Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERJALANAN PENYAKIT TBC

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Epidemiologi

Dosen : Drs. Agus Supyana, SKM,Msi

Disusun Oleh : KELOMPOK 4

Desi indrieswari
Ike juleha
Nadia nurda
Nursyamsiyah
Santi Kholipah
Teguh wijayanti
TINGKAT II KELAS B SEMESTER 4

AKADEMI KEBIDANAN GRAHA HUSADA CIREBON


Jln. Widarasari III Tuparev-Cirebon
2013

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap Puji Syukur kehadirat Allah S.W.T kami dapat


menyelesaikan makalah tentang “Perjalanan penyakit TBC” ini dengan baik
tanpa hambatan. Kami mengucapkan terimakasih banyak kepada para
pembimbing dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas
ini atas semua bantuan, bimbingan, dan kemudahan yang telah diberikan kepada
kami dalam menyelesaikan makalah. Penulisan makalah adalah merupakan salah
satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan Tugas Mata Kuliah
Epidemiologi.

Meskipun kami telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun kami


menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak
kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini yang
selanjutnya akan kami terima dengan tangan terbuka.

Akhirul kalam, Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pembimbing


yang telah membimbing kami untuk membuat makalah ini.

Cirebon, Maret 2014

                            Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan Makalah........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1. Penyebab Penyakit.................................................................................. 3
2. Riwayat penyakit..................................................................................... 4
3. Upaya Pencegahan Penyakit TBC.......................................................... 7
4. Transisi Epidemiologi Penyakit TBC..................................................... 9
5. Etika Epidemiologi Terhadap Penyakit TBC.......................................... 10
6. Segitiga Epidemiologi Penyakit TBC..................................................... 10
7. Aplikasi Epidemiologi Terhadap Penyakit TBC..................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan


adalah TBC). TBC adalah penyakit  infeksi yang disebabkan oleh  bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru
walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan
orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang
manusia. Jika diterapi dengan benar tuberkulosis yang disebabkan oleh
kompleks Mycobacterium tuberculosis, yang peka terhadap obat, praktis
dapat disembuhkan. Tanpa terapi tuberkulosa akan mengakibatkan kematian
dalam lima tahun pertama pada lebih dari setengah kasus.

Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai


Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat
8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia
telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah
terbesar kasus ini terjadi di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di
dunia.

Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah


penderita TB. Setiap tahun muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140
ribu lainnya meninggal. Seratus tahun yang lalu, satu dari lima kematian
di Amerika Serikat disebabkan oleh tuberkulosis. Tuberkulosis masih
merupakan penyakit infeksi saluran napas yang tersering di Indonesia.
Keterlambatan dalam menegakkan diagnosa dan ketidakpatuhan dalam
menjalani pengobatan mempunyai dampak yang besar karena pasien

4
Tuberkulosis akan menularkan penyakitnya pada lingkungan,sehingga jumlah
penderita semakin bertambah.

Tanggal 24 Maret diperingati dunia sebagai "Hari TBC" oleh sebab


pada 24 Maret 1882 di Berlin, Jerman, Robert Koch mempresentasikan hasil
studi mengenai penyebab tuberkulosis yang ditemukannya.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana penyebab penyakit TBC ?
b. Jelaskan riwayat alamiah penyakit TBC ?
c. Bagaimana upaya pencegahan penyaki tTBC ?
d. Bagaimana transisi epidemiologi penyakit TBC ?
e. Bagaimana etika epidemiologi dari penyakit TBC ?
f. Bagaimana segitiga epidemiologi penyakit TBC ?
g. Bagiamana aplikasi epidemiologi terhadap penyakit TBC?

C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC
b. Untuk mengetahui riwayat alamiah penyakit TBC
c. Untuk mengetahui upaya pencegahan penyaki t TBC
d. Untuk mengetahui transisi epidemiologi penyakit TBC
e. Untuk mengetahui etika epidemiologi dari penyakit TBC
f. Untuk mengetahui segitiga epidemiologi penyakit TBC
g. Untuk mengetahui aplikasi epidemiologi terhadap penyakit TBC

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENYEBAB PENYAKIT
1. TEORI TERJADINYA PENYAKIT TBC

Sekitar 4000 tahun yang lampau, peradaban manusia dikejutkan


dengan munculnya epidemi penyakit yang menyerang organ pernapasan
utama manusia, yaitu paru-paru. Akhirnya dunia pun tahu, ketika Robert
Koch (1882) berhasil mengidentifikasi kuman penyebab infeksi
tersebut, Mycobacterium tuberculosis.Tuberculosis a atau penyakit TBC
adalah suatu penyakit infeksi yang bisa bersifat akut maupun kronis
dengan ditandai pembentukan turbekel dan cenderung meluas secara lokal.
Selain itu, juga bersifat pulmoner maupun ekstrapulmoner dan dapat
mempengaruhi organ tubuh lainnya.Hingga kini, TBC menjadi salah satu
problem utama kesehatan dunia, terutama di negara berkembang. Menurut
perkiraan WHO (1964) untuk dunia, secara keseluruhan sekitar 15 juta
jiwa menderita infeksi TBC dan lebih dari 3 juta kematian dapat
dihubungkan dengan TBC, serta diestimasikan untuk tiap tahunnya
muncul 2-3 juta kasus baru TBC.

Geografis dan distribusi temporal dari TBC berbeda-beda baik


tempat maupunwaktu. Dalam perkembangannya, kematian yang
disebabkan oleh TBC perlahan menurun, sehingga TBC sebagai penyebab
kematian turun dari posisi ke-2 pada tahun 1900 menjadi posisi ke-16 di
tahun 1960. Namun kenyataan diatas tidak berlaku di beberapa tempat
yang kurang berkembang aspek pencegahannya terutama di belahan dunia
ketiga. TBC tetap menjadi penyebab kematian dini dan ketidakmampuan,
dengan lebih dari 70% anak-anak terinfeksi sebelum berumur 14 tahun.

6
2. HUBUNGAN PENYEBAB DAN PENYAKIT
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar
dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat
penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya
berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan
terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat
menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab
itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti:
paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening,
dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena
yaitu paru-paru.

B. RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT


1. TAHAP PREPATOGENESIS
Pada tahap ini individu berada dalam keadaannormal/ sehat tetapi
mereka pada dasarnya peka terhadap kemungkinan terganggu oleh
serangan agen penyakit (stage of susceptibility). Walaupun demikian pada
tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan bibit
penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit
penyakit masih ada di luar tubuh penjamu di mana para kuman
mengembangkan potensi infektifitas, siap menyerang penjamu.

2. TAHAP PATOGENESIS
a. Tahap inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya
bibit penyakit ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit,
sampai timbulnya gejala penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara
satu penyakit dengan penyakit lainnya. Dan pengetahuan tentang
lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar sebagai

7
pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi
diagnosis. Setiap penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan
pengetahuan masa inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis
penyakitnya.Masa inkubasi dari penyakit TBC yaitu mulai terinfeksi
samapi menjadi sakit diperkirakan 4-12 minggu

b. Tahap penyakit dini


Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang
kelihatannya ringan. Tahap ini sudah mulai menjadi masalah
kesehatan karena sudah ada gangguan patologis, walaupun penyakit
masih dalam masa subklinis. Pada tahap ini, diharapkan diagnosis
dapat ditegakkan secara dini . Gejalanya seperti berikut :
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
Penurunan nafsu makan dan berat badan.
Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

c. Tahap penyakit lanjut


Pada tahap ini penyakit bertambah jelas dan mungkin bertambah
berat dengan segala kelainan klinik  yang jelas, sehingga diagnosis
sudah relatif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis
ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari
akibat lanjut yang kurang baik dengan gejalanya seperti berikut :
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara “mengi”, suara nafas melemah yang disertai
sesak.

8
ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka
akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
dan disebut sebagai meningitis(radang selaput otak), gejalanya
adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-
kejang.

d. Tahap penyakit akhir


Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan
keadaan, yaitu:
Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh
menjadi pulih, sehat kembali.
Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang,
penyakit sudah tidak ada, tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya,
meninggalkan bekas gangguan yang permanen berupa cacat.
Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit
masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan
penyakit
Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
Berakhir dengan kematian.

3. TAHAP PASCAPATOGENESIS
Tahap pasca patogenesis/ tahap akhir yaitu berakhirnya perjalanan
penyakit TBC yang diderita oleh sesorang dimana seseorang berada dalam
pilihan keadaan, yaitu sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, karier,
penyakit berlangsung secara kronik, atau berakhir dengan kematian setelah
melalui berbagai macam tahap pencegahan dan pengobatan yang rutin

9
C. UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT TBC
1. Primordial prevention ( pencegahan tingkat awal )
Pada tahap awal penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi
langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT.
Sedangkan ditahap selanjutnya penderita mendapat jenis obat lebih sedikit
namun dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan ini penting
untuk membunuh kuman persistent sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan.

2. Primary prevention ( pencegahan tingkat pertama )


Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TBC
paling efektif, walaupun hanya mengandung tujuan pengukuran umum
dan mempertahankan standar kesehatan sebelumnya yang sudah
tinggi.Proteksi spesifik  dengan tujuan pencegahan TBC yang meliputi ;
a) Imunisasi Aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan
internasional pada daerah dengan angka kejadian tinggi dan orang
tua penderita atau beresiko tinggi dengan nilai proteksi yang tidak
absolut dan tergantung Host tambahan dan lingkungan,
b) Chemoprophylaxis, obat anti TBC yang dinilai terbukti ketika
kontak dijalankan dan tetap harus dikombinasikan dengan
pasteurisasi produk ternak,
c) Pengontrolan Faktor Prediposisi, yang mengacu pada pencegahan
dan pengobatan diabetes, silicosis, malnutrisi, sakit kronis dan
mental.

3.  Secondary prevention ( pencegahan tingkat kedua )


Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar
pengontrolan kasus TBC yang timbul dengan 3 komponen utama yaitu
Agent, Host dan Lingkungan. Kontrol pasien dengan deteksi dini penting
untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat
baik dari finansial, materi maupun tenaga. Metode tidak langsung dapat

10
dilakukan dengan indikator anak yang terinfeksi TBC sebagai pusat,
sehingga pengobatan dini dapat diberikan. Selain itu, pengetahuan tentang
resistensi obat dan gejala infeksi juga penting untuk seleksi dari petunjuk
yang paling efektif.
Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan rantai
infeksi TBC, dengan imunisasi TBC negatif danChemoprophylaxis pada
TBC positif. Kontrol lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit,
disinfeksi dan cermat mengungkapkan investigasi epidemiologi, sehingga
ditemukan bahwa kontaminasi lingkungan memegang peranan terhadap
epidemi TBC. Melalui usaha pembatasan ketidakmampuan untuk
membatasi kasus b`aru harus dilanjutkan, dengan istirahat dan
menghindari tekanan psikis.

4. Tertiary prevention ( pencegahan tingkat ketiga )


Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC.
Dimulai dengan diagnosis kasus berupa trauma yang menyebabkan usaha
penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama fase akut dan
hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang
tergantung situasi individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan
penggunaan media pendidikan untuk mengurangi cacat sosial dari TBC,
serta penegasan perlunya rehabilitasi.Selain itu, tindakan pencegahan
sebaiknya juga dilakukan untuk mengurangi perbedaan pengetahuan
tentang TBC, yaitu dengan jalan sebagai berikut :
1) Perkembangan media.
2) Metode solusi problem keresistenan obat.
3) Perkembangan obat Bakterisidal baru.
4) Kesempurnaan perlindungan dan efektifitas vaksin.
5) Pembuatan aturan kesehatan primer dan pengobatan TBC yang
fleksibel.
6) Studi lain yang intensif.

11
7) Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TBC yang
terkontrol.

D. TRANSISI EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TBC


SITUASI TERKINI PERKEMBANGAN TUBERCULOSIS DI
INDONESIA
Januari-desember 2012
Tuberculosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis,sebagian besar kuman TB menyerang
paru tetapi juga mengenai organ tubuh bagian lainnya. Pada tahun 1995
WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam
penanggulangan TB dan telah terbukti sebagai strategi yang paling ekonomis
paling efeftif yang terdiri dari 5 kunci :
1) Komitmen politis
2) Pemeriksaan dahak yang mikroskopis yang terjamin mutunya
3) Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan
tatalaksana kasus yang tepat termasuk pengawasan langsung pengobatan
4) Jaminan ketersediaan OAT (obat anti TB) yang bermutu
5) System pencataatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian
tehadap hasil pengobatan pasien dan kinerja kerja secara keseluruhan.

Angka prevalensi insidensi dan mortalitas yang dinyatakan dala


100.000 pada tahun 1990 dan 2012 berdasarkan hasil penghitungan WHO
dalam WHO report 2012 global tuberculosis control angka insiden semua tipe
TB tahun 2012 sebesar 189 per 100.000 penduduk mengalami penurunan
disbanding tahun 1990 yaitu (343 per 100.000 penduduk).angka prevalensi
berhasil diturunkan hamper setengahnya pada tahun 2012 (423 per 100.000
penduduk) dibandingkan dengan tahun 1990 (289 per 100.000 penduduk)
sama halnya dengan angka mortalitas yang berhasil diturunkan lebih dari
separuhya pada tahun 2012 (27 pr 100.000 penduduk) disbanding tahun 1990

12
(51 per 100.000 penduduk) hal tersebut membuktikan bahwa program
pengendalian TB berhasil menurunkan insidens prevalensi dan mortalitas
akibat TB.

E. ETIKA EPIDEMIOLOGI TERHADAP PENYAKIT TBC


Upaya pemerintah dalam mencegah penularan penyakit tuberculosis
(TBC/TB) terus berjalan salah satunya dengan menghimbau rumah sakit di
seluruh Indonesia untuk mengadakan pencegahan dan pengendalian infeksi
tuberculosis.pencegahan dan pengndalian infeksi wajib ada di setiap rumah
sakit apalagi penyakit TB sering ditemukan  pada penderita HIV/AIDS sebab
daya tahan tubuh mereka rendah sehingga mudah tertular penyakit TB.
Menurut Dalima Astra Winata beliau adalah salah satu perwakilan
Kemenkes  RI,salah satu hal sederhana dalam menangani penularan penyakit
TB adalah dengan memberikan penyuluhan mengenai etika batuk pada
penderita TBC. Ini ,menjadi bukti bahwa epidemiologi berusaha mencari
solusi agar para penderita TB tidak menularkan penyakitnya ke orang yang
sehat dengan program etika batuk pada penderita TBC.etika batuk yang dapat
diterapkan oleh masyarakatadalah dengam menutup mulut dengan lengan
bukan dengan tangan ketika batuk.karena ketika bersalaman kuman TB dapat
berpindah.cara ampuh lainnya dengan menggunakan masker ketika menderita
batuk sehingga kuman tidak menyebar dan menulari orang lain.

F. SEGITIGA EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TBC


SEGITIGA EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TBC
1.  Host
Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3
puncak kejadian dan kematian ; (1) paling rendah pada awal anak (bayi)
dengan orang tua penderita, (2) paling luas pada masa remaja dan dewasa
muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-mental dan momen
kehamilan pada wanita, (3) puncak sedang pada usia lanjut. Dalam

13
perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak
berlaku pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan
grup sampel usia ini atau tidak terlindung dari resiko infeksi.
Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang
diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan
resistensi. Penduduk pribumi memiliki laju lebih tinggi daripada populasi
yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan rendahnya kondisi
sosio-ekonomi. Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit
terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi
keluarga secara umum dan sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam
keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut memainkan peranan dalam
infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status gizi,
kondisi keseatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku
sebagai mekanisme pertahanan umum juga berkepentingan besar. Imunitas
spesifik dengan pengobatan infeksi primer memberikan beberapa
resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.

2. Agent
TB disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis,baktri gram
positif berbentuk batang halus mempunyai sifat tahan asam dan aerobic.
Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap
disifektan kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak
yang kering untuk jangka waktu yang lama.
Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal
sementara Mycobacterium Tuberculosis  sangat tinggi. Patogenesis hampir
rendah dan daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi Host.
Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering muncul setelah
penggunaan kemoterapi moderen, sehingga menyebabkan keharusan
mengembangkan obat baru.

14
Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan ternak
(susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung
dan tidak langsung, serta transmisi kongenital yang jarang terjadi.
3. Lingkungan
Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi
kejadian yang besar  dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya.
Penularannya pun berpola sekuler tanpa dipengaruhi musim dan letak
geografis.Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus
TBC. Pembelajaran sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif
antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan,
pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan ekonomi. Terdapat
pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi
komunitas perdesaan.  Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik,
penggangguran dan tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC
dapat juga menjadi pertimbangan pencetus peningkatan epidemi penyakit
ini.Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan
berulang-ulang dengan hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.

PORTAL OF EXIT AND PORTAL OF ENTRY

Tempat keluarnya penyakit dr pejamu (Portal of Exit)


a. Saluran pernafasan
b. Saluran pencernaan
c. Perkemihan
d. Melalui kulit.
Cara Transmisi dari Orang ke Orang Secara Langsung,
Contoh : TBC, Penyakit kulit dan kelamin, Hepatitis. Droplet infeksi melalui
percikan ludah, terutama penyakit melalui. Saluran nafas.

Tempat masuknya penyebab penyakit ke pejamu baru (Portal of Entry).


a. Saluran pernafasan

15
b. Saluran pencernaan
c. Perkemihan
d. Melalui kulit

 Kerentanan Pejamu Tergantung faktor genetik, daya tahan tubuh, keadaan


gizi, gaya hidup dll.

G. APLIKASI EPIDEMIOLOGI TERHADAP PENYAKIT TBC


Salah satu tokoh epidemiologi adalah Robert Korch  dia adalah penemu
Tuberkolin tau pemyaki TBC beliau melalui  Aplikasi epidemiologi dalam
menangani penyakit menular  seperti penyakit TBC menemukan DOTS
sebagai salah satu pengobatan terhadap penderita penyakit TBC yaitu
pengobatan yang berlangsung selama 6 bulan.
Untuk dapat memelihara dan meningkatakan derajat kesehatan
mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perlu
disediakan dan diselenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat yang
sebaik-baiknya yang sesuai sengan kebutuhan.apabila dalam lingkungan
masyarakat banyak ditemukan penyakit menular seperti TBC maka pelayana
kesehatan yang di sediakan akan lebih diarahkan kepada upaya untuk
mengatasi masalah penyakit menular.
Hal ini kemudian dikaitkan dengan upaya untuk mengetahui frekwensi
dan penyebaran penyakit TBC dan factor-faktor yang mempengaruhi dari
penyakit TBC adapu penggunaan/aplikasi epidemilogi dalam pelayanan
kesehatan khususnya dalam penyakit TBC yaitu: penentuan abnormalitas
.batas seseorang dapat disebut sebagai pengidap TBC,membantu
menetapakan penerapan diagnosis,untuk mengetahui riwayat pennyakit TBC
sehingga dapat menyerang manusia dan menular ke orang yang sehat serta
mencari efektifitas suatu tindakan dalam menangani penderita TBC dan
mencari bentuk-bentuk upaya pencegahan terhadap penyakit TBC

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari hasil telaah pustaka dan kajian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. TBC adalah suatu infeksi bakteri menular yang disebabkan
olehMycobacterium tuberculosis yang utama menyerang organ paru
manusia.
2. TBC merupakan salah satu problem utama epidemiologi kesehatan
didunia.
3. Agent, Host dan Lingkungan merupakan faktor penentu yang saling
berinteraksi, terutama dalam perjalanan alamiah epidemi TBC baik
periode Prepatogenesis maupun Patogenesis. Interaksi tersebut dapat
digambarkan dalam Bagan “Segitiga Epidemiologi TBC”.
4. Pencegahan terhadap infeksi TBC sebaiknya dilakukan sedini mungkin,
yang terdiri dari pencegahan primer, sekunder dan tersier (rehabilitasi).

17
DAFTAR PUSTAKA

 Chandra, Budiman dr, 1996. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi.


Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
 Leavell and Clark, 1958. Preventive Medicine for Doctor in his
Community. Halaman 161-169
 Sutrisna Bambang dr. M.H.Sc, 1986. Pengantar Metode Epidemiologi.
PT. Dian Rakyat. Jakarta
 Universitas Indonesia (FKUI), 2004. Kuliah Tuberculosis. http://ui.org/
fk/kuliah/respirasi/tuberculosis.htm.

18

Anda mungkin juga menyukai