Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN DIABETES MELITUS TIPE II DENGAN OSTEOPOROSIS

PADA WANITA POSTMENOPAUSE DI KECAMATAN SUKODONO DAN


TAMAN KABUPATEN SIDOARJO 2016

I Gede Andika Riawan Putra. 2016


Tugas Akhir. Program Studi Pendidikan Dokter.
Fakultas Kedokteran. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Pembimbing : Sri Lestari Utami, Ssi., Mkes.

ABSTRAK

Osteoporosis disebut sebagai silent killer disease karena kepadatan tulang


berkurang secara perlahan tanpa menimbulkan gejala sampai patah tulang terjadi.
Osteoporosis dan DM tipe 2 sering terjadi pada usai lanjut. Pada wanita
postmenopause rentan terkena DM tipe II daripada diabetes melitus tipe I karena
usia pasien yang terkena DM tipe I adalah di bawah 30 tahun.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara DM tipe II
dengan osteoporosis pada wanita postmenopasue di Kecamatan Sukodono dan
Taman Kabupaten Sidoarjo tahun 2015. Populasi pada penelitian ini adalah wanita
yang sudah mengalami masa postmenopause di Posyandu Lansia Kecamatan
Sukodono, Kabupaten Sidoarjo dengan besar sampel yang diambil sebanyak 70
wanita postmenopasue.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara diabetes mellitus
tipe II dengan osteoporosis pada wanita postmenopause di Kecamatan Sukodono
dan Taman Kabupaten Sidoarjo 2016, hal tersebut dibuktikan pada saat di uji
spearman correlation didapat nilai p-value = 0,018 < 0,05.

Kata Kunci : Diabetes Melitus Tipe II, Osteoporosis, Wanita Postmenopause

PENDAHULUAN tahun mencapai 1.200.000 kasus.


Kasus osteoporosis jauh melebihi
Osteoporosis adalah penyakit jumlah serangan jantung (410.000),
metabolik tulang yang mempunyai stroke (371.000), dan kanker payudara
sifat-sifat khas yaitu massa tulang yang (239.300). Bahkan dikatakan bahwa
rendah, disertai mikroasitektur tulang tiap 20 detik, osteoporosis
dan penurunan kualitas jaringan tulang menimbulkan patah tulang (Tandra,
yang akhirnya dapat menimbulkan 2009). Selain itu data Badan Litbang
kerapuhan tulang dan menyebabkan Gizi di Indonesia menunjukkan bahwa
fraktur. Osteoporosis disebut sebagai angka prevalensi osteopenia
silent killer disease karena kepadatan (osteoporosis dini ) adalah 41,7% dan
tulang berkurang secara perlahan tanpa prevalensi osteoporosis 10,3 %, yang
menimbulkan gejala sampai patah berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia
tulang terjadi (Gomez, 2006). berisiko terkena osteoporosis (Depkes
Menurut data pada tahun 2003 di RI, 2006).
Amerika, patah tulang belakang setiap

I Gede Andika Riawan Putra. 2016 | Jurnal


FK-Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Jl. Dukuh Kupang XVI/9Sby
Sementara data yang mempunyai prevalensi DM di atas
dikumpulkan di UPT makmal terpadu prevalensi nasional, yaitu Nanggroe
Imunoendokrinologi, FKUI Aceh Darussalam, Riau, Lampung,
menyebutkan dari 1690 kasus Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa
osteoporosis, ternyata yang pernah Tengah, Jawa Timur, Banten,
mengalami patah tulang femur dan Kalimantan Barat, Kalimantan
radius sebanyak 249 kasus (14,7%). Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan
Demikian pula angka kejadian fraktur Maluku Utara (Riskesdas, 2007).
yang terjadi pada bagian pinggul, Osteoporosis dan DM tipe 2
tulang belakang dan pergelangan sering terjadi pada usai lanjut
tangan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya (Bruckner et al ,.2014). Pada wanita
pada tahun 2001–2005, meliputi 49 postmenopause rentan terkena DM tipe
dari total 83 kasus fraktur tulang II daripada diabetes melitus tipe I
pinggul pada wanita berusia > 60 karena usia pasien yang terkena DM
tahun. Terdapat 8 dari 36 kasus fraktur tipe I adalah di bawah 30 tahun
tulang belakang dan terdapat 53 dari (Prihatini, 2013).
173 kasus fraktur pada pergelangan Menurut beberapa penelitian
tulang. Dimana dari banyak kasus, kaitan osteoporosis dengan DM masih
terjadi pada wanita berusia > 60 tahun. banyak terdapat kontroversi (Hofbauer
Osteoporosis sering terjadi pada wanita et al., 2007). Salah satu penelitian
postmenopause (setelah menopause) menyebutkan bahwa osteopenia atau
yang berusia di antara 51-75 tahun. osteoporosis dini dan peningkatan
Penyebab osteoporosis postmenopause risiko patah tulang terdapat pada pasien
adalah karena kekurangan estrogen, dengan DM tipe I, namun bukti
yang membantu mengatur tersebut masih menjadi kontroversi
pengangkatan kalsium ke dalam tulang pada pasien dengan DM tipe II
pada wanita (Misnadiarly, 2013). (Yamamoto et al., 2009) . Peningkatan
Penyebab osteoporosis ada 2 BMD dan berat badan, ditambah
golongan yaitu osteoporosis primer dan dengan studi terdahulu menunjukkan
sekunder. Osteoporosis primer adalah tidak ada peningkatan atau penurunan
osteoporosis yang bukan disebabkan risiko patah tulang sehingga
oleh suatu penyakit atau tidak diketahui menimbulkan spekulasi bahwa pasien
penyebabnya. Sedangkan osteoporosis dengan DM tipe II bisa mengalami
sekunder adalah osteoporosis yang penurunan risiko osteoporosis (Heath et
diketahui penyebabnya, yaitu terjadi al., 1980). Namun penelitian terbaru
karena adanya penyakit lain yang menujukkan bahwa risiko patah tulang
mendasari, defisiensi atau konsumsi meningkat pada pasien dengan DM tipe
obat yang dapat menyebabkan II ,meskipun mengalami peningkatan
osteoporosis. Salah satu penyebabnya BMD (Janghorbani et al., 2007).
adalah Diabetes Melitus (Kelman, Diabetes Melitus tipe I dan II dianggap
2005). faktor risiko klinis dalam FRAX-
Prevalensi nasional DM agloritma yang merupakan instrumen
(berdasarkan hasil pengukuran gula yang divalidasi untuk menilai
darah pada penduduk umur > 15 tahun kemungkinan terjadinya fraktur (Kanis
bertempat tinggal di perkotaan) et al., 2008).
adalah 5,7%. Sebanyak 13 provinsi

I Gede Andika Riawan Putra. 2016 | Jurnal


FK-Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Jl. Dukuh Kupang XVI/9Sby
Berdasarkan fakta di atas, dan pengukuruan BMD pada
osteoporosis merupakan masalaah wanita postmenopause di
kesehatan yang perlu mendapat Kecamatan Sukodono dan Taman,
perhatian terutama pada wanita Sidoarjo.
postmenopause. Selain itu hubungan 2. Analisis Bivariat
DM tipe II dengan osteoporosis masih Analisis bivariat digunakan
diperdebatkan. Hal inilah yang untuk meneliti kekuatan hubungan
membuat peneliti merasa tertarik untuk antara dua variabel (variabel bebas
meneliti “HUBUNGAN DIABETES dan variabel terikat). Uji statistik
MELITUS TIPE II DENGAN yang digunakan adalah Uji
OSTEOPOROSIS PADA WANITA Korelasi Spearman yang dihitung
POSTMENOPAUSE DI menggunakan SPSS (Budiarto,
KECAMATAN SUKODONO DAN 2002).
TAMAN KABUPATEN SIDOARJO
TAHUN 2016”.
HASIL PENELITIAN
METODE PENELITIAN
Tabel 1. Usia Responden
Jenis Penelitian Usia Frek. Persentase %
Penelitian ini menggunakan 50-60 Tahun 17 24.3
penelitian asosaiatif. Penelitian 61-70 Tahun 47 67.1
asosiatif merupakan penelitian dengan > 70 Tahun 6 8.6
tingkatan tertinggi dibanding dengan Total 70 100.0
penelitian deskriptif dan komparatif, Sumber: Data survey 2016
penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua Tabel diatas menunjukkan bahwa
variabel atau lebih. Dengan penelitian sebagian responden sebesar 47
asosiatif dapat dibangun suatu teori responden (67.1%) berasal dari rentang
yang berfungsi untuk menjelaskan, usia 61 – 70 Tahun.
meramalkan dan mengontrol suatu
gejala (Sugiyono,2009). Tabel 2. Riwayat Diabetes Mellitus
DM Frek. Persentase
Populasi dan Sampel %
Populasi pada penelitian ini Tidak ada
adalah wanita yang sudah mengalami 59 84.3
riwayat
masa postmenopause di Posyandu Ada riwayat 11 15.7
Lansia Kecamatan Sukodono dan Total 70 100.0
Taman, Kabupaten Sidoarjo dengan Sumber: Data survey 2016
besar sampel yang diambil sebanyak 70
wanita postmenopasue. Tabel diatas menunjukkan bahwa
sebagian besar responden tidak
Analisis Data memiliki riwayat diabetes yaitu
1. Jenis Data sebanyak 59 responden (84,3%)
Jenis data yang digunakan sedangkan responden yang memiliki
adalah data primer, yang diperoleh riwayat diabetes sebanyak 11
melalui kuisoner riwayat kesehatan responden (15,7%).

I Gede Andika Riawan Putra. 2016 | Jurnal


FK-Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Jl. Dukuh Kupang XVI/9Sby
Sumber: Output SPSS
Tabel 3. Osteoporosis
Osteoporosis Frek Persentase Tabel diatas menunjukkan bahwa
% sebagian besar responden mengalami
Tidak kejadian osteoporosis yaitu sebanyak
Osteopo-rosis 49 responden (70.0%), sedangkan 21
21 30.0 responden (30.0%) lainnya tidak
(Normal dan
osteopenia) mengalami osteopororsis.
Osteoporosis 49 70.0
Total 70 100.0

Analisis Bivariat

Tabel 4. Hubungan Diabetes Mellitus Tipe II dengan Osteoporosis pada


Wanita Postmenopause di Kecamatan Sukodono dan Taman Kabupaten
Sidoarjo 2016
Osteoporosis
Spearman
Diabetes Mellitus Tidak Total
Osteoporosis Correlation
Osteoporosis
Tidak ada riwayat 21 (35.6%) 38 (64.4%) 59 (100%)
Ada riwayat 0 (0%) 11 (100%) 11 (100%) Sig. = 0,018
Total 21 (30.0%) 49 (70%) 70 (100%)
Sumber : Hasil Kuesioner Diolah

Tabel diatas menunjukkan bahwa Berdasarkan hasil uji korelasi


dari 100% responden yang memiliki spearman diperoleh nilai Sig. = 0,018
riwayat DM diketahui 11 orang (100%) (< 0,05), artinya ada hubungan diabetes
mengalami osteopororsis dan tidak mellitus tipe II dengan osteoporosis
ditemukan yang tidak terkena pada wanita postmenopause di
osteoporosis. Sedangkan dari 100% Kecamatan Sukodono dan Taman
responden yang tidak memiliki riwayat Kabupaten Sidoarjo 2016 sehingga
DM diketahui 21 orang (35.6%) tidak hipotesis diterima.
mengalami osteoporosis dan 38 orang
(64.4%) mengalami osteoporosis.

PEMBAHASAN Sidoarjo 2016, hal tersebut ditunjukkan


pada hasil uji korelasi spearman
Berdasarkan penelitian dari 70 diperoleh nilai Sig. = 0,018 (< 0,05).
responden di Kecamatan Sukodono dan Dimana dari 100% responden yang
Taman Kabupaten Sidoarjo memiliki riwayat DM diketahui 11
menunjukkan hasil bahwa terdapat orang (100%) mengalami osteopororsis
hubungan antara diabetes mellitus tipe dan tidak ditemukan yang tidak terkena
II dengan osteoporosis pada wanita osteoporosis. Sedangkan dari 100%
postmenopause di Kecamatan responden yang tidak memiliki riwayat
Sukodono dan Taman Kabupaten DM diketahui 21 orang (35.6%) tidak

I Gede Andika Riawan Putra. 2016 | Jurnal


FK-Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Jl. Dukuh Kupang XVI/9Sby
mengalami osteoporosis dan 38 orang tinggi pada menopause (Hikmat dalam
(64.4%) mengalami osteoporosis. Krisdiana, 2013).
(Tabel V.4) Pada penelitian Woogdee et al
Hasil ini sejalan dengan (2011) mengungkapkan bahwa kondisi
penelitian Krisdiana (2013) yang hiperglikemia akan meningkatkan
menunjukkan bahwa terdapat jumlah osteoklas, TNF- , MCSF,
hubungan yang signifikan antara RANKL yang semua komponen
penyakit sistemik diabetus mellitus tersebut akan memicu peningkatan
dengan osteoporosis pada wanita resorpsi tulang, sementara penurunan
pascamenopause di RSUD Kota Runx2, Osteoclastin, Osteonectin,
Semarang Tahun 2013. penurunan proliferasi osteoblast,
Penelitian lain menyebutkan penurunan neovaskularisasi,
Diabetes melitus merupakan salah satu peningkatan diferensiasi adiposit,
penyebab terjadinya osteoporosis peningkatan deposit sumsun tulang
sekunder. Pada penelitian ini ,PPAR- , aP2, adipisin dan resistin
menunjukkan bahwa diabetes melitus serta penurunan diferensiasi osteoblast
sebagai salah satu faktor risiko akan cenderung menurunkan
terjadinya osteoporosis. Hal tersebut kemampuan dalam pembentukan
ditunjukkan dengan hasil analisis tulang atau remodeling tulang.
bivariat yang menunjukkan bahwa Produksi AGEs pada penderita DM
responden yang memiliki penyakit juga akan dapat menurunkan kolagen
diabetes melitus memiliki risiko tipe I and kekakuan tulang yang dapat
terjadinya osteoporosis 3,43 kali lebih menurunkan kualitas dari tulang.
besar dibandingkan dengan yang tidak Hasil penelitian juga
memiliki penyakit diabetes melitus menunjukkan bahwa responden yang
(Wardhana, 2012) tidak mempunyai riwayat diabetes juga
Penurunan densisitas tulang bisa terkena osteoporosis. Hal ini
sering dialami penderita DM, bahkan dikarenakan pada penelitian ini
dapat terjadi fraktur. Penurunan massa sebagian besar responden berasal dari
tulang bersama sama dengan onset rentang usia 61-70 Tahun, dimana
DM, namun patogenesisnya masih dalam rentang usia tersebut wanita
belum jelas, ada dugaan diakibatkan telah mengalami masa postmenopause,
defisiensi insulin, terbuangnya kalsium yang kebanyakan mengalami
pada saat glikosuria, atau peningkatan penurunan produksi hormon estrogen,
resorpsi karena sebab lain. Pada DM hormon progesteron dan hormon seks
tipe II, densitas tulang pada wanita lainnya (Liewellyn & Jones, 2005)
tidak terjadi penurunan. Hal ini Hal ini menjadi faktor terjadinya
disebabkan pembentukan massa tulang Osteoporosis postmenopausal terjadi
yang lebih daripada normal, yang karena kekurangan estrogen (hormon
berhubungan dengan peningkatan utama pada wanita), yang membantu
indeks massa tubuh pada DM tipe II. mengatur pengangkutan kalsium ke
Beberapa penelitian menduga hal dalam tulang pada wanita. Dimana
tersebut karena penderita dalam perubahan pada tulang dapat terjadi
keadaan obese, mungkin juga adaanya karena kombinasi rendahnya hormon
kadar estrogen dan amylin yang lebih estrogen dan hormon paratiroid. Tulang
mengalami dekalsifikasi (pengapuran)

I Gede Andika Riawan Putra. 2016 | Jurnal


FK-Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Jl. Dukuh Kupang XVI/9Sby
artinya kalium menurun sehingga PENUTUP
tulang keropos dan mudah terjadi patah
tulang. Terutama terjadi pada Kesimpulan
persendian paha (Kasdu, 2004). Berdasarkan pada analisis dan
Biasanya gejala timbul pada wanita pembahasan pada bab sebelumnya
yang berusia di antara 51-75 tahun, maka dapat disimpulkan sebagai
tetapi bisa mulai muncul lebih cepat berikut:
ataupun lebih lambat. Ada hubungan antara diabetes
Osteoporosis adalah sebuah mellitus tipe II dengan
penyakit yang ditandai dengan osteoporosis pada wanita
penurunan massa dan densitas tulang postmenopause Di Kecamatan
serta gangguan arsitektur tulang Sukodono dan Taman Kabupaten
normal. Berkurangnya kekuatan tulang, Sidoarjo 2016, terbukti dengan
maka risiko terjadinya fraktur akan nilai p-value = 0,018 < 0,05.
meningkat. World Health Organization
(WHO) memasukkan osteoporosis Saran
dalam daftar 10 penyakit degeneratif Berdasarkan kesimpulan di atas
utama di dunia (MacDonald, 2005) maka dapat di ambil beberapa saran
Untuk penatalaksaan sebagai berikut:
osteoporosis pada penderita diabetes 1. Bagi Kecamatan Sukodono dan
mellitus adalah dengan perubahan gaya Taman
hidup, pengaturan makanan dan Untuk melakukan berbagai
aktifitas fisik seperti jalan kaki, asupan macam promosi mengenai
kalsium sebanyak 1500 mg perhari hubungan DM tipe II dengan
dapat berupa makanan ataupun resiko terjadinya osteoporosis agar
suplement dan vitamin D. Terapi sulih masyarakat lebih perhatian dan
estrogen merupakan pilihan pertama, peduli terhadap kesehatan mereka.
sedangkan bisphosphonat dapat sebagai 2. Bagi Peneliti Selanjutnya
therapi pengganti estrogen (Permana, Untuk meneliti lebih lanjut
2009). mengenai hubungan diabetes
mellitus dengan osteoporosis
Keterbatasan Penelitian karena penelitian ini dirasa masih
1. Tidak adanya alat pengukur kurang sempurna.
glukosa darah, sehingga untuk 3. Masyarakat umum
mengetahui ada tidaknya DM Bagi masyarakat khususnya
masih didasarkan pada laporan dari penderita DM tipe II agar lebih
hasil pemeriksaan puskesmas. memperhatikan pola makan dan
2. Alat pengukuran osteoporosis gaya hidup yang lebih sehat
sering panas sehingga perlu waktu sehingga dapat mencegah
untuk istirahat. Pada saat istirahat terjadinya osteoporosis dini.
banyak responden tidak sabar
untuk mengukur.

I Gede Andika Riawan Putra. 2016 | Jurnal


FK-Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Jl. Dukuh Kupang XVI/9Sby
DAFTAR PUSTAKA Semarang) Tahun 2012. Skripsi.
FIK-UNES
Depkes., 2006. Prevalensi
Osteoporosis Data Badan Litbang Liewellyn. 2005. Dasar-Dasar Obstetri
Gizi di Indonesia, Jakarta. & Ginekologi Edisi. 6, Jakarta,
Hipokrates
Gomez, J., 2006. Awas Pengeroposan Macdonald HM NS, Campbell MK,
Tulang! Bagaimana Menghindari Reid DM. Influence of weight and
dan Menghadapinya. Arcan, weight change on bone loss in
Jakarta. perimenopausal and early
postmenopausal Scottish women.
Guyton AC, Hall JE. 2006. 2005
TEXTBOOK OF MEDICAL
PHYSIOLOGY, 11th Edition. Misnadiarly., 2013. Osteoporosis
Singapore. Elsevier. Pengenalan, Faktor Risiko,
Pencegahan dan Pengobatan,
Hofbauer LC,et.al. Osteoporosis in Akademia, Jakarta, hal. 1-14.
Patients with Diabetes Mellitus. J Permana, Hikmat. 2009.
Bone Miner Res 2007;22:1317- Penatalaksanaan Osteoporosis
1328 pada penderita Diabetes Mellitus.
Jurnal. FK-Unpad
Janghorbani M., Van Dam RM.,
Willett WC., Hu FB., Prihatini., 2013. Diabetes
2007.Systematic review of type1 Melitus.Patolgi Klinik FK UWKS,
and type 2 diabetes mellitus and Surbaya.
risk of fracture,Am J Epidemiol,
hal 495-505. Riskesdas., 2007. Prevalensi nasional
Kanis JA., Johnell O., Oden A., Diabetes Melitus. Badan
Johansson H., McCloskey E., Penelitian dan Pengembangan
2008. FRAX and theassessment of Kesehatan Departemen Kesehatan,
fracture probability in men and Jakarta, hal 15.
women from the UK, Osteoporos Wardhana, Wisnu. 2012. Faktor-Faktor
Int, hal.385–397. Risiko Osteoporosis pada Pasien
dengan Usia diatas 50 Tahun.
Kasdu. 2004. Kiat Sehat dan Bahagia Jurnal Media Medika Muda. FK-
di usia Menopause, Jakarta, Undip
Punaswara
Kelman A., 2005. The management of Wongdee K, Charoenphandhu N.
secondary osteoporosis, Clinical Osteoporosis in diabetes mellitus :
Rheumatology, hal.1021-37 Possible cellular and molecular
mechanisms. World J Diabetes
Krisdiana, Ofras. 2013. Faktor Risiko 2011; 2(3)
Osteoporosis pada Wanita
Pascamenopause (Studi di Rumah Yamamoto M., Yamaguchi T.,
Saki Umum Daerah Kota Yamauchi M., Kaji H., Sugimoto
T., 2009. Diabetic patients have an

I Gede Andika Riawan Putra. 2016 | Jurnal


FK-Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Jl. Dukuh Kupang XVI/9Sby
increased risk of vertebral diabetic complications,J Bone
fractures independent of BMD or Miner Res, hal 702–709.

I Gede Andika Riawan Putra. 2016 | Jurnal


FK-Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Jl. Dukuh Kupang XVI/9Sby

Anda mungkin juga menyukai