Anda di halaman 1dari 11

Asuhan Keperawatan Pada Agregat Dalam

Komunitas (Kesehatan Perempuan)

DISUSUN OLEH :

Nama : Sr. M. Huberta Tamba FSE

Nim : 032017101

Kelas : Ners IV B

Dosen :Lindawati Tampubolon.,S.Kep.,Ns.,M.Kep


PROGRAM STUDI NERS TAHAP AKADEMIK
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH
MEDAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
Berkat dan Karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Agregat Dalam Komunitas (Kesehatan
Perempuan)” dan atas bimbingan dosen mata kuliah yakni Ibu Lindawati
Tampubolon,.S.Kep.,Ns.,M.Kep.
Penulis sudah banyak memperoleh banyak bantuan dalam proses
penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini juga tidak menutup
kemungkinan masih memiliki kekurangan dalam penyelesaiannya.Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi perbaikan yang lebih baik lagi.
Penulis sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang
terutama dalam bahan ajar mata kuliah keperawatan komunitas.Akhir kata saya
ucapkan terima kasih.

Medan ,16 September 2020

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan perempuan terutama kesehatan yang berkaitan dengan fungsi
reproduksi kini menjadi perhatian dunia. Masalah kesehatan reproduksi tidak
hanya menyangkut kehamilan dan persalinan namun lebih luas yaitu menarche
sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi remaja yaitu
termasuk pada saat pertama anak perempuan mengalami mensturasi/menarche
(Widyastuti,2009).
Dalam GBHN 1999, masalah perempuan ditekankan pada peningkatan
kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
dengan mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender; dan peningkatan kualitas
dan kemandirian organisasi untuk mendorong kesejahteraan perempuan.
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera secara fisik, mental,
dan sosial secara utuh dan tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses
reproduksi. World Health Organization (WHO) dalam Nikmah menyatakan
bahwa masalah kesehatan reproduksi wanita yang buruk telah mencapai 33%
dari jumlah total beban penyakit yang menyerang para wanita di seluruh
dunia. Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang sejak lama menjadi
persoalan bagi wanita adalah masalah keputihan.
Sebagian perempuan mengalami mensturasi tanpa keluhan, namun tidak
sedikit dari mereka yang mensturasi disertai keluhan sehingga mengakinatkan
rasa ketidaknyamanan berupa dismenore. Dismenore adalah nyeri selama haid
yang dirasakan di perut bawah atau di pinggang, bersifat seperti mulas-mulas
seperti ngilu dan seperti ditusuk-tusuk (Prawirohardjo,2008).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa/I khusunya mahasiswa/I STIKes Santa Elisabeth Medan
dapat memahami dan mengerti tentang Asuhan Keperawatan Pada Agregat
Dalam Komunitas Kesehatan Perempuan

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui faktor sosial yang mempengaruhi kesehatan
perempuan
2. Untuk mengetahui kesehatan reproduksi
3. Untuk mengetahui tingkat pencegahan pada kesehatan usia dewasa
4. Untuk mengetahui peran perawat kesehatan
5. Untuk mengetahui pengkajian
6. Untuk mengetahui Diagnose keperawatan
7. Untuk mengetahui Perencanaan keperawatan
8. Untuk mengetahui Pelaksanaan keperawatan
9. Untuk mengetahui Evaluasi keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor Sosial Yang Mempengaruhi Kesehatan Perempuan


Kesehatan reproduksi pada remaja dipengaruhi beberapa faktor. Faktor
tersebut diantaranya: kepantasan hubungan seksual di kalangan remaja;
bagaimana cara melakukan pemenuhan kebutuhan seksual yang sehat; bagaimana
cara mengakses jasa serta informasi terkait kesehatan seksual dan reproduksi;
derajat tingkat perilaku yang dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan; pengaruh
masyarakat dan budaya menyimpang; bagaimana cara mengendalikan kesuburan
secara efektif. Masing-masing faktor memiliki tingkat yang berbeda dalam
mempengaruhi kesehatan reproduksi pada remaja.
Faktor lain yang diduga juga menjadi pemicu munculnya problem
kesehatan reproduksi dibagi menjadi empat, diantaranya faktor biologis,
psikologis, sosial dan ekonomi, serta budaya dan lingkungan. Faktor sosial dan
ekonomi dikombinasikan dengan demografi dalam bentuk kemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah, ketidaktahuan informasi perkembangan seksual dan
reproduksi, atau lokasi dan kawasan tertinggal.

2.2 Kesehatan Reproduksi


Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental
dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.
Atau Suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta
mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.
Pengertian lain kesehatan reproduksi dalam Konferensi International
Kependudukan dan Pembangunan, yaitu kesehatan reproduksi adalah keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan
dengan fungsi, peran & sistem reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja adalah
suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang
dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas
penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial
kultural (Harahap., 2003)
Infeksi menular seksual, termasuk HIV. Secara fisik perempuan jauh lebih
rentan dibandingkan dengan laki-laki terhadap infeksi menular seksual dan HIV.
Hal ini disebabkan karena cairan sperma laki-laki masuk ke dalam kelamin
perempuan dan kuman yang ada di dalamnya dapat masuk melalui vagina ke
dalam aliran darah. Terkadang gejala infeksi tersebut sering tidak ada atau tidak
jelas, sehingga perempuan tersebut tidak mendapatkan pengobatan.
Masalah ini sebenarnya berkaitan dengan kondisi sosial dari perempuan.
Mereka lemah dalam menentukan kapan melakukan hubungan seks dan tidak bisa
menghindari hubungan seks yang tidak aman. Akibatnya, jutaan perempuan
menderita infeksi menular seksual setiap tahunnya dan lebih dari 17 juta sudah
terinfeksi HIV. Tanpa pengobatan, infeksi menular seksual dapat menyebabkan
nyeri berat, radang panggul berat, infertilitas (kemandulan), masalah selama
kehamilan, dan resiko terkena kanker leher rahim. Infeksi HIV yang tidak diobati
dapat menyebabkan terjadinya AIDS yang mengarah pada kematian.
Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan. Dalam 40 tahun terakhir,
jumlah kematian bayi sudah banyak berkurang namun kematian perempuan akibat
kehamilan dan persalinan belum menunjukkan penurunan. Setiap menit 1
perempuan meninggal akibat masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan dan untuk perempuan yang meninggal akibat persalinan, 20 orang lebih
di antaranya menderita luka ataupun infeksi. Hal ini berarti, setiap waktu sekitar
25% perempuan yang tinggal di negara miskin rentan menderita komplikasi akibat
kehamilan dan persalinan.

2.3 Tingkat Pencegahan Pada Kesehatan Usia Dewasa


Prinsip dasar dalam mencapai kesehatan reproduksi secara fisik berkaitan
dengan usaha menjaga kebersihan. Ada dua jenis menjaga kebersihan yaitu
menjaga kebersihan diri dan menjaga kebersihan organ reproduksi. Menjaga
kebersihan diri adalah proses membersihkan dan menjaga diri untuk tetap bersih,
tidak kotor, dan terhindar dari penyakit. Ini dapat dilakukan dengan mandi rutin
dua kali sehari, mencukupi kebutuhan gizi dan asupan makanan, menjaga berat
badan ideal, membersihkan hati dan berusaha hidup bahagia.
. Kondisi ini dapat menyebabkan mikroorganisme jahat, terutama jamur
mudah berkembang biak, yang akhirnya bisa menimbulkan infeksi; (2) mengganti
celana dalam minimal dua kali sehari; (3) Membersihkan kotoran yang keluar dari
alat kelamin atau anus dengan menggunakan air bersih atau kertas pembersih
(tisu); (4) gerakkan cara membersihkan alat kelamin adalah dari arah vagina
kearah anus, untuk mencegah kotoran anus masuk ke vagina; (5) tidak
menggunakan air yang kotor untuk membersihkan vagina; (6) dianjurkan untuk
mencukur atau merapikan rambut kemaluan karena bisa ditumbuhi jamur atau
kutu yang dapat menimbulkan rasa gatal dan tidak nyaman27; (7) pada siklus
menstruasi, perempuan mengganti pembalut setiap tiga hingga empat jam sekali.

2.4 Peran Perawat Kesehatan


Peran perawat keseharan dapat menyusun perencanaan asuhan keperawatan
komunitas disusun berdasarkan diagnosa keperawatan komunitas yang telah
ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien. Jadi perencanaan
keperawatan meliputi: perumusan tujuan, rencana tindakan keperawatan yang
akandilaksanakan dan kriteria hasil untuk mencapai tujuan.

2.6 Pengkajian
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama dimana
individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa
dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun. Batasan usia remajamenurut
WHO adalah 12 s/d 24 th Namun jika pada usia remaja sudahmenikah maka
ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa. Istilah adolesens biasanya
menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas menunjukan titik
di mana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas
mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan
mental mengakibatkan kemampuanuntuk menghipotesis dan berhadapan
dengan abstraksi.
2.7 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan NANDA untuk meningkatkan kesehatanyang bisa
ditegakkan pada adolesens, yaitu :
1.Risiko cedera yang berhubungan dengan: Pilihan gaya hidup,penggunaan
alcohol, rokok dan obat, artisipasi dalam kompetisi atletik, atau aktivitas
rekreasi,aktivitas seksual.
2.Risiko infeksi yang berhubungan dengan: Aktivitas seksual,malnutris,kerusakan
imunitas.
3.Perubahan pemeliharaan kesehatan yang berhubungan dengan: Kurangnya
nutrisi yang adekuat untuk mendukung pertumbuhan,melewati waktu makan; ikut
mode makanan,makan makanan siap saji, menggunakan makanan yangmudah
atau mesin penjual makanan,kemiskinan,efek penggunaan alcohol atau obat.
4.Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan: Tidak berpengalaman dengan
peralatan rekreasional yangtidak dikenal,kurang informasi tentang kurikulum
sekolah. 5.Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan: Perasaan negative
tentang tubuh,perubahan maturasional yang berkaitan dengan laju pertumbuhan
adolesens.

2.8 Perencanaan Keperawatan


Masalah kesehatan adolesensIntervensi promosi kesehatan.
1. Cedera tidak disengaja, anjurkan adolesens untuk mengikuti program
pendidikan mengemudi dan menggunakan sabuk keselamatan,
informasikan adolesens tentang risiko yang berkaitan dengan minum
dan berkendaraan; penggunaan obat,tingkatkan penggunaan helm oleh
adolesens yang menggunakan kendaraan bermotor,yakinkan adolesens
mendapatkan orientasi yang tepat untuk penggunaan semua alat
olahraga.
2. Penggunaan zat
Periksa penggunaan zat, seperti alcohol, rokok dan obat-obatan serta
informasikan risiko penggunaannya.
3. Berikan adolesens informasi mengenai penyakit, bentuk penularan, dan
gejala yang berhubungan,dorong pantangan terhadap aktivitas seksual;
atau bila aktif seksual, tentang penggunaan kondom,berikan informasi
akurat tentang konsekuensi aktivitas seksual
2.9 Pelaksanaan Keperawatan
Upaya meningkatkan cakupan persalinan yang aman telah banyak
dilakukan melalui penyediaan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan,
bantuan jaminan biaya persalinan, dan penyuluhan kesehatan kepada ibu
hamil. Faktanya, perilaku persalinan tidak aman di perdesaan dan
kesenjangan antar daerah masih tinggi. Perilaku persalinan yang aman, yaitu
persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai, merupakan salah satu kunci
sukses dalam upaya mencegah kematian ibu.
Perawat yang merupakan tenaga kesehatan terbesar di tim pelayanan
kesehatan yang bekerja selama 24 jam, merupakan tenaga yang seharusnya
diperhitungkan untuk kesuksesan program ini. Oleh karena itu makalah ini
akan mengulas tentang bagaimana peran dan fungsi perawat dalam
mempersiapkan pelaksanaan ‘desa siaga’ dalam rangka ikut menurunkan
angka kematian ibu dan bayi, serta mempersiapkan masyarakat dalam
menghadapi bahaya-bahaya dalam kesehatannya.

2.10 Evaluasi Keperawatan


Perawat komunitas  bersama  komunitas dapat mengevaluasi semua
implementasi yang telah dilakukan dengan merujuk pada tujuan yang
telah ditetapkan yaitu mencapai kesehatan perempuan.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Remaja adalah suatu perkembangan dari munculnya tanda-tanda seks
sekunder sehingga tercapainya kematangan seksual dan reproduksi, serta suatu
proses pembentukan mental dan identitas dewasa serta peralihan dari
ketergantungan menjadi relatif mandiri.Masalah umum yang terjadi pada remaja
sebagian besar adalah bentuk perilaku ataupun kebiasaan yang menyimpang baik
secara kesehatan, moral maupun sosial.Bentuk perilaku-perilaku penyimpangan
tersebut dapat kita sebut sebagai kenakalan remaja.

DAFTAR PUSTAKA
Setyowati, S. (2007). Peran Perawat Dalam Menurunkan IMR dan MMR Melalui
Desa Siaga. Jurnal Keperawatan Indonesia, 11(1), 30–34.
https://doi.org/10.7454/jki.v11i1.183

Dini, L. I., Riono, P., & Sulistiyowati, N. (2016). Pengaruh Status Kehamilan
Tidak Diinginkan Terhadap Perilaku Ibu Selama Kehamilan Dan Setelah
Kelahiran Di Indonesia (Analisis Data Sdki 2012). Jurnal Kesehatan
Reproduksi, 7(2), 119–133. https://doi.org/10.22435/kespro.v7i2.5226.119-
133

S, C. Y. (2019). Asuhan Keperawatan Kepada Remaja.


https://doi.org/10.31227/osf.io/ndwh3

Sarweni, K. P., & Hargono, R. (2018). Demand Vs Supply Program Kesehatan


Remaja Di Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya. Jurnal PROMKES,
5(1), 77. https://doi.org/10.20473/jpk.v5.i1.2017.77-88

Sastroasmoro, S. (2016). Masalah Etis dalam Proses Pengambilan Keputusan pada


Praktik Pediatri. Sari Pediatri, 7(3), 125.
https://doi.org/10.14238/sp7.3.2005.125-31

Susanto, T., & Rahmawati, I. (2015). Pojok Remaja : Upaya Peningkatan


Ketrampilan Kesehatan Reproduksi. Jurnal Keperawatan, 3(2), 246–255.
https://doi.org/10.22219/JK.V3I2.2601

Anda mungkin juga menyukai