeksi virus yang akut, infeksi HIV, penyakit seperti kencing manis, atau
terapi imunosupresif untuk kanker dan penyakit lain yang memerlukan obat
steroida, radioterapi atau obat-obatan sitotoksik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa agent penyebab penyakit Tuberculosis?
2. Apa faktor resiko dari segi perilaku dan lingkungan?
3. Bagaiman proses penularan TB?
4. Bagaimana cara pencegahan penularan TB berdasarkan 5 level
prevention?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui agent penyebab penyakit Tuberculosis.
2. Untuk mengetahui faktor resiko dari segi perilaku dan lingkungan.
3. Untuk mengetahui proses penularan TB
4. Untuk mengetahui cara pencegahan penularan TB berdasarkan 5 level
prevention

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan serta wawasan tentang pemyakit menular
Tuberculosis.
2. Bagi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Memberi informasi bagi mahasiswa-mahasiswi Fakultas Kesehatan
Masyarakat STIKES tentang penyakit menular Tuberculosis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Agent Penyebab Penyakit Tuberculosis


Teori John Gordon, mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit
sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (agent), penjamu
(host), dan lingkungan (environment). Ketiga faktor penting ini disebut segi
tiga epidemiologi (Epidemiology Triangle), hubungan ketiga faktor tersebut
digambarkan secara sederhana sebagai timbangan yaitu agent penyebab
penyakit pada satu sisi dan penjamu pada sisi yang lain dengan lingkungan
sebagai penumpunya.
Bila agent penyebab penyakit dengan penjamu berada dalam keadaan
seimbang, maka seseorang berada dalam keadaan sehat, perubahan
keseimbangan akan menyebabkan seseorang sehat atau sakit, penurunan daya
tahan tubuh akan menyebabkan bobot agent penyebab menjadi lebih berat
sehingga seseorang menjadi sakit, demikian pula bila agent penyakit lebih
banyak atau lebih ganas sedangkan faktor penjamu tetap, maka bobot agent
penyebab menjadi lebih berat. Sebaliknya bila daya tahan tubuh seseorang
baik atau meningkat maka ia dalam keadaan sehat. Apabila faktor lingkungan
berubah menjadi cenderung menguntungkan agent penyebab penyakit, maka
orang akan sakit, pada prakteknya seseorang menjadi sakit akibat pengaruh
berbagai faktor berikut :

1. Agent
TB disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis, bakteri gram
positif, berbentuk batang halus, mempunyai sifat tahan asam dan aerobic.
Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap
disifektan kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak
yang kering untuk jangka waktu yang lama.
Mycobacterium tuberculosis adalah suatu anggota dari famili
Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetalis.

3
Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah penyakit berat pada
manusia dan penyebab terjadinya infeksi tersering.
Masih terdapat Mycobacterium patogen lainnya, misalnya
Mycobacterium leprae, Mycobacterium paratuberkulosis dan
Mycobacterium yang dianggap sebagai Mycobacterium non tuberculosis
atau tidak dapat terklasifikasikan (Heinz, 1993).
Di luar tubuh manusia, kuman Mycobacterium tuberculosis hidup
baik pada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap sinar
matahari. Mycobacterium tuberculosis mempunyai panjang 1-4 mikron
dan lebar 0,2- 0,8 mikron. Kuman ini melayang di udara dan disebut
droplet nuclei. Kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang
sejuk, lembab, gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahun lamanya.
Tetapi kuman tuberkulosis akan mati bila terkena sinar matahari, sabun,
lisol, karbol dan panas api (Atmosukarto & Soewasti, 2000).
Kuman tuberkulosis jika terkena cahaya matahari akan mati dalam
waktu 2 jam, selain itu kuman tersebut akan mati oleh tinctura iodi selama
5 menit dan juga oleh ethanol 80 % dalam waktu 2 sampai 10 menit serta
oleh fenol 5 % dalam waktu 24 jam. Mycobacterium tuberculosis seperti
halnya bakteri lain pada umumnya, akan tumbuh dengan subur pada
lingkungan dengan kelembaban yang tinggi. Air membentuk lebih dari 80
% volume sel bakteri dan merupakan hal essensial untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup sel bakteri. Kelembaban udara yang meningkat
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen termasuk
tuberkulosis.
Mycobacterium tuberculosis memiliki rentang suhu yang disukai,
merupakan bakteri mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang 25 – 40 C,
tetapi akan tumbuh secara optimal pada suhu 31-37 C. Pengetahuan
mengenai sifat-sifat agent sangat penting untuk pencegahan dan
penanggulangan penyakit, sifat-sifat tersebut termasuk ukuran,
kemampuan berkembang biak, kematian agent atau daya tahan terhadap
pemanasan atau pendinginan.

4
Agent adalah penyebab yang essensial yang harus ada, apabila
penyakit timbul atau manifest, tetapi agent sendiri tidak
sufficient/memenuhi syarat untuk menimbulkan penyakit. Agent
memerlukan dukungan faktor penentu agar penyakit dapat manifest. Agent
yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis paru adalah kuman
Mycobacterium tuberculosis. Agent ini dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya pathogenitas, infektifitas dan virulensi.
Pathogenitas adalah daya suatu mikroorganisme untuk
menimbulkan penyakit pada host. Pathogenitas agent dapat berubah dan
tidak sama derajatnya bagi berbagai host. Berdasarkan sumber yang sama
pathogenitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat rendah.
Infektifitas adalah kemampuan suatu mikroba untuk masuk ke dalam
tubuh host dan berkembang biak didalamnya. Berdasarkan sumber yang
sama infektifitas kuman tuberkulosis paru termasuk pada tingkat
menengah. Virulensi adalah keganasan suatu mikroba bagi host.
Berdasarkan sumber yang sama virulensi kuman tuberkulosis paru
termasuk tingkat tinggi, jadi kuman ini tidak dapat dianggap remeh begitu
saja.
Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara
Mycobacterium Tuberculosis sangat tinggi. Pathogenesis hamper rendah
dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat
resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah
penggunaan kemoterapi modern, sehingga menyebabkan keharusan
mengembangkan obat baru.
Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak
(susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung
dan tidak langsung, serta transmisi congenital yang jarang terjadi.

2. Host
Manusia merupakan reservoar untuk penularan kuman
Mycobacterium tuberculosis, kuman tuberkulosis menular melalui droplet
nuclei. Seorang penderita tuberkulosis dapat menularkan pada 10-15 orang
5
(Depkes RI, 2002). Menurut penelitian pusat ekologi kesehatan (1991),
menunjukkan tingkat penularan tuberkulosis di lingkungan keluarga
penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat
menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya. Di dalam rumah dengan
ventilasi baik, kuman ini dapat hilang terbawa angin dan akan lebih baik
lagi jika ventilasi ruangannya menggunakan pembersih udara yang bisa
menangkap kuman TB.
Menurut penelitian Atmosukarto dari Litbang Kesehatan (2000),
didapatkan data bahwa Tingkat penularan tuberkulosis di lingkungan
keluarga penderita cukup tinggi, dimana seorang penderita rata-rata dapat
menularkan kepada 2-3 orang di dalam rumahnya.
Besar resiko terjadinya penularan untuk rumah tangga dengan
penderita lebih dari 1 orang adalah 4 kali dibanding rumah tangga dengan
hanya 1 orang penderita tuberkulosis.
Hal yang perlu diketahui tentang host atau penjamu meliputi
karakteristik; gizi atau daya tahan tubuh, pertahanan tubuh, higiene
pribadi, gejala dan tanda penyakit dan pengobatan. Karakteristik host
dapat dibedakan antara lain; Umur, jenis kelamin, pekerjaan, keturunan,
pekerjaan, keturunan, ras dan gaya hidup.
Host atau penjamu; manusia atau hewan hidup, termasuk burung
dan anthropoda yang dapat memberikan tempat tinggal atau kehidupan
untuk agent menular dalam kondisi alam (lawan dari percobaan). Host
untuk kuman tuberkulosis paru adalah manusia dan hewan, tetapi host
yang dimaksud dalam penelitia ini adalah manusia. Beberapa faktor host
yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis paru adalah;
kekebalan tubuh (alami dan buatan), status gizi, pengaruh infeksi
HIV/AIDS.

3. Environment
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host baik
benda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang
terbentuk akibat interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang lain.
6
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian
yang besar dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya.
Penularannya pun berpola sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak
geografis.
Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC.
Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara
TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan,
pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Terdapat
pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi
komunitas perdesaan. Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik,
pengangguran dan tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC
dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan epidemi penyakit
ini. Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan
berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.

B. Faktor Resiko dari Segi Perilaku dan Lingkungan


Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan.
Pengetahuan penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya
dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai
orang sakit dan akhinya berakibat menjadi sumber penular bagi orang
disekelilingnya.
Lingkungan merupakan salah satu faktor penyebab kejadian TB.
Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh terhadap manusia baik secara
langsung, maupun terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial
manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsur kimiawi serta radiasi) meliputi :
Udara keadaan cuaca, geografis, dan golongan Air, baik sebagai sumber
kehidupan maupun sebagai bentuk pemencaran pada air.
Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi, politik, sistem
organisasi. Serta instusi/peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang
membentuk masyarakat tersebut. Lingkungan sosial ini meliputi : Sistem
hukum, administrasi dan lingkungan sosial politik, serta sistem ekonomi yang
berlaku; Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat, Sistem
7
pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat, dan
Kebiasaan hidup masyarakat, Kepadatan penduduk. Kepadatan rumah tangga,
serta berbagai sistem kehidupan sosial lainnya.

C. Proses Penularan TB
Penularan TBC umumnya terjadi melalui udara. Ketika penderita TBC
aktif memercikkan lendir atau dahak saat batuk atau bersin, bakteri TB akan
ikut keluar melalui lendir tersebut dan terbawa ke udara. Selanjutnya, bakteri
TB akan masuk ke tubuh orang lain melalui udara yang dihirupnya.
Tuberkulosis atau yang biasa disebut dengan penyakit TB atau TBC
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling
sering menyerang paru-paru. Namun, ada organ tubuh lain yang juga dapat
terserang penyakit TBC, yaitu tulang belakang, kelenjar getah bening, kulit,
ginjal, dan selaput otak.
Penyakit TBC tidak menular melalui kontak fisik (seperti berjabat
tangan) atau menyentuh peralatan yang telah terkontaminasi bakteri TB.
Selain itu, berbagi makanan atau minuman dengan penderita tuberkulosis juga
tidak menyebabkan seseorang tertular penyakit ini.
Saat batuk atau bersin, penderita TBC dapat menyebarkan kuman yang
terdapat dalam dahak ke udara. Dalam sekali batuk, penderita TBC dapat
mengeluarkan sekitar 3000 percikan dahak. Bakteri TB yang berada di udara
bisa bertahan berjam-jam, terutama jika ruangan gelap dan lembab, sebelum
akhirnya terhirup oleh orang lain. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan
di mana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.
Orang-orang yang berisiko tinggi terkena penularan TBC adalah
mereka yang sering bertemu atau berdiam di tempat yang sama dengan
penderita TBC, seperti keluarga, teman sekantor, atau teman sekelas.
Meski demikian, pada dasarnya penularan TBC tidak semudah yang
dibayangkan. Tidak semua orang yang menghirup udara yang mengandung
bakteri TB akan langsung menderita TBC.

8
Pada kebanyakan kasus, bakteri yang terhirup ini akan berdiam di
paru-paru tanpa menimbulkan penyakit atau menginfeksi orang lain. Bakteri
tetap ada di dalam tubuh sambil menunggu saat yang tepat untuk menginfeksi,
yaitu ketika daya tahan tubuh sedang lemah.

D. Cara Pencegahan Penularan TB berdasarkan 5 Level Prevention


Secara umum ada 5 tahap pencegahan penyakit atau yang lebih dikenal
dengan five level prevention. Tahapan pencegahan ini dapat menjadi panduan
bagaimana mencegah penyakit dari mulai saat kita belum terserang penyakit
(saat sehat), saat sedang sakit supaya tidak semakin parah dan tidak menulari
orang lain, maupun saat memulihkan dari sakit.

1. Health Promotion (Peningkatan kesehatan) = Tahap Pertama

Upaya ini dilakukan pada saat tubuh masih dalam keadan sehat. Upaya ini
termasuk dalam pencegahan yang bersifat umum untuk semua jenis
penyakit.
Contoh kegiatan yang termasuk dalam pencegahan tahap pertama ini
antara lain :

a. Mandi memakai sabun


b. Sikat gigi sebelum tidur
c. Tidak merokok
d. Buang sampah pada tempatnya
e. Memakai helm dan masker saat berkendara
f. Olah raga secara rutin
g. Makan makanan bergizi
h. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan

2. Health prevention and health protection (Pencegahan dan perlindungan


kesehatan) = Tahap Kedua
yaitu upaya - upaya yang dilakukan untuk menjaga kesehatan tubuh dari
suatu penyakit tertentu.
9
Upaya ini masih sama dengan pencegahan tahap pertama yaitu dilakukan
pada saat tubuh masih dalam keadaan sehat. Tetapi upaya yang kedua ini
lebih ditujukan untuk mencegah suatu penyakit tertentu.
Yang termasuk dalam upaya pencegahan tahap kedua ini antara lain :
a. Imunisasi BCG yang ditujukan untuk mencegah penyakit TB
b. Penyemprotan untuk membunuh nyamuk malaria/demam berdarah
yang ditujukan untuk mencegah penyakit malaria / demam berdarah.
c. Tidak merokok yang ditujukan untuk mencegah penyakit paru – paru

3. Early diagnosis and prompt treatment (pengobatan cepat dan tepat) =


Tahap ketiga
Yaitu upaya yang dilakukan pada saat tubuh sudah mulai merasakan tidak
sehat (sudah ada suatu penyakit) dan ditujukan untuk mencegah penyakit
berkembang lebih serius / lebih parah.
Yang termasuk dalam kategori pencegahan tahap tiga ini antara lain :
a. Screening (general check up) untuk menemukan suatu penyakit
b. Setelah penyakit ditemukan, dilakukan pengobatan yang cepat dan
tepat supaya penyakit dapat disembuhkan, tidak menyebabkan
kematian atau menyebabkan kecacatan.
Contoh : Pergi ke RS / puskesmas / BKPM

4. Disabiliti limitation (pembatasan kecacatan) = Tahap keempat


yaitu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kecacatan setelah
seseorang terjangkit suatu penyakit.

5. Rehabilitasi = Tahap kelima


Yaitu upaya yang dilakukan untuk memulihkan kondisi tubuh setelah
terjadinya suatu penyakit dan mencegah terjadinya kecacatan. Tujuannya
adalah supaya pasien dapat bekerja lagi secara produktif.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tuberculosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Meskipun bisa menginfeksi beragam organ
tubuh seperti selaput otak, kulit, tulang, kelenjar getah bening, namun lebih
sering menginfeksi paru-paru.
Jika tidak segera ditangani TBC bisa menjadi kronis dan berlangsung
bertahun-tahun. Sumber penularannya berasal dari percikan dahak
penderitanya yang dibawa melalui udara ketika penderita TBC bersin, batuk
atau berbicara.
Masa inkubasi seseorang menjadi terinfeksi setelah tertular bervariasi,
antara mingguan hingga tahunan, tergantung dari orang itu sendiri dan jenis
infeksinya, apakah primer, progresif, atau reaktiva.

B. Saran

Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah


Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah
penyakit yang dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita
dituntut untuk minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter
serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses


keperawatan) Bandung

Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran


EGC

https://www.alodokter.com/penyakit-menular-yang-umum-di-indonesia

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

12

Anda mungkin juga menyukai