Anda di halaman 1dari 38

REVIEWER : WAWAN KURNIAWAN

Indentitas Keseluruhan Isi Buku.


Identitas buku
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit : RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit : 2019
Cetakan :2
Jumlah Total Halaman : 318 Halaman
ISBN : 978-602-425-295-3

Pendahuluan.

Buku yang ditulis oleh Reni Agustina Harahap, SST, M.Kes dengan judul Etika dan
Hukum Kesehatan. Buku ini merupakan salah satu buku ajar yang terdiri dari 16 bab yang
membahas seputar permasalahan etika dan hukum dalam ruang lingkup kesehatan, dimana
pada bab1 berisi etika dan hati Nurani, bab 2 kode etik profesi, bab 3 hukum kesehatan, bab 4
aspek hukum tenaga kesehatan, bab 5 informed consent, bab 6 uji kompetensi tenaga
kesehatan, bab 7 perjanjian terapeutik, bab 8 etika penelitian kesehatan, bab 9 penegakkan
hukum dibidang pelayanan kesehatan, bab 10 malapraktik tenaga kesehatan, bab 11
kesalahan dan kelalaian tenaga kesehatan, bab 12 aspek hukum kesehatan lingkungan, bab 13
aspek hukum keselamatan dan kesehatan kerja, bab 14 hukum penyakit menular, bab 15
aspek hukum pengobatan tradisional, bab 16 aspek hukum reproduksi manusia.
Bab 1. Etika Dan Hati Nurani

A. Identitas buku.
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit : RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit : 2019
Cetakan :2
Jumlah Halaman : 18 Halaman
ISBN : 978-602-425-295-3

B. Pendahuluan
Etika dan hati nurani memiliki kesamaan dimana etika atau moral adalah cara yang
dilakukan atau tidak dilakukan secara umum dan berlaku pada kelompok masyarakat
tertentu, kajiannya terhadap perilaku dan kaitannya terhadap moral.

C. Inti ( Isi buku Perbab )


1. Etika Dan Etiket
Etika berasal dari bahasa yunani “ethos” dalam bentuk tunggal, atau “etha” dalam
bentuk jamaak atau pluraral. Dalam kamus bahasa Indonesia karangan Poewardaminta,
ethos diartikan adat, kebiasaaan, akhlak, watak, perasaan, sikap atau cara berfikir. Kata
etika dalam bahas latin sama dengan moral, yang berasal dari kata “mos” (tunggal) atau
mores” (jamak), yang diartikan kebiasaaan atau orang atau manusia dalam konteks sosial.
Lebih lanjut poerwardaminta (1953) mrnyimpulkan bahwa: etika adalah sama dengan
akhlak, yaitu pemahaman tentang hak dan kewajiban orang.

2. Etika dan hati nurani.


Hati nurani adalah penghayatan atau kesadaran tentang baik atau buruk, benar atau
tidak benar hubungan dengan tingkah laku konkret seseorang didalam masyarakat.
Oleh sebab itu, hati nurani memang erat kaitannya dengan “kesadaran,” dan kesadaran ini
merupakan cirri khas pada manusia, dan tidak ada pada makhluk hidup yang lain.
Hati nurani adalah merupakan sifat dasar manusia, kesadaran mengenal diri sendiri,
yang pada hakikatnya manusia cenderung meng- “iyakan” perbuatan perbuatan yang baik,
yang jujur yang adil dan sebaiknya. Hati nurani dibedakan menjadi dua, yakni:
 Hati nurani retrospektif.
Apabila seseorang membuat keputusan – keputusan dan melaksanakan putusan
putusan tersebut atau bertindak, biasanya orang berfikir ulang atau membuat semacam
penilian terhadap apa yang telah dilakukan tersebut.
 Hati nurani prospektif.
Sebelum orang membuat keputusan dan bertindak, biasanya ia juga menilai dan
mempertimbangkan terhadap apa yang akan diputuskan dan dilakukan dengan
menggunakan hati nurani atau suara batinya.

3. Perkembangan etika
 Tahap Praktik atau pramoral
Perkembangan etika atau moral pada tahap awal terjadi didalam keluarga. pada tahap
ini, anak mengenal adanya perbuatan baik dan tidak baik atau buruk sangat berkaitan
dengan sikap dan perilaku orang tua.
 Tahap prakonvensional
Pada tahap ini perbuatan – perbuatan anak sudah mulai didasarkan pada
norma – norma umum yang berlaku dalam kelompok sosialnya (sekolah), tidak hanya
terbatas pada norma dalam keluarga atau ayah dan ibunya saja, tetapi lebih luas lagi yakni
guru dan kawan –kawannya.
 Tahap Konvensional
Pada tahap ini sudah pada tingkat dewasa, dimana pemahaman seseorang pada
kelompok sudah meluas ke kelompok yang lebih kompleks lagi (suku bangsa, agama,
Negara dan sebagainya).
 Tahap Pascakonvensional (otonom)
Pada tahap ini, sebagai penerimaan tanggung jawan pribadi atas dasar etika, moral
atau prinsip – prinsip hati nurani yang lebih otonom atau mandiri.

4. Nilai etika
Telah dijelaskan diatas bahwa moral atau etika itu bersumber atau mengacu pada hati
nurani sedangkan hati nurani manusia itu selalu mempunyai konotasi positif, nilai moral
dalam suatu keompok masyarakat tertentu bias sama dan bias berbeda dengan kelompok
masyarakat yang lain. Hal ini disebabkan karena berbagai perbedaan budaya dan adat
istiadat masyarakat setempat.
5. Pendekataan etika
Pendekatan etika ada dua yaitu etika deskriftif dan etika normatif.

 Etika deskriftif.
Etika
deskriftif adalah suatu kajian etika yang bertujuan untuk menggambarkan tingkah
laku moral dalam arti luas: tentang baik, buruk, tebntang tindakana yang boleh atau tidak
boleh dari setiap kelompok masyarakat atau kelompok, tanpa memberikan penilaiannya .
 Etika normatif.
Etika normatif bukan hanya menggambarkan etika dari masing – masing kelompok
komunitas, tatpi memberikan penilaian terhadap etika – etika yang berlaku ( dengan
sendirinya menggunakan criteria etika atau tidak etis), sehingga benar atau etis dan tidak
benar atau tidak etis.

6. Etika, agama dan hukum.


Etika (moral) dan agama mempunyai hubungan yang sangat erat.seperti telah
diuraikan tadi bahwa etika dan moral adalah merupakan aturan atau rambu – rambu
perilaku dalam hugungan anatara manusia yang satu dengan yang lain dalam konteks
sosialbudayanya. Oleh sebab itu melanggar moral berarti melanggar hubungan dengan
allah, dan juga melanggar hubungan dengan manusia lain.
Melanggar hukum allah berarti juga melanggar hukum manusia, dan sebaliknya
misalnya orang yang korupsi, orang mencuri, orang yang membunuh orang lain, adalah
merusak hubungan dengan manusia lainya, dan jelas perbuatan itu tidak etis atau tidak
bermoral.

7. Manusia seutuhnya.
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan yang paling sempurna . oleh sebab itu,
manusia tidak dapat disamakan dengan makhluk hidup lain. Manusia mempunyai banyak
kelebihan bila dibandingkan dengan mahluk hidup lainnya.
 Kesehatan.
Peningkatan kesehatan adalah salah satu pengembangan aspek dalam fisik atau
biologis manusa. Kesehatan yang baik merupakan indicator sumber daya yang berkualitas.
 Pendidikan.
Pendidiakn (pendidikan formal). Merupakan sarana yang sangat penting dalam
mengembangkan intelektual seseorang.
 Agama.
Seperti telah disebutkan sebelumnya agama adalah aturan bertindak bagi manusia
dalam hubungan dengan tuhan, dan juga dengan manusia yang lain.

D. Kelebihan
Pada bab ini materi yang dijelaskan disusun kedalam Sub bab, dan terdapat contoh
kasus yang mana dapat membantu pemahaman pembaca dalam meresapi materi yang
dipaparkan. Di dalam bab ini juga dipaparkannya bagan yang mana dapat membantu
pembaca untuk mengerti apa maksud dari materi pada bab ini.

E. Kekurangan
Tidak ada footnote pada bab ini sehingga pembaca tidak mengetahui dri mana asal
bahan materinya.

F. Penutup
Pada bab ini membahas mengenai tentang apa yang dimaksud mengenai Etika dan
Hati nurani dimana materi yang dipaparkan sangat jelas dan di masukkan kedalam 7 sub
bab yang mana pembaca dapat memahaminya.
Saran saya diharapkan pembaca dapat memahami dan meginplementasikan bahan
materi ini kedalam kehidupan sehari-hari.
Bab 2. Kode Etik Profesi

A. Identitas buku.
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit : RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit : 2019
Cetakan :2
Jumlah Halaman : 10 Halaman
ISBN : 978-602-425-295-3

B. Pendahuluan.
Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun
bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak uk dalam kategori norma hukum yang
didasari kesusilaan.
Kode etik juga dapat diartikan sebagai pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis
dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Kode etik merupakan pola aturan atau
tata cara sebagai pedoman berperilaku dan berbudaya. Tujuan kode etik agar
profesionalisme memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai jasa atau nasabahnya.
Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.

C. Inti ( isi buku perbab ).

1. Pengertian profesi
Profesi berasal dari kata “profesi” dalam kamus bahasa Indonesia dijelaskan
pengertian profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
( keterampilan, kejujuran, dan sebagainya ) tertentu.
2. Arti kode etik profesi.
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi
tertentu secara nasional maupun internasional. Kode etik menerapkan profesi tertentu
secara nasional maupun internasional. Kode etik menerapkan konsep etis karena profesi
bertanggung jawab pada manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai individu. Kata
seperti etika, hak assasi, tanggung jawab, mudah didefinisikan, tetapi kadang – kadang
tidak jelas letak istilah tersebut diterapkan dalam suatu situasi.
3. Tujuan dan fungsi kode etik profesi
Secara umum, dapat dikatakan bahwa setiap profesi menempatan ahli yang
bersangkutan dalam suatu keadaan yang istimewa, baik karena kekuasaan yang luar biasa
yang dipercayakan kepadanya ( seperti dalam hal, hakim, notaries, jaksa, dan dokter ).
Maupun karena nasib dari orang yang berkepentingan kepadanya.
4. Prinsip – prinsip etika profesi.
 Prinsip sikap baik
 Prinsip keadilan
 Prinsip hormat terhadap diri sendiri

5. Pelanggaran disiplin profesi.


Pelanggaran profesi ini, penulis memberikan contoh seperti ini :
Medical Neligence (kelainan medic) yang diartikan sebagai melakukan sesuatuyang s
eharusnya tidak dilakukan
Professional misconduct ( kesalahan prilaku professional ). Contonya, melakukan
hubungan seksual dengan pasien, melakukan kesalahan tindakan yang mengakibatkan
pasien cacat atau meninggal.
D. Kelebihan
Pada bab ini materi yang dibahas di tampilkan dalam sub bab lewat penjelasan point-
point angka yang mana bahannya lebih jelas dan terprinci dan singkat serta pembaca dapa
lebih mudah memahaminya.
E. Kelemahan

F. Penutup.
Bab 3. Hukum Kesehatan.

A. Identitas buku
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit : RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit : 2019
Cetakan :2
Jumlah Halaman : 11 Halaman
ISBN : 978-602-425-295-3

B. Pendahuluan
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Oleh karenanya perlu juga
diberlakukan sebuah aturan yang dapat menjamin oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Aturan aturan tersebut disebut dengan hukum kesehatan hukum kesehatan merupakan
aturan yang berlaku pada penyelenggaraan kesehatan baik ditinjau dari pelayananan
kesehatan, penyediaan kesehatan, tenaga kesehatan, dan sarana kesehatan.

C. Inti ( isi buku per bab )

1. Pengertian hukum kesehatan.


Hukum kesehatan ( health law ) merupakan suatu spesialisasi dari ilmu hukum yang
ruang lingkupnya meliputi segala peraturan perundang undangan disektor pemelihaeaan
kesehatan. Banyak istilah yang digunakan oleh para pakar, ada yang menyebutkan hukum
dokter dan hukum medic sebagai terjemahan dari medical law dan droit medical.
2. Sumber hukum kesehatan.
Dari berbagai define hukum kesehatan sebagaimana yang ditemukan atas sumber
hukum adalah :
 Pedoman internasional.
 Hukum kebiasaan.
 Jurisprudensia.
 Hukum otonom.
 Ilmu.
 Literatur.
3. Latar belakang perlunya hukum kesehatan.
Kesehatan adalah salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan
bangsa yang mempunyai peranaan penting dalam pembentukan masyarakat adil, makmur,
dan sejahtera. Bahkan kesehatan sebagai salah satu unsure kesejahteraan umum yang
harus diwujudkan sesuai dengan cita cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
pembukaan undang – undang dasar 1945 melalui pembangunan nasional yang
berkesinambungan berdasarkan pancasil dan undang – undang dasar 1945.

4. Fungsi dan tujuan hukum kesehatan.


Dalam suatu Negara yang berlandaskan hukum, maka sesuai dengan sidat dan
hakikatnya, hukum berperan besar dalam mengatur setiap hubungan hukum timbul, baik
antara invidu dan individu antara indidvidu dan masyarakat didalam berbagai bidang
kehidupan, termasuk kesehatan. Akan tetapi berlakunya hukum berdasarkan sifat dan
hakikatnya itu tidak terlepas dari system hukum yang dianut dan dinilai yang berlaku
didalam masyarakat.

D. Kelebihan.
E. Kelemahan.
F. Penutup.
Bab 4. Aspek Hukum Tenagaa Kesehatan.

A. Identitas buku.
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit : RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit : 2019
Cetakan :2
Jumlah Halaman : 11 Halaman
ISBN : 978-602-425-295-3

B. Pendahuluan
Tanggal 17 oktober 2014 UU No. 36 tahun 2014 tenaga kesehatan telah disahkan dan
diundangkan. Pemerintah berdalih pembentukaan UU tenaga merupakana perpanjangan
dari UU no. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, dan pemerintah mengklaim bahwa
ketentuan mengenai tenaga kesehatan masih tersebar dalam berbagai peraturan perunang –
undangan dan belum menampung kebutuhan hukum masyarakat sehingga perlu dibentuk
undang – undang tersendiri yang mengatur tenaga kesehatan secara komprehensif.

C. Inti ( isi Buku Perbab).

1. Jenis tenga kesehatan.


Dalam undang – undang kesehatan No. 36 tahun 2014 tenaga dibidang kesehatan terdiri
atas:
 Tenaga medis  Tenaga kesehatan lingkungan
 Tenga psikologi  Tenaga gizi
 Tenaga keperawatan  Tenaga keterapian
 Tenaga kebidanan  Tenaga keteknisian
 Tenaga kefarmasian  Tenaga biomedika
 Tenaga kesehatan masyarakat  Tenaga kesehatan tradisional

2. Persyaratan tenaga kesehatan


Untuk menduduki tugas dan fungsi sesuai dengan jenis tenaga kesehatan seperti telah
disebutkan di atas, maka tenga kesehatan harus mempunyai kemampuan atau keterampilan
sesuai dengan jenis dan kualifikasi tenaga kesehatan tersebut. sebab di atur dalam
peraturan pemerintah No. 32 tahun 1966 .
3. Perencanaan dan pengadaan tenaga kesehatan.
Perencanaan, pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata dan yang tersebar diseluruh jenis
fasilitas pe;ayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. Penetapan tenaga kesehatan
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan nasional tenaga kesehatan. Dalam merencanakan
tenaga kesehatan diindonesia, didasarkan pada pertimbangan- pertimbangan serta factor-
factor.
4. Standar profesi dan perlindungan hukum.
Petugas kesehatan adalah petugas kesehatan yang profesional. Petugas kesehatan yang
profesional mendasakan semua prilaku dan tindakan dalam melayani masyarakat atau
pasien harus didasarkan pada standar profesi. Oleh sebab itu, setiap jenis tenga kesehatan
yang melayani di berbagai sarana atau fasilitas kesehatan harus mempunyai acuan
bertindak (etika) profesional.
5. Tenaga kesehatan dalam UU No. 36 tahun 2014.
Spek hukum tenaga kesehatan seperti telah diuraikan diatas adalah bersumber pada
pp. 32 tahun 1966. Sedangkan peraturan pemerintah tersebut disusun berdasarkan
pemerintah undang – undang No. 23 tahun 1992, khususnya pasal mengenai tenaga
kesehatan. Dalam undang – undang kesehatan yang baru No. 36 tahun 2014. Ketentuan
tentang tenaga kesehatan ini lebih rinci dibandingkan dengan UU No. 23 tahun 1992.
D. Kelebihan.
E. Kelemahan.
F. Penutup.
Bab 5. Indormed Consent.

A. Identitas buku
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit : RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit : 2019
Cetakan :2
Jumlah Halaman : 9 Halaman
ISBN : 978-602-425-295-3

B. Pendahuluan
Informed Consent adalah persetujuan yang diberikan oleh klien atau keluarganya atas
dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap
klien tersebut.
Informed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang efektif
antara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa
yang tidak akan dilakukan terhadap pasien.

C. Inti ( isi buku PerBab )


1. Pengertian
Apada awal munculnya, dikenal hak atau persetujuan consent, baru kemudian dikenal
hak atas informasi kemudian menjadi ‘informed consent’. Kasusu slater Vs baker
stapleton, 1767 menurut appel baum merupakan kasus yang pertama diinggris dimana
diputuskan bahwa dokter harus memperoleh surat izin pasien terlebih dahulu sebelum
melakukan tindakan.
2. Aspek Hukum informed consent
 Aspek hukum pidana
Pasien haruse memberikan persetujuan terlebih dahulu terhadap tindakan media
dokter, misalnya oprasi.
 Aspek hukum data
Berkaitan dengan hukum perikatan yaitu dalam pasal 1320 BW yang intinya harus
ada kesepakatan antara kedua belah pihak yaitu dokter dan pasien.
 Aspek hukum administrasi
Sudah merupakan kebiasaan pada setiap rumah sakit untuk menyodorkan formulir
persetujuaan operasi, hal tersebut untuk keperluan administrasi rumah sakit sehingga
wajib dilakuakan.

D. Kelebihan.
E. Kelemahan.
F. Penutup.
Bab 6. Uji kompetensi tenaga kesehatana.

A. Identitas buku
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit : RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit : 2019
Cetakan :2
Jumlah Halaman : 12Halaman
ISBN : 978-602-425-295-3
B. Pendahuluan
Kompetensi adalah kemampuan seseorang tenaga kesehatan berdasarkan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sikap profesional untuk dapat menjalankan praktik dan
pekerjaan profesinya. Uji kompetensi adalah ujian yang dilaksanakan diakhir masa
pendidikan tenaga kesehatan, sebelum melakukakn sumpah profesinya untuk menilai
pencapaian kompetensi berdasarkan standar kompetensi dalam rangka memperoleh
sertifikat kompetensi ( buku pedoman uji kompetensi kesehatan RI, 2011).
C. Inti ( isi buku perbab )
1. Fungsi pelaksaan uji kompetensi.
Uji kompetensi mempunyai peranaan yang sangat penting untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia dan mengetahui taraf kemampuan mahasiswa setelah
melakukan proses belajar mengajar.

2. Persiapan uji kompetensi kesehatan.


Menurut kementerian kesehatan RI ( buku pedoman uji kompetensi 2011), yaitu :
 Peserta
 Jadwal uji
 Prosedur pendaftaran
 Pengelolahan soal uji
 Tempat uji kompetensi (TUK)
 Pengawas
 Persiapan administrative dan teknis

3. Pelaksanaan uji kompetensi.


 Pelaksanaan uji
 Rapat koreksi
 Rapat standard setting
 Rapat Penentuan kelulusa

D. Kelebihan.
E. Kelemahan.
F. Penutup.
Bab 7. Perjanjian Terapeutik.

A. Identitas buku
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit : RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit : 2019
Cetakan :2
Jumlah Halaman : 15 Halaman
ISBN : 978-602-425-295-3

B. Pendahuluan
Perjanjian adalah salah satu sumber hubungan hukum perikatan yang diadakan oleh
dua orang ataau lebih. Perjanjian yang terdapat dalam pasal 13131 KUH perdata secara
umum menyebutkan bahwas suatu hubungan antara dua orang yang membuatnya. Dilihat
dari bentuknya perjanjian itu terdapat berupa suatu perikatan yang mengandung janji- janji
atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.
C. Inti ( isi buku perbab )
1. Jenis jenis perjanjian
Jenis jenis perjanjian dibagi menjadi lima jenis, yaitu :
 Perjanjian timbale balik dan perjanjian sepihak.
 Perjanjian percuma dan perjanjian dengan atas hak yang membebani.
 Perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama.
 Perjanjian kebendaan dan perjanjian obligator.
 Perjanjian konsekual dan perjanjian real.
2. Unsur - Unsur perjanjian.
Unsur – unsure yang tercantum dalam hukum perjanjian dapat dikatagorikan sebagai
berikut:
 Adanya kaidah hukum
 Subjek hukum
 Adanya prestasi
 Kata sepakat
 Akibat hukum
3. Asas – asas hukum perjanjian.
 Asas kebebasan berkontrak ( freedom of contact )
 Asas konsensualisme ( concensualism )
 Asas kepastrian hukum ( pacta sunt servanda )
 Asas itikad baik ( good faith )
 Asas kepribadian ( personality )
4. Syarat sah perjanjian
Suatu perjanjian akan mengikat para pihak yang menyusunnya apabila perjanjian itu
dibuat secara sah sesuai dengan ketentuan yang berlaku pasal 1320 KUH perdata
menyatakan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat, yaitu:
 Kesepakatan mereka yang mengingatkan dirinya.
 Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
 Suatu pokok persoalan tertentu
 Suatu sebab yang tidak terlarang ( halal)
5. Transaksi terapeutik
Perjanjian merupakan hubungan timbal balik yang dihasilkan melalui komunikasi,
sedangkan terapeutik diartikan sebagai sesuatu yang mengandung unsure dan nilai
pengobatan. Secara yuridis perjanjian terapeutik diartikan sebagai seseuatu yang
mengandung unsure atau nilai pengobatan.
6. Dasar hukum terjadinya tranbsakssi terapeutik
Perikatan dapat timbul baik karena perjanjian mauoun karena undang – undang.
Demikian pula halnya transaksi atau perjanjian tersebut. Karena pada hakikatnya transaksi
atau perjanjian terapeutik itu sendiri merupakan suatu perikatan, yaitu hubungan hukum
yang terjadi anatara dokter ( tanaga kesehatan ). Dan pasien dalam pelayanan medis.
7. Unsur – unsur perjanjian terapeutik
Perjanjian- perjanjian adalah perikatan yang dilakukakn anatar dokter dan tenaga
kesehatan dengan pasien, berupa hubungan hukum yang melahirkan hak dan kewajiban
bagi kedua belah pihak. Beberapa dengan perjanjian pada umumnya, perjanjian terapeutik
memiliki sifat dan ciri – cirri khusus yang berbeda umumnya, perjanjian pada umumnya.
8. Syarat sah transaksi terapeutik.
Didalam membuat perjanjian para pihak harus memenuhi ketentuan pasal 1320 KUH
perdata tentang syarat sahnya suatu perjanjian yaitu :
 Adanya kata sepakat diantara pihak
 Kecakapan para pihak dalam hukum
 Suatu hal tertentu
 Kausa yang halal
9. Para pihak dalam perjanjian terapeutik.
Objek perjanjian terapeutik adalah pelayanan medis atau upaya penyembuhan.
Menurut permenkes RI No. 585/Men.Kes/Per/IX/1989menyebutkan bahwa pelayan medis
/tindakan medis adalah tindakan yang dilakukan terhadap pasien yang berupa tindakan
diagnostic atau terapeutik.

10. Berakhirnya transaksi terapeutik.


 Sembuhnya pasien
 Dokter
 Pengakhiran oleh pasien
 Meninggalnya pasien
 Sudah selesainya kewajiban dokter atau tenaga kesehatan seperti ditentukaan di dalam
kontrak.
 Didalam kasus gawat darurat, apabila dokter atau tenaga kesehatan yang mengobati
atau dokter (tenaga kesehatan) pilihan pasien sudah dating.
 Lewat langkah waktu, apabila kontrak medis itu ditentukan untuk jangka waktu
tertentu.
 Persetujuan kedua belah pihaak anatar dokter ( tenaga kesehatan ) dan pasiennya
bahwa hubungan tersebut itu sudah diakhiri.

D. Kelebihan.
E. Kelemahan.
F. Penutup.
Bab 8. Etika penelitian kesehatan.

A. Identitas buku
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit : RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit : 2019
Cetakan :2
Jumlah Halaman : 20Halaman
ISBN : 978-602-425-295-3

B. Pendahuluan
Pendahuluan adalah kegiatan untuk memperoleh informasi atau penjelasan tentang
fenomena alam atau sosial, yang direncanakan secara sistematik dengan metode atau cara
cara – cara tertentu. Dari batasan ini jelas, bahwa dalam penelitian ada dua belah pihak
yang berkepentingan pihak pertama adalah pihak yang ingin memperoleh informasi atau
penjelasan, yakni sipeneliti dan pihak yang ingin memperoleh informasi atau pemberi
penjelasan adalah masyarakat atau responden sebagai pihak yang diteliti.
C. Inti ( isi Buku Perbab )
1. Etika penelitian kesehatan masyarakat
Peneliti kesehatan masyarakat pada umumnya menggunakan manusia sebagai objek
yang diteliti disatu sisi, dan sisi yang lain manusia sebagai peneliti atau yang diteliti disatu
sisi, dan sisi yang lain manusia sebagai peneliti atau yang melakukan penelitian hal ini
berarti bahwa ada hubungan tombal balik anatara manusia sebagai peneliti dan manusia
sebagai yang diteliti yang perlu dipertimbangkan . oleh sebab itu, sesuai dengan prinsip
etika maka hubungan anatara kedua belah pihak ini secara etis, atau yang disebut etik
penelitian, adapun status hubungan anatar yang diteliti dalam konteks ini adalah masing –
masing pihak mempunyai hak dan kewajiban.
2. Etika penelitian biomedis
Seperti halnya dengan ilmu – ilmu yang lain, kemajuan ilmu teknologi kedokteran
juga ditentukan oleh penelitian. Dalam ilmu kedokteran kemajuan ilmu dan teknologi ini
diindikasikan dengan penelitian – penelitian biomedis.

D. Kelebihan.
E. Kelemahan.
F. Penutup
Bab 9. Penegakan Hukum Di Bidang Pelayanan Kesehatan.

A. Identitas buku.
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit : RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit : 2019
Cetakan :2
Jumlah Halaman : 29Halaman
ISBN : 978-602-425-295-3

B. Pendahuluan.
Kepastian hukum dalam memberikan perlindungan kepada pasien, serta mempertahankan
dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan oleh tenaga kesehatan
telah ditetapkan oleh berbagai peraturan seperti undang- undang nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan, undang – undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, undang –
undang nomor 8 tahun 1989 tentang perlindungan konsumen, serta kitab undang – undang
hukum pidana serta peraturan pelaksanaan terkait lainnya.
C. Inti ( isi buku Perbab )
1. Lembaga – lembaga profesi.
 Majelis kehormatan etika kedokteran (MKEK)
 Majelis disiplin tenaga kesehatan (MDTK)
 Majels tenaga kesehatan Indonesia (MTKI)
 Majelis kehormatan disiplin kedokteran idonesia (MKDKI)
2. Lembaga – lembaga Non profesi
 Non litigasi ( diluar Pengadilan )
1. Badan penyelesaian sengketa konsumen (BPSK)
2. Forum mediasi pengaduan dan penyelesaian masalah pelayanan kesehatan
 Litigasi ( di dalam pengadilan )
1. Peadilan perdata
2. Peradilan pidana
3. Peradilan tata usaha Negara

3. Penjelasan lembaga – lembaga profesi.


majelis kehormatan etika kedokteran (MKEK) adalah majelis khusus tenaga medis,
sehingga ini berlaku pada kalangan kedokteran.
 Dasar hukum
 Susunan anggota
 Fungsi
 Proses penanganan

4. Penyelesaian lembaga Non-profesi.


1. Non – litigasi ( Di luar Pegadilan ).
 Dasar hukum
 Tugas
 Keanggotaan
 Proses penangkapan kasus
2. Litigasi ( di dalam pengadilan ).
a. Melalui jalur peradilan perdata.
Dasar hukum melalui jalur peradilan perdata ini dapat kita uraikan sebagai berikut.
 Pasal 32 huruf Q undang – undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit.
 Pasal 66 undang – undang nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteraan.
b. Melalui jalur peradilan pidana.
Ketentuan hukum dari gugatan secara pidana terdapat dalam berbagai undang –
undang. Baik kitab undang hukum pidana, maupun pada undang – undang khusus bidang
kesehatan seperti undang – undang nomor 36 tahun 2004 tentang praktik kedokteraan,
undang – undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit dan berbagai undang – undang
bidang kesehatan lainnya yang berlaku khusus.
 Proses penyelesaian perkara pidana tahap pertama bagi dokter dari tenaga kesehatan lainya
( di kepolisian )
 Proses penyelesaian perkara pidana terhadap kedua bagi dokter dan tenaga kesehatan
lainnya ( di kejaksaan).
 Proses penyelesaian perkara pidana tahap ketiga bagi dokter dan tenaga lesehatan lainnya (
di pengadilan).
 Pelaksanan putusan pengadilan
 Upaya hukum

D. Kelebihan.
E. Kelemahan.
F. Penutup
Bab 10 . Malapraktik tenaga kesehatan.

A. Identitas buku
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit : RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit : 2019
Cetakan :2
Jumlah Halaman : 14 Halaman
ISBN : 978-602-425-295-3

B. Pendahuluan
Dalam hukum, malapraktik adalah suatu jenis kelalaian dalam standar profesional
yang berlaku umum, dan pelanggaran atas tugas yang menyebabkan seseorang menderita
kerugian. Hal ini dilakukan oleh seorang profesional ataupun bawahannya, agen atas nama
klien atau pasien yang menyebabkan kerugian bagi klien atau pasien.
C. Inti ( isi buku perbab )
1. Definisi malpraktik.
Malpraktik terdiri dari dua suku kat mal dan praktik, mal berasal dari kata yunani
yang berarti buruk. Sedangkan praktik menurut kamus umum bahas Indonesia berarti
menjalankan perbuatan yang tersebut dalam teori atau menjalankan pekerjaan atau profesi,
jadi malpraktik berarti menjalankan pekerjaan yang buruk kualitasnya.
2. Malpraktik administrasi.
Aspek hukum administrasi menyatakan bahwa tenaga kesehatan yang akan
melakukan praktik baik di institusi kesehatan maupun mandiri wajib memiliki izin yang
dikeluarkan oleh pemerintah.
3. Malpraktik perdata
Ditinjau dari hukum perdata, hubungan hukum yang terjadi antara tenaga kesehatan
dan pasien yaitu hubungan perikatan ( verbintesis ). Dirnana tenaga kesehatan dan pasien
telah mengikat diri dengan kesepakatan – kesepakatan atau perjanjian yang harus dipenuhi
oleh masing – masing pihak.
4. Malpraktik pidana.
Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala
perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni:
 Perlakuan ( aasuhan keperawatan ).
 Sikap batin,
 Mengenai hal akibat.
D. Kelebihan.
E. Kelemahan.
F. Penutup.
Bab 11 . Kesalahan Dan Kelalaian Tenaga Kesehatan.

A. Identitas buku.
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit : RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit : 2019
Cetakan :2
Jumlah Halaman : 10 Halaman
ISBN : 978-602-425-295-3

B. Pendahuluan.
Dalam pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan juga tidak terlepas dari suatu fakta
bahwa sebagai manusia mereka takkan lupu berbuat kesalahan. Kesalahan terjadi pada
setiap pekerjaan, tentu dengan berbagai konsekuensi. Kesalahan tersebut bisa berupa
ketidak berhasilan ( error ) ataupun adanya suatu kelalaian ( negligence ) dalam
menjalankan tugas yang dijalankan. Dibidang kedokteraan dikenal dengan istilah medical
error dan medical negligence. Medical error dan medical negligence mengacu pada
kesalahan dan kelalaian yang terjadi dibidang medis.

C. Inti ( isi buku perbab ).


1. Kesalahan ( error ).
Error adalah sebagai suatu ketidak berhasilan unto menyelesaikan suatu tindakan yang
terencana atau penggunaan suatu rencana yang keliru untuk mencapai tujuan, tetapi tidak
temasuk tindakan yang dilakukan dengan sengaja atau tindakan sembarangan sehingga
mencelakaan pasien.
2. Kelalaian ( negligence ).
Yang dimaksud dengan negligence adalah :
 Negligence adalah suatu sifat yang kurang hati – hati, kurang waspada atau kelalaian
tingkat dasar.
 Negligence is a conduct that’s falls below to generally accepted standart of care of a
resonalby prudent person.
 Negligence dibidang kesehatan adalah ketentuan legal yang terdiri atas 3 unsur : a.
terdapat hubungan aanara tenaga kesehatan dan pasien, b. tenaga kesehatan itu melanggar
kewajibannya, karena tidak memenuhi standar pemberian pelayanan kesehatan, dan c.
pelanggaran ini telah menyebabkan pasien menderita kerugian yang sebenarnya dapat
dibayangkan dan secara wajar dapat dicegah.
 Ada empat unsure kelalaian sebagai tolok ikur didalam hukum pidana yaitu : a.
bertentangan dengan hukum ( wederrechtelijkheid) akibatnya dapat dibayangkan c. akibat
dapat dihindarkan dan d. sehingga perbuataanya dipersalahkan kepadanya.

D. Kelebihan.
E. Kelemahan.
F. Penutup.
Bab 12 . Aspek hukum kesehatan lingkungan .

A. Identitas buku.
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit : RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit : 2019
Cetakan :2
Jumlah Halaman : 15 Halaman
ISBN : 978-602-425-295-3

B. Pendahuluan.
Ilmu Kesehatan Lingkungan mempelajari hubungan interaksi antara masyarakat
dengan lingkungan hidup yang memiliki potensi bahaya (menimbulkan) kesehatan baik
diri maupun masyarakat disebuah wilayah atau kawasan. Baik kawasan permukiman,
kawasan industry, kawasan pariwisata maupun transportasi. Misalnya udara yang tercemar
bahan berbahaya, meminum air yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, makan
makanan menggunakan atau tercampur bahan kimia berbahaya dan lain sebagainya. Itu
semua adalah potensi bahaya kesehatan masyarakat.

C. Inti ( isi buku perbab )


1. Definisi kesehatan lingkungan.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang disekitar baik, berupa benda hidup, benda
mati, benda nyata atau abstrak, termasuk manusia lainnya serta suasana yang termasuk
karena terjadinya interaksi diantara elemen – elemen yang ada dialam.
WHO menjelaskan bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
diperlukan enam usaha dasar kesehatan masyarakat yang terdiri dari
 Pemeliharaan dokumen keshatan
 Pendidikan kesehatan
 Kesehatan lingkungan
 Pemberntasan penyakit menular
 Kesehatan ibu dan anak
 Pelayanan medis dan pelayanan kesehatan

2. Penagruh lingkungan terhadap kesehatan.
Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara spesifik peran lingkunga dalam
terjadinya penyakit dan wabah. Dilihat dari segi ilmu kesehatan lingkungan, penyakit
terjadi karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya, interaksi
manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses, hal ini disebabkan karena
manusia memerlukan daya dukung unsure unsure lingkungan untuk kelangsungan
hidupnya.
3. Ruang lingkup.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan terdiri dari 12 poin yaitu
 Penyediaan air minum
 Pengelolaan dan pembuangan limbah cair, gas dan padat.
 Pencegahan kebisingan
 Mencegah kecelakaan
 Mencegah penyebaran penyakit bawaan air, udara, makanan, dan vector
 Pengelolaan kualitas lingkungan, air, udara, makanan, pemukiman, dan berbahanya.
 Pengelolaan keamanan dan sanitasi transportasi
 Pengelolaan keparawisataan
 Pengelolaaan tempat makan umum
 Pengelolaan pelabuhan
 Mencegah dan member pertolongan pada bencana
 Pengelolaan lingkungan kerja

4. Prinsip pengendalian lingkungan.


Ada 4 prinsip dalam pengendalian lingkunagn yaitu :
 Isolasi
 Mengganti ( substitution )
 Perlindungan ( shielding )
 Perlakuan ( treatment)

5. Pengelolaan kualitas lingkungan.


Agar kualitas lingkungan tidak menurun atau tercemar, maka perlu diadakan
pengawasan, seperti pengelolaan kualitas udara, pengolahan kualitas Air, pemulihan tanah
terkontaminasi, sanitasi makanan. Cara untuk menjaga kualitas lingkungan tersebut
diantaranya yakni:
 Pengelolaan pembuangan kotoran manusia
 Sampah dab pengelolaanya
6. Masalah – masalah kesehatan lingkungan di Indonesia.
Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang umtul
mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sektortekait. Di Indonesia permasalah –
permasalahan dalam lingkuo kesehatan lingkungan antara lain:
 Air bersih
 Kesehatan pemukiman
 Tempat pembuangan sampah
 Serabgga dab binatang pengganggu
 Pencemaran udara
 Pembuangan limbah
 Bencana alam
 Perencanan tata kota dan kebijakan pemerintah.

7. Aspek hukum kesehatan lingkungan.


Sebelum undang – undang kesehatan diberlakukan, telah ada dua undang – undang
yang secara khusus mengatur tengang kesehatan lingkungan yaitu, undang – undang
nomor 11 1962 tentang hygiene dan usaha – usaha bagi umum serta undang – undang
nomor 2 tahun 1966 tentang hygiene.
 Undang – undang nomor 11 tahun 962 tentang hygiene dan usaha – usaha bagi umum
 Undang – undang nomor 2 ttahun 1966 tentang hygiene
 Undang – undang nomor 4 tahun 1982 tentang pokok pokok pengelolaan lingkungan
hidup
 Undang – undang nomor 23 tahun 1992
 Udang – undang nomor 36 tahun 2009

D. Kelebihan.
E. Kelemahan.
F. Penutup.
Bab 13. Aspek Hukum Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

A. Identitas buku
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit :RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit :2019
Cetakan :2
Jumlah Halaman :- Halaman
ISBN :978-602-425-295-3

B. Pendahuluan
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3, terkesan rancu apabila disebut keselamatan dan
kesehatan kerja) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan,
dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Tujuan
K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. K3 juga
melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga mungkin
terpengaruh kondisi lingkungan kerja.

C. Inti ( isi buku Perbab )


1. Definisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
Setiap tahun tercatat kecelakaan terjadi ditempat kerja. Pada tahun 2007 menurut
jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang mengakibatkan 1.451 orang meninggal 5.326
orang tercatat tetap dan 58.697 orang cedera data kecelakaan tersebut mencakup seluruh
perusahaan yang menjadi anggota jamsostek dengan jumblah peserta sekitar 7 juta orang
atau sekitar 10% dari seluruh pekerja di Indonesia.
2. Tujuan K3
Secara umum tujuan k3 adalah untuk menciptakaan tenaga kerja yang sehat dan
produktif. Selain itu, untuk menciptakaan lingkungan kerja yang higienis, aman, dan
nyaman yang dikelola oleh tenaga kerja sehingga sehat, selamat, dan produktif.
Sementara itu, para ahli ada yang membedakan tujuan k3 berdasarkan keselamatan kerja.
Tujuan keselamatan kerja adalah untuk melindungi :
 Melindungi pekerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.
 Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berbeda di tempat kerja serta
 Memelihara dan menggunakan sumber produksi secara aman dan efisien.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi k3.
Secara garis besar, faktor yang perlu mendapat perhatian dalam k3 yaitu:
 Lingkungan kerja
 Peralatan yang digunakan
 Bahan yang digunakan
 Keadaan dan kondisi tenaga kerja dan
 Metode kerja
4. Kecelakaan kerja
Kecelakaan adalah kejadiaan yang tidak terduga, tidak di kehendaki dan
menimbulkan akibat yang buruk. Bertolak dari pemikiran ini maka sesungguhnya
kecelakaan itu dapat dihindari dengan cara melakukan upaya – upaya pencegahan,
sehingga dengan demikian akibat yang lebih buruk yang mungkin akan terjadi di masa
depan itu menjadi tidak pernah terjadi sama sekali.
5. Penyakit kerja
Penyakit akibat kerja, di lain sisi, didefinisikan sebagai penyakit yang timbul dan
diderita oleh tenaga kerja dalam pekerjaannya, setelah terbukti bahwa sebelum bekerja
tenaga kerja tidak mengalami gangguan kesehatan atau terkena penyakit tersebut. Komite
gabungan ILO dan WHO mengenai occupational health pada tahun 1989 menyatakan
bahwa work-related disease, namun juga meliputi penyakit lain yang disebabkan oleh
lingkungan kerja dan performasi kerja yang berkontribusi secara signifikan sebagai satu
dari beberapa faktor kausatif.
6. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)
Menurut peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi nomor 05 tahun 1996
tentang audit system manajemen pasal 1 point, system manajemen secara keseluruhan
yang meliputi struktur organisasi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur
proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan pencapaian,
pengajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja
yang aman, efisien, dan produktif.
7. Aspek hukum keselamatan dan kesehatan kerja.
Penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dalam perusahan akan
selalu terkait dengan landasan hukum penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) itu sendiri. Landasan hukum penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) itu sendiri. Landasan hukum tersebut memberikan kebijakan yang jelas mengenai
aturan yang menentukan bagaimana keselamatan dan kesehatan kerja (K3) harus
diterapkan.

D. Kelebihan.
E. Kelemahan.
F. Penutup.
Bab 14. Aspek Hukum Penyakit Menular.

A. Identitas buku.
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit : RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit : 2019
Cetakan :2
Jumlah Halaman : 15 Halaman
ISBN : 978-602-425-295-3

B. Pendahuluan.
Penyakit menular merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme,
seperti virus, bakteri, parasit, atau jamur, dan dapat berpindah ke orang lain yang sehat.
Beberapa penyakit menular yang umum di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian
vaksinasi serta pola hidup bersih dan sehat.

C. Inti ( isi buku perbab )


1. Pengertian penyakit menular
Menurut notoatmojo (2010), penyakit menular ( communicable disease adalah
penyakit yang dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Penyakit menular ini ditandai dengan adanya organ atau penyebab
penyakit yang hidup dan dapat berpindah, patogen adalah organism atau substansi seperti
bakteri, virus atau parasit yang menimbulkan penyakit. Suatu penyakit dapat menular dari
orang yang satu ke orang yang lain arena 3 faktor berikut yaitu : agent ( penyebab
penyakit ), host ( induk semang) dan routate of transmission ( jalannya penularan).
2. Cara penularan penyakit.
Penularan penyakit merupakan mekanisme dimana penyakit infeksi ditularkan dari
sumber atau reservoir kepada seseorang. Cara penularan merupakan gambaran mekanisme
bagaimana agen penyebab bisa menular kepada manusia mekanisme ini bisa langsung,
tidak langsung atau melalui udara.
 Penularan langsung
 Penularan tidak langsung
 Penularan melalui udara
3. Jenis – jenis penyakit menular.
Jenis – jenis penyakit menular telah diatur dalam peraturan menteri kesehatan
republic Indonesia nomor 1501 tahun 2010. Tentang jenis penyakit menular tertentu yang
dapt menimbulkan wabah dan upaya penanggulangannya pada pasal 4 ayat (1), berbunyi “
jenis – jenis penyakit menular tertentu yang dapat menimbulkan wabah adalah sebagai 1.
Kolera 2. Pes 3. Demam berdarah dengue 4. Campak 5. Polio 6. Difteri 7. Pertusis 8.
Rabies 9. Malaria 10. Avia influenza H5N1 11. Antraks 12. Leptospirosis 13. Hepatitis 14.
Influenza A baru ( H1N1 )
15. meningitis 16. Yellow fever 17. Chikungunya.
4. Wabah dan penanggulangan penyakit menula.
Wabah merupakan kejadian berjangkitnya suatu penyakkit menular dalam masyarakat
yang jumblah penderitanya meningkat secaraa nyata melebihi dari pada keadaanya yang
lazim pada waktu dan daerah tertentu yang dapat menimbulkan malapetaka. Adapun yang
dimaksud kejadian luar biasa yaitu timbulnya atau meningkatkan kejadiannya kesakitan
dan atau kemaian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daeran dalam kurun
waktu tertentu dan merupakan kejadian yang dapt menjerumus pada terjadinya wabah.
5. Penyakit menular seksual
PMS dikenal dengan sebutan penyakit akibat hubungan seksual ( PHS) atau sexually
transmitted diseases ( STDs) merupakan penyakit yang mengenai organ reproduksi laki
laki atau prempuan, terutama akibat hubungan seksual dengan orang yang sudah terjangkit
penyakit kelamin, biasanya menyebabkan penderita, kemandulan dan kematian gejala
penyakit ini mudah dikenali, dilihat dan dirasakan pada laki laki sedangkan pada
perempuan sebagian besar tanpa gejala sehingga sering tidak disadari.
D. Kelebihan.
E. Kelemahan.
F. Penutup.
Bab 15. Aspek Hukum Pengobatan Tradisional.

A. Identitas buku
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit : RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit : 2019
Cetakan :2
Jumlah Halaman : 9 Halaman
ISBN : 978-602-425-295-3

B. Pendahuluan
Pengobatan tradisional adalah obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-
temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan
setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Menurut penelitian masa
kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan, dan kini digencarkan
penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun
ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena menurut
beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bisa dicerna
oleh tubuh.

C. Inti ( isi Buku Perbab )


1. Pengertian.
Penyembuhan atau pengobatan tradisional sudah lama dikenal di kalangan
masyarakat, jauh sebelum kedokteraan modern masuk ke Indonesia. System pengobatan
tradisional merupakan salah satu unsur budaya yang selama ini tumbuh daan berkembang
serta terpelihara secara turun temurun dikalangan masyarakat, baik masyarakat perkotaan
maupun masyarakat pedesaan sebagai warisan pusaka nusantara.

2. Klasifikasi dan jenis pengobatan tradisional


Berdasarkan keputusan menteri kesehatan nomor 1076 tahun 2003 tentang
penyelenggaraan pengobatan tradisional, klasifikasi dan jenis pengobatan tradisional yaitu:
a. Battra keterampilan adalah seseorang yang melakukan pengobatan dan/atau perawatan
tradisional berdasarkan keterampilan fisik dengan menggunakan anggota gerak
dan/atau alat bantu lain, antara lain:
 Battra pijat urut  Battra pijat refleksi
 Battra patah tulang  Akupresuris
 Battra sunat  Akupunkturis
 Battra dukun  Chiropractor

b. Battra ramuan adalah seseorang yang melakukan pengobatan dan/ atau perawaatan
tradisional dengan menggunakan obat / ramuan tradisonal yang berasal dari tanaman
(flora), fauna, bahan mineral, air, dan bahan alam lain, antara lain:
 Battra ramuan (jamu)
 Battra gurah
 Shinshe
 Tabib
 Homoeopath
 Aromatherapist

c. Battra supranatural adalah seseorang yang melakukan pengobatan atau perwatan


tradisional dengan menggunakan tenaga dalam, mediasi, olah pernapasan, indera keenam,
(pewaskita ), kebatinan antara lain.
 Tenaga dalam (prana)
 Battra paranormal
 Reiky master
 Qigong
 Batrra kebatinan
3. Obat tradisional.
Menurut undang – undang republic Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, hewan,
bahan mineral, sediaan sarian atau campuran bahan tersebvut yang secara turun temurun
telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman serta dapat diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku dimasyarakat. Obat tradisional sering dipakai untuk
pengobataan penyakit yang belum ada obatnya atau pada keadaan mendesak dimana obat
jadi tidak tersedia atau karena tidak terjangkau oleh daya beli beli masyarakat .
4. Aspek hukum penyelenggaraan pengobatan tradisional
Menurut undang – undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pelayanan
kesehatan tradisional adalah pengobatan dan perawatan dengan cara dan obat yang
mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat.
d. Kelebihan.
e. Kelemahan.
f. Penutup.
Bab 16. Aspek Hukum Reproduksi Manusia

A. Identitas buku
Judul Buku : Etika Dan Hukum Kesehatan ( Edisi Revisi )
Penulis : Reni Agustina Harahap, S.ST.,MKes.
Penerbit : RajaGrafindo Persada
Tahun Terbit : 2019
Cetakan :2
Jumlah Halaman : 25 Halaman
ISBN : 978-602-425-295-3

B. Pendahuluan
Reproduksi manusia adalah segala bentuk reproduksi seksual yang menghasilkan
fertilisasi manusia. Ini biasanya melibatkan hubungan seksual antara seorang pria dan
seorang wanita. Selama hubungan seksual, interaksi antara sistem reproduksi pria dan
wanita menghasilkan pembuahan sel telur wanita oleh sperma pria.

C. Inti ( isi buku Perbab )


1. Bayi tabung
Bereproduksi merupakan salah satu hak asasi manusia yang paling awal. Sejak jaman
pembentukan manusia, manusia sudah melakukan kegiatan reproduksi. Salah satu yang
paling controversial adalah teknik reproduksi buatan. Meskipun pelaksanaanya sudah
berjalan sekitar 2-3 dekade ini, namu kontroversi di dalamnya masih terjadi sampai hari
ini beberapa nilai yang masih pelu mendapat kajian khusus adalah aspek ilmu
pengetahuan, etika dan moral, serta hukum.
2. Reproduksi cloning
Klonig berasal dari bahasa inggris yaitu cloning. Beberapa pendapat yang lain
mengatakan bahwa cloning berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata klon yang berarti
tangkai. Klon sebagai kata benda berarti suatu individu yang dihasilkan secara aseksual,
suatu individu yang berasal dari sel somatic tunggal orang tuanya dan secara genetic
identik. Klon dalam kata kerja adalah suatu populasi sel atau organism, ada dua jenis
cloning yaitu cloning teraputik dan cloning reproduksi. Cloning terapeutik melibatkan sel
– sel cloning dari orang dewasa untuk digunakan dalam kedokteran dan merupakan bidang
penelitian aktif. Cloning reproduksi akan melibatkan pembuatan manusia dengan genetik
yang identik.
 Sejarah cloning manusia
 Aspek etika kloning
 Aspek hukum kloning

3. Aborsi
Secara medis, aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum
kandungan mencapai usia 20 minggu atau beat bayi kurang dari 500 g, yaitu sebelum janin
dapat hidup diluar kandungan secara mandiri. Abortus adalah kehamilan yang berhenti
prosesnya pada umur kehamilan dibawah 20 minggu, atau berat fesus yang lahir 500 gram
atau kurang. Aborsi berarti terhentinya kehamilan yang terjadi diantara saat tertanamnya
sel telur yang sudah (blastosit) dirahim sampai kehamilan 28 minggu.
Berikut ini adalah uraian peraturan abortus provocatus yang terdapat dalam pasal – pasal
tersebut.
 Bab XIV KUHP : Pasal 229  Pasal 75
 Bab XIV KUHP : Pasal 346 KUHP  Pasal 76
 Pasal 347 KUHP  Pasal 77
 Pasal 348 KUHP  Pasal 194
 Pasal 349 KUHP

D. Kelebihan.
E. Kelemahan.
F. Penutup.

Anda mungkin juga menyukai