Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

“ ASKEP ANAK DENGAN TUBERCULOSIS ’’


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Keperawatan Anak 1
Dosen mata kuliah : Ns. Imelda Pujiharti S.Kep,M.Kep,Sp.Kep,An,

Disusun Oleh :
 Devina Fitri Aisyah ( 2720200027 )
 Silvia Nur Sholihah ( 2720200092 )
 Siti Suryani ( 2720200043 )

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM AS-SYAFI’IYAH
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi untuk
menyelesaikan makalah tentang “ Askep Anak Dengan Tuberculosis ”. Makalah ini dibuat
dengan tujuan untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah Keperawatan anak 1.Selain itu,
penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Tuberculosis.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih Ibu Ns. Imelda Pujiharti
S.Kep,M.Kep,Sp.Kep,An, selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan tugas yang diberikan.
Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini. Penulis berharap karya tulis ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 08 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................................


Kata Pengantar ..................................................................................................................i
Daftar Isi .............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................
1.2 Tujuan ................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ................................................................................................................
2.2 Etiologi.................................................................................................................
2.3 Klasifikasi ...........................................................................................................
2.4 Patofisiologi ........................................................................................................
BAB III PENUTUP

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insidensi Tuberculosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir
ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara
berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis
(TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian
(mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama.
Penyakit TBC dapat menyebabkan kematian terutama menyerang pada usia produktif (15-50
tahun) dan anak-anak. Dan dari satu literature disebutkan 50 % penderita TBC akan meninggal
setelah 5 tahun bila tidak di obati.

Pada tahun 1999 WHO Global Surveilance memperkirakan bahwa setiap tahun di
Indonesia akan terjadi 583.000 kasus baru tuberkulosis dengan kematian karena tuberkulosis
diperkirakan menimpa 140.000 penduduk. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk
Indonesia terdapat 130 penderita barutuberkulosis BTA positif (Depkes RI, 2002). Kasus TB
Paru semata-mata tidak hanya disebabkan oleh bakteri akan tetapi ada faktor perilaku yang
menjadi penyebab TB Paru, faktor resiko yang sangat berfengaruh adalah tingkat pengetahuan
mereka terhadap TB Paru dan perilaku kepatuhan minum obat. Hingga saat ini belum pernah
dilakukan penelitian yang berhubungan dengan pengetahuan penderita tentang TB Paru dengan
perilaku kepatuhan minum obat.
Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan
urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan China dalam
jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia
terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali
satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Mengingat besarnya masalah TBC serta luasnya
masalah semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

iii
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah konsep dasar dari TB paru?


2. Bagaimanakah konsep dasar dari asuhan keperawatan pada klien dengan TB paru?

C. Tujuan
Tujuan Umum
1. Untuk memahami asuhan keperawatan anak dengan Tuberkulosis Paru.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari Tuberkulosis paru
2. Mengetahui penyebab terjadinya Tuberkulosis paru
3. Mengetahui tanda dan gejala terjadinya Tuberkulosis Paru
4. Mengetahui komplikasi yang dapat timbul saat mengalami Tuberkulosis paru.
5. Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam menangani pasien yang mengalami
Tuberkulosis paru.

D. Manfaat
Bagi penulis adalah agar dapat memperoleh pengetahuan yang lebih mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan system pernafasan khususnya TB paru..Bagi
mahasiswa agar pengetahuan dapat dikembangkan ketika
mempelajari Keperawatan Anak

iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium tuberkculosis sistemis


sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000).

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang,
dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Smeltzer,
2001).

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium tuberculosis (id.wikipedia.org).

Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan bahwa
tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ
tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.

B. Etiologi

Agens infeksius utama, mycobakterium tuberkulosis adalah batangaerobik tahan asam


yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar ultra violet, dengan ukuran
panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um. Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis
kompleks adalah:
 Mycobakterium tuberculosis
 Varian Asian

1
 Varian african I
 Varian asfrican II
 Mycobakterium bovis

Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobacterial othetan Tb (mott,


atipyeal) adalah :
 Mycobacterium cansasli
 Mycobacterium avium
 Mycobacterium intra celulase
 Mycobacterium scrofulaceum
 Mycobacterium malma cerse
 Mycobacterium xenopi

C. Klasifikasi

a. Pembagian secara patologis

Tuberkulosis primer ( Child hood tuberculosis ).

Tuberkulosis post primer ( Adult tuberculosis ).

b. Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :

Tuberkulosis Paru BTA positif.

Tuberkulosis Paru BTA negative

c. Pembagian secara aktifitas radiologis :

Tuberkulosis paru ( Koch pulmonal ) aktif.

Tuberkulosis non aktif .

Tuberkulosis quiesent ( batuk aktif yang mulai sembuh ).

2
d. Pembagian secara radiologis ( Luas lesi )

Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat non kapitas pada satu paru
maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.

Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya kapitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm,
jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak
lebih dari satu pertiga bagian satu paru.

For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas yang melebihi keadaan pada
moderateli advanced tuberculosis.

e. Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat pada tahun 1974 American Thorasic Society
memberikan klasifikasi baru:

1. Kategori O, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, Riwayat kontak tidak pernah,
tes tuberculin negatif.
2. Kategori I, yaitu terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya
infeksi, disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif.
3. Kategori II, yaitu terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit.
4. Kategori III, yaitu terinfeksi tuberculosis dan sakit.

f. Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori :

1. Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan
batuk TB berat.
2. Kategori II : ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan sputum BTA
positf.
3. Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
dan kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.
4. Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.

3
D. Penularan dan Faktor-faktor Risiko
Tuberkulosis ditularkan dari orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinfeksi,
melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet. Droplet
yang besar menetap, sementara droplet yang kecil tertahan di udara dan terhirup oleh
individu yang rentan. Individu yang berisiko tinggi untuk tertular tuberkulosis adalah :
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam
terapi kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV).
c. Penggunaan obat-obat UV dan alkoholik.
d. Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma, tahanan, etnik
dan ras minoritas, terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun dan dewasa muda
antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).
e. Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalnya
diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gastrektomi atau
yeyunoileal)
f. Imigran dari Negara dnegan insiden TB yang tinggi (Asia Tenggara, Afrika, Amerika
Latin, Karibia)
g. Setiap individu yang tinggal di institusi (misalnya : fasilitas perawatan jangka
panjang, institusi psikiatrik, penjara).
h. Individu yang tinggal di daerah perumahan substansard kumuh.
i. Petugas kesehatan.
j. Risiko untuk tertular TB juga tergantung pada banyaknya organisme yang terdapat di
udara.

E. Patofisiologi

Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama
1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban.

4
Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai
berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan
nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5
mikromilimeter. Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara
sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit (biasanya sel T ) adalah
imunoresponsifnya.

Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat
infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Respon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas
(lambat).Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang
terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung dan cabang bronkus
dan tidak menyebabkan penyakit (Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang alveolus biasanya
dibagian bawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan
memfagosit bakteria namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit
akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada
sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak
didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20
hari.

Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut
nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang
terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi
menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul
yang mengelilingi tuberkel.

5
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening
regional dan lesi primer dinama kan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi didaerah
nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalan percabangan
trakeobron khial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring,
telinga tengah atau usus.

Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh
dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat
dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge
menjadi peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.Organisme yang
lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat
menim bulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyebab ini disebut limfohematogen yang biasanya
sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat
menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistemvaskuler dan tersebar keorgan-organ
lainnya.

F. Pathway

Mycobacterium tuberculosis

Masuk traktus respiratorius

6
Tinggal di alveoli

Mk : resiko Pertahanan primesr tidak adekuat


Tinggi infeksi
Reaksi inflamsi respon imun gangguan
Termogulasi
Kerusakan pembentukan sputum
Membran Alveolar dan sekret

Gangguan respirasi penumpukan secret

Ketidak Sesak nafas Mk : bersihan jalan


seimbangan nafas tidak efektif
suplai dan
kebutuhan Sianosis
oksigen

Hipoksida
Mk ;
intoleransi
aktivitas
Mk : gangguan pertukaran gas
Pelepasa mediator kimia
seperti histamin bradikinin
prostaglandidn

Respon tubuh menurun

Mk : nyeri

7
Batuk refleks muntah
Obstruksi

Anoreksia

Mk : gangguan keseimbangan nutrisi

G. Manifestasi Klinis

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus
baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
a. Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai
dengan darah).perasaan tidak enak (malaise), lemah.

b. Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran
yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan
dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran
dan kejang-kejang.

H. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tuberkulosis Aktif
Sangat sulit mendiagnosis Tuberkulosis aktif hanya berdasarkan tanda-tanda
dan gejala saja. Sulit juga mendiagnosis penyakit ini pada orang-orang dengan
imunosupresi. Meski demikian, orang-orang yang menunjukkan tanda-tanda bahwa
mereka memiliki penyakit paru-paru atau gejala konstitusional yang berlangsung
lebih dari dua minggu maka bisa jadi orang tersebut tertular TB. Gambar sinar X dada
dan pembuatan beberapa kultur sputum untuk basil tahan asam biasanya menjadi
salah satu bagian evaluasi awal.
Diagnosis yang tepat untuk TB dilakukan ketika bakteri “M. tuberculosis” ditemukan
dalam sampel klinis (misalnya, dahak, nanah, atau biopsijaringan). Namun, proses
kultur organisme yang lambat pertumbuhannya ini membutuhkan waktu dua hingga
enam minggu untuk kultur darah dan dahak saja. Oleh karena itu, pengobatan
seringkali dilakukan sebelum hasil kultur selesai.
Tes amplifikasi asam nukleat dan uji adenosin deaminase dapat lebih cepat
mendiagnosis TB. Meski demikian, tes ini tidak direkomendasikan secara rutin
karena jarang sekali mengubah cara pengobatan penderita. Tes darah untuk
mendeteksi antibodi tidak begitu spesifik atau sensitif, sehingga tes ini juga tidak
direkomendasikan.
b. Tes kulit tuberkulin Mantoux.
Tes kulit tuberkulin Mantoux sering digunakan sebagai penapisan bagi seseorang
dengan resiko TB tinggi. Orang yang pernah diimunisasi sebelumnya dapat
memberikan hasil tes positif yang palsu. Hasil tes dapat memberikan negatif palsu
pada orang yang menderita sarkoidosis, Limfoma Hodgkin, dan malnutrisi. Yang
terpenting, hasil tes dapat negatif palsu pada orang yang menderita tuberkulosis aktif.
Interferon gamma release assays (IGRAs) untuk sampel darah direkomendasikan
pada orang dengan hasil tes Mantoux positif. IGRAs tidak dipengaruhi oleh imunisasi
ataupun sebagian besar mikobakteri dari lingkungan, sehingga mereka memunculkan
hasil tes positif palsu yang lebih sedikit. Bagaimanapun mereka dipengaruhi oleh “M.

9
szulgai,” “M. marinum,” and “M. kansasii.” IGRAs dapat meningkatkan sensitivitas bila
digunakan sebagai tes tambahan selain tes kulit. Tetapi IGRAs menjadi kurang sensitif
dibandingkan tes kulit apabila digunakan sendirian.
I. Tipe Penderita
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.
a. Kasus baru
Ialah penderita yang belum pernah diobati dengan obat anti Tuberkulosis atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan.
b. Kambuh/Relaps
BTA positif. Ialah penderita Tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan dan telah di nyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan
hasil pemeriksaan dahak.
c. Pindahan/Transfer In
Ialah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan
kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pidahan tersebut harus
membawa surat rujukan/pindah.
d. Kasus Berobat Setelah Lalai (pengobatan setelah default / drop out)
Ialah penderita yang sudah berobat paling kurang satu bulan, dan berhenti 2 bulan
atau lebih, kemudian datang lagi berobat. Umumnya penderita tersebut kembali
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
Ialah penderita yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum
masa pengobatanya selesai.
Tindak lanjut : lacak penderita tersebut dan beri penyuluhan pentingnya berobat
secara teratur. Apabila penderita akan melenjutkan pengobatan, lakukan pemeriksaan
dahak. Bila positif mulai pengobatan dengan kategori II ; bila negative sisa
pengobatan kategori I lanjutkan.
e. Gagal
Ialah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif
pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih.

10
f. Kronis
Ialah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulang kategori II (WHO,1998;Depkes RI,2005).

J. Komplikasi

Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :

 Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat


mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya
jalan napas
 . Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat
retraksi bronchial.
 Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
 Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.

 Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan


karena kerusakan jaringan paru.
 Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmunary Insuficiency).

K. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
2. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah)
positif untuk basil asam cepat.
3. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi 10 mm) terjadi
48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan infeksi masa lalu dan
adanya anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna
pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.

11
4. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5. Foto thorax : dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium
lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan menunjukan lebih luas TB dapat masuk
rongga area fibrosa.
6. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster: urien dan cairan
serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobacterium tubrerkulosis.
7. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB: adanya sel raksasa
menunjukan nekrosis.
8. Elektrolit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi,Hyponaremia,
karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas. GDA dapat tidak normal
tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
9. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati,
peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen
sekunder terhadap infiltrasi parenkhim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit
pleural (TB paru kronis luas).

L. Penatalaksanaan

Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :


1. Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka
waktu 1 – 3 bulan.
 Streptomisin inj 750 mg.
 Pas 10 mg.
 Ethambutol 1000 mg.
 Isoniazid 400 mg.
Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya adalah setiap 2 x
seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi.
Therapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan jenis :

12
 INH.
 Rifampicin.
 Ethambutol
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan.

2. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksan
sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
 Rifampicin.
 Isoniazid (INH).
 Ethambutol

 Pyridoxin (B6).

M. Pencegahan
1. Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih
kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
2. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai tuntas
agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.
3. Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.
4. Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
5. Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak
melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan
hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari
pagi masuk ke dalam rumah.
6. Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di
sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain
yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.

13
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Data dasar pengkajian pasien ( Doengoes, Marilynn E : 2000 ) adalah sebagai berikut:
a. Pola aktivitas dan istirahat
 Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas pendek), demam,
menggigil.
 Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi
radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.
b. Pola nutrisi
 Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
 Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
c. Respirasi
 Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
 Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau
bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,
pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus
(cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
d. Respirasi
 Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.

 Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau
bercak darah, Pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah
apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,
pengembangan pernapasan tidak simetri (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus
(cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

14
e. Rasa nyaman/nyeri
 Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
 Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
f. Integritas ego
 Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
 Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
g. Keamanan
 Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
 Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.
h. Interaksi Sosial
 Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular,perubahan pola biasa dalam
tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membrane alveolar.
3. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi.
5. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
7. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.

15
C. Planning

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
Bersihan jalan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :
napas tidak tindakan 1. Kaji ulang fungsi 1. Penurunan bunyi napas
efektif keperawatan pernapasan: bunyi napas,kecepatan, indikasi atelektasis, ronki
berhubungan kebersihan jalan irama, indikasi akumulasi
dengan napas efektif, kedalaman dan penggunaan otot secret/ketidakmampuan
penumpukan dengan criteria aksesori. membersihkan jalan napas
sekret. hasil: sehingga otot aksesori
 Mempertahank digunakan dan kerja pernapasan
an jalan napas meningkat.
pasien.

2. Catat kemampuan untuk 2. Pengeluaran sulit bila secret


 Mengeluarkan mengeluarkan secret atau batuk tebal, sputum berdarah akibat
sekret tanpa efektif, catat kerusakan paru atau luka
bantuan. karakter, jumlah sputum, bronchial yang memerlukan
adanya hemoptisis. evaluasi /intervensi lanjut

3. Berikan pasien posisi semi atau 3. Meningkatkan ekspansi paru,


Fowler, Bantu/ajarkan ventilasi maksimal membuka
batuk efektif dan latihan area atelektasis dan
 Menunjukkan napas dalam. peningkatan gerakan secret agar
prilaku untuk mudah dikeluarkan.
memperbaiki
bersihan jalan
napas.
4. Bersihkan sekret dari mulut dan 4. Mencegah obstruksi/aspirasi.
trakea, suction bila perlu. Suction dilakukan bila pasien
tidak mampu mengeluarkan
 Berpartisipasi sekret.
dalam program
pengobatan 5. Pertahankan intake cairan minimal 5. Membantu mengencerkan
sesuai kondisi 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi. secret sehingga mudah
dikeluarkan.
 Mengidentifika
si potensial 6. Lembabkan udara/oksigen 6. Mencegah pengeringan
komplikasi dan inspirasi. membran mukosa.
melakukan
tindakan tepat Kolaborasi: Kolaborasi :
1. Berikan obat: agen 1. Menurunkan kekentalan
mukolitik, bronkodilator, sekret, lingkaran ukuran
kortikosteroid sesuai lumen trakeabronkial, berguna
indikasi. jika terjadi hipoksemia pada
kavitas yang luas.

Gangguan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :


pertukaran gas tindakan 1. Kaji dispnea, takipnea, bunyi 1. Tuberkulosis paru dapat
berhubungan keperawatan pernapasan abnormal. Peningkatan menyebabkan meluasnya
dengan pertukaran gas upaya respirasi, keterbatasan ekspansi jangkauan dalam paru-paru
kerusakan efektif, dengan dada dan kelemahan. yang berasal dari
membran kriteria hasil: bronkopneumonia yang
alveolar  Melaporkan meluas menjadi inflamasi,
tidak terjadi nekrosis, pleural effusion dan
dispnea. meluasnya fibrosis dengan
gejala-gejala respirasi distress.
2. Evaluasi perubahan-tingkat 2. Akumulasi secret dapat
kesadaran, catat tanda- tanda sianosis menggangap oksigenasi di
dan perubahan warna kulit,membran organ vital dan jaringan.
 Menunjukkan mukosa, dan warna kuku.
perbaikan ventilasi dan 3.Demonstrasikan/ anjurkan 3. Meningkatnya resistensi
oksigenasi jaringan untuk mengeluarkan napas dengan aliran
adekuat dengan bibir disiutkan, terutama pada pasien udara untuk mencegah
GDA dalam dengan fibrosis atau kerusakan kolapsnya jalan napas.
rentang normal. parenkim.
4. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan 4. Mengurangi konsumsi
 Bebas dari gejala bantu aktivitas oksigen pada periode respirasi.
distress sesuai kebutuhan. 5. Menurunnya saturasi oksigen
pernapasan. 5. Monitor GDA. (PaO2) atau meningkatnya
PaC02 menunjukkan perlunya
penanganan yang lebih.
adekuat atau perubahan terapi.

Kolaborasi: Kolaborasi :
1. Berikan oksigen sesuai 1. Membantu mengoreksi
indikasi. hipoksemia yang terjadi
sekunder hipoventilasi dan
penurunan permukaan alveolar
paru.

Gangguan Setelah diberikan Mandiri : Mandiri :


keseimbangan tindakan 1. Catat status nutrisi paasien: 1. Berguna dalam
nutrisi kurang keperawatan turgor kulit, timbang beratbadan, mendefinisikan derajat
dari kebutuhan diharapkan kebut integritas mukosa mulut, kemampuan masalah dan intervensi yang
tubuh uhan nutrisi menelan, adanya bising usus, riwayat tepat.
berhubungan adekuat, dengan mual/rnuntah
dengan kriteria hasil: atau diare.
anoreksia  Menunjukkan
berat badan 2. Kaji ulang pola diet pasien yang 2. Membantu intervensi
meningkat disukai/tidak disukai kebutuhan yang spesifik,
mencapai meningkatkan intake diet
tujuan dengan nilai pasien.
laboratoriurn 3.Monitor intake dan output secara 3. Mengukur keefektifan nutrisi
normal dan periodik. dan cairan.
bebas tanda 4. Dapat menentukan jenis diet
malnutrisi. 4. Catat adanya anoreksia, mual, dan mengidentifikasi
 Melakukan muntah, dan tetapkan pemecahan masalah untuk
perubahan jika ada hubungannya meningkatkan intake nutrisi.
pola hidup dengan medikasi. Awasi frekuensi,
untuk meningkatkan volume, konsistensi Buang Air Besar
dan mempertahan (BAB).
kan berat 5. Membantu menghemat energi
badan yang 5. Anjurkan bedrest. khusus saat demam terjadi
tepat. peningkatan metabolik.
6. Mengurangi rasa tidak enak
6. Lakukan perawatan mulut dari sputum atau obat-obat
sebelum dan sesudah tindakan yang digunakan yang dapat
pernapasan merangsang muntah.
7. Memaksimalkan intake
7. Anjurkan makan sedikit dan sering nutrisi dan menurunkan iritasi
dengan makanan gaster.
tinggi protein dan
karbohidrat. Kolaborasi :
Kolaborasi: 1. Memberikan bantuan dalarn
1. Rujuk ke ahli gizi untuk perencaaan diet dengan nutrisi
menentukan komposisi adekuat unruk kebutuhan
diet. metabolik dan diet.
2. Nilai rendah menunjukkan
malnutrisi dan perubahan
program terapi.
Gangguan Setelah diberikan 1. Observasi karakteristik 1. Nyeri merupakan respon
rasanyaman : nyeri tindakan nyeri, mis tajam, konstan , ditusuk. subjekstif yang dapat diukur.
berhubungan keperawatan rasa nyeri Selidiki perubahan
dengan reaksi Dapat berkurang atau karakter/lokasi/intensitas
inflamasi terkontrol, dengan KH: nyeri.
 Menyatakan 2. Perubahan frekuensi jantung
nyeri berkurang 2. Pantau TTV TD menunjukan bahwa pasien
atauter kontrol mengalami nyeri, khususnya
 Pasien tampak bila alasan untuk perubahan
rileks tanda vital telah terlihat.

3. Berikan tindakan nyaman , pijatan 3. Tindakan non analgesic


punggung, perubahan posisi, music diberikan dengan sentuhan
tenang, relaksasi/latihan lembut dapat menghilangkan
nafas. ketidaknyamanan dan
memperbesar efek terapi
analgesik.
4. Tawarkan pembersihan 4. Pernafasan mulut dan terapi
mulut dengan sering. oksigen dapat mengiritasi dan
mengeringkan membrane
mukosa, potensial
ketidaknyamanan umum.

5. Anjurkan dan bantu pasien dalam 5. Alat untuk mengontrol


teknik menekan dada selama episode ketidaknyamanan dada
batukikasi. sementara meningkatkan
Kolaborasi : keefektifan upaya batuk.
1. Kolaborasi dalam Kolaborasi :
pemberian analgesik sesuai 1. Obat ini dapat digunakan
indikasi untuk menekan batuk non
produktif,meningkatkan
kenyamanan
Hipertermi Setelah diberikan 1. Kaji suhu tubuh pasien. 1. Mengetahui peningkatan
berhubungan tindakan suhu
dengan reaksi keperawatan tubuh, memudahkan
inflamasi. diharapkan suhu tubuh intervensif.
kembali
normal dengan 2. Beri kompres air hangat. 2. Mengurangi panas dengan
KH : pemindahan panas secara
 Suhu tubuh konduksi. Air hangat
36°C-37°C mengontrol pemindahan panas
secara perlahan tanpa
menyebabkan hipotermi atau
menggigil.

3. Berikan/anjurkan pasien untuk 3. Untuk mengganti cairan


banyak minum 1500-2000 cc/hari tubuh yang hilang akibat
(sesuai evaporasi.
toleransi).

4. Anjurkan pasien untuk 4. Memberikan rasa nyaman


menggunakan pakaian dan pakaian yang tipis mudah
yang tipis dan mudah menyerap keringat dan tidak
menyerap keringat. merangsang peningkatan suhu
tubuh.

5. Observasi intake dan 5.Mendeteksi dini kekurangan


output, tanda vital (suhu, cairan serta mengetahui
nadi, tekanan darah) tiap 3.jam sekali keseimbangan cairan dan
atau sesuai elektrolit dalam tubuh. Tanda
indikasi. vital merupakan acuan untuk
mengetahui keadaan umum
pasien.

Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Pemberian cairan intravena 1. Pemberian cairan sangat
dan nutrisi lewat infus. penting bagi pasien dengan
suhu tubuh yang tinggi. Obat
khususnya untuk menurunkan
panas tubuh pasien.
intoleransi Setelah diberikan 1. Evaluasi respon pasien 1. Menetapkan kemampuan atau
aktivitas tindakan terhadap aktivitas. kebutuhan pasien
berhubungan keperawatan Catat laporan dispnea, memudahkan pemilihan
dengan pasien diharapkan peningkatan kelemahan intervensi.
ketidakseimban mampumelakukan atau kelelahan.
gan antara suplai aktivitas dalam 2. Menurunkan stress dan
dan batas yang ditoleransi 2. Berikan lingkungan tenang dan rangsangan
kebutuhan dengan kriteria batasi pengunjung selama fase akut berlebihan,meningkatkan
oksigen. hasil: sesuai indikasi. istirahat.
Melaporkan
atau menunjukan 3. Tirah baring dipertahankan
peningkatan 3. Jelaskan pentingnya selama fase akut untuk
toleransi terhadap istirahat dalam rencana menurunkan kebutuhan
aktivitas yang pengobatandan perlunya metabolic, menghemat energy
dapat diukur keseimbangan aktivitas dan istirahat. untuk penyembuhan.
dengan adanya
dispnea,kelemahan 4. Bantu pasien memilih 4. Pasien mungkin nyaman
berlebihan, dan posisi nyaman untuk dengan kepala tinggi, tidur di
tanda vital dalam rentan istirahat. kursi atau menunduk ke depan
normal. meja atau bantal.

5. Bantu aktivitas perawatan diri yang 5. Meminimalkan kelelahan dan


diperlukan. Berikan kemajuan membantu
peningkatan aktivitas selama fase keseimbanagan suplai dan
penyembuhan. kebutuhan oksigen.
Risiko tinggi Setelah diberikan 1. Review patologi penyakit fase 1. Membantu pasien agar mau
infeksi tindakan aktif/tidak aktif, penyebaran infeksi mengerti dan menerima terapi
berhubungan keperawatan tidak melalui bronkus pada jaringan yang diberikan untuk
dengan terjadi sekitarnya atau aliran darah atau mencegah komplikasi.
pertahanan penyebaran/ sistem limfe dan resiko infeksi
primer tidak aktivitas ulang melalui batuk, bersin, meludah,
adekuat. infeksi, dengan tertawa, ciuman atau menyanyi.
kriteria hasil:
 Mengidentifika 2. Identifikasi orang-orang yang 2. Orang-orang yang beresiko
si intervensi beresiko terkena infeksi seperti perlu program terapi obat untuk
untuk mencegah/men anggota keluarga, teman, orang dalam mencegah penyebaran
urunkan resiko satu perkumpulan. infeksi.
penyebaran
infeksi. 3. Anjurkan pasien menutup mulut 3. Kebiasaan ini untuk
 Menunjukkan/ dan membuang dahak di tempat mencegah
melakukan penampungan yang tertutup jika terjadinya penularan infeksi.
perubahan pola batuk.
hidup untuk
meningkatkan 4. Gunakan masker setiap 4. Mengurangi risilio
lingkungan melakukan tindakan. penyebaran
yang. aman. infeksi.

5. Febris merupakan indikasi


5. Monitor temperatur. terjadinya infeksi.

6. Pengetahuan tentang faktor-


6. Identifikasi individu yang berisiko faktor ini membantu pasien
tinggi untuk terinfeksi ulang untuk mengubah gaya hidup
Tuberkulosis paru, seperti: dan menghindari/mengurangi
alkoholisme, malnutrisi, keadaan yang lebih buruk.
operasi bypass intestinal,
menggunakan obat
penekan imun/
kortikosteroid, adanya
diabetes melitus, kanker.
7. Periode menular dapat terjadi
7. Tekankan untuk tidak hanya 2-3 hari setelah
menghentikan terapi yang dijalani. permulaan kemoterapi jika
sudah terjadi kavitas, resiko,
penyebaran infeksi dapat
berlanjut sampai 3 bulan.

Kolaborasi :
Kolaborasi: 1. INH adalah obat pilihan bagi
1. Pemberian terapi INH, penyakit
etambutol, Rifampisin. Tuberkulosis primer
dikombinasikan dengan obat-
obat lainnya. Pengobatan jangka
pendek INH dan Rifampisin
selama 9 bulan dan Etambunol
untuk 2 bulan pertama.
2. Obat-obat sekunder diberikan
2. Pemberian terapi jika obat-obat primer sudah
Pyrazinamid(PZA)/Aldinamide, para- resisten.
amino salisik (PAS),
sikloserin, streptomisin.
3. Untuk mengawasi keefektifan
3. Monitor sputum BTA. obat dan efeknya serta respon
pasien terhadap terapi

D. Evaluasi
1. Diagnosa : Kebersihan jalan napas efektif, dengan kriteria evaluasi:
 Mempertahankan jalan napas pasien.
 Men geluarkan sekret tanpa bantuan.
 Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
 Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.
 Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan Tindakan tepat.

2. Diagnosa : Pertukaran gas efektif, dengan kriteria evaluasi:


 Melaporkan tidak terjadi dispnea.
 Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam
rentang normal.
 Bebas dari gejala distress pernapasan.
3. Diagnosa : Kebutuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria evaluasi:
 Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn
normal dan bebas tanda malnutrisi.
 Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan berat
badan yang tepat.
4. Diagnosa : Nyeri dapat berkurang atau terkontrol, dengan kriteria evaluasi:
 Menyatakan nyeri berkurang atauterkontrol
 Pasien tampak rileks
5. Diagnosa : Suhu tubuh kembali normal dengan kriteria evaluasi :
 Suhu tubuh 36°C-37°C.
6. Diagnosa : Pasien mampu melakukan aktivitas dalam batas yang ditoleransi dengan
kriteria evaluasi :
 Melaporkan atau menunjukan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat
diukur dengan adanya dispnea,kelemahan berlebihan, dan tanda vital dalam rentan
normal.
7. Diagnosa :Tidak terjadi penyebaran/ aktivitas ulang infeksi, dengan kriteria
evaluasi:
 Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko penyebaran infeksi.
menunjukkan/melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkanlingkungan yang
aman.

BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN An.SE DENGAN TUBERCULOSIS PARU
DI RUANG SAKURA

A. PENGKAJIAN
a. Identifikasi Klien

1.Identitas klien
Nama : An.SE
Umur : 7 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Batu benawa simpang empat
Tanggal MRS : 20-08-2022
Tanggal pengkajian : 21-08-2022
Diagnosa medis : Tuberculosis Paru
2. Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Tn.O
Usia : 46 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Batu benawa simpang
Nama Ibu : Ny. P
Usia : 35 tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Batu benawa simpang empat

b. Status Kesehatan Saat Ini


1. Keluhan Saat MRS : Ibu klien mengatakan anaknya batuk terus menerus.
2. Keluhan Saat Pengkajian : Klien mengalami, batuk, sesak dan anoreksia.
3. Riwayat Penyakit Sekarang : Ibu klien mengtakan anaknya batuk selama 1 minggu. Batuk
terjadi secara terus menerus disertai sekret, sehingga anaknya kelelahan. Batuk pasien akan
bertambah parah pada malam hari. Karena khawatir dengan keadaan anaknya, ibu pasien
membawa pasien ke RSUD Bekasi

c. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Penyakit yang pernah dialami :
a. Kecelakaan termasuk kecelakaan lahir/persalinan, bila pernah
(jenis dan waktu) : Tidak ada
b. Operasi (jenis dan waktu) : Tidak ada
c. Penyakit kronis/akut:Klien sering menderita batuk-batuk sejak usia 6 tahun kemudian di beri
obat dan sembuh.
d. Terakhir kali MRS : Tidak ada
2. Imunisasi
Klien telah mendapat imunisasi yang tidak lengkap
a. BCG : -
b. Campak : 1 kali
c. DPT : 3 kali
d. Polio : 4 kali
e. Hepatitis : 3 kali
d.Riwayat Kesehatan Keluarga
a. Penyakit yang di derita kelurga : Ibu mengungkapakan bahwa sepupu klien menderita TBC
sudah 2 bulan dan sudah mulai diobati.
b. Lingkungan rumah dan komunitas : Ibu klien mengatakan bahwa klien dan kelurganya tinggal
yang tidak padat penduduknya. Rumah klien tepat didalam gang kecil.
c. Prilaku yang mempengaruhi kesehatan : ibu klien mengatakan anaknya hanya mau makan
telur dan ayam tapi tidak mau makan sayur.
d. Presepsi kelurga terhadap penyakit : Kelurga klien sangat khawatir dengan kondisi yang di
derita anaknya.
e. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Klien lahir dengan berat badan dan lahir 3000 gram, lahir langsung dan menangis,
menurut ibu klien selama hamil ibu sering periksa ke dokter maupun bidan praktek. Klien juga di
beri ASI selam 1 tahun dan din berikan susu formula samapai sekarang.
f. Pola Akitivitas dan Istrahat
o Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak
(nafas pendek), demam, menggigil.
o Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak
(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru), demam
subfebris (40 -410C) hilang timbul.
g. Pola Nutri-Metabolik
o Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat
badan.
o Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan
lemak sub kutan.
h. Respirasi
o Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
o Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum
hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah, pembengkakan
kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan
pleural), sesak napas, pengembangan pernapasan tidak simetris
o (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan
pleural).
i. Rasa nyaman dan nyeri
o Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
o Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi,
gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura
sehingga timbul pleuritis.
j. Integritas ego
o Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak
berdaya/aka da harapan.
o Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan,
mudah tersinggung.
k. Keamanan
o Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
o Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.
l. Interaksi social
o Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik
untuk melaksanakan peran.
m. Pemeriksaan fisisk
1. KeadaanUmum
Anak duduk di meja pemeriksaan kesadaran compomentis, anak tampak batuk-batuk dan
tampak sesak.
a. Kesadaran : Compos mentis
b. GCS : 4-5-6
c. BB SMRS : 30 Kg
d. BB MRS : 29 Kg
e. TB : 110 cm
2. Tanda-tanda vital
a. TD :110/70 mmHg
b. HR : 85 x/menit
c. RR : 37 x/menit
d. Suhu tubuh : 37,8°C
3. Integumen
o Inspeksi :Kulit sianosis, lesi (-), edema (-), diaphoresis (-),
inflamasi (-), kuku sianosis.
o Palpasi :Akral kering, tekstur kasar, turgor > 2 detik,
nyeritekan (-), tekstur kuku halus, capillary refill time > 2
detik.

4. Kepala
o Inspeksi :Posisi kepala tegak, proporsional, bentuk kepala
sesuai, rambut lurus, tersebar merata dan terpotong pendek.
o Palpasi :tidak ada benjolan, tidak ada krepitasi dan
deformitas, nyeri tekan tidak ada, kulit kepala lembab.

5. Mata
o Inspeksi : Posisi simetris, alis sejajar, daerah orbita normal,
kelopak mata normal, bulu mata normal, konjungtiva
anemis -/-, ikterik -/-, perdarahan -/-, iris simetris, warna
hitam, reflex pupil (+), akomodasi normal ki/ka.
o Palpasi : edema (-), nyeri (-).
6.Telinga
o Inspeksi :posisi sejajar, proporsional, simetris, otorea (-),
kemerahan (-), battle sign (-), serumen (-), tidakkotor.
o Palpasi :tekstur lembut, nyeri tekan (-), pembengkakan (-).
7,Hidung
o Inspeksi :ukuran proporsional, secret (+), bulu hidung
normal, rhinorea (-), perdarahan (-), lesi (-), pernapasan
cuping hidung (-).
o Palpasi :nyeri tekan (-), krepitasi (-).
o Bibir, mulut dan faring
o Inspeksi :warna sianosis, lesi (-), mukosa bibir kering, gigi
utuh bersih, pendarahan gusi (-), lidah bersih, tidak bau mulut, faring kemerahan.
8.Leher
o Inspeksi : M. Sternokleidomastoideus simetris, kontraksi (-), deviasi trakea (-),
pembesaran tiroid (-), pembesaran limfe (-), pembesaran vena jugularis (-), eritema (-)
o Palpasi :posisi trakea pada garis tengah, pembesaran tiroid
(-), nyeri tekan (-), pembesaran limfe (-).
9. Thoraks
o Inspeksi :bentuk normal, simetris, lesi (-), ekspansi dinding dada tidak simetris, retraksi
otot bantu pernafasan berat, bentuk mamae simetris, ukuran sama, putting menonjol,
kulit halus, RR 37 x/menit, rasio inspirasi ekspirasi 1:2.
o Palpasi :massa (-), krepitasi (-), deformitas (-), nyeri tekan(-), ictus cordis teraba di
midclavikula sinistra 4-5 ICS, pembengkakan (-),emfisema sub kutis (-), fremitus lemah
dekstra sinistra.
o Perkusi :Pekak, batas jantung kiri ICS 2 SL kiri dan 4 SL kiri, batas kanan ICS 2 SL
kanan dan ICS 5 MCL kanan, pembesaran jantung (-), pekak.
o Auskultasi : Bunyi ronki kasar pada apek paru ki/ka.
a. Ronki (+)
+ +
- -

- -

o b.Vokal fremitus lemah ki/ka.


10. Abdomen
o Inspeksi :Bentuk rata, penegangan abdomen (-), caput
medusa (-), kulit pruritus, massa (-).

o Palpasi : Massa (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,


feses tidak teraba, VU tidak teraba, nyeritekan (-)padasemuaregio.
- -

- -

- -

o Perkusi : Timpani.
o Auskultasi : Bising usus 3 x/menit.
12. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembuluh
limfe tidak ada, tidak ada hemoroid, warna feses kuning lembek,
urine kuning bening.
13. Ekstremitas
o Inspeksi :garis anatomi lurus, persendian normal, eritema (-).
o Palpasi :kekuatan tendon (+), nyeri tekan (-), krepitasi (-),deformitas (-).
o Pergerakan normal, kekuatan otot 5/5.

5 5
5 5

14. Persyarafan
Pasien dalam keadaan compos mentis, kaku kuduk (-).
15. ReflekS
Biceps :+, tricep : +, patella : +babinski : +

n. Prosedur Diagnostik dan Pengobatan


1. Labotorium

No Hari / Jenis Pemeriksaan Kategori Normal Hasi Pemerksaan


Tanggal
1. Minggu, Pemeriksaan
21-08-22 darah :
Albumin 3,5-5,0 g/dl 3,0 g/dl
BUN 10-30 mg/dl 7 mg/dl
Karbon dioksida 20-30 mEq/L 60 mEq/L
Natrium 135-145 mEq/L 130 mEq/L
Eritrosit 4,5-6,0 juta/mm3 4,7 juta/mm3
Hb 13,5-18,0 g/dl 13 g/dl
Leukosit 5000-10000/mm3 12000/mm3
Tes Kulit :
Mantoux Negatif Positif

o. Analisa Data
Nama klien : An. Se
Umur : 7 tahun
Ruang : Sakura

No Tanggal Analisa Data Problem Etiologi


1. 21-08-2022 Data Subjektif : Ketidak Respon imun
Ibu klien mengatakan efektifan menurun
anaknya batuk terus- bersihan ↓
menerus selam 1 jalan Pembentukan
minggu nafas sputum dan
Data Objektif : sekret
TTV : ↓
- TD 110/70 mmHg Penumpukan
- HR 85x/menit secret
- RR 37x/memit
- Suhu 37,8 0C
Keadaan umum :
- Sesak (+)
- Batuk (+), sekret
(+)
2. Data Subjektif : Gangguan Penumpukan secret
Ibu klien mengatakan An. pola napas ↓
SE nafasnya cepat dan sesak napas
sesak. ↓
Data Objektif : Distess pernafasan
- Takipnea (+)
- RR : 37 x/menit
- Ronki (+)

+ +

- -
- -
- -

- Membran mukosa
dan kuku sianosis
- Fremitus lemah ki/ka
- Karbon dioksida
darah : 60 mEq/L
3. Data Subjektif : Gangguan Repon tubuh
Ibu klien mengtakan keseimban menurun
anaknya tidak mau gan nutrisi ↓
makan kurang Batuk refleks
Data Objektif : dari muntah
- Turgor kulit > 2 kebutuhan ↓
detik tubuh Anoreksia
- BB menurun
- Mukosa bibir kering
- Bising usus 3
x/menit
- Anoreksia (+)
Hasil Lab :
- BUN : 7 mg/dl
- Albumin : 3 g/d

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Klien : An. SE


Umur : 7 Tahun
Ruang : Sakura

No Hari dan Tanggal Diagnosa


1. Jum’at Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
21-08-2022 penumpukan sekret.
2. Jum’at Gangguan pola napas berhubungan dengan distress
21-08-2022 pernafasan
3. Jum’at Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
21-08-2022 tubuh berhubungan dengan anoreksia.
C. RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
. Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan
bersihan jalan napas intersensi dihapakan
berhubungan dengan klien :
penumpukan sekret. 1. Frekuensi, 1. Kaji frekuensi, kedalaman 1. Takipnea, pernapasan
DS : ibu klien kedalaman pernapsan dan kesimetrisan dangkal, dan gerakan dada
mengatakan An. SE pernafasan, gerakan dada. tidak simetris dapat terjadi
batuk usdah 1 gerakan dada karena ketidakberdayaan
minggu, batuk terkaji. dinding paru atau cairan
bertambah saat malam paru.
hari. 2. Terdengar suaru 2. Auskultasi area paru, catat 2. Penurunan aliran udara
Ibu pasien area paru suara adanya ronchi atau terjadi pada area
mengatakan An. SE penumpukkan wheezing. konsolidasi dengan cairan.
batuk berdahak. sekret.
DO : 3. Suara ronchi di 3. Ajarkan orang tua cara 3. Memobilisasi sekret untuk
a. Dahak berwarna area lobus kanan postural drainage pada anak mudah dikeluarkan
kehijauan. atas berkurang.
b. Respirasi 37
x/menit, dangkal 4. Orang tua 4. Instruksikan orang tua 4. Memobilisasi dan
c. Suara paru : ronkhi memberikan air untuk memberikan air mengencerkan sekret.
d. Mengobservasi hangat lebih hangat lebih banyak pada
TTV : banyak pada anak anak.
- TD 110/70
mmHg 5. Pengobatan klien 5. Motivasi klien dan orang
- HR 85x/menit selesai pada tua untuk minum obat
- RR 37x/memit waktunya. teratur dan tidak
- Suhu 37,8 0C melewatkan waktu minum
Keadaan umum : obat
- Sesak (+)
- Batuk (+), sekret
(+)
2. Gangguan pola napas Setelah
berhubungan dengan dilakukan
distress pernafasan intervensi diharapkan
Data Subjektif : ketidakefektifan
Ibu klien mengatakan
An. SE nafasnya cepat pola nafas dapat
dan sesak. teratasi, dengan
Ibu klien mengatakan
batuk ada dahak. kreteria hasil:
Data Objektif : 1.Mengetahui
1) Pola nafas 1.Monitoring tanda tanda
- Takipnea (+)
- RR : 37 x/menit dalam vital. perkembangan pola
- Ronki (+) pernafasan
keadaan
+ + normal (20- 2.Menegemen pernafasan 2.mempermudahkan

30x/mnt). ekspansiparu
- -
- - 2) Irama nafas secara maksimal.
- -
teratur.
- Membran mukosa 3) Tidak 3.Berikan terapi oksigenasi 3. Terapi oksigen dapat
dan kuku sianosis adanya otot sesuai kebutuhan. mengoreksi
- Fremitus lemah bantu hipoksemia yang terjadi
ki/ka akibat
pernafasan.
- Karbon dioksida penurunan ventilasi/
4) Tidak
darah : 60 mEq/L menurunnya
adanya
permukaan alveolar paru
sekret dan
batuk darah
4. Relaksasi Otot 4. Membantu
Progresif memaksimalkan
ekspansi paru
5.Fisioterapi dada 5.mempermudah keluarnya
secret.
3. Gangguan Setelah dilakukan
keseimbangan nutrisi intervensi diharapkan
kurang dari kebutuhan klien :
tubuh berhubungan
dengan anoreksia.. 1. Anak makan 1. Instruksikan orang tua 1. Menambah minat anak
DS : makanan sesuai memberikan makanan yang untuk makan
a. Ibu klien keinginannya. disukai anaknya dibuat
mengatakan anak dengan bentuk yang
kurang nafsu menarik.
makan,
b. Ibu klien 2. Anak dapat 2. Instruksikan orang tua 2. vitamin dapat membantu
mengatakan An. terpenuhi untuk memberikan meningkatkan nafsu
SE mual muntah. kebutuhan makanan lebih sering dan makan anak.
c. Ibu klien nutrisinya. vitamin.
mengatakan BB
An. SE turun.
DO : 3. Informasi gisi 3. Berikan informasi pada ibu 3. Gizi seimbang dapat
1. BB menurun : seimbang dapat tentang gizi seimbang memenuhi kebutuhan.
BB anak = 29 kg tersampaikan. untuk anak.
BB sebelum sakit = 30
kg. 4. Pemberian 4. Instruksikan ibu untuk 4. Dapat menambah
2.Mukosa bibir kering makanan ringan di memberikan makanan masukan nutrisi anak.
3. Turgor kulit > 2 lakukan. ringan pada pagi dan sore
detik
hari.
4. Bising usus 3
x/menit
5. Hasil Lab :
- BUN : 7 mg/dl
- Albumin : 3 g/d
3. Risiko penyebaran Setelah dilakukan
infeksi berhubungan intervensi diharapkan
dnegan pengeluaran klien :
droplet dan kurang 1. penjelasan dapat 1. Jelaskan pada orang tua 1. Menambah pengethuan
pengetahuan tentang dimengerti dan ibu cara pencegahan penularan ibu tentang cara
cara pencegahn dapat menjelaskan infeksi. pencegahan penularan.
penularan. kembali apa yang
DS : telah disampaikan.
a. ibu mengatakan 2. Anak 2. Instruksikan ibu untuk 2. Mencegah penularan
anak sedang menggunakan alat memisahkan alat makan melalui media yang
pilek. makan pribadi. dan minum anak dengan dimungkinkan terdapat
b. Ibu mengatakan orang lain. lendir anak.
tidak mengetahui 3. Ajarkan orang tua untuk 3. bakteri dapat berpindah
cara pencegahan menutup mulut anak jika melalui udara dan
penularan TB bersin dengan kain percikan droplet.
Paru.
DO :
a. anak tidak 4. Instruksikan orang tua 4. Mencegah kekambuhan
menggunakan 3. Lingkungan tempat untuk menjaga kebersihan dan dan timbulnya
masker tinggal klien bersih lingkungan rumah. penyakit TB Paru pada
b. tampak hidung dan dapat anggota keluarga lain.
berlendir mengurangi risiko
penularan.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No.
Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
21 1. Mengkaji frekuensi, S : ibu mengantakan akan
Agustus kedalaman pernapsan memberikan anaknya
2022 dan kesimetrisan lebih sering air hangat.
gerakan dada. O:
2. Mengauskultasi area a. frekuensi napas anak
paru, dan mencatat 28 x/menit, napas
suara adanya ronchi dangkal, gerakan dada
atau wheezing. kiri dan kanan
3. Mengajarkan orang simetris.
tua cara postural b. Pada area paru lobus
1 drainage pada anak kanan atas terdengar
4. Menginstruksikan ronchi
orang tua untuk A : masalah
memberikan air ketidakefektifan bersihan
hangat lebih banyak jalan napas masih ada.
pada anak. P : Lanjutkan intervensi
motivasi klien dan orang
tua untuk minum obat
teratur dan tidak
melewatkan waktu
minum obat.
2 1.Monitoring TTV S:
2.Monitoring pernafasan a.Ibu klien mengatakan
3.Memberikan o2 nasal sesak napas berkurang
kanul 3 lpm b.ibu klien mengatakan
4.Melakukanfisioterapi dahak mudah dikeluarkan
dada dan postural 0:
drainase a.Ttv normal
TD 110/70 mmHg
- HR 75x/menit
- RR 28x/memit
- Suhu 36,1 0C
A:
a.pola nafas efektif
P:
a.Lanjutkan Intervensi

1. Menginstruksikan S:
orang tua a. ibu klien mengatakan
memberikan sering diberikan
makanan yang vitamin penambah
disukai anaknya nafsu makan pada
dibuat dengan bentuk anaknya dan nafsu
yang menarik.dan makan klien
vitamin penambah meningkat
nafsu makan b. Anaknya tidak sering
2. Menginstruksikan memakan makanan
orang tua untuk ringan.
memberikan anak O : Ibu belum dapat
3
makanan lebih menjelaskan kembali
sering. informasi yang telah
3. Memberikan disampaikan.
informasi pada ibu A : masalah risiko
tentang gizi ketidakseimbangan nutrisi
seimbang untuk kurang dari kebutuhan
anak. tubuh masih ada.
4. Menginstruksikan P : Lanjutkan intervensi,
ibu untuk jelaskan kembali
memberikan informasi mengenai
makanan ringan pada pemberian gizi seimbang
pagi dan sore hari. pada anak.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil)
yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis. Jenis-Jenis Tuberculosis : Tuberculosis
paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis. Tuberculosis paru tidak terkonfirmasi
secara bakteriologis dan histologis Tuberculosis pada system saraf.
Gejala-Gejala Tuberculosis
1.Gejala Umum :
 Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
2.Gejala lain yang sering dijumpai :
- Dahak bercampur darah
- Batuk darah

B. SARAN
1. Bagi para orang tua, anak adalah anugerah yang paling berarti, jagalah kesehatan anak. Jangan
sepelekan penyakit yang terlihat biasa saja. Karena anak belum dapat menyampaikan apa yang
dirasakannya sehingga orang tua lah yang harus lebih mengerti tentang kondisi anak. Setiap
waktu diharapkan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terhambat karena penyakit yang
masih bisa mengoptimalkan tumbuh kembangnya.
2. Pembaca dapat memberikan resume keperawatan maupun pendokumentasian pada klien
dengan TB paru dengan mengacu pada teori yang telah dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA

Asih Niluh Gede Yasmin. 2004. Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : EGC.
Betz, Cecily Lynn dan Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Saferi, Andra dkk. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta : Nurha Medika.
Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : Salemba Medik
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.
Delvin,D.2009. Penyaki Tuberculosis. EGC:Jakarta.

Everett S,2010. Buku Saku Keperawatan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK
15-Mk 16)

Manuaba,1B.2010. Ilmu Keperawtan Penyakit Tuberculosis. EGC: Jakarta.

Amin, Zulkifli dan Asril Bahar,2010. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit  Dalam
Edisikelima Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai