Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEBIDANAN

PADA REMAJA Nn. A USIA 15 TAHUN REMAJA PERTENGAHAN DENGAN


PUBERTAS NORMAL DI PERUMAHAN BCK BLOK A 2 NO 5 KECAMATAN CIBEBER
KABUPATEN CILEGON
Disusun untuk memenuhi tugas praktik pendidikan profesi bidan

Oleh:

Rifdah Maulia 190070500111034

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak dan
dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi.
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan Antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa; berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Pada masa transisi ini
akan berdampak pada perubahan fisik dan psikologis yang cepat. Perubahan yang
cepat tersebut akan membawa dampak pada remaja untuk mencari jati dirinya (Abrori,
2017).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2016), Penduduk usia remaja perlu
mendapat perhatian khusus karena beresiko bermasalah pada kesehatan
reproduksinya. Masa remaja merupakan masa yang kritis dalam siklus kehidupan
manusia. Pada remaja mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat
tradisional menuju modern. Remaja yang dahulunya terjaga kuat oleh sistem keluarga,
budaya, adat istiadat, telah mengalami perubahan akibat efek urbanisasi dan
industrialisasi yang cepat.
Kelompok remaja di Indonesia rentan terhadap pengabaian hak-hak kesehatan
reproduksi mereka. Mereka adalah korban diam yang sering kali dihakimi secara tidak
adil. Padahal usia remaja adalah usia di mana organ reproduksi rentan terhadap
infeksi saluran reproduksi, kehamilan dan penggunaan obat-obatan. Kesehatan
reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Remaja perlu mengetahui kesehatan
reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta
berbagai faktor yang ada disekitarnya (Meilan, 2018).
Menurut Undang-undang RI No. 4 tahun 2019 tentang Kebidanan, Asuhan
Kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang didasarkan pada proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh Bidan sesuai dengan wewenang dan
ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat Kebidanan.
Menurut Permenkes No. 25 tahun 2014 bidan memiliki wewenang dalam
memberikan asuhan pada remaja. Asuhan yang diberikan salah satunya berupa
komunikasi, informasi dan edukasi kesehatan remaja serta membantu remaja mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi dan dapat berkembang menjadi orang dewasa
yang mandiri dan bertanggung jawab.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen kebidanan yang tepat pada remaja.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada remaja
2. Mampu menginterpretasikan data dan menentukan masalah pada remaja
3. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada remaja
4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada remaja
5. Mampu menyusun intervensi asuhan kebidanan secara menyeluruh pada
remaja
6. Mampu melakukan implementasi dari rencana asuhan kebidanan pada
7. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada remaja
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Merupakan pengalaman belajar dalam melaksanakan praktek kebidanan
khususnya asuhan kebidanan pada remaja.
1.3.2 Bagi Institusi
Sebagai salah satu masukan bagi bidan sebagai upaya meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang optimal berupa memberikan informasi serta pelayanan
yang tepat dan adekuat dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya pada
remaja.
1.3.3 Bagi Lahan Praktik
Sebagai bahan masukan dalam manajemen asuhan kebidanan pada remaja.
1.4 Ruang Lingkup
Memberikan Asuhan Kebidanan pada remaja
1.5 Sistematika Penulisan
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini meliputi uraian mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, ruang
lingkup dan sistematika penulisan.
Bab 2 Tinjauan Teori
Bab ini berisi tentang uraian teori-teori yang berhubungan dengan remaja,
yang dapat mendukung dan membantu dalam pembahasan kasus ini.
Bab 3 Kerangka Konsep Asuhan
Bab ini berisi pola pikir dalam melakukan asuhan kebidanan yang sesuai
dengan kasus dikorelasikan dengan tinjauan teori yang sudah didapatkan.
Bab 4 Tinjauan Kasus
Bab ini berisi data-data dan keseluruhan manajemen asuhan kebidanan
melingkupi 7 langkah Varney yaitu meliputi pengkajian, interpretasi data,
diagnosa potensial, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi.
Bab 5 Pembahasan
Bab ini menguraikan apa saja hasil pembuatan kasus yang mencakup
semua aspek yang terkait dengan teori kasus, evidence based practice.
Membahas tentang keterkaitan antar data yang diperoleh dikorelasikan
dengan tinjauan teori yang didapatkan.
Bab 6 Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menjabarkan tentang jawaban
dari tujuan penulisan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1 Definisi Remaja
Kata ‘’remaja’’ berasal dari Bahasa latin adolescene berarti to grow atau to
grow maturity. Masa remaja adalah transisi perkembangan Antara masa kanak-
kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan
berakhir pada usia belasan tahun atau awal dua puluh tahun. Masa remaja terjadi
proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan
orangtua dan cita-cita mereka, di mana pembentukan cita-cita merupakan proses
pembentukan orientasi masa depan (Putro, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO) batasan mengenai siapa remaja
secara konseptual, ada 3 kriteria yang digunakan; biologis, psikologis dan social
ekonomi, yakni: (1) individu yang berkembang saat perama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual,
(2) individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
anak-anak menjadi dewasa, dan (3) terjadi peralihan dari ketergantungan social
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang lebih mandiri.
Sedangkan menurut Meilan (2018), masa remaja adalah masa transisi yang
ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara
usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi
manusia dan sering disebut masa pubertas.
2.1.2 Batasan Usia Remaja
Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua
akhir, masa remaja dibagi menjadi 3 tahapan yakni masa remaja awal, masa
remaja pertengahan dan masa remaja akhir; (Meilan, 2018)
- Masa remaja awal: perempuan (13-15 tahun), laki-laki (15-17 tahun)
- Masa remaja pertengahan: perempuan (15-18 tahun), laki-laki (17-19 tahun)
- Masa remaja akhir: perempuan (18-20 tahun), laki-laki (19-21 tahun)
Remaja awal dan remaja akhir mengalami perubahan fisik, psikologis dan mental
yang berbeda. Dengan terbaginya masa remaja ini, pelayanan kesehatan yang
diberikan juga harus menyesuaikan dan memfasilitasi kebutuhan remaja tersebut.
Menurut Jahja (2012), laki-laki lebih lambat matang daripada anak perempuan,
maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat,meskipun
pada usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa untuk usianya dibandingkan dengan
perempuan. Perempuan mengalami maa remaja relative lebih cepat dibandingkan
dengan remaja pada laki-laki. Hal ini membuat perempuan berkebutuhan lebih
cepat terhadap pelayanan kesehatan reproduksi daripada remaja laki-laki.
2.1.3 Ciri-Ciri Remaja
Menurut Jahja (2011), masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa
remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada
beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja yang sekaligus sebagai ciri-
ciri masa remaja:
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal strom dan stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari
perubahan fisik terutama hormone yang terjadi pada masa remaja. Dari segi
kondisi social, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada
dalam kondisi baru yang berbeda dari masa-masa yang sebelumnya. Pada fase ini
banyak tuntutan dan tekanan yang ditujakn pada remaja, misalnya mereka
diharapka untuk tidak lagi bertingkah laku seperti anak-anak, mereka harus lebih
mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawan ini akan
terbentuk seiring berjalannya wajtu dan akan tampak jelas pada remaja akhir yang
duduk di awal-awal masa kuliah di Perguruan Tinggi.
2. Perubahan yang cepat secara fisik juga disertau dengan kematanga seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri sendiri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan dansistem respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan dan proporsi tubuh
sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungannya denga orang
lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari
masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang.
Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa
remaja, maka remaja diharapkan untuk mengarahkan ketertarikan mereka pada
hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungannya dengan
orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis
kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis dan dengan orang dewasa
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-
kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa
Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang
terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi disisi lain mereka takut
akan tanggung jawab yang menyertai kbebasan itu, serta meragukan kemampuan
mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab itu.
2.1.4 Perubahan Fisik pada Remaja
Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang
anak akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus
yang terjadi pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu
tumbuh), perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi,
perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi
yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh (Batubara,2010).
Tinggi badan anak laki-laki bertambah kira-kira 10 cm per tahun,
sedangkan pada perempuan kurang lebih 9 cm per tahun. Secara keseluruhan
pertambahan tinggi badan sekitar 25 cm pada anak perempuan dan 28 cm pada
anak laki-laki. Pertambahan tinggi badan terjadi dua tahun lebih awal pada anak
perempuan dibanding anak laki-laki. Puncak pertumbuhan tinggi badan (peak
height velocity) pada anak perempuan terjadi sekitar usia 12 tahun, sedangkan
pada anak laki-laki pada usia 14 tahun. Pada anak perempuan, pertumbuhan akan
berakhir pada usia 16 tahun sedangkan pada anak laki-laki pada usia 18 tahun.
Setelah usia tersebut, pada umumnya pertambahan tinggi badan hampir selesai.
Hormon steroid seks juga berpengaruh terhadap maturasi tulang pada lempeng
epifisis. Pada akhir pubertas lempeng epifisis akan menutup dan pertumbuhan
tinggi badan akan berhenti (Batubara,2010).
Pertambahan berat badan terutama terjadi karena perubahan komposisi
tubuh, pada anak laki-laki terjadi akibat meningkatnya massa otot, sedangkan pada
anak perempuan terjadi karena meningkatnya massa lemak. Perubahan komposisi
tubuh terjadi karena pengaruh hormon steroid seks (Batubara,2010).
Perkembangan seks sekunder diakibatkan oleh perubahan sistem
hormonal tubuh yang terjadi selama proses pubertas. Perubahan hormonal akan
menyebabkan terjadinya pertumbuhan rambut pubis dan menarke pada anak
perempuan; pertumbuhan penis, perubahan suara, pertumbuhan rambut di lengan
dan muka pada anak laki-laki, serta terjadinya peningkatan produksi minyak tubuh,
meningkatnya aktivitas kelenjar keringat, dan timbulnya jerawat (Batubara,2010)
Pada anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan meningkatnya volume
testis, ukuran testis menjadi lebih dari 3 mL. Pembesaran testis pada umumnya
terjadi pada usia 9 tahun, kemudian diikuti oleh pembesaran penis. Pembesaran
penis terjadi bersamaan dengan pacu tumbuh. Ukuran penis dewasa dicapai pada
usia 16-17 tahun. Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis mencapai P4,
sedangkan kumis dan janggut baru tumbuh belakangan. Perubahan suara terjadi
karena bertambah panjangnya pita suara akibat pertumbuhan laring dan pengaruh
testosteron terhadap pita suara. Perubahan suara terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan pubertas. Mimpi basah atau wet
dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan dengan puncak pertumbuhan
tinggi badan (Batubara,2010)

Gambar 2.1. Rambut Pubis


Table 2.1. Tahap Perkembangan pubertas pada laki-laki menurut Tanner
Tahap Genitalia Rambut Pubis
Tahap 1 Prapubertas Prapubertas; tidak ada rambut pubis
Tahap 2 Pertambahan volume testis, skrotum Jarang, sedikit pigmentasi dan agak
membesar, menipis dan kemerahan ikal
Tahap 3 Penis mulai membesar baik dalam Tebal, ikal, meluas hingga mons
panjang maupun diameter, voume pubis
testis dan skrotum terus bertambah
membesar
Tahap 4 Testis dan skrotum terus membesar, Bentuk dewasa, tetapi belum meluas
warna kuit skrotum yang makin ke medial paha
gelap penis makin membesar baik
panjang maupun diameter
Tahap 5 Bentuk dan ukuran dewasa Bentuk dewasa, meluas ke medial
pubis
Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast
budding atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian secara
bertahap payudara berkembang menjadi payudara dewasa pada usia 13-14 tahun.
Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12 tahun dan mencapai pertumbuhan
lengkap pada usia 14 tahun. Menarce terjadi dua tahun setelah awitan pubertas,
menarce terjadi pada fase akhir perkembangan pubertas yaitu sekitar 12,5 tahun.
Setelah menstruasi, tinggi badan anak hanya akan bertambah sedikit kemudian
pertambahan tinggi badan akan berhenti. Massa lemak pada perempuan
meningkat pada tahap akhir pubertas, mencapai hampir dua kali lipat massa lemak
sebelum pubertas. Dari survei antroprometrik di tujuh daerah di Indonesia
didapatkan bahwa usia menarce anak Indonesia bervariasi dari 12,5 tahun sampai
dengan 13,6 tahun (Batubara,2010).

Table 2.2. Tahap perkembangan pubertas pada perempuan menurut Tanner


Tahap Genitalia Rambut Pubis
Tahap 1 Prapubertas Tidak ada rambut pubis
Tahap 2 Breast budding, menonjol seperti Jarang, berpigmen sedikit, lurus atas
bukit kecil, areola melebar medial labia
Tahap 3 Payudara dan areola membesar, Lebih hitam, mulai ikal, jumlah
tidak ada kontur pemisah bertambah
Tahap 4 Areola dan papilla membentuk bukit Kasar, keriting, belum sebanyak
kedua dewasa
Tahap 5 Bentuk dewasa, papilla menonjol, Bentuk segitga sperti pada
areola sebagai bagian dari kontur perempuan dewasa, tersebar sampai
buah dada medial paha
Gambar 2.2. Tahapan pubertas pada perempuan menurut Tanner

2.1.5
Perubahan Psikologis pada Remaja
Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja awal
(early adolescent), pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late adolescent).
Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent, terjadi pada usia usia
12-14 tahun. Pada masa remaja awal anak-anak terpapar pada perubahan tubuh
yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan perubahan komposisi tubuh
disertai awal pertumbuhan seks sekunder. Karakteristik periode remaja awal
ditandai oleh terjadinya perubahan-perubahan psikologis seperti; (Batubara,2010)
- Krisis identitas
- Jiwa yang labil
- Meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri
- Pentingnya teman dekat/sahabat
- Berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua, kadang-kadang berlaku kasar
- Menunjukkan kesalahan orangtua
- Mencari orang lain yang disayangi selain orangtua
- Kecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan
- Terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer group) terhadap hobi dan cara
berpakaian
Pada fase remaja awal mereka hanya tertarik pada keadaan sekarang, bukan
masa depan, sedangkan secara seksual mulai timbul rasa malu, ketertarikan
terhadap lawan jenis tetapi masih bermain berkelompok dan mulai bereksperimen
dengan tubuh seperti masturbasi. Selanjutnya pada periode remaja awal, anak
juga mulai melakukan eksperimen dengan rokok, alkohol, atau narkoba. Peran
peer group sangat dominan, mereka berusaha membentuk kelompok, bertingkah
laku sama, berpenampilan sama, mempunyai bahasa dan kode atau isyarat yang
sama (Batubara,2010)
Periode selanjutnya adalah middle adolescent terjadi antara usia 15-17 tahun,
yang ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan sebagai berikut;
(Batubara,2010)
- Mengeluh orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya
- Sangat memperhatikan penampilan
- Berusaha untuk mendapat teman baru
- Tidak atau kurang menghargai pendapat orangtua
- Sering sedih/moody
- Mulai menulis buku harian
- Sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan kompetitif
- Mulai mengalami periode sedih karena ingin lepas dari orangtua.
Pada periode middle adolescent mulai tertarik akan intelektualitas dan karir.
Secara seksual sangat memperhatikan penampilan, mulai mempunyai dan sering
berganti-ganti pacar. Sangat perhatian terhadap lawan jenis. Sudah mulai
mempunyai konsep role model dan mulai konsisten terhadap cita-cita
(Batubara,2010)
Periode late adolescent dimulai pada usia 18 tahun ditandai oleh tercapainya
maturitas fisik secara sempurna. Perubahan psikososial yang ditemui antara lain;
(Batubara,2010)
- Identitas diri menjadi lebih kuat
- Mampu memikirkan ide
- Mampu mengekspresikan perasaan dengan katakata
- Lebih menghargai orang lain
- Lebih konsisten terhadap minatnya
- Bangga dengan hasil yang dicapai
- Selera humor lebih berkembang
- Emosi lebih stabil.
Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan, termasuk peran
yang diinginkan nantinya. Mulai serius dalam berhubungan dengan lawan jenis,
dan mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan (Batubara,2010)
2.1.6 Masalah pada Remaja
Menurut Indah Milanti,dkk (2017), masalah reproduksi yang dapat dialami oleh
remaja adalah:
- Seks bebas yang dapat mengakibatkan kehamilan di usia remaja dan
tertularnya penyakit menular seksual
- Perdarahan di luar haid (perdarahan terjadi di Antara 2 haid). Hal ini
disebabkan oleh kelainan organ (polip, tumor ovarium, perlukaan serviks, dll)
dan kelainan hormonal (kelainan pada rantai hormonal hipotalamus-hipofisis
dan ovarium)
- Haid yang tidak lancar. Hal ini disebabkaan oleh ketidakseimbangan hormone
(FSH, LH, GnRH) dipengaruhi stress, indeks massa tubuh, dan aktivitas fisik.
Stress mempengaruhi hormone FSH-LH yang tidak teratur menyebabkan
hormone estrogen dan progesterone yang tidak teratur juga. Aktivitas yang
tinggi dapat mempengaruhi peningkatan kadar LH. Sedangkan lemak yang
berlebihan dalam tubuh mempengaruhi meningkatnya hormone estrogen yang
mengakibatkan umpan negative pada GnRH sehingga mengakibatkan
terganggnya hormone FSH.
Sedangkan menurut Arsani (2013), beberapa permasalahan remaja yang banyak
disoroti saat ini antara lain adalah pergaulan bebas hingga pelecehan seksual yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja, perkelahian antar geng,
penggunaan obat terlarang.
2.2 Pathway

Pituitary Gland

Hormone Hormone
Pertumbuhan Gonadotropik

Pertumbuhan Fungsi Gonad


Jasmani
Ciri-ciri seks
Perubahan primer dan
ukuran tubuh sekunder

 Pertambahan tinggi Ciri ciri seks primer:


badan  Menarche dan Wet
 Pertambahan berat Dream
badan Ciri-ciri seks sekunder:
 Perubahan proporsi  Pada pria: kumis,
tubuh jenggot, tubuh berotot,
dll
 Pada wanita: payudara
dan pinggul
membesar, dll
BAB 3
KERANGKA KONSEP ASUHAN
Tanggal pengkajian :mengetahui tanggal pemeriksaan saat ini dan
untuk menentukan jadwal pemeriksaan berikutnya
(Sulistyawati, 2015).
Waktu pengkajian :mengetahui waktu pemeriksaan (Sulistyawati,
2015).
Tempat :mengetahui tempat pemeriksaan (Sulistyawati,
2015).
3.1 Pengkajian Data
3.1.1 Data subjektif
Data subjektif adalah data yang didapat berdasarkan persepsi
klien tentang masalah kesehatan pasien. Data Subjektif
adalah data yang didapat berdasarkan persepsi dan pendapat
klien tentang masalah kesehatan mereka. Sumber data
pengkajian dapat berasal dari anamnesa klien, keluarga dan
orang terdekat, anggota tim perawatan kesehatan, catatan
medis, dan catatan lainnya. (Gossman, 2019)
1. Identitas
Data Klien
a. Nama
Mengetahui identitas klien dikaji dengan jelas dan lengkap
agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan asuhan
kebidanan
b. Umur 
Usia berpengaruh terhadap kematangan berperilaku,
semakin tinggi usia maka semakin baik perilakunya
(Solehati, 2017)
c. Agama
Keyakinan yang dapat berpengaruh pada respon individu
terhadap mengekspresikan nyeri serta pandangan dalam
mencari cara mengatasi nyeri (Shipton, 2013).
d. Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi pengetahuan tentang
reproduksinya (Sartika, 2016).
e. Alamat
Perilaku seseorang dalam merespon nyeri yang
kemungkinan berbeda dari suatu daerah dengan daerah
lainnya (Atarod, Alami, Bahari, Hashemi, & Kianejad, 2013)
1. Alasan Kunjungan
Umumnya klien datang untuk memeriksakan keluhan atau
bertanya seputar keluhan kesehatan reproduksinya (Aimul,
2006)
2. Keluhan Utama
Pada pasien anemia keluhan yang dialami yaitu mudah
lesu, cepat lelah, pusing, pucat (Nurbadriyah,2019)
3. Riwayat menstruasi.
Menarch Usia menarche berhubungan dengan pengetahuan
e dan pengalaman saat menstruasi yang akan
berpengaruh terhadap perilaku perawatan diri mereka
saat menstruasi terjadi (Solehati,2017). Wanita
Indonesia pada umumnya mengalami menarche
sekotar 12-16 tahun (Sulistyawati, 2014)
Siklus Siklus haid setiap wanita berbeda-beda biasanya
sekitar 23-32 hari (sulistyawati,2014)
Lama Durasi pendarahan saat haid normalnya empat
haid sampai dengan 5 hari. (Kural, 2016).
Banyak Banyak darah yang dikeluarkan dapat diperkirakan
darah seperti banyaknya jumlah pembalut yang dipakai atau
seringnya darah menembus karena tidak tertampung
oleh pembalut. Menstruasi dianggap berat jika harus
mengganti pembalut setiap jam atau setiap beberapa
jam berturut-turut. Gejala lain dari menstruasi
berlebihan dapat mencakup pendarahan malam hari
yang membuat terbangun untuk mengganti pembalut
dan adanya gumpalan darah besar saat menstruasi
(Sinaga, 2017).
Nyeri haid Hari pertama menstruasi kadar prostaglandin sangat
tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya, lapisan
dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar
prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri
haid pun akan berkurang seiring dengan makin
menurunnya kadar prostaglandin (Sinaga, 2017).
Keputihan Keputihan yang normal terjadi akibat perubahan
hormonal, seperti menjelang atau setelah menstruasi,
cairan tersebut tampak bening (tidak berwarna), tidak
berbau, tidak banyak, dan tidak menimbulkan keluhan
seperti rasa gatal atau terbakar pada kemaluan
(Sinaga, 2017)
4. Riwayat Kesehatan Lalu dan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ditanyakan untuk mengatahui apakah klien
menderita suatu penyakit kronis dan keluhan yang dialami klien saat ini,
yang akan mempengaruhi timbulnya keluhan (Varney, 2010)
Riwayat kesehatan yang lalu dapat mengetahui penyakit yang pernah
diderita klien sebelumnya, missal diabetets militus, hipertensi, jantung,
asma , TBC, tumor, kanker, hepatitis dan lain-lain yang dapat
mempengaruhi keluhan (Varney, 2010)
5. Riwayat Psikososial
Pada kasus remaja penting dikaji apakah klien pernah melakukan
hubungan seksual sebelumnya atau pernah menikah karena kemungkinan
berhubungan dengan kesiapan organ genetalia dalam hubungan seksual
dan penapisan pada penyakit menular seksual. (Aimul, 2006).
6. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Istirahat Pola istirahat dapat berpengaruh terhadap keluhannya
saat ini
Tidur siang normalnya 1 – 2 jam/hari.
Tidur malam normalnya 6-8 jam/hari.
Kualitas tidur nyenyak dan tidak terganggu
(Sulistyawati, 2015).
Aktifitas Proporsi makan dan Pola aktivitas perlu ditanyakan
karena dapat mengubah risiko obesitas dan kurang
gizi pada remaja hingga dewasa (Hadi,2019).
Eliminasi Pola eliminasi yaitu BAK dan BAB perlu ditanyakan
pada klien untuk menyesuaikan dengan pola
pemenuhan nutrisinya, apakah intake sudah sesuai
dengan output (Wiknjosastro, 2010).
BAK: normalnya 6 – 8x/hari, jernih, bau khas.
BAB: normalnya kurang lebih 1x/hari, konsistensi
lembek, warna kuning.
Nutrisi Pola makan yang tidak sesuai akan menyebabkan
asupan gizi berlebih atau sebaliknya. Meningkatnya
aktivitas, kehidupan social dan kesibukan remaja,
akan memengaruhi kebiasaan makan mereka
(Adinda, 2015)
Personal para remaja putri perlu memerhatikan kebersihan
Hygiene organ reproduksi mereka terutama saat menstruasi
karena bila tidak dikelola dengan baik maka akan
menghasilkan masalah kesehatan reproduksi, salah
satunya adalah keputihan (Solehati, 2017)
Pola Mengkaji kebiasaan apakah klien merokok,
Kebiasaan mengkonsumsi alkohol, jamu dan narkoba. Serta
mengetahui apakah klien memelihara hewan
peliharaan dan tidak memiliki tradisi tertentu atau
dipijat (Sulistyawati, 2015).
3.1.2 Data objektif
 Keadaan umum : lemah, cukup, baik (Sulistyawati, 2015).
 Kesadaran : composmentis, apatis, koma (Sulistyawati, 2015).
 Tekanan darah : normalnya sistole 100-120mmHg, diastole 60-
80mmHg. Pemeriksaan tekanan darah merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan untuk mengetahui fungsi dari organ jantung
dan pembuluh darah (Colyar, 2011).
 Suhu : normalnya 36,5 – 37,50C , ¿ 380C dianggap tidak
normal dan ada tanda infeksi (komalasari, 2010).
 Nadi : normalnya 60 – 100x/menit, peningkatan nadi
menjadi indikasi terjadinya infeksi, kesakitan dan dehidrasi
(colyar,2011) (Sulistyawati, 2015).
 Pernafasan : normalnya 16 – 24x/menit, pemeriksaan respiratory
rate merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui fungsi dari sistem pernapasan (colyar, 2011)
 Pemeriksaan Fisik:
a. Wajah:
Pemeriksaan wajah pucat/tidak, oedema/tidak, pemeriksaan wajah
klien tampak pucat (Lestari, 2013)
b. MuIut:

Kebersihan, warna bibir merah/pucat, stomatitis, rongga muIut


merupakan cermin yang baik untuk merefIeksikan keadaan sistemik
manusia. Keadaan sistemik yang tidak normaI dapat tercermin pada
rongga muIut dengan manifestasi berbagai Iesi yang dapat muncuI
pada rongga muIut. Kadar hormone didaIam tubuh yang tidak
seimbang atau mengaIami fIuktuasi merupakan saIah satu kondisi
sistemik yang dapat tercermin daIam rongga muIut. Lesi yang
bermanifestasi daIam rongga muIut saat kadar hormon daIam tubuh
tidak seimbang yaitu SAR (Stomatitis Apthosa Rekuren) (Lestari,
2013)
c. Leher:
Pemeriksaan adanya pembengkakan keIenjar tiroid, keIenjar keIenjar
Iimfa, bendungan vena juguIaris. Adakah pembesaran kelenjar limfe
untuk mengetahui apakah ada infeksi. Dalam beberapa kasus
disfungsi kelenjar tiroid (hipotiroid dan hipertiroid) dapat berperan
sebagai etiologi haid yang tidak teratur dan dihubungkan dengan
penurunan kesuburan pada wanita. Gangguan hormonaI sebagai
contoh gangguan fungsi hormone tiroid sering berhubungan dengan
keIainan sikIus haid, hormone tiroid terIibat daIam mengatur sikIus
menstruasi dan kesuburan termasuk mengatur LH pada biosintesis
hormone steroid oIeh Triidothyronim (T3) di oosit (Kakuno 2010
daIam Sukandar 2015)
d. Dada, payudara:
Kesimetrisan kedua payudara, kebersihan kedua payudara, puting
susu menonjol atau tidak. Palpasi : adakah massa atau pembesaran
massa atau kelenjar limfe, adakah cairan/rabas yang keluar dari
puting. (Lestari 2013) .
Pada anak perempuan awal pubertas ditandai oleh timbulnya breast
budding atau tunas payudara pada usia kira-kira 10 tahun, kemudian
secara bertahap payudara berkembang menjadi payudara dewasa
pada usia 13-14 tahun (Batubara, 2010).

Sumber: Batubara. 2010. Adolescent Development (Perkembangan


Remaja). Sari Pediatri Vol.12, No.1
e. Abdomen :
Dewi Sartika (2010), (Manuaba, 2010)
Pemeriksaan abdomen bertujuan untuk mengetahui bentuk, gerakan
perut, suara peristaltik usus, mengetahui temapat nyeri tekan dan
massa abnormal di rongga abdomen. Prosedur pemeriksaan
abdomen secara inspeksi bertujuan untuk mengetahui kesimetrisan
abdomen, warna kulit, lesi, scar, distensi, tonjolan, pelebaran vena,
kelainan umbilikus. Pemeriksaan secara auskultasi bertujuan untuk
mengetahui suara bising usus di semua kuadran. Nilai normal suara
peristaltik usus terdengar 5-20x/detik. Diare merupakan gejala yang
menyertai disminorea dan tidak ada hubungan langsung antara diare
dan disminorea (Rahayu, Sri. 2019). Pemeriksaan secara palpasi
bertujuan untuk mengetahui massa, karakteristik organ, adanya
asites, nyeri ireguler, lokasi massa dan nyeri tekan. (Ernawati, 2010).
f. Genetalia
Pemeriksaan genitalia untuk mengetahui kelainan tertentu seperti ada
oedema atau tidak, ada pembengkakan kelenjar bartholini atau tidak
(Varney, 2007)
 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menegakkan diagnosa
berdasarkan manifestasi klinis/tanda dan gejala yang ditemukan.
Pemeriksaan Hb:
Rendahnya kadar hemogIobin berhubungan dengan terjadinya
anemia (Saira Dars 2014 daIam Sukandar 2015)
3.2 Interpretasi Data Dasar
Pada langkah kedua dilakukan identitas terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian di interpretasikan sehingga
dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan
diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Diagnosis
kebidanan merupakan diagnosis yang ditegakkan bidan dalam lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis
kebidanan (Jayanti,2019).
Dx: Remaja awal/madya/akhir dengan……
Ds: diperoleh dari keterangan dan keluhan yang disampaikan secara
langsung(Jayanti,2019).
Do: dipeoleh dari hasil pemeriksaan secara keseluruhan yang mengarah
ke diagnosa (Jayanti,2019).
Masalah: Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sering dialami
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian
(Jayanti,2019).
Kebutuhan: kebutuhan yang diberikan sesuai masalah yang ada dan
tidak harus segera dilakukan (Jayanti,2019).
3.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, jika memungkinkan,
bidan melakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis ini
benar-benar terjadi. Langkah ini sangat penting dalam melakukan asuhan
kebidanan yang aman (Varney, 2007 dalam Tando, 2016).
Contoh pada remaja dengan anemia, menurut Silalahio (2016),
dampak anemia pada remaja putri mempunya dampak negatif terhadap
perkembangan fisik dan kognitif pada remaja.
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera, Kolaborasi, Rujukan
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera
yang dilakukan oleh bidan atau dokter untuk berkonsultasi atau
menangani masalah bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan
kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Tindakan bidan harus sesuai dengan prioritas
masalah atau kebutuhan klien. Rumusan ini termasuk tindakan segera
yang mampu dilakukan bidan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat
rujukan (Varney, 2007 dalam Tando, 2016)
3.5 Intervensi
Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter
segera untuk melakukan konsultasi atau melakukan penanganan
bersama dengan sanggota tim kesehatan lain yang sesuai dengan
kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari
proses penatalaksanaan kebidanan (Purwandari, 2008). Data
dikumpulkan kemudian dievaluasi. Beberapa data yang mungkin
diidentifikasi bahwa dapat tindakan segera untuk keselamatan jiwa klien.
Dari data yang dikumpulkan, dapat ditentukan bahwa memerlukan
tindakan segera sementara atau harus menunggu intervensi dari dokter.
Selain itu, intervensi dapat dilakukan dengan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter. Dalam hal ini, bidan mengevaluasi kondisi setiap klien
untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling
tepat dilakukan untuk penatalaksanaan klien (Purwandari, 2008).
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada remaja,
diharapkan remaja dapat memahami kondisi dirinya dan dapat
mengurangi kecemesan yang dirasakannya
Kriteria Hasil :
1. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan kondisi
klien, tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara
komprehensif.
2. Melibatkan klien/pasien dan atau keluarga.
3. Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya klien/keluarga.
4. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat untuk klien.
5. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber
daya serta fasilitas yang ada
(Maternity, 2017 hlm. 160)
Intervensi :
1. Berikan KIE mengenai kesehatan reproduksi
R/ remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki
informasi yang benar mengenai proses reproduksi serat berbagai
faktor yang ada disekitarnya (Efendi, 2009 hal. 221)
2. Berikan KIE mengenai pemberian tablet tambah darah
R/ wanita usia subur cenderung menderita anemia karena
mengalami siklus menstruasi tiap bulan. Pemberian tablet tambah
darah pada remaja putri bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat
besi bagi para remaja putri yang akan menjadi ibu di masa yang
akan datang (Profil Kesehatan RI, 2017).
3. Berikan KIE mengenai gizi pada remaja
R/ makanan yg mengandung unsur zat gizi sangat diperlukan untuk
proses tumbuh kembang selain itu akan terpelihara kesehatan
reproduksinya, sehingga akan menjadi calon ibu yg sehat pada saat
memasuki masa perkawinan (Kemenkes RI, 2015).
3.6 Implementasi
Pada langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh yang telah
diuraikan pada langkah 5, dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dengan
klien atau dengan tim kesehatan lain. Bila bidan berkolaborasi dengan
dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, bidan tetap
bertanggung jawab dalam penatalaksanaan asuhan klien sesuai dengan
rencana asuhan bersama yang menyeluruh (Purwandari, 2008).
3.7 Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifian asuhan yang
sudah diberikan, meliputi apakah pemenuhan kebutuhan telah terpenuhi
sesuai diagnosis dan masalah. Langkah-langkah proses penatalaksaan
umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran
yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, dan
langkah terakhir bergantung pada klien dan situasi klinis, tidak hanya
dievaluasi dalam bentuk tulisan saja (Purwandari, 2008).
Metode empat langkah pendokumentasian yang dinamakan SOAP
(Subjektif, Objektif, Assessment, Plan) digunakan untuk
mendokumentasikan asuhan dalam rekam medis sebagai catatan
kemajuan pasien (Purwandari, 2008).
Subjektif : segala sesuai yang dikatakan oleh klien
Objektif :yang dilihat dan dirasakan oleh bidan saat melakukan
pemeriksaan, seperti pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan fisik, laboratorium
Assessment : kesimpulan dari data-data subjektif dan objektif
Plan : yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi
BAB IV
ASUHAN KEBIDANAN
PADA REMAJA Nn. A USIA 15 TAHUN REMAJA PERTENGAHAN DENGAN
PUBERTAS NORMAL DI PERUMAHAN BCK BLOK A 2 NO 5 KECAMATAN
CIBEBER KABUPATEN CILEGON

Tanggal Pengkajian : 20 Maret 2020


Pukul : 16.00 WIB
Tempat : Cilegon
I. Pengkajian
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama Klien : Nn. A
Umur : 15 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Belum Bekerja
Pendidikan : SMA
Alamat : Perumahan BCK Blok A 2 No.5. RT 01/RW 01 Cibeber,
Cilegon Banten.
Identitas Wali
Nama Ibu : Ny. O Nama Ayah : Tn. C
Umur : 48 tahun Umur : 52 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : Karyawan Swasta
Pendidikan : DIII Pendidikan : DI
Alamat : Perumahan BCK Blok A 2 No.5. RT 01/RW 01 Cibeber,
Cilegon Banten.
2. Alasan Datang:
Klien mengatakan ingin melakukan pemeriksaan Fisik
3. Keluhan Utama
Klien mengatakan sekarang tidak ada keluhan
4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus : tidak teratur
Lama mens : 5-6 hari
Banyak menstruasi : Ganti pembalut 2-3 pembalut per hari.
Nyeri haid : Hanya hari pertama
HPHT : 7 Maret 2020
Fluor albus : kadang-kadang ada keputihan sebelum
menstruasi, warna bening, tidak berbau dan
tidak gatal.
5. Riwayat Kesehatan
- Klien mengatakan bahwa ia tidak pernah menderita penyakit menular
seperti TBC, hepatitis maupun infeksi menular seksual
- Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun seperti
tekanan darah tinggi, stroke, diabetes, dan keganasan seperti kanker
atau tumor
- Klien mengatakan dikeluarganya tidak pernah mengalami penyakit
menular, menurun ataupun menahun seperti hipertensi, TBC, Hepatitis,
malaria, DM, penyakit jantung, anemia, maupun IMS serta tidak ada
riwayat mioma, kista dan kanker.
6. Riwayat Psikososial
Klien belum menikah dan belum melakukan hubungan seksual.
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola Istirahat
Klien mengatakan tidak ada keluhan. Klien mengatakan tidur malam
dari jam 10 malam hingga 5 subuh. Klien tidak pernah tidur siang.
b) Pola Aktifitas
Klien beraktivitas membantu nenek dan kakeknya berjualan pada pagi
hari, lalu siang harinya klien di rumah untuk mengurus pekerjaan
rumah.
c) Pola Eliminasi
BAK : kemarin ± 5 kali sehari tidak ada keluhan
BAB : biasanya 1x sehari, tidak ada keluhan
d) Pola Nutrisi
Makan 3 kali sehari dengan 1 porsi berisi lauk pauk, nasi, dan sayur.
Jarang mengkonsumsi buah. Klien mengatakan suka mengkonsumsi
makanan ringan. Minum air putih dalam sehari 6-7 gelas.
e) Pola Personal Hygiene
- Ganti pembalut 2-3x sehari selama menstruasi
- Klien biasa mengganti celana dalam 2x sehari
- Tidak menggunakan sabun pembersih kewanitaan
f) Pola Kebiasaan
- Klien tidak merokok, tidak minum minuman keras dan tidak
mengonsumsi narkoba.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36.7 0C
2. Pemeriksaan Antropometri
BB : 43 kg
TB : 150 cm
Lila : 25 cm
IMT : 19,1 (Ideal)
3. Pemeriksaan Fisik
Wajah : tidak pucat, tidak oedem
Mata : konjunctiva merah muda, sklera putih
Mulut : bibir tampak lembab dan merah muda, tidak ada
caries gigi
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar
limfe, tidak ada bendungan vena jugularis.
Aksila : terdapat partumbuhan rambut pada aksila, tidak
terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan abnormal
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, payudara tampak
simetris, putting menonjol, areola dan papilla
membentuk bukit kedua, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan abnormal.
Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, bising usus (+) normal,
tidak ada nyeri tekan, tidak kembung
Ekstremitas Atas : Tidak ada bekas luka, tidak ada varises, tidak oedem
Ekstremitas Bawah : Tidak ada bekas luka, tidak ada varises, tidak oedem
Genitalia : tidak ada bekas luka, terdapat pertumbuhan rambut
pubis lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah.
II. Interpretasi Data Dasar
Diagnosis : Remaja Akhir usia 15 tahun dengan Pubertas Normal
DS :
Klien mengatakan sekarang sedang tidak ada keluhan.
DO :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : composmentis
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 18 x/m
S : 36.4 0C
BB : 40 kg
TB : 150 cm
Pemeriksaan Fisik:
Wajah : tidak pucat, ekspresi wajah menahan nyeri
Mata : konjunctiva merah muda, sklera putih
Mulut : bibir tampak lembab dan merah muda, perdarahan gusi
tidak ada, caries ada pada gigi geraham kanan
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan kelenjar limfe,
tidak ada bendungan vena jugularis.
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, payudara tampak simetris,
benjolan abnormal tidak ada
Abdomen : Tidak ada bekas luka operasi, nyeri tekan (+) di daerah
perut bawah dekat pubis
Ekstremitas Atas : warna kuku merah muda.
Ekstremitas Bawah : warna kuku merah muda, tidak ada varises.

Masalah : tidak ada


Kebutuhan : tidak ada

III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Tidak ada
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera, kolaborasi dan rujukan
Tidak ada
V. Intervensi
Tujuan :
setelah diberikan asuhan kebidanan yang tepat diharapkan klien dapat
memahami kondisinya saat ini.
Kriteria hasil :
 Keadaan umum baik
 TTV dalam batas normal
TD : 110/70 – 120/80 mmHg
S : 36.5 – 37.5 C
N : 60 - 100 kali/menit
RR : 16-24 kali/menit
 Klien mengerti tentang kondisinya
 Klien mengerti cara mengatasi masalah susah tidur yang terkadang
dialaminya
Intervensi
1) Lakukan komunikasi terapeutik dan inform consent untuk pemeriksaan yang
akan dilakukan pada klien!
R/ tenaga kesehatan perlu membina hubungan kepercayaan dengan klien
melalui suatu komunikasi terapeutik, berguna sebagai penunjang dalam
pelayanan keperawatan, sehingga dapat mengetahui apa yang sedang
dirasakan dan yang dibutuhkan klien dan jika hal itu sudah terpenuhi maka
pasien akan merasa puas (Bolla, 2007)
2) Berikan penjelasan hasil pemeriksaan kepada klien!
R/ klien mempunyai hak untuk mengetahui kondisinya serta Penjelasan yang
baik akan membuat klien memahami kondisi dirinya, merasa nyaman dan
percaya untuk menyerahkan asuhan pada tenaga kesehatan, serta memahami
tujuan asuhan yang diberikan.
3) Berikan KIE mengenai asupan nutrisi dan aktivitas pada pada klien!
R/ Meningkatnya aktivitas, kehidupan social dan kesibukan remaja, akan
memengaruhi kebiasaan makan mereka (Adinda,2017). Makanan yg
mengandung unsur zat gizi sangat diperlukan untuk proses tumbuh kembang
selain itu akan terpelihara kesehatan reproduksinya, sehingga akan menjadi
calon ibu yg sehat pada saat memasuki masa perkawinan (Kemenkes RI,
2015).
4) Berikan KIE mengenai menjaga kebersihan daerah kewanitaannya!
R/ Menjaga kesehatan organ reproduksi berawal dari menjaga kebersihan diri,
termasuk kebersihan vagina yang bertujuan agar vagina tetap bersih, normal,
sehat dan terhindar dari kemungkinan muncul adanya penyakit termasuk
keputihan (Ilmiawati, 2016)

VI. Implementasi
Tanggal : 20 Maret 2020 Jam : 18.10
1. Melakukan komunikasi terapeutik dan inform consent untuk pemeriksaan
yang akan dilakukan pada klien, dengan menyapa dan bersikap empati
kepada klien serta memberikan lembar inform consent untuk ditanda tangani
klien sebagai persetujuan pemeriksaan.
2. Memberikan penjelasan hasil pemeriksaan kepada klien, bahwa kondisi
klien dalam batas normal. Pertumbuhan dan perkembangannya sesuai usia
klien.
3. Memberikan KIE mengenai asupan nutrisi dan aktivitas pada pada klien
karena Kebutuhan Gizi remaja relatif besar disebabkan mereka masih
mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas
fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang
lebih banyak
4. Memberikan KIE mengenai kesulitan tidur pada klien dengan Salah satu
upaya yaitu metode relaksasi. Relaksasi adalah satu teknik yang
mengembangkan metode fisiologis melawan ketegangan yaitu teknik untuk
mengurangi ketegangan otot didasarkan pada kontraksi otot. Pasien mulai
dengan sengaja berkontraksi otot dan menahan ketegangan; kedua mereka
melepaskan semua ketegangan dan fokus pada sensasi relaksasi. Latihan
teratur akan membantu pasien untuk mengenali ketegangan dan serta
merasa rileks
5. Memberikan KIE mengenai menjaga kebersihan daerah kewanitaannya.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk perawatan pribadi terhadap vagina
adalah: membersihkan vagina dengan cara membasuh bagian antara bibir
vagina secara hati – hati dan perlahan, cara membasuh vagina yang benar
dari arah depan ke belakang, hindari penggunaan pengharum dan sabun
antiseptic secara terus menerus, karena dapat merusak keseimbangan flora
normal dalam vagina, gantilah celana dalam 2 sampai 3 kali sehari dan
menggunakan celana dalam yang bersih serta terbuat dari bahan katun.
VII. Evaluasi
Tanggal : 28 November 2019 Jam : 16.30 WIB
S: Klien merasa senang setelah mengetahui hasil pemeriksaan dan
memahami semua penjelasan serta anjuran yang diberikan
O:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
A: Remaja usia 15 tahun dengan Pubertas Normal
P:
1. Meminta klien untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan
2. Menganjurkan klien untuk periksa ke fasilitas kesehatan jika terdapat
keluhan
BAB 5
PEMBAHASAN

Pembahasan ini dimaksudkan agar diambil suatu kesimpulan dan pemecahan


masalah dari kesenjangan yang ada, sehingga dapat digunakan sebagai tindak
lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat, efektif, dan efisien khususnya
pada “Asuhan Kebidanan Pada Remaja Nn. A Usia 15 tahun Remaja Pertengahan
dengan Pubertas Normal Di Perumahan BCK Kecamatan Cibeber Kabupaten
Cilegon Banten’’.
5.1 Identifikasi Data Dasar
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian melalui proses
pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien secara
lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan,
peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya, data lab dan
membandingkannya dengan hasil studi. Semua data dikumpulkan dari semua
sumber yang berhubungan dengan kondisi pasien (Wildan, 2008)

Berdasarkan kasus yang ditemui di lahan, pengkajian data dilakukan


dengan teknik wawancara kepada klien sendiri dan melakukan pemeriksaan
fisik. Hal ini sesuai dengan teori Wildan (2008) yang menyatakan bahwa
pengkajian data dikumpulkan yaitu data subjektif dan data objektif dari pasien.

Berdasarkan kasus pada Nn. A, pengkajian sudah dilakukan sesuai


dengan teori. Pengkajian anamnesa dilakukan secara menyeluruh dan terfokus
terhadap keluhan dan kebutuhan klien. Didapatkan hasil pemeriksaan bahwa
Nn. A berusia 15 tahun mengatakan tidak ada keluhan akan tetapi pada pola
istirahatnya klien mengatakan susah tidur saat malam hari, didapatkan tanda-
tanda vital dalam batas normal dan pemeriksaan fisik terdapat pertumbuhan
rambut diaksila, bentuk payudara tampak simetris, putting menonjol, areola dan
papilla membentuk bukit kedua, serta pada genitalia terdapat pertumbuhan
rambut pubis lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah.

Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan kondisi yang terjadi pada
kasus yaitu Nn. A Usia 15 tahun Remaja Pertengahan dengan Pubertas Normal.
Sehingga didapat dikatakan bahwa tidak ada kesenjangan Antara teori dan
kasus.

5.2 Intepretasi
Menurut Teori Batubara (2010) Perkembangan seks sekunder diakibatkan
oleh perubahan sistem hormonal tubuh yang terjadi selama proses pubertas.
Perubahan hormonal akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan rambut pubis
dan menarke pada anak perempuan. Pada anak perempuan awal pubertas
ditandai oleh timbulnya breast budding atau tunas payudara pada usia kira-kira
10 tahun, kemudian secara bertahap payudara berkembang menjadi payudara
dewasa pada usia 13-14 tahun. Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12
tahun dan mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun.
Berdasarkan identifikasi data dasar didapatkan diagnose kebidanan Nn. A
usia 15 tahun Remaja Pertengahan dengan pubertas normal. Data subjektif
menyatakan klien tidak ada keluhan, usia pertama kali haid (menarche) yaitu
diusia 12 tahun. Data obektif menyatakan keadaan umum dan tanda-tanda vital
dalam batas normal, hasil pemeriksaan fisik terdapat pertumbuhan rambut
diaksila, bentuk payudara tampak simetris, putting menonjol, areola dan papilla
membentuk bukit kedua, serta pada genitalia terdapat pertumbuhan rambut
pubis lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah.
Maka terdapat kesesuaian antara tinjauan teori dengan kasus Nn. A
sehingga diagnosa dapat ditegakkan dan memudahkan bidan dalam
memberikan asuhan yaitu Remaja Pertengahan Usia 15 tahun dengan Pubertas
Normal.
5.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Nn. A tidak didapatkan
diagnose dan masalah potensial.
5.4 Identifikasi Kebutuhan Segera, Kolaborasi dan Rujukan
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Nn. A tidak didapatkan
kebutuhan segera
5.5 Intervensi
Menurut teori Wildan, (2008) Berdasarkan diagnosis yyang ditegakkan bidan
dalam mencatat rencana kegiatannya, maka rencana kegiatan mencakup tujuan
dan langkah-langkah yang akan dilakukan bidan dalam melakukan intervensi
dalam rangka memecahkan masalah termasuk rencana evaluasi.
Intervensi yang dilakukan pada Nn. A yaitu pendekatan terapeutik dan inform
consent, menjelaskan hasil pemeriksaan, konseling nutrisi, aktivitas dan
personal Hygiene serta konseling cara mengatasi susah tidur yang dialami klien
dengan teknik relaksasi.
Menurut penelitian yang dilakukan Mariyana (2019) Salah satu upaya
mengatasi kesulitan tidur adalah dengan metode relaksasi. Relaksasi adalah
satu teknik yang mengembangkan metode fisiologis melawan ketegangan yaitu
teknik untuk mengurangi ketegangan otot didasarkan pada kontraksi otot. pasien
mulai dengan sengaja berkontraksi otot dan menahan ketegangan; kedua
mereka melepaskan semua ketegangan dan fokus pada sensasi relaksasi.
Latihan teratur akan membantu pasien untuk mengenali ketegangan dan serta
merasa rileks. Efek dari teknik relaksasi progresif yang berkaitan dengan stres,
manajemen stres mempunyai peran penting dalam menurunkan denyut nadi dan
tekanan darah sehingga kita bisa rileks dan mengatasi kesulitan tidur.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat intervensi yang
diberikan sudah sesuai dengan teori.
5.6 Implementasi
Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa dalam
melaksanakan rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman klien
dan keluarga. Pada studi kasus Nn. A usia 15 tahun Remaja Pertengahan
dengan pubertas normal, rencana penatalaksanaan tindakan dapat
diimplementasikan secara keseluruhan karena klien kooperatif ketika bidan
memberikan penjelasan, memahami dan bersedia menerapkan anjuran yang
diberikan oleh bidan.

5.7 Evaluasi
Evaluasi didasarkan pada hasil implementasi. Seluruh rencana asuhan pada
Nn. A telah dilaksanakan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan kriteria hasil.
Evaluasi asuhan kebidanan merupakan langkah akhir dari proses manajemen
asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan dengan cara
membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasi,
memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau tidak dengan tindakan yang
sudah diimplementasikan.
Evaluasi pada kasus Nn. A dilakukan pukul 18.30, klien merasa senang
denga hasil pemeriksaannya, mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
bersedia untuk melakukan anjuran yang diberikan.
BAB 6
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Pengkajian data pada kasus Nn. A usia 18 tahun Remaja Pertengahan
dengan Pubertas Normal, data hasil anamnesa dan pemeriksaan objektif
sudah dapat dijadikan dasar penegakan diagnosa
2. Identifikasi diagnosa pada kasus adalah Nn. A usia 18 tahun Remaja
Pertengahan dengan Pubertas Normal
3. Pada kasus diagnose masalah potensial tidak ada
4. Pada kasus kebutuhan segera tidak ada
5. Pada kasus identifikasi intervensi yang dilakukan adalah melakukan
pemeriksaan pemeriksaan fisik, menjelaskan hasil pemeriksaan,
memberikan KIE tentang nutrisi, aktivitas
6. Pada implementasi kasus dapat diidentifikasi bahwa seluruh intervensi
yang direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya sesuai rencana.
7. Pada evaluasi kasus dapat diidentifikasi bahwa tidak ada data yang
menyimpang dari tinjauan pustaka dan tujuan tindakan sudah tercapai
seluruhnya sesuai dengan implementasi.

7.2 Saran
1. Tempat pelayanan kesehatan
Diharapkan bidan dapat tetap mempertahankan dan meningkatkan
kerjasama serta komunikasi sehingga dapat menjaga mutu pelayanan
kebidanan.
2. Program studi Profesi Bidan FKUB
Diharapkan dengan adanya laporan kasus terkait asuhan pada bayi dan
balita sehat dengan pertumbuhan dan perkembangan normal dapat
dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan evidence based terkini
sehingga dapat dilakukan pengkajian kasus sejak dini, dilakukan
pencegahan komplikasi yang benar dan tepat sehingga dapat
memberikan prognosis yang baik bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA

Batubara, Jose RL.2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja).


Jakarta: Sari Pediatri, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Vol. 12, No. 1,
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Ernawati. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media.

Gossman W, Peniston Feliciano HL, Mahapatra S. StatPearls [Internet]. StatPearls


Publishing; Treasure Island (FL): Aug 15, 2019. Acute Respiratory
Distress Syndrome (ARDS) 
Hadi.2019. Perilaku sedentary sebagai factor risiko kejadian obesitas pada anak
sekolah di Yogyakarta dan kabupaten bantul. Jurnal gizi dan dietik
Indonesia, 1(2):71-80
Jayanti Ira. 2019. Evidance Based dalam praktik kebidanan. Yogyakarta: Deepublish
Kemenkes RI. 2015. Modul Pelatihan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
bagi konselor Sebaya. Direktur Bina Kesehatan Anak: Kemenkes RI

Kusumawardani, Paramitha Amelia dan Cholifah. 2018. The Reatios Betwen


Anemia and Female dolescent’s Dysmenorrhea. Universitas Ahmad
Dahlan International Conference on Public Health

Lestari, Hesti. dkk. Gambaran Dismenorea pada Remaja Putri SekoIah Menengah
Pertama di Manado. Sari Pediatri: VoI. 12 No 2.
Maidartati, 2018. Jurnal Efektivitas Terapi Kompres Hangat Terhadap Penurunan
Nyeri Dismenore pada Remaja di Bandung. Jurnal Keperawatan BSI,
Vol. VI No. 2 September 2018.
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/view/4357/pdf
Maternity, Dainty. 2017. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: ANDI

Mariyana. 2019. Efektivitas Teknik Relaksasi Progresif dalam mengurangi kesulitan


tidur pada remaja. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema
Kesehatan. Stikes Fort De Kock: Bukit Tinggi

Rahayu, Sri. 2019. Hubungan Asupan Zinc, Aktivitas Olahraga dan Dismenore
Primer pada Siswi Kelas XI SMAN 3 Kota Cimahi Tahun 2016. Poltekes
Kemenkes Bandung Jurusan Gizi online pada laman
www.r2kn.litbang.kemkes.go.id

Soleehati.2017. gambaran factor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan


pasien kanker payudara dalam menjalani kemoterapi. Jurnal pendidikan
keperawatan Indonesia. Universitas padjajaran

Setyowati, Heni. 2018. Akupresur Untuk Kesehatan Wanita Berbasis Hasil


Penelitiani. Magelang: UNIMMA Press

Silalahio, Verarica, et all. 2016. Potensi pendidikan gizi dalam meningkatkan asupan
gizi pada remaja putri yg anemia di kota medan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat: Universitas Negeri Semarang.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/4113
Sukandar dkk. 2015. Relationship of Hyperthyroidism Status with Menstrual Cycle of
hyperthyroid patients in Litbang GAKI Magelang Clinic. Balai Litbang
GAKI Magelang
Sulistyawati, A. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Andi Offset
Tando, N.M. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, & Anak Balita. Jakarta: EGC.
Purwandari, Atik. 2008. Konsep Kebidanan: Sejarah & Profesionalisme. Jakarta:
EGC

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 Volume 2. Jakarta :
EGC

Wildan. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai