diketahui bahwa osteoarthritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan
mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara. Di Inggris, sekitar 1,3-1,75 juta
barat. Secara keseluruhan, sekitar 10 sampai 15% orang dewasa yang berusia di
Prevalensi osteoarthritis total di Indonesia 34,3 juta orang pada tahun 2015
dan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2016. Diperkirakan 40% dari populasi
mempunyai keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat
yang berakibat mengurangi kualitas hidupnya karena prevalensi yang cukup tinggi.
Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut usia di Indonesia menderita cacat karena
osteoarthritis. Prevalensi osteoarthritis lutut pada pasien wanita berumur 75 tahun
ke atas dapat mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada (Kemenkes RI, 2017).
Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten tahun 2018 menunjukkan bahwa
kejadian penyakit osteoarthritis pada tahun 2017 sebesar 5,1% dari semua
ditemukan prevalensi osteoarthritis pada tahun 2017 sebesar 4,3% dari seluruh
pasien lansia yang mengeluhkan nyeri sendi (Dinkes Kabupaten Pandeglang, 2018).
Sedangkan data Puskesmas Sumur tahun 2017 menunjukkan bahwa terdapat 694
antara kerusakan dan perbaikan dari tulang rawan di sendi dan terjadi akibat
beberapa faktor resiko termasuk obesitas, aktivitas fisik, trauma, dan predisposisi
osteoarthritis adalah salah satunya status gizi. Status gizi dihitung berdasarkan
Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Grade osteoarthritis lutut. Indeks Masa Tubuh
(IMT) diperoleh dari berat badan dalam kilo gram (Kg) dibagi dengan tinggi badan
kuadrat dalam meter (m) dan dibagi menjadi tiga kategori menurut batas ambang
IMT untuk Indonesia yaitu kurus (<17,0-18,5), normal (>18,5-25,0), dan gemuk
(>25,0) (Listyani, 2013). Berkurang nya berat badan minimum 2 kilogram akan
menurun kan resiko osteoarthritis sendi lutut hingga 50% pada beberapa wanita
(Felsson, 2011). Kontrol berat badan sangat penting untuk pencegahan dan untuk
memperlambat pertumbuhan Osteoarthritis menjadi parah (grade IV). Hal ini akan
mempengaruhi beban bantalan sendi (lutut dan pangul) dan nyeri punggung
(Listyani, 2013).
Selain status gizi, faktor risiko osteoarthritis diantaranya adalah aktivitas fisik
yang berlebih. Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran
atau pembatasan aktivitas fisik. Salah satu faktor yang dapat meningkatkan
osteoarthritis adalah aktivitas fisik. Rasa sakit yang tiba-tiba biasanya disebabkan
oleh aktivitas fisik berat atau tidak biasa. Keluhan nyeri pada sendi akan lebih hebat
sesudah mengadakan gerak badan atau bertambah dengan aktivitas dan bisa
membaik dengan istirahat. Aktivitas fisik yang tidak tepat akan memperparah rasa
mengurangi penyakit osteoarthritis dengan mengurangi rasa sakit itu sendiri dan
yang didukung oleh dua buah pustu (Puskesmas Pembantu) dan satu Polindes.
dari latar belakang yang berbeda, dan melayani masyarakat selalin didalam gedung
juga kegiatan diluar gedung. Adapun pelayanan yang disediakan adalah BP Umum,
BP Gigi dan KIA. Untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat secara bertahap
Puskesmas Sumur melakukan upaya peningkatan pelayanan baik dari segi tenaga,
sarana dan prasarana. Semua upaya ini dilakukan untuk meningkatkan kepuasan
Pandeglang.
Januari-Maret tahun 2019 adalah 327 orang lansia. Laki-laki berjumlah 153 orang
lansia dan perempuan berjumlah 174 orang lansia. Dari 327 lansia yang melakukan
osteoarthritis mengeluhkan nyeri, kekakuan dan terjadi perubahan pada sendi, yang
aktivitas sehari-hari secara normal. Rata-rata klien merasakan nyeri pada pagi hari
untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan status gizi dan aktivitas fisik
2. Rumusan Masalah
permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada hubungan
antara status gizi dan aktivitas fisik dengan kejadian osteoarthritis di Puskesmas
3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
2019.
b. Tujuan Khusus
1) Diketahuinya distribusi frekuensi status gizi dan aktivitas fisik di Puskesmas
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan
sebagai berikut:
Kejadian Osteoarthritis
1. Status Gizi Gambar. Kerangka Konsep Penelitian
2. Aktivitas Fisik
5. Metode Penelitian
5.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi analitik observasional dengan
desain studi kasus kelola (Case Control Study) dengan memilih kasus (responden
kemudian mengukur paparan yang dialami subyek pada waktu yang lalu
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
bebas dalam penelitian ini yaitu status gizi dan aktivitas fisik. Sedangkan variabel
tiap variabel yang diteliti. Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan
analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.
b. Analisis Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat dengan menggunakan chi square (X2). Apabila
didapatkan nilai p ≤ α (p ≤ 0,05) artinya, ada hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat, apabila nilai p > α ( p > 0,05) berarti tidak ada hubungan antara
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II