Anda di halaman 1dari 49

MODUL

PEMBIAYAAN DAN
PENGANGGARAN KESEHATAN
Oleh Nisrina Luthfi Rhosidah

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
2018
i|Page
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan


Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan Buku Materi Ajar Pembiayaan
dan Penganngaran Kesehatan untuk mahasiswa
Program Studi Ilmu Kesehatan Mayarakat ini
dengan baik dan tepat waktu. Buku materi ini
disusun untuk memenuhi ketentuan kegiatan
perkuliahan Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat UNIVET BANTARA SUKOHARJO.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang terlibat dalam
penyusunan buku ini. Penulis menyadari masih
terdapat kekurangan dalam buku ini, tetapi
penulis meyakini bahwa sekecil apapun buku
ini tetap memberikan manfaat. Kritik dan
saran terhadap penyempurnaan buku ini sangat
diharapkan. Semoga Buku Materi ini dapat
memberi manfaat bagi mahasiswa khususnya
mahasiswa Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat
dan umumnya bag semua pihak yang
membutuhkan. Terimakasih.

Penulis

ii | P a g e
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ............................................................................... i

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

BAGIAN 1 PENDAHULUAN ................................................................ 1

A. Definisi Pembiayaan Kesehatan ....................................................... 1

B. Tujuan Pembiayaan Kesehatan ....................................................... 3

C. Sumber Biaya Kesehatan ..................................................................3

D. Macam Biaya Kesehatan ....................................................................6

E. Prinsip Subsistem Pembiayaan Kesehatan ....................................7

F. Syarat Pokok dan Fungsi Pembiayaan Kesehatan ....................... 8

G. Masalah Pokok Pembiayan Kesehatan dan

Upaya Penyelesaiannya ......................................................................13

H. Penganggaran Pelayanan Kesehatan ............................................ 19

BAGIAN 2 MODEL DAN STRATEGI PEMBIAYAAN

KESEHATAN ........................................................................................... 20

A. Model Pembiayaan Kesehatan ......................................................... 20

iii | P a g e
B. Strategi Pembiayaan Kesehatan ..................................................... 21

BAGIAN 3 ANALISIS BIAYA ................................................................ 23

A. Definisi Biaya ......................................................................................... 23

B. Jenis-jenis Biaya ................................................................................... 23

BAGIAN 4 PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ......................... 28

A. Definisi Pengelolaan Keuangan Daerah ........................................ 28

B. APBD ........................................................................................................ 29

C. Kinerja Buruk Pemerintah Daerah Dalam Pengelolaan

Keuagan Daerah ................................................................................. 29

D. Peran dan Fungsi Pengelolaan Keuangan Daerah ...................... 33

E. Prinsip Manajemen Keuangan Daerah ........................................... 34

F. Prinsip Penting Dalam Mengelola Keuangan Daerah ................ 35

DAFTAR PUSTAKA

iv | P a g e
BAGIAN PERTAMA
PENDAHULUAN

A. DEFINISI PEMBIAYAAN KESEHATAN


Biaya Kesehatan ialah besarnya dana yang
harus di sediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat. (Azrul Azwar : 1996) .
Sistem pembiayaan kesehatan yaitu suatu
sistem yang mengatur tentang besarnya alokasi dana
yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan
atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Subsistem Pembiayaan Kesehatan adalah
tatanan yang menghimpun berbagai upaya
penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan
sumber daya keuangan secara terpadu dan saling
mendukung untuk memenuhi kebutuhan
pembiayaan pembangunan kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Dari beberapa pendapat mengenai
Pembiayaan Kesehatan diatas, terlihat bahwa biaya
kesehatan dapat ditinjau dari 2 sudut, yaitu :

1. Penyedia Pelayanan Kesehatan


1|Page
Biaya kesehatan dari sudut penyedia pelayanan
(health provider) adalah besarnya dana yang
harus disediakan untuk dapat
menyelenggarakan upaya kesehatan secara
paripurna.
Health Provider = pemerintah, swasta
2. Pemakai Jasa Pelayanan
Biaya kesehatan dari sudut pemakai jasa
pelayanan (health consumer) adalah besarnya
dana yang harus disediakan untuk dapat
memanfaatkan jasa pelayanan. Biaya kesehatan
di sini menjadi persoalan utama para pemakai
jasa pelayanan. Dalam batas-batas tertentu,
pemerintah berkewajiban menjamin
pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat yang membutuhkan
Health consumer = masyarakat pengguna jasa
pelayanan

Kesimpulannya, besarnya dana bagi penyedia


pelayanan lebih menunjuk pada seluruh biaya
investasi (investment cost) serta seluruh biaya
operasional (operational cost) yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Sedangkan besarnnya dana bagi pemakai jasa
pelayanan lebih menunjuk pada jumlah uang yang
harus dikeluarkan (out of pocket) untuk dapat
memanfaatkan suatu upaya kesehatan.

2|Page
Secara umum disebutkan apabila total dana
yang dikeluarkan oleh seluruh pemakai jasa
pelayanan, dan arena itu merupakan pemasukan
bagi penyedia pelayan kesehatan (income) adalah
lebih besar daripada yang dikeluarkan oleh penyedia
pelayanan kesehatan (expenses), maka berarti
penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut
mengalami keuntungan (profit). Tetapi apabila
sebaliknya, maka berarti penyelenggaraan upaya
kesehatan tersebut mengalami kerugian (loss).

B. TUJUAN PEMBIAYAAN KESEHATAN


Tujuan pembiayaan kesehatan adalah
tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah
yang mencukupi, teralokasi secara adil dan
termanfaatkan secara berhasil-guna dan berdaya-
guna, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

C. SUMBER BIAYA KESEHATAN


Sumber biaya kesehatan tidaklah sama antara
satu negara dengan negara lain. Secara umum
sumber biaya kesehatan dapat dibedakan sebagai
berikut :

1. Bersumber dari anggaran pemerintah

3|Page
Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan
pelayanan kesehatan sepenuhnya ditanggung
oleh pemerintah. Pelayanannya diberikan secara
cuma-cuma oleh pemerintah sehingga sangat
jarang penyelenggaraan pelayanan kesehatan
disediakan oleh pihak swasta. Untuk negara yang
kondisi keuangannya belum baik, sistem ini sulit
dilaksanakan karena memerlukan dana yang
sangat besar.
Contohnya :
 Dana dari pemerintah pusat dan provinsi,
Pemerintahan pusat dan dana dekonsentrasi,
dana program kompensasi BBM dan ABT,
Pemerintah provinsi melalui skema dana
provinsi (PAD ditambah dana desentralisasi
DAU provinsi dan DAK provinsi)
 Pemerintah kabupaten atau kota melalui
skema dana kabupaten atau kota (PAD
ditambah dana desentralisasi DAU kabupaten
atau kota dan DAK kabupaten atau kota)
 Keuntungan badan usaha milik daerah
Penjualan aset dan obligasi daerah.
 Hutang pemerintah daerah
2. Bersumber dari anggaran masyarakat
Dapat berasal dari individual ataupun
perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar
masyarakat (swasta) berperan aktif secara
mandiri dalam penyelenggaraan maupun
4|Page
pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak
adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh pihak swasta, dengan fasilitas dan
penggunaan alat-alat berteknologi tinggi disertai
peningkatan biaya pemanfaatan atau
penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan
kesehatan tersebut. Contohnya CSR atau
Corporate Social Reponsibility) dan pengeluaran
rumah tangga baik yang dibayarkan tunai atau
melalui sistem asuransi.
Dana yang bersumber dari swasta anatara lain :
- Perusahaan swasta
- Lembaga swadaya masyarakat
- Dana kemanusiaan (charity)
3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri
Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya
untuk penatalaksanaan penyakit-penyakit
tertentu cukup sering diperoleh dari bantuan
biaya pihak lain, misalnya oleh organisasi sosial
ataupun pemerintah negara lain. Misalnya
bantuan dana dari luar negeri untuk penanganan
HIV dan virus H5N1 yang diberikan oleh WHO
kepada negara-negara berkembang (termasuk
Indonesia).
4. Gabungan anggaran pemerintah dan
masyarakat
Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-
negara di dunia karena dapat mengakomodasi

5|Page
kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber
pembiayaan kesehatan sebelumnya. Tingginya
biaya kesehatan yang dibutuhkan ditanggung
sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan
layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga
menuntut peran serta masyarakat dalam
memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan
dengan mengeluarkan biaya tambahan.

D. MACAM BIAYA KESEHATAN


Biaya kesehatan secara umum dapat dibedakan
atas dua macam yakni :
1. Biaya pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam
kelompok pelayanan kedokteran (medical
service) ditandai dengan cara pengorganisasian
yang dapat bersifat sendiri (soslo practice) atau
secara bersama-sama dalam satu organisasi
(institution), tujuan utamanya untuk
menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan, serta sasarannya terutama untuk
perseorangan dan keluarga.
2. Biaya pelayanan kesehatan masyarakat
Biaya yang dimaksudkan di sini adalah biaya
yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan dan
atau memanfaatkan pelayanan kesehatan
masyarakat yakni yang tujuan utamanya untuk

6|Page
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
untuk mencegah penyakit.

E. PRINSIP SUBSISTEM PEMBIAYAAN


KESEHATAN
Penyelenggaraan Subsistem Pembiayaan Kesehatan
mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup
tersedia dan dikelola secara berdaya-guna, adil
dan berkelanjutan yang didukung oleh
transparansi dan akuntabilitas.
2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perorangan bagi masyarakat rentan
dan keluarga miskin.
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan
upaya kesehatan perorangan yang terorganisir,
adil, berhasil-guna dan berdaya-guna melalui
jaminan pemeliharaan kesehatan baik
berdasarkan prinsip solidaritas sosial yang wajib
maupun sukarela, yang dilaksanakan secara
bertahap.
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan
kesehatan diupayakan melalui penghimpunan
secara aktif dana sosial untuk kesehatan (misal:
dana sehat) atau memanfaatkan dana
masyarakat yang telah terhimpun (misal: dana

7|Page
sosial keagamaan) untuk kepentingan
kesehatan.
5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan
pembelanjaan pembiayaan kesehatan di daerah
merupakan tanggung jawab pemerintah daerah.
Namun untuk pemerataan pelayanan kesehatan,
Pemerintah menyediakan dana perimbangan
(maching grant) bagi daerah yang kurang
mampu.

F. SYARAT POKOK DAN FUNGSI PEMBIAYAAN


KESEHATAN
Suatu biaya kesehatan yang baik haruslah
memenuhi beberapa syarat pokok yakni :
1. Jumlah
Tersedianya dana dalam jumlah yang cukup,
dalam arti mencukupi untuk membiayai
penyelenggaraan seluruh upaya kesehatan yang
dibutuhkan, serta tidak menyulitkan masyarakat
yang memanfaatkannya
2. Penyebaran
Berupa penyebaran dana yang harus sesuai
dengan kebutuhan. Apabila dana yang tersedia
tidak dialokasikan dengan baik tentu akan
menyulitkan pengelenggaraan setiap uapaya
kesehatan.

8|Page
3. Pemanfaatan
Alokasi dana pelayanan disesuaikan dengan
tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan.
Upaya yang dapat dilakuakan untuk dapat
melaksanakan syarat-syarat pokok tersebut, yaitu :
 Peningkatan Efektivitas
Peningkatan efektifitas dilakukan dengan
mengubah penyebaran atau alokasi penggunaan
sumber dana. Alokasi dana lebih diutamakan pada
upaya kesehatan yang menghasilkan dampak
yang lebih besar, misalnya lebih mengutamakan
upaya pencegahan daripada pengobatan penyakit.
 Peningkatan Efisiensi
Peningkatan efisiensi dilakukan dengan
memperkenalkan berbagai mekanisme
pengawasan dan pengendalian. Mekanisme
tersebut meliputi :
a. Standar minimal pelayanan yang memiliki
tujuan untuk menghindari pemborosan.
- Standar minimal sarana, misalnya
standar minimal rumah sakit dan standar
minimal laboratorium.
- Standar minimal tindakan, misalnya tata
cara pengobatan dan perawatan
penderita, serta daftar obat-obat esensial.
Dengan adanya standar minimal pelayanan,
diharapkan pemborosan dapat dihindari dan

9|Page
dengan demikian tingkat efisiensinya dapat
lebih ditingkatkan. Selain itu, dengan adanya
standar minimal pelayanan ini dapat pula
dipakai sebagai pedoman dalam menilai
mutu pelayanan kesehatan.
b. Kerjasama antar berbagai sarana pelayanan
kesehatan merupakan bentuk lain yang
diperkenalkan guna meningkatkan efisiensi
pelayanan kesehatan/
- Kerjasama institusi, misalnya sepakat
secara bersama-sama membeli peralatan
kedokteran yang mahal dan jarang
dipergunakan. Dengan demikian, dapat
lebih menghemat dana yang tersedia
serta dapat pula digunakan dalam
menghindari penggunaan peralatan yang
rendah, sehingga tingkat efisiensinya juga
akan meningkat.
- Kerjasama sistem, misalnya sistem
rujukan, yaitu adanya hubungan timbal
balik kerjasama antara satu sarana
kesehatan dengan sarana kesehatan yang
lain.

Fungsi pembiayaan kesehatan antara lain :


a. Penggalian dana
1) Penggalian dana untuk Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM).

10 | P a g e
Sumber dana untuk UKM terutama
berasal dari pemerintah baik pusat
maupun daerah, melalui pajak umum,
pajak khusus, bantuan dan pinjaman
serta berbagai sumber lainnya. Sumber
dana lain untuk upaya kesehatan
masyarakat adalah swasta serta
masyarakat. Sumber dari swasta
dihimpun dengan menerapkan prinsip
public-private patnership yang
didukung dengan pemberian insentif,
misalnya keringanan pajak untuk setiap
dana yang disumbangkan. Sumber dana
dari masyarakat dihimpun secara aktif
oleh masyarakat sendiri guna
membiayai upaya kesehatan
masyarakat, misalnya dalam bentuk
dana sehat atau dilakukan secara pasif
yakni menambahkan aspek kesehatan
dalam rencana pengeluaran dari dana
yang sudah terkumpul di masyarakat,
contohnya dana sosial keagamaan.
2) Penggalian dana untuk Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) berasal
dari masing-masing individu dalam
satu kesatuan keluarga. Bagi
masyarakat rentan dan keluarga
miskin, sumber dananya berasal dari

11 | P a g e
pemerintah melalui mekanisme
jaminan pemeliharaan kesehatan wajib.
b. Pengalokasian dana
1) Alokasi dana dari pemerintah yakni
alokasi dana yang berasal dari
pemerintah untuk UKM dan UKP
dilakukan melalui penyusunan anggaran
pendapatan dan belanja baik pusat
maupun daerah sekurang-kurangnya
5% dari PDB atau 15% dari total
anggaran pendapatan dan belanja setiap
tahunnya.
2) Alokasi dana dari masyarakat yakni
alokasi dana dari masyarakat untuk
UKM dilaksanakan berdasarkan asas
gotong royong sesuai dengan
kemampuan. Sedangkan untuk UKP
dilakukan melalui kepesertaan dalam
program jaminan pemeliharaan
kesehatan wajib dan atau sukarela.
c. Pembelanjaan
1) Pembiayaan kesehatan dari pemerintah
dan public-private patnership digunakan
untuk membiayai UKM.
2) Pembiayaan kesehatan yang terkumpul
dari Dana Sehat dan Dana Sosial
Keagamaan digunakan untuk
membiayai UKM dan UKP.

12 | P a g e
3) Pembelajaan untuk pemeliharaan
kesehatan masyarakat rentan dan
kesehatan keluarga miskin dilaksanakan
melalui Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan wajib.

G. MASALAH POKOK PEMBIAYAAN KESEHATAN


DAN UPAYA PENYELESAIANNYA
Adapun berbagai masalah tersebut jika ditinjau
dari sudut pembiayaan kesehatan secara sederhana
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kurangnya dana yang tersedia
Di banyak negara terutama di negara yang
sedang berkembang, dana yang disediakan
untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
tidaklah memadai. Rendahnya alokasi anggaran
ini kait berkait dengan masih kurangnya
kesadaran pengambil keputusan akan
pentingnya arti kesehatan. Kebanyakan dari
pengambilan keputusan menganggap pelayanan
kesehatan tidak bersifat produktif melainkan
bersifat konsumtif dan karena itu kurang
diprioritaskan.
2. Penyebaran dana yang tidak sesuai
Masalah lain yang dihadapi ialah penyebaran
dana yang tidak sesuai, karena kebanyakan
justru beredar di daerah perkotaan. Padahal jika
ditinjau dari penyebaran penduduk, terutama di

13 | P a g e
negara yang sedang berkembang, kebanyakan
penduduk bertempat tinggal di daerah
pedesaan.
3. Pemanfaatan dana yang tidak tepat
Adalah mengejutkan bahwa di banyak negara
tenyata biaya pelayanan kedokterannya jauh
lebih tinggi dari pada pelayanan kesehatan
masyarakat. Padahal semua pihak telah
mengetahui bahwa pelayanan kedokteran
dipandang kurang efektif dari pada pelayanan
kesehatan masyarakat.
4. Pengelolaan dana yang belum sempurna
Penyebab utamanya ialah karena
pengelolaannya memang belum sempurna, yang
kait berkait tidak hanya dengan pengetahuan
dan keterampilan yang masih terbatas, tetapi
juga ada kaitannya dengan sikap mental para
pengelola.
5. Biaya kesehatan yang makin meningkat
Banyak penyebab yang berperanan di sini,
beberapa yang terpenting adalah :
a. Tingkat inflasi.
b. Tingkat permintaan.
c. Kemajuan ilmu dan teknologi.
d. Perubahan pola penyakit.
e. Perubahan pola pelayanan kesehatan.

14 | P a g e
Berbagai upaya mengatasi permasalahan
tersebut antara lain :
1. Upaya meningkatkan jumlah dana
a. Terhadap pemerintah, meningkatkan
alokasi biaya kesehatan dalam anggaran
pendapatan dan belanja negara.
b. Terhadap badan-badan lain di luar
pemerintah, menghimpun dana dari
sumber masyarakat serta bantuan luar
negri.
2. Upaya memperbaiki penyebaran, pemanfaatan
dan pengelolaan dana
a. Penyempurnaan sistem pelayanan, misalnya
lebih mengutamakan pelayanan kesehatan
masyarakat dan atau melaksanakan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh
dan terpadu.
b. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan
tenaga pengelola.
3. Upaya mengendalikan biaya kesehatan
a. Memperlakukan peraturan sertifikasi
kebutuhan, dimana penambahan sarana
atau fasilitas kesehatan hanya dapat
dibenarkan jika dibuktikan dengan adanya
kebutuhan masyarakat. Dengan
diberlalukannya peraturan ini maka dapat
dihindari berdiri atau dibelinya berbagai
sarana kesehatan secara berlebihan

15 | P a g e
b. Memperlakukan peraturan studi kelayakan,
dimana penambahan sarana dan fasilitas
yang baru hanya dibenarkan apabila dapat
dibuktikan bahwa sarana dan fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut dapat
menyelenggarakan kegiatannya dengan tarif
pelayanan yang bersifat sosial.
c. Memperlakukan peraturan pengembangan
yang terencana, dimana penambahan sarana
dan fasilitas kesehatan hanya dapat
dibenarkan apabila sesuai dengan rencana
pengembangan yang sebelumnya telah
disetujui pemerintah
d. Menetapkan standar baku pelayanan, diman
pelayanan kesehatan hanya dibenarkan
untuk diselenggarakan jika tidak
menyimpang dari standar baku yang telah
ditetapkan.
e. Menyelenggarakan program menjaga mutu.
f. Menyelenggarakan peraturan tarif
pelayanan.
g. Asuransi kesehatan.

16 | P a g e
PENGETAHUAN :

Upaya kesehatan : Pelayanan kesehatan yaitu pelayanan


promotif, preventif, pelayanan
kuratif dan pelayanan rehabilitatif.
Pelayanan kesehatan ( health services)
Upaya kesehatan ( health care )
HC : mengandung pengertian yang lebih luas, meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
HS : lebih sempit pengertiannya, lebih bersifat pelayanan
pengobatan dan pelayanan pencegahan terbatas, misalnya
imunisasi antenatal care dll

17 | P a g e
DESENTRALISASI SEKTOR KESEHATAN :
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan
oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka Negara
Kesatuan RI ( UU N0,22/1999 ). 23/2016
Arti lain Desentralisasi ( Mills,1991), adalah pemindahan
Kewenangan atau pemindahan kekuasaan Dalam perencanaan
pemerintahan, manajemen, dan pengambilan keputusan dari
tingkat nasional ke Tingkat daerah .
3 MODEL DESENTRALISASI :
1. Dekonsentrasi
Pemindahan beberapa kekuasaan administratif ke kantor2
daerah dari Kementrian pusat. Contoh di sektor kesehatan
adanya Kantor wilayah timgkat propinsi dan kabupaten
2. Devolusi
Kebijaksanaan untuk membentuk atau memperkuat
pemerintahan tingkat sub nasional (pemda atau badan Otoritas
daerah) yg benar2 independeen Dari tingkat nasional dalam
beberapa fungsi secara jelas
3. Delegasi
Pemindahan tnggung jawab manajerial untuk tugas2 ttt ke
organ2 yg berada di luar struktur

18 | P a g e
H. PENGANGGARAN PELAYANAN KESEHATAN
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
penganggaran kesehatan, maka kita terlebih dahulu
harus mengetahui apa yang dimaksud dengan anggaran
dan penganganggaran kesehatan. Anggaran merupakan
estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode
waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial.
Anggaran adalah suatu pendekatan yang formal dan
sistematis dari pelaksanaan tanggung jawab manajemen
didalam perencanaan koordinasi dan pengawasan.
(Winarno, 2013). Penganggaran kesehatan adalah suatu
rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi
seluruh kegiatan kesehatan, yang dinyatakan dalam unit
(kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu
(periode) tertentu yang akan datang.
Peran pemerintah dalam penganggaran kesehatan
yaitu mengalokasikan dana kesehatan melalui APBN
dan APBD untuk diteruskan ke instansi-instansi
kesehatan yang telah ditentukan untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan dan mempermudah dalam
melakukan kegiatan kesehatan guna meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pemerintah juga bertugas
mengawasi agar dana yang sudah diberikan dapat
digunakan sesuai dengan tujuannya. (Trisugiarto, 2016)

19 | P a g e
BAGIAN KEDUA
MODEL DAN STRATEGI PEMBIAYAAN
KESEHATAN

A. MODEL PEMBIAYAAN KESEHATAN


Pembiayaan kesehatan semakin meningkat
dari waktu ke waktu dan dirasakan berat baik oleh
pemerintah, dunia usaha terlebih-lebih masyarakat
pada umumnya. Untuk itu berbagai Negara memilih
model sistem pembiayaan kesehatan bagi rakyatnya,
yang diberlakukan secara nasional. Berbagai model
yang dominan yang implementasinya disesuaikan
dengan keadaan di Negara masing-masing. Beberapa
model yang dominan adalah :
Model Asuransi •Sejak jerman,1882
Kesehatan Sosial ( •Memungkinkan cakupan 100% penduduk,
social Health relatif rendahnya peningkatan biaya
insurance ) pelayanan kesehatan
•Berkembang di AS= gagal, 38 % tidak tercakup,
Model Asuransi peluang moral hazard
Kesehatan •Dikembangkan : Regulated Health insurance,
Komersial kepersetaan berdasar kelompok dg syarat
minimal kurangi moral hazard

Model NHS ( •Inggris, pasca PD II


Nationaql Health •Peluang cakupan 100 %, tp pembiayaan yg
services ) dijamin pemerintah akan menjadi beban berat

20 | P a g e
Model Pembiayaan Kesehatan Pengaruh Ideologi

Sosialis ( •Negara bertanggung jawab penuh


•Tidak mencari untung
welfare state •Semua warga tanpa melihat kelas ekonomi
•Konsekuensinya biaya kesehatan tinggi
) •Contoh : Eropa Barat, AS, Australia

•Negara tidak bertanggung jawab sepenuhnya dalam pendanaan


Liberal- kesehatan
•Negara menyerahkan harga pembiayaan kesehatan pada pasar (
kapitalis profit-oriented )
•Contoh : Mesir, Senegal Afrika Selatan

• Kombinasi dana pemerintah, swasta dan masyarakat


Kombinasi •Contoh Jerman, Belanda, Perancis

B. STRATEGI PEMBIAYAAN KESEHATAN


Identifikasi dan perumusan faktor utama
pembiayaan kesehatan mencakup aspek-aspek:
1. Kecukupan/adekuasi dan kesinambungan
pembiayaan kesehatan pada tingkat pusat dan
daerah yang dilakukan dalam langkah-langkah :
a. mobilisasi sumber-sumber pembiayaan baik
sumber-sumber tradisional maupun non
tradisional,

21 | P a g e
b. kesinambungan fiscal space dalam anggaran
kesehatan nasional.
c. peningkatan kolaborasi intersektoral untuk
mendukung pembiayaan kesehatan
2. Pengurangan pembiayaan Out Of Pocket (OOP)
dan meniadakan hambatan pembiayaan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan terutama
kelompok miskin dan rentan (pengembangan
asuransi kesehatan sosial) yang dilakukan
melalui:
a. promosi pemerataan akses dan pemerataan
pembiayaan dan utilisasi pelayanan,
b. pencapaian universal coverage dan
penguatan jaminan kesehatan masyarakat
miskin dan rentan
3. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan
kesehatan yang dilakukan melalui :
a. kesesuaian tujuan kesehatan nasional dengan
reformasi pembiayaan yang diterjemahkan
dalam instrument anggaran operasional dan
rencana pembiayaan,
b. penguatan kapasitas manajemen
perencanaan anggaran dan pemberi
pelayanan kesehatan (providers)
c. pengembangan best practices .

22 | P a g e
BAGIAN KETIGA
ANALISIS BIAYA

A. DEFINISI BIAYA
BIAYA??
1. Biaya adalah nilai suatu pengorbanan untuk
memperoleh suatu hasil/tujuan tertentu.
Jenis pengorbanan :
a. Uang
b. Barang
c. Tenaga
d. Pikiran
e. Waktu
f. Kesempatan
2. Nilai uang dari sejumlah input ( faktor produksi)
yang dipakai untuk menghasilkan suatu produk
barang atau jasa.

B. JENIS-JENIS BIAYA
1. Pengaruhnya terhadap skala produksi
a. Biaya Tetap ( fixed Cost = FC ) yaitu biaya
yang memiliki karakteristik :
 Biaya untuk faktor produksi tetap
 Secara relatif tak dipengaruhi oleh
besrnya jumlah produksi
 Tetap harus dikeluarkan dan tidak
tergantung apakah pelayanan diberikan
atau tidak Contoh : nilai gedung,
23 | P a g e
kendaraan, peralatan kedokteran dan
tanah
b. Biaya variabel ( Variable Cost =VC )
Volume biaya dipengaruhi oleh banyaknya
produksi/pelayanan.
Contohnya : biaya obat, makanan, ATK,
Pemeliharaan. Biaya ini sering disebut biaya
rutin : volumenya dapat direncanakan
secara rutin.
Biaya gaji : Semi Variable
c. Biaya Total = FC + VC
2. Lama Penggunaannya
a. Biaya Investasi
Biaya yang kegunaannya dapat berlangsung
untuk waktu yang lama biasanya lebih 1
tahun. Hampir sama dengan biaya tetap.
Contohnya biaya pembangunan gedung,
pembelian mobil, peralatan besar
b. Biaya Operasional
Biaya untuk melaksanakan proses produksi
dan bersifat habis pakai dalam waktu relatif
singkat, biasanya kurang dari satu tahun.
Hampir sama dengan biaya variable.
Contohnya biaya obat, makanan, gaji
pegawai, rekening. Biaya operasional sering
disebut biaya pemeliharaan karena untuk
mempertahankan nilai barang investasi agar
tetap berfungsi contohnya biaya

24 | P a g e
pemeliharaan gedung, alat medis alat kanto,
kendaraan.
3. Dalam Kaitannya Dengan Biaya Satuan ( Unit
Cost)
a. Biaya langsung
Biaya yang berkaitan langsung dengan
pelayanan kepada konsumen/pasien.
Ditempatkan pada unit-unit pelayanan
konsumen( unit produksi ). Contohnya
semua biaya yang dikeluarkan oleh unit
rawat jalan, rawat inap, laboratorium, kamar
operasi, rontgen.
b. Biaya tidak langsung
 Biaya yang tidak berkaitan langsung
dengan pelayanan kepada
konsumen/pasien
 Ditempatkan pada unit-unit penunjang
pelayanan
 Contohnya semua biaya yang
dikeluarkan oleh bagian administrasi
dan keuangan, rekam medis, instalasi
gizi, sanitasi RS dsb
 Dalam biaya langsung atau tidak
langsung ini masih bisa dikelompokan
menjadi biaya invbestasi dan
operasional atau biaya tetap dan
variable.

25 | P a g e
4. BIAYA KESEMPATAN ( OPPORTUNITY COST )
Merupakan konsep dasar ilmu ekonomi : pilih
memilih.
 Setiap Sumber daya yang sifatnya langka
mempunyai alternatif pemanfaatan
 Biaya yang terjadi karena suatu kesempatan
yang hilang akibat melakukan pilihan suatu
pilihan
 Secara rasional manusia sebagai homo
economicus memilih yang biayanya rendah
sedangkan manfaat atau hasilnya besar .
 Berkaitan dengan sumber dana maka suatu
dana sejumlah ttt akan dipakai untuk
membeli stetoskop atau tensimeter,
membangun sebuah RS atau beberapa
Puskesmas, untuk program P2M atau
membangun jalan dan jembatan dsb.
5. BIAYA DEPRESIASI ( PENYUSUTAN)
Biaya yang timbul akibat terjadinya
pengurangan nilai barang2 investasi akibat
penggunaannya karena proses
produksi/pelayanan. Banyak metode yang
dipakai, tapi untuk Yankes biasanya dipakai
Annualized Investement Cost ( AIC ) atau biaya
penyusutan pertahun.

26 | P a g e
AIC = IIC ( 1 + I )

IIC = Initial Investment Cost atau nilai rupiah


awal suatu alat/barang
I = laju inflansi ( perekonomian normal )
L = perkiraan masa hidup alat/barang

Contoh : hara pembelian alat USG Rp 100 Juta.


Sudah dipakai 2 tahun. Masa hidup alat
diperkirakan 10 tahun. Berapa biaya depresiasi
per tahun bila laju inflasi 8 % ?
AIC = 100 jt ( 1 + 0,08 ) = Rp 11.644.000
10

27 | P a g e
BAGIAN KEEMPAT
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

A. DEFINISI PENGELOLAAN KEUANGAN


DAERAH
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 5
8 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah menjelaskan bahwa: pengawasan atas
keuangan daerah dilakukan oleh dewan, adanya
pemeriksaan terhadap pengelolaan
keuangan daerah oleh eksternal yaitu BPK.
Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa salah
satu aspek penting dalam rangka pelaksanaan
pembangunan daerah adalah
masalah keuangan dan anggaran daerah (APBD).
Pengelolaan Keuangan Daerah yaitu
keseluruhan kegiatan yang meliputi :
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Penatausahaan
4. Pelaporan
5. Pertanggungjawaban dan
6. Pengawasan keuangan daerah

28 | P a g e
B. APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan
daerah yang bahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan
dengan peraturan daerah. Bila terjadi defisit maka
dapat ditutup dari sumber sisa lebih perhitungan
anggaran (SILPA), pencairan dana cadangan,hasil
penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,
penerimaan pinjaman dan atau penerimaan kembali
pemberian pinajaman Pemegang kekuasaan
Pengelolaan Keuangan Daerah adalah Kepala daerah
yg karena jabatanya mempunyai kewenangan
Menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan
keuangan daerah.

C. KINERJA BURUK PEMERINTAH DAERAH


DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Buruknya pengelolaan keuangan daerah
disebabkan kinerja buruk pemerintah daerah dalam
pengelolaan anggaran. Hemat penulis, terdapat tiga
faktor yang melatar belakangi kinerja buruk
pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan
daerah, yaitu:
1. Minimnya pemahaman pemerintah daerah
(SDM) tentang pengelolaan keuangan daerah

29 | P a g e
Sumber daya manusia merupakan hal yang
terpenting dalam sebuah organisasi. Baik-
buruknya organisasi sangat ditentukan baik-
buruknya kinerja manusia yang ada didalamnya.
Membangun organisasi dibutuhkan SDM yang
berkualitas, profesional, dan bervisi jangka
panjang termasuk dalam pengelolaan kebijakan
anggaran.Banyak pemerintah daerah tidak
memiliki SDM pendukung implementasi
kebijakan APBD sehingga anggaran tidak dapat
direalisasaikan dengan baik.Banyak faktor yang
menyebabkan pemerintah daerah tidak memiliki
SDM yang baik, diantaranya pola rekruitmen
SDM yang tidak berdasarkan analisis
kemampuan.Pemerintah daerah dalam
rekreuitmen SDM masih mengedepankan sikap
kolusifitas sehingga tidak jarang dijumpai unit-
unit pemerintah ditempati SDM yang tidak
memiliki kemampuan dalam pengelolaan
anggaran berbasiskan kegiatan dan kebutuhan
strategis untuk pembangunan daerah.
2. Sistem penganggaran yang rigid (rumit)
Sistem penganggaran pemerintahan daerah
dinilai sangat rigid sehingga implementasi
(realisasi) anggaran tidak dapat dilaksanakan
sebagaimana yang sudah diatur dalam kebijakan
APBD. Pengguna anggaran harus melalui proses
dan waktu panjang untuk mendapatkan

30 | P a g e
anggaran karena harus menyiapkan syarat-
syarat legalitas yang harus dipenuhi untuk
realisasi anggaran. Apabila pengguna anggaran
tidak melalui sistem termasuk memenuhi syarat
legalitas, maka akan berdampak pada sanksi
yang harus diterima. Karena itu, pengguna
anggaran (apalagi SDM yang tidak berkualitas)
seringkali tidak ingin pusing dengan aturan
sehingga anggaran tidak dapat direalisasikan.
Masyarakat (apalagi yang tidak paham tentang
mekanisme anggaran) semakin kesulitan untuk
mendapatkan anggaran. Masyarakat
mendapatkan anggaran harus melalui proses
sesuai aturan hukum yang barlaku. Kebutuhan
masyarakat yang insidental tidak dapat dibiayai
melalui APBD karena tidak melalui
sistem.Rigidsitas anggaran menyebabkan
pemerintah dan masyarakat kesulitan untuk
akses anggaran.
3. Pengaruh politik dalam pengelolaan anggaran
Mengingat kebijakan anggaran bagian dari
politik, maka implementasi (realisasi) anggaran
sarat dengan kepentingan politik. Kepentingan
politik menentukan realisasi anggaran.Banyak
program-program besar pemerintah daerah
tidak dapat direalisasikan karena dihambat
kepentingan politik stakeholder. Kepala daerah
dan DPRD adalah dua stakeholder yang

31 | P a g e
berkepentingan lansung dengan kebijakan
anggaran. Acapkali kepala daerah dan DPRD
tidak harmonis dalam pengelolaan
anggaran.Mereka mengedepankan kepentingan
masing-masing. Kepala daerah menbawa visi
yang berbeda dengan DPRD. Kebijakan anggaran
dikelola berdasarkan kepentingan, bukan
kinerja dan kebutuhan penting untuk
pembangunan daerah. Perbedaan kepentingan
dan visi memperburuk pengelolaan keuangan
daerah sehingga kebijakan anggaran
diimplementasikan tanpa arah yang jelas.

Tiga faktor yang dijelaskan di atas


memperburuk pengelolaan keuangan daerah
sehingga APBD tidak dapat direalisasikan dengan
baik terutama untuk menopang kesejahteraan
masyarakat. Andai saja pemerintah daerah memiliki
komitmen untuk mengelola anggaran dengan baik
dengan menyediakan SDM yang berkualitas,
mempermudah sistem penganggaran, dan
stakeholder bekerja di atas kepentingan umum,
diyakini kemiskinan tidak dijumpai di negara ini.
Pemerintah daerah perlu mengedepankan komitmen
kuat untuk mengelola anggaran sehingga berdampak
luas pada pembangunan daerah. Di era demokrasi
seperti sekarang ini, salah satu jalan nyata untuk
membangun komitmen pemerintah daerah yaitu

32 | P a g e
melalui political will rakyat untuk memilih
pemimpin yang amanah, cerdas, dan profesional
dalam menjalankan tugas dan fungsi pemerintahan
(melindungi, melayani, dan mengayomi). Selama
rakyat tidak memilih pemimpin seperti yang
disampaikan tersebut, selama itu-pula rakyat tidak
memiliki pemerintah daerah yang komitmen dalam
menjalankan tugas dan fungsi termasuk pengelolaan
keuangan daerah dengan baik. Karena itu, political
will rakyat wajib dimiliki untuk mewujudkan
komitmen pemerintah daerah.

D. PERAN DAN FUNGSI PENGELOLAAN


KEUANGAN DAERAH
Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai
tugas melakukan koordinasi, mediasi dan fasilitasi
dalam merumuskan kebijaksanaan, bimbingan dan
pembinaan dalam rangka menyelenggarakan program
kegiatan dibidang pengelolaan keuangan daerah.
Untuk menyelenggarakan tugas, Dinas
Pengelolaan Keuangan Daerah mempunyai fungsi : (a).
penyusunan perencanaan pengelolaan keuangan daerah,
(b). perumusan kebijakan operasional program
pengelolaan keuangan daerah, (c). perumusan rencana,
pelaksanaan program, pemberian bimbingan dan
pembinaan akuntansi pengelolaan keuangan, (d).
perumusan rencana dan pelaksanaan program
pengelolaan kas daerah, (e). penyusunan rencana APBD
dan pembinaan pelaksanaan pengelola APBD, (f).
33 | P a g e
perumusan rencana dan pelaksanaan pembinaan
administrasi pengelolaan keuangan daerah, (g).
pengkoordinasian penyusunan dan pelaksanaan program
dibidang pengelolaan keuangan daerah, (h). pelaksanaan
evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program dibidang
pengelolaan keuangan daerah, (i). penyelenggaraan
kegiatan ketatausahaan, (j). pelaksanaan tugas lain yang
diberikan oleh bupati.

E. PRINSIP MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH


Otonomi daerah memberikan wewenang
kepada Pemerintah daerah untuk bertanggungjawab
dalam penggunaan dana, baik dana dari Pemerintah
pusat maupun dana yang berasal dari Pemerintah
daerah sendiri. Cara mengelola keuangan dengan
berhasil guna dan berdaya guna merupakan syarat
penting untuk peningkatan pelayanan publik di
daerah. Dalam pelaksanaannya harus tetap
berpegang pada prinsip-prinsip pengelolaan
keuangan daerah (anggaran) yang baik. Mardiasmo
(2002) menyatakan bahwa terdapat lima prinsip
manajemen keuangan daerah yang diperlukan untuk
mengontrol kebijakan keuangan daerah meliputi :
1. Akuntabilitas, mensyaratkan bahwa dalam
mengambil suatu keputusan hendaknya
berperilaku sesuai dengan mandate yang
diterimanya. Kebijakan yang dihasilkan harus

34 | P a g e
dapat diakses dan dikomunikasikan secara
vertikal maupun horizontal dengan baik.
2. Value for money, prinsip ini diopersionalkan
dalam pengelolaan keuangan daerah dan
anggaran daerah dengan ekonomis, efektif, dan
efisien.
3. Kejujuran dalam mengelola keuangan publik
(probity), dalam pengelolaan keuangan daerah
harus dipercayakan kepada pegawai yang
memiliki integritas dan kejujuran yang tinggi,
sehingga potensi munculnya praktek korupsi
dapat diminimalkan.
4. Transparansi, merupakan keterbukaan
pemerintah dalam membuat kebijakan-
kebijakan keuangan daerah sehingga dapat
diketahui dan diawasi oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD) maupun masyarakat.
5. Pengendalian, dalam pengelolaan keuangan
daerah perlu dilakukan monitoring terhadap
penerimaan maupun pengeluaran Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD),
sehingga bila terjadi selisih (varians) dapat
dengan segera dicari penyebab timbulnya
selisih.

F. PRINSIP PENTING DALAM MENGELOLA


KEUANGAN DAERAH

35 | P a g e
Menurut Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005
dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.13 Tahun 2006
Pasal 4, terdapat prinsip penting dalam mengelola
keuangan daerah meliputi :
1. Taat pada peraturan perundang-undangan, dengan
maksud bahwa pengelolaan keuangan daerah harus
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
2. Efektif, merupakan pencapaian hasil program dengan
target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara
membandingkan keluaran dengan hasil.
3. Efisien, merupakan pencapaian keluaran yang
maksimum dengan masukan tertentu atau
penggunaan masukan terendah untuk mencapai
keluaran tertentu.
4. Ekonomis, merupakan pemerolehan masukan dengan
kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga
terendah.
5. Transparan, merupakan prinsip keterbukaan ynag
memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang
keuangan daerah.
6. Bertanggung jawab, marupakan wujud dari
kewajiban seseorang untuk
mempertanggungjawabkan pengelolaan dan
pengendalian sumber daya dan pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
7. Keadilan, adalah keseimbangan distribusi
kewenangan dan pendanaannya dan/keseimbangan
36 | P a g e
distribusi hak dan kewajiban berdasarkan
pertimbangan yang objektif.
8. Kepatutan, adalah tindakan atau suatu sikap yang
dilakukan dengan wajar dan proporsional.
9. Manfaat, maksudnya keuangan daerah diutamakan
untuk pemenuhan kebutuhan masayarakat.

SINGKATAN :
1. RPJMD = Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah
2. RKP = Rencana Kerja Pemerintah
3. RENSTRA = Rencana Strategis SKPD
4. RENJA = Rencana Kerja
5. RKPD = Rencana kerja pemerintah daerah
6. KUA = Kebijaksanaan Umum Anggaran
7. PPKD = Pejabat Pengelola Keuangan Daerah ( dalam
hal ini kepala DPKAD/BKD)
8. PPKD bertindak sebagai BUD ( Bendahara Umum
Daerah)
9. Pengguna Anggaran (PA) adalah pejabat Pemegang
kewenangan penggunaan Anggaran untuk
melaksanakan Tupoksi SKPD yg dipimpinnya

37 | P a g e
10. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah Pejabat yg
diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian
kewenangan pengguna anggaran dlm melaksanakan
sebagian tupoksi SKPD.
11. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK SKPD)
adalah pejabat yg melaksanakan fungsi dan tata
usaha keuangan pada SKPD

12. RPJMD = Rencana Pembangunan Jangka Menengah


Daerah
13. RKP = Rencana Kerja Pemerintah
14. RENSTRA = Rencana Strategis SKPD
15. RENJA = Rencana Kerja
16. RKPD = Rencana kerja pemerintah daerah
17. KUA = Kebijaksanaan Umum Anggaran
18. PPKD = Pejabat Pengelola Keuangan Daerah ( dalam
hal ini kepala DPKAD/BKD)
19. PPKD bertindak sebagai BUD ( Bendahara Umum
Daerah)
20. Pengguna Anggaran (PA) adalah pejabat Pemegang
kewenangan penggunaan Anggaran untuk
melaksanakan Tupoksi SKPD yg dipimpinnya

38 | P a g e
21. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah Pejabat yg
diberi kuasa untuk melaksanakan sebagian
kewenangan pengguna anggaran dlm melaksanakan
sebagian tupoksi SKPD.
22. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK SKPD)
adalah pejabat yg melaksanakan fungsi dan tata
usaha keuangan pada SKPD
23. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) adalah
pejabat pada unit kerja SKPD yg melaksanakan satu
atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai
dg bidang tugasnya
24. Bendahara Penerimaan adalah pegawai/pejabat
fungsional yg ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan, menatausahakan,dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatanDaerah
dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD
25. Bendahara pengeluaran adalah pegawai yg ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan dan mempertanggungjawabkan
uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka
pelaksanaan APBD pada SKPD

39 | P a g e
26. Kebijaksanaan Umum APBD ( KUA ) adalah dokumen
yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja
dan pembiayaan serta asumsi yg mendasarinya
untuk periode 1 (satu) tahun
27. Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara ( PPAS )
adalah Rancangan program prioritas dan patokan
batas maksimal Anggaran yg diberikan kepada KPD.
28. untuk setiap program. Sebagai acuan dalam
penyusunan RKA-SKPD sebelum Disepakati dg DPRD
29. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD ( RKA SKPD)
adalah perencanaaan dan penganggaran yg berisi
rencana pendapatan, rencana belanja program dan
kegiatan SKPD serta rencana pembiayaan sebagai
dasar penyusunan APBD
30. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD ( DPA -
SKPD) adalah dokumen yg memuat pendapatan,
belanja dan pembiayaan yg digunakan sebagai dasar
pelaksanaan oleh pengguna anggaran
31. Surat Penyediaan Dana (SPD) adalah dokumen yg
menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan
kegiatan sebagai dasar penerbitan SPP

40 | P a g e
32. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) adalah
dokumen dokumen yg diterbitkan oleh pejabat yg
bertanggungjawab atas pelaksanaan
kegiatan/bendahara pengeluaran untuk mengajukan
permintaan pembayaran
33. SPP Uang persediaan ( SPP UP ) adalah dokumen yg
diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk
permintaan uang muka kerja yg bersifat pengisian
kembali ( revolving ) yg tidak dapat dilakukan
dengan pembayaran langsung
34. SPP ganti uang persediaan ( SPP-GU) adalah
dokumen yg diajukan oleh bendahara pengeluaran
untuk permintaan pengganti uang persediaan yang
tidak dapat dilakukan dg pembayaran langsung
35. SPP tambahan uang persediaan ( SPPTU ) adalah
dokumen yg diajukan oleh bendahara pengeluaran
untuk permintaan tambahan uang persediaan guna
melaksanakan kegiatan skpd yg bersifat mendesak
dan tidak dapat digunakan untuk pembayaran
langsung dan uang persediaan
36. SPP langsung ( SPP –LS) adalah dokumen yg
diajukan oleh bendahara pengeluaran untuk
41 | P a g e
permintaan pembayaran langsung kepada pihak
ketiga atas dasar perjanjian kontrak kerja atau surat
perintah kerja lainnya dan pembayaran gaji dg
jumlah, penerima, peruntukan dan waktu
pembayaran ttt yg dokumennya disiapkan oleh PPTK
37. Surat perintah membayar (SPM ) adalah dokumen yg
digunakan/diterbitkan oleh PA/KPA untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD
yg digunakan sebagai uang persediaan untuk
mendanai kegiatan
38. Surat perintah membayar uang persediaan (SPM –
UP) adalah dokumen yg digunakan/diterbitkan oleh
PA/KPA untuk penerbitan SP2D atas beban
pengeluaran DPA-SKPD yg digunakan sebagai uang
persediaan untuk mendanai kegiatan
39. Surat Perintah membayar ganti uang persediaan
(SPM-GU) adalah dokumen yg
digunakan/diterbitkan oleh PA/KPA untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD
yg digunakan untuk mengganti uang persediaaan yg
telah dibelanjakan

42 | P a g e
Surat perintah membayar tambahan uang
persediaan ( SPM-TU ) adalah dokumen yg
digunakan/diterbitkan oleh PA/KPA untuk
penerbitan SP2D atas beban pengeluaran DPA-SKPD
krn kebutuhan dananya melebihi dari jumlah batas
pagu uang persediaan yg telah ditetapkan sesuai dg
ketentuan.
40. Surat perintah membayar langsung (SPM-LS)
dokumen yg digunakan/diterbitkan oleh PA/KPA
untuk penerbitan SP2D atas beban pengeluaran
DPA-SKPD kpd pihak ketiga
41. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah
dokumen yg digunakan sebagai dasar pencairan
dana yg diterbitkan oleh BUD berdasarkan SPM
42. BMP = Barang Milik Daerah adalah semua barang yg
dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal
dari perolehan lainnya yang sah
43. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yg
bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan
barang/jasa
44. Unit Layanan Pengadaan (ULP) adalah unit
organisasi pemerintah yang berfungsi melaksanakan
43 | P a g e
pengadaan barang/jasa di SKPD yang bersifat
permanen, dpt berdiri sendiri atau melekat pada
unit yang sudah ada.
45. Pejabat Pengadaan adalah personil yang memiliki
sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa yang
melaksanakan pengadaan barang/jasa.
46. Panitia/pejabat penerima hasil pekerjaan adalah
panitia atau pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA
yang bertugas memeriksa dan menerima hasil
pekerjaan .

44 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan:


EdisiKetiga. Jakarta: Binarupa Aksara.

Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2005 tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah

Kompasiana.2011.kesehatan.
(http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/10/16/kebi
jakan-pembiayaan-kesehatan-403770.html). diakses tanggal
16 November 2018 pukul 11.00 WIB.

http://catatankuliahnya.wordpress.com/2010/01/06/pembi
ayaan-pelayanan-kesehatan/ (diakses tanggal 16 November
2018 pukul 11.00 WIB)

https://www.scribd.com/doc/204216884/Model-Sistem-
Pembiayaan-Kesehatan (diakses tanggal 16 November 2018
pukul 11.20 WIB)

https://www.academia.edu/11680922/PENGELOLAAN_KEU
ANGAN_DAERAH (diakses tanggal 16 November 2018 pukul
11.30 WIB)

http://sutarmo-univet.blogspot.com/ (diakses tanggal 16


November 2018 pukul 11.30 WIB)

1|Page

Anda mungkin juga menyukai