Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI

Disusun Oleh :

Merita Meliyafara Pratiwi

P17321183019

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini kesehatan reproduksi mendapat perhatian khusus secara
global sejak dibahas dalam Konferensi Internasional tentang Kependudukan
dan Pembangunan (International Conference on Population and
Development, ICPD), di Kairo, Mesir, pada tahun 1994. Hal penting dalam
konferensi tersebut adalah disepakatinya perubahan paradigma dalam
pengelolaan masalah kependudukan dan pembangunan dari pendekatan
pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi pendekatan
yang terfokus pada kesehatan reproduksi serta upaya pemenuhan hak-hak
reproduksi.
Definisi kesehatan reproduksi menurut ICPD Kairo (1994) yaitu suatu
keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak semata-mata
bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan
sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya. Dengan adanya definisi
tersebut maka setiap orang berhak dalam mengatur jumlah keluarganya,
termasuk memperoleh penjelasan yang lengkap tentang cara-cara kontrasepsi
sehingga dapat memilih cara yang tepat dan disukai. Selain itu, hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya, seperti pelayanan
antenatal, persalinan, nifas dan pelayanan bagi anak, dan kesehatan remaja
perlu dijamin.
Rendahnya pemenuhan hak-hak reproduksi dapat diketahui dengan
masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB)
dan Angka Kematian Bawah Lima Tahun (AKB). Masalah kesehatan
reproduksi perempuan, termasuk perencanaan kehamilan dan persalinan yang
aman secara medis juga harus menjadi perhatian bersama, bukan hanya
kaum perempuan saja karena hal ini akan berdampak luas dan menyangkut
berbagai aspek kehidupan yang menjadi tolok ukur dalam pelayanan
kesehatan. (Affandi, 2013)
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat memberikan pelayanan kesehatan reproduksi secara
komprehensif kepada perempuan termasuk kehidupan seksual dan
hak-hak reproduksi perempuan sehingga dapat meningkatkan
kemandirian perempuan dalam mengatur fungsi dan proses
reproduksinya sehingga dapat membawa pada peningkatan kualitas
kehidupannya.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan
fungsi reproduksinya.
2. Meningkatnya hak serta tanggung jawab sosial wanita dalam
menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.
3. Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap
akibat dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan dan
kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya.
1.3 Metode Pengumpulan Data
Manajemen kebidanan komprehensif ini menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut :
a. Wawancara
Yaitu metode pengumpulan data wawancara langsung responden yang
diteliti, metode ini diberikan hasil secara langsung, dalam metode ini dapat
digunakan instrumen berupa pedoman wawancara kemudian daftar periksa
atau cheklist.
b. Observasi
Yaitu cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung kepada responden penelitian untuk mencari perubahan atau hal-
hal yang telah di teliti.
c. Studi dokumentasi
Yaitu merupakan cara pengumpulan data dengan melihat data dan riwayat
rekam medik.

d. Pemeriksaan Fisik
Yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik pada
klien secara langsung meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
untuk mendapatkan data yang objektif
e. Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan jalan mengambil literatur dengan buku-
buku, makalah dan dari internet.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori

2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi


Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi empat golongan yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi, yaitu:
1. Faktor Demografis - Ekonomi
 Faktor ekonomi dapat mempengaruhi Kesehatan Reproduksi
yaitu :
a. Kemiskinan
b. Tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang
perkembangan seksual dan proses reproduksi
c. Usia pertama melakukan hubungan seksual
d. Usia pertama menikah
e. Usia pertama hamil.
 Faktor demografi yang dapat mempengaruhi Kesehatan
Reproduksi adalah :
a. Akses terhadap pelayanan kesehatan
b. Rasio remaja tidak sekolah
c. Lokasi/tempat tinggal yang terpencil.
2. Faktor Budaya dan Lingkungan
a. Kepercayaan banyak anak banyak rejeki
b. Informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan anak
dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain
c. Pandangan agama
d. Status perempuan
e. Ketidaksetaraan gender
f. Lingkungan tempat tinggal dan cara bersosialisasi
g. Persepsi masyarakat tentang fungsi, hak dan tanggung jawab
reproduksi individu, serta dukungan atau komitmen politik. .
3. Faktor Psikologis
a. Sebagai contoh rasa rendah diri (“low self esteem“)
b. Tekanan teman sebaya (“peer pressure“)
c. Tindak kekerasan dirumah/ lingkungan terdekat dan dampak
adanya keretakan orang tua dan remaja
d. Depresi karena ketidak seimbangan hormonal
e. Rasa tidak berharga wanita terhadap pria yang membeli
kebebasan secara materi.
4. Faktor Biologis
a. Ketidak sempurnaaan organ reproduksi atau cacat sejak lahir
b. Cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual
c. Keadaan gizi buruk kronis
d. Anemia
e. Radang panggul atau adanya keganasan pada alat reproduksi.
(Rahayu, 2016)
2.1.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi
Secara garis besar, ruang lingkup kesehatan reproduksi
(BKKBN, 2011) meliputi:
1. Kesehatan ibu dan bayi baru lahir
2. Pencegahan dan penanggulangan infeksi saluran reproduksi
termasuk PMS HIV/AIDS
3. Pencegahan dan penanggulangan komplikasi aborsi
4. Kesehatan reproduksi remaja
5. Pencegahan dan penanganan infertile
6. Kanker pada usia lanjut
7. Berbagai aspek kesehatan reproduksi lain, misalnya kanker servik,
mutilasi genital, fistula, dan lain-lain. (Atikah Rahayu, Meitria
Syahadatinna Noor, Fahrini Yulidasari, Fauzie Rahman, 2017)
2.1.3 Komponen Kesehatan Reproduksi
1. Komponen Kesejahteraan Ibu dan Anak
Peran ibu sebagai wakil pimpinan rumah tangga, ibu dari
anak-anak yang dilahirkan, istri dari suami, anak bagi seorang ibu
yang melahirkan, ataupun tulang punggung bagi sebuah keluarga,
semua sulit untuk digantikan. Tindakan untuk mengurangi
terjadinya kematian ibu karena kehamilan dan persalinan, harus
dilakukan pemantauan sejak dini agar dapat mengambil tindakan
yang cepat dan tepat sebelum berlanjut pada keadaan kebidanan
darurat.
2. Komponen Keluarga Berencana
Calon suami-istri agar merencanakan hidup berkeluarga
atas dasar cinta kasih, serta pertimbangan rasional tentang masa
depan yang baik bagi kehidupan suami istri dan anak-anak mereka
dikemudian hari. Keluarga berencana bukan hanya sebagai upaya
atau strategi kependudukan dalam menekan pertumbuhan
penduduk agar sesuai dengan daya dukung lingkungan tetapi juga
merupakan strategi bidang kesehatan dalam upaya meningkatan
kesehatan ibu melalui pengaturan kapan ingin mempunyai anak,
mengatur jarak anak dan merencanakan jumlah kelahiran nantinya.
Sehingga seorang ibu mempunyai kesempatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan dirinya.
3. Komponen Pencegahan dan Penanganan Infeksi Saluran
Reproduksi (ISR), termasuk Penyakit Menular Seksual dan
HIV/AIDS
Pencegahan dan penanganan infeksi ditujukan pada
penyakit dan gangguan yang berdampak pada saluran reproduksi.
Baik yang disebabkan penyakit infeksi yang non PMS. Seperti
Tuberculosis, Malaria, Filariasis, maupun infeksi yang tergolong
penyakit menular seksual, seperti gonorhoea, sifilis, herpes genital,
chlamydia, ataupun kondisi infeksi yang mengakibatkan infeksi
rongga panggul (pelvic inflammatory diseases/PID) seperti
penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) yang tidak
steril.
4. Komponen Kesehatan Reproduksi Remaja
Upaya promosi dan pencegahan masalah kesehatan
reproduksi juga perlu diarahkan pada masa remaja, dimana terjadi
peralihan dari masa anak menjadi dewasa, dan perubahan-
perubahan dari bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu relatif
cepat. Hal ini ditandai dengan berkembangnya tanda seks sekunder
dan berkembangnya jasmani secara pesat, menyebabkan remaja
secara fisik mampu melakukan fungsi proses reproduksi tetapi
belum dapat mempertanggung jawabkan akibat dari proses
reproduksi tersebut. Informasi dan penyuluhan, konseling dan
pelayanan klinis perlu ditingkatkan untuk mengatasi masalah
kesehatan reproduksi remaja ini.
5. Komponen Usia Lanjut
Melengkapi siklus kehidupan keluarga, komponen ini akan
mempromosikan peningkatan kualitas penduduk usia lanjut pada
saat menjelang dan setelah akhir kurun usia reproduksi
(menopouse/andropause). Upaya pencegahan dapat dilakukan
melalui skrining keganasan organ reproduksi misalnya kanker
rahim pada wanita, kanker prostat pada pria serta pencegahan
defesiensi hormonal dan akibatnya seperti kerapuhan tulang dan
lain-lain. (Rahayu, 2016)
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan
2.2.1. Konsep Manajemen Asuhan Varney
 Langkah 1 : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah pertama ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk
mengumpulkan semua data yang diperlukan guna mengevaluasi keadaan klien
secara lengkap. Data ini terdiri atas data subjektif dan data objektif. Data
subjektif dapat diperoleh melalui anamnesa langsung, maupun meninjau
catatan dokumentasi asuhan sebelumnya, dan data objektif didapatkan dari
pemeriksaan langsung pada pasien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien.

 Langkah II : Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan
diagnosa dan masalah yang spesifik.
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah
tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan
penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
oleh wanita yang diidentifikasi oleh Bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnosa.
 Langkah ke III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila
diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini
penting sekali melakukan asuhan yang aman.
 Langkah ke IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh Bidan atau dokter dan
atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien
untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat
dalam manajemen asuhan klien.
Kebutuhan Segera : Jika sudah ditemukan tanda-tanda awal dari salah
satu masalah yang ada, maka Bidan harus bisa menentukan tindakan apa yang
harus dilakukan berikutnya.
 Langkah ke V : Perencanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosa atau masalah yang telah dididentifikasi atau diantisipasi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi
juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa
yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan,
konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang
berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu
oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien
merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut.
 Langkah ke VI : Implementasi
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan
yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung
jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
 Langkah ke VII : Evaluasi/penilaian
Evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah.
2.2.2 Pendokumentasian Secara SOAP
Pendokumentasian asuhan kebidanan menggunakan pendekatan SOAP terdiri dari
empat langkah yaitu ;
 S : Data Subjektif
a. Mengalami keputihan sejak 3 bulan yang lalu, keputihan yang dialami yaitu
sebelum menstruasi dan saat stress. Keputihannya berbentuk bening dan
encer, keputihannya tidak berbau dan tidak gatal,
b. Haid atau menstruasi bulan sebelumnya tanggal 12 Februari 2021
c. Tidak mengetahui bahwa bahan dari celana dalam sangat berpengaruh
dengan keputihan. Menggunakan celana dalam bahan jersey.
d. Tidak memiliki riwayat penyakit kronis yang akan mempengaruhi
timbulnya keputihan

 O : Data Objektif
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tekanan Darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 76 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit
- Suhu : 36,1˚C
- Berat Badan : 58 Kg
- Tinggi Badan : 154 Cm.
- Tampak keputihan dicelana dalam klien tampak seperti susu dan berlendir.

 A : Analisa/Assessment
Nn. “S” umur 17 tahun dengan keputihan

 P : Penatalaksanaan
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada pasien.
2. Menjelaskan keadaan Nn. S sekarang agar dapat mengetahui keadaannya
yang sebenarnya, Ibu telah mendapatkan penjelasan tentang keadaan yang
sebenarnya dari petugas kesehatan.
3. Menjelaskan kepada Nn. S agar mampu menjaga kebersihan daerah vagina.
4. Menjelaskan kepada Nn. S untuk mencuci bagian vulva (bagian luar vagina)
setiap hari dan menjaga agar tetap kering harus dilakukan untuk mencegah
tumbuhnya bakteri dan jamur. Remaja juga sebaiknya menggunakan sabun
non parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya iritasi pada vagina.
5. Menganjurkan kepada Nn. S untuk menghindari penggunaan cairan
pembersih kewanitaan yang mengandung deodoran dan bahan kimia terlalu
berlebihan, karena hal itu dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat
merangsang munculnya jamur atau bakteri.
6. Menganjurkan menjaga kuku tetap bersih dan pendek merupakan salah satu
cara untuk mencegah keputihan pada remaja. Karena kuku dapat terinfeksi
Candida akibat garukan pada kulit yang terinfeksi. Candida yang tertimbun
dibawah kuku tersebut dapat menular ke vagina saat mandi atau cebok
1.1. Bagan Alur Berfikir Varney dan Pendokumentasian SOAP
Alur Pikir Bidan Pencatatan dari Asuhan Kebidanan

Proses Manajemen Kebidanan


Pendokumentasian
7 langkah Varney

7 langkah Varney
SOAP Notes

Subjektif
Data
Objektif

Masalah/Diagnosa
Antisipasi masalah potensial

Menetapkan kebutuhan segera Assessment/analisis


untuk konsultasi/kolaborasi

Merencanakan asuhan yang Plan :


menyeluruh 1.
2.
3.
Melaksanakan asuhan 4.
5.

Mengevaluasi keefektifan asuhan


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial
secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu yang
berkaitan dengan system reproduksi, fungsi dan prosesnya. Setiap orang harus mampu
memiliki kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu
menurunkan serta memenuhi keinginannya tanpa ada hambatan apa pun, kapan, dan
berapa sering untuk memiliki keturunan. Setiap orang berhak dalam mengatur jumlah
keluarganya, termasuk memperoleh penjelasan yang lengkap tentang cara-cara
kontrasepsi sehingga dapat memilih cara yang tepat dan disukai. Selain itu, hak untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya, seperti pelayanan antenatal,
persalinan, nifas dan pelayanan bagi anak dan kesehatan remaja juga perlu dijamin.

2.1 Saran

4 2.1 Untuk BPM


Setelah dilaksanakan kegiatan studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan evaluasi
terhadap pelayanan yang telah diberikan.

4.2.2 Untuk Pasien


Setelah dilakukan kegiatan studi kasus ini penulis sebagai mahasiswa kebidanan
diharapkan untuk lebih dapat meningkatkan pengetahuan dan melatih keterampilan
dalam memberikan asuhan kebidanan terhadap ibu maupun remaja mengenai
kesehatan reproduksi

5.2.3 Untuk Institusi Pendidikan


Setelah pelaksanaan kegiatan studi kasus ini diharapkan bisa lebih meningkatkan
pemahaman dan wawasan ilmu pengetahuan tentang pengalaman dalam penerapan
asuhan kebidanan terhadap ibu maupun remaja mengenai kesehatan reproduksi
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, S. (2013). Komunikasi, Informasi, Edukasi Kesehatan Reproduksi. Fakultas


Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Atikah Rahayu, Meitria Syahadatinna Noor, Fahrini Yulidasari, Fauzie Rahman, A. O. P.
(2017). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Remaja & Lansia. Airlangga University Press.
Harahap, J. 2003. Kesehatan Reproduksi. Bagian Kedokteran Komunitas Dan Kedokteran
Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diakses pada tanggal 15
Maret 2021 pukul 11.28 WIB
Layyin Mahfina, Elfi Yuliani Rohmah, Retno Widyaningrum. 2009. Remaja dan Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: STAIN Ponorogo. Diakses pada tanggal 15 Maret 2021 pukul
11.28 WIB
Rahayu, I. P. S. (2016). Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.

Anda mungkin juga menyukai