DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 6 :
DESSY DWI SARASWATI
MORY YUHEFRYADI
SELFI ALFIZARI
VERA BONITA LUMBANGAOL
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Makalah Ekuitas Terhadap Pelayanan Kesehatan yang disusun oleh kelompok 6”
tepat pada waktunya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
2.1. Pengertian Equity dan Equality..........................................................................3
2.2. Ekuitas Dalam Pelayanan Kesehatan..................................................................4
2.3. Ekuitas Dalam Pelayanan Kesehatan di Indonesia...................................................6
2.4. Ekuitas di Era Jaminan Kesehatan Nasional........................................................7
2.4.1. Tantangan Ekuitas dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional...........................7
2.5. Harapan Terhadap Ekuitas Pelayanan Kesehatan..............................................9
2.6. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meraih ekuitas pelayanan kesehatan
10
BAB III...............................................................................................................................11
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................11
3.2. Saran................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi setiap umat manusia, dan kita dapat
mengartikannya sebagai suatu keadaan dimana seseorang dapat melakukan
1
kegiatannya sehari-hari secara normal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
yang berupa kebutuhan biopsikososiospiritual, seperti yang diamanatkan oleh
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, sudah seharusnya
menjadi kewajiban Pemerintah Indonesia dalam mengupayakan pembangunan
kesehatan yang berlandaskan keadilan (equity) bagi seluruh rakyat Indonesia.
1.3. Tujuan
a. Mengetahui apa itu Equity dan Equality
b. Mengetahui Ekuitas Dalam Pelayanan Kesehatan.
c. Mengetahui Ekuitas Dalam Pelayanan Kesehatan di Indonesia.
d. Mengetahui Ekuitas di Era Jaminan Kesehatan Nasional.
e. Mengetahui harapan terhadap Ekuitas Pelayanan Kesehatan.
f. Apa upaya yang dilakukan pemerintah dalam meraih ekuitas pelayanan
kesehatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dua dimensi ekuitas dalam pelayanan kesehatan yaitu:
4
Ekuitas dalam pembiayaan kesehatan bisa digunakan untuk mengukur
derajat kecenderungan dampak akibat pembiayaan kesehatan
Ekuitas dalam pemberian subsidi kesehatan bisa digunakan untuk
mengukur derajat kecenderungan penerima manfaat dari pelayanan
kesehatan.
5
3. Kualitas pelayanan kesehatan yang sama Pemberi Pelayanan Kesehatan
memiliki komitmen yang sama dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
seluruh masyarakat sesuai dengan standar yang diterapkan.
6
pelayanan fasilitas kesehatan yang ada karena jarak fasilitas kesehatan
jauh dari tempat tinggal mereka yang mengharuskan masyarakat
menggunakan transportasi sehingga menimbulkan biaya kesehatan
tambahan.
7
belum memiliki kartu identitas penduduk, jadi semua warga negara
dapat merasakan pelayanan dari BPJS.
kedua berhubungan dengan kemudahan akses pelayanan. Seharusnya
peserta JKN bisa mendapatkan pelayanan di mana saja di seluruh
wilayah Indonesia tanpa adanya penolakan dari tepat pelayanan
kesehatan.
ketiga adalah tentang pembagian wilayah rujukan. Program JKN
melaksanakan pemberian peayanan kesehatannya dengan cara
bertingkat mulai dari pelayanan primer sampai ke pelayanan tersier
atau sistem rujukan. Hal ini berlaku di beberapa tempat di Indonesia.
Sistem rujukan semacam ini dirasakan kurang pas untuk pasien yang
akan memaki tempat pelayanan kesehatan. Masalah mengenai rujukan
ini dalam beberapa hal dapat memperburuk keadaan penyakit yang
diderita dan dapat menambah biaya transport peserta. Solusi untuk
masalah rujukan ini sebaiknya digunakan konsep jangkauan terhadap
tempat pelayanan kesehatan dan kemampuan fsilitas kesehatan dalam
memberikan pelayanan.
Keempat Kriteria gawat darurat (emergency), Hal ini terjadi karena
belum ada aturan yang jelas mengenai pengelompokan keadaan
emergency
Kelima Kelas perawatan, Kelas perawatan rawat untuk inap dipandang
kurang cocok dengan yang diamanatkan oleh UU SJSN dan UU BPJS.
Dalam peraturan tersebut dengan menyebutkan bahwa ruang untuk
pasien rawat inap disesuaikan dengan tanggungannya. Diskriminasi
pelayanan kesehatan dirasakan karena adanya perbedaan kelas di
rumah sakit dan juga adanya pembiayaan yang berbeda sesuai dengan
kelas ruangan di rumah sakit. Hal ini tidak sesuai dengan dengan
prinsip keadilan sosial dan kemanusiaan.
Keenam adalah tentang ketersediaan. Pendapat dari DJSN bahwa dafar
obat yang ada tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam pelayanan
kesehatan yang diberikan. Jadi daftar obat yang ada bukan merupakan
satu-satunya cara untuk pengadaan obat karena masih ada jalan lain
8
yang dapat dilakukan supaya pelyanan dapat berjlan dengan baik. Jenis
obat yang tidk ada di daftar harganya dapat mengacu pada harga pasar,
karena itu perlu dilakukan peninjauan ulang untuk peraturan yang
mengaturnya.
Ketujuh berhubungan dengan jenis biaya INA-CBGs. Hal ini
menimbulkan permasalahan pada mutu layananan yang menjadi
rendah dan tidak merata. Untuk mengatasi masalah biaya, pemerintah
perlu membuat rentang biaya yang akan dijadikan dasar kesepakatan
dengan pemberi layanan kesehatan.
Kedelapan, yang menjadi permasalahan juga tentang jasa pelayanan di
RS pemerintah. Pengaturan pembagian jasa medis yang berlaku selama
ini di rumah sakit
9
sumber-sumber pendapatan negara yang bisa digunakan untuk pembiayaan
jaminan sosial seluruh warga negara. Kedepan diharapkan upaya percepatan
pencapaian target SDGs menjadi prioritas pembangunan nasional yang
memerlukan sinergis kebijakan perencanaan dari tingkat Pusat hingga Daerah.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ekuitas pelayanan kesehatan menyangkut penerima layanan atau
pasien atau costumer, provider yaitu profesional investor yang terdiri dari
public maupun private dan pemerintah. Ekuitas mencakup akses yang sama
terhadap pelayanan kesehatan untuk kebutuhan yang sama dan pemanfaatan
yang sama. Peran pemerintah dalam equity pelayanan kesehatan adalah
dengan menyediakan pelayanan kesehatan, menjamin hak asasi untuk hidup
sehat, subsidi serta pembiayaan kesehatan. Penilaian kinerja terhadap
pelayanan kesehatan dilihat dari efektifitas, efisiensi dan ekuitas.
3.2. Saran
Ekuitas terhadap pelayanan kesehatan masih menjadi isu hangat
sehingga perlu upaya perbaikan dari segi supplay maupun demand. Ekuitas
terhadap akses pelayanan kesehatan merupakan tantangan yang dihadapi oleh
banyak negara di dunia. Hal ini dapat tercapai jika pelayanan kesehatan
terdistribusi menurut geografi, sosial ekonomi dan kebutuhan masyarakat.
Perbaikan dari segi kebijakan dan penelitian terkait perlu terus ditingkatkan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Perpres RI. (2012), Peraturan Presiden RI No.72 Tahun 2012 tentang SKN,
jakarta.
12
UUD Negara RI Tahun 1945
13