Anda di halaman 1dari 4

REFLEKSI KASUS

Disusun oleh:

Setyawan Aditya Pambudi

1713020023

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

PUSKESMAS 1 SUMBANG

PERIODE 21 JANUARI – 23 MARET 2019

1
REFLEKSI KASUS
STASE IKM
PUSKESMAS 1 SUMBANG

1. Rangkuman Kasus
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang
berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Osteoartritis yang juga
disebut sebagai penyakit degeneratif merupakan salah satu masalah
kedokteran yang paling sering terjadi dan menimbulkan gejala pada
orang usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang dari segala
etnis, lebih sering mengenai wanita dan merupakan penyebab tersering
pada penyebab disabilitas jangka panjang pada pasien dengan usia lebih
daripada 65 tahun.1

WHO melaporkan 40% penduduk dunia yang lansia akan


menderita OA, dari jumlah tersebut 80% mengalami keterbatasan gerak
sendi. Prevalensi Osteoartritis di Indonesia cukup tinggi yaitu 5% pada
usia > 40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun dan 65% pada usia > 61
tahun. Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis
muncul paling sering pada sendi tangan, panggul, kaki, dan spine
meskipun bisa terjadi pada sendi sinovial mana pun. Prevalensi
kerusakan sendi sinovial ini meningkat dengan pertambahan usia.
Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang usia lanjut di Indonesia menderita
cacat karena OA. Oleh karena itu tantangan terhadap dampak OA akan
semakin besar karena semakin banyaknya populasi yang berusia tua.1

Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui penyebabnya


yang dikenali sebagai idiopatik. Osteoartritis sekunder dapat terjadi
akibat trauma pada sendi, infeksi, perkembangan, kelainan neurologi
dan metabolik. Osteoartritis merupakan sekuen retrogresif dari
perubahan sel dan matriks yang berakibat kerusakan struktur dan fungsi
kartilago artikular, diikuti oleh reaksi perbaikan dan remodeling tulang.
Karena reaksi perbaikan dan remodeling tulang ini, degenerasi

2
permukan artikuler pada OA tidak bersifat progresif, dan kecepatan
degenerasi sendi bergantung pada tiap individu dan sendi.1

2. Perasaan Terhadap Pengalaman

Pasien penderita Osteoartritis mengharapkan apa yang dikeluhkannya


dapat membaik dan tidak menyiksa setiap harinya, Pasien sudah berobat setiap
saat untuk penyakitnya namun tidak pernah menghilang secara tuntas, namun
setelah diberikan informasi mengenai penyakitnya bahwa memang penyakit
tersebut merupakan penyakit yang dapat menyerang dimasa tuanya dan penyakit
tersebut hanya dapat dihambat perburukanya bukan sembuh total maka pasien
mulai memahami dan bersabar dengan keluhannya. Dengan rutin kontrol serta
menjaga berat badan dan olahraga serta mengurangi kegiatan yang berat berat
pasien berupaya melakukan hal tersebut untuk menghambat perburukan
penyakitnya.

3. Evaluasi

Pemasangan implant sudah sesuai dengan prosedur yang seharusnya.


Ketersediaan alat yang sudah disediakan oleh dinas kesehatan sudah sesuai dan
cukup di puskemas sehingga penggunaanya dapat maksimal. Pemerintah begitu
peduli dengan perencanaan keluarga. Karena di harapkan dengan perencanaan
yang matang dalam keluarga akan menciptakan kesehatan di masyarakat.
Perlunya edukasi terhadap masyarakat sehingga meyakinkan masyarakat dalan
keuntungan dan kerugian penggunaan alat kontrasepsi implant.

4. Analisis
Petugas kesehatan perlu melakukan promosi terhadap masyarakat agar
mau menggunakan alat kontrasepsi implant. Masyarakat juga di harapkan tidak
hanya merencanakan kehamilan tetapi merencanakan kesehatan keluarga yang
lainnya. Peran keluarga dalam mendukung perencanaan juga sangat penting.
Pasien juga merasa puas karena penggunaan KB implant tidak begitu
mengganggu kesuburan, sehingga ketika akan hamil tinggal di lepas.

3
5. Kesimpulan

Pasien mendukung program pemerintah untuk keluarga berencana dan


mereka juga merencakan kesehatannya. Implan adalah kontrasepsi jangka
panjang bersifat reversibel berisi hanya progestin saja (progestin-only) yang
melepaskan sejumlah kecil progestin secara terus-menerus ke dalam aliran
darah. Implan merupakan suatu alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit
lengan atas sebelah dalam. Berbentuk kapsul silatik yang lentur, panjangnya
sedikit lebih pendek daripada batang korek api. Sehingga masyarakat tidak lupa
dalam penggunaan kontrasepsi pada aktifitas seksual yang tinggi.

6. Daftar Pustaka

Mahmudah, L. N. (2015) Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan


Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada Akseptor KB Wanita
di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Unnes Journal of
Public Health, 2(2), 76 85.
Kurniawan, Herman, dkk (2017) Perilaku Akseptor dalam Memilih Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di POSKESDES Anuta Singgani
Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Jurnal Preventif, 8(1), 1-58
Jacobstein R, Stanley H. (2013) Contraceptive Implants: Providing Better
Choice to Meetgrowing Family Planning Demand. Global Health:
Science and Practice, 1(1), 11-17.
Prawirohardjo, Sarwono (2006) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo Sarwono.
Noviawati, Dyah (2009) Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Nuha
Medika, Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai