Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENYAKIT MENULAR TUBERCULOSIS

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular

Dosen Mata Kuliah : Petrus Geroda Beda Ama, SKM., M.Kes

Disusun oleh :
Kelompok 2
Bella Apriliani (1072191005)
Miftah Al Baihaqi (1072191015)
Putri Hidayah (1072191020)
Serlina (1072191022)
Raden Faisal Daffa P (1072191031)
Wisnu Satrio Wangsa (1072191025)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga makalah yang berjudul ”PENYAKIT MENULAR TUBERCULOSIS” dapat
terselesaikan dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam kita curahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umat-Nya dari jaman
jahiliyah hingga jaman terang benderang seperti saat ini. Maksud dan tujuan dalam
pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Epidemiologi
Penyakit Menular.

Tentunya dalam pembuatan makalah ini banyak kendala yang dihadapi. Oleh karena
itu, kami berterima kasih kepada segenap pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah
ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai pengantar. Besar harapan kami untuk
bisa memperoleh masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari siapapun
yang membaca makalah ini demi kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya. Terima
kasih.

Jakarta, 20 Oktober 2021

Penyusun

PAGE \* MERGEFORMAT 9
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................2
2.1 Pengertian TBC.................................................................................................................2
2.2 Etiologi Tuberkulosis.........................................................................................................2
2.3 Epidemiologi Tuberculosis................................................................................................3
2.4 Penularan...........................................................................................................................4
2.5 Riwayat Terjadinya Tuberculosis......................................................................................5
2.6 Gejala dan Tanda Tuberculosis..........................................................................................5
2.7 Klasifikasi Tuberculosis.....................................................................................................6
2.8 Diagnosa............................................................................................................................7
2.9 Jenis Pemeriksaan Tuberkulosis........................................................................................9
2.10 Pengendalian,Pencegahan, dan Pengobatan TB Paru.......................................................13
2.11 Faktor Terjadinya Tuberculosis.......................................................................................16
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................17
3.2 Referensi..........................................................................................................................17

PAGE \* MERGEFORMAT 9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain:
M. tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai
Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium
tuberculosis yang bisa menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai
MOTT (Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu
penegakan diagnosis dan pengobatan TBC.1 Hingga saat ini, Tuberkulosis tercatat
sebagai salah satu masalah kesehatan dunia yang masuk dalam Millennium
Development Goals (MDGs).
Infeksi TB laten Diperkirakan seperempat dari populasi dunia memiliki infeksi
TB laten, yang berarti seseorang telah terinfeksi oleh bakteri TB tetapi tidak (belum)
sakit dan tidak dapat menularkan penyakit tersebut. Orang yang terinfeksi bakteri TB
memiliki risiko seumur hidup 10 persen jatuh sakit TB. Sistem kekebalan tubuh
seringkali cukup kuat untuk mencegah perkembangan penyakit. Namun orang dengan
sistem kekebalan yang lemah, seperti orang yang hidup dengan HIV, kekurangan gizi,
atau diabetes, atau orang yang menggunakan tembakau, memiliki risiko yang jauh
lebih tinggi untuk jatuh sakit.
Diabetes, alkohol, malnutrisi, asap tembakau, dan polusi udara dalam ruangan
adalah faktor-faktor yang berdampak pada sebagian besar populasi dan mempercepat
perkembangan penyakit TB. Makalah ini bertujuan untuk merangkum faktor-faktor
risiko yang berkontribusi terhadap infeksi dan penyakit TB pada tingkat individu dan
populasi.

PAGE \* MERGEFORMAT 9
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian TBC


Tuberkulosis (TBC) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycrobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bronkus. TBC paru
tergolong penyakit air borne infection, yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui
udara pernapasan ke dalam paru-paru. Kemudian kuman menyebar dari paru-paru ke
bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui
bronkus atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya (Widyanto & Triwibowo,
2013)
Tuberkulosis (TBC) paru adalah suatu penyakit infeksi kronis yang sudah sangat
lama dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal di
daerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan
tulang vertebra otak yang khas TBC dari kerangka yang digali di Heidelberg dari
kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan yang berasal dari mumi dan
ukuriran dinding piramid di Mesir kuno pada tahun 2000 – 4000 SM. Hipokrates telah
memperkenalkan sebuah terminologi yang diangkat dari bahasa Yunani yang
menggambarkan tampilan penyakit TBC paru ini (Sudoyo dkk, 2010)

2.2 Etiologi Tuberkulosis


TB paru merupakan penyakit yang disebabkan oleh basil TBC (Mycrobacterium
Tuberculosi Humanis). Mycrobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman
berbentuk batang berukuran sangat kecil dengan panjang 1-4 µm dengan tebal 0,3-0,6
µm. Sebagian besar komponen Mycrobacterium tuberculosis adalah berupa lemak atau
lipid yang menyebabkan kuman mampu bertahan terhadap asam serta zat kimia dan
faktor fisik. Kuman TBC bersifat aerob yang membutuhkan oksigen untuk
kelangsungan hidupnya. Mycrobacterium tuberculosis banyak ditemukan di daerah
yang memiliki kandungan oksigen tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang
kondusif untuk penyakit TB. Kuman Mycrobacterium tuberculosis memiliki
kemampuan tumbuh yang lambat, koloni akan tampak setelah kurang dari dua minggu
atau bahkan terkadang setelah 6-8 minggu. Lingkungan hidup optimal pada suhu 37°C

PAGE \* MERGEFORMAT 9
dan kelembaban 70%. Kuman tidak dapat tumbuh pada suhu 25°C atau lebih dari 40°C
(Widyanto & Triwibowo, 2013).
Mycrobacterium tuberculosis termasuk familie Mycrobacteriaceace yang
mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah Mycrobacterium, yang salah
satunya speciesnya adalah Mycrobacterium tuberculosis. Basil TBC mempunyai
dinding sel lipoid sehingga tahan asam, sifat ini dimanfaatkan oleh Robert Koch untuk
mewarnainya secara khusus. Oleh karena itu, kuman ini disebut pula Basil Tahan
Asam (BTA). Basil TBC sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam
beberapa menit saja akan mati. Ternyata kerentanan ini terutama terhadap gelombang
cahaya ultraviolet. Basil TBC juga rentan terhadap panas-basah, sehingga dalam 2
menit saja basil TBC yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati bila
terkena air bersuhu 100°C. Basil TBC juga akan terbunuh dalam beberapa menit bila
terkena alkohol 70% atau lisol 5% (Danusantoso,2013).

2.3 Epidemiologi Tuberculosis


Tuberkulosis adalah salah satu penyakit menular yang menjadi perhatian di
dunia. Dengan berbagai upaya pengendalian yang telah dilakukan, insidens dan
kematian akibat turberkulosis sudah menurun. Pada tahun 2014 tuberkulosis
diperkirakan menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan kematian 1,2 juta jiwa. India,
Indonesia dan China merupakan negara dengan penderita tuberkulosis terbesar di
dunia (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
Tuberkulosis adalah salah satu dari sepuluh penyakit yang menyebabkan angka
kematian terbesar di dunia. Pada tahun 2015 jumlah penderita TB baru di seluruh
dunia sekitar 10,4 juta yaitu laki – laki 5,9 juta, perempuan 3,5 juta dan anak – anak
1,0 juta. Diperkirakan 1.8 juta meninggal antara lain 1,4 juta akibat TB dan 0,4 juta
akibat TB dengan HIV (WHO, 2016).
TB adalah masalah kesehatan dunia, WHO melaporkan sejak dahulu dan
faktanya menurut estimasi WHO prevalensi TB setiap tahun selalu meningkat.
Epidemiologi TB di Indonesia, walaupun prevalensinya menunjukkan penurunan yang
signifikan survey epidemiologi tahun 1980 – 2004 secara nasional telah mencapai
target yang sudah ditetapkan tahun 2015 yaitu 221 per 100.000 penduduk dan WHO
memprediksikan kurang lebih 690.000 tau 289/1000 terdapat penderita TB di

PAGE \* MERGEFORMAT 9
Indonesia. TB merupakan penyebab kematian kedua setelah stroke pada usia 15 tahun
ke atas dan penyebab kematian pada bayi dan balita (Nizar, 2017)
Sumber infeksi yang paling sering adalah manusia yang mengekskresikan dari
saluran pernafasan sejumlah besar bakteri M. tuberculosis. Riwayat kontak ( contoh
dalam keluarga ) dan sering terpapar ( petugas medis ) menyebabkan kemungkinan
tertular melalui droplet.
Kerentanan terhadap bakteri M. tuberculosis merupakan faktor yang ditentukan
oleh resiko untuk mendapatkan infeksi dan resiko munculnya penyakit klinis setelah
infeksi terjadi. Orang beresiko tinggi terkena TB yaitu bayi, usia lanjut, kurang gizi,
daya tahan tubuh yang rendah, dan orang yang mempunyai penyakit penyerta (Brooks,
Carroll, Butel, Morse, & Mietzner, 2010).

2.4 Penularan
 Penularan TB terjadi melalui udara dari percikan dahak pasien TB yang batuk
tanpa menutup mulut. sumber dari penularan tuberkulosis adalah pasien positif
tuberkulosis, pada waktu batuk atau bersin pasien menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei) sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak,umumnya penularan terjadi dalam
ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama, sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman, namun percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang
pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.makin
tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan bakteri tuberkulosis
ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut (Depkes, 2011)
 Jika udara yang mengandung kuman TB tadi terhirup maka terdapat
kemungkinan kita terkena infeksi TB namun tidak selalu berarti kita akan sakit
TB, bisa jadi kuman TB tersebut ‘ tidur ’(dormant) dalam badan kita. Kuman
‘tidur’ tidak membuat kita sakit TB dan kita juga tidak dapat menularkan ke
orang lain.
 Jika daya tahan tubuh menurun kuman TB yang ‘tidur’ ini menjadi aktif dan
memperbanyak diri, maka kita menjadi sakit TB.

PAGE \* MERGEFORMAT 9
 TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi si pasien yang sudah
dibersihkan seperti peralatan makan, pakaian atau tempat tidur yang digunakan
oleh pasien TB.

2.5 Riwayat Terjadinya Tuberculosis


Infeksi tuberkulosis dibagi menjadi :
1) Infeksi primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan bakteri
tuberkulosis. droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilier bronkus dan terus berjalan sehingga sampai di
alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat bakteri tuberkulosis berhasil
berkembangbiak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan
peradangan di dalam paru, saluran limfe akan membawa bakteri tuberkulosis di
sekitar hilus paru danini di sebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya
infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu.
2) Tuberkulosis pasca primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer
adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau afusi pluera.

2.6 Gejala dan Tanda Tuberculosis


Gambaran klinis TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu: gejala respiratorik dan
gejala sistemik (Andi Ihram Muhammad, 2013).

a.Gejala respiratorik, meliputi :

1)Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Batuk bisa berlangsung terus menerus selama ≥3 minggu. Mula- mula
bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan. Hal ini sebagai upaya untuk membuang ekskresi peradangan
berupa dahak ataupun sputum.

2)Batuk darah

PAGE \* MERGEFORMAT 9
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau
bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.
Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah, akibat luka dalam alveoli yang
sudah lanjut. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh
darah yang pecah.

3)Dahak

Dahak awalnya bersifat nukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah
menjadi mukopurulen (mengandung lendir dan nanah) sehingga warnanya kuning atau
kuning hijau sampai purulen (hanya nanah saja) dan kemudian berubah menjadi kental
dan berbau busuk karena adanya infeksi anaerob.

4)Sesak napas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal
yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain- lain.

5)Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul
apabila sistem persarafan di pleura terkena.

b.Gejala sistemik, meliputi:

1)Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari
mirip demam influenza. Biasanya disertai keringat dingin meskipun tanpa kegiatan.
Hilang timbul dan makin lama makin panjang seranganya sedang masa bebas serangan
makin pendek.

2)Keringat dingin dimalam hari

Bukanlah gejala pasti untuk penyakit tuberkulosis paru dan umumnya baru timbul bila
proses telah lanjut. Keringat dingin ini terjadi meskipun tanpa kegiatan.

3)Anoreksia dan penurunan berat badan

Keduanya merupakan manifestasi dari keracunan sistemik yang timbul karena produk
bakteri atau adanya jaringan yang rusak (toksemia), yang biasanya timbul belakangan
dan lebih sering dikeluhkan bila fase progresif.

4)Malaise (rasa lesu)

PAGE \* MERGEFORMAT 9
Hal ini bersifat berkepanjangan/kronik, disertai rasa tidak fit, tidak enak badan, lemah,
lesu, pegal-pegal dan mudah lelah.

2.7 Klasifikasi Tuberculosis


Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe penderita penting dilakukan untuk
menetapkan paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang sesuai dan dilakukan
sebelum pengobatan dimulai. Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru.

a. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
1) Tuberkulosis Paru BTA (+)
Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah Sekurang-
kurangnya 2 pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1
spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan
gambaran tuberculosis aktif.

2) Tuberkulosis Paru BTA (-)


Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (-) dan foto rontgen
dada menunjukan gambaran Tuberculosis aktif. TBC Paru BTA (-), rontgen
(+) dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan
ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgan dada memperlihatkan
gambaran kerusakan paru yang luas.

b. Tuberculosis Ekstra Paru


TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
1) TBC ekstra-paru ringan
Misalnya : TBC kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang
(kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal.

2) TBC ekstra-paru berat


Misalnya : meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa
duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat
kelamin.

2.8 Diagnosa
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit Tuberkulosis, maka beberapa hal
yang perlu dilakukan untuk melakukan diagnosis adalah:
a. Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
b. Pemeriksaan fisik.
c. Pemeriksaan laboraturium (darah, dahak, dan cairan otak).
d. Pemeriksaan patologi anatomi (PA)
PAGE \* MERGEFORMAT 9
e. Rontgen dada ( thorax photo)
f. Uji tuberculin.

Diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan


ditemukannya BTA Positif pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil
pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen hasilnya
positif. Bila hanya satu spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut
yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS) diulang:
1) Kalau hasil rontgen mendukung tuberkulosis paru, maka penderita di
diagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA Positif.
2) Kalau hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru, maka pemeriksaan
dahak ulangi dengan SPS lagi.
Bila tiga spesimen dahak hasilnya negatif, diberikan antibiotik spektrum luas
(misal: kotrimoksasol atau amoksisillin) selama 1–2 minggu, bila tidak ada perubahan,
namun gejala klinis tetap mencurigakan tuberkulosis paru, ulangi pemeriksaan dahak
SPS.
1) Kalau hasil SPS positif, maka didiagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru
BTA positif.
2) Kalau hasil SPS tetap negatif, dilakukan pemeriksaan foto rontgen dada,
untuk mendukung diagnosis tuberkulosis paru. Bila hasil rontgen mendukung

Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit Tuberkulosis, maka beberapa hal


yang perlu dilakukan untuk melakukan diagnosis adalah:
g. Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
h. Pemeriksaan fisik.
i. Pemeriksaan laboraturium (darah, dahak, dan cairan otak).
j. Pemeriksaan patologi anatomi (PA)
k. Rontgen dada ( thorax photo)
l. Uji tuberculin.

Diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan


ditemukannya BTA Positif pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil
pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen hasilnya
PAGE \* MERGEFORMAT 9
positif. Bila hanya satu spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut
yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan dahak Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS) diulang:
3) Kalau hasil rontgen mendukung tuberkulosis paru, maka penderita di
diagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA Positif.
4) Kalau hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru, maka pemeriksaan
dahak ulangi dengan SPS lagi.
Bila tiga spesimen dahak hasilnya negatif, diberikan antibiotik spektrum luas
(misal: kotrimoksasol atau amoksisillin) selama 1–2 minggu, bila tidak ada perubahan,
namun gejala klinis tetap mencurigakan tuberkulosis paru, ulangi pemeriksaan dahak
SPS.
3) Kalau hasil SPS positif, maka didiagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru
BTA positif.
4) Kalau hasil SPS tetap negatif, dilakukan pemeriksaan foto rontgen dada,
untuk mendukung diagnosis tuberkulosis paru. Bila hasil rontgen mendukung

tuberkulosis paru, di diagnosis sebagai penderita tuberkulosis paru BTA


negatif rontgen positif.
5) Bila hasil rontgen tidak mendukung tuberkulosis paru, penderita tersebut
bukan tuberculosis.

2.9 Jenis Pemeriksaan Tuberkulosis


1. Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti
yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan
bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal,
bilasan

bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage /


BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus / BJH)
b. Cara pengumpulan dan pengiriman
bahan Cara pengambilan dahak 3 kali
(SPS) :
 Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
 Pagi (keesokan harinya)
 Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau atau setiap pagi 3
PAGE \* MERGEFORMAT 9
hari berturut-turut.
Bahan pemeriksaan / spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan /
ditampung dalam pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan
tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasilitas, spesimen
tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke
laboratorium.
Bahan pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek,
atau untuk kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml
sebelum dikirim ke laboratorium. Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada
gelas objek dimasukkan ke dalam kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium,
harus dipastikan telah tertulis identitas pasien yang sesuai dengan formulir
permohonan pemeriksaan laboratorium. Bila lokasi fasilitas laboratorium berada jauh
dari klinik/ tempat pelayanan pasien, spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas
saring melalui jasa pos.
Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura,
liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar /BAL,
urin, faeces dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara :
Mikroskopik dan Biakan.

Pemeriksaan mikroskopik :
 Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
 Mikroskopik fluoresens : pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk
screening)
lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :
 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif ® BTA positif
 1 kali positif, 2 kali negatif ® ulang BTA 3 kali, kemudian
 bila 1 kali positif, 2 kali negatif ® BTA positif
 bila 3 kali negatif ® BTA negatif
Scala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) :
 Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif
 Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan.
 Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang, disebut + (1+)
 Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)
PAGE \* MERGEFORMAT 9
 Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)

Pemeriksaan biakan kuman :


Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan cara :
 Egg base media : Lowenstein-Jensen (dianjurkan), Ogawa, Kudoh
 Agar base media : Middle brook
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat
mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan juga Mycobacterium other than
tuberculosis (MOTT). Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara, baik
dengan melihat cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji niasin
maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen yang timbul.

2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi : foto
lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat
memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
 Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah
 Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular
 Bayangan bercak milier
 Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif :
 Fibrotik
 Kalsifikasi
 Schwarte atau penebalan pleura

3. Pemeriksaan Khusus9
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional. Dalam
perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat mengidentifikasi
kuman tuberkulosis secara lebih cepat.
a. Pemeriksaan BACTEC
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode
radiometrik. M tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian

PAGE \* MERGEFORMAT 9
menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini
dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk
membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan. Bentuk lain teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT).

b. Polymerase chain reaction (PCR)


Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA,
termasuk DNA M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini
adalah kemungkinan kontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah cukup banyak
dipakai, kendati masih memerlukan ketelitian dalam
pelaksanaannya. Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk
menegakkan diagnosis sepanjang pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara
yang benar dan sesuai standar internasional. Apabila hasil pemeriksaan PCR
positif sedangkan data lain tidak ada yang menunjang ke arah diagnosis TB,
maka hasil tersebut tidak dapat
dipakai sebagai pegangan untuk diagnosis TB.
Pada pemeriksaan deteksi M.tuberculosis tersebut diatas, bahan / spesimen
pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ekstraparu sesuai dengan organ yang
terlibat.

c. Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda :


1. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi
respons humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Beberapa masalah
dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu
yang cukup lama.
2. Immunochromatographic Tuberculosis (ICT)
Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji
serologi untuk mendeteksi antibodi M.tuberculosis dalam serum. Uji ICT
merupakan uji diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang
berasal dari membran sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya antigen M.TB 38
kDa. Ke 5 antigen tersebut diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada
membran immunokromatografik (2 antigen diantaranya digabung dalam 1 garis)
disamping garis kontrol. Serum yang akan diperiksa sebanyak 30 ml diteteskan
ke bantalan warna biru, kemudian serum akan berdifusi melewati garis antigen.
PAGE \* MERGEFORMAT 9
Apabila serum mengandung antibodi IgG terhadap M.tuberculosis, maka
antibodi akan berikatan dengan antigen dan membentuk garis warna merah
muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit terbentuk garis kontrol dan
minimal satu dari empat garis antigen pada membran.
3. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji
ini menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada
suatu alat yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke
dalam serum pasien, dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik
anti LAM dalam jumlah yang memadai sesuai dengan aktiviti penyakit, maka
akan timbul perubahan warna pada sisir dan dapat dideteksi dengan mudah.
4. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang
terjadi. Dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh, para
klinisi harus hati hati karena banyak variabel yang mempengaruhi kadar
antibodi yang terdeteksi.

d. Pemeriksaan Penunjang lain


1. Analisis Cairan Pleura5
Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura perlu
dilakukan pada pasien efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis.
Interpretasi hasil analisis yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji
Rivalta positif dan kesan cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat
sel limfosit dominan dan glukosa rendah.

Pemeriksaan histopatologi jaringan5 Pemeriksaan histopatologi dilakukan


untuk membantu menegakkan diagnosis TB. Pemeriksaan yang dilakukan ialah
pemeriksaan histopatologi. Bahan jaringan dapat diperoleh melalui biopsi atau
otopsi, yaitu :
 Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH) kelenjar getah bening (KGB)
 X`Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum abram, Cope dan
Veen Silverman)

2.10 Pengendalian,Pencegahan, dan Pengobatan TB Paru

PAGE \* MERGEFORMAT 9
a) Pengendalian Tuberkulosis
Sejalan dengan meningkatnya kasus TB (Kemenkes RI, 2011). Pada awal
tahun 1990-an WHO dan International Union Against TB and Lung Diseases
(IUATLD) mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal sebagai
strategi Directly Observed Treatment Short-course (DOTS). Strategi DOTS
terdiri dari 5 komponen kunci, yaitu:

 Komitmen politis, dengan peningkatan dan kesinambungan pendanaan.


 Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang
terjamin mutunya.
 Pengobatan yang standar, dengan supervise dan dukungan bagi pasien.
 Sistem pengelolaan dan ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
yang efektif.
 Sistem monitoring pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan
penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program.

Pengendalian TB paru yang terbaik adalah mencegah agar tidak terjadi


penularan maupun infeksi. Pencegahan TB paru pada dasarnya adalah mencegah
penularan bakteri dari penderita yang terinfeksi dan menghilangkan atau mengurangi
faktor risiko yang menyebabkan terjadinya penularan penyakit. Tindakan mencegah
terjadinya penularan dilakukan dengan berbagai cara yang utama adalah memberikan
Obat Anti Tuberkulosis yang benar dan cukup, serta dipakai dengan patuh sesuai
ketentuan penggunaan obat. Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi atau
menghilangkan faktor risiko yang pada dasarnya adalah mengupayakan kesehatan
lingkungan dan perilaku, antara lain dengan pengaturan rumah agar memperoleh
cahaya matahari, mengurangi kepadatan anggota keluarga, mengatur kepadatan
penduduk, menghindari meludah sembarangan, batuk sembarangan,

mengonsumsi makanan yang bergizi yang baik dan seimbang. Dengan


demikian salah satu upaya pencegahan adalah dengan penyuluhan.

b) Pencegahan Tuberkulosis
Cara pencegahan terhadap penularan pasien TB Paru adalah:
1. Bagi penderita, tutup mulut bila batuk.
2. Jangan buang dahak sembarangan, cara membuang dahak yang benar yaitu
PAGE \* MERGEFORMAT 9
menimbun dahak dengan pasir atau menampung dahak dalam kaleng berisi
Lysol, air sabun, spiritus, dan buang di lubang WC atau lubang tanah.
3. Memeriksakan anggota keluarga yang lain.
4. Makan makanan bergizi (cukup karbohidrat, protein, dan vitamin).
5. Istirahat yang cukup.
6. Memisahkan alat makan dan minum bekas pasien.
7. Memperhatikan keadaan rumah, ventilasi dan pencahayaan baik.
8. Hindari rokok.
9. Berikan imunisasi BCG pada bayi.

c) Pengobatan Tuberkulosis
Berdasarkan Kemenkes RI (2011), selain penyuluhan, pengobatan juga
merupakan suatu hal yang penting dalam upaya pengendalian penyakit TB paru.
Tujuan pengobatan TB paru adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan, memutuskan
rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti
Tuberkulosis (OAT). Salah satu komponen dalam Directly Observed Treatment
(DOTS) adalah panduan pengobatan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka
pendek dengan pengawasan langsung dan untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang Pengawasan Minum Obat (PMO) dan pemberian panduan Obat
Anti Tuberkulosis (OAT). Jenis sifat dan dosis Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang
akan dijelaskan pada bab ini adalah yang tergolong untuk lini pertama. Secara ringkas
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama dijelaskan pada tabel di bawah ini:
Tabel Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

No Jenis OAT Sifat Jenis obat yang direkomendasikan


(mg/kg)direkomendasikan (mg/kg)
Harian 3x seminggu
1. Isoniazid (H) Bakterisid 5 10
(4-6) (8-12)
2. Rifampicin (R) Bakterisid 10 10
(8-12) (8-12)
3. Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25 35
(20-30) (30-40)
4. Streptomycin (S) Bakterisid 15 15
(12-18) (12-18)
5 Ethambutol (E) Bakterios- 15 30
tatik (15-20) (20-35)
PAGE \* MERGEFORMAT 9
Sumber: Kemenkes RI, 2011.

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:


a) Obat anti Tuberkulosis (OAT) harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa
jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori
pengobatan. Jangan gunakan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) tunggal
(monoterapi). Pemakaian Obat Anti Tuberkulosis-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-
KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
b) Untuk menjamin kepatuhan pasien meminum obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawasan
Minum Obat (PMO).
c) Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
1 Tahap awal (intensif)
a Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
b Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya
pasien baru TB menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
c Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi)
dalam 2 bulan.
2 Tahap lanjutan
a. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun
dalam jangka waktu yang lebih lama.

b. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister


sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.

2.11 Faktor Terjadinya Tuberculosis


Faktor risiko adalah semua variabel yang berperan dalam timbulnya kejadian
penyakit. Pada dasarnya berbagai faktor risiko TB paru saling berkaitan satu sama
lain. Faktor risiko yang berperan dalam kejadian tuberkulosis adalah faktor
karakteristik individu (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan,
penghasilan) faktor sosial ekonomi (status kemiskinan), faktor risiko kondisi
lingkungan (kepadatan hunian, ventilasi, suhu, kelembaban, pencahayaan, dan
jenis rumah/materi bangunan), faktor perilaku kebiasaan merokok, faktor riwayat
PAGE \* MERGEFORMAT 9
kontak, dan jarak rumah ke fasilitas pelayanan kesehata

PAGE \* MERGEFORMAT 9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

TBC di Indonesia merupakan salah satu jenis penyakit penyebab kematian nomor
empat setelah penyakit stroke, diabetes dan hipertensi. Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) RI masih terus menggaungkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya masalah kesehatan terutama Stunting, TBC, dan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Masalah kesehatan tersebut diupayakan
selesai pada 2019 sebagaimana hasil Rapat Kerja Kesehatan (Rakerkesnas) 2018 yang
digelar pada 5-8 Maret 2018 di Tangerang, Banten. Karenanya, diharapkan pemahaman
dan pengaplikasian Germas dilakukan secara merata oleh seluruh masyarakat Indonesia.

3.2 Referensi

- Modul Kuliah Epidemiologi Penyakit Menular – Petrus Geroda B A

- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3583136/#:~:text=Diabetes%2C
%20alcohol%2C%20malnutrition%2C%20tobacco,both%20individual%20and
%20population%20level.

- https://www.kncvtbc.org/en/about-tb/?
gclid=Cj0KCQjw5JSLBhCxARIsAHgO2Se9OzKEcb28y8vBxyd7WSigldwD676I8
H-dx4UKME2bLtW9PnymsFkaAi2LEALw_wcB

PAGE \* MERGEFORMAT 9
PAGE \* MERGEFORMAT 9

Anda mungkin juga menyukai