PKL Kelompok II
Semester : VI (Enam)
KATA PENGANTAR
Pertama dan yang terutama kami panjatkan puji dan syukur atas Kasih Setia-Nya, yang
telah menyertai, menjaga dan melindungi kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
tentang Menjaga Kesehatan Reproduksi Dengan Personal Hygiene.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini tentang asuhan kebidanan komunitas pada
Remaja Putri Tentang Menjaga Kesehatan Reproduksi Dengan Personal Hygiene semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................i
Daftar Isi..................................................ii
BAB I Pendahuluan................................
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan
Manfaat
Konsep Dasar
Manajemen Kebidanan
SAP.............................................
Fluor Albus
BAB IV PENUTUP
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah Kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas
dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya. Pada era globalisasi dan moderenisasi ini telah terjadi
perubahan dan kemajuan di segala aspek dalam menghadapi perkembangan lingkungan,
kesehatan dan kebersihan, dimana masyarakat dituntut untuk selalu menjaga kebersihan
fisik dan organ atau alat tubuh lainnya. Apabila alat reproduksi tidak dijaga kebersihannya
maka akan menyebabkan infeksi yang pada akhirnya menimbulkan penyakit. Organ
reproduksi kurang mendapatkan perhatian dalam kehidupan sehari-hari, hal ini
disebabkan oleh budaya kita yang merasa kurang nyaman untuk membicarakan masalah
seksual, padahal organ reproduksi tersebut sangat membutuhkan perhatian.
Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang merupakan isu yang pelik
dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi, kesehatan seksual, penyakit menular seksual
(PMS) HIV/AIDS, kebutuhan khusus remaja dan perluasan jangkauan pelayanan lapisan
masyarakat kurang mampu atau mereka yang tersisih. Fungsi dan proses reproduksi
tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannnya, mulai dari saat konsepsi,
masa anak, remaja, dewasa, hingga masa pasca usia reproduksi.
Bebarapa penyakit-penyakit infeksi pada organ reproduksi wanita adalah dapat berupa
trikomiasis, vaginosis bacterial, vulvavaginitis,, gonore, klamida, dan sifilis, salah satu
gejala dan tanda-tanda penyakit organ reproduksi wanita adalah flour albus, flour albus
merupakan masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Flour albus
adalah cairan berlebih yang keluar dari vagina. Flour albus berisiko pada remaja karena
pada masa ini remaja mengalami pubertas yang ditandai dengan datangnya menstruasi.
Pada sebagian orang saat menjelang menstruasi akan mengalami flour albus terasa gatal
dan dalam jumlah yang tidak berlebihan. Bila cairan berubah menjadi berwarna kuning,
berbau dan disertai rasa gatal maka telah terjadi keputihan patologis.
Flour albus adalah hal yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia dan siklus
menstruasi, sehingga dalam menjaga kebersihan organ genital pada remaja putri sangat
kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya remaja putri yang memakai
celana ketat dan mereka cenderung memilih celana dalam yang berbahan ketat dari serat
sintetik atau nilon.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada studi kasus ini adalah
“bagaimanakah asuhan kebidanan pada kesehatan reproduksi flour ablus”.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada gangguan reproduksi pada
remaja dengan pendekatan manajeman langkah 7 Varney dan didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian data baik data subjektif maupun
objektif pada kesehatan reproduksi dengan flour albus.
b. Mampu merumuskan diagnosa masalah, kebutuhan pada kesehatan
reproduksi dengan flour albus.
c. Mampu mengidentifikasikan diagnosa potensial pada kesehatan
reproduksi dengan flour albus.
d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera pada kesehatan reproduksi
dengan flour albus.
D. Manfaat
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan bagaimana Asuhan
Kebidanan yang diberikan dengan menggunakan pendekatan menajemen Kebidanan
Komunitas pada Remaja Putri. Bagi remaja putri dapat menambah pengetahuan agar
terhindar dari keputihan (Fluor Albus) yang dapat merugikan kesehatan reproduksinya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Kebidanan berasal dari kata “Bidan” menurut ICM, IFGO, dan WHO mengatakan bahwa bidan
(midwife) adalah seorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang telah diakui oleh
pemerintah setempat dan telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau
mendapat izin melakukan praktik kebidanan. Menurut Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/2002
bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian
sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Kebidanan (midwifery) mencakup pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukannya untuk
menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan. Komunitas adalah kelompok orang yang ada disuatu
lokasi tertentu yang saling berinteraksi. Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani
keluarga dan masyarakat di wilaya tertentu. Kebidanan komunitas adalah bagian dari kebidanan
yang berupa serangkaian ilmu dan serangkaian ilmu dan keterampilan untuk memberi pelayanan
kebidanan pada ibu dan anak yang berada dalam masyarakat di wilaya tertentu.
Dalam komunitas terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok
masyarakat. Sasaran utama adalah ibu dan anak dalam keluarga. Menurut undang-undang No.23
1992 tentang Kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota
keluarga lainnya. Pelayanan ini diserahkan untuk mewujudkan keluarga yang sehat dan dapat
meningkatkan sumber daya manusia. Bidan memandang pasiennya sebagai makluk sosial yang
memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, sosial budaya, dan
lingkungan sekitarnya.
1. Kesehatan Reproduksi
a. Definisi kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan
bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan
sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya.
b. Ruang Lingkup Masalah Kesehatan Reproduksi Fungsi dan proses reproduksi tercermin dari
kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya, mulai dari saat konsepsi, masa anak, remaja,
dewasa hingga masa pasca usia reproduksi.
c. Adapun masalah kesehatan reproduksi ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga
meliputi :
1. Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual.
2. Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan penyakit
menular seksual.
3. Gangguan pada reproduksi Internal dan Eksternal
a. Eksternal ( Dismenorea )
Dismenore adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk
istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya
aktifitas sehari-hari. Dismenore dalam bahasa Indonesia adalah nyeri
menstruasi, sifat dan derajat rasa nyeri ini bervariasi. Mulai dari yang
ringan sampai yang berat. Keadaan yang hebat dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan
meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam
atau beberapa hari. Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak
pada perut bagian bawah saat menstruasi. Uterus atau rahim terdiri atas
otot yang juga berkontraksi dan relaksasi. Umumnya, kontraksi otot
uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang hebat dan sering
menyebabkan aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul rasa
nyeri. Dismenore, baik primer atau sekunder, merupakan salah satu
penyebab utama keluhan sistem reproduksi pada remaja perempuan
yang mengalami menstruasi serta merupakan penyebab utama
hilangnya waktu sekolah.
b. Klasifikasi dismenore
1. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah kondisi yang berhubungan dengan siklus
ovulasi. Penelitian menunjukan bahwa dismenore primer memiliki dasar
biokimia dan terjadi akibat pelepasan prostaglandin selama mens.
Selama fase luteal dan menstruasi berjalan prostaglandin F2alfa (PGR,
Pelepasan (PGF2a) yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan
frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme dari arteriol
uterus, menyebabkan iskemia dan perut bagian bawah. Respons
sistemik terhadap PGF2a meliputi nyeri pinggang, kelemahan,
berkeringat, gejala gastrointestinal (anoreksia, mual, muntah, dan diare)
dan gejala sistem saraf pusat (rasa mengantuk, sinkop, sakit kepala, dan
konsentrasi buruk).
2. Dismonore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi
belakangan dalam kehidupan, umurnnya setelah usia 25 tahun. Hal ini
berhubungan dengan abnormalitas panggul seperti adenomiosis
endometriosis, penyakit radang panggul, polip endometrium, mioma
submukosa atau interstisial (fibroid uterus), atau penggunaan alat
kontrasepsi dalam kandungan. Nyeri sering kali dimulai beberapa hari
sebelum mens, namun hal ini dapat terjadi pada saat ovulasi dan
berlanjut selama hari-hari pertama menstruasi atau dimulai setelah
menstruasi terjadi. Berbeda dengan dismenore primer, nyeri pada
dismenore sekunde sering kali bersifat tumpul, menjalar dari perut
bagian bawal ke arah pinggang atau paha. Wanita sering kali mengalam
perasaan membengka atau rasa penuh dalam panggul.
4. Etiologi dismenore
a. Dismenore primer
Dismenore primer adalah proses normal yang dialami ketika
menstruasi. Kram menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang
sangat intens, yang dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang
tidak diperlukan lagi. Dismenore primer disebabkan oleh zat kimia alami yang
diproduksi oleh sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin.
Prostaglandin akan merangsang otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin
tinggi kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang
dirasakan juga makin kuat. Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar
prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya, lapisan dinding
rahim akan mulai terlepas, dan kadar prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan
nyeri menstruasi pun akan berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar
prostaglandin.
b.Dismenore sekunder
5. Patofisiologi Dismenore
Selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin disekresi.
Pelepasan prostaglandin yang berlebihan meningkatkan frekuensi
kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga
mengakibatkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik.
Respon sistemik terhadap prostaglandin meliputi nyeri punggung,
kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual,
muntah, dan diare) dan gejala system syaraf pusat meliputi: pusing,
sinkop, nyeri kepala dan konsentrasi buruk.
6. Faktor penyebab dan resiko
Menurut Hendrik (2006), wanita yang mempunyai resiko
menderita dismenore primer adalah:
a. Mengkonsumsi alkohol
Alkohol merupakan racun bagi tubuh dan hati
bertanggungjawab terhadap penghancur estrogen untuk disekresi
oleh tubuh. Fungsi hati terganggu karena adanya konsumsi alkohol
yang terus menerus, maka estrogen tidak bisa disekresi dari tubuh,
akibatnya estrogen dalam tubuh meningkat dan dapat menimbulkan
gangguan pada pelvis.
b. Perokok
Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan
meningkatkan lamanya dismenore.
d. Stres
Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan
otot-otot punggung bawah sehingga menyebabkan dismenore.
7. Derajat Dismenore
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal
menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore
secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan.
Menurut Manuaba (2009) dismenore dibagi 3 yaitu:
a. Dismenore Ringan. Dismenore yang berlangsung beberapa
saat dan dapat melanjutkan kerja sehari- hari.
b. Dismenore Sedang. Pada dismenore sedang ini penderita
emerlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu
meninggalkan kerjanya.
c. Dismenore Berat. Dismenore berat membutuhkan penderita
untuk istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala,
nyeri pinggang, diare dan rasa tertekan.
Derajat Dismenore menurut (Hakim, 2016)
a.Derajat 0, tanpa rasa nyeri, aktivitas sehari-hari tidak
terpengaruh.
b.Derajat I, nyeri ringan, jarang memerlukan analgesik, aktivitas
seharihari jarang terpengaruh.
c.Derajat II, nyeri sedang, memerlukan analgesik, aktivitas
sehari-hari terganggu.
8. Penatalaksanaan Dismenore
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan
Non-steroid (misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). Obat
ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan
dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi.
Menurut Nugroho (2014) selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa
dikurangi dengan:
a.Istirahat yang cukup.
b.Olah raga yang teratur (terutama berjalan).
c.Pemijatan.
d.Yoga atau senam
e.Orgasme pada aktivitas seksual.
f.Kompres hangat di daerah perut.
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi
mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi.
Gejala juga bisa dikurangi dengan istirahat yang cukup serta olah raga
secara teratur. Apabila nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan
sehari-hari, maka diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung
estrogen dan progesteron atau diberikan medroxiprogesteron.
Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk mencegah ovulasi
(pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin, yang
selanjutnya akan mengurangi beratnya dismenore. Jika obat ini juga
tidak efektif, maka dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya
laparoskopi). Jika dismenore sangat berat bisa dilakukan ablasio
endometrium, yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau
diuapkan dengan alat pemanas. Pengobatan untuk dismenore sekunder
tergantung kepada penyebabnya.
9. Senam Dismenore
1. Pengertian
2. Tujuan Senam
a. Gerakan Pemanasan
b. Gerakan Inti
Gerak badan I
Gerak badan II
c. Gerakan Pendinginan
1) Lengan dan tangan, genggam tangan kerutkan lengan dengan kuat tahan,
lepaskan
2) Tungkai dan kaki, luruskan kaki (dorsi fleksi), tahan beberapa detik, lepaskan
3) Seluruh tubuh, kontraksikan/kencangkan semua otot sambil nafas dada pelan
teratur lalu relaks (bayangkan hal menyenangkan).
b. Keputihan (Fluor Albus)
Penanggulangan
Akan tetapi setiap langkah yang lebih rinci dan itu bisa berubah sesuai dengan
kebutuhan klien.
a. Langkah I : Pengkajian Data
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang di perlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu:
1. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
3. Meninjau catatan terbaru atau sebelumnya
4. Meninjau data laboratorium dan membandingkan
dengan hasil studi, pada langkah ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dan semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien.
b. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar atas
data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosa yang spesifik.
1. Masalah akan timbul jika akseptor menyatakan secara
lisan mengenai keluhan.
2. Kebutuhan dapat timbul setelah dalam pengkajian
ditemukan hal-hal yang membutuhkan informasi dan
arahan dan tenaga kesehatan.
c. Langkah III : Mengidentifikasi
Diagnosa Masalah
Pada langkah ketiga ini kita mengidentifikasi atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah
dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi.
d. Langkah IV : Identifikasi Yang
Menemukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter dan dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota team kesehatan lain sesuai dengan kondisi
klien. Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan
dan proses manajemen kebidanan. Data baru mungkin saja
perlu dikumpulkan dan dievaluasi, dan data yang
dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera, sementara yang lain, harus
menunggu interpretasi dokter.
e. Langkah V : Menyusun Rencana
Tindakan
Masing-masing jenis rencana manajemen disesuaikan
dengan intenpeksi data dasar dan memasukannya ke
dalam antisipasi masalah atau merupakan kegiatan rutin
manajemen wanita dalam antenatal visip.
f. Langkah VI : Melaksanakan
Perencanaan
Pelaksanaan disesuaikan dengan rencana manajemen
yang telah dibuat demi kelancaran dalam penatalaksanaan
harus berpedoman intervensi.
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keaktifan
asuhan yang sudah diberikan meliputi teratasi masalah,
apakah sudah sesuai dengan diagnosanya dalam evaluasi
akan ditemukan perkembangan kesehatan klien, apakah
membaik, memburuk atau tidak ada perubahan setelah
dilakukan asuhan teori asuhan kebidanan.
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN DATA
A. DATA SUBYEKTIF
GENOGRAM
BAPAK IBU
ANAK
Keterangan Gambar :
: BAPAK
: IBU
: ANAK
: HUBUNGAN PERKAWINAN
: ANAK
Hubungan antara suami, istri, dan anak Tn. Y cukup harmonis, terbukti dengan semua
anggota keluarga sangat akrab dan jika ada masalah dalam keluarga, Tn. Y dan istri dan
anak-anak nya selalu mendiskusikannya bersamasama, kadang juga sering ngobrol dan
saling membantu dengan tetangga.
1. Sifat keluarga
Kebiasaan makan keluarga Tn.Y adalah makan 3 kali sehari atau lebih dengan waktu
makan tidak teratur. Dengan menu makan yang berbeda-beda sesuai dengan pendapatan
dari keluarga. Cara pengolahan makan diawali dengan mencuci terlebih dahulu sayuran,
dipotong kemudian dimasak hingga matang. Sayuran dimasak menggunakan garam
beryodium. Keluarga Tn. Y tidak melakukan pantangan pada makanan dan juga tidak
mengkhususkan pada jenis makanan tertentu. Keluarga Tn. Y tidak terbiasa mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan.
3. Eliminasi
1. Penghasilan keluarga
a.Suami merupakan seorang wiraswasta dan istri merupakan seorang ibu
rumah tangga.
b.Penghasilan suami tiap bulan ± Rp.2.500.000/bulan memenuhi kebutuhan keluarga
sehari-hari.
2. Situasi kesehatan keluarga
a. Bila ada anggota keluarga yang sakit diobati di puskesmas
b. Imunisai
BCG : Sudah didapat
HB I-II : Sudah didapat
DPT I-III : Sudah didapat
POLIO : Sudah didapat
CAMPAK : Sudah didapati
Dalam 6 bulan terakhir ini keluarga tidak ada yang menderita penyakit apapun.
1. Pemeriksaan umum
• Keadaan umum : baik
• Kesadaran : composmentis
• Ekspresi wajah : cerah dan segar
• Tanda-tanda vital : TD : 120/105 mmHg
Pernapasan : 22x/menit
Suhu : 36,5
Nadi :84x/menit
- Berat badan : 60 kg
- Tinggi badan : 158 cm
A. PERUMUSAN MASALAH
Dari analisa data timbul masalah pada remaja putri yang disebabkan
ketidaktahuan dalam masalah kesehatan adalah :
a. Ketidaknyamanan Keputihan.
b. Ketidaknyamanan Dismenorea
B. PRIORITAS MASALAH
Untuk menghadapi masalah yang dihadapi keluarga Tn. Y.W maka perlu
dilakukan prioritas masalah dengan Ketidaknyamanan (keputihan)
III. PERENCANAAN
Tanggal : 04 Februari 2021
Jam : 15.00 WIT
Diagnosa :
1. Fluor Albus
2. Dismenorea
Rencana asuhan :
1. Lakukan pendekatan pada remaja putri Nn. Y
Pendekatan merupakan salah satu cara untuk menjalin hubungan yang baik
dan saling percaya.
2. Informasikan hasil pemeriksaan
Pemeriksaan merupakan hak remaja putri untuk mengetahui kondisinya dan
agar ibu dapat lebih kooperatif dengan asuhan yang diberikan.
3. Ajarkan remaja putri untuk lebih memperhatikan perilaku hidup bersih dengan
personal hygiene serta cara menjaga kesehatan reproduksi dan dapat
menghindari diri dari kuman penyakit yang dapat menyebabkan sakit.
IV. PELAKSANAAN
Tanggal : 05 Februari
Jam : 15.00 WIT
Diagnose :
- Fluor Albus
- Dismenorea.
1. Melakukan pendekatan kepada remaja putri Nn. Y sudah terjalin hubungan yang baik
2. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu yaitu :
KU : baik
kesadaran : composmentis
TTV : TD : 120/105 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,5
RR : 22x/menit
Remaja putri Nn. Y merasa senang dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan karna hasil
pemeriksaan dalam batas normal.
3. Menjelaskan tentang cara menjaga kesehatan reproduksi dengan personal hygiene
V. EVALUASI
Tanggal : 05 Februari 2021
Jam : 15.00 WIT
Diagnosa :
- Fluor Albus
- Dismenorea
KESIMPULAN
1. Mengkaji keadaan yang berkaitan dengan permasalahan yang ada pada remaja putri Nn.Y.
3. Mengantisipasi masalah kesehatan yang mungkin terjadi yaitu dengan cara memberikan
penyuluhan tentang Cara Menjaga Kesehatan Reproduksi Dengan Personal Hygiene
4. Melaksanakan penyuluhan pada remaja putri Nn.Y tentang Cara Menjaga Kesehatan
Reproduksi Dengan Personal Hygiene.
5. Mengevaluasi hasil penyuluhan terhada remaja putri Nn. Y dan didapatkan remaja putri
Nn. Y mengerti tentang penyuluhan yang diberikan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
1. Karakteristik Peserta
Jumlah peserta: 2 orang
Pendidikan: SMA
2. Tujuan Penyuluhan
a) Tujuan Umum
Setelah mendapat penyuluhan diharapkan remaja putri dapat menjaga
kesehatan reproduksi dengan personal hygiene
b) Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti penyuluhan diharapkan:
Peserta dapat memahami pengertian kesehatan reproduksi dengan personal
hygiene
Peserta dapat menyebutkan cara menjaga kesehatan reproduksi
3. Materi Penyuluhan
a). Kesehatan Reproduksi adalah sesuatu yang menyangkut kesehatan seksual yang
dikaitkan dengan urusan perempuan terutama area vagina
b). Personal Hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik
4. Metodee
5. Media
6. Kegiatan Penyuluhan
7. Evaluasi
a). Pelaksanaan