Disusun Oleh :
Devina Fitri Aisyah ( 2720200027 )
Silvia Nur Sholihah ( 2720200092 )
Siti Suryani ( 2720200043 )
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga
saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga penulis diberi untuk
menyelesaikan makalah tentang “ Askep Anak Dengan Tuberculosis ”. Makalah ini dibuat
dengan tujuan untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah Keperawatan anak 1.Selain itu,
penyusunan makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang Asuhan
Keperawatan Anak Dengan Tuberculosis.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih Ibu Ns. Imelda Pujiharti
S.Kep,M.Kep,Sp.Kep,An, selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan tugas yang diberikan.
Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang
diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini. Penulis berharap karya tulis ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insidensi Tuberculosis (TBC) dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir
ini di seluruh dunia termasuk juga di Indonesia. Penyakit ini biasanya banyak terjadi pada negara
berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Tuberculosis
(TBC) merupakan penyakit infeksi penyebab kematian dengan urutan atas atau angka kematian
(mortalitas) tinggi, angka kejadian penyakit (morbiditas), diagnosis dan terapi yang cukup lama.
Penyakit TBC dapat menyebabkan kematian terutama menyerang pada usia produktif (15-50
tahun) dan anak-anak. Dan dari satu literature disebutkan 50 % penderita TBC akan meninggal
setelah 5 tahun bila tidak di obati.
Pada tahun 1999 WHO Global Surveilance memperkirakan bahwa setiap tahun di
Indonesia akan terjadi 583.000 kasus baru tuberkulosis dengan kematian karena tuberkulosis
diperkirakan menimpa 140.000 penduduk. Secara kasar diperkirakan setiap 100.000 penduduk
Indonesia terdapat 130 penderita barutuberkulosis BTA positif (Depkes RI, 2002). Kasus TB
Paru semata-mata tidak hanya disebabkan oleh bakteri akan tetapi ada faktor perilaku yang
menjadi penyebab TB Paru, faktor resiko yang sangat berfengaruh adalah tingkat pengetahuan
mereka terhadap TB Paru dan perilaku kepatuhan minum obat. Hingga saat ini belum pernah
dilakukan penelitian yang berhubungan dengan pengetahuan penderita tentang TB Paru dengan
perilaku kepatuhan minum obat.
Di Indonesia TBC merupakan penyebab kematian utama dan angka kesakitan dengan
urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga setelah India dan China dalam
jumlah penderita TBC di dunia. Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia
terus meningkat. Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali
satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Mengingat besarnya masalah TBC serta luasnya
masalah semoga tulisan ini dapat bermanfaat.
iii
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan Umum
1. Untuk memahami asuhan keperawatan anak dengan Tuberkulosis Paru.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari Tuberkulosis paru
2. Mengetahui penyebab terjadinya Tuberkulosis paru
3. Mengetahui tanda dan gejala terjadinya Tuberkulosis Paru
4. Mengetahui komplikasi yang dapat timbul saat mengalami Tuberkulosis paru.
5. Mengetahui tindakan yang dilakukan dalam menangani pasien yang mengalami
Tuberkulosis paru.
D. Manfaat
Bagi penulis adalah agar dapat memperoleh pengetahuan yang lebih mengenai asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan system pernafasan khususnya TB paru..Bagi
mahasiswa agar pengetahuan dapat dikembangkan ketika
mempelajari Keperawatan Anak
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang,
dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru (Smeltzer,
2001).
Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium tuberculosis (id.wikipedia.org).
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan bahwa
tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ
tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.
B. Etiologi
1
Varian african I
Varian asfrican II
Mycobakterium bovis
C. Klasifikasi
2
d. Pembagian secara radiologis ( Luas lesi )
Tuberculosis minimal, yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat non kapitas pada satu paru
maupun kedua paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
Moderateli advanced tuberculosis, yaitu, adanya kapitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm,
jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak
lebih dari satu pertiga bagian satu paru.
For advanced tuberculosis, yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas yang melebihi keadaan pada
moderateli advanced tuberculosis.
e. Berdasarkan aspek kesehatan masyarakat pada tahun 1974 American Thorasic Society
memberikan klasifikasi baru:
1. Kategori O, yaitu tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, Riwayat kontak tidak pernah,
tes tuberculin negatif.
2. Kategori I, yaitu terpajan tuberculosis tetapi tidak tebukti adanya
infeksi, disini riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif.
3. Kategori II, yaitu terinfeksi tuberculosis tapi tidak sakit.
4. Kategori III, yaitu terinfeksi tuberculosis dan sakit.
1. Kategori I : ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan
batuk TB berat.
2. Kategori II : ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan sputum BTA
positf.
3. Kategori III : ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas
dan kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.
4. Kategori IV : ditujukan terhadap TB kronik.
3
D. Penularan dan Faktor-faktor Risiko
Tuberkulosis ditularkan dari orang oleh transmisi melalui udara. Individu terinfeksi,
melalui berbicara, batuk, bersin, tertawa atau bernyanyi, melepaskan droplet. Droplet
yang besar menetap, sementara droplet yang kecil tertahan di udara dan terhirup oleh
individu yang rentan. Individu yang berisiko tinggi untuk tertular tuberkulosis adalah :
a. Mereka yang kontak dekat dengan seseorang yang mempunyai TB aktif.
b. Individu imunosupresif (termasuk lansia, pasien dengan kanker, mereka yang dalam
terapi kortikosteroid atau mereka yang terinfeksi dengan HIV).
c. Penggunaan obat-obat UV dan alkoholik.
d. Setiap individu tanpa perawatan kesehatan yang adekuat (tunawisma, tahanan, etnik
dan ras minoritas, terutama anak-anak dibawah usia 15 tahun dan dewasa muda
antara yang berusia 15 sampai 44 tahun).
e. Setiap individu dengan gangguan medis yang sudah ada sebelumnya (misalnya
diabetes, gagal ginjal kronis, silikosis, penyimpangan gizi, bypass gastrektomi atau
yeyunoileal)
f. Imigran dari Negara dnegan insiden TB yang tinggi (Asia Tenggara, Afrika, Amerika
Latin, Karibia)
g. Setiap individu yang tinggal di institusi (misalnya : fasilitas perawatan jangka
panjang, institusi psikiatrik, penjara).
h. Individu yang tinggal di daerah perumahan substansard kumuh.
i. Petugas kesehatan.
j. Risiko untuk tertular TB juga tergantung pada banyaknya organisme yang terdapat di
udara.
E. Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibersinkan atau dibatukkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama
1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban.
4
Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan selama berhari-hari sampai
berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat akan menempel pada jalan
nafas atau paru-paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya kurang dari 5
mikromilimeter. Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara
sel. Sel efektornya adalah makrofag sedangkan limfosit (biasanya sel T ) adalah
imunoresponsifnya.
Tipe imunitas seperti ini basanya lokal, melibatkan makrofag yang diaktifkan ditempat
infeksi oleh limposit dan limfokinnya. Respon ini desebut sebagai reaksi hipersensitifitas
(lambat).Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai unit yang
terdiri dari 1-3 basil. Gumpalan basil yang besar cendrung tertahan dihidung dan cabang bronkus
dan tidak menyebabkan penyakit (Dannenberg 1981 ). Setelah berada diruang alveolus biasanya
dibagian bawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan
memfagosit bakteria namun tidak membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit
akan digantikan oleh makrofag . Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada
sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang biak
didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening regional.
Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga
membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh waktu 10-20
hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambangan seperti keju yang biasa disebut
nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang
terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi
menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul
yang mengelilingi tuberkel.
5
Lesi primer paru dinamakn fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah bening
regional dan lesi primer dinama kan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi didaerah
nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk kedalan percabangan
trakeobron khial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau terbawa kebagian laring,
telinga tengah atau usus.
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen brokus dapat menyempit dan tertutup oleh
jaringan parut yang terdapt dekat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkejuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung sehingga kavitas penuh
dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi kapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat
dengan tanpa gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan brokus sehingge
menjadi peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.Organisme yang
lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, kadang dapat
menim bulkan lesi pada oragan lain. Jenis penyebab ini disebut limfohematogen yang biasanya
sembuh sendiri. Penyebaran hematogen biasanya merupakan fenomena akut yang dapat
menyebabkan tuberkulosis milier.Ini terjadi apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah
sehingga banyak organisme yang masuk kedalam sistemvaskuler dan tersebar keorgan-organ
lainnya.
F. Pathway
Mycobacterium tuberculosis
6
Tinggal di alveoli
Hipoksida
Mk ;
intoleransi
aktivitas
Mk : gangguan pertukaran gas
Pelepasa mediator kimia
seperti histamin bradikinin
prostaglandidn
Mk : nyeri
7
Batuk refleks muntah
Obstruksi
Anoreksia
G. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus
baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
a. Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut:
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai
dengan darah).perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran
yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan
dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran
dan kejang-kejang.
H. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tuberkulosis Aktif
Sangat sulit mendiagnosis Tuberkulosis aktif hanya berdasarkan tanda-tanda
dan gejala saja. Sulit juga mendiagnosis penyakit ini pada orang-orang dengan
imunosupresi. Meski demikian, orang-orang yang menunjukkan tanda-tanda bahwa
mereka memiliki penyakit paru-paru atau gejala konstitusional yang berlangsung
lebih dari dua minggu maka bisa jadi orang tersebut tertular TB. Gambar sinar X dada
dan pembuatan beberapa kultur sputum untuk basil tahan asam biasanya menjadi
salah satu bagian evaluasi awal.
Diagnosis yang tepat untuk TB dilakukan ketika bakteri “M. tuberculosis” ditemukan
dalam sampel klinis (misalnya, dahak, nanah, atau biopsijaringan). Namun, proses
kultur organisme yang lambat pertumbuhannya ini membutuhkan waktu dua hingga
enam minggu untuk kultur darah dan dahak saja. Oleh karena itu, pengobatan
seringkali dilakukan sebelum hasil kultur selesai.
Tes amplifikasi asam nukleat dan uji adenosin deaminase dapat lebih cepat
mendiagnosis TB. Meski demikian, tes ini tidak direkomendasikan secara rutin
karena jarang sekali mengubah cara pengobatan penderita. Tes darah untuk
mendeteksi antibodi tidak begitu spesifik atau sensitif, sehingga tes ini juga tidak
direkomendasikan.
b. Tes kulit tuberkulin Mantoux.
Tes kulit tuberkulin Mantoux sering digunakan sebagai penapisan bagi seseorang
dengan resiko TB tinggi. Orang yang pernah diimunisasi sebelumnya dapat
memberikan hasil tes positif yang palsu. Hasil tes dapat memberikan negatif palsu
pada orang yang menderita sarkoidosis, Limfoma Hodgkin, dan malnutrisi. Yang
terpenting, hasil tes dapat negatif palsu pada orang yang menderita tuberkulosis aktif.
Interferon gamma release assays (IGRAs) untuk sampel darah direkomendasikan
pada orang dengan hasil tes Mantoux positif. IGRAs tidak dipengaruhi oleh imunisasi
ataupun sebagian besar mikobakteri dari lingkungan, sehingga mereka memunculkan
hasil tes positif palsu yang lebih sedikit. Bagaimanapun mereka dipengaruhi oleh “M.
9
szulgai,” “M. marinum,” and “M. kansasii.” IGRAs dapat meningkatkan sensitivitas bila
digunakan sebagai tes tambahan selain tes kulit. Tetapi IGRAs menjadi kurang sensitif
dibandingkan tes kulit apabila digunakan sendirian.
I. Tipe Penderita
Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya.
a. Kasus baru
Ialah penderita yang belum pernah diobati dengan obat anti Tuberkulosis atau sudah
pernah menelan OAT kurang dari 1 bulan.
b. Kambuh/Relaps
BTA positif. Ialah penderita Tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan dan telah di nyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan
hasil pemeriksaan dahak.
c. Pindahan/Transfer In
Ialah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan
kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pidahan tersebut harus
membawa surat rujukan/pindah.
d. Kasus Berobat Setelah Lalai (pengobatan setelah default / drop out)
Ialah penderita yang sudah berobat paling kurang satu bulan, dan berhenti 2 bulan
atau lebih, kemudian datang lagi berobat. Umumnya penderita tersebut kembali
dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.
Ialah penderita yang tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum
masa pengobatanya selesai.
Tindak lanjut : lacak penderita tersebut dan beri penyuluhan pentingnya berobat
secara teratur. Apabila penderita akan melenjutkan pengobatan, lakukan pemeriksaan
dahak. Bila positif mulai pengobatan dengan kategori II ; bila negative sisa
pengobatan kategori I lanjutkan.
e. Gagal
Ialah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif
pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih.
10
f. Kronis
Ialah penderita dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulang kategori II (WHO,1998;Depkes RI,2005).
J. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita
tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
K. Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir penyakit.
2. Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah)
positif untuk basil asam cepat.
3. Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area durasi 10 mm) terjadi
48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen menunjukan infeksi masa lalu dan
adanya anti body tetapi tidak secara berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna
pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
11
4. Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5. Foto thorax : dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium
lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan menunjukan lebih luas TB dapat masuk
rongga area fibrosa.
6. Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster: urien dan cairan
serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk mycobacterium tubrerkulosis.
7. Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB: adanya sel raksasa
menunjukan nekrosis.
8. Elektrolit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya infeksi,Hyponaremia,
karena retensi air tidak normal, didapat pada TB paru luas. GDA dapat tidak normal
tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.
9. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati,
peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen
sekunder terhadap infiltrasi parenkhim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit
pleural (TB paru kronis luas).
L. Penatalaksanaan
12
INH.
Rifampicin.
Ethambutol
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
2. Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksan
sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
Rifampicin.
Isoniazid (INH).
Ethambutol
Pyridoxin (B6).
M. Pencegahan
1. Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan sejak anak masih
kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
2. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera diobati sampai tuntas
agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan terjadi penularan.
3. Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.
4. Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
5. Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak
melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan dosis tinggi dan
hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi udaranya dimana sinar matahari
pagi masuk ke dalam rumah.
6. Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak meludah/mengeluarkan dahak di
sembarangan tempat dan menyediakan tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain
yang dianjurkan dokter dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.
13
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien ( Doengoes, Marilynn E : 2000 ) adalah sebagai berikut:
a. Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas pendek), demam,
menggigil.
Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi
radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.
b. Pola nutrisi
Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.
Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.
c. Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau
bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah apeks
paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,
pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus
(cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
d. Respirasi
Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.
Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning atau
bercak darah, Pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah
apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,
pengembangan pernapasan tidak simetri (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus
(cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
14
e. Rasa nyaman/nyeri
Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.
Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
f. Integritas ego
Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.
Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.
g. Keamanan
Subyektif: adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.
Obyektif: demam rendah atau sakit panas akut.
h. Interaksi Sosial
Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular,perubahan pola biasa dalam
tanggung jawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membrane alveolar.
3. Gangguan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia.
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan reaksi inflamasi.
5. Hipertermi berhubungan dengan reaksi inflamasi.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
7. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.
15
C. Planning
Kolaborasi: Kolaborasi :
1. Berikan oksigen sesuai 1. Membantu mengoreksi
indikasi. hipoksemia yang terjadi
sekunder hipoventilasi dan
penurunan permukaan alveolar
paru.
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Pemberian cairan intravena 1. Pemberian cairan sangat
dan nutrisi lewat infus. penting bagi pasien dengan
suhu tubuh yang tinggi. Obat
khususnya untuk menurunkan
panas tubuh pasien.
intoleransi Setelah diberikan 1. Evaluasi respon pasien 1. Menetapkan kemampuan atau
aktivitas tindakan terhadap aktivitas. kebutuhan pasien
berhubungan keperawatan Catat laporan dispnea, memudahkan pemilihan
dengan pasien diharapkan peningkatan kelemahan intervensi.
ketidakseimban mampumelakukan atau kelelahan.
gan antara suplai aktivitas dalam 2. Menurunkan stress dan
dan batas yang ditoleransi 2. Berikan lingkungan tenang dan rangsangan
kebutuhan dengan kriteria batasi pengunjung selama fase akut berlebihan,meningkatkan
oksigen. hasil: sesuai indikasi. istirahat.
Melaporkan
atau menunjukan 3. Tirah baring dipertahankan
peningkatan 3. Jelaskan pentingnya selama fase akut untuk
toleransi terhadap istirahat dalam rencana menurunkan kebutuhan
aktivitas yang pengobatandan perlunya metabolic, menghemat energy
dapat diukur keseimbangan aktivitas dan istirahat. untuk penyembuhan.
dengan adanya
dispnea,kelemahan 4. Bantu pasien memilih 4. Pasien mungkin nyaman
berlebihan, dan posisi nyaman untuk dengan kepala tinggi, tidur di
tanda vital dalam rentan istirahat. kursi atau menunduk ke depan
normal. meja atau bantal.
Kolaborasi :
Kolaborasi: 1. INH adalah obat pilihan bagi
1. Pemberian terapi INH, penyakit
etambutol, Rifampisin. Tuberkulosis primer
dikombinasikan dengan obat-
obat lainnya. Pengobatan jangka
pendek INH dan Rifampisin
selama 9 bulan dan Etambunol
untuk 2 bulan pertama.
2. Obat-obat sekunder diberikan
2. Pemberian terapi jika obat-obat primer sudah
Pyrazinamid(PZA)/Aldinamide, para- resisten.
amino salisik (PAS),
sikloserin, streptomisin.
3. Untuk mengawasi keefektifan
3. Monitor sputum BTA. obat dan efeknya serta respon
pasien terhadap terapi
D. Evaluasi
1. Diagnosa : Kebersihan jalan napas efektif, dengan kriteria evaluasi:
Mempertahankan jalan napas pasien.
Men geluarkan sekret tanpa bantuan.
Menunjukkan prilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas.
Berpartisipasi dalam program pengobatan sesuai kondisi.
Mengidentifikasi potensial komplikasi dan melakukan Tindakan tepat.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN An.SE DENGAN TUBERCULOSIS PARU
DI RUANG SAKURA
A. PENGKAJIAN
a. Identifikasi Klien
1.Identitas klien
Nama : An.SE
Umur : 7 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Batu benawa simpang empat
Tanggal MRS : 20-08-2022
Tanggal pengkajian : 21-08-2022
Diagnosa medis : Tuberculosis Paru
2. Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Tn.O
Usia : 46 tahun
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Batu benawa simpang
Nama Ibu : Ny. P
Usia : 35 tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Batu benawa simpang empat
4. Kepala
o Inspeksi :Posisi kepala tegak, proporsional, bentuk kepala
sesuai, rambut lurus, tersebar merata dan terpotong pendek.
o Palpasi :tidak ada benjolan, tidak ada krepitasi dan
deformitas, nyeri tekan tidak ada, kulit kepala lembab.
5. Mata
o Inspeksi : Posisi simetris, alis sejajar, daerah orbita normal,
kelopak mata normal, bulu mata normal, konjungtiva
anemis -/-, ikterik -/-, perdarahan -/-, iris simetris, warna
hitam, reflex pupil (+), akomodasi normal ki/ka.
o Palpasi : edema (-), nyeri (-).
6.Telinga
o Inspeksi :posisi sejajar, proporsional, simetris, otorea (-),
kemerahan (-), battle sign (-), serumen (-), tidakkotor.
o Palpasi :tekstur lembut, nyeri tekan (-), pembengkakan (-).
7,Hidung
o Inspeksi :ukuran proporsional, secret (+), bulu hidung
normal, rhinorea (-), perdarahan (-), lesi (-), pernapasan
cuping hidung (-).
o Palpasi :nyeri tekan (-), krepitasi (-).
o Bibir, mulut dan faring
o Inspeksi :warna sianosis, lesi (-), mukosa bibir kering, gigi
utuh bersih, pendarahan gusi (-), lidah bersih, tidak bau mulut, faring kemerahan.
8.Leher
o Inspeksi : M. Sternokleidomastoideus simetris, kontraksi (-), deviasi trakea (-),
pembesaran tiroid (-), pembesaran limfe (-), pembesaran vena jugularis (-), eritema (-)
o Palpasi :posisi trakea pada garis tengah, pembesaran tiroid
(-), nyeri tekan (-), pembesaran limfe (-).
9. Thoraks
o Inspeksi :bentuk normal, simetris, lesi (-), ekspansi dinding dada tidak simetris, retraksi
otot bantu pernafasan berat, bentuk mamae simetris, ukuran sama, putting menonjol,
kulit halus, RR 37 x/menit, rasio inspirasi ekspirasi 1:2.
o Palpasi :massa (-), krepitasi (-), deformitas (-), nyeri tekan(-), ictus cordis teraba di
midclavikula sinistra 4-5 ICS, pembengkakan (-),emfisema sub kutis (-), fremitus lemah
dekstra sinistra.
o Perkusi :Pekak, batas jantung kiri ICS 2 SL kiri dan 4 SL kiri, batas kanan ICS 2 SL
kanan dan ICS 5 MCL kanan, pembesaran jantung (-), pekak.
o Auskultasi : Bunyi ronki kasar pada apek paru ki/ka.
a. Ronki (+)
+ +
- -
- -
- -
- -
o Perkusi : Timpani.
o Auskultasi : Bising usus 3 x/menit.
12. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembuluh
limfe tidak ada, tidak ada hemoroid, warna feses kuning lembek,
urine kuning bening.
13. Ekstremitas
o Inspeksi :garis anatomi lurus, persendian normal, eritema (-).
o Palpasi :kekuatan tendon (+), nyeri tekan (-), krepitasi (-),deformitas (-).
o Pergerakan normal, kekuatan otot 5/5.
5 5
5 5
14. Persyarafan
Pasien dalam keadaan compos mentis, kaku kuduk (-).
15. ReflekS
Biceps :+, tricep : +, patella : +babinski : +
o. Analisa Data
Nama klien : An. Se
Umur : 7 tahun
Ruang : Sakura
+ +
- -
- -
- -
- Membran mukosa
dan kuku sianosis
- Fremitus lemah ki/ka
- Karbon dioksida
darah : 60 mEq/L
3. Data Subjektif : Gangguan Repon tubuh
Ibu klien mengtakan keseimban menurun
anaknya tidak mau gan nutrisi ↓
makan kurang Batuk refleks
Data Objektif : dari muntah
- Turgor kulit > 2 kebutuhan ↓
detik tubuh Anoreksia
- BB menurun
- Mukosa bibir kering
- Bising usus 3
x/menit
- Anoreksia (+)
Hasil Lab :
- BUN : 7 mg/dl
- Albumin : 3 g/d
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
. Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan
bersihan jalan napas intersensi dihapakan
berhubungan dengan klien :
penumpukan sekret. 1. Frekuensi, 1. Kaji frekuensi, kedalaman 1. Takipnea, pernapasan
DS : ibu klien kedalaman pernapsan dan kesimetrisan dangkal, dan gerakan dada
mengatakan An. SE pernafasan, gerakan dada. tidak simetris dapat terjadi
batuk usdah 1 gerakan dada karena ketidakberdayaan
minggu, batuk terkaji. dinding paru atau cairan
bertambah saat malam paru.
hari. 2. Terdengar suaru 2. Auskultasi area paru, catat 2. Penurunan aliran udara
Ibu pasien area paru suara adanya ronchi atau terjadi pada area
mengatakan An. SE penumpukkan wheezing. konsolidasi dengan cairan.
batuk berdahak. sekret.
DO : 3. Suara ronchi di 3. Ajarkan orang tua cara 3. Memobilisasi sekret untuk
a. Dahak berwarna area lobus kanan postural drainage pada anak mudah dikeluarkan
kehijauan. atas berkurang.
b. Respirasi 37
x/menit, dangkal 4. Orang tua 4. Instruksikan orang tua 4. Memobilisasi dan
c. Suara paru : ronkhi memberikan air untuk memberikan air mengencerkan sekret.
d. Mengobservasi hangat lebih hangat lebih banyak pada
TTV : banyak pada anak anak.
- TD 110/70
mmHg 5. Pengobatan klien 5. Motivasi klien dan orang
- HR 85x/menit selesai pada tua untuk minum obat
- RR 37x/memit waktunya. teratur dan tidak
- Suhu 37,8 0C melewatkan waktu minum
Keadaan umum : obat
- Sesak (+)
- Batuk (+), sekret
(+)
2. Gangguan pola napas Setelah
berhubungan dengan dilakukan
distress pernafasan intervensi diharapkan
Data Subjektif : ketidakefektifan
Ibu klien mengatakan
An. SE nafasnya cepat pola nafas dapat
dan sesak. teratasi, dengan
Ibu klien mengatakan
batuk ada dahak. kreteria hasil:
Data Objektif : 1.Mengetahui
1) Pola nafas 1.Monitoring tanda tanda
- Takipnea (+)
- RR : 37 x/menit dalam vital. perkembangan pola
- Ronki (+) pernafasan
keadaan
+ + normal (20- 2.Menegemen pernafasan 2.mempermudahkan
30x/mnt). ekspansiparu
- -
- - 2) Irama nafas secara maksimal.
- -
teratur.
- Membran mukosa 3) Tidak 3.Berikan terapi oksigenasi 3. Terapi oksigen dapat
dan kuku sianosis adanya otot sesuai kebutuhan. mengoreksi
- Fremitus lemah bantu hipoksemia yang terjadi
ki/ka akibat
pernafasan.
- Karbon dioksida penurunan ventilasi/
4) Tidak
darah : 60 mEq/L menurunnya
adanya
permukaan alveolar paru
sekret dan
batuk darah
4. Relaksasi Otot 4. Membantu
Progresif memaksimalkan
ekspansi paru
5.Fisioterapi dada 5.mempermudah keluarnya
secret.
3. Gangguan Setelah dilakukan
keseimbangan nutrisi intervensi diharapkan
kurang dari kebutuhan klien :
tubuh berhubungan
dengan anoreksia.. 1. Anak makan 1. Instruksikan orang tua 1. Menambah minat anak
DS : makanan sesuai memberikan makanan yang untuk makan
a. Ibu klien keinginannya. disukai anaknya dibuat
mengatakan anak dengan bentuk yang
kurang nafsu menarik.
makan,
b. Ibu klien 2. Anak dapat 2. Instruksikan orang tua 2. vitamin dapat membantu
mengatakan An. terpenuhi untuk memberikan meningkatkan nafsu
SE mual muntah. kebutuhan makanan lebih sering dan makan anak.
c. Ibu klien nutrisinya. vitamin.
mengatakan BB
An. SE turun.
DO : 3. Informasi gisi 3. Berikan informasi pada ibu 3. Gizi seimbang dapat
1. BB menurun : seimbang dapat tentang gizi seimbang memenuhi kebutuhan.
BB anak = 29 kg tersampaikan. untuk anak.
BB sebelum sakit = 30
kg. 4. Pemberian 4. Instruksikan ibu untuk 4. Dapat menambah
2.Mukosa bibir kering makanan ringan di memberikan makanan masukan nutrisi anak.
3. Turgor kulit > 2 lakukan. ringan pada pagi dan sore
detik
hari.
4. Bising usus 3
x/menit
5. Hasil Lab :
- BUN : 7 mg/dl
- Albumin : 3 g/d
3. Risiko penyebaran Setelah dilakukan
infeksi berhubungan intervensi diharapkan
dnegan pengeluaran klien :
droplet dan kurang 1. penjelasan dapat 1. Jelaskan pada orang tua 1. Menambah pengethuan
pengetahuan tentang dimengerti dan ibu cara pencegahan penularan ibu tentang cara
cara pencegahn dapat menjelaskan infeksi. pencegahan penularan.
penularan. kembali apa yang
DS : telah disampaikan.
a. ibu mengatakan 2. Anak 2. Instruksikan ibu untuk 2. Mencegah penularan
anak sedang menggunakan alat memisahkan alat makan melalui media yang
pilek. makan pribadi. dan minum anak dengan dimungkinkan terdapat
b. Ibu mengatakan orang lain. lendir anak.
tidak mengetahui 3. Ajarkan orang tua untuk 3. bakteri dapat berpindah
cara pencegahan menutup mulut anak jika melalui udara dan
penularan TB bersin dengan kain percikan droplet.
Paru.
DO :
a. anak tidak 4. Instruksikan orang tua 4. Mencegah kekambuhan
menggunakan 3. Lingkungan tempat untuk menjaga kebersihan dan dan timbulnya
masker tinggal klien bersih lingkungan rumah. penyakit TB Paru pada
b. tampak hidung dan dapat anggota keluarga lain.
berlendir mengurangi risiko
penularan.
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No.
Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
21 1. Mengkaji frekuensi, S : ibu mengantakan akan
Agustus kedalaman pernapsan memberikan anaknya
2022 dan kesimetrisan lebih sering air hangat.
gerakan dada. O:
2. Mengauskultasi area a. frekuensi napas anak
paru, dan mencatat 28 x/menit, napas
suara adanya ronchi dangkal, gerakan dada
atau wheezing. kiri dan kanan
3. Mengajarkan orang simetris.
tua cara postural b. Pada area paru lobus
1 drainage pada anak kanan atas terdengar
4. Menginstruksikan ronchi
orang tua untuk A : masalah
memberikan air ketidakefektifan bersihan
hangat lebih banyak jalan napas masih ada.
pada anak. P : Lanjutkan intervensi
motivasi klien dan orang
tua untuk minum obat
teratur dan tidak
melewatkan waktu
minum obat.
2 1.Monitoring TTV S:
2.Monitoring pernafasan a.Ibu klien mengatakan
3.Memberikan o2 nasal sesak napas berkurang
kanul 3 lpm b.ibu klien mengatakan
4.Melakukanfisioterapi dahak mudah dikeluarkan
dada dan postural 0:
drainase a.Ttv normal
TD 110/70 mmHg
- HR 75x/menit
- RR 28x/memit
- Suhu 36,1 0C
A:
a.pola nafas efektif
P:
a.Lanjutkan Intervensi
1. Menginstruksikan S:
orang tua a. ibu klien mengatakan
memberikan sering diberikan
makanan yang vitamin penambah
disukai anaknya nafsu makan pada
dibuat dengan bentuk anaknya dan nafsu
yang menarik.dan makan klien
vitamin penambah meningkat
nafsu makan b. Anaknya tidak sering
2. Menginstruksikan memakan makanan
orang tua untuk ringan.
memberikan anak O : Ibu belum dapat
3
makanan lebih menjelaskan kembali
sering. informasi yang telah
3. Memberikan disampaikan.
informasi pada ibu A : masalah risiko
tentang gizi ketidakseimbangan nutrisi
seimbang untuk kurang dari kebutuhan
anak. tubuh masih ada.
4. Menginstruksikan P : Lanjutkan intervensi,
ibu untuk jelaskan kembali
memberikan informasi mengenai
makanan ringan pada pemberian gizi seimbang
pagi dan sore hari. pada anak.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil)
yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis. Jenis-Jenis Tuberculosis : Tuberculosis
paru terkonfirmasi secara bakteriologis dan histologis. Tuberculosis paru tidak terkonfirmasi
secara bakteriologis dan histologis Tuberculosis pada system saraf.
Gejala-Gejala Tuberculosis
1.Gejala Umum :
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih
2.Gejala lain yang sering dijumpai :
- Dahak bercampur darah
- Batuk darah
B. SARAN
1. Bagi para orang tua, anak adalah anugerah yang paling berarti, jagalah kesehatan anak. Jangan
sepelekan penyakit yang terlihat biasa saja. Karena anak belum dapat menyampaikan apa yang
dirasakannya sehingga orang tua lah yang harus lebih mengerti tentang kondisi anak. Setiap
waktu diharapkan pertumbuhan dan perkembangan anak tidak terhambat karena penyakit yang
masih bisa mengoptimalkan tumbuh kembangnya.
2. Pembaca dapat memberikan resume keperawatan maupun pendokumentasian pada klien
dengan TB paru dengan mengacu pada teori yang telah dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA
Asih Niluh Gede Yasmin. 2004. Keperawatan Medikal Bedah Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : EGC.
Betz, Cecily Lynn dan Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Saferi, Andra dkk. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta : Nurha Medika.
Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : Salemba Medik
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.
Delvin,D.2009. Penyaki Tuberculosis. EGC:Jakarta.
Everett S,2010. Buku Saku Keperawatan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. (Bagian Kedua MK
15-Mk 16)
Amin, Zulkifli dan Asril Bahar,2010. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Edisikelima Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia