Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi Penyakit Menular
Disusun oleh :
Kelompok 2
Bella Apriliani (1072191005)
Miftah Al Baihaqi (1072191015)
Putri Hidayah (1072191020)
Serlina (1072191022)
Raden Faisal Daffa P (1072191031)
Wisnu Satrio Wangsa (1072191025)
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga makalah yang berjudul ”PENYAKIT MENULAR TUBERCULOSIS” dapat
terselesaikan dengan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta salam kita curahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umat-Nya dari jaman
jahiliyah hingga jaman terang benderang seperti saat ini. Maksud dan tujuan dalam
pembuatan makalah ini adalah untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Epidemiologi
Penyakit Menular.
Tentunya dalam pembuatan makalah ini banyak kendala yang dihadapi. Oleh karena
itu, kami berterima kasih kepada segenap pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah
ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Demikian yang dapat kami sampaikan sebagai pengantar. Besar harapan kami untuk
bisa memperoleh masukan, saran dan kritik yang sifatnya membangun dari siapapun
yang membaca makalah ini demi kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya. Terima
kasih.
Penyusun
PAGE \* MERGEFORMAT 9
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................2
2.1 Pengertian TBC.................................................................................................................2
2.2 Etiologi Tuberkulosis.........................................................................................................2
2.3 Epidemiologi Tuberculosis................................................................................................3
2.4 Penularan...........................................................................................................................4
2.5 Riwayat Terjadinya Tuberculosis......................................................................................5
2.6 Gejala dan Tanda Tuberculosis..........................................................................................5
2.7 Klasifikasi Tuberculosis.....................................................................................................6
2.8 Diagnosa............................................................................................................................7
2.9 Jenis Pemeriksaan Tuberkulosis........................................................................................9
2.10 Pengendalian,Pencegahan, dan Pengobatan TB Paru.......................................................13
2.11 Faktor Terjadinya Tuberculosis.......................................................................................16
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................17
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................17
3.2 Referensi..........................................................................................................................17
PAGE \* MERGEFORMAT 9
BAB I
PENDAHULUAN
PAGE \* MERGEFORMAT 9
BAB II PEMBAHASAN
PAGE \* MERGEFORMAT 9
dan kelembaban 70%. Kuman tidak dapat tumbuh pada suhu 25°C atau lebih dari 40°C
(Widyanto & Triwibowo, 2013).
Mycrobacterium tuberculosis termasuk familie Mycrobacteriaceace yang
mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah Mycrobacterium, yang salah
satunya speciesnya adalah Mycrobacterium tuberculosis. Basil TBC mempunyai
dinding sel lipoid sehingga tahan asam, sifat ini dimanfaatkan oleh Robert Koch untuk
mewarnainya secara khusus. Oleh karena itu, kuman ini disebut pula Basil Tahan
Asam (BTA). Basil TBC sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga dalam
beberapa menit saja akan mati. Ternyata kerentanan ini terutama terhadap gelombang
cahaya ultraviolet. Basil TBC juga rentan terhadap panas-basah, sehingga dalam 2
menit saja basil TBC yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati bila
terkena air bersuhu 100°C. Basil TBC juga akan terbunuh dalam beberapa menit bila
terkena alkohol 70% atau lisol 5% (Danusantoso,2013).
PAGE \* MERGEFORMAT 9
Indonesia. TB merupakan penyebab kematian kedua setelah stroke pada usia 15 tahun
ke atas dan penyebab kematian pada bayi dan balita (Nizar, 2017)
Sumber infeksi yang paling sering adalah manusia yang mengekskresikan dari
saluran pernafasan sejumlah besar bakteri M. tuberculosis. Riwayat kontak ( contoh
dalam keluarga ) dan sering terpapar ( petugas medis ) menyebabkan kemungkinan
tertular melalui droplet.
Kerentanan terhadap bakteri M. tuberculosis merupakan faktor yang ditentukan
oleh resiko untuk mendapatkan infeksi dan resiko munculnya penyakit klinis setelah
infeksi terjadi. Orang beresiko tinggi terkena TB yaitu bayi, usia lanjut, kurang gizi,
daya tahan tubuh yang rendah, dan orang yang mempunyai penyakit penyerta (Brooks,
Carroll, Butel, Morse, & Mietzner, 2010).
2.4 Penularan
Penularan TB terjadi melalui udara dari percikan dahak pasien TB yang batuk
tanpa menutup mulut. sumber dari penularan tuberkulosis adalah pasien positif
tuberkulosis, pada waktu batuk atau bersin pasien menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei) sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak,umumnya penularan terjadi dalam
ruangan dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama, sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman, namun percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang
pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.makin
tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan bakteri tuberkulosis
ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut (Depkes, 2011)
Jika udara yang mengandung kuman TB tadi terhirup maka terdapat
kemungkinan kita terkena infeksi TB namun tidak selalu berarti kita akan sakit
TB, bisa jadi kuman TB tersebut ‘ tidur ’(dormant) dalam badan kita. Kuman
‘tidur’ tidak membuat kita sakit TB dan kita juga tidak dapat menularkan ke
orang lain.
Jika daya tahan tubuh menurun kuman TB yang ‘tidur’ ini menjadi aktif dan
memperbanyak diri, maka kita menjadi sakit TB.
PAGE \* MERGEFORMAT 9
TB tidak menular melalui perlengkapan pribadi si pasien yang sudah
dibersihkan seperti peralatan makan, pakaian atau tempat tidur yang digunakan
oleh pasien TB.
1)Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering
dikeluhkan. Batuk bisa berlangsung terus menerus selama ≥3 minggu. Mula- mula
bersifat non produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan. Hal ini sebagai upaya untuk membuang ekskresi peradangan
berupa dahak ataupun sputum.
2)Batuk darah
PAGE \* MERGEFORMAT 9
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa garis atau
bercak-bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.
Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah, akibat luka dalam alveoli yang
sudah lanjut. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh
darah yang pecah.
3)Dahak
Dahak awalnya bersifat nukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah
menjadi mukopurulen (mengandung lendir dan nanah) sehingga warnanya kuning atau
kuning hijau sampai purulen (hanya nanah saja) dan kemudian berubah menjadi kental
dan berbau busuk karena adanya infeksi anaerob.
4)Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal
yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax, anemia dan lain- lain.
5)Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala ini timbul
apabila sistem persarafan di pleura terkena.
1)Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari
mirip demam influenza. Biasanya disertai keringat dingin meskipun tanpa kegiatan.
Hilang timbul dan makin lama makin panjang seranganya sedang masa bebas serangan
makin pendek.
Bukanlah gejala pasti untuk penyakit tuberkulosis paru dan umumnya baru timbul bila
proses telah lanjut. Keringat dingin ini terjadi meskipun tanpa kegiatan.
Keduanya merupakan manifestasi dari keracunan sistemik yang timbul karena produk
bakteri atau adanya jaringan yang rusak (toksemia), yang biasanya timbul belakangan
dan lebih sering dikeluhkan bila fase progresif.
PAGE \* MERGEFORMAT 9
Hal ini bersifat berkepanjangan/kronik, disertai rasa tidak fit, tidak enak badan, lemah,
lesu, pegal-pegal dan mudah lelah.
a. Tuberculosis Paru
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam :
1) Tuberkulosis Paru BTA (+)
Kriteria hasil dari tuberkulosis paru BTA positif adalah Sekurang-
kurangnya 2 pemeriksaan dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA (+) atau 1
spesimen dahak SPS hasilnya (+) dan foto rontgen dada menunjukan
gambaran tuberculosis aktif.
2.8 Diagnosa
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit Tuberkulosis, maka beberapa hal
yang perlu dilakukan untuk melakukan diagnosis adalah:
a. Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
b. Pemeriksaan fisik.
c. Pemeriksaan laboraturium (darah, dahak, dan cairan otak).
d. Pemeriksaan patologi anatomi (PA)
PAGE \* MERGEFORMAT 9
e. Rontgen dada ( thorax photo)
f. Uji tuberculin.
Pemeriksaan mikroskopik :
Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
Mikroskopik fluoresens : pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk
screening)
lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :
3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif ® BTA positif
1 kali positif, 2 kali negatif ® ulang BTA 3 kali, kemudian
bila 1 kali positif, 2 kali negatif ® BTA positif
bila 3 kali negatif ® BTA negatif
Scala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) :
Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif
Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan.
Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang, disebut + (1+)
Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)
PAGE \* MERGEFORMAT 9
Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)
2. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi : foto
lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat
memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan
segmen superior lobus bawah
Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular
Bayangan bercak milier
Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif :
Fibrotik
Kalsifikasi
Schwarte atau penebalan pleura
3. Pemeriksaan Khusus9
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu
yang dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional. Dalam
perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat mengidentifikasi
kuman tuberkulosis secara lebih cepat.
a. Pemeriksaan BACTEC
Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode
radiometrik. M tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian
PAGE \* MERGEFORMAT 9
menghasilkan CO2 yang akan dideteksi growth indexnya oleh mesin ini. Sistem ini
dapat menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk
membantu menegakkan diagnosis dan melakukan uji kepekaan. Bentuk lain teknik
ini adalah dengan menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT).
PAGE \* MERGEFORMAT 9
a) Pengendalian Tuberkulosis
Sejalan dengan meningkatnya kasus TB (Kemenkes RI, 2011). Pada awal
tahun 1990-an WHO dan International Union Against TB and Lung Diseases
(IUATLD) mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal sebagai
strategi Directly Observed Treatment Short-course (DOTS). Strategi DOTS
terdiri dari 5 komponen kunci, yaitu:
b) Pencegahan Tuberkulosis
Cara pencegahan terhadap penularan pasien TB Paru adalah:
1. Bagi penderita, tutup mulut bila batuk.
2. Jangan buang dahak sembarangan, cara membuang dahak yang benar yaitu
PAGE \* MERGEFORMAT 9
menimbun dahak dengan pasir atau menampung dahak dalam kaleng berisi
Lysol, air sabun, spiritus, dan buang di lubang WC atau lubang tanah.
3. Memeriksakan anggota keluarga yang lain.
4. Makan makanan bergizi (cukup karbohidrat, protein, dan vitamin).
5. Istirahat yang cukup.
6. Memisahkan alat makan dan minum bekas pasien.
7. Memperhatikan keadaan rumah, ventilasi dan pencahayaan baik.
8. Hindari rokok.
9. Berikan imunisasi BCG pada bayi.
c) Pengobatan Tuberkulosis
Berdasarkan Kemenkes RI (2011), selain penyuluhan, pengobatan juga
merupakan suatu hal yang penting dalam upaya pengendalian penyakit TB paru.
Tujuan pengobatan TB paru adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan, memutuskan
rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap Obat Anti
Tuberkulosis (OAT). Salah satu komponen dalam Directly Observed Treatment
(DOTS) adalah panduan pengobatan panduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka
pendek dengan pengawasan langsung dan untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang Pengawasan Minum Obat (PMO) dan pemberian panduan Obat
Anti Tuberkulosis (OAT). Jenis sifat dan dosis Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang
akan dijelaskan pada bab ini adalah yang tergolong untuk lini pertama. Secara ringkas
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) lini pertama dijelaskan pada tabel di bawah ini:
Tabel Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
PAGE \* MERGEFORMAT 9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
TBC di Indonesia merupakan salah satu jenis penyakit penyebab kematian nomor
empat setelah penyakit stroke, diabetes dan hipertensi. Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) RI masih terus menggaungkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya masalah kesehatan terutama Stunting, TBC, dan
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Masalah kesehatan tersebut diupayakan
selesai pada 2019 sebagaimana hasil Rapat Kerja Kesehatan (Rakerkesnas) 2018 yang
digelar pada 5-8 Maret 2018 di Tangerang, Banten. Karenanya, diharapkan pemahaman
dan pengaplikasian Germas dilakukan secara merata oleh seluruh masyarakat Indonesia.
3.2 Referensi
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3583136/#:~:text=Diabetes%2C
%20alcohol%2C%20malnutrition%2C%20tobacco,both%20individual%20and
%20population%20level.
- https://www.kncvtbc.org/en/about-tb/?
gclid=Cj0KCQjw5JSLBhCxARIsAHgO2Se9OzKEcb28y8vBxyd7WSigldwD676I8
H-dx4UKME2bLtW9PnymsFkaAi2LEALw_wcB
PAGE \* MERGEFORMAT 9
PAGE \* MERGEFORMAT 9