Anda di halaman 1dari 6

5

BAB II

HASIL PENGAMATAN

A. Situasi Lingkungan Unit Rekam Medis

1. Sejarah Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang

berdiri sejak 1930, milik yayasan katolik pada masa pemerintahan Hindia

Belanda, kemudian pada tahun 1945 sebagian pengelolaan diserahkan

kepada Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II pada tahun 1956 secara

keseluruhan RS diserahkan kepada Pemerintah Daerah Tingkat II

Semarang.

Sesuai Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 303/menkes/SK/II/1993 tanggal 26 Februari 1993 dan Keputusan

Bupati kepala daerah tingkat II Semarang no : 203/2017/1993 RSUD

Ambarawa berubah menjadi rumah sakit tipe C dengan kapasitas 124 TT.

Berdasarkan surat nomor: 445/00133 tanggal 6 Januari 1999

RSUD Ambarawa diusulkan menjadi Rumah Sakit swadana daerah, dan

atas persetujuan menteri dalam negeri 445/302/PUOD tanggal 10

Februari 1999 RSUD Ambarawa disetujui menjadi Rumah Sakit Umum

Daerah Ambarawa.

Pada tahun 2001 RSUD Ambarawa pernah mangajukan SOTK

yang mengacu pada keputusan menteri dalam negeri nomor 1 tahun 2002
6

tentang: Pedoman Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Rumah Sakit

Umum Daerah Ambarawa maka RSUD Ambarawa mengajukan SOTK

baru sebagai pengganti perda nomor 28.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 3

tahun 2011 sebagai pengganti perda no 19 tahun 2008 tentang

pembentukan susunan organisasi dan tata Kerja Rumah Sakit Umum

Daerah Ambarawa disebutkan bahwa RSUD Ambarawa sebagai unsur

pendukung tugas Bupati dalam penyusunan dan pelaksanaan dan

kebijakan daerah yang setara dengan Lembaga Teknis Daerah berbentuk

Badan,yang dipimpin oleh Kepala yang berada di bawah dan

bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah (SIKDA).

Kemudian berdasar Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum

Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang Nomor: 800/200/2013 tentang

perubahan nama ruang rawat inap dan penetapan jumlah tempat tidur

pada rumah sakit ambarawa, maka jumlah total tempat tidur yang

digunakan adalah 259 tempat tidur.

Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa adalah milik Pemerintah

Kabupaten Semarang yang terletak dijalan Kartini No. 101 Ambarawa

Kabupaten Semarang dengan luas lahan 12 Ha.Penataan bangunan yang

ada saat ini masih dalam tahap pengembangan untuk memenuhi tuntutan

kebutuhan kapasitas dan kualitas pelayanan yang berkembang pesat baik

dilihat dari sisi internal (petugas pemberi pelayanan kesehatan) maupun

eksternal (pengunjung dan pasien rumah sakit.)


7

RSUD Ambarawa mempunyai visi dan misi sebagai berikut:

a. Visi

Visi RSUD Ambarawa adalah menjadi rumah sakit yang berkualitas,

terpercaya, dan kebanggaan bagi masyarakat.

b. Misi

1. Meningkatkan sumber daya manusia yang berkompeten.


2. Menyediakan peralatan, fasilitas, sarana dan prasarana yang

memadai.
3. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh,

bermutu, bertanggung jawab dan bermanfaat bagi masyarakat.

c. Motto

Motto RSUD Ambarawa adalah “Kesembuhan dan kepuasan Anda

adalah kebahagiaan kami.”

Tujuan Rekam Medis di Rumah Sakit

2. Sistem dan Sub Sistem Rekam Medis

1. Tempat Pendaftaran Pasien

Tempat pendaftaran pasien di Rumah Sakit Medika Mulya

Wonogiri masih menjadi satu dengan ruang kasir dan bagian verifikasi

karena pada pasien rawat inap yang ingin pulang, DRM terlebih dahulu

diberikan kebagian verifikasi untuk dilakukan perhitungan biaya selama

rawat inap, kemudian baru diserahkan kepada petugas rekam medis untuk

dilakukan pencatatan dan pengolahan. Petugas Rekam Medis Rumah Sakit

Medika Mulya wonogiri berjumlah 6 orang dengan latar belakang


8

pendidikan D3 Perekam Medis. Setiap harinya di tempat pendaftaran

ditugaskan 2 atau 3 orang petugas rekam medis sesuai dengan jadwal shif

yang telah ditentukan yaitu pagi, siang dan malam.

2. Organisasi Rekam Medis

Gambaran organisasi rekam medis di Rumah Sakit Medika Mulya

Wonogiri terangkum dalam bagan organisasi rekam medis. Dalam

organisasi rekam medis dikepalai urusan bidang rekam medis, kepala

urusan bidang rekam medis menjalankan fungsi manajemennya dibantu

oleh bagian pengelolaan data serta pelaporan, Tempat Pendaftaran Pasien

Rawat Jalan (TPPRJ), Tempat Pendaftaran Pasien Rawat Inap (TPPRI) dan

Tempat Pendaftaran Pasien Gawat Darurat (TPPGD), serta bagian

penyempurnaan dokumen yaitu Assembling, Koding dan Indeksing.

Adapun pelaksanaan kegiatan rekam medis di Rumah Sakit

Medika Mulya Wonogiri yaitu:

a. Sistem penomoran yang digunakan Unit Numbering System yaitu

sistem penomoran dimana sistem ini memberikan satu nomor rekam

medis pada pasien berobat jalan maupun pasien rawat inap dan gawat

darurat serta bayi baru lahir dan nomor tersebut digunakan selamanya

pada kunjungan berikutnya.

b. Sistem penyimpanan ditinjau dari pemusatan Dokumen Rekam Medis

(DRM) menggunakan sentralisasi yaitu sistem penyimpanan dengan

cara menyatukan formulir-formulir rekam medis milik seorang pasien


9

kedalam satu kesatuan folder. DRM rawat jalan, gawat darurat dan

rawat inap menjadi satu dalam satu map folder.

c. Sistem penjajaran menggunakan Straight Numerical Filling yaitu suatu

sistem penyimpanan DRM dengan mensejajarkan folder DRM

berdasarkan urutan langsung nomor rekam medisnya pada rak

penyimpanan.

B. Masalah Yang Timbul di Unit Rekam Medis

Meskipun di Rumah Sakit Medika Mulya Wonogiri telah berusaha

dengan baik untuk melaksanakan rekam medis agar mendapatkan informasi

yang tepat dan akurat namun dalam pelaksanaannya tentu tidak lepas dari

suatu masalah, salah satunya adalah tentang desain formulir pada Kartu

Identitas Berobat (KIB). Kartu KIB berisi identitas pasien dan nomor rekam

medis yang dibuat dan di isi untuk diserahkan kepada pasien dengan pesan

untuk dibawa setiap saat berobat ke rumah sakit yang bersangkutan. KIB di

Rumah Sakit Medika Mulya Wonogiri ada dua yaitu KIB Rawat Inap dan KIB

Rawat Jalan. KIB Rawat Inap sudah menggunakan komputerisasi, sedangkan

KIB Rawat Jalan masih manual dikarenakan proses pembuatan KIB Rawat

Jalan harus cepat karena diberikan kepada pasien saat proses pendaftaran

selesai, sehingga tidak memungkinkan KIB Rawat Jalan menggunakan

komputerisasi. Yang menjadi masalah pada KIB Rawat Jalan di Rumah Sakit

Medika Mulya Wonogiri adalah tentang desain KIB Rawat Jalan yang belum
10

dicantumkannya kolom umur dan jenis kelamin, sehingga informasi yang

diberikan kurang lengkap.

Sedangkan fungsi dari dicantumkannya umur tersebut adalah untuk

mengetahui berapa umur pasien tersebut pada saat pertama kali berobat ke

Rumah Sakit Medika Mulya Wonogiri dan berguna dalam perawatan

penentuan ke bangsal dimana perawatan di bedakan menurut umur, sedangkan

fungsi dari jenis kelamin adalah untuk mengetahui jenis kelamin pasien yang

berkunjung ke rumah sakit agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan

jenis kelamin pasien. Serta tulisan tentang pesan agar KIB selalu di bawa dan

berlaku untuk seumur hidup terlalu panjang.

Anda mungkin juga menyukai