TUBERCULOSIS
DOSEN PENGAMPUH :
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah Swt. Karena atas limpahan rahmat dan karunia-NYAlah
sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Tuberculosis"tepat pada
waktunya. Adapun tujuan penulis dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Kamrin, S.KM., M.Kes dalam mata kuliah Dasar Promosi Kesehatan. Selain itu, makalah ini
pula bertujuan untuk menambah wawasan penulis mengenai pengertian penyakit Tuberkulosis,
penyakit Tuberkulosis dapat berkembang di Indonesia dan dunia, penyebab dan gejala bagi
penderita penyakit Tuberkulosis, cara penularan Tuberkulosis, cara pengobatan dan pencegahan
penyakit Tuberkulosis, dan penyebaran penyakit Tuberkulosis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Kamrin, S.KM,. M.Kes selaku dosen yang
telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Tak lupa juga Kami mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya
makalah ini tidak akan maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Kami menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, Kami membutuhkan kritik dan saran yang dapat memperbaiki makalah ini menjadi
lebih baik. Akhir kata Kami mengucapkan banyak terimakasih, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat dan inspirasi untuk pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Penyakit Tuberkulosis (TBC)......................................................................................3
2.2 Faktor Resiko pemyakit tbc................................................................................................................3
2.3 Gejala dan Penyebab Penyakit Tuberkulosis...............................................................................6
2.4 Penularan Penyakit Tuberkulosis.................................................................................................9
2.5 Pengobatan Penyakit Tuberkulosis...........................................................................................10
2.6 Diagnosis Tuberkulosis....................................................................................................................10
2.7 Komplikasi Tuberkulosis..................................................................................................................11
2.8 Pencegahan Penyakit Tuberkulosis...........................................................................................12
BAB III........................................................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................15
3.2 Saran..............................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TBC) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikrobakterium Tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-
paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu
penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization
(WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis. Tuberkulosis masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di dunia
Insiden TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia.
Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis /TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi
angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan
terapinya. Dengan jumlah penduduk yang ada di Indonesia, Indonesia menempati urutan ketiga
India DAN China dalam hal jmlah penderita diantara 22 negara dengan masalah TBC terbesar
di dunia.
Hasil survei kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan bahwa
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada tahun
1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita TBC baru pertahun dengan 262.000
positif atau insiden rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat tuberkulosis
diperkirakan meninmpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC paru di Indonesia
dari tahun ketahun terus meningkat. Kenyataan mengenai penyakit TBC di Indonesia begitu
mengkhawatirkan, sehingga kita harus waspada sejak dini dan mendapatkan informasi lengkap
tentang penyakit TBC.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-
paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
TBC, umumnya dikenal sebagai TB, adalah infeksi bakteri yang dapat menyebar melalui
kelenjar getah bening dan aliran darah ke organ dalam tubuh Anda. Hal ini paling sering
ditemukan di paru-paru. Kebanyakan orang yang terkena TB tidak pernah mengembangkan
gejala karena bakteri dapat hidup dalam bentuk tidak aktif di dalam tubuh. Tetapi jika sistem
kekebalan tubuh melemah, seperti pada orang dengan HIV atau orang dewasa lanjut usia,
bakteri TB dapat menjadi aktif. Dalam keadaan aktif mereka, bakteri TB menyebabkan
kematian jaringan di organ mereka menginfeksi. Penyakit TB aktif dapat berakibat fatal jika
tidak diobati.
Karena bakteri yang menyebabkan tuberkulosis yang ditularkan melalui udara, penyakit ini
bisa menular. Infeksi yang paling mungkin terjadi jika Anda terkena seseorang dengan TB pada
sehari-hari, misalnya dengan tinggal atau bekerja dalam jarak dekat dengan seseorang yang
memiliki penyakit aktif. Bahkan kemudian, karena bakteri umumnya tinggal laten (tidak aktif)
setelah mereka menyerang tubuh, hanya sejumlah kecil orang yang terinfeksi TB akan pernah
memiliki penyakit aktif. Sisanya akan memiliki apa yang disebut infeksi TB laten, mereka tidak
menunjukkan tanda-tanda infeksi dan tidak akan dapat menyebarkan penyakit kepada orang
lain, kecuali penyakit mereka menjadi aktif. Karena ini infeksi laten pada akhirnya dapat
menjadi aktif, bahkan orang-orang tanpa gejala harus menerima perawatan medis. Obat dapat
membantu menyingkirkan bakteri tidak aktif sebelum mereka menjadi aktif.
3
2.2 Faktor Resiko pemyakit tbc
Ada beberapa faktor kemungkinan yang menjadi risiko terjadinya penyakit tuberkulosis,
diantaranya yaitu faktor kependudukan (umur, jenis kelamin, status gizi, peran keluarga, tingkat
pendapatan, tingkat pendidikan), faktor lingkungan rumah (luas ventilasi, kepadatan hunian,
intensitas pencahayaan, jenis lantai, kelembaban rumah, suhu dan jenis dinding), perilaku
(kebiasaan membuka jendela setiap pagi dan kebiasaan merokok) dan riwayat kontak (14).
a. Faktor Sosiodemografi
4
7. Faktor BMI Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh Jurcev-Savicevic et al (2013)
didapatkan bahwa orang yang memiliki BMI berat badan kurang 13,57 kali terhadap kejadian
tuberkulosis (12). sedangkan menurut penelitian Jyothi et al, BMI yang malnutrisi 3,03 kali
terhadap kejadian tuberkulosis (8).
b. Faktor Lingkungan
1. Faktor Pencahayaan Kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk,
lembab dan gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahun lamanya. Rumah yang tidak
memiliki pencahayaan yang baik atau tidak ada celah masuknya sinar matahari ke dalam rumah
maka akan meningkatkan risiko terjadinya kejadian tuberkulosis sebanyak 3-7 kali
dibandingkan dengan rumah yang memiliki pencahayaan yang dimasuki sinar matahari (9).
2. Faktor Luas Ventilasi Menurut Penelitian Kurniasari dkk bahwa kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kelembaban ruangan. Kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi tempat
yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya bakteri-bakteri patogen termasuk kuman
tuberkulosis (9). Penelitian lain yang dilakukan oleh Cheru et al (2015) di Metema District
didapatkan bahwa tidak adanya ventilasi buatan 1,573 kali berisiko terhadap kejadian
tuberkulosis (13)
3. Faktor Riwayat Kontak Di lingkungan keluarga, tingkat penularan TB cukup tinggi.
Seorang penderita TB rata-rata dapat menularkan kepada 2-3 orang yang berada di dalam
rumahnya. Besar risiko penularan akan meningkat apabila penderita TB lebih dari satu orang
yang berada di dalam rumah. Jika semakin banyak penderita TB dalam satu rumah maka akan
meningkatkan frekuensi dan durasi kontak dengan kuman tuberkulosis (15). Penelitian lain yang
dilakukan oleh Fitriani (2013) didapatkan bahwa riwayat kontak orang penderita tuberkulosis
5,429 kali berisiko terhadap kejadian tuberkulosis (5). Sedangkan penelitian lain yang dilakukan
oleh Begna (2014) di South East Ethiopia didapat bahwa riwayat kontak dengan pasien
tuberkulosis aktif 2,40 kali berisiko terhadap kejadian tuberkulosis (6). Penelitian lain yang
dilakukan oleh Cheru et al (2015) di Metema District didapatkan bahwa riwayat kontak 1,673
kali berisiko terhadap kejadian tuberkulosis (13).
4. Faktor Kepadatan Berdasar Penelitian Begna et al (2014) di South East Ethiopia
didapatkan bahwa jumlah keluarga yang diatas >5 berisiko 4,10 kali terhadap kejadian
tuberkulosis (6). Penelitian lain yang dilakukan oleh Cheru et al (2015) di Metema District
5
didapatkan bahwa lebih dari 4 orang dalam rumah tangga 3,09 kali berisiko terhadap kejadian
tuberkulosis (13).
c. Host-Related Factor
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas
terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
1) GejalaSistemik/Utama
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam.
a. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2) Gejala Khusus
6
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian
bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening
yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar
cairan nanah.
d. Pada anak–anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang – kejang.
Tuberkulosis tidak selalu menunjukkan gejala sakit. Para ahli membedakannya atas kedua
jenis TBC, yaitu:
1. TBC laten
TBC laten terjadi ketika penderitanya memiliki kuman di tubuh tetapi sistem imun berhasil
mencegahnya supaya tidak menyebar. Penderitanya pun tidak memiliki gejala apapun, dan tidak
menular. Meski demikian, infeksinya masih hidup dan suatu hari nanti bisa menjadi aktif. Jika
berisiko tinggi, dokter akan memberi obat untuk mencegah TB aktif. Beberapa faktor risiko
yang memicu TB laten menjadi aktif adalah mengidap HIV, mengalami infeksi dalam 2 tahun
terakhir, rontgen dada menunjukan kondisi yang tidak biasa, atau sistem kekebalan tiba-tiba
melemah.
2. TBC aktif
Sementara seseorang yang sudah mengalami TBC aktif adalah saat kuman berkembang biak
dan membuatnya menimbulkan gejala dan sakit. Bahkan, Anda juga dapat menyebarkan
penyakit ini kepada orang lain. 90% kasus aktif pada orang dewasa berasal dari infeksi TB
laten. Infeksi TB laten atau aktif juga dapat resisten terhadap obat. Artinya obat tertentu tidak
bekerja melawan bakteri.
7
Penyebab Tuberkulosis
Mycobacterium tuberculosis dapat menular lewat semburan air liur ketika pengidap TBC
batuk, bersin, bicara, tertawa atau bernyanyi. Meskipun cara penularannya mirip dengan pilek
atau flu, TBC tidak menular semudah itu. Kamu perlu berkontak dekat dengan pengidap TBC
dalam waktu lama (beberapa jam) untuk bisa tertular penyakit ini.
Selain itu, tidak semua pengidap TBC bisa menularkan penyakitnya. Anak-anak yang
mengidap TBC, mereka tidak bisa menularkannya ke anak lain maupun orang dewasa.
Melansir dari Mayo Clinic, sejak 1980an, kasus TBC meningkat drastis akibat infeksi HIV
dan pengidap HIV lebih rentan terkena TBC. Namun, mengapa demikian? Simak informasi
lengkapnya pada artikel: Orang dengan HIV dan AIDS Berisiko Terkena Tuberkulosis.
Alasan tuberkulosis menjadi salah satu penyebab kematian terbesar yaitu karena
meningkatnya strain yang kebal (resisten) terhadap obat. Hal ini terjadi akibat pengidapnya
tidak meminum obat sesuai petunjuk atau tidak menyelesaikan pengobatan. Ketika antibiotik
gagal membunuh semua bakteri yang menjadi targetnya, bakteri tersebut otomatis menjadi
resisten.
Sementara itu, gejala TBC pada anak cenderung lebih sulit dikenali. Hal ini karena gejalanya
tidak khas sehingga sering dianggap sebagai gejala penyakit lain.
Berikut adalah gejala yang mungkin ditemukan pada penderita TBC anak, yakni :
8
2. Berat badan menurun dalam 2 bulan atau gagal tumbuh.
6. Gejala tidak membaik meski telah diberikan antibiotik dan nutrisi.
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi
umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di
dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya
tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-
paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun
demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat
Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh
koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis
bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri
itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut
dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen.
Bakteri TB ditularkan melalui droplet yang terinfeksi di udara. Begitu tetesan ini memasuki
udara, siapa pun di dekatnya dapat menghirupnya. Seseorang dengan TB dapat menularkan
bakteri melalui bersin, batuk, berbicara, dan nyanyian. Orang dengan sistem kekebalan yang
9
berfungsi dengan baik mungkin tidak mengalami gejala TB, bahkan jika mereka telah tertular
bakteri tersebut, dikenal sebagai infeksi TB laten atau tidak aktif.
Infeksi primer ketika bakteri masuk melalui hidung dan mulut yang menghirup udara
dengan kandungan bakteri penyebab tuberkulosis. Bakteri ini bisa mencapai paru-paru, lalu
mulai memperbanyak diri.
Infeksi laten, terjadi ketika sistem imun melakukan perlawanan saat bakteri mulai
berkembang biak. Ketika sistem imun kuat, maka bakteri dapat dihancurkan untuk menahan
perkembangan infeksinya.
Infeksi aktif, terjadi ketika sistem imut tidak kuat atau lemah melawan serangan bakteri
TB. Alhasil, bakteri akan lebih bebas memperbanyak diri dan menyerang sel-sel sehat di paru-
paru.
a. Etambutol
b. Isoniasid
c. Rifampisin
d. Pyrazinamid
e. Streptomisin
f. Sikloserin
Isoniazid (INH) sebagai bakterisidial terhadap basil yang tumbuh aktif. Obat ini diberikan
selama 18-24 bulan dan dengan dosis 10-20 mg/kg berat badan/hari melalui oral.
Kombinasi antar INH, rifampicin, dan pyrazinamid yang diberikan selama 6 bulan.
Obat tambahan, antara lain Strepmomycin (diberikan intramuskuler)dan Etham burol
Terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat anti-TB untuk mengurangi
respons peradangan, misalnya pada meningitis.
10
Selama pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa kelenjar getah bening untuk
mengidentifikasi pembengkakan paru. Jika ada indikasi TBC, dokter perlu melakukan salah satu
opsi tes berikut untuk memastikannya:
1. Tes Mantoux
Tes Mantoux atau disebut juga sebagai tuberculin skin test (TST) adalah salah satu alat
diagnosis yang paling umum digunakan. Melalui tes ini, zat tuberkulin disuntikkan tepat di
bawah kulit lengan. Dalam 48 hingga 72 jam, dokter akan memeriksa pembengkakan pada
tempat suntikan. Seseorang dinyatakan positif TBC apabila timbul benjolan merah di area
suntikan.
Jika kamu ingin mengetahui lebih dalam mengenai pemeriksaan ini, kamu bisa membaca
artikel: Mengenal Tes Mantoux, Pemeriksaan untuk Mendeteksi TBC.
2. Tes darah
Melalui tes ini, dokter dapat mengukur reaksi sistem kekebalan terhadap bakteri TB. Tes
darah juga bisa menentukan seseorang memiliki TB laten atau TB aktif.
3. Tes pencitraan
Jika hasil tes mantoux positif, dokter kemungkinan akan merekomendasikan rontgen dada
atau CT scan. Melalui tes pencitraan tersebut, dokter dapat mendeteksi perubahan pada paru-
paru. Biasanya, infeksi TB akan menunjukan bintik-bintik putih pada paru-paru akibat
tertutupnya sistem kekebalan tubuh oleh bakteri TB.
4. Tes dahak
Jika rontgen dada menunjukkan tanda-tanda tuberkulosis, dokter akan mengambil sampel
dahak. Sampel digunakan untuk menguji jenis TB yang resisten terhadap obat. Hal ini bisa
membantu dokter dalam memilih obat TBC yang paling efektif.
11
Tuberkulosis bisa fatal apabila tidak segera terobati. Seiring waktu, bakteri dapat merusak
organ paru-paru maupun organ lain yang terinfeksi. Komplikasi TBC yang perlu kamu
waspadai, antara lain:
Sampai saat ini sebenarnya tidak ada cara pasti untuk sepenuhnya mencegah penyebaran TB.
Namun, ada sejumlah tindakan yang dapat kamu lakukan untuk mengurangi penyebaran
penyakit ini:
1. Pemberian Vaksin
Tuberkulosis dapat kamu cegah melalui pemberian vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin).
Di Indonesia, vaksin wajib dan diberikan sebelum bayi berusia tiga bulan. Vaksin BCG juga
dianjurkan bagi anak-anak, remaja, ataupun orang dewasa yang belum pernah menerimanya
pada waktu bayi.
Pencegahan penyebaran TBC akan efektif bila pengidapnya melakukan pemeriksaan dan
pengobatan sedari awal. Sebab, pengidap TBC dapat menularkan bakteri kepada 10-15 orang
setiap tahunnya.
TBC adalah penyakit yang menular melalui udara saat pengidap TBC bersin atau batuk.
Risiko infeksi bisa berkurang dengan membuat sistem sirkulasi udara atau ventilasi yang bagus
12
dalam rumah. Sebab, bakteri penyebab TBC dapat mengendap lebih lama dalam rumah apabila
sistem ventilasi kurang layak.
Kamu bisa meningkatkan sistem imun dengan menerapkan pola hidup sehat. Misalnya seperti
mengonsumsi makanan sehat bergizi seimbang dan rutin berolahraga. Sebab, sistem imun yang
baik dapat membantu kamu terhindar dari berbagai macam penyakit, termasuk bakteri penyebab
TBC.
Sebelumnya, mari kita ketahui bagaimana cara seseorang mengetahui adanya infeksi bakteri
TBC. Ada dua tes yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi TBC, yaitu tes kulit dan tes
darah. Tes kulit merupakan salah satu metode yang paling sering digunakan. Dokter akan
meletakkan jarum kecil di bagian bawah kulit, yang disebut tuberkulin, hasil akan terlihat 2-3
hari setelahnya. Tes darah dilakukan guna mengukur bagaimana sistem kekebalan tubuh
seseorang bereaksi terhadap bakteri penyebab TBC.
Seperti halnya semua kondisi kesehatan, melakukan pencegahan TBC selalu lebih baik
dibandingkan mengobati. Lalu, Bagaimana cara menghindari penyakit TBC? Salah satu cara
yang dapat dilakukan oleh orang yang masih sehat dengan melakukan vaksin. Satu-satunya
vaksin TBC yang tersedia adalah vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG). Vaksin ini telah
diperkenalkan sejak tahun 1921 dan memiliki efektivitas hingga 80% untuk mencegah infeksi
TBC selama 15 tahun. Vaksin BCG ini dapat diberikan baik kepada bayi hingga orang dewasa.
Diketahui pula, ada beberapa ciri-ciri orang yang berisiko tinggi terkena penyakit TBC,
meliputi:
Penderita HIV
Penderita TBC (kurun waktu 2 tahun terakhir)
Bayi atau anak kecil di bawah usia 12 tahun
Pengguna obat-obatan terlarang
13
Penyakit terkait melemahnya sistem kekebalan tubuh
Lansia
Penderita TBC dan tidak diobati dengan benar
Setiap orang perlu tahu cara menghindari tertularnya virus TBC, baik penderita maupun
orang-orang di lingkungan sekitarnya. Penderita dapat melakukan beberapa cara untuk
membantu mencegah penyebaran infeksi TBC pada minggu pertama pengobatan. Kiat-kiat yang
dapat dilakukan, meliputi:
1. Tinggallah di Rumah
Seseorang yang menderita TBC perlu mengisolasi diri di dalam hingga mendapat pengobatan
dan diijinkan kembali beraktivitas oleh dokter. Hal ini dilakukan guna menghindari terjadinya
penularan penyakit ke orang lain. Penderita TBC dilarang mengunjungi kantor, sekolah, atau
bahkan kamar orang lain. Penderita juga harus menahan diri untuk tidak menerima tamu
dirumahnya.
Mycobacterium Tuberculosis, yaitu bakteri penyebab TBC, menyebar dengan lebih mudah
pada ruangan tertutup. Oleh karena itu, penderita TBC harus rutin membuka jendela ataupun
pintu agar sirkulasi udara yang terkontaminasi dapat keluar. Dengan alasan yang sama, kenapa
penderita perlu tidur sendiri dibandingkan bersama orang lain.
Ketika penderita sedang batuk atau pilek, mereka wajib menutup mulut dan hidung agar tidak
menyebarkan bakteri TBC. Jika perlu gunakan tisu atau masker untuk menutupinya area mulut
dan hidung. Hal ini dilakukan untuk mengurangi atau menghindari penyebaran bakteri ke orang
lain.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang adalah TBC) adalah penyakit infeksi
menular yang disebabkan oleh bakteriMycobacterium tuberculosis tipe humanus. Bakteri
ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk
mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain
tubuh manusia.
2. Gejala umum dari penyakit TBC : 1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,
biasanya dirasakan pada malam hari disertai keringat. 2) Penurunan nafsu makan dan berat
badan. 3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). 4) Perasaan
tidak enak (malaise), lemah.
3. Gejala khusus dari penyakit TBC : 1) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena,
bila terjadi sumbatan sebagian bronkus akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar,
akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. 2) Kalau ada cairan
dirongga pleura dapat disertai dengan keluhan sakit dada. 3) Bila mengenai tulang, maka akan
terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara
pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. 4) Pada anak-anak dapat
mengenai otak dan disebut sebagai meningitis gejalanya adalah demam tinggi, adanya
penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
4. Pencegahan penyakit TBC dengan cara melakukan imunisasi BCG sebanyak 1 kali
ketika bayi berumur 2 bulan, perhatikan kebersihan rumah, jangan dibiasakan meludah di
sembarang tempat, segera periksa ke Puskesmas jika ditemukan tanda-tanda TBC.
15
5. Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-
anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk
dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang
dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening.
3.2 Saran
Kepada para pembaca kami ucapakan selamat belajar dan manfaatkanlah makalah ini
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan mutunya,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan)
Bandung
17