Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

PADA REMAJA PUTRI ( 19 Tahun ) YANG BELUM MENIKAH

TAHUN Ajaran 2020/2021

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

NABIRE TAHUN 2018 /2019

PKL Kelompok II

Dosen Pembimng : Umratun Hayati,S.ST,M.Kes

Nama Mahasiswa : Nella Ina Giyai

NIM : P0. 71. 24. 05. 18. 28

Semester : VI (Enam)
KATA PENGANTAR

Pertama dan yang terutama kami panjatkan puji dan syukur atas Kasih Setia-Nya, yang
telah menyertai, menjaga dan melindungi kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
tentang Menjaga Kesehatan Reproduksi Dengan Personal Hygiene.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini tentang asuhan kebidanan komunitas pada
Remaja Putri Tentang Menjaga Kesehatan Reproduksi Dengan Personal Hygiene semoga dapat
bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................i

Daftar Isi..................................................ii

BAB I Pendahuluan................................

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan

Manfaat

BAB II TINJAUAN TEORI...............................

Konsep Dasar

Manajemen Kebidanan

SOAP 7 Langkah Varney...........

SAP.............................................

Pengertian Kesehatan Reproduksi.............................

Fluor Albus

BAB III TINJAUAN KASUS..............................

ASKEB Komunitas Flour Albus

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan dan saran...........................


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah Kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas
dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya. Pada era globalisasi dan moderenisasi ini telah terjadi
perubahan dan kemajuan di segala aspek dalam menghadapi perkembangan lingkungan,
kesehatan dan kebersihan, dimana masyarakat dituntut untuk selalu menjaga kebersihan
fisik dan organ atau alat tubuh lainnya. Apabila alat reproduksi tidak dijaga kebersihannya
maka akan menyebabkan infeksi yang pada akhirnya menimbulkan penyakit. Organ
reproduksi kurang mendapatkan perhatian dalam kehidupan sehari-hari, hal ini
disebabkan oleh budaya kita yang merasa kurang nyaman untuk membicarakan masalah
seksual, padahal organ reproduksi tersebut sangat membutuhkan perhatian.

Isu-isu yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi kadang merupakan isu yang pelik
dan sensitif, seperti hak-hak reproduksi, kesehatan seksual, penyakit menular seksual
(PMS) HIV/AIDS, kebutuhan khusus remaja dan perluasan jangkauan pelayanan lapisan
masyarakat kurang mampu atau mereka yang tersisih. Fungsi dan proses reproduksi
tercermin dari kondisi kesehatan selama siklus kehidupannnya, mulai dari saat konsepsi,
masa anak, remaja, dewasa, hingga masa pasca usia reproduksi.

Bebarapa penyakit-penyakit infeksi pada organ reproduksi wanita adalah dapat berupa
trikomiasis, vaginosis bacterial, vulvavaginitis,, gonore, klamida, dan sifilis, salah satu
gejala dan tanda-tanda penyakit organ reproduksi wanita adalah flour albus, flour albus
merupakan masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Flour albus
adalah cairan berlebih yang keluar dari vagina. Flour albus berisiko pada remaja karena
pada masa ini remaja mengalami pubertas yang ditandai dengan datangnya menstruasi.
Pada sebagian orang saat menjelang menstruasi akan mengalami flour albus terasa gatal
dan dalam jumlah yang tidak berlebihan. Bila cairan berubah menjadi berwarna kuning,
berbau dan disertai rasa gatal maka telah terjadi keputihan patologis.

Flour albus adalah hal yang biasa terjadi seiring bertambahnya usia dan siklus
menstruasi, sehingga dalam menjaga kebersihan organ genital pada remaja putri sangat
kurang. Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya remaja putri yang memakai
celana ketat dan mereka cenderung memilih celana dalam yang berbahan ketat dari serat
sintetik atau nilon.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada studi kasus ini adalah
“bagaimanakah asuhan kebidanan pada kesehatan reproduksi flour ablus”.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada gangguan reproduksi pada
remaja dengan pendekatan manajeman langkah 7 Varney dan didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian data baik data subjektif maupun
objektif pada kesehatan reproduksi dengan flour albus.
b. Mampu merumuskan diagnosa masalah, kebutuhan pada kesehatan
reproduksi dengan flour albus.
c. Mampu mengidentifikasikan diagnosa potensial pada kesehatan
reproduksi dengan flour albus.
d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera pada kesehatan reproduksi
dengan flour albus.

D. Manfaat
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan bagaimana Asuhan
Kebidanan yang diberikan dengan menggunakan pendekatan menajemen Kebidanan
Komunitas pada Remaja Putri. Bagi remaja putri dapat menambah pengetahuan agar
terhindar dari keputihan (Fluor Albus) yang dapat merugikan kesehatan reproduksinya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS

Pengertian Kebidanan Komunitas

Kebidanan berasal dari kata “Bidan” menurut ICM, IFGO, dan WHO mengatakan bahwa bidan
(midwife) adalah seorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang telah diakui oleh
pemerintah setempat dan telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau
mendapat izin melakukan praktik kebidanan. Menurut Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/2002
bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidan dan lulus ujian
sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Kebidanan (midwifery) mencakup pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki bidan dan kegiatan pelayanan yang dilakukannya untuk
menyelamatkan ibu dan bayi yang dilahirkan. Komunitas adalah kelompok orang yang ada disuatu
lokasi tertentu yang saling berinteraksi. Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja melayani
keluarga dan masyarakat di wilaya tertentu. Kebidanan komunitas adalah bagian dari kebidanan
yang berupa serangkaian ilmu dan serangkaian ilmu dan keterampilan untuk memberi pelayanan
kebidanan pada ibu dan anak yang berada dalam masyarakat di wilaya tertentu.

Dalam komunitas terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok
masyarakat. Sasaran utama adalah ibu dan anak dalam keluarga. Menurut undang-undang No.23
1992 tentang Kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah suami, istri, anak dan anggota
keluarga lainnya. Pelayanan ini diserahkan untuk mewujudkan keluarga yang sehat dan dapat
meningkatkan sumber daya manusia. Bidan memandang pasiennya sebagai makluk sosial yang
memiliki budaya tertentu dan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi, politik, sosial budaya, dan
lingkungan sekitarnya.

B. KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERSONAL HYGIENE

1. Kesehatan Reproduksi

a. Definisi kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan
bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segala hal yang berhubungan dengan
sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya.

b. Ruang Lingkup Masalah Kesehatan Reproduksi Fungsi dan proses reproduksi tercermin dari
kondisi kesehatan selama siklus kehidupannya, mulai dari saat konsepsi, masa anak, remaja,
dewasa hingga masa pasca usia reproduksi.
c. Adapun masalah kesehatan reproduksi ditinjau dari pendekatan siklus kehidupan keluarga
meliputi :
1. Infeksi saluran reproduksi, yang berkaitan dengan penyakit menular seksual.
2. Kemandulan, yang berkaitan erat dengan infeksi saluran reproduksi dan penyakit
menular seksual.
3. Gangguan pada reproduksi Internal dan Eksternal

a. Eksternal ( Dismenorea )
Dismenore adalah nyeri menstruasi yang memaksa wanita untuk
istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya
aktifitas sehari-hari. Dismenore dalam bahasa Indonesia adalah nyeri
menstruasi, sifat dan derajat rasa nyeri ini bervariasi. Mulai dari yang
ringan sampai yang berat. Keadaan yang hebat dapat mengganggu
aktivitas sehari-hari, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan
meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari untuk beberapa jam
atau beberapa hari. Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak
pada perut bagian bawah saat menstruasi. Uterus atau rahim terdiri atas
otot yang juga berkontraksi dan relaksasi. Umumnya, kontraksi otot
uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang hebat dan sering
menyebabkan aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul rasa
nyeri. Dismenore, baik primer atau sekunder, merupakan salah satu
penyebab utama keluhan sistem reproduksi pada remaja perempuan
yang mengalami menstruasi serta merupakan penyebab utama
hilangnya waktu sekolah.

Dismenore primer merupakan bagian adanya kontraksi miometrium


yang dirangsang oleh prostaglandin yang terasa nyeri. Prostaglandin F2
(PGF2a) menginduksi kontraksi miometrium dan diproduksi dalam
jumlah banyak pada endometrium perempuan yang mengalami
dismenore. Sebagian besar prostaglandin dilepas dalam 2 hari pertama
siklus menstruasi, bersamaan dengan bertambahnya rasa tidak enak.
Karena berkaitan dengan siklus ovulasi, dismenore primer tidak menjadi
masalah,sampai satu tahun atau lebih setelah menarche.

Dismenore sekunder berhubungan dengan fisiologik dan patologik


spesifik termasuk infeksi pelvis (endometritis, PID) kehamilan ektopik,
kehamilan intrauterin, endometriosis, AKDR, dan kelainan anatomik.

b. Klasifikasi dismenore

1. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah kondisi yang berhubungan dengan siklus
ovulasi. Penelitian menunjukan bahwa dismenore primer memiliki dasar
biokimia dan terjadi akibat pelepasan prostaglandin selama mens.
Selama fase luteal dan menstruasi berjalan prostaglandin F2alfa (PGR,
Pelepasan (PGF2a) yang berlebihan meningkatkan amplitudo dan
frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme dari arteriol
uterus, menyebabkan iskemia dan perut bagian bawah. Respons
sistemik terhadap PGF2a meliputi nyeri pinggang, kelemahan,
berkeringat, gejala gastrointestinal (anoreksia, mual, muntah, dan diare)
dan gejala sistem saraf pusat (rasa mengantuk, sinkop, sakit kepala, dan
konsentrasi buruk).

Nyeri biasanya dimulai pada saat onset menstruasi dan berlangsung


selama 8-4 jam.

2. Dismonore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi
belakangan dalam kehidupan, umurnnya setelah usia 25 tahun. Hal ini
berhubungan dengan abnormalitas panggul seperti adenomiosis
endometriosis, penyakit radang panggul, polip endometrium, mioma
submukosa atau interstisial (fibroid uterus), atau penggunaan alat
kontrasepsi dalam kandungan. Nyeri sering kali dimulai beberapa hari
sebelum mens, namun hal ini dapat terjadi pada saat ovulasi dan
berlanjut selama hari-hari pertama menstruasi atau dimulai setelah
menstruasi terjadi. Berbeda dengan dismenore primer, nyeri pada
dismenore sekunde sering kali bersifat tumpul, menjalar dari perut
bagian bawal ke arah pinggang atau paha. Wanita sering kali mengalam
perasaan membengka atau rasa penuh dalam panggul.

3. Tanda dan Gejala Dismenore


Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang
bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan
sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus
menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama
menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari
akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual,
sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai terjadi muntah.

 Menurut Wratsongko Kowalak (2011), tanda dan gejala


yang mungkin terdapat pada dismenore meliputi rasa
nyeri yang tajam, rasa kram pada abdomen bagian bawah
yang biasanya menjalar ke bagian punggung, paha, lipat
paha, serta vulva. Rasa nyeri ini secara khas dimulai
ketika keluar darah menstruasi atau sesaat sebelum
keluar darah menstruasi dan mencapai puncak dalam
waktu 24 jam.
 Menurut Kowalak (2011) dismenore dapat pula disertai
tanda dan gejala yang memberikan kesan kuat ke arah
sindrom premenstruasi, yang meliputi gejala sering
kencing (urinary frequency), mual muntah, diare, sakit
kepala, lumbagia (nyeri pada punggung), menggigil,
kembung (bloating), payudara yang terasa nyeri, depresi,
dan,iritabilitas.

4. Etiologi dismenore

a. Dismenore primer
Dismenore primer adalah proses normal yang dialami ketika
menstruasi. Kram menstruasi primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang
sangat intens, yang dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang
tidak diperlukan lagi. Dismenore primer disebabkan oleh zat kimia alami yang
diproduksi oleh sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin.
Prostaglandin akan merangsang otot otot halus dinding rahim berkontraksi. Makin
tinggi kadar prostaglandin, kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang
dirasakan juga makin kuat. Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar
prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya, lapisan dinding
rahim akan mulai terlepas, dan kadar prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan
nyeri menstruasi pun akan berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar
prostaglandin.

b.Dismenore sekunder

Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh kelainan atau


gangguan pada sistem reproduksi, misalnya fibroid uterus, radang
panggul, endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenore sekunder
dapat diatasi hanya dengan mengbati atau menangani penyakit atau
kelainan yang menyebabkannya.

5. Patofisiologi Dismenore
Selama fase luteal dan menstruasi, prostaglandin disekresi.
Pelepasan prostaglandin yang berlebihan meningkatkan frekuensi
kontraksi uterus dan menyebabkan vasospasme arteriol uterus, sehingga
mengakibatkan iskemia dan kram abdomen bawah yang bersifat siklik.
Respon sistemik terhadap prostaglandin meliputi nyeri punggung,
kelemahan, pengeluaran keringat, gejala saluran cerna (anoreksia, mual,
muntah, dan diare) dan gejala system syaraf pusat meliputi: pusing,
sinkop, nyeri kepala dan konsentrasi buruk.
6. Faktor penyebab dan resiko
Menurut Hendrik (2006), wanita yang mempunyai resiko
menderita dismenore primer adalah:

a. Mengkonsumsi alkohol
Alkohol merupakan racun bagi tubuh dan hati
bertanggungjawab terhadap penghancur estrogen untuk disekresi
oleh tubuh. Fungsi hati terganggu karena adanya konsumsi alkohol
yang terus menerus, maka estrogen tidak bisa disekresi dari tubuh,
akibatnya estrogen dalam tubuh meningkat dan dapat menimbulkan
gangguan pada pelvis.

b. Perokok
Merokok dapat meningkatkan lamanya mensruasi dan
meningkatkan lamanya dismenore.

c. Tidak pernah berolah raga


Kejadian dismenore akan meningkat dengan kurangnya
aktifitas selam menstruasi dan kurangnya olah raga, hal ini dapat
menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada
uterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan
menyebabkan nyeri.

d. Stres
Stres menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan
otot-otot punggung bawah sehingga menyebabkan dismenore.

7. Karakteristik dan faktor yang berkaitan dengan dismenore primer

adalah sebagai berikut :

a. Dismenore primer umumnya dimulai 1-3 tahun setelah haid.

b. Kasus ini bertambah berat setelah beberapa tahun sampai


usia 23-27 tahun, lalu mulai mereda.
c. Umumnya terjadi pada wanita nulipara.
d.Dismenore primer lebih sering terjadi pada wanita obesitas.
e. Kejadian ini berkaitan dengan aliran haid yang lama.

f. Jarang terjadi pada atlet.


g. Jarang terjadi pada wanita yang memiliki status haid tidak
teratur.

7. Derajat Dismenore
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal
menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenore
secara siklik dibagi menjadi tiga tingkat keparahan.
 Menurut Manuaba (2009) dismenore dibagi 3 yaitu:
a. Dismenore Ringan. Dismenore yang berlangsung beberapa
saat dan dapat melanjutkan kerja sehari- hari.
b. Dismenore Sedang. Pada dismenore sedang ini penderita
emerlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu
meninggalkan kerjanya.
c. Dismenore Berat. Dismenore berat membutuhkan penderita
untuk istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala,
nyeri pinggang, diare dan rasa tertekan.
 Derajat Dismenore menurut (Hakim, 2016)
a.Derajat 0, tanpa rasa nyeri, aktivitas sehari-hari tidak
terpengaruh.
b.Derajat I, nyeri ringan, jarang memerlukan analgesik, aktivitas
seharihari jarang terpengaruh.
c.Derajat II, nyeri sedang, memerlukan analgesik, aktivitas
sehari-hari terganggu.

 Derajat III, nyeri berat, nyeri tidak banyak berkurang dengan


analgesik, timbul keluhan, nyeri kepala, kelelahan, mual, muntah
dan diare.

8. Penatalaksanaan Dismenore
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan
Non-steroid (misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). Obat
ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan
dilanjutkan sampai hari 1-2 menstruasi.

Menurut Nugroho (2014) selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa
dikurangi dengan:
a.Istirahat yang cukup.
b.Olah raga yang teratur (terutama berjalan).
c.Pemijatan.
d.Yoga atau senam
e.Orgasme pada aktivitas seksual.
f.Kompres hangat di daerah perut.
Untuk mengatasi mual dan muntah bisa diberikan obat anti mual, tetapi
mual dan muntah biasanya menghilang jika kramnya telah teratasi.
Gejala juga bisa dikurangi dengan istirahat yang cukup serta olah raga
secara teratur. Apabila nyeri terus dirasakan dan mengganggu kegiatan
sehari-hari, maka diberikan pil KB dosis rendah yang mengandung
estrogen dan progesteron atau diberikan medroxiprogesteron.
Pemberian kedua obat tersebut dimaksudkan untuk mencegah ovulasi
(pelepasan sel telur) dan mengurangi pembentukan prostaglandin, yang
selanjutnya akan mengurangi beratnya dismenore. Jika obat ini juga
tidak efektif, maka dilakukan pemeriksaan tambahan (misalnya
laparoskopi). Jika dismenore sangat berat bisa dilakukan ablasio
endometrium, yaitu suatu prosedur dimana lapisan rahim dibakar atau
diuapkan dengan alat pemanas. Pengobatan untuk dismenore sekunder
tergantung kepada penyebabnya.

9. Senam Dismenore

1. Pengertian

Senam dismenore merupakan aktivitas fisik yang dapat digunakan


untuk mengurangi nyeri. Saat melakukan senam, tubuh akan menghasilkan endorphin. Hormon
endorphin yang semakin tinggi akan menurunkan atau meringankan nyeri yang dirasakan
seseorang sehingga seseorang menjadi lebih nyaman, gembira, dan melancarkan pengiriman
oksigen ke otot. Latihan senam dismenore mampu meningkatkan produksi endorphin (pembunuh
rasa sakit alami dalam tubuh), dan dapat meningkatkan kadar serotonin. Latihan atau senam ini
tidak membutuhkan biaya yang mahal, mudah dilakukan dan tentunya tidak menimbulkan efek
samping yang berbahaya bagi tubuh.

2. Tujuan Senam

a. Membantu remaja yang mengalami dismenore untuk mengurangi dan


mencegah dismenore.

b. Alternatif terapi dalam mengatasi dismenore.

c. Intervensi yang nantinya dapat diterapkan untuk memberikan pelayanan


asuhan keperawatan bagi masalah dismenore yang sering dialami remaja.

d. Memberikan pengalaman baru remaja.


2. Gerakan senam dismenore

Teknik pergerakan senam dismenore terdiri dari pemanasan, inti dan


pendinginan.

a. Gerakan Pemanasan

1) Tarik nafas dalam melalui hidung, sampai perut menggelembung. Tahan


sampai beberapa detik dan hembuskan nafas lewat mulut.
2) Kedua tangan di perut samping, tunduk dan tegakkan kepala (2x 8 hitungan)
3) Kedua tangan di perut samping, tengokkan kepala ke kanan – Kiri (2 x 8
hitungan).
4) Kedua tangan di perut samping, patahkan leher ke kiri – ke kanan (2 x 8
hitungan).
5) Putar bahu bersamaan keduanya (2 x 8 hitungan)

b. Gerakan Inti

Gerak badan I

1) Berdiri dengan tangan direntangkan ke samping dan kaki diregangkan kira-kira


30 sampai 35 cm.
2) Bungkukkan ke pinggang berputar ke arah kiri, mencoba meraba kaki kiri
dengan tangan kanan tanpa membengkokkan lutut.
3) Lakukan hal yang sama dengan tangan kiri menjamah kaki kanan.
4) Ulangilah masing-masing posisi sebanyak empat kali.

Gerak badan II

1) Berdirilah dengan tangan di samping dan kaki sejajar


2) Luruskan tangan dan angkat sampai melewati kepala. Pada waktu yang sama
tendangkan kaki kiri anda dengan kuat kebelakang
3) Lakukan bergantian dengan kaki kanan.
4) Ulangi empat kali masing-masing kaki.

c. Gerakan Pendinginan

1) Lengan dan tangan, genggam tangan kerutkan lengan dengan kuat tahan,
lepaskan
2) Tungkai dan kaki, luruskan kaki (dorsi fleksi), tahan beberapa detik, lepaskan
3) Seluruh tubuh, kontraksikan/kencangkan semua otot sambil nafas dada pelan
teratur lalu relaks (bayangkan hal menyenangkan).
b. Keputihan (Fluor Albus)

Pengertian Keputihan (Fluor Albus)


Fluor Albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada wanita. Flour
albus yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal
didalam vagina dan disekitar bibir vagina bagian luar. Yang sering
menimbulkan keputihan ini antara lain bakteri, virus, jamur, atau juga
parasit. Infeksi ini dapat menjalar dan menimbulkan peradangan
disaluran kencing, sehingga menimbulkan rasa pedih saat buang air
kecil. Flour albus adalah gejala penyakit yang ditandai oleh keluarnya
cairan dari organ reproduksi.

Klasifikasi Fluor Albus

Flour albus dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Flour albus Fisiologis


Dalam keadaan normal ada sejumlah secret yang
mempertahankan kelembaban vagina yang banyak mengandung
epitel dan sedikit leukosit dengan warna jernih.
Tanda-tanda flour albus normal adalah jika cairan yang keluar
tidak terlalu kental, jernih, warna putih atau kekuningan jika
terkontaminasi oleh udara tidak disertai rasa nyeri, dan tidak
timbul rasa gatal yang berlebihan. Hal yang dapat menyebabkan
terjadinya flour albus fisiologis antara lain yaitu wanita dewasa
apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu coitus, disebabkan
oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina.
Fluor albus normal ciri-cirinya ialah: warnanya kuning, kadang-
kadang putih kental, tidak berbau tanpa disertai keluhan (misalnya
gatal, nyeri, rasa terbakar), keluarpada saat menjelang dan
sesudah menstruasi atau pada saat stress dan kelelahan.
FluorFluor albus tidak selalu mendatangkan kerugian, jika
keputihan ini wajar dan tidak menunjukan bahaya lain.

2. Fluor albus yang Tidak Normal (Patologis)


Fluor albus yang biasanya akan diikuti dengan keluarnya lendir
secara berlebihan, bau tidak sedap, menimbulkan gatal, berwarna
putih kekuningan, merasakan nyeri saat berhubungan intim dan
lain sebagainya. Apabila perempuan mulai mengeluh karena
vaginanya terlalu sering mengeluarkan lendir yang berlebihan
disertai bau amis, terasa pedih waktu buang air, dan kadang
disertai rasa panas dan gatal, ini merupakan cairan eksudat dan
cairan ini mengandung banyak leukosit. Eksudat terjadi akibat
reaksi tubuh terhadap adanya luka. Luka ini dapat diakibatkan
oleh infeksi mikroorganisme, benda asing, neoplasma ganas.
Kuman penyakit yang menginfeksi vagina seperti jamur Kandida
Albikan,Parasit Tricomonas, E. Coli, Staphylococcus, TTreponem
Pallidum, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke
Vagina dan kelainan serviks. Akibatnya, timbul gejala-gejala yang
sangat mengganggu, seperti berubahnya cairan yang berwarna
jernih menjadi kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya
berlebihan, kental, berbau tak sedap, terasa gatal atau panas dan
menimbulkan luka pada mulut vagina. PenyebabPenyebab paling
penting dari flour albus patologi ialah infeksi. Disini cairan
mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-
kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau.

Gejala Flour albus

1. Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan


atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan
ini dapat encer atau kental, dan kadang-
kadang berbusa. Mungkin gejala ini
merupakan proses normal sebelum atau
sesudah haid pada wanita tertentu.
2. Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal
yang menyertainya. Biasanya keputihan yang
normal tidak disertai dengan rasa gatal.
Keputihan juga dapat dialami oleh wanita
ang terlalu lelah atau yang daya tubuhnya
lemah. Sebagian besar cairan tersebut
berasal dari leher rahim, walaupun ada yang
berasal dari vagina yang terinfeksi, atau alat
kelamin luar.
3. Gadis muda juga terkadang mengalami
keputihan sesaat sebelum masa pubertas,
biasanya gejala ini akan hilang dengan
sendirinya.

Penyebab Flour albus.


Dengan memperhatikan cairan yang keluar terkadang dapat diketahui
penyebab keputihan
4. Infeksi kencing nanah, misalnya,
menghasilkan cairan kental, bernanah dan
berwarna kuning kehijauan.
5. ParasitParasit trichomonas vaginalis
menghasilkan banyak cairan berupa cairan
encer berwarna kuning kelabu.
6. Flour albus yang disertai bau busuk dapat
disebabkan oleh kanker.
7. Kelahanelahan yang sangat berat

Penanggulangan

Cara mencegah atau menanggulangi flour albus antara lain sebagai


berikut:
8. Menjaga kebersihan daerah vagina,
membilas vagina dengan cara yang benar
yaitu dari arah depan ke belakang.
9. Dengan suka tukar-tukaran celana dalam
dengan teman wanita lainnya.
10. Jangan menggunakan handuk bersamaan
( suka tukar-tukaran handuk).
11. Lebih berhati-hati dalam menggunakan
sarana toilet umum.
12. Jalani pola hidup sehat, cukup tidur, olahraga
teratur, makan makanan dengan gizi yang
seimbang, hindari ganti-ganti pasangan
seksual (seks bebas).
Pencegahan Flour albus

Flour albus dapat dicegah dengan :


13. Selalu cuci daerah kewanitaan dengan air
bersih setelah buang air , jangan hanya
menyekanya dengan tisu.
14. Jaga daerah kewanitaan tetap kering.
15. Hindari bertukar celana dalam dengan teman
atau saudara.
16. Potonglah secara berkala bulu disekitar
kemaluan.

e. Teori Manajemen Kebidanan

a. Pengertian Manajemen Kebidanan


Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang
logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.

b. Proses Manajemen Kebidanan


Manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah
disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan mengumpulkan data dasar
dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu
kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi

Akan tetapi setiap langkah yang lebih rinci dan itu bisa berubah sesuai dengan
kebutuhan klien.
a. Langkah I : Pengkajian Data
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang di perlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu:
1. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
3. Meninjau catatan terbaru atau sebelumnya
4. Meninjau data laboratorium dan membandingkan
dengan hasil studi, pada langkah ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dan semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien.
b. Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar atas
data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan
masalah atau diagnosa yang spesifik.
1. Masalah akan timbul jika akseptor menyatakan secara
lisan mengenai keluhan.
2. Kebutuhan dapat timbul setelah dalam pengkajian
ditemukan hal-hal yang membutuhkan informasi dan
arahan dan tenaga kesehatan.
c. Langkah III : Mengidentifikasi
Diagnosa Masalah
Pada langkah ketiga ini kita mengidentifikasi atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah
dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi.
d. Langkah IV : Identifikasi Yang
Menemukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter dan dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota team kesehatan lain sesuai dengan kondisi
klien. Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan
dan proses manajemen kebidanan. Data baru mungkin saja
perlu dikumpulkan dan dievaluasi, dan data yang
dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera, sementara yang lain, harus
menunggu interpretasi dokter.
e. Langkah V : Menyusun Rencana
Tindakan
Masing-masing jenis rencana manajemen disesuaikan
dengan intenpeksi data dasar dan memasukannya ke
dalam antisipasi masalah atau merupakan kegiatan rutin
manajemen wanita dalam antenatal visip.
f. Langkah VI : Melaksanakan
Perencanaan
Pelaksanaan disesuaikan dengan rencana manajemen
yang telah dibuat demi kelancaran dalam penatalaksanaan
harus berpedoman intervensi.
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah terakhir ini dilakukan evaluasi keaktifan
asuhan yang sudah diberikan meliputi teratasi masalah,
apakah sudah sesuai dengan diagnosanya dalam evaluasi
akan ditemukan perkembangan kesehatan klien, apakah
membaik, memburuk atau tidak ada perubahan setelah
dilakukan asuhan teori asuhan kebidanan.

c. Data Perkembangan SOAP


Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah Varney, sebagai
catatan perkembangan dilakukan asuhan kebidanan SOAP dalam
pendokumentasian.
Pendokumentasian asuhan kebidanan dengan menggunakan SOAP Yaitu:
a) Subjektif menggambarkan
pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien dan
keluarga melalui anamnesa sebagai
langkah I Varney. Data subjektif pada
Remaja Putri bernama Nn. Yonince
Daga dengan fluor albus adalah:
 Sering keluar lendir kental
berlebihan berwarna putih
keruh dan berbau.
 Rasa gatal pada alat
kelaminnya.
 Terasa panas saat buang air
kecil.
b) Objektif menggambarkan
pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan diagnostic lain
yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung asuhan sebagai
langkah I Varney. Data objektif pada
Remaja Putri bernama Nn. Yonince
Daga dengan fluor albus adalah:
 Keadaan umum pada pasien
flour albus adalah baik.
 Pada gangguan flour albus
tanda-tanda vital seperti
tekanan darah, nadi, suhu dan
respirasi dalam keadaan
normal.
 Pada kasus gangguan
reproduksi dengan flour albus
di temukan cairan berwarna
putih, menggumpal, dengan
bau.
c) Assesment atau analisa data
menggambarkan pendokumentasian
hasil analisa dan Intepretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu
identifikasi antisipasi masalah
potensia, sebagai langkah 2,3, dan 4
Varney. AssessmentAssessment atau
analisa data yang dapat ditegakan
pada kasus gangguan reproduksi
dengan fluor albus pada Remaja Putri
bernama Nn. Yonince Daga.
d) Planning atau penatalaksanaan
menggambarkan pendokumentasian
dari perencanaan, tindakan
implementasi (I) dan evaluasi (E)
berdasarkan assessment sebagai
langkah 5,6,7 Varney. Rencana
asuhan atau penatalaksanaan yang
diberikan pada gangguan reproduksi
dengan fluor albus diantaranya:
 Jelaskan pada klien tentang
kondisinya.
 Jelaskan bagaimana cara
membersihkan daerah pribadi
dan genetalianya agar tetap
bersih dan kering.
 Jelaskan pemakaian celana
dalam dengan benar.
 Jelaskan untuk tidak sering
menggunakan pencuci vagina.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANA KOMUNITAS PADA IBU HAMIL NORMAL


REMAJA PUTRI 19 TAHUN BELUM MENIKAH

Nama pengkaji : NELLA INA GIYAI


NIM : PO.71.05.24.18.28
Tanggal : 03 Februari 2021
Tempat : Halaman Rumah Jl. Ahmmad. Yani

I. PENGKAJIAN DATA

A. DATA SUBYEKTIF

Struktur dan sifat keluarga


1.Struktur keluarga
Nama : Nn.Y
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Protestan
Pendidikan : SMA
Alamat : Karang Mulia
Suku/bangsa : Mee/Indo
Daftar anggota keluarga

No Nama Hub. Jenis Umur Pend. Agama Pekerjaan


Keluarga Kelamin
1 Loisa.E Ibu Perem SMP KP IRT
2 Yan.D Bapak Laki-Laki STH KP Petani
3 Yoas.D Kakak Laki-Laki S1 KP Guru
4 Yusuf.D Kakak Laki-Laki Kuliah KP Mahasiswa
5 Yuli.D Kakak Perem Kuliah KP Mahasiswa
6 Hende.P Saudara Laki-Laki SMA KP Pelajar

GENOGRAM

BAPAK IBU

ANAK

Keterangan Gambar :

: BAPAK

: IBU

: ANAK

: HUBUNGAN PERKAWINAN

: ANAK
Hubungan antara suami, istri, dan anak Tn. Y cukup harmonis, terbukti dengan semua
anggota keluarga sangat akrab dan jika ada masalah dalam keluarga, Tn. Y dan istri dan
anak-anak nya selalu mendiskusikannya bersamasama, kadang juga sering ngobrol dan
saling membantu dengan tetangga.

1. Sifat keluarga

a. Dalam mengambil keputusan yang paling berpengaruh adalah suami

b. Kebiasaan hidup sehari-hari

Kebiasaan makan keluarga Tn.Y adalah makan 3 kali sehari atau lebih dengan waktu
makan tidak teratur. Dengan menu makan yang berbeda-beda sesuai dengan pendapatan
dari keluarga. Cara pengolahan makan diawali dengan mencuci terlebih dahulu sayuran,
dipotong kemudian dimasak hingga matang. Sayuran dimasak menggunakan garam
beryodium. Keluarga Tn. Y tidak melakukan pantangan pada makanan dan juga tidak
mengkhususkan pada jenis makanan tertentu. Keluarga Tn. Y tidak terbiasa mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan.

2. Pemanfaatan waktu senggang


Waktu senggang digunakan oleh Tn.Y dan Ny.L serta anak-anak nya ntuk membereskan
pekerjaan rumah dan beristirahat.

3. Eliminasi

BAB : 2-3 sehari warna : kuning

BAK : 4-5 x sehari warna : kuning

Faktor keluarga sosial dan budaya

1. Penghasilan keluarga
a.Suami merupakan seorang wiraswasta dan istri merupakan seorang ibu
rumah tangga.
b.Penghasilan suami tiap bulan ± Rp.2.500.000/bulan memenuhi kebutuhan keluarga
sehari-hari.
2. Situasi kesehatan keluarga
a. Bila ada anggota keluarga yang sakit diobati di puskesmas
b. Imunisai
BCG : Sudah didapat
HB I-II : Sudah didapat
DPT I-III : Sudah didapat
POLIO : Sudah didapat
CAMPAK : Sudah didapati
Dalam 6 bulan terakhir ini keluarga tidak ada yang menderita penyakit apapun.

3. Faktor rumah dan lingkungan


1. Keluarga Tn. Y tinggal di RT kelurahan manutapen. Keluarga Tn. Y tinggal di rumah
sendiri dimana dinding tersebut terbuat dari batu kayu, lantai semen, atap rumah
terbuat dari seng, ada ventilasi dan jendela, ada pintu. Penerangan menggunakan
listrik. Pembagian ruangan adalah 3 kamar tidur, ruang makan dan tempat
penyimpanan perabotan rumah, kebersihan ruangan sudah baik.
2. Perabot rumah tangga
Alat masak menggunakan kompr, tempat penyimpanan perabotan dapur diletakan
dirak piring. Pembuangan sampah di sembarang tempat dan di bakar, jarak
pembuangan sampah dengan sumber air minum > 10 meter.
3. Sumber air : keluarga Tn. Y menggunakan sumber air minum dari PDAM, kualitas air
bersih, jernih dan tidak bersa.
4. Penampungan air : keluarga menampung air di jirgen dan tong air dalam keadaan
tertutup.
5. Jamban keluarga : keluarga mempunyai jamban sendiri
6. Pembuangan air limbah : buang disungai rumah tangga
7. Kandang ternak : tidak mempunyai kandang ternak
8. Halaman : halaman, mempunyai tanaman, dan tidak memiliki tempat sampah
sehingga sampah di tumpuk sembarangan.
9. Kamar mandi : memiliki kamar mandi
10. Dena rumah

R.Makan R.WC/Kamar Mandi Dapur

R.Tamu Kamar Tidur


B. DATA SUBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum
• Keadaan umum : baik
• Kesadaran : composmentis
• Ekspresi wajah : cerah dan segar
• Tanda-tanda vital : TD : 120/105 mmHg
Pernapasan : 22x/menit
Suhu : 36,5
Nadi :84x/menit
- Berat badan : 60 kg
- Tinggi badan : 158 cm

II. ANALISA DATA

A. PERUMUSAN MASALAH
Dari analisa data timbul masalah pada remaja putri yang disebabkan
ketidaktahuan dalam masalah kesehatan adalah :
a. Ketidaknyamanan Keputihan.
b. Ketidaknyamanan Dismenorea

B. PRIORITAS MASALAH
Untuk menghadapi masalah yang dihadapi keluarga Tn. Y.W maka perlu
dilakukan prioritas masalah dengan Ketidaknyamanan (keputihan)

C. DIAGNODA DAN MASALAH KEBIDANAN


Masalah yang ditemukan pada Nn. Y Remaja putri 19 tahun belum menikah
dari hasil pengkajian adalah sebagai berikut:
1. Fluor Albus (keputihan)
2. Dismenorea

III. PERENCANAAN
Tanggal : 04 Februari 2021
Jam : 15.00 WIT
Diagnosa :
1. Fluor Albus
2. Dismenorea

Rencana asuhan :
1. Lakukan pendekatan pada remaja putri Nn. Y
Pendekatan merupakan salah satu cara untuk menjalin hubungan yang baik
dan saling percaya.
2. Informasikan hasil pemeriksaan
Pemeriksaan merupakan hak remaja putri untuk mengetahui kondisinya dan
agar ibu dapat lebih kooperatif dengan asuhan yang diberikan.
3. Ajarkan remaja putri untuk lebih memperhatikan perilaku hidup bersih dengan
personal hygiene serta cara menjaga kesehatan reproduksi dan dapat
menghindari diri dari kuman penyakit yang dapat menyebabkan sakit.

IV. PELAKSANAAN
Tanggal : 05 Februari
Jam : 15.00 WIT
Diagnose :
- Fluor Albus
- Dismenorea.

1. Melakukan pendekatan kepada remaja putri Nn. Y sudah terjalin hubungan yang baik
2. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu yaitu :
KU : baik
kesadaran : composmentis
TTV : TD : 120/105 mmHg
N : 84 x/menit
S : 36,5
RR : 22x/menit
Remaja putri Nn. Y merasa senang dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan karna hasil
pemeriksaan dalam batas normal.
3. Menjelaskan tentang cara menjaga kesehatan reproduksi dengan personal hygiene

V. EVALUASI
Tanggal : 05 Februari 2021
Jam : 15.00 WIT
Diagnosa :
- Fluor Albus
- Dismenorea

1. Terjalin hubungan yang baik


2. Remaja Putri Nn. Y mengerti dan menerima hasil pemeriksaan yang dilakukan
3. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan tentang cara menjaga kesehatan
reproduksi dengan personal hygiene
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN

Bidan di komunitas (community midwifery) adalah bidan yang bekerja disuatu


lokasiatau daerah atau area tertentu. Kebidanan komunitas adalah konsep dasar bidan
dalam melayani keluarga dan masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya
yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita
dalam keluarga dan masyarakat. Setelah melakukan pengkajian yang dilakukan pada
remaja putri Nn.Y yang dimulai pada tanggal 03 Februari 2021 sampai tanggal 05 Februari
2021 yang bertujuan meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok
khususnya dan masyarakat dalam hal :

1. Mengkaji keadaan yang berkaitan dengan permasalahan yang ada pada remaja putri Nn.Y.

2. Menganalisa kesehatan masyarakat yaitu mengkaji dan melakukan penilaian terhadap


permasalahan kesehatan yang ada pada remaja putri Nn.Y.

3. Mengantisipasi masalah kesehatan yang mungkin terjadi yaitu dengan cara memberikan
penyuluhan tentang Cara Menjaga Kesehatan Reproduksi Dengan Personal Hygiene

4. Melaksanakan penyuluhan pada remaja putri Nn.Y tentang Cara Menjaga Kesehatan
Reproduksi Dengan Personal Hygiene.

5. Mengevaluasi hasil penyuluhan terhada remaja putri Nn. Y dan didapatkan remaja putri
Nn. Y mengerti tentang penyuluhan yang diberikan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Menjaga Kesehatan Reproduksi Dengan Personal Hygiene


Sasaran : Remaja Putri 19 Tahun belum menikah
Hari : Jumat, 05 Februari 2021
Waktu : 20 Menit
Tempat. : Halaman Rumah Jln.Ahmmad Yani

1. Karakteristik Peserta
Jumlah peserta: 2 orang
Pendidikan: SMA

2. Tujuan Penyuluhan
a) Tujuan Umum
Setelah mendapat penyuluhan diharapkan remaja putri dapat menjaga
kesehatan reproduksi dengan personal hygiene

b) Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti penyuluhan diharapkan:
 Peserta dapat memahami pengertian kesehatan reproduksi dengan personal
hygiene
 Peserta dapat menyebutkan cara menjaga kesehatan reproduksi

3. Materi Penyuluhan

PENGERTIAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERSONAL HYGIENE

a). Kesehatan Reproduksi adalah sesuatu yang menyangkut kesehatan seksual yang
dikaitkan dengan urusan perempuan terutama area vagina
b). Personal Hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik

CARA MENJAGA KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERSONAL HYGIENE


 Pakai celana dalam yang berbahan katun atau lembut
 Ganti celana dalam 2 kali sehari
 Ganti pembalut 3-5 jam sekali
 Usahakan tidak memakai semprotan air ketika membersihkan area vagina
 Bersihkan vagina dengan sabun atau air hangat setelah BAK & BAB

DAMPAK JIKA TIDAK MENJAGA KESEHATAN REPRODUKSI

 Keputihan Normal adalah sekresi pada wanita yang berfungsi untuk


membersihkan dan melindungi vagina. Abnormal seperti lendir berwarna
coklat bercampur darah, kekuningan, hijau dan abu” keruh
 Rasa gatal-gatal jika tersiram air rasa perih
 Berbau

4. Metodee

a). Penjelasan Kesehatan Reproduksi Dengan Personal Hygiene


b). Mengapa Perut Bagian Bawah Terasa Sakit Saat Haid maupun Mendekati Haid?
Jawaban: Karena hormon prostaglandin merangsang otot rahim berkontraksi untuk
membantu pengeluaran darah menstruasi.

5. Media
6. Kegiatan Penyuluhan

No. Tahap Kegiatan Waktu

1 Pembukaan Mengucap salam 5 Menit


Perkenalan diri,
Pendekatan dengan
remaja
putri,menanyakan
apakah sudah
mengetahui
pengertian tentang
Kesehatan
Reproduksi
2 Menjelaskan tentang 10 Menit
Perkembangan pengertian kesehatan
reproduksi, dampak
jika tidak menjaga
kesehatan reproduksi
dan cara menjaga
kesehatan reproduksi
dengan personal
hygiene .

3 Penutup Ucapan terima kasih 5 Menit


dan salam penutup

7. Evaluasi

a). Pelaksanaan

a) Tanggal : 5 Februari 2021

b) Waktu : 15.00 WIT

c) Tempat : Halaman Rumah Jl.Ahmmad.Yani

d) Jumlah Peserta : 2 orang

e) Respon terhadap penyuluhan : baik

(a) Jumlah peserta yang aktif : 1 orang

Anda mungkin juga menyukai