Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada di antara fase anak dan
dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan emosi.
Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan Antara masa kanak-kanak dan
masa dewasa; berlangsung antara usia 10 sampai 19 tahun. Pada masa transisi ini
akan berdampak pada perubahan fisik dan psikologis yang cepat. Perubahan yang
cepat tersebut akan membawa dampak pada remaja untuk mencari jati dirinya (Abrori,
2017).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Irawan (2016), Penduduk usia remaja perlu
mendapat perhatian khusus karena beresiko bermasalah pada kesehatan
reproduksinya. Masa remaja merupakan masa yang kritis dalam siklus kehidupan
manusia. Pada remaja mengalami perubahan sosial yang cepat dari masyarakat
tradisional menuju modern. Remaja yang dahulunya terjaga kuat oleh sistem keluarga,
budaya, adat istiadat, telah mengalami perubahan akibat efek urbanisasi dan
industrialisasi yang cepat.
Kelompok remaja di Indonesia rentan terhadap pengabaian hak-hak kesehatan
reproduksi mereka. Mereka adalah korban diam yang sering kali dihakimi secara tidak
adil. Padahal usia remaja adalah usia di mana organ reproduksi rentan terhadap
infeksi saluran reproduksi, kehamilan dan penggunaan obat-obatan. Kesehatan
reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Remaja perlu mengetahui kesehatan
reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta
berbagai faktor yang ada disekitarnya (Meilan, 2018).
Menurut Undang-undang RI No. 4 tahun 2019 tentang Kebidanan, Asuhan
Kebidanan adalah rangkaian kegiatan yang didasarkan pada proses pengambilan
keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh Bidan sesuai dengan wewenang dan
ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat Kebidanan.
Menurut Permenkes No. 25 tahun 2014 bidan memiliki wewenang dalam
memberikan asuhan pada remaja. Asuhan yang diberikan salah satunya berupa
komunikasi, informasi dan edukasi kesehatan remaja serta membantu remaja mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi dan dapat berkembang menjadi orang dewasa
yang mandiri dan bertanggung jawab.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen kebidanan yang tepat pada remaja.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif pada remaja
2. Mampu menginterpretasikan data dan menentukan masalah pada remaja
3. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada remaja
4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera pada remaja
5. Mampu menyusun intervensi asuhan kebidanan secara menyeluruh pada
remaja
6. Mampu melakukan implementasi dari rencana asuhan kebidanan pada
7. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada remaja
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Mahasiswa
Merupakan pengalaman belajar dalam melaksanakan praktek kebidanan
khususnya asuhan kebidanan pada remaja.
1.3.2 Bagi Institusi
Sebagai salah satu masukan bagi bidan sebagai upaya meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang optimal berupa memberikan informasi serta pelayanan
yang tepat dan adekuat dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya pada
remaja.
1.3.3 Bagi Lahan Praktik
Sebagai bahan masukan dalam manajemen asuhan kebidanan pada remaja.
1.4 Ruang Lingkup
Memberikan Asuhan Kebidanan pada remaja
1.5 Sistematika Penulisan
Bab 1 Pendahuluan
Bab ini meliputi uraian mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, ruang
lingkup dan sistematika penulisan.
Bab 2 Tinjauan Teori
Bab ini berisi tentang uraian teori-teori yang berhubungan dengan remaja,
yang dapat mendukung dan membantu dalam pembahasan kasus ini.
Bab 3 Kerangka Konsep Asuhan
Bab ini berisi pola pikir dalam melakukan asuhan kebidanan yang sesuai
dengan kasus dikorelasikan dengan tinjauan teori yang sudah didapatkan.
Bab 4 Tinjauan Kasus
Bab ini berisi data-data dan keseluruhan manajemen asuhan kebidanan
melingkupi 7 langkah Varney yaitu meliputi pengkajian, interpretasi data,
diagnosa potensial, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi.
Bab 5 Pembahasan
Bab ini menguraikan apa saja hasil pembuatan kasus yang mencakup
semua aspek yang terkait dengan teori kasus, evidence based practice.
Membahas tentang keterkaitan antar data yang diperoleh dikorelasikan
dengan tinjauan teori yang didapatkan.
Bab 6 Penutup
Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menjabarkan tentang jawaban
dari tujuan penulisan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
2.1.1 Definisi Remaja
Kata ‘’remaja’’ berasal dari Bahasa latin adolescene berarti to grow atau to
grow maturity. Masa remaja adalah transisi perkembangan Antara masa kanak-
kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan
berakhir pada usia belasan tahun atau awal dua puluh tahun. Masa remaja terjadi
proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan
orangtua dan cita-cita mereka, di mana pembentukan cita-cita merupakan proses
pembentukan orientasi masa depan (Putro, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO) batasan mengenai siapa remaja
secara konseptual, ada 3 kriteria yang digunakan; biologis, psikologis dan social
ekonomi, yakni: (1) individu yang berkembang saat perama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual,
(2) individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
anak-anak menjadi dewasa, dan (3) terjadi peralihan dari ketergantungan social
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang lebih mandiri.
Sedangkan menurut Meilan (2018), masa remaja adalah masa transisi yang
ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara
usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa pematangan organ reproduksi
manusia dan sering disebut masa pubertas.
2.1.2 Batasan Usia Remaja
Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua
akhir, masa remaja dibagi menjadi 3 tahapan yakni masa remaja awal, masa
remaja pertengahan dan masa remaja akhir; (Meilan, 2018)
- Masa remaja awal: perempuan (13-15 tahun), laki-laki (15-17 tahun)
- Masa remaja pertengahan: perempuan (15-18 tahun), laki-laki (17-19 tahun)
- Masa remaja akhir: perempuan (18-20 tahun), laki-laki (19-21 tahun)
Remaja awal dan remaja akhir mengalami perubahan fisik, psikologis dan mental
yang berbeda. Dengan terbaginya masa remaja ini, pelayanan kesehatan yang
diberikan juga harus menyesuaikan dan memfasilitasi kebutuhan remaja tersebut.
Menurut Jahja (2012), laki-laki lebih lambat matang daripada anak perempuan,
maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat,meskipun
pada usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa untuk usianya dibandingkan dengan
perempuan. Perempuan mengalami maa remaja relative lebih cepat dibandingkan
dengan remaja pada laki-laki. Hal ini membuat perempuan berkebutuhan lebih
cepat terhadap pelayanan kesehatan reproduksi daripada remaja laki-laki.
2.1.3 Ciri-Ciri Remaja
Menurut Jahja (2011), masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa
remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada
beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja yang sekaligus sebagai ciri-
ciri masa remaja:
1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang
dikenal strom dan stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari
perubahan fisik terutama hormone yang terjadi pada masa remaja. Dari segi
kondisi social, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada
dalam kondisi baru yang berbeda dari masa-masa yang sebelumnya. Pada fase ini
banyak tuntutan dan tekanan yang ditujakn pada remaja, misalnya mereka
diharapka untuk tidak lagi bertingkah laku seperti anak-anak, mereka harus lebih
mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawan ini akan
terbentuk seiring berjalannya wajtu dan akan tampak jelas pada remaja akhir yang
duduk di awal-awal masa kuliah di Perguruan Tinggi.
2. Perubahan yang cepat secara fisik juga disertau dengan kematanga seksual.
Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri sendiri dan
kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik
perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan dansistem respirasi
maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan dan proporsi tubuh
sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja
3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungannya denga orang
lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari
masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang.
Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa
remaja, maka remaja diharapkan untuk mengarahkan ketertarikan mereka pada
hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungannya dengan
orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis
kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis dan dengan orang dewasa
4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-
kanak menjadi kurang penting karena telah mendekati dewasa
Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang
terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi disisi lain mereka takut
akan tanggung jawab yang menyertai kbebasan itu, serta meragukan kemampuan
mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab itu.
2.1.4 Perubahan Fisik pada Remaja
Pada fase pubertas terjadi perubahan fisik sehingga pada akhirnya seorang
anak akan memiliki kemampuan bereproduksi. Terdapat lima perubahan khusus
yang terjadi pada pubertas, yaitu, pertambahan tinggi badan yang cepat (pacu
tumbuh), perkembangan seks sekunder, perkembangan organ-organ reproduksi,
perubahan komposisi tubuh serta perubahan sistem sirkulasi dan sistem respirasi
yang berhubungan dengan kekuatan dan stamina tubuh (Batubara,2010).
Tinggi badan anak laki-laki bertambah kira-kira 10 cm per tahun,
sedangkan pada perempuan kurang lebih 9 cm per tahun. Secara keseluruhan
pertambahan tinggi badan sekitar 25 cm pada anak perempuan dan 28 cm pada
anak laki-laki. Pertambahan tinggi badan terjadi dua tahun lebih awal pada anak
perempuan dibanding anak laki-laki. Puncak pertumbuhan tinggi badan (peak
height velocity) pada anak perempuan terjadi sekitar usia 12 tahun, sedangkan
pada anak laki-laki pada usia 14 tahun. Pada anak perempuan, pertumbuhan akan
berakhir pada usia 16 tahun sedangkan pada anak laki-laki pada usia 18 tahun.
Setelah usia tersebut, pada umumnya pertambahan tinggi badan hampir selesai.
Hormon steroid seks juga berpengaruh terhadap maturasi tulang pada lempeng
epifisis. Pada akhir pubertas lempeng epifisis akan menutup dan pertumbuhan
tinggi badan akan berhenti (Batubara,2010).
Pertambahan berat badan terutama terjadi karena perubahan komposisi
tubuh, pada anak laki-laki terjadi akibat meningkatnya massa otot, sedangkan pada
anak perempuan terjadi karena meningkatnya massa lemak. Perubahan komposisi
tubuh terjadi karena pengaruh hormon steroid seks (Batubara,2010).
Perkembangan seks sekunder diakibatkan oleh perubahan sistem
hormonal tubuh yang terjadi selama proses pubertas. Perubahan hormonal akan
menyebabkan terjadinya pertumbuhan rambut pubis dan menarke pada anak
perempuan; pertumbuhan penis, perubahan suara, pertumbuhan rambut di lengan
dan muka pada anak laki-laki, serta terjadinya peningkatan produksi minyak tubuh,
meningkatnya aktivitas kelenjar keringat, dan timbulnya jerawat (Batubara,2010)
Pada anak laki-laki awal pubertas ditandai dengan meningkatnya volume
testis, ukuran testis menjadi lebih dari 3 mL. Pembesaran testis pada umumnya
terjadi pada usia 9 tahun, kemudian diikuti oleh pembesaran penis. Pembesaran
penis terjadi bersamaan dengan pacu tumbuh. Ukuran penis dewasa dicapai pada
usia 16-17 tahun. Rambut aksila akan tumbuh setelah rambut pubis mencapai P4,
sedangkan kumis dan janggut baru tumbuh belakangan. Perubahan suara terjadi
karena bertambah panjangnya pita suara akibat pertumbuhan laring dan pengaruh
testosteron terhadap pita suara. Perubahan suara terjadi bersamaan dengan
pertumbuhan penis, umumnya pada pertengahan pubertas. Mimpi basah atau wet
dream terjadi sekitar usia 13-17 tahun, bersamaan dengan puncak pertumbuhan
tinggi badan (Batubara,2010)
2.1.5
Perubahan Psikologis pada Remaja
Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja awal
(early adolescent), pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late adolescent).
Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent, terjadi pada usia usia
12-14 tahun. Pada masa remaja awal anak-anak terpapar pada perubahan tubuh
yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan perubahan komposisi tubuh
disertai awal pertumbuhan seks sekunder. Karakteristik periode remaja awal
ditandai oleh terjadinya perubahan-perubahan psikologis seperti; (Batubara,2010)
- Krisis identitas
- Jiwa yang labil
- Meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri
- Pentingnya teman dekat/sahabat
- Berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua, kadang-kadang berlaku kasar
- Menunjukkan kesalahan orangtua
- Mencari orang lain yang disayangi selain orangtua
- Kecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan
- Terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer group) terhadap hobi dan cara
berpakaian
Pada fase remaja awal mereka hanya tertarik pada keadaan sekarang, bukan
masa depan, sedangkan secara seksual mulai timbul rasa malu, ketertarikan
terhadap lawan jenis tetapi masih bermain berkelompok dan mulai bereksperimen
dengan tubuh seperti masturbasi. Selanjutnya pada periode remaja awal, anak
juga mulai melakukan eksperimen dengan rokok, alkohol, atau narkoba. Peran
peer group sangat dominan, mereka berusaha membentuk kelompok, bertingkah
laku sama, berpenampilan sama, mempunyai bahasa dan kode atau isyarat yang
sama (Batubara,2010)
Periode selanjutnya adalah middle adolescent terjadi antara usia 15-17 tahun,
yang ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan sebagai berikut;
(Batubara,2010)
- Mengeluh orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupannya
- Sangat memperhatikan penampilan
- Berusaha untuk mendapat teman baru
- Tidak atau kurang menghargai pendapat orangtua
- Sering sedih/moody
- Mulai menulis buku harian
- Sangat memperhatikan kelompok main secara selektif dan kompetitif
- Mulai mengalami periode sedih karena ingin lepas dari orangtua.
Pada periode middle adolescent mulai tertarik akan intelektualitas dan karir.
Secara seksual sangat memperhatikan penampilan, mulai mempunyai dan sering
berganti-ganti pacar. Sangat perhatian terhadap lawan jenis. Sudah mulai
mempunyai konsep role model dan mulai konsisten terhadap cita-cita
(Batubara,2010)
Periode late adolescent dimulai pada usia 18 tahun ditandai oleh tercapainya
maturitas fisik secara sempurna. Perubahan psikososial yang ditemui antara lain;
(Batubara,2010)
- Identitas diri menjadi lebih kuat
- Mampu memikirkan ide
- Mampu mengekspresikan perasaan dengan katakata
- Lebih menghargai orang lain
- Lebih konsisten terhadap minatnya
- Bangga dengan hasil yang dicapai
- Selera humor lebih berkembang
- Emosi lebih stabil.
Pada fase remaja akhir lebih memperhatikan masa depan, termasuk peran
yang diinginkan nantinya. Mulai serius dalam berhubungan dengan lawan jenis,
dan mulai dapat menerima tradisi dan kebiasaan lingkungan (Batubara,2010)
2.1.6 Masalah pada Remaja
Menurut Indah Milanti,dkk (2017), masalah reproduksi yang dapat dialami oleh
remaja adalah:
- Seks bebas yang dapat mengakibatkan kehamilan di usia remaja dan
tertularnya penyakit menular seksual
- Perdarahan di luar haid (perdarahan terjadi di Antara 2 haid). Hal ini
disebabkan oleh kelainan organ (polip, tumor ovarium, perlukaan serviks, dll)
dan kelainan hormonal (kelainan pada rantai hormonal hipotalamus-hipofisis
dan ovarium)
- Haid yang tidak lancar. Hal ini disebabkaan oleh ketidakseimbangan hormone
(FSH, LH, GnRH) dipengaruhi stress, indeks massa tubuh, dan aktivitas fisik.
Stress mempengaruhi hormone FSH-LH yang tidak teratur menyebabkan
hormone estrogen dan progesterone yang tidak teratur juga. Aktivitas yang
tinggi dapat mempengaruhi peningkatan kadar LH. Sedangkan lemak yang
berlebihan dalam tubuh mempengaruhi meningkatnya hormone estrogen yang
mengakibatkan umpan negative pada GnRH sehingga mengakibatkan
terganggnya hormone FSH.
Sedangkan menurut Arsani (2013), beberapa permasalahan remaja yang banyak
disoroti saat ini antara lain adalah pergaulan bebas hingga pelecehan seksual yang
berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja, perkelahian antar geng,
penggunaan obat terlarang.
2.2 Pathway
Pituitary Gland
Hormone Hormone
Pertumbuhan Gonadotropik
VI. Implementasi
Tanggal : 20 Maret 2020 Jam : 18.10
1. Melakukan komunikasi terapeutik dan inform consent untuk pemeriksaan
yang akan dilakukan pada klien, dengan menyapa dan bersikap empati
kepada klien serta memberikan lembar inform consent untuk ditanda tangani
klien sebagai persetujuan pemeriksaan.
2. Memberikan penjelasan hasil pemeriksaan kepada klien, bahwa kondisi
klien dalam batas normal. Pertumbuhan dan perkembangannya sesuai usia
klien.
3. Memberikan KIE mengenai asupan nutrisi dan aktivitas pada pada klien
karena Kebutuhan Gizi remaja relatif besar disebabkan mereka masih
mengalami pertumbuhan. Selain itu, remaja umumnya melakukan aktivitas
fisik lebih tinggi dibanding usia lainnya, sehingga diperlukan zat gizi yang
lebih banyak
4. Memberikan KIE mengenai kesulitan tidur pada klien dengan Salah satu
upaya yaitu metode relaksasi. Relaksasi adalah satu teknik yang
mengembangkan metode fisiologis melawan ketegangan yaitu teknik untuk
mengurangi ketegangan otot didasarkan pada kontraksi otot. Pasien mulai
dengan sengaja berkontraksi otot dan menahan ketegangan; kedua mereka
melepaskan semua ketegangan dan fokus pada sensasi relaksasi. Latihan
teratur akan membantu pasien untuk mengenali ketegangan dan serta
merasa rileks
5. Memberikan KIE mengenai menjaga kebersihan daerah kewanitaannya.
Adapun cara yang dapat dilakukan untuk perawatan pribadi terhadap vagina
adalah: membersihkan vagina dengan cara membasuh bagian antara bibir
vagina secara hati – hati dan perlahan, cara membasuh vagina yang benar
dari arah depan ke belakang, hindari penggunaan pengharum dan sabun
antiseptic secara terus menerus, karena dapat merusak keseimbangan flora
normal dalam vagina, gantilah celana dalam 2 sampai 3 kali sehari dan
menggunakan celana dalam yang bersih serta terbuat dari bahan katun.
VII. Evaluasi
Tanggal : 28 November 2019 Jam : 16.30 WIB
S: Klien merasa senang setelah mengetahui hasil pemeriksaan dan
memahami semua penjelasan serta anjuran yang diberikan
O:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
A: Remaja usia 15 tahun dengan Pubertas Normal
P:
1. Meminta klien untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan
2. Menganjurkan klien untuk periksa ke fasilitas kesehatan jika terdapat
keluhan
BAB 5
PEMBAHASAN
Hal ini sesuai dengan teori yang menjelaskan kondisi yang terjadi pada
kasus yaitu Nn. A Usia 15 tahun Remaja Pertengahan dengan Pubertas Normal.
Sehingga didapat dikatakan bahwa tidak ada kesenjangan Antara teori dan
kasus.
5.2 Intepretasi
Menurut Teori Batubara (2010) Perkembangan seks sekunder diakibatkan
oleh perubahan sistem hormonal tubuh yang terjadi selama proses pubertas.
Perubahan hormonal akan menyebabkan terjadinya pertumbuhan rambut pubis
dan menarke pada anak perempuan. Pada anak perempuan awal pubertas
ditandai oleh timbulnya breast budding atau tunas payudara pada usia kira-kira
10 tahun, kemudian secara bertahap payudara berkembang menjadi payudara
dewasa pada usia 13-14 tahun. Rambut pubis mulai tumbuh pada usia 11-12
tahun dan mencapai pertumbuhan lengkap pada usia 14 tahun.
Berdasarkan identifikasi data dasar didapatkan diagnose kebidanan Nn. A
usia 15 tahun Remaja Pertengahan dengan pubertas normal. Data subjektif
menyatakan klien tidak ada keluhan, usia pertama kali haid (menarche) yaitu
diusia 12 tahun. Data obektif menyatakan keadaan umum dan tanda-tanda vital
dalam batas normal, hasil pemeriksaan fisik terdapat pertumbuhan rambut
diaksila, bentuk payudara tampak simetris, putting menonjol, areola dan papilla
membentuk bukit kedua, serta pada genitalia terdapat pertumbuhan rambut
pubis lebih hitam, mulai ikal, jumlah bertambah.
Maka terdapat kesesuaian antara tinjauan teori dengan kasus Nn. A
sehingga diagnosa dapat ditegakkan dan memudahkan bidan dalam
memberikan asuhan yaitu Remaja Pertengahan Usia 15 tahun dengan Pubertas
Normal.
5.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Nn. A tidak didapatkan
diagnose dan masalah potensial.
5.4 Identifikasi Kebutuhan Segera, Kolaborasi dan Rujukan
Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Nn. A tidak didapatkan
kebutuhan segera
5.5 Intervensi
Menurut teori Wildan, (2008) Berdasarkan diagnosis yyang ditegakkan bidan
dalam mencatat rencana kegiatannya, maka rencana kegiatan mencakup tujuan
dan langkah-langkah yang akan dilakukan bidan dalam melakukan intervensi
dalam rangka memecahkan masalah termasuk rencana evaluasi.
Intervensi yang dilakukan pada Nn. A yaitu pendekatan terapeutik dan inform
consent, menjelaskan hasil pemeriksaan, konseling nutrisi, aktivitas dan
personal Hygiene serta konseling cara mengatasi susah tidur yang dialami klien
dengan teknik relaksasi.
Menurut penelitian yang dilakukan Mariyana (2019) Salah satu upaya
mengatasi kesulitan tidur adalah dengan metode relaksasi. Relaksasi adalah
satu teknik yang mengembangkan metode fisiologis melawan ketegangan yaitu
teknik untuk mengurangi ketegangan otot didasarkan pada kontraksi otot. pasien
mulai dengan sengaja berkontraksi otot dan menahan ketegangan; kedua
mereka melepaskan semua ketegangan dan fokus pada sensasi relaksasi.
Latihan teratur akan membantu pasien untuk mengenali ketegangan dan serta
merasa rileks. Efek dari teknik relaksasi progresif yang berkaitan dengan stres,
manajemen stres mempunyai peran penting dalam menurunkan denyut nadi dan
tekanan darah sehingga kita bisa rileks dan mengatasi kesulitan tidur.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat intervensi yang
diberikan sudah sesuai dengan teori.
5.6 Implementasi
Berdasarkan tinjauan manajemen asuhan kebidanan bahwa dalam
melaksanakan rencana tindakan harus efisien dan menjamin rasa aman klien
dan keluarga. Pada studi kasus Nn. A usia 15 tahun Remaja Pertengahan
dengan pubertas normal, rencana penatalaksanaan tindakan dapat
diimplementasikan secara keseluruhan karena klien kooperatif ketika bidan
memberikan penjelasan, memahami dan bersedia menerapkan anjuran yang
diberikan oleh bidan.
5.7 Evaluasi
Evaluasi didasarkan pada hasil implementasi. Seluruh rencana asuhan pada
Nn. A telah dilaksanakan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan kriteria hasil.
Evaluasi asuhan kebidanan merupakan langkah akhir dari proses manajemen
asuhan kebidanan dalam mengevaluasi pencapaian tujuan dengan cara
membandingkan data yang dikumpulkan dengan kriteria yang diidentifikasi,
memutuskan apakah tujuan telah tercapai atau tidak dengan tindakan yang
sudah diimplementasikan.
Evaluasi pada kasus Nn. A dilakukan pukul 18.30, klien merasa senang
denga hasil pemeriksaannya, mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan
bersedia untuk melakukan anjuran yang diberikan.
BAB 6
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1. Pengkajian data pada kasus Nn. A usia 18 tahun Remaja Pertengahan
dengan Pubertas Normal, data hasil anamnesa dan pemeriksaan objektif
sudah dapat dijadikan dasar penegakan diagnosa
2. Identifikasi diagnosa pada kasus adalah Nn. A usia 18 tahun Remaja
Pertengahan dengan Pubertas Normal
3. Pada kasus diagnose masalah potensial tidak ada
4. Pada kasus kebutuhan segera tidak ada
5. Pada kasus identifikasi intervensi yang dilakukan adalah melakukan
pemeriksaan pemeriksaan fisik, menjelaskan hasil pemeriksaan,
memberikan KIE tentang nutrisi, aktivitas
6. Pada implementasi kasus dapat diidentifikasi bahwa seluruh intervensi
yang direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya sesuai rencana.
7. Pada evaluasi kasus dapat diidentifikasi bahwa tidak ada data yang
menyimpang dari tinjauan pustaka dan tujuan tindakan sudah tercapai
seluruhnya sesuai dengan implementasi.
7.2 Saran
1. Tempat pelayanan kesehatan
Diharapkan bidan dapat tetap mempertahankan dan meningkatkan
kerjasama serta komunikasi sehingga dapat menjaga mutu pelayanan
kebidanan.
2. Program studi Profesi Bidan FKUB
Diharapkan dengan adanya laporan kasus terkait asuhan pada bayi dan
balita sehat dengan pertumbuhan dan perkembangan normal dapat
dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan evidence based terkini
sehingga dapat dilakukan pengkajian kasus sejak dini, dilakukan
pencegahan komplikasi yang benar dan tepat sehingga dapat
memberikan prognosis yang baik bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA
Ernawati. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media.
Lestari, Hesti. dkk. Gambaran Dismenorea pada Remaja Putri SekoIah Menengah
Pertama di Manado. Sari Pediatri: VoI. 12 No 2.
Maidartati, 2018. Jurnal Efektivitas Terapi Kompres Hangat Terhadap Penurunan
Nyeri Dismenore pada Remaja di Bandung. Jurnal Keperawatan BSI,
Vol. VI No. 2 September 2018.
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/view/4357/pdf
Maternity, Dainty. 2017. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: ANDI
Rahayu, Sri. 2019. Hubungan Asupan Zinc, Aktivitas Olahraga dan Dismenore
Primer pada Siswi Kelas XI SMAN 3 Kota Cimahi Tahun 2016. Poltekes
Kemenkes Bandung Jurusan Gizi online pada laman
www.r2kn.litbang.kemkes.go.id
Silalahio, Verarica, et all. 2016. Potensi pendidikan gizi dalam meningkatkan asupan
gizi pada remaja putri yg anemia di kota medan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat: Universitas Negeri Semarang.
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/4113
Sukandar dkk. 2015. Relationship of Hyperthyroidism Status with Menstrual Cycle of
hyperthyroid patients in Litbang GAKI Magelang Clinic. Balai Litbang
GAKI Magelang
Sulistyawati, A. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Andi Offset
Tando, N.M. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, & Anak Balita. Jakarta: EGC.
Purwandari, Atik. 2008. Konsep Kebidanan: Sejarah & Profesionalisme. Jakarta:
EGC
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4 Volume 2. Jakarta :
EGC